TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Alga
Rumput laut atau seaweed merupakan salah satu tumbuhan laut yang
tergolong dalam makroalga benthik atau benthic algae yang hidupnya melekat di
dasar perairan. Tanaman ini tidak bisa dibedakan antara bagian akar, batang, dan
daun, sehingga bagian tumbuhan tersebut disebut thallus, oleh karena itu
Ketiga golongan tersebut mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi karena
Alga atau yang biasa dikenal sebagai rumput laut sudah dikenal manusia
sebelum abad Masehi, yaitu sekitar 2.700 tahun sebelum masehi dan telah
dimanfaatkan dalam bidang pengobatan tradisional.Pada masa itu, bang Cina telah
mengenal dan memanfaatkan alga atau rumput laut sebagai salah satu bahan
tahun sebelum masehi, bangsa Romawi sudah mengenal alga. Pada saat itu, alga
dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan kosmetik. Perkembangan
Alga atau rumput laut telah dikenal dan dimanfaatkan sejak dahulu, akan
tetapi pemanfaatan dan usaha budidaya secara ekonomis serta teknis baru dimulai
pada akhir abad ke-17. Pelopor usaha ini adalah Negara Cina dan Jepang karena
kedua Negara ini telah memanfaatkan alga sejak 4.300 tahun yang lalu. Sehingga
pada saat ini kedua negara tersebut yang paling unggul dan maju dalam
manfaat. Berikut ini akan diuraikan secara terperinci manfaat alga, yaitu :
Salah satu manfaat algae yang sangat penting adalah sebagai penghasil
keberadaan algae merupakan bagian utama dari rantai makanan. Hal ini berkaitan
dengan aktivitas fotosintesis yang terjadi pada algae. Sebab aktivitas fotosintesis
adanya sinar matahari. Sebagaimana kita ketahui bahwa semua energi berasal dari
matahari dan hanya tumbuh-tumbuhan hijau yang dapat mengubah energi tersebut
menjadi makanan hewan. Itulah sebabmya, kehidupan hewan dalam air sangat
tergantung pada algae yang merupakan sumber utama energi dan makanan.
2. Makanan Manusia
Sejak ratusan tahun yang lalu, lebih dari 100 jenis algae (terutama algae
coklat dan al-gae merah) telah digunakan sebagai bahan makanan di berbagai
belahan dunia. Selain itu, beberapa jenis dari algae hijau juga telah digunakan
karbohidrat dan protein. Zat-zat makanan tersebut dapat ditemukan baik dalam
3. Agar
Agar atau sering juga disebut "agar-agar" merupakan suatu asam sulfurik,
ester dari galaktan linear yang dapat diekstraksi dari beberapa jenis algae merah.
galaktosa dan sulfat. Penggunaan agar yang lain adalah sebagai obat pencahar.
Selain itu, agar juga sering digunakan dalam pengepakan makanan kaleng,
kosmetik, industri kulit, tekstil, kertas, fotografi, pembuatan pil dan salep.
tersebut sebagian besar masih merupakan hasil panen dari sediaan alam.
4. Karaginan
kosmetik, cat, penghalus dalam industri kulit, tekstil, bir dan industri farmasi. Para
darah. Manfaat lain dari karaginan adalah sebagai penjernih jus, minuman
5. Alginat
Derivat-derivat alginat dan asam alginat diekstraksi dari dinding sel algae
coklat. Beberapa jenis algae coklat yang biasa digunakan sebagai bahan baku
pengolahan alginat.
kain tahan api, dan barang-barang dari plastik. Asam alginat sangat efektif
6. Funori
Salah satu jenis lem yang berasal dari algae merah, Gloiopeltis furcata di
Jepang dikenal dengan nama "funori". Funori memiliki day a adhesif yang sangat
tinggi, digunakan untuk kertas dan kain. Secara kimiawi, funori mirip dengan
agar, tetapi tidak mengandung gugus ester sulfat. Beberapa jenis algae yang
7. Sumber Mineral
Polysiphonia, Rhodymenia.
c. Beberapa jenis algae memiliki kandungan Ca, K, Mg, Na, Cu, Fe dan Zn
d. Dalam industri pembuatan sabun dan alat- alat gel as, algae telah
8.Makanan Ternak
ternak terutama dari kelompok algae coklat, algae merah, dan beberapa jenis
algae hijau.
