Anda di halaman 1dari 21

A.

Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara maritim terbesar di dunia. Hampir 2/3 wilayah

Indonesia terdiri dari laut dan sisanya adalah pulau. Dalam mengolah dan membangun

sumber daya maritim di Indonesia diperlukan adanya kearifan lokal. Kata kearifan berasal

dari kata arif yang berarti bijaksana, cerdik, pandai, berilmu, paham, dan mengerti. Adapun

kata kearifan berarti kebijaksanaan, kecendekiaan (Tim Penyusun Kamus PPPB,

1995:56).berdasarkan pengertian tersebut, di sini kearifan lokal diartikan sebagai

kebijaksanaan atau pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat dalam rangka mengelola

lingkungan, yaitu pengetahuan yang melahirkan perilaku hasil adaptasi mereka terhadap

lingkungan, yang implikasinya adalah kelestarian dan kelangsungan lingkungan untuk

jangka panjang(Sumintarsih 1993/1994:5).

Ekologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik Makhluk Hidup

dengan lingkungannya. Dalam suatu lingkungan terdapat komponen-komponen yang

saling berkesinambungan mengakibatkan suatu alur yang dinamis. Ekosistem adalah

hubungan saling mempengaruhi antara makhluk hidup dengan lingkungannya.

Berdasarkan lingkungannya, ekosistem dibedakan ekosistem darat/terestial dan ekosistem

laut. Ekosistem laut dibagi menjadi lautan, estuaria, terumbu karang dan pesisir pantai. Di

daerah pesisir pantai, biota yang hidup antara lain : teripang, binatang laut, udang, kepiting,

cacing laut, dan alga ( Fahrul, 2006: 87 ). Berdasarkan komponennya ekosistem terdiri dari

faktor biotik ( organisme, hewan, tumbuhan ) dan faktor abiotik ( suhu, kelembapan,

cahaya, air, udara, tanah, salinitas, pH). Dengan ketercukupan beberapa komponen abiotik

dan biotik menyebabkan keseimbangan ekosistem.

1
Keseimbangan ekosistem adalah suatu kondisi dimana interaksi antara komponen-

komponen didalamnya berlangsung secara harmonis dan seimbang. Keseimbangan

ekosistem tersebut berdampak signifikan pada keselarasan serta kesejahteraan hidup

manusia dan makhluk hidup lainnya.

Padang lamun (seagrass bads) merupakan salah satu ekosistem yang terletak di

daerah pesisir. Lamun (segrass) tumbuh di perairan dangkal yang agak berpasir. Sering pula

dijumpai di terumbu karang. Lamun adalah tumbuhan berbiji tunggal (monokotil) dari kelas

angiospermaea. Tumbuhan ini telah menyesuaikan diri untuk hidup terbenam di dalam laut

terdiri atas rhizome, daun dan akar. Rhizome merupakan batang yang terbenam dan merayap

secara mendatar dan berbuku – buku. Pada buku – buku tersebut tumbuh betang pendek yang

tegak ke atas, berdaun dan berbunga. Dengan rhizome dan akarnya inilah tumbuhan tersebut

dapat menancapkan diri dengan kokoh di dasar laut hingga tahan terhadap hempasan

gelombang dan arus. System pembiakan lamun melalui penyerbukan di dalam air

(hydrophilous pollination). Lamun (seagress) adalah satu-satunya kelompok tumbuh-

tumbuhan berbunga yang terdapat di lingkungan laut. Tumbuh-tumbuhan ini hidup di habitat

perairan pantai dangkal. Lamun mempunyai tunas berdaun yang tegak dan tangkai-tangkai

dapat menyerap dengan efektif untuk berkembang biak (Romimohtarto dan Juwana, 1999).

