Latar Belakang
Indonesia terdiri dari laut dan sisanya adalah pulau. Dalam mengolah dan membangun
sumber daya maritim di Indonesia diperlukan adanya kearifan lokal. Kata kearifan berasal
dari kata arif yang berarti bijaksana, cerdik, pandai, berilmu, paham, dan mengerti. Adapun
kebijaksanaan atau pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat dalam rangka mengelola
lingkungan, yaitu pengetahuan yang melahirkan perilaku hasil adaptasi mereka terhadap
Ekologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik Makhluk Hidup
laut. Ekosistem laut dibagi menjadi lautan, estuaria, terumbu karang dan pesisir pantai. Di
daerah pesisir pantai, biota yang hidup antara lain : teripang, binatang laut, udang, kepiting,
cacing laut, dan alga ( Fahrul, 2006: 87 ). Berdasarkan komponennya ekosistem terdiri dari
faktor biotik ( organisme, hewan, tumbuhan ) dan faktor abiotik ( suhu, kelembapan,
cahaya, air, udara, tanah, salinitas, pH). Dengan ketercukupan beberapa komponen abiotik
1
Keseimbangan ekosistem adalah suatu kondisi dimana interaksi antara komponen-
Padang lamun (seagrass bads) merupakan salah satu ekosistem yang terletak di
daerah pesisir. Lamun (segrass) tumbuh di perairan dangkal yang agak berpasir. Sering pula
dijumpai di terumbu karang. Lamun adalah tumbuhan berbiji tunggal (monokotil) dari kelas
angiospermaea. Tumbuhan ini telah menyesuaikan diri untuk hidup terbenam di dalam laut
terdiri atas rhizome, daun dan akar. Rhizome merupakan batang yang terbenam dan merayap
secara mendatar dan berbuku – buku. Pada buku – buku tersebut tumbuh betang pendek yang
tegak ke atas, berdaun dan berbunga. Dengan rhizome dan akarnya inilah tumbuhan tersebut
dapat menancapkan diri dengan kokoh di dasar laut hingga tahan terhadap hempasan
gelombang dan arus. System pembiakan lamun melalui penyerbukan di dalam air
tumbuhan berbunga yang terdapat di lingkungan laut. Tumbuh-tumbuhan ini hidup di habitat
perairan pantai dangkal. Lamun mempunyai tunas berdaun yang tegak dan tangkai-tangkai
dapat menyerap dengan efektif untuk berkembang biak (Romimohtarto dan Juwana, 1999).
Lamun adalah tumbuhan berbunga yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri untuk
hidup terbenam di dalam laut. Tumbuhan ini terdiri dari rhizoma, daun dan akar. Rhizoma
merupakan batang yang terbenam dan merayap secara mendatar serta berbuku-buku. Pada
buku-buku tersebut tumbuh batang pendek yang tegak ke atas, berdaun dan berbunga serta
tumbuh pula akar. Dengan rhizoma dan akar inilah tumbuhan tersebut dapat menancapkan
diri dengan kokoh di dasar laut. Sebagian besar lamun berumah dua artinya dalam satu
2
tumbuhan hanya ada jantan dan betina saja. Sistem pembiakan bersifat khas karena mampu
melakukan penyerbukan di dalam air serta buahnya terendam dalam air (Nontji, 2005 Dalam
Nurzahraeni ).
Padang lamun merupakan salah satu ekosistem yang subur. Produktifitas primer
komunitas lamun antara 500 – 1000 g C/m2/tahun, tetapi pada daerah subur dapat mencapai
6.825 g C/m2/tahun (McRoy dan McMillan, 1977). Walaupun padang lamun merupakan
kunci unit produksi primer di perairan pantai, relative sedikit diketahui mengenai peranan
energinya dalam ekonomis ekosistem pantai, hanya sedikit yang memakan tanaman ini
secara langsung (Nybakken, 1988). Beberapa biota yang hidup di padang lamun , seperti
krustasea, moluska, cacing, teripang dan ikan. Beberapa jenis laut yang mempunyai ekonomi
menggunakan daerah padang lamun ini sebagai tempat asuhan, antara lain ikan beronang
(Siganus sp). Duyung (Dugong dugong) merupakan mamalia laut yang makanannya adalah
Phaeophyta atau disebutut ganggang cokelat hamper semuanya hidup dilaut, secara luas
tersebar dipantai –pantai laut, terutama didaerah yang lebih dingin.sekitar 1000 spesies telah
diketahui secara terperinci.Phaeophyta hidup dibatu-batuan dalam air sedalam 1,5- 5 meter
atau lebih dan meluas kearah pantai didaerah-daerah yang masih tertutupi pasang
naik.tumbuhuan ini dapat mencapai 30-100 cm dan melakat dalam masssa luas dibatu-batuan
Makroalgae mempunyai peranan penting dalam ekologis dan biologisnya untuk menjaga
kestabilan ekosistem laut serta sebagai tempat hidup sekaligus perlindungan bagi biota lain.
