Anda di halaman 1dari 39

Komponen Bernilai Tinggi dan Bioaktif dari Teripang untuk Makanan Fungsional – A Review

Sara Bordbar1, Farooq Anwar1,2 dan Nazamid Saari1

1. Fakultas Ilmu dan Teknologi Pangan, Universitas Putra Malaysia, Serdang, Selangor 43400, Malaysia;
Email: area_bordbar@ymail.com (S.B.); fqanwar@yahoo.com (F.A.)
2. Departemen Kimia dan Biokimia, Universitas Pertanian, Faisalabad 38040, Pakistan

Abstrak: Teripang, tergolong kelas Holothuroidea, adalah invertebrata laut, biasanya ditemukan di daerah
bentik dan laut dalam di seluruh dunia. Mereka memiliki nilai komersial yang tinggi ditambah dengan
peningkatan produksi dan perdagangan global. Teripang, yang secara informal disebut sebagai bêche-de-
mer, atau gamat, telah lama digunakan untuk makanan dan pengobatan tradisional di masyarakat Asia dan
Timur Tengah. Secara nutrisi, teripang memiliki profil nutrisi yang baik seperti Vitamin A, Vitamin B1
(tiamin), Vitamin B2 (riboflavin), Vitamin B3 (niasin), dan mineral, terutama kalsium, magnesium, zat besi
dan seng. Sejumlah aktivitas biologis dan farmakologis yang unik termasuk anti-angiogenik, antikanker,
antikoagulan, anti-hipertensi, anti-inflamasi, antimikroba, antioksidan, antitrombotik, antitumor dan
penyembuhan luka telah dianggap berasal dari berbagai spesies teripang. Sifat terapeutik dan manfaat
pengobatan teripang dapat dikaitkan dengan keberadaan beragam bioaktif terutama glikosida triterpen
(saponin), kondroitin sulfat, glikosaminoglikan (GAG), polisakarida sulfat, sterol (glikosida dan sulfat),
fenolat, serberosida, lektin, peptida, glikoprotein, glikosphingolipid dan asam lemak esensial. Ulasan ini
terutama dirancang untuk mencakup komponen dan bioaktif bernilai tinggi serta berbagai sifat biologis dan
terapeutik teripang sehubungan dengan mengeksplorasi potensi penggunaannya untuk makanan fungsional
dan nutraceuticals.

Kata Kunci: Bioaktif teripang, nutrisi antioksidan, triterpene glycosides, glycosaminoglycan, functional
peptides, aktivitas biologi, fungsi kesehatan obat

1. Pendahuluan
Dalam beberapa dekade terakhir, konsep makanan fungsional telah menawarkan pendekatan
baru dan praktis untuk mencapai kesehatan yang optimal dengan mempromosikan penggunaan produk
alami dengan manfaat fisiologis sehingga mengurangi risiko berbagai penyakit kronis [1,2].
Sebagian besar makanan fungsional dan agen terapeutik yang tersedia saat ini berasal baik
secara langsung atau tidak langsung dari sumber yang ada secara alami, terutama tanaman pangan
darat dan spesies laut [2-4]. Karena keanekaragaman hayati laut, organisme laut merupakan sumber
makanan bergizi yang berharga serta merupakan reservoir baru dari komponen aktif biologis,
khususnya peptida bioaktif, dan agen antimikroba, anti-inflamasi dan antikanker [4-6].
Teripang merupakan salah satu hewan laut yang penting sebagai sumber makanan manusia,
khususnya di beberapa wilayah Asia [7]. Teripang merupakan echinodermata bertubuh lunak yang
terdiri dari beragam kelompok organisme fleksibel, memanjang, mirip cacing, dengan kulit kasar dan
tubuh seperti agar-agar, tampak seperti mentimun. Biasanya, mereka cenderung hidup di dasar laut
dalam [8].
Banyak spesies teripang yang dapat dipanen telah dieksploitasi dengan meningkatnya
permintaan global karena digunakan untuk makanan dan farmasi [9-13]. Teripang kering dijual secara
komersial, terutama di pasar Asia dengan bisnis utama di China, disusul Korea dan Indonesia lalu
Jepang. Di sisi lain, teripang juga diekspor dalam jumlah yang cukup besar ke beberapa bagian
Amerika Serikat dan Australia utara [14,15]. Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan
Bangsa-Bangsa (Food and Agriculture Organization of the United Nations/FAO) laporan produksi
Beche-de-mer dan Apostichopus japonicas (Selenka, 1867) hasil tangkapan oleh berbagai negara
selama periode 1992–2001 diperkirakan mencapai 12.331 t (metrik ton) (berat kering) [16].
Teripang, umumnya dikenal sebagai sea cucumber, beche-de-mer, atau gamat, telah lama
dimanfaatkan dalam sistem pangan dan pengobatan tradisional masyarakat Asia dan Timur Tengah
[17, 18]. Teripang telah dikenal baik sebagai tonik dan obat tradisional dalam literatur Cina dan
Malaysia karena keefektifannya melawan hipertensi, asma, rematik, luka dan luka bakar, impotensi
dan sembelit [18-23]. Beberapa aktivitas biologis dan farmakologis yang unik yaitu anti-angiogenik
[24], antikanker [25], antikoagulan [26,27], anti hipertensi [28], anti-inflamasi [29-31], antimikroba
[32,33], antioksidan [34], antitrombotik [35,36], antitumor [37,38], dan penyembuhan luka [39] telah
dianggap berasal dari senyawa kimia yang diekstrak dari berbagai spesies teripang. Manfaat
pengobatan dan fungsi kesehatan teripang ini dapat dikaitkan dengan keberadaan senyawa bioaktif
dalam jumlah yang cukup besar, terutama glikosida triterpen (saponin) [40–42], kondroitin sulfat [43],
glikosaminoglikan [26,36], polisakarida sulfat [44], sterol (glikosida dan sulfat) [45], fenolat [46],
peptida [47], serberosida [48] dan lektin [49-51].
Sejauh yang kami ketahui sebelumnya, tidak ada artikel review komprehensif yang mencakup
aspek nutrisi, pengobatan dan farmakologis teripang secara rinci. Ulasan ini merupakan upaya untuk
mengumpulkan laporan inklusif yang mencakup deskripsi komponen bernilai tinggi dan bioaktif serta
sifat biologis dan obat dari invertebrata laut multiguna ini, sebagai salah satu sumber potensial untuk
makanan fungsional dan nutraceuticals. Tinjauan terkini tentang distribusi, perikanan dan perdagangan
teripang juga disajikan di seluruh dunia.

2. Klasifikasi, Distribusi dan Perdagangan


Teripang termasuk dalam Echinodermata, artinya, mereka berkulit duri, di bawah kelas
Holothuridea [7,52,53]. Nama Holothuridea diberikan oleh filsuf Yunani, Aristoteles ("holos: utuh"
dan "thurios: bergegas"). Nama ilmiah "Cucumis marimus" Yang berarti “teripang" diciptakan oleh
Pliny (ahli taksonomi invertebrata) [53]. Selanjutnya dibagi menjadi tiga sub kelas yaitu
Dendrochirotacea, Aspidochirotacea, dan Apodacea. Ada enam ordo di bawah sub kelas ini, bernama
Aspidochirotida, Apodida, Dactylochirotida, Dendrochirotida, Elasipodida dan Molpadiida
[15,53,54].
Melihat tentakel oral merupakan cara paling umum untuk memisahkan sub kelas teripang.
Misalnya, teripang dari sub kelas Dendrochirotacea memiliki 8–30 tentakel oral sedangkan yang
termasuk dalam Aspidochirotacea mungkin memiliki 10–30 tentakel oral seperti perisai atau seperti
daun. Di sisi lain, anggota Apodacea dapat berisi hingga 25 tentakel oral menyirip[15]. Berdasarkan
anatomi dan distribusinya, panjang teripang biasanya 10–30 cm; namun telah tercatat beberapa spesies
kecil memiliki panjang hanya 3 mm, dan yang terbesar mencapai sekitar 1 m. Mereka adalah
Echinodermata lunak dan bertubuh silinder yang lebih suka hidup sebagai populasi padat di dasar laut
dalam dan menggunakan tentakelnya untuk makan [8,15,55].
Teripang merupakan komponen penting dari ekosistem laut. Mereka tersebar di semua samudra
di seluruh dunia, umumnya hidup di dekat karang, batu atau rumput laut di perairan dangkal yang
hangat [53,56]. Sebagian besar spesies teripang yang dapat dipanen, yang terutama ditargetkan sebagai
beche-de-mer, termasuk dalam dua famili dan tujuh genus Aspidochirotids termasuk Bohadschia,
Holothuria (Holothuridae), Actinopyga, Isostichopus, Stichopus, Parastichopus dan Thelenota
(Stichopodidae) dan satu famili dan genus Dendrochirotids: Cucumaria (Cucumariidae) [12]. Jumlah
spesies teripang yang ada saat ini sekitar 1.250; akan tetapi, baru-baru ini, beberapa spesies baru juga
telah dipelajari dari Samudra Indo-Pasifik, menjadi populer sebagai pusat keanekaragaman hayati
Holothuroidea. Selain itu, ada beberapa spesies teripang besar yang tidak terdeskripsikan yang hidup
di perairan dangkal yang belum dapat diidentifikasi secara sistematis karena hanya terdapat sejumlah
kecil ahli taksonomi holothurian [12]. Nama umum dan ilmiah dari beberapa spesies penting teripang
beserta distribusinya disajikan pada Tabel 1.

Ilmiah (Binomial)
Distribusi Referensi
nama Nama yang umum
Actinopyga echinites Ikan coklat [12]
South-Pacific
(Jaeger, 1833) (ikan merah air dalam)
Actinopyga lecanora Indo-Pasifik Barat dan
Ikan batu [12,57]
(Jaeger, 1833) Laut Cina Selatan

Actinopyga mauritiana Ikan merah, bintik putih Indo-Pasifik, Laut Cina


atau teripang berbintik- Selatan, Afrika dan Hawaii [12,58]
(Quoy & Gaimard, 1834)
bintik
Actinopyga miliaris Ikan hitam
Pasifik Selatan [12]
(Quoy & Gaimard, 1833)
Actinopyga obese Teripang besar
Pasifik Barat dan Tengah, Hawaii [58]
(Selenka, 1867)
Bohadshia argus Ikan tutul atau Argus,
Indo-Pasifik Selatan-Pasifik, [12,57,58]
(Jaeger, 1833) teripang macan tutul
Selatan, Laut Cina Timur dan
Selatan
Bohadshia graeffei Ikan jeruk
Pasifik Selatan, Asia Tenggara [12]
(Sempre, 1868)
Bohadshia marmorata Ikan kapur / teripang
Indo-Pasifik, Pasifik Selatan, Laut [12,57]
(Jaeger, 1833) kapur
Merah dan Laut Cina Selatan
Bohadschia paradoxa Teripang paradoks
Indo-Pasifik dan Hawaii [58]
(Selenka, 1867)
Bohadshia vitiensis Ikan cokelat
Pasifik Selatan, Samudera Hindia [12]
(Sempre, 1868)
Cucumaria frondosa Teripang Phenix, labu;
Indo-Pasifik Barat, dan pantai
(Gunnerus, 1767) teripang jeruk
Timur Laut Skotlandia, Shetland [12,57,59]
dan Orkney, Atlantik Barat
Holothuria arenicola Teripang pasir
Indo-Pasifik dan Atlantik Barat [58]
(Sempre, 1868) Tropis
Holothuria atra Ikan Lolly atau Teripang
Indo-Pasifik, Pasifik Selatan, Laut
(Jaeger, 1833) Hitam
Cina Selatan, Teluk Persia, Afrika, [12,58]
Laut Merah hingga Hawaii
Holothuria cinerascens Teripang berwarna abu-
Indo-Pasifik, Laut Cina Selatan, [58]
(Brandt, 1835) abu
Laut Merah hingga Hawaii
Holothuria dificillis Teripang difficult
Indo-Pasifik, Laut Cina Selatan, [58]
(Sempre, 1868) Laut Merah hingga Hawaii
Holothuria edulis Ikan Pink atau burnt
Indo-Pasifik, Pasifik Selatan, Laut [12,58]
(Pelajaran, 1830) hotdog
Cina Selatan, Laut Merah sampai
Hawaii
Holothuria fuscogilva Ikan teatfish putih
Pasifik Selatan, Samudera Hindia, [12]
(Cherbonnier, 1980) Asia Tenggara
Holothuria Ikan belalai gajah
Pasifik Selatan, Asia Tenggara [12]
fuscopunctata Ik
(Jaeger, 1833)
Holothuria hilla Teripang berbintik
Laut Merah ke Hawaii, Indo- [58]
(Pelajaran, 1830) Pasifik, Pasifik Selatan, Laut Cina
Selatan, Teluk Persia

