Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Ekosistem lamun memiliki peran penting dalam ekologi kawasan pesisir,
sebagai tempat hidup bagi biota laut, tempat mencari makan, memijah, dll. Peran
lain dari lamun yaitu menjadi benteng pertahanan (barrier) ekosistem terumbu
karang dari ancaman pendangkalan (sedimentasi) yang berasal dari daratan
(Rugebtegt, 2013). Menurut AR (2014) tumbuhan lamun dapat hidup di laut
karena mampu hidup di air asin, dapat berfungsi normal dalam keadaan terbenam,
mempunyai sistem perakaran yang berkembang baik, mampu melaksanakan daur
generative dalam keadaan terbenam, mampu bertahan dalam kondisi laut yang
kurang stabil.
Lamun memiliki bentuk vegetatif yang memperlihatkan karakter tingkat
keseragaman yang tinggi. Hampir semua genera memiliki rhizoma yang sudah
berkembang dengan baik dan bentuk daun yang memanjang (linear) atau
berbentuk sangat panjang seperti ikat pinggang (belt), kecuali jenis Halophila
memiliki bentuk lonjong. Berbagai bentuk pertumbuhan tersebut mempunyai
kaitan dengan perbedaan ekologi lamun.
Tutupan lamun menggambarkan tingkat penutupan ruang oleh setiap jenis
lamun atau komunitas lamun. Informasi mengenai penutupan sangat penting
artinya untuk mengetahui kondisi ekosistem secara keseluruhan serta sejauh mana
komunitas lamun mampu memanfaatkan luasan yang ada (Lefaan, 2008 dalam
Andriani, 2014). Penutupan lamun berhubungan erat dengan habitat atau bentuk
morfologi dan ukuran suatu spesies lamun (Rifai et al., 2013).
1.2 Rumusan masalah
Bagaimana tutupan lamun dan kondisi ekosistemnya di kawasan pesisir.
1.3 Tujuan
Mengetahui tutupan lamun dan kondisi ekosistemnya di kawasan pesisir.

1
1.3 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dan
pengetahuan tentang ekosistem lamun (seagrass), agar dapat dipergunakan
sebagai pedoman untuk pengelolaan perairan laut.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi lamun
Lamun (seagrass) adalah satu-satunya kelompok tumbuh-tumbuhan
berbunga yang terdapat di lingkungan laut. Tumbuh-tumbuhan ini hidup di habitat
perairan pantai dangkal. Lamun mempunyai tunas berdaun yang tegak dan tangkai
tangkai dapat menyerap dengan efektif untuk berkembang biak (Nurzahraeni,
2014). Padang lamun memiliki sebaran yang cukup luas pada ekosistem perairan,
dan sebagai komunitas produktif utama pada ekosisem laut dangkal pada zona
pasang surut. Diketahui sebaran cukup luas dari kawasan tropis hingga kawasan
sub tropis (Marwanto, 2017).
Lamun adalah tumbuhan berbunga yang sudah sepenuhnya menyesuaikan
diri untuk hidup terbenam di dalam laut. Tumbuhan ini terdiri dari rhizoma, daun
dan akar. Rhizoma merupakan batang yang terbenam dan merayap secara
mendatar serta berbuku-buku. Pada buku-buku tersebut tumbuh batang pendek
yang tegak ke atas, berdaun dan berbunga serta tumbuh pula akar. Dengan
rhizoma dan akar inilah tumbuhan tersebut dapat menancapkan diri dengan kokoh
di dasar laut. Sebagian besar lamun berumah dua artinya dalam satu tumbuhan
hanya ada jantan dan betina saja. Sistem pembiakan bersifat khas karena mampu
melakukan penyerbukan di dalam air serta buahnya terendam dalam air (Nontji,
2005 dalam Nurzahraeni, 2014).
Lamun adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang mampu
beradaptasi secara penuh di perairan yang salinitasnya cukup tinggi atau hidup
terbenam di dalam air (Gosari dan Haris , 2012). Lebih lanjut Hitalessy, et. al.,
(2015) menyatakan bahwa padang lamun adalah satu-satunya tumbuhan berbunga
(angiospermae) yang berbiji satu (monokotil) yang mampu beradaptasi secara
penuh di perairan yang salinitasnya cukup tinggi atau hidup terbenam di dalam air
dan memiliki rhizoma, daun dan akar sejati.

