Anda di halaman 1dari 46

1

PRAKTIKUM 1
SISTEM PERNAPASAN
2

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Iktiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang ikan, sistematikanya

(morfologi, anatomi, isiologi, dan genetika), biologi dan ekologinya seperti

struktur komunitas, populasi, habitat, predator dan persaingan serta penyakitnya.

Dalam iktiologi banyak mempelajari tentang sistem-sistem yang ada dalam tubuh

ikan, salah satunya sistem pernapasan.

Sistem pernapasan merupakan proses pengambilan oksigen dan pelepasan

karbondioksida dalam suatu organism hidup. Alat pernapasan pada ikan secara

umum adalah insang dengan pengecualian pada beberapa jenis ikan yang

mempunyai alat pernapasan paru-paru selalu. Belum berfungsinya insang pada

saat embrio, maka pernapasan dilakukan dengan menggunakan kantung telur.

Ikan adalah salah satu di antara organisme pada kelompok vertebrata dan

yang paling besar jumlahnya. Ikan merupakan organisme perairan yang memiliki

sisik, sirip, ekor, berdarah dingin (poikiloterm) dan bernapas dengan insang.

Sistem pernapasan pada ikan ini penting untuk kita praktikumkan karena

dengan melakukan praktikum ini kita dapat melihat secara langsung letak alat

yang digunakan dalam proses pernapasan yang meliputi insang serta mengetahui

ada atau tidak ada modifikasi alat pernapasan pada jenis ikan tertentu.

Dari uraian di atas maka perlu di lakukan praktikum iktiologi ini agar

dapat mengetahui tentang sistem pernapasan khususnya pada ikan Bandeng (C.

chanos) dan ikan Katamba (L. lentjan).


3

B. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetatahui dan melihat secara

langsung letak alat yang digunakan dalam proses pernapasan yang meliputi insang

serta untuk mengetahui ada atau tidaknya alat pernapasan tambahan yang

biasanya terdapat pada beberapa jenis ikan tertentu.

Manfaatnya yaitu menambah pengetahuan mahasiswa tentang sistem

pernapasan pada ikan khususnya ikan Bandeng (C. chanos) dan ikan Katamba (L.

lentjan).
4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi

1. Ikan bandeng (Chanos-chanos)

Klasifikasi ikan Bandeng (Chanos-chanos) menurut Sudrajat (2008)

adalah sebagai berikut.

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Osteichthyes
Order : Gonorynchiformes
Family : Chanidae
Genus : Chanos
Species : Chanos chanos

Gambar 1. Morfologi Ikan Bandeng (C. chanos)


(Sumber: Dok. Pribadi, 2018)
5

2. Ikan katamba (Lethrinus lentjan)

Klasifikasi ikan Katamba (Lethrinus lentjan) menurut Marsoali (2009)

adalah sebagai berikut.

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Pisces
Order : Percimorphi
Family : Lethrinidae
Genus : Lethrinus
Spesies : Lethrinus lentjan

Gambar 2. Morfologi Ikan Katamba (L. lentjan)


(Sumber: Dok. Pribadi, 2018)

B. Morfologi dan Anatomi

Ikan bandeng (Chanos chanos) memiliki bentuk tubuh yang panjang,

ramping, padat, pipih, dan oval menyerupai torpedo dengan warna badannya yaitu

putih mengkilap. Sekitar 1 : (4,0-5,2) merupakan perbandingan antara total tinggi

dengan panjang tubuh ikan. Disisi itu, perbandingan total panjang antara kepala

dengan panjang total yaitu 1 : (5,2-5,5) (Sudrajat, 2008).

Secara umum, ciri morfologi ikan katamba (L. lentjan) yaitu bentuk badan

agak tinggi dan pipih. Lengkung kepala bagian atas sampai setengah mata hamper
6

lurus, dari mata sampai awal dasar sirip punggungnya agak cembung dab sirip

ekor berlekuk. Kepala dibagian atas hijau kecoklatan, dibagian bawah lebih

terang. Badan dengan sirip yang mempunyai bercak putih, kuning dan merah

muda. Bagian belakang opoerkulum dan dekat dengan sirip dada terdapat garis

merah. Mulut yang tipis memanjang dengan bibir yang tebal berwarna merah

(Hadi, 2014).

Kulit ikan bandeng (Chanos chanos) terdiri dari daerah punggung, perut

dan ekor sesuai dengan bentuk badannya. Kulit ikan tersusun dari komponen

kimia protein, lemak, air dan mineral. Kulit ikan mengalami kemunduran mutu

seperti bagian ikan yang lain ketika mati. Kadar protein yang tinggi pada kulit

menyebabkan kulit mudah rusak pada suasana asam, basa, serta aktivitas mikroba

sehingga kulit mudah busuk (Rahmat et al., 2008).

Ikan katamba (L. lentjan) memiliki badan tipis, tipe mulut tabung dengan

bentuk gigi kecil, sisik dimulai dari pinggiran depan mata dan keeping tutup

insang. Tipe sisik pada bagian badan lebih besar ketimbang dibagian batang ekor

(Hadi, 2014).

C. Habitat dan penyebarannya

Ikan bandeng merupakan ikan air payau yang memiliki toleransi salinitas

sangat luas, mudah dikenalkan sebagai ikan introduksi perairan tawar di perairan

Waduk Ir. H. Djuanda (Tjahjo & Purnamaningtyas, 2009). Ikan bandeng memiliki

toleransi salinitas yang sangat luas, mulai dari asin (35 ppt) hingga tawar (0 ppt),

sehingga dapat dipelihara pada perairan asin hingga tawar. Ikan bandeng banyak

ditemukan di perairan laut, muara sungai, dan perairan pantai (Coad, 2015).
7

Habitat ikan katamba (L. lentjan) umumnya di daerah terumbu karang,

lamun, mangrove, di perairan pantai yang dangkal dengan dasar berpasir hingga

perairan dengan kedalaman 50 meter. Biasanya menempati daerah laguna dan

dekat terumbu karang (Fahmi, 2010).

Ikan bandeng (C. chanos) merupakan ikan laut dengan daerah persebaran

yang sangat luas yaitu dari pantai Afrika Timur sampai ke kepulauan Tuan mutu,

sebelah Timur Tahiti, dan dari Selatan Jepang sampai Utara Australia. Ikan ini

biasanya terdapat di daerah Tropika dan Sub Tropika (Badrudin, 2014).