3
Makroalgae banyak di temukan di perairan laut, air tawar dan tempat-tempat lembab, bahkan dapat
bersimbiosis dengan tumbuhan lain. Luas wilayah yang menjadi habitat rumput laut di Indonesia
mencapai 1,2 juta hektar atau terbesar di dunia (Wawa, 2005 dalam Suparmi, 2009).
mempunyai peranan penting dalam ekologis dan biologisnya untuk menjaga kestabilan
ekosistem laut serta sebagai tempat hidup sekaligus perlindungan bagi biota lain. Makroalgae
banyak di temukan di perairan laut, air tawar dan tempat-tempat lembab, bahkan dapat
bersimbiosis dengan tumbuhan lain. Luas wilayah yang menjadi habitat rumput laut di Indonesia
mencapai 1,2 juta hektar atau terbesar di dunia (Wawa, 2005 dalam Suparmi, 2009).
Kegiatan observasi yang dilaksanakan pada tanggal 15 November 2014 ditemukan banyak
Thalassia hemprichii dan phaeophyta dan mengingat peranan Alga dan Lamun sangat penting
bagi ekosistem jadi penulis menyusun penelitian mengenai “KOMPETISI TUMBUHAN LAMUN
Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi sebagai salah satu keanekargaman hayati di
Indonesia serta sebagai landasan dari upaya pelestarian alam di lingkungan pesisir.
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka identifikasi masalah yang disusun oleh
penulis, yakni :
4
1. Belum adanya informasi mengenai kompetisi Tumbuhan Lamun dengan Alga cokelat dipantai
Karapyak Pangandaran.
2. Perlunya informasi mengenai keadaan Tumbuhan Lamun dengan Alga cokelat dipantai
Karapyak Pangandaran.
3. Perlunya informasi persen tutupan dan kerapatan Tumbuhan Lamun dengan Alga Cokelat
a. Rumusan Masalah
PANGANDARAN JAWABARAT.
b. Batasan Masalah
Agar dalam penelitian ini tidak meluas dan lebih terarah pada pokok permasalahan, maka
masalah yang akan teliti perlu dibatasi. Sesuai dengan rumusan masalah di atas, penelitian
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk : Mengetahui informasi dan data secara kuantitatif mengenai
Kompetisi Tumbuhan Lamun dengan Alga Cokelat dan persen tutupan, kepadatan dan
5
Dominansi Tumbuhan Alga Cokelat Terhadap ekosistem Tumbuhan lamun dipantai Karapyak
Pangandaran.
E. Manfaat Peneltian
a.Data yang diperoleh dapat dijadikan sebagai informasi Kompetisi Tumbuhan Lamun dan Alga
b.Bagi peneliti dapat dijadikan bahan kajian dan referensi untuk penelitian selanjutnya.
c.Bagi Dinas Pariwisata Kabupaten Pangandaran sebagai pengelola objek wisata, dapat dijadikan
bahan penambah wawasan dan sebagai bahan referensi dalam upaya pengembangan pariwisata.
d.Dalam dunia Pendidikan, dapat diguanakan untuk menambah wawasan Siswa Kelas X pada
F. KAJIAN TEORI
A. Kompetisi
6
Ketika beberapa individu dari salah satu hanya satu atau beberapa spesies menjadi
tersebut pada dasarnya menguntungkan bagi kedua organisme disebut sebagai mutualisme.
