Anda di halaman 1dari 9

JURNAL REVIEW: POTENSI Eucheuma cottonii Dan Gracilaria sp.

SEBAGAI SUMBER PENGHASIL KARAGINAN DAN AGAR-AGAR


DALAM BIDANG FARMASI

Zakiatun Azma Amani

Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, Jatinanngor,


Sumedang

zakiatunazmaamani@gmail.com

ABSTRAK

Indonesia merupakan negara maritim karena hampir 70 % luas wilayahnya berupa


lautan. Sebagai negara maritim, Indonesia memiliki keragaman hayati yang
berlimpah di antaranya berbagai jenis rumput laut atau makroalga. Sekitar 45%
spesies rumput laut dunia ada di Indonesia. Dikutip dari laporan ekspedisi Siboga,
terdapat sekitar 782 spesies rumput laut di Indonesia dengan 196 spesies alga
hijau, 134 spesies alga coklat, dan 452 alga merah. Salah satu jenis rumput laut
yang menghasilkan agar-agar yakni Gracilaria sp dan penghasil karaginan yaitu
Eucheuma cottonii. Substansi kimia dari rumput laut seperti alginat, karagenan,
dan agar-agar dapat dimanfaatkan dalam dunia industri farmasi sebagai bahan
pengental, pembentuk gel, pengemulsi, obat-obatan, dan sebagainya.
Kata kunci: Rumput laut, Karagenan, Agar-agar, Farmasi

ABSTRACT

Indonesia is a maritime country because almost 70% of its area is ocean. As a


maritime country, Indonesia has abundant biodiversity types of seaweed or
macroalgae. About 45% of the world's seaweed species exist in Indonesia. Quoted
from the Siboga expedition report, there are about 782 species of seaweed in
Indonesia with 196 species of green algae, 134 species of brown algae, and 452
red algae. One type of seaweed that produces gelatin namely Gracilaria sp and
carragenan producer that is Eucheuma cottonii. Chemical substances of seaweed
such as alginate, carrageenan, and gelatin can be utilized in pharmaceutical
industry as thickening agent, gelling agent, emulsifier, medicine, and so on.
Key words: Seawees, Carrageenan, Gelatin, Pharmacy
PENDAHULUAN

Rumput laut (alga) menempati posisi penting dalam perikanan Indonesia


terutama perikanan non ikan. Alga atau rumput laut merupakan hasil laut yang
berlimpah dan Indonesia merupakan pengekspor rumput laut terbesar kedua
setelah Filipina. Produksi rumput laut Indonesia mengalami peningkatan tiap
tahun. Pada tahun 2008 angka produksi sebesar 2,2 juta ton dan mengalami
peningkatan mencapai 2,5 juta ton pada tahun 2009. Pada tahun 2014 produksi
rumpur laut diperkirakan mencapai 10 juta ton (Harun, dkk, 2013; Khotimah, dkk,
2013; Dewi, 2012).
Permintaan akan rumput laut diperkirakan akan terus meningkat seiring
dengan kebutuhan. Beberapa tahun yang lalu, rumput laut hanya dimanfaatkan
sebagai bahan makanan manusia. Seiring dengan kemajuan sains dan teknologi,
pemanfaatan rumput laut telah meluas di berbagai bidang, termasuk bidang
pertanian, peternakan, farmasi dan kedokteran dalam bentuk kosmetik maupun
kimia, obat-obatan, pupuk, tekstil, kulit dan industri lainnya (Dewi, 2012).
Rumput laut mengandung serat, karbohidrat, lemak yang rendah, mineral,
vitamin, dan asam asam amino sehingga cocok dijadikan bahan pangan dan
bermanfaat untuk kesehatan. Selain itu, kandungan metabolit primer (fikokoloid)
seperti karaginan, agar, serta alginatnya dapat digunakan sebagai gelling,
stabilizing, dan thickening agents pada makanan, kosmetika, dan industri farmasi.
Metabolit lainnya yaitu polysulfated polisaccharides seperti laminaran, rhamnan
sulfate, galaktosil gliserol, dan fukoidan yang memiliki aktivitas sebagai
antioksidan, antialergik, anti-HIV, antikanker, dan antikoagulan. Penelitian lain
juga melaporkan bahwa rumput laut memiliki aktivitas antibakteri dan
antiinflamasi (Jiao et al., 2011;Pomin et al., 2008; Ngo et al., 2013;Lee et al.,
2013; danMaftuch et al., 2016).
Rumput laut (alga) merupakan makroalga yang umumnya memiliki thallus
dan pigmen fotosintetik untuk memproduksi makanan dan oksigen dari
karbondioksida dan air. Rumput laut diklasifikasikan berdasarkan warna
pigmennya. Rumput laut hijau (Chlorophyta) mengandung klorofil sebagai
pigmen utamanya. Alga coklat (Phaeophyta) mengandung pigmen fucoxantin.
Dan alga merah (Rhodophyta) mengandung pigmen-pigmen seperti
phycoerythrine, phycocyanin,phycobilins, klorofil a,β-karoten, dan xanthophyl
(Kasanah et al., 2015).