Daerah penyebaran ikan katamba (L. lentjan) adalah perairan pantai

seluruh Indonesia, meluas dari wilayah utara sampai ke Teluk Benggala, Teluk

Siam, sepanjang pantai Laut Cina Selatan, ke selatan sampai ke perairan tropis

Australia, ke barat sampai ke Afrika Selatan, bahkan di perairan tropis Atlantik

Amerika. Salah satu daerah sebaran populasi ikan katamba (L. lentjan) di

Indonesia adalah Kepulauan Seribu (Fahmi, 2010).

D. Fisiologi dan Reproduksi

Ikan bandeng (C. chanos) bersifat pelagic dan setelah menetas larva-larva

ikan terbawa arus dan hanyut ke daerah pantai memasuki muara muara sungai.

Daya apung merupakan faktor penting dalam proses penyebaran dan penetasan

telur ikan bandeng. Daya apung ini disebabkan oleh adanya perbedaan berat jenis

telur dan air dan salah satu faktor penting yang mempengaruhinya yaitu salinitas

air. Namun, hal ini tidak menjamin telur ikan bandeng juga memiliki kemampuan

adaptasi yang baik terhadap salinitas (Reksono et al., 2012).


8

Pembuahan pada ikan bandeng (C. chanos) terjadi diluar tubuh, pada ikan

ini mempunyai alat kelamin yang terpisah. Dimana ikan jantan memiliki sepasang

testis yang membesar pada masa perkawinan melalui vas deferens, sperma

dikeluarkan melalui papilla urogenital. Sedangkan pada ikan betina telur akan

dikeluarkan melalui oviduct yang selanjutnya keluar melalui papilla urogenital

(Insana et al., 2017).

Ikan katamba (L. lentjan) mengalami perubahan proses diferensiasi gonad

dari fase betina ke jantan. Perubahan ini dapat diciriikan pada perubahan

morfologi ikan. Berdasarkan hasil penelitian di Laut Merah, ikan mengalami

perubahan fase betina ke fase jantan saat panjang ikan telah mencapai 33 cm pada

kelompok umur 5 tahun. Musim puncak pemijahan ikan katamba di Teluk India

yaitu bulan Februari dan bulan November. Hal ini menunjukkan bahwa ikan

memijah dua kali dalam setahun. Perubahan ikan katamba dari fase betina ke fase

jantan dapat dilihat dari ukuran panjang total ikan (Sevtian, 2012).

E. Makanan dan Kebiasaaan Makan

Ikan bandeng (Chanos chanos) merupakan salah satu jenis ikan pemakan

plankton yang cenderung generalis, makanan utamanya adalah diatom, alga hijau

berfilamen dan detritus (Prayitno et al., 2015).

Ikan bandeng (Chanos chanos) mempunyai kebiasaan mengambil

makanan dari lapisan atas dasar laut, berupa tumbuhan mikroskopis, yang

strukturnya sama dengan klepak di tambak. Klepak terdiri atas ganggang kersik,

bakteri, protozoa, cacing dan udang renik (Badrudin, 2014).

Ikan katamba (L. lentjan) biasanya memakan ikan-ikan kecil yang berada

di dasar perairan. Ikan ini mencari makanan dengan cara bersembunyi disela-sela
9

karang untuk menunggu mangsa. Pada umumnya ikan ini hidup pada kondisi

dasar karang berpasir (Hadi, 2014).

F. Nilai Ekonomis

Ikan bandeng (C. chanos) merupakan salah satu komoditas yang strategis

untuk memenuhi kebutuhan protein yang relative murah dan digemari oleh

konsumen di Indonesia. Ikan ini juga diekspor dalam bentuk bandeng umpan dan

konsumsi. Bandeng sebagai bahan pangan, merupakan sumber zat gizi yang

penting bagi proses kelangsungan hidup manusia. Zat gizi utama pada ikan antara

lain protein, lemak, vitamin dan mineral (Nugroho, 2011).

Hasil perikanan laut Indonesia sangatlah melimpah, salah satunya adalah

ikan katamba (L. lentjan). Tapi untuk mendapatkan ikan ini yang berkualitas harus

menggunakan metode penanganan dan metode processing yang khusus. Karena

kandungan protein yang tinggi ikan ini jadi mudah membusuk. Oleh karena itu,

perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan daya simpan dan daya awet produk

perikanan pada pasca panen melalui proses pengolahan maupun pengawetan.

Proses pengolahan dan pengawetan ikan merupakan salah satu bagian penting dari

mata rantai industry perikanan (Naimah & Ningsih, 2014).

G. Sistem Pernapasan

Sistem pernapasan merupakan proses pengambilan oksigen (O2) dan

pelepasan karbondioksida (CO2) dalam suatu organisme hidup. Alat pernapasan

pada ikan secara umum adalah insang dengan pengecualian pada beberapa jenis

ikan yang mempunyai alat pernapasaan paru-paru selalu menggunakan insang.

Belum berfungsinya insang pada saat embrio, maka pernapasan dilakukan dengan

menggunakan kantung telur. Ada tiga bagian insang yaitu daun insang (giil
10

filament) adalah bagian yang mengandung kapiler-kapiler darah, tulang lengkung

insang (gill arch) suatu saluran yang memungkinkan keluar masuknya darah dan

terakhir adalah tapis insang (gill racker) terletak pada bagian yang terdepan

(Abdul, 2014)
11

III. METODE PRAKTIKUM

A.Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 6. Alat dan Bahan Beserta Kegunaanya

No. Alat dan bahan Satuan Kegunaan


1. Alat
- Alat tulis Menulis data yang
- yang telah diamati
- Baki Tempat untuk
- meletakkan objek yang
diamati
- Kamera Mendokumentasikan
-
objek yang diamati
- kaos tangan Untuk menghindari
- kontal langsung antara
ikan dan tangan
- pinset Mengambil objek yang
-
diamati
- mistar Mengukur objek yang
Cm
diamati
- gunting/pisau beda Memotong objek yang
-
diamati
2. Bahan
- ikan bandeng (c. Objek yang diamati
Ind
chanos)
- ikan katamba (L. Objek yang diamati
Ind
lentjan)
- Sunlight Untuk membersihkan
-
peralatan praktikum
- Alkohol Untuk mensterilkan
-
peralatan praktikum

B. Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah


sebaga berikut :
12

- Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum.