Indo-Pasifik, Teluk Persia, Selatan


Holothuria impatiens Teripang ramping
Laut Cina, California Selatan, [12,58]
(Forskaal, 1775)
Hawaii, Karibia (Meksiko) dan
Perairan Tropis lainnya
Holothuria Mexicana [12]
Karibia (Venezuela)
(Ludwig, 1875) Kotoran keledai
Holothuria nobilis
Indo-Pasifik, Pasifik Selatan, Laut [58]
(Selenka, 1867) Ikan teatfish hitam
Cina Selatan, Asia Tenggara, Laut
Merah hingga Hawaii, Afrika
Holothuria pardalis Teripang macan tutul
Indo-Pasifik dan Pasifik Timur, [58]
(Selenka, 1867)
Laut Merah ke Hawaii
Holothuria pervicax Teripang stubborn
Indo-Pasifik, Afrika dan Hawaii [58]
(Selenka, 1867)
Holothuria scarab
Afrika, Laut Merah, Laut Cina
(Jaeger, 1833) Sandfish
Selatan, Pasifik Selatan, Asia [12,58]
Tenggara, Samudera Hindia
Holothuria scabra [12]
Pasifik Selatan, Asia Tenggara
versicolor (Conand, Golden sandfish

1986)
Isostichopus badionotus Three-rowed sea
[12]
Karibia (Venezuela)
(Selenka, 1867) cucumber
Stichopus californicus Giant red sea cucumber
Pasifik Timur (AS / Kanada) [12]
(Stimpson, 1857)
Stichopus chloronotus Black knobby or green
Indo-Pasifik Barat, ikan aii
(Brandt, 1835) fish
(jarang), Samudera Hindia dan [12,58]
Pasifik Selatan
Stichopus hermanni Curry fish or Hermann’s
Indo-West Pacific, dan Pasifik [12,58]
(Sempre, 1868) sea cucumber
Selatan
Stichopus japonicus Japanese sea cucumber
Barat Laut dan Jepang [12,60]
(Selenka, 1867)
Daerah pesisir
Stichopus horrens Golden sea cucumber
Indo-pasifik, Pasifik Selatan dan [58]
(Selenka, 1867) Hawaii
Stichopus mollis New Zealand sea
[12]
(Hutton, 1872) cucumber
New Zealand, Australia, Tasmania
Ananas Thelenota Prickly redfish
Pasifik Selatan [12]
(Jaeger, 1833)
Thelenota anax Amber fish
Pasifik Selatan [12]
(Clark, 1921)

2.1 Perikanan Teripang


Pada akhir 1980-an, perikanan teripang telah berkembang pesat dan berkembang karena
pertumbuhan pasar internasional yang terkait dengan industri, didukung oleh permintaan yang
berkelanjutan dari organisme ini untuk program budidaya dan penelitian biomedis. Misalnya,
tren pasar teripang dunia menunjukkan peningkatan yang cukup besar dalam perdagangan
teripang, baik dari segi jumlah spesies maupun hasil produksi. Selain perluasannya yang besar di
wilayah tradisional, perikanan holothurian telah meluas hingga skala yang cukup besar bahkan
di wilayah penangkapan ikan non-tradisional seperti Galapagos, Meksiko, dan Amerika Utara
[3–7]. Fitur penting dan umum dari perikanan subtropis dan tropis, adalah menargetkan multi-
spesies di lingkungan perairan dangkal (hingga kedalaman 50 m). Di sisi lain, sebagian besar
perikanan beriklim sedang dicirikan oleh teripang spesies tunggal, terutama yang tergolong
famili Holothuridae dan Stichopodidae yang merupakan bagian penting dari perikanan
invertebrata multi-spesies yang berlaku di wilayah Indo-Pasifik selama 1000 tahun untuk
penggunaan subsisten secara adat dan tradisional [12].
Spesies, yang memiliki nilai komersial luar biasa, misalnya, Holothuria nobilis (teatfish
hitam), Holothuria fuscogilva (teatfish putih) dan Holothuria scabra (sandfish) sebagian besar
tersebar di pasifik barat dan laut Indian. Spesies dengan nilai pasar rata-rata termasuk
Actinopyga miliaris (blackfish), Actinopyga echinites (brownfish) dan Ananas Thelenota (ikan
merah berduri). Sementara Holothuria fuscopunctata, Holothuria atra, Stichopus chloronotus
dan Stichopus variegates adalah beberapa di antara yang bernilai komersial kecil. Perikanan
kecil, bagaimanapun perkembangan terjadi, untuk Isostichopus fuscus, tercatat di wilayah
Pasifik timur Galapagos dan Ekuador. Perikanan beriklim sedang dibagi menjadi pantai Pasifik
Timur Amerika Utara untuk Parastichopus californicus dan P. parvimensis (Alaska, Oregon,
California dan Washington, AS, dan British Columbia, Kanada), wilayah Pasifik Barat untuk
Stichopus japonicus dan perikanan kecil di Atlantik untuk Cucumaria frondosa (Maine, AS, dan
Quebec, Kanada) [12].
Banyak spesies teripang dipanen di seluruh wilayah tetapi jumlah spesies yang
dieksploitasi secara komersial sangat bervariasi. Menurut penelitian, jumlah tertinggi (52 dan
36) spesies dieksploitasi di kawasan Asia dan Pasifik, tentunya karena kekayaan
keanekaragaman hayati laut di kawasan tersebut. Sedikit informasi tersedia tentang aspek
biologi, ekologi dan populasi dari sebagian besar spesies komersial, oleh karena itu, dalam
beberapa kasus, terutama di daerah terpencil, ini dipasarkan tanpa identifikasi taksonomi yang
terautentikasi. Berkenaan dengan statistik pemasaran perdagangan internasional karena
perdagangan internasional, tersedia data kuantitatif tentang hasil tangkapan perikanan. Menurut
data perdagangan dan tangkapan terkini yang tersedia, Asia dan Pasifik adalah dua daerah
penghasil teripang tertinggi. Berdasarkan faktor konversi yang digunakan untuk menghitung
berat kering / basah teripang, diperkirakan hasil tangkapan gabungan yang bisa dipanen untuk
wilayah Asia dan Pasifik berada pada kisaran 20.000 hingga 40.000 ton per tahun[61].
Sebagian besar tangkapan dunia (ca. 9000 ton berat basah per tahun) dikontribusikan oleh
daerah beriklim sedang di Belahan Bumi Utara (tangkapan dipertahankan oleh satu spesies yaitu
Cucumaria frondosa). Dalam konteks ini, wilayah Afrika dan Samudera Hindia, dengan
kontribusi tangkapan teripang berkisar antara 2000–2500 t per tahun, kurang menonjol,
sedangkan tangkapan teripang sangat rendah di kawasan Karibia dan Amerika Latin (<1000 t per
tahun) [61,62]. Meningkatkan perhatian difokuskan pada evaluasi perdagangan teripang dalam
kaitannya dengan pengelolaan laut yang dapat dipanen secara berkelanjutan sumber daya
teripang untuk memberikan manfaat sosial ekonomi industri ini kepada perikanan lokal
komunitas [62,63]. Ada beberapa karya unggulan dari Madagascar yang mengungkapkan adanya
peningkatan pertumbuhan perkembangan budidaya teripang dan perdagangan teripang, karena
penerapannya tepat strategi manajemen [64-66]. Penangkapan teripang di Indonesia dan tempat
lain di Asia adalah sebuah segmen penting yang berkontribusi untuk meningkatkan situasi
ekonomi di Pulau-Pulau Kecil dan komunitas lokal nelayan pesisir; Oleh karena itu populasi
teripang harus dikelola tepat untuk mencapai keunggulan dan manfaat ekonomi dan ekologi
yang berkelanjutan [62,63,67,68].

2.2 Perdagangan Teripang


Sebagian besar ekspor teripang dari kawasan Amerika Latin dan Karibia berasal dari Peru
(26,1%) diikuti oleh Ekuador (25,9%), Chili (14,1%) dan Kuba (10,1%). Sekitar 14,0% ekspor
teripang berasal dari negara-negara di mana perikanan ini dilarang seperti Panama dan Kosta
Rika atau tidak memiliki catatan yang tepat (Kolombia) [63]. Menurut laporan FAO (FAO,
2007), data tangkapan teripang hanya tersedia untuk Ekuador, Meksiko, Chili dan Nikaragua
dengan total kontribusi 6035 t (berat basah) untuk periode 1988 hingga 2005 (Tabel 2) [61 , 63].

Tahun Nicaragua Ecuador Mexico Chile Area Total Total hasil seluruh Persentase
dunia area
1988 - 3 - - 3 19.905 0,02
1989 - 10 - - 10 17.467 0,05
1990 - 12 - - 12 19.976 0,06
1991 - 29 - - 29 21.790 0,15
1992 - 152 - 237 389 20.892 1,95
1993 - 12 - 13 25 19.348 0,13
1994 - 12 - 4 16 24.505 0,08
1995 - 12 - 106 118 24.050 0,59
1996 - 12 - 115 127 26.795 0,64
1997 - 15 - 1 16 24.672 0,08
1998 - 15 271 30 316 22.004 1,59
1999 - 15 234 108 357 20.462 1,79
2000 - 15 426 1510 1951 24.509 9,80
2001 - 15 481 107 603 20.431 3,03
2002 - 15 290 106 411 23.445 2,06
2003 - 15 285 307 607 28.085 3,05
2004 - 15 265 234 514 27.540 2,58
2005 51 15 312 153 531 26.002 2,67

Tabel 2. Jumlah teripang (dalam ton) yang di lampirkan oleh FAO Chile, Ecudor, Mexico dan
Nicaragua dengan membandingkan total teripang seluruh dunia.