ALGA MERAH (RHODOPHYTA)


Alga merah merupakan kelompok alga yang memiliki berbagai bentuk dan
variasi warna. Salah satu indikasi dari alga merah adalah terjadi perubahan warna
dari warna aslinya menjadi ungu atau merah apabila alga tersebut terkena panas
atau sinar matahari secara langsung. Ciri-ciri umum dari alga merah adalah
sebagai berikut :
a. Bentuk thalli ada yang silindris (Gelidium latifolium), pipih (Gracillaria
folifera) dan lembaran (Dictyopteris sp.).
b. Warna thalli bervariasi ada yang merah (Dictyopteris sp.), pirang (Eucheuma
spinosum), coklat (Acanthophora muscoides) dan hijau (Gracillaria gigas).
c. Sistem percabangan thalli ada yang sederhana, kompleks, dan juga ada yang
berselang - seling.
d. Mengandung pigmen fotosintetik berupa karotin, xantofil, fikobilin, dan r-
fikoeritrin penyebab warna merah serta klorofil a dan d (Wiratmaja, dkk, 2011).
Rhodophyta merupakan rumput laut penghasil agar-agar dan karaginan.
Adapun beberapa jenis rumput laut yang menghasilkan agar-agar diantaranya
yakni: Gelidiella sp, Gracilaria sp, Gelidium sp, penghasil karaginan antara lain
adalah Kappaphycus sp, Eucheuma sp; dan penghasil alginat diantaranya adalah
Sargassum sp, Turbinaria sp dan Laminaria sp (Rose, 2012).

KARAGINAN

Karaginan adalah getah rumput laut dari kelas alga merah (rhodophyceae)
yang diekstraksi dengan air atau larutan basa yang dilanjutkan dengan pemisahan
karaginan dari pelarutnya. Karaginan merupakan polisakarida linier yang terdiri
atas 1000 residu galaktosa yang terdiri dari ester, kalium, natrium dan kalium
sulfat dan 3,6 anhydrogalaktocopolimer yang berikatan dengan gugus silfat atau
tidak dengan ikatan α 1,3-D-galaktossa dan β 1,4,-3,6-anhidrogalaktosa.
Karaginan kompleks, bersifat larut air, berantai linier dan sulfat galaktan.
Berdasarkan substituen sulfatnya pada setiap monomer maka karaginan dapat
dibedakan dalam beberapa tipe yaitu kappa, iota, lamda, mu , nu dan xi-
karaginan. Kappa karaginan memiliki sifat gel terkuat; lamda karaginan yang
tidak membentuk gel di dalam air namun lamda karaginan bereaksi baik dengan
protein sehingga cocok untuk produk makanan (Distantina, dkk, 2009).