Lamun adalah tumbuhan berbunga yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri untuk

hidup terbenam di dalam laut. Tumbuhan ini terdiri dari rhizoma, daun dan akar. Rhizoma

merupakan batang yang terbenam dan merayap secara mendatar serta berbuku-buku. Pada

buku-buku tersebut tumbuh batang pendek yang tegak ke atas, berdaun dan berbunga serta

tumbuh pula akar. Dengan rhizoma dan akar inilah tumbuhan tersebut dapat menancapkan

diri dengan kokoh di dasar laut. Sebagian besar lamun berumah dua artinya dalam satu

2
tumbuhan hanya ada jantan dan betina saja. Sistem pembiakan bersifat khas karena mampu

melakukan penyerbukan di dalam air serta buahnya terendam dalam air (Nontji, 2005 Dalam

Nurzahraeni ).

Padang lamun merupakan salah satu ekosistem yang subur. Produktifitas primer

komunitas lamun antara 500 – 1000 g C/m2/tahun, tetapi pada daerah subur dapat mencapai

6.825 g C/m2/tahun (McRoy dan McMillan, 1977). Walaupun padang lamun merupakan

kunci unit produksi primer di perairan pantai, relative sedikit diketahui mengenai peranan

energinya dalam ekonomis ekosistem pantai, hanya sedikit yang memakan tanaman ini

secara langsung (Nybakken, 1988). Beberapa biota yang hidup di padang lamun , seperti

krustasea, moluska, cacing, teripang dan ikan. Beberapa jenis laut yang mempunyai ekonomi

menggunakan daerah padang lamun ini sebagai tempat asuhan, antara lain ikan beronang

(Siganus sp). Duyung (Dugong dugong) merupakan mamalia laut yang makanannya adalah

lamun terutama Syringodium isoelifilium (Nontji, 1987).

Phaeophyta atau disebutut ganggang cokelat hamper semuanya hidup dilaut, secara luas

tersebar dipantai –pantai laut, terutama didaerah yang lebih dingin.sekitar 1000 spesies telah

diketahui secara terperinci.Phaeophyta hidup dibatu-batuan dalam air sedalam 1,5- 5 meter

atau lebih dan meluas kearah pantai didaerah-daerah yang masih tertutupi pasang

naik.tumbuhuan ini dapat mencapai 30-100 cm dan melakat dalam masssa luas dibatu-batuan

dan tampak jika pasang air laut . (Sutarmi, 1983).

Makroalgae mempunyai peranan penting dalam ekologis dan biologisnya untuk menjaga

kestabilan ekosistem laut serta sebagai tempat hidup sekaligus perlindungan bagi biota lain.

3
Makroalgae banyak di temukan di perairan laut, air tawar dan tempat-tempat lembab, bahkan dapat

bersimbiosis dengan tumbuhan lain. Luas wilayah yang menjadi habitat rumput laut di Indonesia

mencapai 1,2 juta hektar atau terbesar di dunia (Wawa, 2005 dalam Suparmi, 2009).

mempunyai peranan penting dalam ekologis dan biologisnya untuk menjaga kestabilan

ekosistem laut serta sebagai tempat hidup sekaligus perlindungan bagi biota lain. Makroalgae

banyak di temukan di perairan laut, air tawar dan tempat-tempat lembab, bahkan dapat

bersimbiosis dengan tumbuhan lain. Luas wilayah yang menjadi habitat rumput laut di Indonesia

mencapai 1,2 juta hektar atau terbesar di dunia (Wawa, 2005 dalam Suparmi, 2009).

Kegiatan observasi yang dilaksanakan pada tanggal 15 November 2014 ditemukan banyak

Thalassia hemprichii dan phaeophyta dan mengingat peranan Alga dan Lamun sangat penting

bagi ekosistem jadi penulis menyusun penelitian mengenai “KOMPETISI TUMBUHAN LAMUN

DENGAN ALGA COKELAT DIPANTAI KARAPYAK PANGANDARAN JAWABARAT“.

Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi sebagai salah satu keanekargaman hayati di

Indonesia serta sebagai landasan dari upaya pelestarian alam di lingkungan pesisir.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka identifikasi masalah yang disusun oleh

penulis, yakni :

4
1. Belum adanya informasi mengenai kompetisi Tumbuhan Lamun dengan Alga cokelat dipantai

Karapyak Pangandaran.

2. Perlunya informasi mengenai keadaan Tumbuhan Lamun dengan Alga cokelat dipantai

Karapyak Pangandaran.