Kurangnya data resmi mengenai tujuan ekspor utama untuk sebagian besar pendaratan
teripang, namun secara umum diasumsikan bahwa sebagian besar hasil tangkapan dipasok untuk
memenuhi pasar Asia (kawasan Asia Timur dan Tenggara) karena permintaan. Dari 52 spesies
yang dieksploitasi secara komersial, sebagian besar merupakan spesies tropis dan sub-tropis
yang termasuk dalam famili Holothuridae dan Stichopodidae, termasuk genus Actinopyga,
Bohadschia, Stichopus dan Holothuria [68].
Penangkapan Holothuroidea tertinggi pada tahun 2000-an dihasilkan oleh Indonesia,
diikuti oleh Filipina. Secara rata-rata, hampir 47 persen dari penangkapan Holothuroidea dunia
per tahun, menghasilkan rata-rata 2.572 t (bobot basah) tangkapan per tahun, disumbangkan
bersama oleh Filipina dan Indonesia selama tahun 2000 dan 2005. Jepang sebagai produsen
perikanan terbesar di spesies beriklim sedang (A. japonicus), menghasilkan rata-rata 8101 t per
tahun antara periode 2000 dan 2005. Statistik penangkapan teripang FAO (Food and Agriculture
Organization) biasanya diberikan berdasarkan bobot basah, oleh karena itu, data penangkapan
teripang di Asia Tenggara tampaknya diremehkan [68]. Hal ini mendorong kebutuhan untuk
memverifikasi apakah data yang dicatat benar-benar dikeringkan dan bukan berdasarkan berat
basahnya.
Dengan pengecualian Cina, di mana sebagian besar produksi teripang berasal dari
budidaya (ca. 10.000 ton berat kering / tahun). Salah satu masalah utama yang berkontribusi
terhadap menipisnya sumber daya teripang adalah penangkapan ikan yang berlebihan. Kecuali
Jepang, negara-negara Asia lainnya biasanya kurang dalam praktik pengelolaan untuk
melestarikan dan mempertahankan perikanan teripang mereka. Yang terpenting, keduanya
merupakan negara produsen utama, Filipina dan Indonesi, sangat kurang dalam langkah-langkah
pengelolaan khusus yang diperlukan untuk budidaya teripang. Selain itu, kurangnya statistik
yang akurat, hilangnya habitat, pemanasan global dan penggunaan yang berlebihan dan tidak
terkendali adalah beberapa dari ancaman lain yang saat ini berlaku untuk kelestarian sumber
daya perikanan teripang [68].
Secara global, perdagangan teripang yang khusus ditujukan untuk pasar pangan sebagian
besar telah dikuasai oleh China Hong Kong SAR (Daerah Administratif Khusus), Singapura dan
Provinsi China Taiwan. China Hong Kong SAR memiliki kontrol wirausaha terbesar dengan
kontribusi 80 persen dari perdagangan ekspor-impor teripang global yang mungkin dikaitkan
dengan kemampuan daerah untuk menjadi koridor barang ke pedalaman daratan Cina [68,69 ].
Secara tradisional, produk dengan nilai lebih rendah sering dikirim ke China Hong Kong SAR
untuk diekspor kembali ke China [11,68]. Negara-negara yang terlibat dalam perdagangan
teripang, di seluruh dunia, sebagian besar mengekspor teripang ke salah satu dari tiga pusat
utam, di mana sebagian besar diekspor kembali ke konsumen Cina di seluruh dunia. Hampir
90% dari total impor teripang disumbang oleh China Hong Kong SAR, China, Singapura,
Malaysia, Provinsi Taiwan, China, Republik Korea, dan Jepang. Menurut perkiraan, sekitar 80%
dari keseluruhan perdagangan internasional ditujukan terutama untuk China, Hong Kong SAR
[12,68,69]. Misalnya, untuk periode antara 1996 dan 2000, 87% re-ekspor teripang dari China
Hong Kong SAR ditujukan ke China [69].
Menurut Bruckner dkk. [12], pada tahun 2000 dan 2001, 28 negara mengekspor teripang
ke Provinsi Taiwan, China, sedangkan sekitar 50 persen impor ke Singapura berasal dari China
Hong Kong SAR, dengan Tanzania, Papua Nugini, dan Madagaskar sebagai pemasok utama
lainnya. Perdagangan dua arah juga terjadi di antara tiga pusat ekspor utama. Impor China Hong
Kong SAR tertinggi pada tahun 1991 (7885 t) dan terendah pada tahun 1999 (2922 t). Untuk
periode antara 2000 dan 2005, impor rata-rata sekitar 4626 t. Di sisi lain, konsumsi teripang di
China Hong Kong SAR, yang mencapai puncaknya pada tahun 1991 (4456 t), menurun dari nilai
rata-rata 3812 t antara tahun 1991 dan 1994 menjadi 999,9 t antara tahun 1995 dan 2005.
Spesies atau tipe, ukuran hewan yang dikeringkan, tingkat kekeringan (hasil olahan) serta
masa pemasaran dalam setahun merupakan faktor penting dalam menentukan harga produk
teripang. Misalnya, biasanya harga 20 sampai 30% lebih tinggi sebelum Tahun Baru Imlek [69].
Telah diterima secara luas bahwa produk dengan kualitas unggul adalah yang berasal dari
Jepang, Afrika Selatan, pantai Pasifik Amerika Selatan dan Australia sedangkan yang berasal
dari Filipina, Indonesia, dan Cina memiliki kualitas yang lebih rendah karena komposisi spesies
dan teknik pengolahan yang di bawah standar [68,69].
Menurut laporan statistik global FAO tentang teripang, Indonesia merupakan negara
pengekspor teripang terbesar di dunia. Sekitar 40–80 persen teripang diekspor ke China, Hong
Kong SAR, dengan pasar lain adalah Jepang, Republik Korea, Provinsi Taiwan, China,
Singapura, Malaysia dan Australia [67,68]. Harga rata-rata tahunan teripang Indonesia yang
diekspor dari Sulawesi Selatan selama 1996 hingga 2002 adalah antara USD 15,06 / kg hingga
USD 144 / kg [67], namun demikian, harga tersebut bervariasi, sangat tergantung pada spesies
dan spesifikasi produk. Data INFOFISH Trade News mengenai tren harga menunjukkan bahwa
di antara spesies bernilai tinggi, sandfish berada di urutan teratas. INFOFISH Trade News hanya
menjelaskan harga untuk salah satu spesies beriklim sedang yaitu A. japonicus dengan tarif
hampir dua kali lipat dari sandfish grade. Harga eceran A. japonicus telah diamati bahwa terjadi
peningkatan dramatis dari waktu ke waktu, misalnya, harga eceran untuk satu kilogram (kg)
pada tahun 1960 sebesar Renminbi (RMB) 18, setinggi RMB 500 / kg pada tahun 1980 dan
RMB 3.000 / kg (sekitar USD 400) pada tahun 2004 [70]. Selain perdagangan utama untuk
keperluan pangan, mungkin ada ratusan ribu teripang yang dipasarkan untuk industri akuarium;
namun informasi tentang spesies, jumlah pasti dan negara sumber jarang tersedia [12].

3. Nilai Pangan dan Nutrisi Penting


Meskipun ada banyak spesies teripang yang dibudidayakan dan dapat dipanen, tetapi sekitar 20
spesies dilaporkan memiliki nilai ekonomi dan makanan yang relatif tinggi. Teripang biasanya diolah
menjadi produk kering yang dikenal sebagai “bêche-de-mer”, dihargai sebagai makanan laut yang
penting, khususnya di negara-negara Asia. Secara komersial, produk "bêche-de-mer" dapat dinilai
sebagai ekonomi rendah, sedang atau tinggi tergantung pada beberapa aspek seperti spesies,
penampilan, warna, bau, ketebalan dinding teripang, dan tren serta permintaan pasar [23]. Teripang
banyak dikonsumsi oleh orang-orang di Cina, Jepang dan Asia Selatan [70]. Sebagai komoditas
pangan dan obat-obatan, teripang terkenal sebagai bêche-de-mer atau teripang selama berabad-abad.
Mereka dihargai sebagai hidangan bergizi di antara orang-orang Aborigin Aisa Tenggara [7, 20]. Dari
sudut pandang nutrisi, teripang adalah tonik yang ideal dan memiliki profil nutrisi bernilai tinggi yang
mengesankan seperti Vitamin A, Vitamin B1 (tiamin), Vitamin B2 (riboflavin), Vitamin B3 (niasin),
dan mineral, terutama kalsium, magnesium, besi dan seng [22, 53].
Komposisi terdekat dari teripang segar dapat berbeda pada tingkat yang lebih luas tergantung
pada spesies, variasi musim dan pola pemberian makan. Data khas seperti yang dilaporkan dalam
literatur mengungkapkan kandungan kelembaban, protein, lemak, abu, dan karbohidrat untuk teripang
segar bervariasi dari 82,0 hingga 92.6, 2.5 sampai 13.8, 0.1 sampai 0.9, 1.5 sampai 4.3 dan 0.2 sampai
2.0%[9]. Teripang yang diproses secara komersial (dikeringkan) kaya akan sumber protein kasar
dibandingkan dengan sebagian besar makanan laut yang selama ini digunakan. Wendkk. [23]
menyelidiki komposisi kimia dan nutrisi dari delapan spesies teripang yang diproses secara komersial
dan menemukan kandungan protein berada dalam kisaran 40,7 hingga 63,3%. Teripang yang diuji
dalam penelitian yang diberikan [23], kecuali Thelenota anax dan Actinopyga caerulea memiliki kadar
lemak yang sangat rendah (0,3–1,9%) sedangkan kadar abu sangat tinggi (15,4– 39,6%). Menurut
Chen [22], bahan teripang yang sudah dikeringkan mungkin mengandung kandungan protein setinggi
83% dan dijual sebagai nutraceutical dalam bentuk tabulasi atau kapsul [22].
Teripang mengandung kombinasi menarik dari asam amino yang berharga; glycin menjadi
komponen utama (ca. 5,57–12,5 g / 100 g berat basah) di hampir semua spesies yang teridentifikasi.
Asam glutamat (4,69–7,31 g / 100 g berat basah), asam aspartat (3,48–5,06 g / 100 g berat basah),
alanin (2,95–5,77 g / 100 g berat basah) dan arginin (2,71–4,95 g / 100 g berat basah) menonjol antara
lain [23]. Ciri penting lain dari komposisi asam amino teripang adalah rasio lisin/arginin yang rendah
bersama dengan skor tinggi asam amino esensial (EAAs) karena adanya sejumlah besar treonin, tirosin
dan fenilalanin [23]. Efek hipokolesterolemik dari rasio lisin/arginin yang rendah dari suatu protein
telah didokumentasikan dengan baik. Kandungan total asam amino (TAAs) (33,32–54,13 g / 100 g
berat basah) [23] dibandingkan dengan profil asam lemak, tidak terlalu bervariasi antar spesies, tetapi
kedua nutrisi ini serta polisakarida dan glikosida lebih tinggi di bagian usus dan pernapasan daripada
di dinding tubuh. Menariknya, rasio EAAs/TAA, EAAs/asam amino non-esensial dari usus dan
saluran pernapasan mendekati pola ideal dari FAO/WHO [71] yang menunjukkan nutrisi tinggi pada
teripang.