3
2.2 Morfologi Lamun
Secara morfologis, tumbuhan lamun mempunyai bentuk yang hampir
sama, terdiri atas ; akar, batang, dan daun. Daun pada lamun umumnya
memanjang, kecuali jenis Halophila memiliki bentuk daun lonjong (Tuwo, 2011)

Gambar 1. Bagian-bagian lamun secara morfologi (Hutomo dan Nontji, 2014)


2.2.1 Akar
Terdapat perbedaan morfologi dan anatomi akar yang jelas antar jenis
lamun yang dapat digunakan dalam kajian taksonomi lamun. Akar pada beberapa
jenis seperti Halophila dan Halodule memiliki karateristik tipis (fragile) seperti
rambut, sedangkan jenis Thalassodendron memiliki akar yang kuat dan berkayu
dengan sel epidermal. Akar pada lamun memiliki pusat stele yang dikelilingi oleh
endodermis. Stele mengandung phloem atau jaringan transport nutrien, dan xylem
atau jaringan yang menyalurkan air (Tuwo, 2011).
2.2.2 Rhizoma dan batang
Struktur rhizoma dan batang lamun memiliki variasi yang sangat tinggi
tergantung dari susunan di dalam stele masing-masing lamunnya. Rhizoma
seringkali terbenam di dalam substrat yang dapat meluas secara ekstensif dan
memiliki peran yang utama pada reproduksi secara vegetatif (merupakan hal yang
penting untuk penyebaran dan pembibitan lamun). Volume rhizoma merupakan
60-80% dari biomasa lamun (Tuwo, 2011).

4
2.2.3 Daun
Daun lamun berkembang dari meristem basal yang terletak pada rhizoma
dan percabangannya. Secara morfologi daun pada lamun memiliki bentuk yang
hampir sama secara umum, dimana jenis lamun memiliki morfologi khusus dan
bentuk anatomi yang memiliki nilai taksonomi yang sangat tinggi. Daun lamun
mudah dikenali dari bentuk daun, ujung daun dan ada tidaknya ligula (lidah daun).
Daun lamun memiliki dua bagian yang berbeda yaitu pelepah dan daun.
Sedangkan secara anatomi, daun lamun memiliki ciri khas dengan tidak memiliki
stomata dan memiliki kutikel yang tipis (Tuwo, 2011).
2.3 Fungsi lamun
Padang lamun merupakan suatu ekosistem pesisir yang memiliki
produktivitas hayati tinggi. Secara ekologis berperan sebagai daerah asuhan,
daerah mencari makan dan tempat berlindung berbagai jenis biota laut. Peranan
padang lamun sebagai daerah asuhan berbagai jenis biota laut terutama hewan
avertebrata seperti udang, kepiting, sotong, dan berbagai jenis gastropoda dan
bivalva sangat besar, banyak diantaranya merupakan spesies yang bernilai
ekonomis penting (Arifin dan Jompa, 2005). Selain itu Padang lamun memiliki
fungsi biologis sebagai habitat, area pemijahan, area pengasuhan, dan area
mencari makan bagi biota-biota ekonomis penting (Kordi, 2011).
Ekosistem lamun memiliki produktivitas primer dan sekunder dengan
dukungan yang besar terhadap kelimpahan dan keragaman ikan. Ekosistem lamun
juga merupakan sumberdaya pesisir yang memiliki peran sangat besar dalam
penyediaan jasa lingkungan. Peran tersebut dapat dilihat dari sisi ekologi maupun
dari sisi sosial yang dapat meningkatkan ketahanan pangan. Jasa ekosistem lamun
juga sangat beragam, diantaranya sebagai jasa penyedia, jasa pendukung, jasa
pengaturan, dan jasa budaya (Arkham, et. al., 2015).
Jasa penyedia dari ekosistem lamun dalam perikanan skala secara adalah
menyediakan sumberdaya ikan yang dapat digunakan sebgai daerah penangkapan
ikan oleh para nelayan. Sebagai jasa pengaturan dimana ekosistem lamun dapat
menyerap karbon dan sebagai penjernih perairan. Jasa budaya ekosistem lamun
dapat berupa nilai estetika yang diberikan sehingga dapat digunakan sebagai