a. Laminaria, digunakan sebagai makanan ternak di beberapa
9. Bahan Pupuk
dipekatkan yang berasal dari berbagai jenis algae yang berbeda dijual di
pasaran sebagai pupuk cair. Pupuk cair semakin banyak digunakan karena
10. Antibiotik
positif dan gram negatif diperoleh dari Ascophyllum nodosum, Rhodomenia larix,
Sumber utama limbah terutama berasal dari buangan rumah tangga dan industri.
proses oksigenasi. Kedua proses ini dapat berlangsung secara cepat dengan
Proses aerasi limbah sangat esensial, terutama untuk limbah dalam jumlah sedikit
Alga coklat merupakan alga yang berukuran besar. Alga coklat ada
membentuk padang alga yang lepas. Tumbuhan ini membentuk hutan lebat dan
hidup alga coklat di laut dan hanya sebagian kecil saja yang hidup di muara
sudah dapat dibedakan antara helaian (lamina), tangkai, dan pangkal yang
menyerupai bentuknya akar (hapreta). Pigmentasi yang dimiliki alga coklat adalah
fukosantin.
e) Pada bagian dalam dinding selnya terdapat asam alginik dan alginate.
g) Ukuran dan bentuk thalli beragam dari yang berukuran kecil sebagai
atau lembaran cabangnya ada yang sederhana dan ada pula yang tidak
bercabang
Dari division ini yang akan dikemukakan adalah spesies dari marga
A. Sargassum sp
maupun yang berombak besar pada habitat batu. Dikepulauan Seribu alga ini
dinamakan oseng. Zat yang dapat diekstraksi dari alga ini berupa alginate yaitu
suatu garam dari asam alginik yang mengandung ion sodium, kalsium, dan
barium.
B. Hormophysa sp
sama
Jadi sebaran dan habitatnya sama dengan marga tersebut. Zat yang terkandung di
dalam alga atau algin yang lebih tinggi dari Sargassum (kurang lebih 18%.
C. Turbinaria sp
bentuk kecubung
3) Sebagian besar thalli dapat rontok atau secara musiman dengan warna thalli
umumnya coklat
4) Sebaran habitat dan kandungan zat kmianya hampir sama dengan Sargassum
dimanfaatkan dan bernilai ekonomis. Alga merah hidup di air laut, mulai dari tepi
laut sampai laut yang dalam dengan kedalaman 130 meter. Tumbuhan ini hidup
sebagai fitobentos dengan melekatkan dirinya pada substrat lumpur, pasir, karang
Susunan tubuh alga merah umumnya bersl banyak (multiseluler), tetapi ada juga
yang bersel tunggal, misalnya Porphyridium dan sering juga membentuk filamen
(benang). Pigmentasi yang dimiliki alga mrah antara lain klorofil a dan klorofil d,
Di Indonesia, alga merah terdiri dari 17 marga dan 34 jnis serta 31 jenis di
jenis-jnis alga yang tersebar di perairan Indonesia ditemukan sekitar 23 jenis yang
dapt dibudidayakan, yaitu marga Eucheuma enam jenis, marga Gelidium tiga
jenis, marga Gracilaria 10 jenis, dan marga Hypnea empat jenis. Jenis alga di
Indonesia yang paling banyak memiliki kandungan karginan dan gara-agar adalah
dari kelas alga merah (Rhodophyceae). Alga merah yang mngandung karaginan
Alga dari divisio ini ditandai oleh sifat – sifat sebagai berikut13:
d) Alat pelekat (hold fast) terdiri dari perakaran sel tunggal atau sel banyak
e) Memiliki pigmen fikobilin yang terdiri dari fikoeretrin (berwarna merah) dan
warna pada thalli seperti merah tua, merah muda, pirang, coklat, kuning dan hijau.
furselaran.