- Mengambil bahan (Ikan Bandeng dan ikan Katamba) yang telah disiapkan
oleh asisten.
- Meletakkan ikan diatas kertas laminating.
- Mengambil dokumentasi.
- Mengukur panjang dan lebar ikan menggunakan mistar.
- Membedah ikan menggunakan gunting bedah.
- Mengambil organ-organ dari dalam perut ikan menggunakan pinset bedah.
- Pisahkan organ insang dengan organ-organ lainnya.
- Mengamati bagian-bagian organ pernapasan pada ikan.
- Mencatat hasil pengamatan.
- Membersihkan peralatan leb yang digunakan termasuk meja praktikum.
13

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan sistem pernapasan ikan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 7. Hasil Pengamatan Sistem Pernapasan


No. Parameter Ikan 1 Ikan 2
1. Jumlah upper limbrakers 56 46
2. Jumlah lower limbrakers 73 27
3. Jumlah Gill rakers 129 73

Keterangan:
1. Ikan Ikan Bandeng (C. chanos)
2. Ikan Katamba (L. lentjan)

1. Sistem pernapasan ikan bandeng (C. chanos)


Keterangan:
1. Organ insang
ikan bandeng
(C. chanos)

Gambar . Anatomi ikan bandeng (C. chanos)


2. Sistem pernapasan ikan katamba (L. lentjan)
Keterangan:
1. Organ insang
ikan katamba
(L. lentjan)

Gambar . Anatomi ikan katamba (L. lentjan)

B. Pembahasan

Iktiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang ikan, sistematikanya

(morfologi, anatomi, isiologi, dan genetika), biologi dan ekologinya seperti

struktur komunitas, populasi, habitat, predator dan persaingan serta penyakitnya.

Secara ilmiah dengan penekanan pada taksonomi dan aspek-aspek lainnya. Dalam
14

iktiologi banyak mempelajari tentang sistem-sistem yang ada dalam tubuh ikan,

salah satunya adalah sistem pernapasan. Sistem pernapasan merupakan proses

pengambilan oksigen dan pelepasan karbondioksida dalam suatu organism hidup.

Ikan adalah hewan yang hidup diair, bertulang belakang, bergerak dengan

menggunakan sirip, dan bernafas dengan insang .

Hasil pengamatan mengenai sistem pernapasan pada ikan bandeng (C.

chanos) yaitu ikan ini memiliki jumlah upper limbrakers 56, jumlah lower

limbrakers 73 dan jumlah gill rakers 129. Sedangkan pada ikan katamba

(L.lentjan) memiliki jumlah upper limbrakers 46, jumlah lower limbrakers 27 dan

jumlah gill rakersnya 73. Secara umum alat pernapasan pada ikan adalah insang,

dengan bagian-bagiannya yaitu daun insang, tulang lengkung insang,dan tapis

insang. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Rajab nadia(2010) yang menyatakan

bahwa alat pernapasan pada ikan secara umum adalah insang dengan

pengecualian pada beberapa jenis ikan yang mempunyai alat pernapasan paru-

paru selalu menggunakan insang. Bagian-bagian insang pada ikan meliputi, daun

insang (gill filament), tulang lengkung insang (gill arch) dan tapis insang (gill

racker).
15

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan yang dapat ditarik berdasarkan praktikum yang telah dilakukan

yaitu, ikan Bandeng (C. chanos), bernapas menggunakan insang. Pada insang

terdapat beberapa bagian didalamnya yaitu: upper limb rakers sebanyak 56,

jumlah lower limb rakers sebanyak 73, dan jumlah tapis insang (gill rakers)

sebanyak 129, serta ikan ini tidak memiliki alat pernapasan tambahan.

Ikan Katamba (L. lentjam)) bernapas menggunakan insang. Pada insang

terdapat beberapa bagian didalamnya yaitu: upper limb rakers sebanyak 46,

jumlah lower limb rakers sebanyak 27, dan jumlah tapis insang (gill rakers),

sebanyak 73, serta ikan ini tidak memiliki alat pernapasan tambahan.

B. Saran

Saran saya kepada praktikan yaitu, agar lebih memperhatikan arahan-arahan

yang diberikan oleh asisten, agar kegiatan praktikum selanjutnya dapat berjalan

lebih baik lagi.


16

PRAKTIKUM II
SISTEM PENCERNAAN
17

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Iktiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang ikan, sistematikanya

(morfologi, anatomi, isiologi, dan genetika), biologi dan ekologinya seperti

struktur komunitas, populasi, habitat, predator dan persaingan serta penyakitnya.

Dalam iktiologi banyak mempelajari tentang sistem-sistem yang ada dalam tubuh

ikan, salah satunya sistem pernapasan.

Sistem pernapasan merupakan proses pengambilan oksigen dan pelepasan

karbondioksida dalam suatu organism hidup. Alat pernapasan pada ikan secara

umum adalah insang dengan pengecualian pada beberapa jenis ikan yang

mempunyai alat pernapasan paru-paru selalu. Belum berfungsinya insang pada

saat embrio, maka pernapasan dilakukan dengan menggunakan kantung telur.

Ikan adalah salah satu di antara organisme pada kelompok vertebrata dan

yang paling besar jumlahnya. Ikan merupakan organisme perairan yang memiliki

sisik, sirip, ekor, berdarah dingin (poikiloterm) dan bernapas dengan insang.

Sistem pernapasan pada ikan ini penting untuk kita praktikumkan karena

dengan melakukan praktikum ini kita dapat melihat secara langsung letak alat

yang digunakan dalam proses pernapasan yang meliputi insang serta mengetahui

ada atau tidak ada modifikasi alat pernapasan pada jenis ikan tertentu.

Dari uraian di atas maka perlu di lakukan praktikum iktiologi ini agar

dapat mengetahui tentang sistem pernapasan khususnya pada ikan Bandeng (C.

chanos) dan ikan Katamba (L. lentjan).


18

B. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetatahui dan melihat secara

langsung letak alat yang digunakan dalam proses pernapasan yang meliputi insang

serta untuk mengetahui ada atau tidaknya alat pernapasan tambahan yang

biasanya terdapat pada beberapa jenis ikan tertentu.

Manfaatnya yaitu menambah pengetahuan mahasiswa tentang sistem

pernapasan pada ikan khususnya ikan Bandeng (C. chanos) dan ikan Katamba (L.

lentjan).
19

II. TINJAUAN PUSTAKA

B. Klasifikasi

1. Ikan bandeng (Chanos-chanos)

Klasifikasi ikan Bandeng (Chanos-chanos) menurut Sudrajat (2008)

adalah sebagai berikut.

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Osteichthyes
Order : Gonorynchiformes
Family : Chanidae
Genus : Chanos
Species : Chanos chanos

Gambar 1. Morfologi Ikan Bandeng (C. chanos)


(Sumber: Dok. Pribadi, 2018
20

2. Ikan katamba (Lethrinus lentjan)

Klasifikasi ikan Katamba (Lethrinus lentjan) menurut Marsoali (2009)

adalah sebagai berikut.