3. Perlunya informasi persen tutupan dan kerapatan Tumbuhan Lamun dengan Alga Cokelat

dipantai Karapyak Pangandaran.

C. Rumusan Masalah .Dan Batasan Masalah

a. Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang Diatas Maka Rumusan Masalahnya Adalah“Bagaimana

KOMPETISI TUMBUHAN LAMUN DENGAN ALGA COKELAT DIPANTAI KARAPYAK

PANGANDARAN JAWABARAT.

b. Batasan Masalah

Agar dalam penelitian ini tidak meluas dan lebih terarah pada pokok permasalahan, maka

masalah yang akan teliti perlu dibatasi. Sesuai dengan rumusan masalah di atas, penelitian

ini dibatasi pada hal-hal berikut ini:

a. Lokasi Terletak dipantai Karapyak Pangandaran Jawa Barat

b. Kompetisi Tumbuhan Lamun dengan Alga Cokelat

c. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif

d. Penelitian dilakukan pada Zona Intertidal pantai Karapyak Pangandaran

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk : Mengetahui informasi dan data secara kuantitatif mengenai

Kompetisi Tumbuhan Lamun dengan Alga Cokelat dan persen tutupan, kepadatan dan

5
Dominansi Tumbuhan Alga Cokelat Terhadap ekosistem Tumbuhan lamun dipantai Karapyak

Pangandaran.

E. Manfaat Peneltian

Adapun manfaat penelitian yang dilakukan, diantaranya :

a.Data yang diperoleh dapat dijadikan sebagai informasi Kompetisi Tumbuhan Lamun dan Alga

cokelat dipantai Pangandaran.

b.Bagi peneliti dapat dijadikan bahan kajian dan referensi untuk penelitian selanjutnya.

c.Bagi Dinas Pariwisata Kabupaten Pangandaran sebagai pengelola objek wisata, dapat dijadikan

bahan penambah wawasan dan sebagai bahan referensi dalam upaya pengembangan pariwisata.

d.Dalam dunia Pendidikan, dapat diguanakan untuk menambah wawasan Siswa Kelas X pada

Bab Tumbuhan tentang Lamun dan Alga Cokelat Di dipantai Pangandaran.

F. KAJIAN TEORI

A. Kompetisi

6
Ketika beberapa individu dari salah satu hanya satu atau beberapa spesies menjadi

bersama-sama berkemungkinan untuk menciptakan suatu interaksi. Apabila interaksi

tersebut pada dasarnya menguntungkan bagi kedua organisme disebut sebagai mutualisme.

Tetapi apabila itu bersifat merugikan itu adalah kompetisi (persaingan). Kompetisi adalah

keadaan dimana dua populasi tidak tumbuh baik bersama-sama seolah mereka terpisah

karena mereka menggunakan sumberdaya yang sedikit secara bersama-sama.

Banyak tumbuhan yang diyakini bersaing dengan lainya dalam mendapatkan

cahaya, nutrisi tanah, air, dan perhatian serangga penyerbuk serta penyebar biji. Jika satu

tumbuhan dibiarkan tumbuh dengan sendirinya dalam banyak kasus mungkin akan tumbuh

lebih cepat untuk menjadi lebih besar dan menghasilkan lebih banyak gamet dibandingkan

dengan adanya keberadaan tanaman lain di dekatnya (Mauset, 1998; 746).

Kompetisi ini dapat terjadi antara individu di dalam spesies, guna mendapatkan

sumber daya lingkungan seperti makanan, ruang, cahaya, air dan unsur mineral. Di dalam

keduanya baik dalam hewan maupun tumbuhan terjadi setiap saat selama siklus hidupnya

(M.J. Reiss, 1995; 105).

Peran dari kompetisi telah diperdebatkan secara luas. Satu teori menyatakan hasil

dari kompetisi adalah pengeluaranpersaingan (competitive cexclusion); yang mana bagi

spesies yang kurang menyesuaikan diri akan dikeluarkan dari ekosistem oleh pesaing

unggulnya.