Tetapi apabila itu bersifat merugikan itu adalah kompetisi (persaingan). Kompetisi adalah
keadaan dimana dua populasi tidak tumbuh baik bersama-sama seolah mereka terpisah
cahaya, nutrisi tanah, air, dan perhatian serangga penyerbuk serta penyebar biji. Jika satu
tumbuhan dibiarkan tumbuh dengan sendirinya dalam banyak kasus mungkin akan tumbuh
lebih cepat untuk menjadi lebih besar dan menghasilkan lebih banyak gamet dibandingkan
Kompetisi ini dapat terjadi antara individu di dalam spesies, guna mendapatkan
sumber daya lingkungan seperti makanan, ruang, cahaya, air dan unsur mineral. Di dalam
keduanya baik dalam hewan maupun tumbuhan terjadi setiap saat selama siklus hidupnya
Peran dari kompetisi telah diperdebatkan secara luas. Satu teori menyatakan hasil
spesies yang kurang menyesuaikan diri akan dikeluarkan dari ekosistem oleh pesaing
unggulnya.
Bagi spesies yang mendapatkan sinar matahari dan sumber daya lainnya adalah
pemenangnya; Mereka yang tidak, akan kalah dan dieliminasi. jika hal ini benar, maka
persaingan sangat kecil terjadi pada ekosistem yang khas (Mauset, 1998; 746).
7
Kompetisi dapat terjadi dalam berbagai cara. Perkelahian langsung atas sumber
kompetisi antar spesies yang bergantung pada kepadatan serupa dengan pengaruh
akses ke bagian yang lebih sedikit dari sumberdaya pembatas; sebagai akibatnya, angka
menurun. Akan tetapi, dalam kompetisi antar spesies, pertumbuhan populasi suatu spesies
mungkin dibatasi kepadatan spesies yang berkompetisi tersebut maupun oleh kepadatan
Populasi dua atau lebih spesies dalam suatu komunitas mengandalkan sumber daya
terbatas yang sama, mereka bisa rentan terhadap kompetisi antar spesies
yang lebih sedikit dari sumberdaya pembatas; sebagai akibatnya, angka mortalitas
Akan tetapi, dalam kompetisi antar spesies, pertumbuhan populasi suatu spesies mungkin
8
dibatasi kepadatan spesies yang berkompetisi tersebut maupun oleh kepadatan populasinya
B. Tumbuhan Lamun
Padang lamun (seagrass bads) merupakan salah satu ekosistem yang terletak di
daerah pesisir. Lamun (segrass) tumbuh di perairan dangkal yang agak berpasir. Sering
pula dijumpai di terumbu karang. Lamun adalah tumbuhan berbiji tunggal (monokotil) dari
kelas angiospermaea. Tumbuhan ini telah menyesuaikan diri untuk hidup terbenam di
dalam laut terdiri atas rhizome, daun dan akar. Rhizome merupakan batang yang terbenam
dan merayap secara mendatar dan berbuku – buku. Pada buku – buku tersebut tumbuh
betang pendek yang tegak ke atas, berdaun dan berbunga. Dengan rhizome dan akarnya
inilah tumbuhan tersebut dapat menancapkan diri dengan kokoh di dasar laut hingga tahan
terhadap hempasan gelombang dan arus. System pembiakan lamun melalui penyerbukan
hidup di habitat perairan pantai dangkal. Lamun mempunyai tunas berdaun yang tegak dan
untuk hidup terbenam di dalam laut. Tumbuhan ini terdiri dari rhizoma, daun dan akar.