5
tempat wisata dan penelitian, sedangkan untuk jasa pendukung dimana ekosistem
lamun sebagai tempat perlindungan ikan, tempat makan ikan, dan tempat
berkembang biak ikan dan biota laut lainnya (Arkham, et. al., 2015).
Menurut Alhanif (1996) dalam Marwanto (2017), bahwa secara ekologis,
padang lamun mempunyai beberapa fungsi penting di daerah pesisir. Komunitas
ini mempunyai peran ganda dalam pengendalian atau perubahan ekosistem
perairan,yaitu sebagai makanan hewan air (penyu, ikan, teripang, dll). Padang
lamun juga berperan sebagai tempat mencari makan dan pembesaran bagi
berbagai jenis ikan, crustacea dan moluska. Adapun fungsi lamun pada ekosistem
perairan adalah sebagai berikut:
1. Sebagai produsen primer; lamun memiliki tingkat produktivitas primer
tertinggi bila dibandingkan dengan ekosistem lainnya yang ada di laut
dangkal seperti ekosistem terumbu karang.
2. Sebagai habitat biota; lamun memberikan tempat perlindungan dan tempat
menempel berbagai hewan. Di samping itu, padang lamun dapat juga
sebagai daerah asuhan, mencari makan bagi ikan herbivora dan ikan-ikan
karang.
3. Sebagai penangkap sedimen; daun lamun yang lebat akan memperlambat
air yang disebabkan oleh arus dan ombak, sehingga perairan sekitarnya
menjadi tenang. Di samping itu, rimpang dan akar lamun dapat mengikat
sedimen di permukaan perairan laut. Sehingga padang lamun berfungsi
sebagai penangkap sedimen dan juga dapat mencegah erosi.
4. Pendaur zat hara lamun memegang peranan penting dalam pendauran
berbagai zat hara, khususnya zat-zat hara yang dibutuhkan oleh alga epifit.
2.4 Kondisi padang lamun
Kondisi padang lamun dinyatakan dalam berbagai parameter ekologis,
antara lain persentase tutupan dan kerapatan lamun. Status lamun adalah tingkat
kondisi pada lamun pada suatu lokasi tertentu dalam waktu tertentu berdasarkan
kriteria baku kerusakan padang lamun menggunakan persentase luas tutupan
(KEPMEN-LH, 2004).

6
2.4.1 Tutupan lamun
Berdasarkan kategori tutupan lamun dapat dilihat pada seberapa besar luas
area yang ditutupi oleh suatu jenis dalam setiap tegakan lamun yang ada pada luas
area dan sebaran lamun tersebut. Sehingga secara umum, indeks nilai penting
digunakan untuk menghitung keseluruhan dari peranan jenis lamun di dalam satu
komunitas. Semakin nilai indeks nilai penting suatu jenis relatif terhadap jenis
lainya, semakin tinggi peranan jenis pada komunitas tersebut (Fachrul, 2007).
Tutupan lamun menggambarkan tingkat penutupan ruang oleh setiap jenis
lamun atau komunitas lamun. Informasi mengenai penutupan sangat penting
artinya untuk mengetahui kondisi ekosistem secara keseluruhan serta sejauh mana
komunitas lamun mampu memanfaatkan luasan yang ada (Lefaan, 2008 dalam
Andriani, 2014). Penutupan lamun berhubungan erat dengan habitat atau bentuk
morfologi dan ukuran suatu spesies lamun (Rifai et al., 2013).
Metode pengukuran yang digunakan untuk mengetahui kondisi padang
lamun yaitu metode transek dan petak contoh (transek plot), kriteria penilaian
metode ini berdasarkan pada KEPMEN-LH (2004) adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Status padang lamun (KEPMEN-LH 2004)
Kondisi Penutupan
Baik Kaya/Sehat ≥ 60
Rusak Kurang Kaya/Kurang Sehat 30 – 59,9
miskin ≤ 29,9