Bagi spesies yang mendapatkan sinar matahari dan sumber daya lainnya adalah

pemenangnya; Mereka yang tidak, akan kalah dan dieliminasi. jika hal ini benar, maka

persaingan sangat kecil terjadi pada ekosistem yang khas (Mauset, 1998; 746).

7
Kompetisi dapat terjadi dalam berbagai cara. Perkelahian langsung atas sumber

daya disebut kompetisi interperensi (interference competition), sementara penggunaan

sumberdaya yang sama disebut kompetisi ekploitatif (exploitative competition). Pengaruh

kompetisi antar spesies yang bergantung pada kepadatan serupa dengan pengaruh

kompetisi intraspesies. Ketika kepadatan populasi meningkat, setiap individu memiliki

akses ke bagian yang lebih sedikit dari sumberdaya pembatas; sebagai akibatnya, angka

mortalitas (kematian) meningkat, angka kelahiran menurun, dan pertumbuhan populasi

menurun. Akan tetapi, dalam kompetisi antar spesies, pertumbuhan populasi suatu spesies

mungkin dibatasi kepadatan spesies yang berkompetisi tersebut maupun oleh kepadatan

populasinya sendiri (Campbell et al., 2000).

Populasi dua atau lebih spesies dalam suatu komunitas mengandalkan sumber daya

terbatas yang sama, mereka bisa rentan terhadap kompetisi antar spesies

(interspecificcompetition). kompetisi dapat terjadi dalam berbagai cara. Perkelahian

langsung atas sumber daya disebut kompetisiinterperensi (interferencecompetition),

sementara penggunaan sumberdaya yang sama disebut kompetisiekploitatif

(exploitativecompetition). Pengaruh kompetisi antar spesies yang bergantung pada

kepadatan serupa dengan pengaruh kompetisi intraspesies.

Ketika kepadatan populasi meningkat, setiap individu memiliki akses ke bagian

yang lebih sedikit dari sumberdaya pembatas; sebagai akibatnya, angka mortalitas

(kematian) meningkat,angka kelahiran menurun, dan pertumbuhan populasi menurun.

Akan tetapi, dalam kompetisi antar spesies, pertumbuhan populasi suatu spesies mungkin

8
dibatasi kepadatan spesies yang berkompetisi tersebut maupun oleh kepadatan populasinya

sendiri (Campbell et al., Edisi ke- 5, 2000).

B. Tumbuhan Lamun

Padang lamun (seagrass bads) merupakan salah satu ekosistem yang terletak di

daerah pesisir. Lamun (segrass) tumbuh di perairan dangkal yang agak berpasir. Sering

pula dijumpai di terumbu karang. Lamun adalah tumbuhan berbiji tunggal (monokotil) dari

kelas angiospermaea. Tumbuhan ini telah menyesuaikan diri untuk hidup terbenam di

dalam laut terdiri atas rhizome, daun dan akar. Rhizome merupakan batang yang terbenam

dan merayap secara mendatar dan berbuku – buku. Pada buku – buku tersebut tumbuh

betang pendek yang tegak ke atas, berdaun dan berbunga. Dengan rhizome dan akarnya

inilah tumbuhan tersebut dapat menancapkan diri dengan kokoh di dasar laut hingga tahan

terhadap hempasan gelombang dan arus. System pembiakan lamun melalui penyerbukan

di dalam air (hydrophilous pollination). Lamun (seagress) adalah satu-satunya kelompok

tumbuh-tumbuhan berbunga yang terdapat di lingkungan laut. Tumbuh-tumbuhan ini

hidup di habitat perairan pantai dangkal. Lamun mempunyai tunas berdaun yang tegak dan

tangkai-tangkai dapat menyerap dengan efektif untuk berkembang biak (Romimohtarto

dan Juwana, 1999).

Lamun adalah tumbuhan berbunga yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri

untuk hidup terbenam di dalam laut. Tumbuhan ini terdiri dari rhizoma, daun dan akar.