Rhizoma merupakan batang yang terbenam dan merayap secara mendatar serta berbuku-
buku. Pada buku-buku tersebut tumbuh batang pendek yang tegak ke atas, berdaun dan
berbunga serta tumbuh pula akar. Dengan rhizoma dan akar inilah tumbuhan tersebut dapat
9
menancapkan diri dengan kokoh di dasar laut. Sebagian besar lamun berumah dua artinya
dalam satu tumbuhan hanya ada jantan dan betina saja. Sistem pembiakan bersifat khas
karena mampu melakukan penyerbukan di dalam air serta buahnya terendam dalam air
Padang lamun merupakan salah satu ekosistem yang subur. Produktifitas primer
komunitas lamun antara 500 – 1000 g C/m2/tahun, tetapi pada daerah subur dapat
mencapai 6.825 g C/m2/tahun (McRoy dan McMillan, 1977). Walaupun padang lamun
merupakan kunci unit produksi primer di perairan pantai, relative sedikit diketahui
mengenai peranan energinya dalam ekonomis ekosistem pantai, hanya sedikit yang
memakan tanaman ini secara langsung (Nybakken, 1988). Beberapa biota yang hidup di
padang lamun , seperti krustasea, moluska, cacing, teripang dan ikan. Beberapa jenis laut
yang mempunyai ekonomi menggunakan daerah padang lamun ini sebagai tempat asuhan,
antara lain ikan beronang (Siganus sp). Duyung (Dugong dugong) merupakan mamalia laut
C Alga cokelat
Phaeophyta atau disebutut ganggang cokelat hamper semuanya hidup dilaut, secara
luas tersebar dipantai –pantai laut, terutama didaerah yang lebih dingin.sekitar 1000 spesies
10
Phaeophyta hidup dibatu-batuan dalam air sedalam 1,5- 5 meter atau lebih dan meluas
kearah pantai didaerah-daerah yang masih tertutupi pasang naik.tumbuhuan ini dapat mencapai
30-100 cm dan melakat dalam masssa luas dibatu-batuan dan tampak jika pasang air laut.
Alga cokelat sangat banyak manfaatnya bagi manusia misalnya untuk makanan
ternakDan sudah sejak lama tumbuhan ini dijadikan sebagai pupuk; kandungan nitrogen dan
kalium tinggi tetapi fosfornya rendah.ekstrak dari kelp penting untuk beberapa proses dalam
industri.Mungkin lebih dari 50 persen es krim yang diperjual belikan diberi algin, suatu koloid
dari ganggang cokelat Penggunan bahan ini memberi konsistensi halus kepada produk yang
dibekukan itu dan mencegah pembentukan Kristal es yang besar selama penyimpannya.Algin
ini diguanakan dalam pembentukan produk-produk farnasi,seperti pil, tablet, salep, dan obat
pembersih gigi, juga dalam kosmetik, seperti lotion dan krem sehabis cukur zat itu penting
Sekali dalam komponen bahn cetakan dalam pembuatan gigi palsu dan banyak lagi keguanan
Struktur tubuh Alga coklat bervariasi mulai dari yang berbentuk filament hingga
yang menyerupai tumbuhan tingkat tinggi. Banyak di antara anggota divisi Phaeophyta
merupakan jenis alga dengan ukuran thalus terbesar di dunia, contohnya Macrocysti pyrifera
yang dapat tumbuh lebih dari 80 meter di pesisir barat California. Pada umumnya alga coklat
dapat hidup di laut tumbuh di dasar perairan dan melekat pada substrat dengan menggunakan
holdfast. Di Indonesia alga coklat yang umum dijumpa berasal dari genera Sargassum,
Turbinaria, Dictyota dan Padina (Sumich, 1992) Kelompok algae coklat memiliki bentuk
11
yang bervariasi tetapi hampir sebagia besar jenis-jenisnya berwarna coklat atau pirang. Warna
tersebut tahan dan tidak berubah walaupun algae ini mati atau kekeringan. Hanya pada
beberapa jenis warnanya misal pada sargassum, warnanya akan sedikit berubah menjadi hijau
kebiru-biruan apabila mati kekeringan. Ukuran thalli atau rumpun beberapa jenisnya sudah
lebih tinggi dari jenis-jenis algae merah dan hijau, misal dapat mencapai sampai sekitar tiga
Thallus berbentuk lembaran, bulatan atau batangan yang bersifat lunak atau keras.
warna pirang atau coklat. Dalam dinding sel terdapat cellulosa dan asam alginik. Produk
dengan jalan sexual dan nonsexual dan sel reproduktifnya memiliki flagella (Wanda, 1988).
Hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Budi Irawan pada tahun 2010 dengan
meneliti “Jenis-jenis Lamun (seagrass) di Pangandaran, Jawa Barat”, Metode yang dilakukan
adalah menggunakan metode survei dan line transek. Identifikasi lamun di lakukan dengan
menggunakan manual yang terdapat dalam buku identifiikasi lamun (keiichi et al., 200 dan short
et al., 2006).