2.5 Jenis-jenis lamun


Jenis-jenis lamun menurut Waycott et al (2004) sebagai berikut :
1. Thalassia hempricii
Thalassia hempricii memiliki bentuk daun seperti selendang (strap-like)
yang muncul dari stem yang tegak lurus dan penutup penuh oleh sarung daun (leaf
sheath). Ujung daun tumpul dan bergerigi tajam. Rhizoma tebal dengan node scar
yang jelas, biasanya berbentuk segitiga dengan Ieaf sheath yang keras.

7
Gambar 2. Thalassia hempricii

Klasifikasi
Kingdom: Plantae
Division: Angiospermae
Class: Liliopsida
Order: Hidrocharitales
Family: Hydrocharitaceae
Genus: Thalassia
Species: Thalassia hempricii
2. Cymodocea rotundata
Cymodocea rotundata memiliki kantong daun yang tertutup penuh dengan
daun muda, kadang-kadang berwarna gelap, daun biasanya muncul dari vertical
stem, ujung yang halus dan bulat. Bijinya berwarna gelap dengan punggung yang
menonjol. Lamun ini di temukan di sepanjang Indo-Pasifik Barat di daerah tropis.

Gambar 3. Cymodocea rotundata

Klasifikasi

8
Kingdom: Plantae
Division: Angiospermae
Class: Liliopsida
Order: Potamogetonales
Family: Potamogetonaceae
Genus: Cymodocea
Species: Cymodocea rotundata

3. Cymodocea serrulata
Cymodocea serrulata memiliki daun berbentuk selempang yang
melengkung dengan bagian pangkal menyempit dan ke arah ujung agak melebar.
Ujung daun yang bergerigi memiliki warna hijau atau orange pada rhizoma.

Gambar 4. Cymodocea serrulata


Klasifikasi
Kingdom: Plantae
Division: Angiospermae
Class: Liliopsida
Order: Potamogetonales
Family: Potamogetonaceae
Genus: Cymodocea
Species: Cymodocea serrulata

4. Halodule pinifolia

9
Halodule pinifolia merupakan species terkecil dari genus Halodule.
Bentuk daun lurus dan tipis. Biasanya pada bagian tengah ujung daun robek.
Lamun ditemukan di sepanjang Indo-Pasifik Barat di daerah tropis dan sangat
umum di daerah intertidal.

Gambar 5. Halodule pinifolia


Klasifikasi
Kingdom: Plantae
Division: Angiospermae
Class: Liliopsida
Order: Potamogetonales
Family: Potamogetonaceae
Genus: Halodule
Species: Halodule uninervis
5. Enhalus acoroides
nhalus acoroides merupakan tanaman yang kuat, yang memiliki daun yang
panjang dengan permukaan yang halus dan memiliki rhizoma yang tebal. Terdapat
bunga yang besar dari bawah daun. Lamun ini di temukan sepanjang Indo-Pasifik
barat di daerah tropis.