Rhizoma merupakan batang yang terbenam dan merayap secara mendatar serta berbuku-

buku. Pada buku-buku tersebut tumbuh batang pendek yang tegak ke atas, berdaun dan

berbunga serta tumbuh pula akar. Dengan rhizoma dan akar inilah tumbuhan tersebut dapat

9
menancapkan diri dengan kokoh di dasar laut. Sebagian besar lamun berumah dua artinya

dalam satu tumbuhan hanya ada jantan dan betina saja. Sistem pembiakan bersifat khas

karena mampu melakukan penyerbukan di dalam air serta buahnya terendam dalam air

(Nontji, 2005 Dalam Nurzahraeni ).

Padang lamun merupakan salah satu ekosistem yang subur. Produktifitas primer

komunitas lamun antara 500 – 1000 g C/m2/tahun, tetapi pada daerah subur dapat

mencapai 6.825 g C/m2/tahun (McRoy dan McMillan, 1977). Walaupun padang lamun

merupakan kunci unit produksi primer di perairan pantai, relative sedikit diketahui

mengenai peranan energinya dalam ekonomis ekosistem pantai, hanya sedikit yang

memakan tanaman ini secara langsung (Nybakken, 1988). Beberapa biota yang hidup di

padang lamun , seperti krustasea, moluska, cacing, teripang dan ikan. Beberapa jenis laut

yang mempunyai ekonomi menggunakan daerah padang lamun ini sebagai tempat asuhan,

antara lain ikan beronang (Siganus sp). Duyung (Dugong dugong) merupakan mamalia laut

yang makanannya adalah lamun terutama Syringodium isoelifilium (Nontji, 1987).

C Alga cokelat

Phaeophyta atau disebutut ganggang cokelat hamper semuanya hidup dilaut, secara

luas tersebar dipantai –pantai laut, terutama didaerah yang lebih dingin.sekitar 1000 spesies

telah diketahui secara terperinci.

10
Phaeophyta hidup dibatu-batuan dalam air sedalam 1,5- 5 meter atau lebih dan meluas

kearah pantai didaerah-daerah yang masih tertutupi pasang naik.tumbuhuan ini dapat mencapai

30-100 cm dan melakat dalam masssa luas dibatu-batuan dan tampak jika pasang air laut.

Alga cokelat sangat banyak manfaatnya bagi manusia misalnya untuk makanan

ternakDan sudah sejak lama tumbuhan ini dijadikan sebagai pupuk; kandungan nitrogen dan

kalium tinggi tetapi fosfornya rendah.ekstrak dari kelp penting untuk beberapa proses dalam

industri.Mungkin lebih dari 50 persen es krim yang diperjual belikan diberi algin, suatu koloid

dari ganggang cokelat Penggunan bahan ini memberi konsistensi halus kepada produk yang

dibekukan itu dan mencegah pembentukan Kristal es yang besar selama penyimpannya.Algin

ini diguanakan dalam pembentukan produk-produk farnasi,seperti pil, tablet, salep, dan obat

pembersih gigi, juga dalam kosmetik, seperti lotion dan krem sehabis cukur zat itu penting

Sekali dalam komponen bahn cetakan dalam pembuatan gigi palsu dan banyak lagi keguanan

algin yang bermanfat bagi manusia. (sutarmi, 1983).

Struktur tubuh Alga coklat bervariasi mulai dari yang berbentuk filament hingga

yang menyerupai tumbuhan tingkat tinggi. Banyak di antara anggota divisi Phaeophyta

merupakan jenis alga dengan ukuran thalus terbesar di dunia, contohnya Macrocysti pyrifera

yang dapat tumbuh lebih dari 80 meter di pesisir barat California. Pada umumnya alga coklat

dapat hidup di laut tumbuh di dasar perairan dan melekat pada substrat dengan menggunakan

holdfast. Di Indonesia alga coklat yang umum dijumpa berasal dari genera Sargassum,

Turbinaria, Dictyota dan Padina (Sumich, 1992) Kelompok algae coklat memiliki bentuk

11
yang bervariasi tetapi hampir sebagia besar jenis-jenisnya berwarna coklat atau pirang. Warna

tersebut tahan dan tidak berubah walaupun algae ini mati atau kekeringan. Hanya pada

beberapa jenis warnanya misal pada sargassum, warnanya akan sedikit berubah menjadi hijau

kebiru-biruan apabila mati kekeringan. Ukuran thalli atau rumpun beberapa jenisnya sudah

lebih tinggi dari jenis-jenis algae merah dan hijau, misal dapat mencapai sampai sekitar tiga

meter (Wanda, 1988 dalam Palolo 2012).