12
Hasil penelitian diperoleh Rata-rata penutupan lamun terbesar terdapat di Pantai Timur
(88,66%) dengan jenis yang memiliki penutupan terbesar adalah H. Pinifolia (76,25%), sedangkan
rata-rata penutupan di Pantai Barat sebesar 7,39% (T. hemprichii). Kondisi ini di sebabkan oleh
pengaruh aktivitas pengunjung Pantai Barat Pangandaran yang menginjak padang lamun saat
Hasil penelitian terdahulu yang lainya Dilakukan oleh Suryana pada tahun 2010 yang
Berjudul “Distribusi Makroalga Cokelat (Phaeophyta) di Pantai Barat Cagar Alam Pananjung
Pangandaran Jawa Barat” , Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey dengan
tekhnik sampling menggunakan kombinasi transek dan plot kuadrat. Analisis data di lakukan
Berdasarkan hasil yang di peroleh diketahui bahwa jenis algae cokelat (Phaeophyta) yang
di temukan dan dapat diidentifikasi terdiri dari 2 spesies dengan ordo, famili, dan genus yang
berbeda. Alga cokelat (Phaeophyta) yang paling banyak di temukann adalah Padina australis
dengan frekuensi relatif 75,68%. Jenis algae cokelat (Phaeophyta) yang lainnya adalah Turbinaria
H.KERANGKA PEMIKIRAN
Pantai Karapyak
13
Climate Factor
Lamun Phaeophyta
Substrat
Persaingan
a. Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu metode penelitian yang
digunakan untuk mengetahui variabel yang akan diteliti berdasarkan hasil penelitian di lapangan
tanpa dihubungkan dengan sampel yang lainnya maupun dihubungkan dengan variabel lainnya
14
(variabel tersebut bersifat mandiri). Dalam merumuskan masalah, berkenaan dengan variabel
b. Desain Penelitian
Keterangan :
St : Stasiun
K : Kuadran
15
Teknik pengambilan sampel menggunakan gabungan metoode “Belt transect”dan “Hand
Sorting” dengan cara membentangkan tali sepanjang 100 meter ke tengah laut. Sebelumnya
penulis melakukan observasi terlebih dahulu mengenai keadaaan alam sekitar lokasi penelitian.
Tali yang digunakan sebelumnya dibagi menjadi 10 kuadran dengan panjang masing-masing 10
meter, sehingga penelitian dilakukan pada setiap kuadran. Sebelum melakukan observasi,
langkah yang pertama dilakukan adalah mengukur faktor klimatik (ClimateFactor) di tempat
transek yang berukuran 1 x 1 meter dan didalamnya dibuat kotak sebanyak 100 buah. Masing-
masing kotak kecil berukuran 10 x 10 cm. Alat ini digunakan untuk mempermudah dalam
penghitungan kerapatan dan penutupan sampel yang diamati.Objek dalam penelitian ini adalah
tumbuhan lamun dan Alga cokelat yang berada di Pantai Karapyak, Kabupaten Panganaran, Jawa
Barat.
1. Populasi
16
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu populasi tumbuhan lamun dan yang Alga
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah tumbuhan lamun dan Alga cokelat yang akan dilihat dari
pola distribuusi, kerapatan dan persentase penutupan di kawasan Pantai Karapyak Kabupaten
e. Daftar Alat
J. OBJEK PENELITIAN
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah tumbuhan lamun dan Alga cokelat di Zona
17
Dalam meringkas data, kepadatan, dominansi dan nilai-nilai frekuensi dapat ditentukan untuk
masing-masing spesies. Kepadatan mengacu pada jumlah individu per-satuan luas, dominansi ke
daerah basal atau cakupan mahkota per-satuan luas, dan frekuensi fraksi plot sampel yang
mengandung spesies.
Nilai relatif untuk kepadatan,dominansi dan frekuensi dapat dikombinasikan menjadi nilai
penting tunggal, yang mencerminkan tiga langkah yang agak berbeda ini pentingnya spesies
didalam komunitas. Berbagai pengukuran vegetasi ditentukan sesuai dengan rumus berikut :
Untuk menaksir kerapatan populasi tanaman lamun dan Alga cokelat dengan metode
cuplikan kuadrat dengan cara menghitung % penutupan setiap cuplikan dengan kuadrat yang di
asumsikan dengan membuat kotak 10x10cm sebagai 1% penutupan dimana terdapat 100 kotak
dalam satu kuadrat ukuran 1x1m. Kerapatan populasi dinyatakan dalam jumlah individu per satuan
ruang tempat hidup (satuan luas area, satuan volume, atau satuan berat medium atau substrat ).
b. Jenis
Untuk mempermudah dalam menentukan spesies dari setiap tumbuhan lamun dan alga
cokelat yang diamati digunakan buku kunci determinasi sebagai alat bantu.