Proses pembuatan karaginan Rumput Laut Euchema cottoni kering dengan


berat 5 g direndam dengan akuades, setelah 15 menit disaring kemudian
dipotongpotong kecil (1 cm) dan dilanjutkan dengan ekstraksi. Ekstraksi
dilakukan dalam erlenmeyer yang dipanaskan dalam water bath. Ekstraksi
dilakukan dengan memanaskan pelarut basa terlebih dahulu, setelah mencapai
suhu 90ºC rumput laut dimasukkan dan waktu ekstraksi mulai dihitung. Rasio
rumput laut kering – pelarut (M/Vp) adalah 1:130. Ekstraksi dijalankan selama 30
menit. Filtrat dipisahkan dari ampas rumput laut. Tahap berikutnya adalah
presipitasi, dimana koagulan (etanol) ditambahkan ke dalam 150 mL filtrat
tersebut sehingga terbentuk serat-serat hidrokoloid (serat karaginan). Serat ini
disaring dan dicuci dengan akuades sampai air cucian berpH netral, kemudian
dikeringkan sampai beratnya konstan sehingga diperoleh karaginan kering (kertas
karaginan) (Distantina, dkk, 2009).
Sumber utama karaginan yang umum saat ini adalah rumput laut genus
Eucheuma. Senyawa hidrokoloid tersebut dikenal luas di masyarakat sebagai
getah rumput laut. Senyawa tersebut dapat diekstraksi dengan mudah
menggunakan air atau larutan alkali (Widyastuti, 2010).

AGAR-AGAR

Agar-agar adalah fikoloid seperti karaginan dan merupakan ester sulfat


yang larut air. Agar-agar mempunyai struktur molekul rantai lurus yang terdiri
dari rantai galaktan. Galaktan terbagi atas galaktan yang sebagian monomer
galaktosanya membentuk metil ester yang disebut agarosa dan galaktan yang
teresterkan dengan asam sulfat dan disebut agaropektin. Agarosa bertanggung
jawab atas daya gelasi sedangkan agaropektin menentukan kekuatan gel agar-
agar. Kandungan kimia agar-agar yaitu air 16-20%; Protein 2-6%; Lemak 0,3-
0,6%; karbohidrat 67-76%;serat 1-2% (Moelyono, 2016).
Umumnya agar-agar banyak dihasilkan oleh dua jenis makro algae yaitu
jenis Gracillaria dan jenis Gellidium misalnya Gracillaria gigas yang
menghasilkan agar-agar sebanyak 47,3% dan Gellidium robustum yang
menghasilkan agar-agar sebanyak 25-30% (Moelyono, 2016).
Ekstraksi agar dilakukan dengan menimbang sampel G. verrucosa yang
telah kering sebanyak 100 gram dan dipotong ± 5 cm, setelah itu direndam dengan
larutan CaOCl2 0,25% selama 2 jam untuk pemucatan. Setelah direndam lalu
dicuci bersih kemudian dimasak dalam 1500 mL larutan NaOH 2 % dengan suhu
± 85-90ºC selama 1,5 jam untuk memecah dinding sel rumput laut. Proses
selanjutnya dicuci dengan air mengalir sebanyak 5 kali sampai air cucian tidak
berwarna. Ditambah 1500 mL aquades dan diblender ± 30 detik sampai homogen.
Proses selanjutnya diekstraksi dengan menambahkan asam asetat (CH3COOH)
hingga pH menjadi 6 dengan suhu ± 90-95ºC selama 2 jam sambil diaduk untuk
mencegah timbulnya kerak di dasar. Hasil ekstraksi disaring, filtrat ditambahkan
12,5 gram KCl dan diaduk selama ± 5 menit. Filtrat dibiarkan membentuk gel
selama ± 18 jam pada suhu ruangan. Gel yang terbentuk dibekukan dalam freezer
lemari es bersuhu -12 – 00 C selama ± 48 jam (Kusuma, dkk, 2013).