Thallus berbentuk lembaran, bulatan atau batangan yang bersifat lunak atau keras.

Mengandung pigmen fotosintetik yaitu carotenes, fucoxanthin, chlorophyl a dan dengan

warna pirang atau coklat. Dalam dinding sel terdapat cellulosa dan asam alginik. Produk

fermentasinya adalah polosakarida berupa mannitol dan lamminaran. Pembiakan berlangsung

dengan jalan sexual dan nonsexual dan sel reproduktifnya memiliki flagella (Wanda, 1988).

G..Hasil Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Budi Irawan pada tahun 2010 dengan

meneliti “Jenis-jenis Lamun (seagrass) di Pangandaran, Jawa Barat”, Metode yang dilakukan

adalah menggunakan metode survei dan line transek. Identifikasi lamun di lakukan dengan

menggunakan manual yang terdapat dalam buku identifiikasi lamun (keiichi et al., 200 dan short

et al., 2006).

12
Hasil penelitian diperoleh Rata-rata penutupan lamun terbesar terdapat di Pantai Timur

(88,66%) dengan jenis yang memiliki penutupan terbesar adalah H. Pinifolia (76,25%), sedangkan

rata-rata penutupan di Pantai Barat sebesar 7,39% (T. hemprichii). Kondisi ini di sebabkan oleh

pengaruh aktivitas pengunjung Pantai Barat Pangandaran yang menginjak padang lamun saat

melakukan aktivitas rekreasi di pinggir pantai.

Hasil penelitian terdahulu yang lainya Dilakukan oleh Suryana pada tahun 2010 yang

Berjudul “Distribusi Makroalga Cokelat (Phaeophyta) di Pantai Barat Cagar Alam Pananjung

Pangandaran Jawa Barat” , Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey dengan

tekhnik sampling menggunakan kombinasi transek dan plot kuadrat. Analisis data di lakukan

dengan cara menghitung frekuensi dan frekuensi relatif.

Berdasarkan hasil yang di peroleh diketahui bahwa jenis algae cokelat (Phaeophyta) yang

di temukan dan dapat diidentifikasi terdiri dari 2 spesies dengan ordo, famili, dan genus yang

berbeda. Alga cokelat (Phaeophyta) yang paling banyak di temukann adalah Padina australis

dengan frekuensi relatif 75,68%. Jenis algae cokelat (Phaeophyta) yang lainnya adalah Turbinaria

conoides Frekuuensi Relatif 24,32%.

H.KERANGKA PEMIKIRAN

Pantai Karapyak

13
Climate Factor

Lamun Phaeophyta

Substrat

Persaingan

Densinity Dominansi Frekuensi

I. METODE DAN DESAIN PENELITIAN

a. Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu metode penelitian yang

digunakan untuk mengetahui variabel yang akan diteliti berdasarkan hasil penelitian di lapangan

tanpa dihubungkan dengan sampel yang lainnya maupun dihubungkan dengan variabel lainnya

14
(variabel tersebut bersifat mandiri). Dalam merumuskan masalah, berkenaan dengan variabel

yang akan kita teliti (Sugiyono, 2011; 56).

b. Desain Penelitian

Keterangan :

St : Stasiun

K : Kuadran

15
Teknik pengambilan sampel menggunakan gabungan metoode “Belt transect”dan “Hand

Sorting” dengan cara membentangkan tali sepanjang 100 meter ke tengah laut. Sebelumnya

penulis melakukan observasi terlebih dahulu mengenai keadaaan alam sekitar lokasi penelitian.

Tali yang digunakan sebelumnya dibagi menjadi 10 kuadran dengan panjang masing-masing 10

meter, sehingga penelitian dilakukan pada setiap kuadran. Sebelum melakukan observasi,

langkah yang pertama dilakukan adalah mengukur faktor klimatik (ClimateFactor) di tempat

observasi, diantaranya, suhu, kelembapan, pH, dst.