Spesies ekonomis dari division ini yang akan dikemukakan adalah marga
A. Eucheuma spp
4) Memiliki benjolan – benjolan (blunt nodule) dan duri – duri atau spiner
yang selalu terendam air (subtidal) melekat pada substrat di dasar perairan yang
berupa karang batu mati, karang batu hidup, batu gampig, atau cangkang moluska
yang merupakan habitat jenis Eucheuma umumnya terdapat didaerah tertentu
dengan persyaratan khusus. Alga jenis ini tumbuh dengan baik didaerah pantai
cahaya, substrat dan gerakan air. Habitat khas adalah daerah yang memperoleh
aliran air liur tetap, mereka lebih menyukai variasi suhu harian yang kecil dan
substrat batu karang mati. Tumbuh mengelompok dengan berbagai jenis tumput
spesies Euchema kadar karaginan berkisar antara 54%-73% tergantung pada jenis
Eucheuma masih terdapat lagi beberapa zat organik lain seperti protein, lemak,
B. Gracilaria sp
misalnya bulung sagu (Bali) dan kasang (Jawa Barat). Ciri umum marga ini
adalah 13
1) Thalli berbentuk silindris atau gepeng dengan percabangan, mulai dari yang
4) Warna thalli beragam, mulai dari warna hijau-coklat, merah, pirang, merah-
ditempat yang dalam. Substrat batu, pasir, lumpur dan lain-lain adalah tempat
melekatnya. Alga jenis ini lebih menyukai intensitas cahaya yang lebih tinggi.
optimum untuk pertumbuhan adalah antara 20 – 28oC, tumbu pada kisaran kadar
garam tinggi dan tahan sampai kadar garam 50 per mil. Dalam keadaan basah
berkisar antara 16% - 45%. Di indonesia spesies ini merupakan alga penting untuk
bahan baku pabrik agar – agar, disamping komoditas ekspor. Kandungan agar –
C. Gellidium sp
1) Tanaman berukuran kecil sampai sedang (panjang kuag lebih 20 cm dan lebar
1,5 mm)
5) Sistokarp mempunyai lubang kecil (osteolo) pada dua belah sisi thallus,
kades dan intip kembang karang (Jawa Barat), bulung merak dan bulung ayam
Perairan pantai berbatu dab terbuka merupakan sebaran dan habitat di Indonesia
pada umumnya yang kebanyakan di daerah pantai Samudra India. Pengaruh alam
yang banyak menentukan sebarannya adalah macam substrat, kadar garam
(salinitas), ombak, arus dan pasang surut. Substrat dasar tempat melekatnya
biasanya berupa batu karang mati, gamping dan batu vulkanik. Kisaran salinitas
perairan 13 – 37 per ml. Gelidiumyang tumbuh diperairan Indonesia adalah jenis
yang menyukai slinitas tinggi (sekitar 33 per ml). perbedaan pasang surut
ditempat hidupnya beragam, misalnya di Bali tumbuh dengan pasang surut 10 –
250 cm, di Seram Timur antara 30 – 230 cm dan di Selatan Jawa antara 10 – 220
cm. Spesies ini agak tahan pengudaraan (exspore) selama 5-9 jam. Hal ini
berhubungan erat dengan kadar air yang hilang dari alga ini selama proses
tersebut yaitu sekitar 35% - 50%.13
Berbagai jenis Gelidium di Indonesia dan negara lain dimanfaatkan
sebagai bahan baku pabrik agar – agar dalam negeri dan sebagai komoditas
ekspor. Kandungan agar –agarnya berkisar antara 12% - 48% tergantung jenisnya.
alami.15
D. Hypnea sp
2) Tegak dengan percabangan yang rimbun dan beragam, berukuran sedang atau
kecil
3) Warnanya ada yang hijau-kuning, ciklat dan merah
Fitokoloid yang dapat diekstrak dari spesies ini berupa agar dan karaginan
yang kadarnya beragam menurut jenis dan lokasi pertumbuhannya. Beberapa jenis
Tersebar luas di perairan luat Indonesia. Spesies ini terdapat pada berbagai habitat
antara lain yang bersubstrat batu, pasir, dan benda – benda perairan lainnya.