Gambar 6. Enhalus acoroides


Klasifikasi

10
Kingdom: Plantae
Divison: Angiospermae
Class: Liliopsida
Order: Hidrocharitales
Family: Hydrocharitaceae
Genus: Enhalus
Species: Enhalus acoroides

6. Halophila decipiens
Halophila decipiens memiliki daun yang berbentuk seperti dayung dan
seluruh tepi daun bergerigi. Terdapat sepasang petiole secara langsung dari
rhizoma. Di temukan sepanjang daerah tropis dan subtropis.

Gambar 7. Halophila decipiens


Klasifikasi
Kingdom: Plantae
Division: Angiospermae
Class: Liliopsida
Order: Hidrocharitales
Family: Hydrocharitaceae
Genus: Halophila
Species: Halophila decipiens

7. Halophila ovalis

11
Halophila ovalis memiliki daun yang berbentuk seperti dayung dengan
pembagian yang bervariasi. Pada pinggiran daun halus. Terdapat sepasang daun
pada petiole yang muncul secara langsung dari rhizoma. Daun kadang-kadang
memiliki titik-titik merah dekat bagian tengah vein. Lamun ini di temukan di
sepanjang Indo-Pasifik Barat sampai ke daerah temperatur Australia.

Gambar 8. Halophila ovalis


Klasifikasi
Kingdom: Plantae
Division: Angiospermae
Class: Liliopsida
Order: Hidrocharitales
Family: Hydrocharitaceae
Genus: Halophila
Species: Halophila ovalis
8. Halophila minor
Halophila minor memiliki daun berbentuk bulat panjang. Panjang daun
0,5-1,5 cm. Pasangan daun dengan tegakan pendek.

Gambar 9. Halophila minor

Klasifikasi

12
Kingdom: Plantae
Division: Angiospermae
Class: Liliopsida
Order: Hidrocharitales
Family: Hydrocharitaceae
Genus: Halophila
Species: Halophila minor
9. Halophila spinulosa
Halophila spinulosa memiliki struktur daun yang berpasangan dan sejajar
dalam satu tegakan. Setiap pinggiran daun bergerigi. Ditemukan di Australis
bagian utara, daerah Malaysia dan sepanjang daerah tropis.

Gambar 10. Halophila spinulosa


Klasifikasi
Kingdom: Plantae
Division: Angiospermae
Class: Liliopsida
Order: Hidrocharitales
Family: Hydrocharitaceae
Genus: Halophila
Species: Halophila spinulosa

10. Halodule uninervis

13
Halodule uninervis memiliki ujung daun yang berbentuk trisula dan
runcing, terdiri dari 1-3 urat halus yang jelas kelihatan, memiliki sarung serat dan
rhizoma biasanya berwarna putih dengan serat-serat berwarna hitam kecil pada
nodes-nya. Lebar dan panjang daunnya masing-masing 0.2 – 4 mm dan 5 – 25 cm.
Lamun di sepanjang Indo-Pasifik barat di daerah tropis dan sangat umum di
daerah intertidal.

Gambar 11. Halodule uninervis


Klasifikasi
Kingdom: Plantae
Division: Angiospermae
Class: Liliopsida
Order: Potamogetonales
Family: Potamogetonaceae
Genus: Halodule
Species: Halodule uninervis
11. Syringodium isoetifolium
Syringodium isoetifolium memiliki bentuk daun yang silinder dan terdapat
rongga udara di dalamnya. Daun dapat mengapung di permukaan dengan mudah.
Ditemukan di Indo-Pasifik Barat di seluruh daerah tropis.

Gambar 12. Syringodium isoetifolium


Klasifikasi

14
Kingdom: Plantae
Division: Angiospermae
Class: Liliopsida
Order: Potamogetonales
Family: Potamogetonaceae
Genus: Syringodium
Species: Syringodium isoetifolium
12. Thalassodendron ciliatum
Thalassodendron ciliatum memiliki daun yang berbentuk sabit. Rhizoma
sangat keras dan berkayu. Terdapat bekas-bekas goresan di antara rhizoma dan
tunas. Di temukan di Indo-Pasifik barat di seluruh daerah tropis.