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Pisces
Order : Percimorphi
Family : Lethrinidae
Genus : Lethrinus
Spesies : Lethrinus lentjan

Gambar 2. Morfologi Ikan Katamba (L. lentjan)


(Sumber: Dok. Pribadi, 2018)

B. Morfologi dan Anatomi

Ikan bandeng (Chanos chanos) memiliki bentuk tubuh yang panjang,

ramping, padat, pipih, dan oval menyerupai torpedo dengan warna badannya yaitu

putih mengkilap. Sekitar 1 : (4,0-5,2) merupakan perbandingan antara total tinggi

dengan panjang tubuh ikan. Disisi itu, perbandingan total panjang antara kepala

dengan panjang total yaitu 1 : (5,2-5,5) (Sudrajat, 2008).

Secara umum, ciri morfologi ikan katamba (L. lentjan) yaitu bentuk badan

agak tinggi dan pipih. Lengkung kepala bagian atas sampai setengah mata hamper

lurus, dari mata sampai awal dasar sirip punggungnya agak cembung dab sirip
21

ekor berlekuk. Kepala dibagian atas hijau kecoklatan, dibagian bawah lebih

terang. Badan dengan sirip yang mempunyai bercak putih, kuning dan merah

muda. Bagian belakang opoerkulum dan dekat dengan sirip dada terdapat garis

merah. Mulut yang tipis memanjang dengan bibir yang tebal berwarna merah

(Hadi, 2014).

Kulit ikan bandeng (Chanos chanos) terdiri dari daerah punggung, perut

dan ekor sesuai dengan bentuk badannya. Kulit ikan tersusun dari komponen

kimia protein, lemak, air dan mineral. Kulit ikan mengalami kemunduran mutu

seperti bagian ikan yang lain ketika mati. Kadar protein yang tinggi pada kulit

menyebabkan kulit mudah rusak pada suasana asam, basa, serta aktivitas mikroba

sehingga kulit mudah busuk (Rahmat et al., 2008).

Ikan katamba (L. lentjan) memiliki badan tipis, tipe mulut tabung dengan

bentuk gigi kecil, sisik dimulai dari pinggiran depan mata dan keeping tutup

insang. Tipe sisik pada bagian badan lebih besar ketimbang dibagian batang ekor

(Hadi, 2014).

C. Habitat dan penyebarannya

Ikan bandeng merupakan ikan air payau yang memiliki toleransi salinitas

sangat luas, mudah dikenalkan sebagai ikan introduksi perairan tawar di perairan

Waduk Ir. H. Djuanda (Tjahjo & Purnamaningtyas, 2009). Ikan bandeng memiliki

toleransi salinitas yang sangat luas, mulai dari asin (35 ppt) hingga tawar (0 ppt),

sehingga dapat dipelihara pada perairan asin hingga tawar. Ikan bandeng banyak

ditemukan di perairan laut, muara sungai, dan perairan pantai (Coad, 2015).

Habitat ikan katamba (L. lentjan) umumnya di daerah terumbu karang,

lamun, mangrove, di perairan pantai yang dangkal dengan dasar berpasir hingga
22

perairan dengan kedalaman 50 meter. Biasanya menempati daerah laguna dan

dekat terumbu karang (Fahmi, 2010).

Ikan bandeng (C. chanos) merupakan ikan laut dengan daerah persebaran

yang sangat luas yaitu dari pantai Afrika Timur sampai ke kepulauan Tuan mutu,

sebelah Timur Tahiti, dan dari Selatan Jepang sampai Utara Australia. Ikan ini

biasanya terdapat di daerah Tropika dan Sub Tropika (Badrudin, 2014).

Daerah penyebaran ikan katamba (L. lentjan) adalah perairan pantai

seluruh Indonesia, meluas dari wilayah utara sampai ke Teluk Benggala, Teluk

Siam, sepanjang pantai Laut Cina Selatan, ke selatan sampai ke perairan tropis

Australia, ke barat sampai ke Afrika Selatan, bahkan di perairan tropis Atlantik

Amerika. Salah satu daerah sebaran populasi ikan katamba (L. lentjan) di

Indonesia adalah Kepulauan Seribu (Fahmi, 2010).

D. Fisiologi dan Reproduksi

Ikan bandeng (C. chanos) bersifat pelagic dan setelah menetas larva-larva

ikan terbawa arus dan hanyut ke daerah pantai memasuki muara muara sungai.

Daya apung merupakan faktor penting dalam proses penyebaran dan penetasan

telur ikan bandeng. Daya apung ini disebabkan oleh adanya perbedaan berat jenis

telur dan air dan salah satu faktor penting yang mempengaruhinya yaitu salinitas

air. Namun, hal ini tidak menjamin telur ikan bandeng juga memiliki kemampuan

adaptasi yang baik terhadap salinitas (Reksono et al., 2012).

Pembuahan pada ikan bandeng (C. chanos) terjadi diluar tubuh, pada ikan

ini mempunyai alat kelamin yang terpisah. Dimana ikan jantan memiliki sepasang

testis yang membesar pada masa perkawinan melalui vas deferens, sperma

dikeluarkan melalui papilla urogenital. Sedangkan pada ikan betina telur akan
23

dikeluarkan melalui oviduct yang selanjutnya keluar melalui papilla urogenital

(Insana et al., 2017).

Ikan katamba (L. lentjan) mengalami perubahan proses diferensiasi gonad

dari fase betina ke jantan. Perubahan ini dapat diciriikan pada perubahan

morfologi ikan. Berdasarkan hasil penelitian di Laut Merah, ikan mengalami

perubahan fase betina ke fase jantan saat panjang ikan telah mencapai 33 cm pada

kelompok umur 5 tahun. Musim puncak pemijahan ikan katamba di Teluk India

yaitu bulan Februari dan bulan November. Hal ini menunjukkan bahwa ikan

memijah dua kali dalam setahun. Perubahan ikan katamba dari fase betina ke fase

jantan dapat dilihat dari ukuran panjang total ikan (Sevtian, 2012).

E. Makanan dan Kebiasaaan Makan

Ikan bandeng (Chanos chanos) merupakan salah satu jenis ikan pemakan

plankton yang cenderung generalis, makanan utamanya adalah diatom, alga hijau

berfilamen dan detritus (Prayitno et al., 2015).

Ikan bandeng (Chanos chanos) mempunyai kebiasaan mengambil

makanan dari lapisan atas dasar laut, berupa tumbuhan mikroskopis, yang

strukturnya sama dengan klepak di tambak. Klepak terdiri atas ganggang kersik,

bakteri, protozoa, cacing dan udang renik (Badrudin, 2014).