18
Prosedur pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam 3 tahap, yaitu tahap persiapan, tahap
pelaksanaan dan tahap pengolahan data. Tahap persiapan adalah kegiatan-kegiatan yang di
penelitian dilaksanakan dan tahap penngolahan data adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan
1. Tahap Persiapan
Tahapan ini meliputi penentuan waktu dan tempat penelitian, Melakukan observasi lapangan
(kegiatan pra penelitian), peminjaman alat ke laboratorium dan penyediaan alat-alat lain yang
a. Membuat stasiun-stasiun denngan cara membentangkan tali rapia sepanjang 100 meter.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini hal yang pertama kali dilakukan adalah mengukur faktor klimatik lingkungan
sekitar, setelah itu baru melakukan penghitungan pola distribusi dan kerapatan sampel
M. JADWAL PENELITIAN
19
Kegiatan Desember Januari Februari Maret April Mei
Minggu 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan
Proposal
Seminar
Proposal
Revisi
Proposal
Pembuatan
Surat
Penelitian
Persiapan
Alat dan
Bahan
Pengambilan
Sampel di
lapangan
Pengolahan
data
Penyusunan
laporan
skripsi
20
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A. Jane A Reece. Mitchel. 2000. Biology, Edisi ke- 5, jilid 3. Penerjemah Wasmen
Monalu. Jakarta: Erlangga.
Champman, J.L. Reiss, M.J. 1995. Ecology : Principles and Applications 3rd edition. New York:
Cambridge University Press.
Fachrul, M.F. (2007). Metode sampling bioekologi. Jakarta: PT Bumi Aksara
Irawan, Budi. 2010. Jenis-jenis Lamun (seagrass) di Pangandaran Jawa Barat, Biodiversitas dan
Bioteknologi Sumberdaya Akuatik, Prosiding, Seminar Nasional Biologi. Purwokerto:
Fakultas Biologi, Universitas Jendral Soedirman. (E-Jurnal).
Mauset, James D. 1998. Botany: An Introduction to Plant Biology, 2/e, Multimedia Enhanced
Edition. UK: Jones and Bartlett Publishers.
Michael, P. 1984. Ecological System : Method For File and Laboratory Investigation. New Delhi:
Tata Mcgraw-Hill Publishing Company Limited.
Nontji, Anugerah. 2010. Pengelolaan Padang Lamun Pembelajaran dari Proyek Trismades,
Biodiversitas dan Bioteknologi Sumberdaya Akuatik, Prosiding, Seminar Nasional Biologi.
Purwokerto: Fakultas Biologi, Universitas Jendral Soedirman. (E-Jurnal).
Nontji, Anugerah. 1984. Peranan Zooxanhella dalam Ekosistem Terumbu Karang. Jakarta:
Oseana. 9(3): 74-87. (E-Jurnal).
Nurzhaeraini. 2014. “Keragaman Jenis dan Kondisi Padang Lamun di Perairan Pulau Panjang
Kepulauan Derawan Kalimantan Timur”. (E-Jurnal).
Nyabakken, James W.1992. Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologis, Penerjemah H.
Muhammad Eidman et al. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Palallo, Alfian. 2013. Distribusi Makroalga Pada Ekosistem Lamun dan Terumbu Karang di
Pulau Bone Batang, Kec. Ujung Tanah, Kelurahan Barrang Lompo, Makassar. Makassar:
Progam Studi Ilmu Kelautan, Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan, Universitas Hassanudin. (E-Jurnal).
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Suparmi, Achmad Sahri. 2009. Mengenal Potensi Rumput Laut: Kajian Pemanfaatan Sumberdaya
Rumput Lautd dari Aspek Industri dan Kesehatan. Semarang: Program Studi Magister
Manajemen Sumber Daya Pantai, Universitas Diponegoro. (E-Jurnal).
Tjitrosomo, Siti Sutarni.dkk.1983.Botani Umum 3.Bandung: Angkasa
21