Bahkan banyak dintaranya tumbuh sebagai epifit atau penempel pada tanaman
lain.13
E. Gigartina sp
atau dikhotomus
Spesies ini banyak yang merupakan sumber ekonomis penting sebagai penghasil
F. Rhodymenia sp
dikhotomus. Percabangan tersebut sering juga tumbuh dari pinggir lembaran atau
masih kurang. Diluar negeri, speerti negara Eropa dan Amerika Utara. Jenis ini
e) Memiliki thilakoid
fotosintesis
g) Thalli satu sel, berbentuk pita, berupa membrane, tubular dan kantong atau
berbentuk lain
Spesies yang tergolong dalam dua marga dari division ini adalah Caulerpa sp,
A. Ulva sp
masing–masing sel
Bagian thallus basal mempunyai bentuk sel seperti akar serabut berjumlah dua
atau lebih, dengan panjang sel beragam dan panjang sel tiap-tiap spesies.13
produksi bioetanol. Rumput laut memiliki produktivitas yang tinggi per satuanluas
per tahun, dan tidak ada persaingan dengan tanaman pangan. Saat ini,Eucheuma
adalah alga merah yang biasa ditemukan di bawah air surut rata-rata pada pasut
bulan-setengah. Alga ini mempunyai thallus yang silindris berdaging dan kuat
dengan bintil-bintil atau duri-duri yang mencuat ke samping pada beberapa jenis,
thallusnya licin. Warna alganya ada yang tidak merah, tetapi hanya coklat kehijau-
hijauan kotor atau abu-abu dengan bercak merah. Di Indonesia tercatat empat
karaginan dan telah banyak diteliti baik proses pengolahan maupun elastisitasnya.
memerlukan sinar matahari untuk proses fotosintesis sehingga hanya hidup pada
lapisan fotik. Habitat khas dari Eucheuma adalah daerah yang memperoleh aliran
air laut yang tetap, lebih menyukai variasi suhu harian yang kecil dan substrat
dengan
Kingdom : Plantae
Divisi : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Famili : Solieracea
Genus : Eucheuma
Eucheuma
spinosum
Antioksidan 18.
1. Hasil ekstrak rumput laut Eucheuma spinosum diperoleh dari selisih berat awal rumput
95%=18,51 gr. Setelah mendapat hasil berat awal dan hasil berat setelah dievaporasi
di-lakukan perhitungan rendemen dan menghasilkan berat metanol 50%=1,6%,
2. Aktivitas antioksidan pada rumput laut Eu-cheuma spinosum menggunakan 2 jenis pe-
larut yaitu metanol dan etanol pada konsentrasi masing-masing 50% dan 95% ditandai
3. Hasil uji fitokimia ekstrak rumput laut Eucheuma spinosum dengan pelarut metanol
dan etanol. Pada konsentrasi etanol 50% dan 95% menghasilkan (+) atau terbentuk-
nya warna pada golongan senyawa alkaloid, steroid, polifenol, flavonoid. Sedangkan
pa-da konsentrasi metanol 50% menghasilkan (+) pada golongan senyawa alkaloid,
ste-roid, saponin, polifenol, flavonoid dan pada konsentrasi 95% menghasilkan (+)
dari ke-enam golongan senyawa yang di uji yaitu alkaloid, steroid, saponin,
merupakan struktur dari dinding sel yang diekstrak dari rumput merah
hasil ekstraknya karagenan. Kadar air rumput laut Eeucheuma cottonii kering
menurut SNI 1992 maksimal 35%, kadar E. spinosum mengacu pada kadar air E.
cottonii, kadar air rumput laut drai penelitian ini masih memenuhi standar mutu
rumput laut kering. Kadar air merupakan komponen kimia penting yang
berhubungan dengan mutu rumput laut. Untuk kadar abu karagenan dari tiga
rumput laut perairan (Nusa Penida, Takalar, dan Sumenep), memiliki kadar abu
mulai 18,70- 19.55%. kadar abu rumput laut cukup tinggi karena rumput laut
mengandung mineral-mineral baik yang makro maupun mikro. Fraksi mineral dari
beberapa rumput laut hampir 30% dari berat kering. Menurut Hirao (1971),
kandungan abu pada rumput laut berkisar antara 15- 40%, dengan kandungan
2.4%), iodin 20-2500 ppm. Kandungan lemak rumput laut sangat sedikiti. Hasil
analisis kadar lemak E. spinosum 0.02-0.1%. Hasil analisis kadar protein dari
karbohidrat pada rumput laut tersebut. Komponen karbohidrat pada rumput laut
ester sulfat, gula alkohol dan inositol. Karbohidrat pada rumput laut E. spinosum
merupakan senyawa polisakarida linier dari unit Dgalaktosa dan L-galaktosa 3,6-
(1,3) dan b (1,4) dengan ikatan glikosidik. Hasil analisis komposisi kimia dari
kemudian air, kadar abu, protein dan paling rendah adalah lemak.