Ikan katamba (L. lentjan) biasanya memakan ikan-ikan kecil yang berada

di dasar perairan. Ikan ini mencari makanan dengan cara bersembunyi disela-sela

karang untuk menunggu mangsa. Pada umumnya ikan ini hidup pada kondisi

dasar karang berpasir (Hadi, 2014).


24

F. Nilai Ekonomis

Ikan bandeng (C. chanos) merupakan salah satu komoditas yang strategis

untuk memenuhi kebutuhan protein yang relative murah dan digemari oleh

konsumen di Indonesia. Ikan ini juga diekspor dalam bentuk bandeng umpan dan

konsumsi. Bandeng sebagai bahan pangan, merupakan sumber zat gizi yang

penting bagi proses kelangsungan hidup manusia. Zat gizi utama pada ikan antara

lain protein, lemak, vitamin dan mineral (Nugroho, 2011).

Hasil perikanan laut Indonesia sangatlah melimpah, salah satunya adalah

ikan katamba (L. lentjan). Tapi untuk mendapatkan ikan ini yang berkualitas harus

menggunakan metode penanganan dan metode processing yang khusus. Karena

kandungan protein yang tinggi ikan ini jadi mudah membusuk. Oleh karena itu,

perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan daya simpan dan daya awet produk

perikanan pada pasca panen melalui proses pengolahan maupun pengawetan.

Proses pengolahan dan pengawetan ikan merupakan salah satu bagian penting dari

mata rantai industry perikanan (Naimah & Ningsih, 2014).

G. Sistem Pernapasan

Sistem pernapasan merupakan proses pengambilan oksigen (O2) dan

pelepasan karbondioksida (CO2) dalam suatu organisme hidup. Alat pernapasan

pada ikan secara umum adalah insang dengan pengecualian pada beberapa jenis

ikan yang mempunyai alat pernapasaan paru-paru selalu menggunakan insang.

Belum berfungsinya insang pada saat embrio, maka pernapasan dilakukan dengan

menggunakan kantung telur. Ada tiga bagian insang yaitu daun insang (giil

filament) adalah bagian yang mengandung kapiler-kapiler darah, tulang lengkung

insang (gill arch) suatu saluran yang memungkinkan keluar masuknya darah dan
25

terakhir adalah tapis insang (gill racker) terletak pada bagian yang terdepan

(Abdul, 2014).
26

III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 6. Alat dan Bahan Beserta Kegunaanya

No. Alat dan bahan Satuan Kegunaan


1. Alat
- Alat tulis Menulis data yang yang
- telah diamati
- Baki Tempat untuk meletakkan
- objek yang diamati
- Kamera Mendokumentasikan objek
-
yang diamati
- kaos tangan Untuk menghindari kontal
- langsung antara ikan dan
tangan
- pinset Mengambil objek yang
-
diamati
- mistar Mengukur objek yang
Cm
diamati
- gunting/pisau beda Memotong objek yang
-
diamati
2. Bahan
- ikan bandeng (c. Objek yang diamati
Ind
chanos)
- ikan katamba (L. Objek yang diamati
Ind
lentjan)
- Sunlight Untuk membersihkan
-
peralatan praktikum
- Alkohol Untuk mensterilkan
-
peralatan praktikum
27

B. Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah


sebaga berikut.
- Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum.
- Mengambil bahan (Ikan Bandeng dan ikan Katamba) yang telah disiapkan
oleh asisten.
- Meletakkan ikan diatas kertas laminating.
- Mengambil dokumentasi.
- Mengukur panjang dan lebar ikan menggunakan mistar.
- Membedah ikan menggunakan gunting bedah.
- Mengambil organ-organ dari dalam perut ikan menggunakan pinset bedah.
- Pisahkan organ insang dengan organ-organ lainnya.
- Mengamati bagian-bagian organ pernapasan pada ikan.
- Mencatat hasil pengamatan.
- Membersihkan peralatan leb yang digunakan termasuk meja praktikum.
28

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan sistem pernapasan ikan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 7. Hasil Pengamatan Sistem Pernapasan


No. Parameter Ikan 1 Ikan 2
1. Jumlah upper limbrakers 56 46
2. Jumlah lower limbrakers 73 27
3. Jumlah Gill rakers 129 73

Keterangan:
1. Ikan Ikan Bandeng (C. chanos)
2. Ikan Katamba (L. lentjan)

3. Sistem pernapasan ikan bandeng (C. chanos)


Keterangan:
1. Organ insang
ikan bandeng
(C. chanos)

Gambar . Anatomi ikan bandeng (C. chanos)


4. Sistem pernapasan ikan katamba (L. lentjan)
Keterangan:
1. Organ insang
ikan katamba
(L. lentjan)

Gambar . Anatomi ikan katamba (L. lentjan)

B. Pembahasan

Iktiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang ikan, sistematikanya

(morfologi, anatomi, isiologi, dan genetika), biologi dan ekologinya seperti

struktur komunitas, populasi, habitat, predator dan persaingan serta penyakitnya.

Secara ilmiah dengan penekanan pada taksonomi dan aspek-aspek lainnya. Dalam
29

iktiologi banyak mempelajari tentang sistem-sistem yang ada dalam tubuh ikan,

salah satunya adalah sistem pernapasan. Sistem pernapasan merupakan proses

pengambilan oksigen dan pelepasan karbondioksida dalam suatu organism hidup.

Ikan adalah hewan yang hidup diair, bertulang belakang, bergerak dengan

menggunakan sirip, dan bernafas dengan insang .

Hasil pengamatan mengenai sistem pernapasan pada ikan bandeng (C.

chanos) yaitu ikan ini memiliki jumlah upper limbrakers 56, jumlah lower

limbrakers 73 dan jumlah gill rakers 129. Sedangkan pada ikan katamba

(L.lentjan) memiliki jumlah upper limbrakers 46, jumlah lower limbrakers 27 dan

jumlah gill rakersnya 73. Secara umum alat pernapasan pada ikan adalah insang,

dengan bagian-bagiannya yaitu daun insang, tulang lengkung insang,dan tapis

insang. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Rajabnadia (2010) yang menyatakan

bahwa alat pernapasan pada ikan secara umum adalah insang dengan

pengecualian pada beberapa jenis ikan yang mempunyai alat pernapasan paru-

paru selalu menggunakan insang. Bagian-bagian insang pada ikan meliputi, daun

insang (gill filament), tulang lengkung insang (gill arch) dan tapis insang (gill

racker).
30

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan yang dapat ditarik berdasarkan praktikum yang telah dilakukan

yaitu, ikan Bandeng (C. chanos), bernapas menggunakan insang. Pada insang

terdapat beberapa bagian didalamnya yaitu: upper limb rakers sebanyak 56,

jumlah lower limb rakers sebanyak 73, dan jumlah tapis insang (gill rakers)

sebanyak 129, serta ikan ini tidak memiliki alat pernapasan tambahan.