Eucheuma cottonii
Euchema cottoni adalah salah satu spesies penghasil jenis kappa karaginan
yang larut dalam air panas serta akan membentuk gel dalam air (Widyastuti,
2010). Rumput laut jenis Eucheuma cottonii merupakan salah satu rumput laut
dari jenis alga merah (Rhodophyta). Rumput laut jenis ini memiliki thallus yang
licin dan silindris, berwarna hijau, hijau kuning, abu-abu dan merah. Tumbuh
melekat pada substrat dengan alat perekat berupa cakram. Klasifikasi Eucheuma
cottonii adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Famili : Solieracea
Genus : Eucheuma
Species : Eucheuma cottonii
Keadaan warna Eucheuma cottonii tidak selalu tetap, kadangkadang
berwarna hijau, hijau kuning, abu-abu atau merah sering terjadi karena faktor
lingkungan. Kejadian ini merupakan suatu proses adaptasi kromatik yaitu
penyesuaian antara proporsi pigmen dengan berbagai kualitas pencahayaan.
Umumnya Eucheuma cottonii tumbuh dengan baik di daerah pantai
terumbu (reef). Habitat khasnya adalah daerah yang memperoleh aliran air laut.
Kondisi perairan yang sesuai untuk budidaya rumput laut Eucheuma cottonii yaitu
perairan terlindung dari terpaan angin dan gelombang yang besar, kedalaman
perairan 7,65 - 9,72 m, salinitas 33 -35 ppt, suhu air laut 28-30 oC, kecerahan 2,5-
5,25 m, pH 6,5-7,0 dan kecepatan arus 22- 48 cm/detik (Wiratmaja, dkk, 2011).

Gracilaria sp.
Rumput laut Gracilaria sp. termasuk jenis alga merah yang memiliki
tingkat reproduksi cepat yaitu sekitar 7-13% dan dapat bertambah sampai 20%
tingkat pertumbuhannya dalam sehari. Gracilaria sp. memiliki kandungan
galaktan sebanyak 54,4% dan selulosa sebanyak 19,7% (Saniha, dkk, 2015).
Gracillaria gigas menghasilkan agar sebanyak 47,3%, Gracillaria eucheumiodes
sebanyak 32%, Gracillaria convervoides sebanyak 37,5%, Gracillaria edulis
sebanyak 20,3-71,1%, Gracillaria arcuata sebanyak 23-27,5%, Gracillaria
salicornia sebanyak 16,8%, Gracillaria lichoinedes sebanyak 28-36,6% dan
Gracillaria verrucosa menghasilkan agar sebanyak 21,3-23,7% (Moelyono,
2016).
POTENSI Eucheuma cottonii DAN Gracilaria sp. SEBAGAI SUMBER
PENGHASIL KARAGINAN DAN AGAR-AGAR SEBAGAI BAHAN BAKU
FARMASI
Karaginan yang dihasilkan dari Euchema cottoni sangat penting sebagai
bahan pengental, pembentuk gel, pengemulsi, obat-obatan, kapsul, kosmetik,
sabun, media kultur bakteri, pasta gigi dan lain-lain (Distantina, dkk, 2009). Pada
industri farmasi pemanfaatan karaginan sebagai gelling agent pada produk
pewangi, pengikat pada pasta gigi, bodying agent pada lotion dan krim, penstabil
dan pengemulsi pada vitamin. Sementara itu untuk bidang bioteknologi karaginan
digunakan dalam immobilisasi biokatalis (Prasetyowati, dkk, 2008).
Agar-agar yang dihasilkan Gracilaria sp. sudah dikenal oleh masyarakat
hampir di seluruh Indonesia sebagai "ingredient" makanan, bahan industri farmasi
atau industri lainnya. Pemakaian di bidang kosmetika, agar-agar berguna untuk
pembuatan salep, krim, sabun dan pembersih muka atau lotion. Selain itu agar-
agar berguna sebagai laksatif dan pembersih luka (Santika, dkk, 2014; Moelyono,
2016).