4. Bioaktif Bernilai Tinggi dan Terapetik


Selama tiga hingga empat dekade terakhir, banyak upaya telah dilakukan untuk mengisolasi
banyak senyawa baru yang aktif secara biologis dari sumber laut. Banyak dari senyawa yang terjadi
secara alami sangat menarik untuk pengembangan obat potensial serta bahan petunjuk baru dan
produk yang sukses secara komersial untuk berbagai aplikasi industri, terutama farmasi, agrokimia,
makanan fungsional dan nutraceuticals [4]. Teripang merupakan salah satu hewan laut yang potensial
dengan nilai pangan dan obat yang tinggi. Sifat obat hewan ini dianggap berasal dari adanya
komponen fungsional dengan berbagai aktivitas biologis yang menjanjikan.
Jumlah protein berkualitas baik yang tinggi dalam teripang dikaitkan dengan efek
menguntungkannya pada kadar trigliserida serum [72]. Protein teripang, terutama yang dihasilkan dari
dinding tubuh, kaya akan glisin, asam glutamat, dan arginin. Glisin dapat merangsang produksi dan
pelepasan antibodi sel IL-2 dan sel B dan dengan demikian berkontribusi untuk meningkatkan
fagositosis. Glisin dan asam glutamat merupakan komponen penting bagi sel untuk mensintesis
glutathione yang dapat merangsang aktivasi dan proliferasi sel NK. Arginin dapat meningkatkan
kekebalan sel dengan meningkatkan aktivasi dan proliferasi sel-T. Karena komponen asam amino ini,
teripang memiliki fungsi luar biasa dalam regulasi imunitas [73]. Sebagian besar (ca. 70 persen)
protein dinding tubuh teripang terdiri dari kolagen. Kolagen diakui sebagai komponen berharga dalam
jaringan ikat, karena kegunaan dan distribusi spesifiknya [47,74]. Ini dapat diubah lebih lanjut menjadi
gelatin, untuk bertindak sebagai zat bioaktif fungsional [75].
Sejumlah besar fenolat dan radikal bebas juga telah ditentukan dalam teripang [34,46].
Athunibatdkk. [34] menyelidiki bahwa ekstrak air yang berasal dari teripang (Holothuria leucospilota,
Holothuria scabra, Stichopus chlorontus) mengandung jumlah fenolat total yang jauh lebih tinggi
(setara 4,85–9,70 mg asam galat (GAE) / g dw) dibandingkan ekstrak organik (1,53–2,90 mg GAE / g
dw). Begitu pula pada penelitian lain oleh Mamelonadkk. [46], jumlah kandungan pheols dan
flavonoid pada bagian yang berbeda antara lain saluran pencernaan, gonad, otot, dan alat pernafasan
teripang, Cucumaria frondosa, bervariasi dari 22,5 hingga 236,0 mg GEA / g dw, dan 2,9 hingga 59,8
mg / g dw, berturut-turut. Fraksi kaya asetonitril dan ekstrak etil asetat dari saluran pencernaan dan
fraksi kaya air serta ekstrak air dari otot dan alat pernapasan menunjukkan jumlah total fenol tertinggi.
Di antara ekstrak dan fraksi, fraksi kaya asetonitril menunjukkan kandungan fenol tertinggi untuk
semua jaringan yang diuji.
Terdapat sederet zat bioaktif dan antiagen lain pada teripang, seperti glikosida triterpen, enzim,
amilosa, asam lemak, sitotoksin, dll. dengan kemampuan potensial untuk meningkatkan imunitas,
melawan tumor dan cruor, melindungi jaringan saraf, meredakan nyeri dan melawan epifit serta
berkontribusi pada imunopotensiasi, antikanker dan antikoagulasi [71,76].
Menurut Fredalina dkk. [77], asam lemak fraksi lipid teripang, adalah komponen kunci,
bertanggung jawab untuk perbaikan jaringan dan sifat penyembuhan luka dari hewan laut ini. Profil
asam lemak dalam hal ini berupa myristic (C14: 0), palmitic (C16: 0), stearat (C18: 0), linoleat
(C18:2), arachidic (C20: 0), eicosapentaenoic (C20: 5, EPA) dan asam docosahexaenoic (C22: 6,
DHA) dari fraksi lipid, diekstrak dari teripang (Stichopus chloronotus) menggunakan metanol, etanol,
fosfat buffer saline (PBS), dan air suling, sangat bervariasi dalam hubungannya dengan empat sistem
ekstraksi. Ekstrak PBS menunjukkan kadar EPA yang relatif lebih tinggi (25,69%) dibandingkan
dengan 7,84% pada akuades, 18,89% pada etanol, dan hanya 5,83% pada ekstrak metanol. Hebatnya,
DHA hadir dalam jumlah yang lebih besar (57,55%) dalam ekstrak air, dibandingkan hanya 1,20–
3,63% di ekstrak lain sementara itu tidak terdeteksi dalam ekstrak etanol. Menariknya, C16:0 efektif
diekstraksi dalam etanol (20,18%) dan metanol (20,82%), sedangkan 12,55% dalam PBS dan hanya
2,20% dalam ekstrak air. Selanjutnya, asam oleat (C18: 1) hanya terbentuk di PBS (21,98%) dan
ekstrak air (7,50%) [77].
Menariknya, berbeda dengan minyak nabati yang kebanyakan memiliki asam lemak dengan
bilangan karbon genap, asam lemak yang cukup banyak dengan bilangan karbon ganjil seperti C15:0,
C17:0, C19:0, C21:0 dan C23:1 juga terdeteksi dalam profil asam lemak teripang [23]. Biasanya, asam
palmitat (C16:0), asam eicosenoic (C20:1 n-9) dan asam arakidonat (C20:4 n-6) adalah komponen
dominan di antara asam lemak jenuh (SFA), asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA) dan asam lemak
tak jenuh ganda (PUFA), masing-masing di hampir semua spesies teripang dapat diidentifikasi [23].
Jumlah SFA, MUFA dan PUFA di antara berbagai spesies dilaporkan sangat bervariasi. Sebagai
contoh, dalam sebuah penelitian [23] yang dilakukan pada delapan spesies umum teripang yaitu
Stichopus herrmanni, Thelenota ananas, Thelenota anax, Holothuria fuscogilva, Holothuria
fuscopunctata, Actinopyga mauritiana, Actinopyga mauritiana, Actinopyga caerulea dan Bohadschia
argus, Kandungan SFA, MUFA dan PUFA bervariasi dari 31,23 sampai 61,60%, 27,00 sampai
45,64% dan 5,10 sampai 23,13%. Spesies teripang yang dipelajari dalam penelitian yang diberikan
[23], berbeda dengan yang berasal dari abyssal, daerah tropis dan subtropis [78,79] dimana telah
menunjukkan jumlah SFA dan MUFA yang lebih tinggi tetapi kandungan PUFA lebih rendah. Variasi
komponen asam lemak di antara spesies teripang yang berbeda serta dari daerah yang berbeda dapat
dimengerti dan mungkin terkait dengan faktor-faktor seperti makanan, kondisi iklim habitat alami dan
rezim pemrosesan pasca panen, terutama suhu pengeringan [72]. Untuk tujuan komersial, setelah
ditangkap, teripang biasanya dibuang ususnya, direbus dan kemudian dikeringkan [12].
Di antara PUFA teripang, asam arakidonat (AA, C20:4 n-6) terdeteksi menjadi komponen utama
di hampir semua spesies dengan jumlah yang relatif lebih tinggi dilaporkan untuk spesies tropis
[78,79]. Manfaat obat AA sebagai prekursor eikosanoid dan komponen utama fosfolipid membran sel
telah diketahui dengan baik. Diketahui AA memainkan peran potensial dalam pertumbuhan, dan
proses pembekuan darah yang mengarah pada penyembuhan luka [80,81]. Hal ini mendukung
pemanfaatan teripang dalam waktu lama sebagai obat tradisional untuk luka bakar dan luka di Asia
[77]. Kehadiran sejumlah besar asam eicosapentaenoic (EPA) dan asam decosahexaenoic (DHA) di
beberapa spesies, terutama di teripang tropis dan abyssal [78, 89] secara medis penting karena kedua
asam lemak rantai panjang ini terkait dengan mengurangi kejadian penyakit jantung koroner dan
kanker tertentu [82,83].
Kelompok zat fungsional lain yaitu, mucopolysaccharides dan chondroitins, juga telah
diidentifikasi pada teripang. Telah terlihat bahwa orang yang menderita artritis dan gangguan jaringan
ikat, seringkali tidak memiliki senyawa ini. Dengan demikian, kondroitin sulfat yang diturunkan dari
teripang dapat dimanfaatkan sebagai nutraceutical untuk meredakan nyeri sendi dan gangguan seperti
arthritis [84]. Karena alasan inilah sekitar 3 g / hari penyajian teripang kering secara medis efektif
dalam mengurangi artralgia ke tingkat yang signifikan [22]. Mekanisme kerja kondroitin sulfat
dianggap efektif, mirip dengan glukosamin sulfat; senyawa terakhir saat ini digunakan sebagai agen
terapeutik untuk meredakan osteoartritis [85-87].
Polisakarida sulfat dilaporkan menunjukkan aktivitas antivirus dan, berdasarkan fakta ini,
ilmuwan Jepang telah mematenkan temuan ilmiah mereka mengenai potensi penggunaan kondroitin
sulfat teripang untuk menghambat infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) [22,88,89].
Golongan senyawa lainnya adalah saponin, umumnya diidentifikasikan sebagai holothurin, dari
teripang. Fitur struktural dari senyawa ini cukup sebanding dengan bioaktif dari ganoderma, ginseng,
dan herbal tonik obat populer lainnya [22]. Mereka telah menunjukkan spektrum yang luas dari efek
biologis seperti aktivitas hemolitik, sitostatik, antineoplastik, antikanker dan antitumor [24,90-93].
Salah satu studi baru-baru ini mengungkapkan bahwa saponin teripang telah menunjukkan efek
pencegahan dalam mengurangi lemak hati yang diinduksi asam orotik pada tikus [94].
Teripang kaya akan glikosida [95], terutama glikosida triterpen yang terbukti memiliki aktivitas
antijamur dan antitumor [96-106]. Teripang juga dikenal memiliki jumlah lektin yang mengesankan
[107.108], cerberosides [109.110], glikosaminoglikan [111–113], sterol dan sterol omega-6 serta asam
lemak omega-6 dan omega-3 (EPA dan DHA) [45.114.115 ]. Baru-baru ini, sebuah kelompok
penelitian yang bekerja di Universitas Kyushu, Kota Fukuoka, Fukuoka, Jepang, telah menemukan
tiga senyawa baru (spesies molekul gangliosida, HLG-1, HLG-2 dan HLG-3) dalam teripang disebut
sebagai Holothuria leucospilota. Molekul yang baru dipelajari mampu merangsang pertumbuhan sel
saraf pada sel tikus di laboratorium. Para peneliti mengungkapkan bahwa molekul serupa juga terdapat
pada sembilan spesies teripang lainnya, serta telur bulu babi [116]. Sejumlah senyawa bioaktif penting
yang diidentifikasi pada berbagai spesies teripang disajikan pada Tabel 3 sedangkan struktur kimia
yang tersedia untuk beberapa di antaranya digambarkan pada Gambar 1.

Senyawa bioaktif Spesies teripang Referensi


Pentaca quadrangularis, Holothuria atra,
Actinopyga echinites, Bohadschia
Glikosida triterpen subrubra, Pearsonothuria graeffei
(Saponin) [24,25,37,38,40,41,
(Holothuria forskali), Psolus patagonicus,
90–94,96–106]
Mensamria intercedens, Thelenota ananas,
Holothuria fuscocinerea, Holothuria
nobilis, Holothuria hilla Holothuria
impatiens, Cucumaria frondosa,
Holothuria leucospilota
Triterpen tersulfasi Hemoiedema spectabilis, Cucumaria
[117.118]
glikosida japonica, Staurocucumis liouvillei
Cerberoside Bohadschia argus [48.109.110]
(Fucosylated) Ludwigothurea grisea, Thelenota ananas,
Pearsonothuria graeffei, Stichopus [27,35,36,43,84–
Kondroitin sulfat 87]
tremulus, Holothuria vagabunda,
Isostichopus badionotus
Glikosaminoglikan Stichopus japonicas, [26,36.111–113]
Holothuria (Metriatyla) scabra, Thelenota ananas
Stichopus japonicus, Holothuria atra,
Lektin [49–51.107.108]
Holothuria scabra
Polisakarida tersulfasi Ludwigothurea grisea, Stichopus japonicus [44,88,89,119]
Sterol (glikosida, sulfat) Cucumaria frondosa [45.114.115]
Peptida bioaktif Cucumaria frondosa, Acaudina molpadioides, [31,32,47,
{protein(gelatin & Paracaudina chilensis, Acaudina molpadioidea, 73–75]
kolagen) hidrolisat} Stichopus japonicas
Fenol dan flavonoid Holothuria scabra, Holothuria leucospilota, [34,46]
Stichopus chloronotus, Cucumaria frondosa
Oligoglikosida triterpen Cucumaria okhotensis [95]
Glikoprotein Mensamaria intercedens [120]
Sapogenin steroid Actinopyga echinites, Actinopyga miliaris, [121]
Holothuria atra, Holothuria scabra
Mucopolysaccharide Stichopus japonicas [122]
(SJAMP)
Asam lemak tak jenuh Stichopus herrmanni, Thelenota ananas, Thelenota
ganda (PUFA): asam anax, Holothuria fuscogilva, Holothuria
arakidonat (AA C20:4 n- fuscopunctata, Actinopyga mauritiana, Actinopyga
6), asam caerulea, Bohadschia argus, Stichopus [9,23,77–83]
eicosapentaenoic chloronotus, Holothuria tubulosa, Holothuria polii,
(EPA C20:5 n-3), asam Holothuria mammosa
docosahexaenoic
(DHA C22: 6 n-3)

Tabel 3. Bioaktif penting secara medis pada setiap spesies teripang.

Gambar 1. Stuktur kimia beberapa komponen bioaktif yang teridentifikasi pada teripang
(a) Holoturinoside A [92].

(b) Okhotosides B1 – B3 [95].