Ikan Katamba (L. lentjam)) bernapas menggunakan insang. Pada insang

terdapat beberapa bagian didalamnya yaitu: upper limb rakers sebanyak 46,

jumlah lower limb rakers sebanyak 27, dan jumlah tapis insang (gill rakers),

sebanyak 73, serta ikan ini tidak memiliki alat pernapasan tambahan.

B. Saran

Saran saya kepada praktikan yaitu, agar lebih memperhatikan arahan-arahan

yang diberikan oleh asisten, agar kegiatan praktikum selanjutnya dapat berjalan

lebih baik lagi.


31

PRAKTIKUM III
SISTEM UROGENITALIA
32

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap makhluk hidup melakukan proses perkembangbiakan untuk

melanjutkan generasi melalui proses reproduksi. Ikan melakukan

perkembangbiakan secara aseksual dan seksual. Secarah aseksual yaitu terjadi

pada ikan pada satu individu terdapat dua jenis kelamin. Sedangkan dengan cara

seksual yaitu terjadi dengan pada dua individu yang berbeda, dimana satu individu

menyubangankan sperma dan satu individu menyumbangkan ovarium.

Ikan adalah hewan berdarah dingin (poikilotherm), mempunyai tulang

belakang, menggunakan ingsan sebagai alat untuk bernafas dan sirip untuk

bergerak dan mengemudi hidup di perairan. Ikan menggunakan insang sebagai

alat pernapasan dan sirip sebagai pergerakan keseimbangan badan Rajab (2012).

sistem pembuangan sisa metabolisme yang disebut sistem eksresi ikan dan untuk

menjaga keberlangsungan spesiesnya seperti hanya manusia ikan juga melakukan

reproduksi.

Sistem urogenitalia merupakan kombinasi dari sistem urinaria (ekskresi)

dan genetalia (reproduksi). Sistem urinaria meliputi pembuangan sisa hasil

metabolisme, baik melaui usus, kulit maupun ginjal. Sedangkan sistem genetalia

meliputi sistem reproduksi yang mengasilkan spesies baru oleh spesies

sebelumnya, dimana ciri-ciri pada spesies sebelumnya akan nampak pada spesies

baru (Rahardjo, 2011).

Berdasarkan latar belakang diatas, maka untuk lebih mengetahui sistem

eksresi dan sistem reproduksi ikan dilakukan praktikum iktiologi tentang sistem

urogenitalia.
33

B. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan mengamati

secara langsung letak alat-alat yang digunakan dalam proses ekskresi

(pengeluaran) dan reproduksi (pembiakan) pada ikan.

Manfaatnya yaitu untuk menambah pengetahuan mahasiswa tentang letak

alat-alat yang digunakan dalam proses ekskresi dan reproduksi.


34

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi

1. Ikan Bandeng (Chanos-chanos)

Klasifikasi ikan Bandeng (Chanos-chanos) menurut Sudrajat (2008)

adalah sebagai berikut.

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Osteichthyes
Order : Gonorynchiformes
Family : Chanidae
Genus : Chanos
Species : Chanos chanos

Gambar 1. Morfologi Ikan Bandeng (C. chanos)


(Sumber: Dok. Pribadi, 2018)
35

2. Ikan katamba (Lethrinus lentjan)

Klasifikasi ikan Katamba (Lethrinus lentjan) menurut Marsoali (2009)

adalah sebagai berikut.

Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Pisces
Order : Percimorphi
Family : Lethrinidae
Genus : Lethrinus
Spesies : Lethrinus lentjan

Gambar 2. Morfologi Ikan Katamba (L. lentjan)


(Sumber: Dok. Pribadi, 2018)

A. Sistem Urogenetalia

Sistem urogenitalia merupakan kombinasi dari sistem urinaria (eksresi)

dan sitem genetalia (reproduksi). Sistem urinaria jika merupakan penghubung sisa

hasil metabolisme baik melalui usus, kulit maupun melalui alat ekskresi

khususnya ginjal. Organ yang termasuk dalam sistem urogenitalia adalah ginjal,

wolfian duct, urinaria kadder dan urinaria papila. Sistem urogenitalia meliputi

sistem dalam reproduksi yaitu proses dihasilkannya spesies baru oleh spesies

sebelumnya, yang didahului oleh percampuran dengan perubahan gen dari ciri-ciri

pada spesies sebelumnya itu tampak pada yang baru. Alat reproduksi jantan terdiri
36

dari stis, vas deferens dan genitalia pore. Sedangkan alat reproduksi betina terdiri

dari ovaria dan oviduct (Yusnaini, 2012).

Ekskresi adalah proses penyingkiran limbah metabolik yang merupakan

hasil dari proses metabolisme, ikan menyingkirkan beberapa sisa hasil

metabolismenya melaui ginjal, selain itu ikan juga menggunakan kulit dan insang.

Selain sebagai alat ekskresi, ginjal juga berfungsi dalam proses osmoregulasi.

Proses ini dilakukan ikan sebagai upaya untuk mengatasi perbedaan tekanan

osmotik cairan tubuhnya dengan lingkungannya (Rahardjo, 2011).

Ikan melakukan reproduksi secara eksternal. Dalam hal ini, ikan jantan

dan betina akan saling mendekat satu sama lain kemudian si betina akan

mengeluarkan telur. Selanjutnya si jantan akan segera mengeluarkan spermanya,

lalu sperma dan telur ini bercampur di dalam air. cara reproduksi ini dikenal

sebagai oviparus, yaitu telur dibuahi dan berkembang di luar tubuh ikan.

Ikan terkenal sebagai mahluk yang mempunyai potensi fekunditas yang

tinggi dimana kebanyakan jenis ikan yang merupakan penghasil telur beribu-ribu

bahkan berjuta-juta tiap tahun. Apabila alam tidak mengaturnya maka dunia akan

sangat padat dengan ikan.