Gambar 13. Thalassodendron ciliatum


Klasifikasi
Kingdom: Plantae
Division: Angiospermae
Class: Liliopsida
Order: Potamogetonales
Family: Potamogetonaceae
Genus: Thalassodendron
Species: Thalassodedron ciliatum

BAB III

15
METODE
3.1 Teknik pengumpulan data
Metode yang diperlukan dalam penelitian ini adalah pengamatan

(observasi) sepanjang jalur transek. Metode observasi adalah cara untuk

memperoleh data primer dengan pengamatan secara langsung meliputi data jenis

lamun, tutupan lamun dan kondisi ekosistemnya sehingga memungkinkan untuk

melakukan pengamatan terhadap objek secara jelas (Hair e.t al., 1995). Pada

lokasi pengamatan dibuat garis transek yang tegak lurus dari pantai. Jarak antara

transek adalah 10 m. Jenis-jenis lamun yang dijumpai di setiap garis transek

diamati dan dicatat.

3.2 Pengamatan lamun


Metode pengukuran yang digunakan untuk mengetahui kondisi padang
lamun adalah metode transek dan petak contoh (transect plot). Metode Transek
dan Petak Contoh adalah metode pencuplikan contoh suatu populasi yang berada
pada garis yang ditarik melewati wilayah ekosistem lamun. Agihan dan penutupan
lamun dikaji dengan metode kuadrat. Luas penutupan kawasan oleh lamun
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Dari garis transek, titik-titik sampling ditentukan dengan jarak 10 meter.
2. Pengamatan kondisi tutupan lamun dilakukan menggunakan transek
kuadran 1m x 1m yang masih dibagi-bagi menjadi 25 sub petak, berukuran
20 cm x 20 cm. Persentasi penutupan lamun ditentukan dengan
menggunakan metode Saito & Atobe.
3. Pengamatan tutupan lamun dilakukan dengan menghitung berapa persen
lamun menutupi areal dalam tiap sub petak pengamatan.
4. Pengamatan penutupan lamun dilakukan 3 kali ulangan.
5. Dicatat banyaknya masing-masing jenis pada setiap sub petak dan
dimasukkan kedalam kelas kehadiran

16
Gambar 16. Metode petak contoh untuk pengambilan data lamun
3.3 Analisis data
Perhitungan penutupan jenis lamun pada tiap petak menggunakan rumus:

Keterangan:
C : presentasi penutupan jenis lamun i
Mi : presentase titik tengah dari kelas kehadiran jenis i
fi : banyaknya subpetak dalam kelas kehadiran jenis lamin i sama
Mengingat tingkat kerusakan padang lamun sangat menentukan kondisi
ekosistemnya maka untuk menentukan tingkat kerusakannya diperlukan kriteria
baku yang berlaku di semua kawasan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan
kriteria baku dari KMNLH No.200/20049 seperti dalam Tabel 1.
Tabel 2. kriteria baku kerusakan padang lamun
Tingkat kerusakan Luas area kerusakan
Tinggi ≥ 50
Sedang 30–49,9
Rendah ≤ 29,9

17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Ekosistem lamun merupakan tumbuhan yang unik yang memiliki akar,
rhizome dan batang, serta daun. Padang lamun merupakan suatu ekosistem pesisir
yang memiliki produktivitas hayati tinggi. Secara ekologis berperan sebagai
daerah asuhan, daerah mencari makan dan tempat berlindung berbagai jenis biota
laut.
Tutupan lamun merupakan bagian dari parameter ekologi untuk
mengetahui kondisi padang lamun. Tutupan lamun menggambarkan tingkat
penutupan ruang oleh setiap jenis lamun atau komunitas lamun. Informasi
mengenai penutupan sangat penting artinya untuk mengetahui kondisi ekosistem
secara keseluruhan serta sejauh mana komunitas lamun mampu memanfaatkan
luasan yang ada.

18

Anda mungkin juga menyukai