(c) Achlioniceosides A1, A2, dan A3 [102]

(d) Scabraside A [103]

(e) Fuscocinerosides A, B dan C [105]

(f) Holothurin B [106]


(g) Patagonicoside A [118]

(h) Pentactaside [103,123]


(i) Frondosida A [124]

(j) Holothurin A [125]

(k) Fucosylated chondroitin sulfate [126]


(l) Glycosaminoglycan [127]

5. Aktivitas Biologis dan Fungsi Kesehatan Medis


Selain memiliki nilai gizi yang tinggi, teripang telah lama diakui dalam sistem pengobatan
rakyat negara-negara Asia. Berbagai fungsi kesehatan medis yang mengesankan, misalnya, menutrisi
tubuh, fungsi ginjal, melembabkan kekeringan usus, pengobatan tukak lambung, asma, hipertensi,
rematik dan penyembuhan luka telah berhubungan dengan teripang [22, 127–129]. Hal paling penting,
keuntungan medis yang potensial dan banyaknya alat biologis pada teripang saat ini di teliti secara
biomedis modern. Peneliti percaya bahwa ekstrak teripang bermanfaat untuk kesehatan manusia
dengan berbagai cara dan dapat membantu menurunkan pertumbuhan sel kanker [34, 130]. Dalam hal
potensi medis, makanan modern dan industry farmasi, hal ini menarik untuk mengembangakn
beberapa makanan fungsional dan nutraceutical dari berbagai bagian teripang untuk mencegah
inflamasi. Variasi dari teripang untuk makanan dan produk farmasi tersedia di Pasifik selatan dan
Asia, termasuk china, jepang, Malaysia dan Indonesia.
Di Asia dan Amerika tablet kering dibuat dari dinding tubuh teripang dikonsumsi sebagai
nutraceuticals untuk manfaat fisiologis. Di Malaysia, ekstrak kulitnya direbus dan dikonsumsi sebagai
tonik untuk mengobati Asma, hipertensi, rematik dan luka sayat dan luka bakar [9,77]. Menariknya,
selain untuk pengobatan kesehatan, teripang juga banyak diminati sebagai makanan afrodisiak untuk
meningkatkan kinerja seksual [9,77]. Dibawah ini akan diuraikan beberapa peran penting dalam
manfaat pengobatan yang berasal dari teripang.
5. 1. Anti angiogenik
Teripang telah muncul sebagai sumber potensial agen anti-angiogenik dan anti-tumor yang
menarik minat medis. Studi terbaru mengungkapkan potensi anti karsinogenik dari bioaktif yang
diturunkan dari teripang melawan kanker tertentu. Tiandkk. (2005) [24] memeriksa secara in
vivo dan in vitro fungsi anti-angiogenik dan antitumor dari senyawa philinopside E (PE) yang
baru diidentifikasi dari teripang. Mereka menilai melalui uji coba in vitro peran potensi
penghambatan angiogenesis senyawa menggunakan tes yang berbeda seperti proliferasi, adhesi,
migrasi, pembentukan tabung dan apoptosis pada sel endotel vena umbilikalis manusia (Human
umbilical vein endothelial cell/HUVECs) dan sel endotel mikrovaskuler manusia (Human
microvascular endotheliat cell/HMEC) yang diobati dengan PE. Selanjutnya, mereka
menggunakan cara in vivo, chorioallantoic membrane (CAM) untuk menguji aktivitas
penghambatan PE pada angiogenesis fisiologis. Selain itu, para peneliti menggunakan teknik
western blotting untuk menilai kemanjuran PE pada faktor pertumbuhan endotel vaskular
(VEGF) yang menghubungkan sinyal biologis di HMECs. Hasilnya mengungkapkan bahwa PE
sangat menghambat proliferasi HMEC dan HUVEC, IC 50 2,22 ± 0,31 µM dan 1,98 ± 0,32 µM,
dimana keduanya menginduksi apoptosis sel endotel pada jumlah kurang dari 2 µM,
menunjukkan penekanan migrasi sel yang bergantung pada konsentrasi dan adhesi sel serta
pembentukan tabung di HUVECs dan HMECs. Demikian pula, pada pemeriksaan in vivo CAM,
PE (5 nM / telur) menunjukkan penekanan angiogenesis spontan, dan menunjukkan
penghambatan pertumbuhan secara signifikan pada model tikus percobaan (sarcoma 180 dan
hepatoma 22). Hasil ini menunjukkan bahwa PE dapat dieksplorasi sebagai agen anti-angiogenik
yang efisien, untuk menekan bentuk aktif (terfosforilasi) reseptor faktor pertumbuhan endotel
vaskular yang terlibat dalam kelangsungan hidup sel endotel, adhesi, proliferasi dan migrasi.
Pada penelitian lain, aktivitas anti angiogenik saponin sulfat yang baru diisolasi yaitu
Philinospide A, dari teripang (Pentacta quadrangulari), diuji melawan angiogensis dan
pertumbuhan tumor oleh Tong dkk. (2005) [38] dalam serangkaian pemeriksaan in vitro dan in
vivo. Para peneliti mencatat bahwa Philinospide A yang berasal dari teripang menunjukkan efek
anti-angiogenik dalam sel endotel mikrovaskular manusia (HMEC) yang menunjukkan
kegunaannya sebagai agen antikanker yang menjanjikan. Selain itu, ia memiliki efek sitotoksik
dan antiangiogenik ganda, yang mungkin dikaitkan dengan potensi penghambatannya untuk
reseptor tirosin kinase (Receptor tyrosine kinases/RTK). Fucosylated chondroitin sulfate adalah
senyawa lain, yang diidentifikasi pada bunga dan dinding tubuh teripang. Senyawa ini
menawarkan aktivitas anti angiogenik yang baik, sebanding dengan kontrol positif, hidrokortison
/ heparin, dan bahkan lebih tinggi dari kondroitin-6-sulfat pada tulang rawan hiu [130].
5. 2. Anti kanker/anti proliferatif
Teripang dilaporkan mengandung beberapa senyawa dengan sifat antikanker dan
antiproliferatif. Aktivitas antikanker dari tiga glikosida triterpen, intercedensida A, B, dan C
yang diisolasi dari teripang (Mensamaria intercedens) telah dievaluasi oleh Zou dkk. [37].
Glikosida triterpen yang diisolasi secara struktural dijelaskan menggunakan analisis kimia dan
pendekatan spektroskopi NMR dan ESIMS. Menurut hasil penelitian [37], senyawa triterpen
yang diberikan menunjukkan sitotoksisitas terhadap garis sel tumor manusia dan dengan
demikian dapat berfungsi sebagai agen antikanker yang potensial. Salah satu senyawa,
intercedenside A, juga menunjukkan fungsi antineoplastik yang baik terhadap sarkoma tikus
S180 dan kanker paru Lewis tikus.
Ekstrak air panas dari teripang (Stichopus japonicas) diuji untuk efeknya pada proliferasi
dan kerentanan H2O2 pada sel Caco-2 adenokarsinoma usus besar manusia [131]. Pertumbuhan
sel Caco-2 secara signifikan dihambat oleh treatmen ekstrak. Ekstrak yang diuji menunjukkan
sitotoksitas yang bergantung pada konsentrasi ke sel Caco-2. Kerusakan sel oleh ekstrak teripang
terbukti di atas 1 mg / mL. Selain itu, pemberian ekstrak teripang secara bersamaan
mengintensifkan sitotoksisitas H2O2. Studi lain mengungkapkan isolasi basa sphingoid teripang
(Stichopus variegatus) cerberosides bersama dengan efek sitotoksiknya terhadap garis sel kanker
usus besar manusia [48]. Cerebrosida yang diisolasi diperiksa struktur kimianya menggunakan
informasi spektroskopi massa dan ditemukan memiliki rantai alkil C17 hingga C19 ditambah
dengan 1 hingga 3 ikatan rangkap yang memberikan ciri khas pada sphingoid teripang
dibandingkan dengan yang berasal dari mamalia. Basa sphingoid teripang menunjukkan aktivitas
sitotoksik yang kuat terhadap sel kanker (sel DLD-1, WiDr dan Caco-2) yang mengurangi
viabilitasnya dengan cara yang bergantung pada konsentrasi. Aktivitas ini sebanding dengan
aktivitas sel yang diobati dengan sphingosine. Senyawa yang diuji menginduksi perubahan
morfologi sebagai fragmen kromatin terkondensasi serta meningkatkan aktivitas caspase-3,
mendukung fakta bahwa basa sfingoid dapat mengurangi viabilitas sel dengan menyebabkan
apoptosis.
Silchenko dkk. (2007) [95] juga mempelajari aktivitas antikanker dari tiga triterpen baru
oligoglikosida, okhotosida B1, B2, dan B3, diisolasi dari teripang (Cucumaria okhotensis),
bersama dengan senyawa frondosida A, cucumarioside A2-5, dan koreosida yang diketahui.
Mereka menggunakan 2-D NMR dan MS untuk menjelaskan struktur okhotosida B1-3
berdasarkan data spektroskopi yang telah ditetapkan. Hasil penelitian mereka menunjukkan
bahwa senyawa 1-3 cukup toksik terhadap sel tumor HeLa, tetapi Frondoside A menunjukkan
efek sitotoksik lebih banyak terhadap garis sel tumor THP-1 dan HeLa. Demikian pula,
triterpenoid novel, frondoside A, berasal dari spesies teripang laut Atlantik yaitu Cucumaria
frondosa dimana elah dilaporkan menunjukkan fungsi penghambat pertumbuhan yang efektif
melawan sel kanker pankreas manusia. Potensi penghambatan proliferasi diikuti oleh besarnya
apoptosis yang ditandai. Senyawa yang diuji (Frondoside A) seharusnya menginduksi apoptosis
melalui jalur aktivasi mitokondria dan kaskade [132,133].
Althunibat dkk. (2009) [34] meneliti efek dari ekstrak air dan organik dari tiga jenis
teripang (Holothuria leucospilota, Holothuria scabra, Stichopus chloronotus), pada
pertumbuhan dua sel kanker manusia: A549 (human non-small lung carcinoma) dan C33A (sel
kanker serviks) menggunakan uji MTT. Dari ekstrak yang diuji, hanya ekstrak S. chloronotus
yang menunjukkan aktivitas antiproliferatif terhadap garis sel kanker yang diuji. Sebaliknya,
ekstrak air (Aquueous extract/AE) dari S. chloronotus menunjukkan lebih banyak toksisitas
terhadap sel C33A (IC50 = 10,0 µg / mL) dibandingkan A549, sedangkan AE dihasilkan dari H.
leucospilota dan H. scabra menunjukkan tidak ada tindakan penting pada pertumbuhan sel
kanker dalam batas konsentrasi yang digunakan. Di sisi lain, ekstrak teripang yang dihasilkan
oleh pelarut organik menghambat pertumbuhan kedua garis sel (A549 dan C33A) dengan derajat
yang bervariasi. Ekstrak organik (OE) dari H. scabra menawarkan aksi antiproliferatif yang
lebih besar terhadap sel A549 dan C33A dengan nilai IC 50, masing-masing 15,5 µg / mL dan 3,0
µg / mL. Selanjutnya dari ekstrak organik S. chloronotus menunjukkan lebih banyak
sitotoksisitas terhadap sel C33A (IC50 = 6,0 µg / mL) tetapi sedikit aksi terhadap sel A549 (IC 50
= 21,0 µg / mL). Fungsi antiproliferatif dan antikanker dari ekstrak teripang mungkin dianggap
berasal dari jumlah fenol total dan flavonid yang dinilai sebagai antioksidan efektif untuk
terlindungi dari stres oksidatif dan penyakit degeneratif termasuk kanker tertentu [34].
Janakiram dll . (2010) [124] mempertimbangkan efek kemopreventif dari frodanol A,
glico;iid yang diambil dari teripang (Cucumaria frondosa), terhadap usu besar tikus yang
diinduksi karsinogenesis-azoxymethane. Mereka menggunakan ACF (aberrantcolonic crypt foci)
sebagai penanda efikasi untuk menilai tingkat ekspresi proliferasi selama penelitian. Disamping
itu, penghambat pertumbuhan dan apoptosis dari frodanol A dengan konsentrasi antara 10-
120µg/mL, dalam penelitian juga menggunakan cell-line HCT-116. Derivat teripang laut,