B. Morfologi

Secara umum, ciri morfologi ikan Katamba (Lethrinus lentjan) yaitu

bentuk badan agak tinggi dan pipih. Lengkung kepala bagian atas sampai setelah

mata hampir lurus, dari mata sampai awal dasar sirip punggungnya agak cembung

dan sirip ekor berlekuk. Kepala dan badan bagian atas hijau kecokelatan, bagian

bawah lebih terang. Badan dengan sirip yang mempunyai bercak putih, kuning

atau merah mudah. Sirip punggung berwarna putih dengan burik garis jingga
37

kemerahan. Sirip anal berwarna putih dengan ujung-ujung sirip berwarna putih

atau jingga. Bagian belakang operkulum dan dekat dengan sirip dada terdapat

garis merah. Mulut yang tipis memanjang dengan bibir tebal (Sevtian, 2012)

Sirip punggung yang keras sebanyak 10 dan 9 sirip yang lemah, sirip

dubur yang keras sebanyak 3 dan 8 sirip yang lemah, sirip dada yang keras

sebanyak 1 dan 12 sirip yang lemah, sirip perut yang keras sebanyak 1 dan 5 sirip

yang lemah, dengan jumlah sisik pada guratan sisik antara 47-48 buah (Sevtian,

2012).

Ikan bandeng memiliki ciri-ciri sebagai berikut, tubuh berbentuk torpedo,

seluruh permukaan tubuhnya tertutup oleh sisik yang bertipe lingkaran yang

berwarna keperakan, pada bagian tengah tubuh terdapat garis memanjang dari

bagian penutup insang hingga ke ekor. Sirip dada dan sirip perut dilengkapi

dengan sisik tambahan yang besar, sirip anus menghadap kebelakang. Selaput

bening menutupi mata, mulutnya kecil dan tidak bergigi, terletak pada bagian

depan kepala dan simetris. Ikan bandeng memiliki dua jenis kelamin yaitu jantan

dan betina, bandeng jantan dapat diiketahui dari lubang ansunya yang hanya dua

buah dan ukuran badan agak kecil sedangkan bandeng betina memiliki lubang

anus tiga buah dan ukuran badan lebih besar dari ikan bandeng jantan (Nadia,

2009).

C. Habitat dan Penyebaran

Daerah penyebaran ikan katamba (L. lentjan) adalah perairan pantai

seluruh Indonesia, meluas dari wilayah utara sampai ke Teluk Benggala, Teluk

Siam, sepanjang pantai, Laut Cina Selatan, ke selatan sampai ke perairan tropis
38

Australia, ke barat sampai ke Afrika Selatan, bahkan di perairan tropis Atlantik

Amerika. Salah satu daerah sebaran populasi ikan lencam di Indonesia adalah

Kepulauan Seribu. (Sevtian, 2012).

Habitat ikan katamba umumnya di daerah terumbu karang, lamun,

mangrove, di perairan pantai yang dangkal dengan dasar berpasir hingga perairan

dengan kedalaman 50 meter. Biasanya menempati daerah laguna dan dekat

terumbu karang. Juvenil dan anak-anak biasa ditemukan di padang lamun,

mangrove dan gosong pasir, saat dewasa umumnya soliter dan mencari perairan

yang lebih dalam (Sevtian, 2012)

Ikan katamba adalah karnivor bottom feeders. Secara umum, ikan lencam

memangsa krustasea (kepiting, udang), moluska (gastropoda, bivalvia,

nudribranch, cumi-cumi dan gurita kecil), echinodermata ( sea urchins, bintang

dolar, bintang laut, brittlestar), polychaeta, dan ikan (Sevtian, 2012)

Ikan bandeng mempunyai kebiasaan makan pada siang hari. Di habitat

aslinya ikan bandeng mempunyai kebiasaan mengambil makanan dari lapisan atas

dasar laut, berupa tumbuhan mikroskopis seperti: plankton, udang renik, jasad

renik, dan tanaman multiseluler lainnya. Makanan ikan bandeng disesuaikan

dengan ukuran mulutnya, (Purnomowati dkk., 2007).

Pada waktu larva, ikan bandeng tergolong karnivora, kemudian pada

ukuran fry menjadi omnivore. Pada ukuran juvenil termasuk ke dalam golongan

herbivore, dimana pada fase ini juga ikan bandeng sudah bisa makan pakan buatan

berupa pellet. Setelah dewasa, ikan bandeng kembali berubah menjadi omnivora

lagi karena mengkonsumsi, algae, zooplankton, bentos lunak, dan pakan buatan

berbentuk pellet (Aslamyah, 2008).


39

D. Fisiologi dan Reproduksi

Aktivitas metabolisme serta penyebaran ikan dipengaruhi oleh suhu

perairan dan ikan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar

0,03 0C sekalipun. Suhu merupakan faktor penting untuk menentukan dan menilai

suatu daerah penangkapan ikan. Berdasarkan variasi suhu, tinggi rendahnya

variasi suhu merupakan faktor penting dalam penentuan migrasi suatu jenis ikan

Pada suatu daerah penangkapan ikan cakalang, suhu permukaan yang disukai oleh

jenis ikan tersebut biasanya berkisar antara 16-26 0C, walaupun untuk Indonesia

suhu optimum adalah 28-29 0C (Hanny, 2010).

Ikan Katamba (L. lentjan) merupakan salah satu kelompok ikan

hermaprodit protogini. Menurut Effendie (2002) dalam Sevtian (2010)

menyatakan bahwa ikan mengalami proses diferensiasi gonad dari fase betina ke

jantan. Perubahan ini dapat dicirikan pada perubahan morfologi. Perubahan ikan

katamba dari fase betina ke jantan dapat dilihat dari ukuran panjang total ikan.

Berdasarkan hasil penelitian di Laut Merah, ikan mengalami perubahan fase

betina ke fase jantan saat panjang ikan telah mencapai 33 cm pada kelompok

umur 5 tahun. Musim puncak pemijahan Lethrinus lentjan di Teluk India yaitu

bulan Febuari dan bulan November. Hal ini menunjukkan bahwa ikan memijah

dua kali dalam setahun.

Ikan bandeng merupakan komuditas andalan pengembangan budidaya laut

yang memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan spesies lainnya, antara

lain adalah teknik pembenihannya telah dikuasai, teknik budidayanya relatif

mudah dan dapat diadopsi oleh petani, tahan terhadap perubahan lingkungan yang

cukup ekstrim (salinitas), tanggap terhadap pakan buatan yang telah tersedia
40

secara komersial, dapat dipelihara dengan kepadatan tinggi dan tidak bersifat

kanibalisme. selain itu ikan bandeng juga memiliki rasa yang lezat dan harga yang

terjangkau, sehingga ikan bandeng sangat digemari oleh masyarakat terutama di

Jawa dan Sulawesi Selatan. ikan bandeng juga dapat dijadikan umpan bagi

kebutuhan industri perikanan tuna dan cakalang (Rachmansyah, 2006).

