Npm: 05171711001
Rumput laut merupakan salah satu komoditi unggulan dalam perdagangan dunia,
Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadi penyuplai bahan baku rumput laut bagi
negara yang membutuhkan. Tingkat ekspor Indonesia dalam hal rumput laut yakni naik turun
sepanjang tahun 2015-2017. Menurut Kementrian Kelautan dan Perikanan (2018), tingkat
ekspor rumput laut Indonesia pada tahun 2015 mencapai 212 ribu ton, tahun 2016 turun
menjadi 188 ribu ton, tahun 2017 meningkat menjadi 192 ribu ton.
Rumput laut termasuk dalam anggota alga (tumbuhan memiliki klorofil atau zat hijau
daun). Rumput laut hidup di perairan dangkal dan menempel pada karang yang mati. Rumput
laut dibagi kedalam tiga kelas besar, yaitu Rhodophyceae (alga merah), Phaeophyceae (alga
coklat), Chlorophyceae (alga hijau). Sargassum merupakan salah satu marga yang termasuk
dalam kelas Phaeophyceae yang tumbuh di Indonesia dan tersebar di banyak lingkungan
( Winarno, 1990 ).
Sargassum duplicatum merupakan salah satu jenis rumput laut coklat dari Indonesia yang
berpotensi sebagai antioksidan karena mengandung zat-zat aktif seperti fukoidan dan
komponen fenolik (Jhamandas et al., 2005). Ekstrak rumput laut S. duplicatum, mampu
menghambat oksidasi asam linoleat dan menangkap radikal bebas (Septiana & Asnani,
2013). S. duplicatum memiliki talus bulat pada batang utama dan agak gepeng pada
percabangan, permukaan halus atau licin. Percabangan dichotomous dengan talus daun bulat
lonjong, pinggir bergerigi, tebal, dan kecil. Vesikel melekat pada batang dan daun, bulat telur
atau elips dengan ukuran kecil. Reseptakel membentuk rangkaian atau pengelompokan yang
rimbun merapat. Talus secara keseluruhan agak keras dan berukuran kecil, berwarna coklat
tua atau coklat muda, tinggi rumpun ada yang mencapai 60 cm.
Keberhasilan usaha budidaya rumput laut sangat tergantung pada faktor-faktor yang
mempengaruhi baik faktor eksternal yaitu terkait pemilihan lokasi yang sesuai dengan jenis
rumput laut juga faktor-faktor yang erat hubungannya dengan karakteristik lingkungan
perairan setempat maupun faktor internal terkait asal thallus, bobot bibit dan jarak tanam
yang digunakan. Faktor-faktor tersebut perlu di perhatikan secara baik, sehingga dapat
meningkatkan produksi budidaya rumput laut (mamang, 2008). Selain faktor-faktor tersebut,
perlu pula diperhatikan kendala-kendala yang sering ditemui dalam usaha budidaya rumput
laut.
Produksi rumput laut Sargassum duplicatumdi Indonesia masih didapat secara alamiah
dari tempat tumbuhnya sehingga kontinuitasnya belum terjamin dan tidak mampu
mendukung kebutuhan industri (Jensen, 1993 dalam Sulistijo & Sjeifoul, 2006). dan pada
tersebut, maka penulis ingin melakukan budidaya terhadap rumput laut Sargassum
karena salinitas berhubungan dengan aktifitas fisologi dan metabolisme sehinga kosentrasi
Sargassum duplicatum ?
duplicatum ?
Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi ilmia tentang kosentrasi
salinitas yang sesuai bagi pertumbuhan rumput laut Sargassum duplicatum sehinga dapat
menjadi acuan bagi masyarakat khususnya pembudidaya dan instansi terkait dalam
mengembangkan jenis ini. Selain itu juga sebagai bahan acuan bagi penelitan berikutnya