2.3 Ameloblastoma6
dari lamina gigi. Bila sisa-sisa ini berada di luar tulang di dalam jaringan lunak
periferal. Sumber lain yang mungkin adalah epitel permukaan gingiva dan tepi
Namun beberapa ahli beranggapan bahwa beberapa faktor kausatif yang dianggap
meliputi (1) faktor iritatif non spesifik seperti tindakan ekstraksi, karies, trauma,
infeksi, inflamasi, atau erupsi gigi, kelainan defisit nutrisi dan patogenesis
kemungkinan sumber ameloblastoma adalah sebagai berikut (a) sisa-sisa sel organ
enamel, sisa lamina dental atau sisa lapisan hertwig’s, sisa epitel malases (b) epitel
perkembangan organ enamel, (d) sel-sel basal dari epitel permukaan rahang, (e)
terutama kista dentigerous didukung oleh Stanley dan Diehl yang melaporkan
secara retrospektif 33% dan 17% dari seluruh ameloblastoma timbul dalam atau
asimtomatik dan tidak menyebabkan perubahan fungsi nervus sensorik. Tumor ini
Sebagian besar pasien secara khas datang dengan keluhan utama bengkak dan
asimetris pada wajah. Terkadang tumor yang kecil dapat teridentifikasi pada foto
memungkinkan formasi tulang reaktif yang mengarah pada pembesaran masif dan
distorsi rahang. Apabila tumor ini diabaikan, maka dapat menimbulkan perforasi
tulang dan menyebar ke jaringan lunak yang menyulitkan tindakan eksisi. Nyeri
adakalanya dilaporkan dan terkait dengan infeksi sekunder. Efek yang lain
meliputi pergerakan dan pergeseran gigi, resorpsi akar gigi, paraestesia bila
canalis alveolar inferior terkena, kegagalan erupsi gigi, dan sangat jarang
lesi yang lebih agresif dan persisten. Hal ini kemungkinan disebabkan tulang
maxilla yang tipis dan rapuh, tidak seperti tulang mandibula yang tebal, yang
Suplai darah yang baik ke maxilla bila dibandingkan dengan mandibula juga
kepolarannya. Senyawa yang bersifat polar hanya dapat larut dalam pelarut polar
dan semipolar, dan sebaliknya, senyawa yang bersifat nonpolar hanya dapat larut
dalam pelarut nonpolar dan semi polar yang dikenal dengan hukum
“likedissolvelike”.
2.4 Toksisitas22
Toksisitas adalah efek berbahaya dari bahan kimia atau suatu obat pada
timbulnya gangguan atau kematian jika diberikan kepada organisme hidup dalam
jumlah yang cukup (Hayes, 1983). Uji toksisitas pad ekstrak tanaman biasanya
pengujian toksisitas biasanya dengan menggunakan hewan uji. Salah satu hewan
uji yang sesuai adalah brine shrimp (udang laut) A. salina Leach, sejenis udang-
udangan primitif dan pertama kali ditemukan di Lymington, Inggris pada tahun
1755 dan termasuk family crustaceae tingkat rendah dari phylum arthropoda.
atau menilai batas keamanan dalam kaitannya dengan penggunaan suatu senyawa.
Kadar racun suatu zat kimia salah satunya dapat dinyatakan dengan LC 50 (Lethal
Concentration-50). Senyawa bioaktif hampir selalu toksik pada dosis tinggi. Oleh
karena itu daya bunuh in vivo dari senyawa terhadap organisme hewan dapat
satu organisme yang sangat sesuai untuk uji toksisitas adalah brine shrimp 23.