E. Nilai Ekonomis

Ikan bandeng (Chanos chanos) merupakan salah satu komoditas

unggulan Provinsi Sulawesi Selatan. Hal ini didukung oleh rasa daging yang enak

dan nilai gizi yang tinggi sehingga memiliki tingkat konsumsi yang tinggi. Selain

sebagai ikan konsumsi ikan bandeng juga dipakai sebagai ikan umpan hidup pada

usaha penangkapan ikan tuna (Syamsuddin, 2010).

Ikan bandeng sebagai komoditas ekspor harus mempunyai standar

tertentu, yaitu ukuran sekitar 400 g/ekor, sisik bersih dan mengkilat (penampilan

fisik), tidak berbau lumpur (rasa), dan dengan kandungan asam lemak omega-3

relatif tinggi. Kriteria-kriteria yang dipersyaratkan tersebut terutama penampilan

fisik, tidak berbau lumpur, dan kandungan asam lemak omega-3 yang tinggi dapat

dipenuhi dari hasil budidaya bandeng secara intensif dalam keramba jaring apung

di laut (Sudradjat, 2008).

Ikan Bandeng C. chanos yang diberi pakan berbagai tingkat subtitust

tepung ikan dengan tepung maggot memberikan pengaruh yang sama terhadap

retensi protein, retensi lemak, retensi energi dan efisiensi pemanfaatan pakan,

sehingga tepung maggot dapat menggantikan peranan tepung ikan hingga 100 %
41

dalam pembuatan pakan untuk budidaya ikan Bandeng C. chanos Forsskal

(Gustiana, 2008).
42

III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 8. Alat dan Bahan Beserta Kegunaanya


No Alat dan Bahan Satuan Kegunaan
1. Alat
- Alat Tulis
Menulis data yang yang telah
diamati
- Baki Tempat untuk meletakkan
objek yang diamati
- Kamera Mendokumentasikan objek
yang diamati
- Kaos Tangan Untuk menghindari kontak
Cm langsung antara ikan dan
tangan
- Pinset
Mengambil objek yang diamati
- Mistar
Mengukur objek yang diamati
- Gunting/pisau bedah
Memotong objek yang diamati

2. Bahan
- Ikan Bandeng (C. ind Objek yang diamati
chanos)
ind
- Ikan Katamba (L. Objek yang diamati
lentjan)
- Sunlight Untuk membersihkan
peralatan praktikum
- Alkohol
Untuk mensterilkan peralatan
praktikum
43

B. Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah


sebagai berikut.
- Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum.
- Mengambil bahan (Ikan Bandeng dan ikan Katamba) yang telah disiapkan
oleh asisten.
- Meletakkan ikan diatas kertas laminating.
- Mengambil dokumentasi.
- Mengukur panjang dan lebar ikan menggunakan mistar.
- Membedah ikan menggunakan gunting bedah.
- Mengambil organ-organ dari dalam perut ikan menggunakan pinset bedah.
- Mengamati bagian-bagian organ urogenitalia pada ikan.
- Mencatat hasil pengamatan.
- Membersihkan peralatan leb yang digunakan termasuk meja praktikum.
44

IV. HASIL DAN PENGAMATAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan sistem urogenitalia ikan dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 2 Hasil Pengamatan Sistem Urogenitalia


No. Parameter Ikan 1 Ikan 2
1. Urinaria
Ginjal Ada Ada
(ada/tidak ada)
Kantong air seni Ada Ada
(ada/tidak ada)
2. Genitalia
Ovum Tidak ada Ada
(ada/tidak ada)
Testis Tidak ada Tidak ada
(ada/tidak ada)

Keterangan:
1. Ikan Ikan Bandeng (C. chanos)
2. Ikan Katamba (L. lentjan)

B. Pembahasan

Iktiologi merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari

tentang ikan. Secara ilmiah dengan penekanan pada taksonomi dan aspek-aspek

lainnya. Dalam iktiologi banyak mempelajari tentang sistem-sistem yang ada

dalam tubuh ikan, salah satunya adalah sistem urogenitalia. Sistem urogenitalia

merupakan merupakan kombinasi dari system urinaria (ekskresi) dan sistem

genitalia (reproduksi). Ikan adalah hewan yang hidup diair, bertulang belakang,

bergerak dengan menggunakan sirip, dan bernafas dengan insang.

Hasil pengamatan mengenai sistem urogenitalia pada ikan bandeng (C.

chanos) yaitu, ikan bandeng memiliki sistem genitalia (reproduksi) jantan yaitu
45

testes. Sedangkan sistem urinarianya (ekskresi) yaitu, ginjal, wolfian duck,

urinaria bledder (kantong air seni), dan urinaria papilla. Hal ini sesuai dengan

pernyataan dari Yusnani (2008), yang menyatakan bahwa sistem urogenitalia

merupakan kombinasi dari sistem urinaria dan genitalia. Organ-organ yang

termasuk dalam urinaria yaitu ginjal, wolfian duck, urinaria bledder, dan urinaria

papilla. Sedangkan alat reproduksi jantan meliputi testes, vas deferens dan genital

pore, dan alat reproduksi betina adalah ovari dan oviduct.

Hasil pengamatan mengenai sistem urogenitalia pada ikan Katamba (L.

lentjan) yaitu, ikan ini memiliki genitalia betina karena ikan ini memiliki ovum

dan tidak memiliki testis. Dimana alat reproduksi betina yaitu ovari dan oviduct.

Dan sistem urinarianya yaitu ginjal, wolfian duct, urinaria bladder (kantong air

seni) dan urinaria papilla. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Rajabnadia

(2010) yang menyatakan bahwa, alat reproduksi jantan yaitu, testes, vas deferens

dan genital pore, dan alat reproduksi betina yaitu, ovari dan oviduct. Sistem

urinaria meliputi pembuangan hasil sisa metabolisme baik melalui alat ekskresi

khususnya ginjal. Organ-organ yang termasuk dalam sistem ini adalah ginjal,

wolfian duct, urinaria bladder dan urinaria papilla.


46

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan yang dapat ditarik berdasarkan praktikum yang telah dilakukan

yaitu, sistem urinaria pada ikan bandeng (C. chanos) yaitu ginjal dan ureter dan

kantong air seni, dan pada ikan katamba (L. lentjan) juga terdapat ginjal, kantong

air seni. Sedangkan sistem genitalia yang terdapat pada ikan bandeng (C. chanos)

yaitu testes, sedangkan pada ikan katamba ( L. lentjan) yaitu ovum.

B. Saran

Saran saya kepada praktikan yaitu, agar lebih memperhatikan arahan-

arahan yang diberikan oleh asisten, agar kegiatan praktikum selanjutnya dapat

berjalan lebih baik lagi.

Anda mungkin juga menyukai