Garis dibentangkan menjorok ke laut dan dibagi kedalam 5 stasiun, masing-masing

stasiun berjarak 50 meter.Untuk mengukur kerapatan dan penutupannya, digunakan kuadran

transek yang berukuran 1 x 1 meter dan didalamnya dibuat kotak sebanyak 100 buah. Masing-

masing kotak kecil berukuran 10 x 10 cm. Alat ini digunakan untuk mempermudah dalam

penghitungan kerapatan dan penutupan sampel yang diamati.Objek dalam penelitian ini adalah

tumbuhan lamun dan Alga cokelat yang berada di Pantai Karapyak, Kabupaten Panganaran, Jawa

Barat.

c.Waktu dan Tempat Penelitian

Lokasi pelaksanaan penelitian dilakukan di Zona Intertidal Pantai Karapyak, Kabupaten

Pangandaran.Waktu pelaksanaan penelitian bulan Maret atau April 2015.

d. Populasi dan Sampel Populasi

1. Populasi

16
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu populasi tumbuhan lamun dan yang Alga

cokelat ada di kawasan Pantai Karapyak Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah tumbuhan lamun dan Alga cokelat yang akan dilihat dari

pola distribuusi, kerapatan dan persentase penutupan di kawasan Pantai Karapyak Kabupaten

Pangandaran, Jawa Barat.

e. Daftar Alat

No Nama Alat Spesifikasi Jumlah

1 Tali Rapia Plastik 6 buah

2 Benang Benang Kasur 1 gulung

3 Kuadran Besi 6 buah

4 Lakban Perekat Secukupnya

5 pH meter Digital (Lutron) 1 buah

6 Thermometer Kaca 6 buah

7 Hygrometer Pudak 1 buah

8 Salinometer Plastik & Logam 1 buah

9 Luxmeter Plastik & Logam 1 Buah

J. OBJEK PENELITIAN

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah tumbuhan lamun dan Alga cokelat di Zona

Intertidal pantai Karapyak Pangandaran.

K. RANCANGAN ANALISIS DATA

17
Dalam meringkas data, kepadatan, dominansi dan nilai-nilai frekuensi dapat ditentukan untuk

masing-masing spesies. Kepadatan mengacu pada jumlah individu per-satuan luas, dominansi ke

daerah basal atau cakupan mahkota per-satuan luas, dan frekuensi fraksi plot sampel yang

mengandung spesies.

Nilai relatif untuk kepadatan,dominansi dan frekuensi dapat dikombinasikan menjadi nilai

penting tunggal, yang mencerminkan tiga langkah yang agak berbeda ini pentingnya spesies

didalam komunitas. Berbagai pengukuran vegetasi ditentukan sesuai dengan rumus berikut :

a. Kerapatan dan Persentase Penutupan

Untuk menaksir kerapatan populasi tanaman lamun dan Alga cokelat dengan metode

cuplikan kuadrat dengan cara menghitung % penutupan setiap cuplikan dengan kuadrat yang di

asumsikan dengan membuat kotak 10x10cm sebagai 1% penutupan dimana terdapat 100 kotak

dalam satu kuadrat ukuran 1x1m. Kerapatan populasi dinyatakan dalam jumlah individu per satuan

ruang tempat hidup (satuan luas area, satuan volume, atau satuan berat medium atau substrat ).

b. Jenis

Untuk mempermudah dalam menentukan spesies dari setiap tumbuhan lamun dan alga
cokelat yang diamati digunakan buku kunci determinasi sebagai alat bantu.

L. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN

18
Prosedur pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam 3 tahap, yaitu tahap persiapan, tahap

pelaksanaan dan tahap pengolahan data. Tahap persiapan adalah kegiatan-kegiatan yang di

lakukan sebelum penelitian dilakukan. Tahap pelaksanaan adalah kegiatan-kegiatan ketika

penelitian dilaksanakan dan tahap penngolahan data adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan

setelah data penelitian terkumpul yang kemudian di olah secara persentase.

Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu :

1. Tahap Persiapan

Tahapan ini meliputi penentuan waktu dan tempat penelitian, Melakukan observasi lapangan

(kegiatan pra penelitian), peminjaman alat ke laboratorium dan penyediaan alat-alat lain yang

dibutuhkan dalam penelitian, diantaranya :

a. Membuat stasiun-stasiun denngan cara membentangkan tali rapia sepanjang 100 meter.

b. Membuat kuadran dengan ukuran per-10 meter pada tiap stasiun.

c. Membuat “belt transect” dengan ukuran 1x1 meter.

d. Menyiapkan alat-alat untuk mengukur farktor klimatik

e. Menyiapkan perlengkapan keselamatan lapangan pribadi.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini hal yang pertama kali dilakukan adalah mengukur faktor klimatik lingkungan

sekitar, setelah itu baru melakukan penghitungan pola distribusi dan kerapatan sampel

menggunakan “Belt Transect” pada setiap kuadran.

M. JADWAL PENELITIAN

19
Kegiatan Desember Januari Februari Maret April Mei

Minggu 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Penyusunan
Proposal
Seminar
Proposal
Revisi
Proposal
Pembuatan
Surat
Penelitian
Persiapan
Alat dan
Bahan
Pengambilan
Sampel di
lapangan
Pengolahan
data
Penyusunan
laporan
skripsi

20
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A. Jane A Reece. Mitchel. 2000. Biology, Edisi ke- 5, jilid 3. Penerjemah Wasmen
Monalu. Jakarta: Erlangga.
Champman, J.L. Reiss, M.J. 1995. Ecology : Principles and Applications 3rd edition. New York:
Cambridge University Press.
Fachrul, M.F. (2007). Metode sampling bioekologi. Jakarta: PT Bumi Aksara
Irawan, Budi. 2010. Jenis-jenis Lamun (seagrass) di Pangandaran Jawa Barat, Biodiversitas dan
Bioteknologi Sumberdaya Akuatik, Prosiding, Seminar Nasional Biologi. Purwokerto:
Fakultas Biologi, Universitas Jendral Soedirman. (E-Jurnal).
Mauset, James D. 1998. Botany: An Introduction to Plant Biology, 2/e, Multimedia Enhanced
Edition. UK: Jones and Bartlett Publishers.
Michael, P. 1984. Ecological System : Method For File and Laboratory Investigation. New Delhi:
Tata Mcgraw-Hill Publishing Company Limited.
Nontji, Anugerah. 2010. Pengelolaan Padang Lamun Pembelajaran dari Proyek Trismades,
Biodiversitas dan Bioteknologi Sumberdaya Akuatik, Prosiding, Seminar Nasional Biologi.
Purwokerto: Fakultas Biologi, Universitas Jendral Soedirman. (E-Jurnal).
Nontji, Anugerah. 1984. Peranan Zooxanhella dalam Ekosistem Terumbu Karang. Jakarta:
Oseana. 9(3): 74-87. (E-Jurnal).
Nurzhaeraini. 2014. “Keragaman Jenis dan Kondisi Padang Lamun di Perairan Pulau Panjang
Kepulauan Derawan Kalimantan Timur”. (E-Jurnal).
Nyabakken, James W.1992. Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologis, Penerjemah H.
Muhammad Eidman et al. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Palallo, Alfian. 2013. Distribusi Makroalga Pada Ekosistem Lamun dan Terumbu Karang di
Pulau Bone Batang, Kec. Ujung Tanah, Kelurahan Barrang Lompo, Makassar. Makassar:
Progam Studi Ilmu Kelautan, Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan, Universitas Hassanudin. (E-Jurnal).
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.

Suparmi, Achmad Sahri. 2009. Mengenal Potensi Rumput Laut: Kajian Pemanfaatan Sumberdaya
Rumput Lautd dari Aspek Industri dan Kesehatan. Semarang: Program Studi Magister
Manajemen Sumber Daya Pantai, Universitas Diponegoro. (E-Jurnal).
Tjitrosomo, Siti Sutarni.dkk.1983.Botani Umum 3.Bandung: Angkasa

21

Anda mungkin juga menyukai