frondanol A memiliki aktivitas menghambat pertumbuhan dan apoptosis yang sangat baik
sehingga direkomendasikan penggunaan teripang sebagai bahan makanan fungsional dan
nutraceutical.
Dua glikosida triterpene sulfated yaitu holothurin A (HA) dan 24-dehydroechonside A
(DHEA), sudah diidentifikasi dalam spesies teripang (Pearsonothuria graeffei) oleh Zhao dkk.
(2010)[134]. Kedua glikosida ini menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap metastasis in
vitro dan in vivo. Analisa imunositokimia menunjukkann HA dan DHEA menekan ekspresi dari
matriks metallo-proteinase-9 (MMP-9) secara signifikan serta meningkatkan ekspresi dari tissue
inhibitor of metalloproteinase-1 (TIMP-1). TIMP-1 merupakan regulator kunci untuk aktivasi
MMP-9. Berdasarkan data analisa Western blot, HA dan DHEA menekan ekspresi VEGF
(vascular endothelial growth factor) secara signifikan. Terapi HA dan DHEA mengurangi adhesi
dari human hepatocellular liver carcinoma cells (HepG2) hingga matrigel dan human endothelial
cells (ECV-304) dan juga menghambat migrasi dan invasi sel HepG2 pada mode yang
bergantung terhadap konsentrasi. Sebagai tambahan, terapi HA menurunkan regulasi tingkat
ekspresi dari NF-κB, yang dikaitkan dengan aktivitas antimetastasis dari turunan glikosida
triterpen dari Pearsonothuria graeffei.
5.3. Antikoagulan
Sifat antikoagulan dari teripang (Ludwigothurea grisea) dihubungkan dengan adanya silfat
kondroitin fusosilat pada dinding tubuh dari hewan laut ini. Senyawa ini memiliki inti
menyerupai sulfat kondroitin yang mengandung rantai tepi yang tersusun sulfat α-ʟ-fucose yang
menempel pada Carbon-3 posisi asam β-ᴅ-glucoronic [127]. Selama aktivasi uji waktu
tromboplas pasrsial (APTT), senyawa yang diberikan menunjukkan aktivitas antikoagulan yang
baik yang dapat dianggap kemampuan dari senyawa tersebut untuk menginisiasi inhibisi
trombin oleh kofaktor heparin II dan antirombin. Perbandingan antara hasil modifikasi kimia
(desulfated, carboxyl-reduced, dan defucosylated parsial) dengan polisakarida original
menunjukan cabang sulfated fucose, memiliki peranan penting dalam sifat antikoagulan yang
lebih baik untuk sulfat kondroitin fucosylated (FCS). Sebagai tambahan, aktivitas antikoagulan
yang baik dari FCS disertai dengan kemungkinan tidak ada efek samping, menjadikan
polisakarida ini sebagai molekul yang menarik untuk menilai potensi melalui pengujian
trombosis pada tingkat klinis.
Mulloy dkk. (2000)[135] meneliti FCS yang diambil dari teripang memiliki potensi
aktivitas antikoagulan [122]. Pada penelitian tersebut menggunakan spektroskopi NMR untuk
menguraikan struktur dari FSC. Hasilnya menunjukkan bahwa aktivitas utama antikoagulan FSC
bergantung pada cabang sulfated fucose namun sedikit perubahan pada struktur sulfat dapat
menyebabkan aktivitas antikoagulan hilang, terlepas dari tingkat sulfasi yang tinggi. Dalam
penelitian lain [35], peneliti meneliti aktivitas antikoagulan/antitrombotik pada FCS derivat
dinding tubuh teripang dan derivat kimia dari polisakarida yang sama yang dilibatkan dalam
model trombosis stasis pada kelinci menunjukkan desulfasi dan defukosilasi parsial dari
polisakarida menekan aktivitas antikoagulan.
Beberapa fraksi baru dihasilkan dari teripang (Thelenota ananas) derivat FCS oleh Wu
dkk. (2010)[136] melalui proses depolimerisasi. Fraksi baru yang dikembangkan yang
bervariasi namun distribusi berat molekul yang sempit dicirikan sebagai karakteristik psikokimia
menggunakan data spektral FT-IR dan NMR. Berdasarkan hasil tersebut, membuktikan struktur
utama dari fraksi tersebut dipertahankan setelah depolimerisasi. Peneliti menguji lebih lanjut
aktivitasi antikoagulan dari fraksi yang dihasilkan melalui pemeriksaan APTT dan menemukan
aktivitasi APTT menurun yang brgantung pada berat molekular mengikuti fungsi seperti
logaritma. Sebagai perbandingan fraksi heparin berat molekul ringan (LMWH) dosis tinggi,
menunjukkan aktivitas antikoagulan yang rendah. Oleh karena itu, fraksi menunjukkan lebih
efektif sebagai agen antitrombotik dengan resiko perdarahan yang lebih sedikit dibanding
LMWH.
5.4. Fungsi imunitas dan anti kelelahan
Polipeptida teripang menunjukan fungsi imun dan anti kelelahan yang signifikan pada
tikus; membuktikan tidak ada bukti nyata yang mempengaruhi berat badan tikus, secara
signifikan memperpanjang waktu tikus berenang dan berlari di atas kayu berputar, degradasi
kandungan dari nitrogen urea pada darah, dan meningkatkan kandungan glikogen hepar setelah
tikus beraktivitas [137,138]. Liu dkk. (2009)[139] meneliti fungsi imunitas dan anti kelelahan
dari cairan oral teripang dengan waktu berenang dan asam laktat pada darah tikus serta glikogen
pada hepar tikus. Mereka menunjukkan waktu berenang dari tikus yang diberikan cairan secara
signifikan meningkat sehingga meningkatkan kandungan glikogen pada hepar jika dibandingkan
dengan kelompok kontrol (P < 0,01). Selain itu juga menunjukkan kandungan asam laktat pada
darah tikus juga berkurang secara signifikan (P < 0,01). Berdasarkan hasil tersebut mendukung
bahwa cairan oral teripang memiliki efek anti kelelahan.
Komposisi bioaktif dari kultur teripang (Stichopus japonicus) dan efek anti kelelahan pada
tikus telah diuraikan oleh Bing dkk. (2010)[140]. Dinding tubuh dari S. japonicus ditemukan
kayak akan asam mucopolisakarida, kolagen, asam amino bioaktif dan lemak. Sebagai
perbandingan dengan kelompok kontrol, tikus yang diberikan S. japonicus selama 30 hari
berturut-turut menunjukkan peningkatan waktu berenang pada tikus, meningkatkan sintesis
glikogen dan hemoglobin pada hepar dan mempertahankan tingkat hemoglobin (90 menit pasca
berenang) seperti sebelum berenang. Selain ini juga mengurangi pembentuk asam laktat,
meningkatkan eliminasi asam laktat dan nitrogen urea dalam darah tikus secara signifikan pasca
berenang sehingga meningkatkan ketahanan tikus dalam beraktifitas. Berdasarkan temuan ini,
maka disimpulkan teripang memiliki aktivitas anti kelelahan.
5.5. Anti hipertensi dan Inhibisi Angiotensin Converting Enzyme (ACE)
Pada saat ini, banyak peneliti yang mengakui teripang sebagai antihipertensi dan ACE
inhibitor. Pada penelitian Zhao dkk (2007)[75] menemukan efek antihipertensi dan peptida ACE
inhibitor dari gelatin hidrolisat teripang (Acaudina molpadioidea). Gelatin dihidrolisis berurutan
dengan bromelain dan alkalase. Hidrolisat dipisahkan menjadi 3 bagian dengan kisaran berat
molekul ( GH-I <kDa; GH-II< 5 kDa; GH-III <1 kDa) menggunakan bioreaktor membran
ultrafiltrasi (UMB). Diantara semua produk, GH-III menunjukkan aktivitas ACE inhibitor yang
lebih tinggi, IC50 0.35 mg/mL, saat GH-III diberikan melalui minuman pada tikus hipertensi
ginjal (RHR) selama sebulan, mengurangi tekanan sistolik dan diastolik pada RHR secara
signifikan yang menunjukkan efek antihipertensi peroral. Para peneliti melanjutkan penelitian
[141] lebih lanjut dengan tujuan mempersiapkan hidrosilat dari protein dinding tubuh A.
molpadioidea dengan aktivitas anti hipertensi. Peneliti menghidrolisasi protein dinding tubuh A.
molpadioidea berurutan dengan 2 enzim yaitu bromelain dan alkalase kemudian membagi
hidrosilat yang didapat menjadi beberapa bagian sesuai dengan berat molekul (2kDa; 2 kDa)
menggunakan UMBS. Fraksi 2kDa, dengan aktivitas ACE inhibitor superior (IC 50 dari 0,615
mg/mL) diberikan melalui air minum terhadap RHR selama 30 hari, menunjukkan tekanan
sistolik dan diastolik pada RHR berkurang dibandinkan dengan group model yang bergantung
pada dosis.Selain itu, efek hipertensi pada dosis 120 µg/g sama baiknya dengan kelompok
kontrol captopril 10µ/g. Secara keseluruhan diketahui hidrosilat (GH-III) yang dihasilkan gelatin
teripang memiliki potensi aktivitas ACE inhibitor (in vitro) dan efek hipertensi (in vivo) yang
diduga mengandung peptida ACE inhibitor bioaktif yang tinggi.
Dalam penelitian lain Zhao dkk. (2009)[142], peptida ACE inhibitor baru yang diambil
dari hidrosilat A. molpaadioidea. Hidrosilat yang diproduksi dibagi menjadi 2 bagian
berdasarkan kisaran berat molekul (PH-I, > 2 kDa; PH-II, <2 kDa) menggunakan UMB.
Kelompok PH-II menunjukkan potensi ACE inhibitor yang lebih baik. Berdasarkan ini
kelompok PH-II menggunakan teknik kormatografi yang beragam (filtrasi gel, kromatografi
pertukaran ion, RP-HPLC dan lain-lain), peneliti mengambil peptida ACE inhibitor. Peptida
yang diambil dimurnikan dan distabilkan menjadi peptida baru (dengan sequence
MEGAEQEAQGD), menunjukkan kemiripan yang dapat diabaikan dengan sequence peptida
ACE inhibitor lain. Setelah inkubasi dengan protease gastrointestinal, aktivitas inhibisi dari
peptida karakteristik baru diamati hingga meningkat 3,5 kali, bersamaa dengan menurunnya
IC50 dair 15,9 menjadi 4,5 µM. Uji peptida ACE inhibitor pada dosis 3 µM/kg menunjukkan ada
efek antihipertensi yang bermakna pada tikus hipertensi spontan (SHR).
Aktivitas antioksidan dan antihipertensi (in-vitro) dari dua jaringan teripang Islandia yang
diproses berbeda dievaluasi dan dibandingkan oleh Hamaguchi dkk. (2010)[28]. Kulit, otot,
saluran cerna, dan saluran pernapasan teripang (Cucumaria frondosa) diproses dengan cara
berbeda untuk menghasilkan ekstrak cairan dan hidrolisasi. Hasil dari teripang yang diproses
duji untuk mengurangi kekuatan, aktivitas chelating ion logam, dan aktivitas ACE. Berdasarkan
hasil, efek inhibisi ACE ekstrak cairan lebih tinggi jika dibandingkan dengan hidrolisate.
Perbedaan bagian teripang laut juga diuji dan menunjukkan aktivitas yang bervariasi. Di sisi
lain, hidrosilat (proses 2) menunjukkan nilai ORAC (oxygen radical absorbance capacity) yang
lebih tinggi daripada ekstrak carain (proses 1). Aktivitas antioksidan yang lebih tinggi pada
hidrosilat dibanding ektrak cairan diperkirakan karena peptida antioksidatif selain bioaktif
endogen lainnya.
5.6. Anti inflamasi
Penelitian mendukung teripang memiliki potensi aktivitas anti inflamasi. Menurut Smith
(1978)[143], vesikula polian teripang (Holothuria cinerascens) diketahui merupakan organ yang
menerima infamasi (termasuk immunologik), peneliti berpendapat awal yang belum sempurna
dari awal yang berkembang menjadi sistem limforetikular vertebrata. Ada beberapa penelitian