KESIMPULAN
Eucheuma cottonii dan Gracilaria sp. memiliki potensi besar sebagaai penghasil
bahan baku farmasi terutama sebagai bahan pengental, pembentuk gel, dan
pengemulsi.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, R. 2012. Potensi Sumber Daya Rumput Laut. Jurnal Harpodon Borneo,
5(2), ISSN. 2087-121X.
Distantina, dkk. 2009. Pengaruh Kondisi Proses Pada Pengolahan Eucheuma
Cottonii Terhadap Rendemen Dan Sifat Gel Karaginan. Ekuilibrum, 8(1).
Harun, M., R.I. Montolalu., dan I.K. Suwetja. 2013. Potensi Rumput Laut Sebagai
Bahan Baku Farmasi. Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan, 1(1).
Jiao, G., G. Yu.,J. Zhang., dan H.S, Ewart. 2011. Chemical Structures and
Bioactivities of Sulfated Polysaccharides from Marine Algae. Mar. Drugs,
9(2), 196–223.
Kasanah, N., Triyanto., S.S Drajad., W. Amelia., dan A. Isnansetyo.
2015.Antibacterial Compounds From Red Seaweeds (Rhodophyta).
Indones. J. Chem., 2015,15 (2), 201 – 209.
Khotimah, K., Bambang., dan B.B Sasmito. 2013. Uji Aktivitas Senyawa Aktif
Alga Coklat (Sargassum fillipendulla) Sebagai Antioksidan Pada Minyak
Ikan Lemuru (Sardinella longiceps). THPi Student Journal, 1(1): 10-20.
Kusuma, W.I., G.W. Santosa., dan R. Pramesti. 2013. Pengaruh Konsentrasi
NaOH yang Berbeda Terhadaap Mutu Agar Rumput Laut Gracilaria
verrucosa. Journal of Marine Research, 2(2).
Lee, J-C., M.F. Hou., H.W. Huang., F.R. Chang., C.C. Ye.,, J.Y. Tang., dan
H.W. Chan. 2013. Marine algal natural products with anti-oxidative,
anti-inflammatory, and anti-cancer properties. Cancer Cell Int., 13,1–7.
Maftuch., I. Kurniawati., A. Adam., dan I.Zamzami. 2016. Antibacterial effect of
Gracilaria verrucosa bioactive on fish pathogenic bacteria. Egyptian
Journal of Aquatic Research, 42, 405–410.
Moelyono, M.W. 2016. Farmasi Bahari. Yogyakarta: Penerbit Deepublish.
Ngo, D.H., dan S.K. Kim. 2013. Sulfated polysaccharides as bioactive agents
from marine algae. Int. J. Biol. Macromol., 62, 70–75.
Pomin, V.H., dan P.A. Maurão. 2008. Structure, biology, evolution, and medical
importance of sulfated fucans and galactans. Glycobiology, 18(12), 1016–
1027.

Prasetyowati., C. Jasmine., D. Agustiawa. 2008. Pembuatan Tepung Karaginan


Dari Rumput Laut (Eucheuma cottonii) Berdasarkan Perbedaan Metode
Pengendapan. Jurnal Teknik Kimia, 2(15).
Saniha, A., E. Kusdiyantini., dan A. Budiharho. 2015. Produksi Bioetanol Dari
Rumput Laut dan Limbah Agar Gracilaria sp. dengan Metode Sakarifikasi
Yang Berbeda. BIOMA, 16(2), ISSN: 1410-8801.

Santika, L,G., W.F.Ma’ruf., dan Romadhon. 2014. Karakteristik Agar Rumput


Laut Gracilaria verrucosa Budidaya Tambak Dengan Perlakuan
Konsentrasi Alkali Pada Umur Panen Yang Berbeda. Jurnal Pengolahan
Dan Bioteknologi Hasil Perikanan,3(4).
Widyastuti, S. 2010. Sifat Fisik Dan Kimiawi Karaginan Yang Diekstrak Dari
Rumput Laut Eucheuma cottonii Dan E. spinosum Pada Umur Panen
Yang Berbeda. Agroteksos,2(1).
Wiratmaja, I.G. I.G.B.W.Kusuma., dan I.N.S. Winaya. 2011. Pembuatan Etanol
Generasi Keua dengan Memanfaatkan limbah Rumput Laut Eucheuma
cottonii sebagai Bahan Baku. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin, 5(1).

Anda mungkin juga menyukai