BSLT merupakan salah satu metode uji toksisitas yang banyak digunakan
dalam penelusuran senyawa bioaktif yang bersifat toksik dari bahan alam. Metode
dari skrining awal dengan metode BSLT diantaranya adalah antikanker, antitumor,
toksisitas suatu ekstrak atau senyawa.Uji toksisitas terhadap larva udang Artemia
salina L. atau BSLT dapat digunakan sebagai uji pendahuluan pada penelitian
menunjukkan adanya aktivitas biologi pada suatu senyawa pada Artemia salina L.
kimia yang diperlukan untuk menimbulkan bahaya untuk harga LC50 dibedakan
menjadi
Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) merupakan salah satu metode untuk
menguji bahan-bahan yang bersifat toksik dan digunakan sebagai suatu
bioassay yang pertama untuk penelitian bahan alam. Metode ini
menggunakan larva Artemia salina Leach sebagai hewan coba. Uji toksisitas
dengan metode BSLT ini merupakan uji toksisitas akut dimana efek toksik
dari suatu senyawa ditentukan dalam waktu singkat, yaitu rentang waktu
selama 24 jam setelah pemberian dosis uji. Prosedurnya dengan
menentukan nilai LC50 dari aktivitas komponen aktif tanaman terhadap larva
Artemia salina Leach. Suatu ekstrak dikatakan toksik berdasarkan metode
BSLT jika harga LC < 1000 μg/ ml.
Pengujian menggunakan BSLT diterapkan dengan menetukan nilai Lethal
Concentration 50% (LC50) setelah perlakuan 24 jam. Nilai LC50 merupakan angka yang
menunjukkan konsentrasi suatu bahan penyebab kematian sebesar 50% dari jumlah
hewan coba.1
Referensi:
1. Wibowo S, dkk. Artemia untuk Pakan Ikan dan Udang. Jakarta: Penebar
Swadaya; 2013. h. 8.
Brine shrimp Artemia adalah salah satu hewan akuatik yang digunakan
dasar studi tentang takson ini, dengan penggunaan nama "Artemia salina ”.
Banyak yang diterbitkan data tentang biokimia, mutasi, toksikologi dan aspek
populasi dalam genus ini. Akibatnya, Artemia ini digunakan dalam banyak studi
Jenis Brine Shrimp (udang laut) yang biasa digunakan untuk uji toksisitas
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Subkelas : Branchiopoda
Ordo : Anostracea
Famili : Artemiidae
Genus : Artemia
terbatas, tetap saja gastrula berdiferensiasi menjadi larva disebut nauplia (0,45
mm) dalam periode 24-36 jam. kista dehidrasi lengkap membutuhkan waktu satu
12-3 minggu. Untuk menghasilkan sirip bebas, nauplia membutuhkan air (hidrasi)
dan oksigen untuk metabolisme. Kista dapat bertahan hingga 80 C. kista terhidrasi
mati pada suhu di bawah 0 C. semakin tinggi salinitas 70 ppt, nauplia tidak akan
bias menetas karena osmotic gradien terlalu tinggi. Pada salinitas kurang dari 5
ppt, kista akan menetas, tetapi hasil nauplia akan mati segera. Kista dehidrasi
berukuran antara 200- 270 mikron dan berat rata-rata 3,5. Kista dapat bertahan
dalam kontak dengan cairan, sangat kering, kurang oksigen dan pengaruh
peptisida.2
1(1): 10-20.
2. Fretes,H.D., Susanto, A.B.,Prasetyo, B., dan Limantara, L.
228.
3. Siregar A F dkk. Potensi antibakteri ekstrak rumput laut terhadap
(2): 153.
4. Rao AV, and Rao LG. Carotenoids and Human Health, Pharmaco
(1) : 20-24.
7. Lamela M, Anca J, Villar R, Otero J, Calleja JM. Hypoglycemic
27(1-2):35-43.
8. Meyer, B. N., Ferrigni, N. R., Putman, J. E., Jacbsen, L. B., Nicols,
1994. p.15-51
Induced Hepatoxicity. Int J Pharm Bio Sci. 2014 April; 5(2). Pp 66-76
16. Ra, C.H., Jung, J.H., Sunwoo, I.Y., Kang, C.H., Jeong, G.T., Kim,
Brawijaya Malang.
19. Podungge A, Lena J. Damongilala, HannyW. Mewengkang.
(1): 124
23. Lenny S. Uji bioaktifitas kandungan kimia utama puding merah
193.
26.