yang mengungkapkan bahwa bagian-bagian jaringan dari teripang dapat dimanfaatkan sebagai
sumber agen terapetik yang poten sebagai terapi untuk peradangan [29-31]. Dalam penelitian in
vivo, Whitehouse dan Fairlie (1994)[144] tikus jantan dan betina diberi makan SeaCare
(Makanan suplemen laut) yang memiliki komposisi ekstrak kering dari spesies holothurians:
95% w/w teripang (Holothuria nobilis, Holothuria axiologa dan Stichopus variegatus) dan 5%
w/w tanaman laut (Saragssum pallidum). Sifat anti inflamasi diuji pada tikus dengan inflamasi.
Hasil yang ditemukan suplemen yang diuji menunjukkan aksi anti inflamasi pada kedua jenis
kelamin; namun aktivitas anti inflamasi pada suplemen tersebut lebih rendah dari senyawa
sintetik stadar (aspirin) terhadap peradangan kaki hewan akut yang diinduksi karagenan.
Suplemen makanan ditemukan aktif terhadap poliartritis yang diinduksi adjuvant pada tikus
dengan jadwal dosis harian.
Ekstrak dari spesies teripang: (Holothuria tubulosa, Leptogorgia ceratophyta,
Coscinasterias tenuispina dan Phallusia fumigata) sudah diproduksi menggunakan diklorometan
dan metanol oleh Herencia dkk. (1998)[145] untuk menilai aktivitasi anti-inflamasi. Hasil
menunjukkan ekstrak yang dihasilkan oleh kedua larutan tersebut efektif menurunkan aktivitas
cyclo-oxygenase pada jaringan tikus yang mengalami inflamasi namun tidak mempengaruhi
enzim cyclo0oxygenase utama. Sehingga, berdasarkan penelitian ini uji ekstrak dapat ditelusuri
sebagai sumber laut baru sebagai agen anti-inflamasi baru.
5.7. Antimikroba
Ekstrak teripang sudah terbukti sebagai agen antimikroba yang potent pada beberapa
penelitian. Aktivitas antifungi dan aktibakteri dari ekstrak alkohol dari Actinopyga echinites,
Actinopyga miliaris, Holothuria atra dan Holothuria scabra telah diteliti oleh Jawahar dkk.
(2002)[121]. Peneliti menemukan Eschericia coli, Aeromonas hydrophila, Enterococcus sp.,
Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella pneumoniae, Staphylococcus aureus, Salkmonella typhi,
and Vibrio harveyi dan Aspergillus sp. Sensitif terhadap ekstrak teripang yang diuji. Potensi
antimikroba dari ekstrak tersebut dianggap berasal dari adanya agen antimikroba, kemungkinan
besar yaitu sapogenin steroid. Sehingga disarankan penggunaan teripang laut sebagai sumber
potensial untuk pemisahan agen antimikroba. Dalam penelitian lain, Ridzwan dkk. (1995) [146]
mengevaluasi aktivitas antibakteri dari ekstrak teripang yang diambil dari daerah pesisir dari
Sabah (Malaysia) menggunakan uji in vitro. Berdasarkan hasil tersebut ekstrak dari fraksi lipid
dan metanol derivat dari spesies teripang (Holothuria scabra, Holothuria atra dan Bohadsia
argus) tidak menunjukkan aktivitas antibakteri yang bermakna. Namun, PBS (Larutan garam
dengan buffer fosfat) derivat dari B. argus dan H. atra, menunjukkan aktivitas antimikroba yang
signifikan dan meninhibisi pertumbuhan seluruh bakteri gram negatif dan positif yang diuji.
Efek antimikroba dari ekstrak yang diambil dari bagian terluar H. atra lebih lemah dibandingkan
dengan bagian dalam.
Aktivitas antimikroba dari bagian tubuh yang berbeda dari teripang(Cucumaria frondosa),
bintang laut (Asteria rubens) dan bulu babi hijau (Strongylocentrotus droebachiensis) sudah
diteliti oleh Haug dkk. [147]. Telur dari C. frondosa menunjukkan aktivitas antibakteri relatif
lebih tinggi. Beberapa jaringan dari A. rubens menunjukkan aktivitas seperti lisosom, sedangkan
aktivitas hemolitik dapat diamati di hampir seluruh spesies yang dianalisa. Terutama pada
dinding tubuh dengan ekstrak yang lebih kuat. Variasi yang luar dari bioaktivitas di antara
ekstrak menunjukkan bahwa berbagai zat yang memiliki sifat antimikroba. Oleh karena itu,
echinodermata laut bisa ditelusuri lebih lanjut sebagai sumber alami untuk penemuan senyawa
antibiotik baru.
Dalam penelitian oleh Kumar dkk. (2007) [148], ekstrak metanol dari teripang
(Actinopyga lecanora) menunjukkan aktivitas anti fungi in vitro yang menjajikan. Glikosida
triterpen baru, dengan 2 glikosida yang sudah diketahui yaitu holothurin B dan holothurin A,
telah diidentifikasi dalam fraksi n-butanol menggunakan proses fraksinasi kromatografi kolom
berulang. Secara keseluruhan, holothurin B menunjukkan aktivitas antifungi in vitro yang lebih
baik terhadap 20 jamur yang diuji termasuk strain ATCC. Produk natural dengan bahan dasar
teripang laut (A. lecanora) diketahui sebagai sumber yang menjanjikan untuk isolasi dan
identifikasi zat anti fungi. Sehingga holothurin B turunan teripang dapat dicari sebagai molekul
aktif untuk pengembangan lebih lanjut untuk obat anti fungi yang poten terhadap penyakit
menular. Farouk dkk. (2007)[149] mengisolasi beberapa strain bakteri dari berbagai jaringan
spesies teripang (Holothuria atra), ekstrak dan sekresi dari bakteri tersebut menunjukkan
aktivitas antibakteri. 7 dari 30 jenis yang diisolasi menunjukkan aktivitas antibakteri sedang
hingga tinggi. Peneliti juga mengoptimalkan media tumbuh untuk meningkatkan produksi
peptida bakteri. Berdasarkan data skrining aktivitas, spesies tersebut Klebsiella pneumoniae,
Salmonella typhimurium, Proteus vulgaris dan E. coli merupakan organisme yang paling banyak
ditemukan sensitif.
Ekstrak mentah dan fraksi murni yang diambil dari Holothuria polii (teripang mediterania)
menunjukkan aktivitas anti fungi yang bergantung pada konsentrasi terhadap molds dan yeasts
seperti yang dijelaskan oleh Ismail dkk. (2008)[150]. Berdasarkan data yang didapatkan, strain
dari Aspergillus fumigatus lebih sensitif terhadap fraksi dan ekstrak yang diuji, sedangkan strain
dari Trichophyton rubrum kurang berespons terhadap fraksi dan ekstrak yang diuji. Selain
ekstrak, senyawa bioaktif yang berbeda, yang dikenal sebagai glikosida triterpene yang telah
diambil dari teripang menunjukkaan aktivitas antimikroba. Salah satu bioaktif yaitu
patagonicoside A diambil dari teripang (Psolus patagonicus) [118], diidentifikasi sebagai
tetrasakarida disulfat menggunakan spektral NMR 1D dan 2D. Patagonicoside A dilaporkan
memiliki aktivitas anti fungi yang baik terhadap jamur patogenik (Cladosporium cucumerinum).
Dua glikosida triterpen sulfat baru yang teridentifikasi yaitu hemoiedemosides A dan B dari
teripang patahonian (Hemoidema spectabilis) menunjukkan aktivitas antifungi terhadap jamur
pitopatogenik (Cladosporium cucumerinum), sedangkan hemoiedemoside turunan desulfat semi
sintetik relatif kurang aktif.
Beberapa metabolit sekunder memiliki karakteristik seperti glikosida triterpeneyang
diambil dari teripang (Psolus patagonicus) menggunakan kombinasi teknik kimiawi dan
kromatografi menunjukkan potensi anti fungi. Fraksi murni, sebagian besar terdiri dari
patagonicoside A menunjukkan aktivitas anti fungi yang lebih kuat, untuk membandigkan
efektivitas produk antifungi sintetik dengan patagonicoside A derivat teripang dan derivatnya
(ds-patagonicoside A) memiliki aktivitas anti fungi terhadap molds, Fusarium oxysporum,
Cladosporium fulvum dan Monilia sp. [152]. Yuan dkk. (2009)[153] juga melaporkan aktivitas
anti fungi dari 4 glikosida triterpen tipe holostan baru yaitu 17α-hydroxy impatienside A,
marmoratoside A, marmoratoside B, 25-acetoxy bivittoside D, bersama dengan 2 glikosida yang
sudah diindentifikasi (impatienside A dan bivittoside D) yang diambil dari (Bohadschia
marmorata) spesies dari teripang. Peneliti menguraikan struktur dari glikosida triterpen baru
menggunakan data spektroskopik, yang dihasilkan oleh NMR 2 dimensi dan metode biokimia
lainnya. Kini munculnya bakteri yang resisten terhadap penggunaan antimikroba sintetik
(antibakteri dan anti fungi) yang biasa digunakan karena pemakaian antimikroba jangka panjang
merupakan fenomena umum. Berdasarkan beberapa penelitian yang menunjukkan potensi anti
mikroba dari teripang perlu di teliti lebih lanjut sebagai sumber alami untuk agen antimikroba
untuk pengembangan terapi penyakit menular.
5.8. Anti oksidan
Sekarang penggunaan tanaman laut atau senyawa antioksidan berbasis laut mendapatkan
banyak pengakuan karena potensi fungsi kesehatan dan berbagai sifat biologis. Ribuan spesies
tanaman sudah diteliti untuk mengetahui potensi anti oksidan, akan tetapi karena kurangnya
eksplorasi masih banyak potensi yang tersisa untuk mengetahui prinsip antioksidan organisme
laut tersebut [4,6]. Teripang merupakan salah satu organisme laut yang dapat diteliti sebagai
sumber potensi antioksidan [34].
Potensi antioksidan dari teripang segar dan teripang yang drehidrasi (Cucumaria frondosa)
dengan/tanpa organ dalam telah diteliti oleh Zhong dkk. (2007)[154]. Teripang yang diuji
menunjukkan sifat penangkal radikal. Sampel yang direhidrasi, terutama dengan organ internal
memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan teripang yang segar. Berdasarkan
penemuan di penelitian ini, terdapat korelasi yang buruk antara kapasitas penangkal radikal
dengan kandungan total fenolik., menyarankan bagian lain, sebagai tambahan senyawa fenolik
diperkirakan dapat berperan dalam aktivitas antioksidan teripang. Sementara Zeng dkk. (2007)
[155] melaporkan aktivitas antioksidan dari gelatin hidrosilat dari teripang, (Paracaudina
chilensis). Pada penelitian ini gelatin dihidrolisasi oleh bromelain kemudian menggunakan
membran ultrafiltrasi dipisahkan menjadi 2 fraksi berat molekul utama (lebih dari dan kurang
dari 5 kDa). Hidrosilat yang diuji menunjukkan menangkal radikal anion superoxide secara
signifikan. Model kerusakan radikal bebas mitokondria hepar kelinci digunakan untuk uji
aktivitas in vivo. Karena potensi penangkal radikal yang signfikan, gelatin hidrosilat teripang
mencegah kerusakan hepar dan mitokondria kelinci. Aktivitas antioksidan dari peptida derivat
teripang telah diteliti oleh Chenghui dkk (2007)[156]. Peneliti memisahkan hidrosilat teripang
menjadi beberapa bagian berat molekul dengan menggunakan ultrafiltrasi dan liophilisasi. Hasil
penelitian menunjukan peptida dengan berat molekular 1000-3000u menunjukkan efek
antioksidan dan penangkal radikal lebih baik pada DPPH, bahkan lebih baik dari Vitamin E
sebagai kontrol positif.
Kandungan fenolik total dan flavonoid total serta aktivitas antioksidan dari ekstrak
beberapa bagian berbeda dari teripang Atlantik (Cucumaria frondosa) diteliti oleh Mamelona
dkk (2007)[46]. Ekstrak yang diuji (komponen ektrak asetat etil, yang berada di saluran cerna)
menunjukkan aktivitas antioksidan yang lebih tinggi sedangkan ekstrak cairan derivat saluran
cerna dan pernafasan aparat memiliki efek antioksidan yang paling sedikit. Pada penelitian ini
didapatkan korelasi yang baik antara ORAC (oxygen radical absorbance capacity) dengan
kandungan fenolik total dari ekstrak/bagian dari otot dan gonad. Mirip dengan fenolik, pada
seluruh penelitian juga menunjukkan korelasi yang bermakna (p<0,05) antara ORAC dan
kandungan flavonoid total. Hasil penelitian ini menunjukkan jaringan C. frondosa mengandung
antioksidan alami yang lebih tinggi dan dapat digunakan untuk mencegah reaksi oksidasi lipid,
terutama yang diinisiasi oleh radikal bebas dan ROS. Oleh karena itu, terupang dapat digunakan
sebagai sumber alami untuk diet antioksidan. Dalam penelitian lain, aktivitas antioksidan dan
komposisi nutrisi protein hidrosilat dari teripang beku-kering atlantik Curcuma frondosa, telah
ditunjukkan [157]. Hidrosilat yang diuji mengandung protein tingkat tinggi (55%) dan asam
amino esensi (35% dari total asam amino) dengan index solubilitas nitrogen (68%). Hidrosilat
tersebut juga menunjukkan efektifitas pada uji antioksidan pada ORAC (267-421 µmol TE/G)
dan uji inhibisi oksidasi lipid (54-587), yang dihubungkan dengan kandungaan peptida oksidan.
Produk dengan bahan dasar laut spesies teripang atlantik dan bulu babi hijau dapat digunakan
sebagai sumber diet protein dengan peptida antioksidan potensial.
Polipeptida yang diambil dari teripang melalui proses ultrafiltasi dan liofilisasi
menunjukkan aktivitas antioksidan yang efektif saat diuji pada radikal anio superoxide dan
hidroksil [158]. Sifat antioksidan in vitro dan antiproliferatif pada ektrak organik (OE) dan
ekstrak cairan (AE) dari teripang (Holothuria leucospilota, Holothuria scabra dan Stichopus
chloronotus) menunjukkan hasil yang sama dan telah diteliit oleh Althunibat dkk (2009)[34].
Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan AE dari H. leucospilota memiliki kandungan fenolik
total yang paling tinggi (9,70 mg GAE/g ekstrak) , sedangkan OE dari H.scabra mengandung
fenolik total paling sedikit (1,53 mg GAE/g ekstrak). AE dari S.chloronotus menangkal radikal
bebas DPPH (IC50=2.13 mg/mL) lebih efektif sedangkan AE (50 mg/mL) dari H. scabra, H.
leucospilota dan S. chloronotus memiliki aktivitas antioksidan yang baik (77,46%, 64,03% dan
80,58%) dalam hal peroksidasi asam linoleat. Variasi yang luas dari komponen dan aktivitas
antioksidan di antara spesies teripang yang sudah diuji telah direkam. Secara relatif, AE
menunjukkan sifat antioksidan yang lebih baik dibandingkan OE, untuk mendukung hal tersebut
sebagian besar komponen antioksidan teripang mungkin bersifat hidrofilik. Hal tersebut
dipahami bahwa spesies teripang yang diuji dapat digunakan sebagai sumber isolasi agen
antioksidan dan antikanker alami. Berdasarkan penelitian Wang dkk. (2010)[159], hidrosilat
gelatin dengan berat molekul 700-1700 DA yang dipersiapkan dari dinding badan teripang
(Stichopus japonicus), menangkal radikal superoksidan dan hidroksil yang bergantung pada
konsentasi. Gelatin hidrosilat yang diuji juga memiliki efeik inhibitor yang sangat baik terhadap
sintesis melanin dan aktivitas tirosinase dalam sel B16. Pada penelitian Huihui dkk (2010)[160]
mengevaluai kemampuan menangkal radikal bebas dari polipeptida fungsional dari teripang
(Acaudina molpadioides), yang dihasilkan melalui proses hidrolisis enzimatik yang
dioptimalkan. Dalam penelitian ini lebih dari 70% radikal bebas ditangkal, Nilai IC 50 untuk
menangkal radikal bebas anion superoksida dan hidroksil adalah masing-masing 49,3 mg/mL
dan 27,8 mg/mL. Peptida dengan berat molekul kurang dari 5 kDa menunjukkan kemampuan
menangkal radikal bebas lebih baik. Selain itu dalam penelitian lain ditunjukkan cairan coelomik
dari teripang merupakan sumber antioksidan. [161, 162]
5.9. Anti trombotik
Polisakarida sulfat unik yang diekstrak dari dinding badan teripang (Leptopentacta grisea)
ditemukan merupakan inhibitor kuat dari P-selectins dan L-selectins [126]. Dalam penelitian ini
juga mendukung penelitian sebelumnya oleh Zancan dan Mourao (2004)[163], cabang dari
fukosa sulfat dibutuhkan untuk aktivitas antitrombotik dan antikoagulan dari sulfat kondroitin
fucosilat (FucCS). Aktivitas antikoagulan dan antitrombotik dari depolimerisasi fragmen (DHG_
dari glikosaminoglikan yang diekstraksi dari teripang (Stichopus japonicas)(FGAG) telah
dibandingkan dengan heparin yang tidak dipecah (UFH) atau heparin berat molekul rendah
(LMWH) oleh Suzuki dkk (1991)[164]. Tingkat DHG lebih besar dari 0.3 mg/kg i.v mencegah
kematian pada tikus yang diberikan trombin (800 U/kg i.v) secara signifikan. Pada kondisi yang
sama, FGAG, UFG, dan LMWH mencegah kematian tikus dengan masing-masing dosis lebih
tinggi dari 0,3 mg/kg i.v, 0,3 mg/kg i.v dan 0,6 mg/kg i.v. Hasil tersebut menunjukkan DHG-1
derivat teripang merupakan agent antitrombotik yang menjanjikan dibandingkan antikoagulan
UFH atau LMWH.
Pada penelitian lain oleh Li dkk (2000)[165] menunjukkan efek antitrombotik dari
glikosaminoglican (GAG) derivat teripang. Pada penelitian ini efek dari GAG pada faktor-faktor
pembentukan, dispersi dan fungsionalitas plasmin dan struktur gel fibrin dinilai dengan bantuan
mikroskop elektron dan uji kromogenik serta uji biokimia. Disamping itu, pengaruh dari ekspresi
GAG dan transkripsi faktor jaringan dan trombomodulin dalam sel edotelial vena umbilikal
manusia *HUVECs) yang dirangsang lipopolisakarida juga diamati. Hasil penelitian
menunjukan fungsi GAG adalah sejalan dengan sulfat dermatan, baik dari efektivitas dan
mekanisme antitrombin. Penelitian ini menunjukkan coltlisis oleh GAG diatur oleh kapasitas
untuk memperkuat aktivitas plasmin, dengan tujuan menghambat polimerisasi dari monomer
fibrin, sehingga berpengaruh pada proses pengubahan arsitektur fibrin network. Hal tersebut
dinyatakan efek seperti itu pada materialisasi HUVECs pada tingkat transkripsi dan sehingga
berperan dalam sifat antitromobotik pada GAG. Penemuan dalam penelitian ini menyarankan
GAG derivat teripang memiliki aktivitas antikoagulan in vivo dan dapat digunakan sebagai obat
yang menjanjikan untuk terapi antitrombotik.
5.10. Anti tumor
Teripang memiliki berbagai kandungan anti tumor. Komponen aktif anti tumor ini
memiliki peranan penting dalam tahap perkembangan tumor yang berbeda, progresi dan
metastasis. Penelusuran bahan aktif anti tumor dari teripang mungkin dapat menjadi kesempatan
untuk menemukan agen anti tumor baru yang berbahan dasar produk laut lainnya dalam terapi
tumor klinis [166]. Glikosida triterpen yaitu holothurinoside A, B, C dan D begitu juga denga
desholothurin A dari teripang (Holothuria forskali) diketahui memiliki aktivitas anti tumor
[167]. Holothurinoside A dan B merupakan saponin pentasakarida non sulfat pertama yang
diambil dari echinodermata laut sedangkan C dan D merupakan disakarida dan tetrasakarida.
Holothurinoside A-D derivat teripang dan saponin terkait menunjukkan aktivitas antiviral dan
antitumor. Holothurinoside A dan desholothuin A memiliki efektivitas tertinggi dengan masing-
masing nilai IC50 0,46 dan 0.38 mg/mL terhadap P388 cell line. Serupa, 5 saponin baru
(holothurinoside A-D) yang diambil dari ekstrak aqueous-methanolik dari teripang (Holothuria
forskali) juga memiliki aktivitas antiviral dan antitumor.
Berdasarkan laporan penelitian lain [120], glikoprotein dari dinding badan Teripang
(Mensamaria intercedens) secara signifikan dapat menghambat pertumbuhan dari sarcoma 180
cells yang menempel pada subkutan pada tikus (p=0,05) dengan dosis 20-30mg/kg perhari x 10
tanpa tanda-tanda toksisitas. Enam glikosida triterpene baru, intecedensides D-I yang berasal
dari badan teripang utuh (Mensamaria intercendens) menunjukkan aktivitas anti tumor yang
baik [37]. Kimiawi dan spektroskopik (NMR dan ESIMS) menguraikan struktur dari
intercedensides D, E, G, dan H memiliki sistem ikatan rangkap terkonjugasi (22Z,24-diene) pada
rantai samping aglikon, sementara intercedensides F dan I, hanya memiliki satu ikatan rangkap
dalam rantai yang sama. Intercedensides D-H telah menunjukkan sitotoksisitas yang tinggi (ED50
0,96-5,0 mg/mL) terhadap human tumor cell lines. Efek dari philinopside A, saponin sulfat baru
derivat dari teripang (Pentacta quandrangulari) pada angiogenesis dan pertumbuhan tumor
telah diteliti oleh Tong dkk (2005)[38] mengunakan model in vitro dan in vivo. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan philinopside A memiliki aktivitas anti tumor yang tinggi pada uji in vivo
dan in vitro.
Menurut Ogushi dkk (2006)[168] ketika sel Caco-2 adenocarcinoma kolon dipaparkan
dengan ektrak air hangat dari teripang (Stichopus japonicus), terjadi perubahan morfologi pada
sel yang diberi ekstrak. Peneliti pada penelitian ini menunjukkan induksi dari apoptosis
menggunakan translokasi phospatidylserine (APO Percentage Assay Kit), Terminal
deoxynucleotide transferase-mediated dUTP-biotin nick-end labeling (TUNEL) dan fragmentasi
DNA sebaga DNA ladder. Data dari penelitian ini menunjukkan apoptosis diinduksi oleh fraksi
berat molekul tinggi dengan bergantung dosis. Hal tersebut diperkirakan ekstrak air (larut dalam
air) dan komponen berat molekul tinggi dari teripang dapat membuktikan aktivitas anti tumor
dengan memicu apoptosis dan aktivitas yang menyebabkan apoptosis dapat berperan sebagai
efek kemopreventif kanker dari teripang.
Penelitian lain yang dilakukan Zhang dkk (2006)[105]. Ekstrak n-BuOH aktif dari teripang
(Holothuria fuscocinera) yang dibagi menghasilkan tiga glikosida triterpen baru, yaitu
fuscocineroside A, B, C dan dengan dua glikosida yang telah diketahui yaitu pervicoside C dan
holothurin A. Penguraian struktur menggunakan data spektral dan kimiawi menunjukkan seluruh
senyawa tersebut memiliki bagian tetrasakarida yang sama 3-O-methyl-β-ᴅ-glucoyranosyl-
(13) -β-ᴅ-glucopyranosyl-(14) - β-ᴅ-quinovopyranosyl-(12)-4-O-sodiumsulfato- β-ᴅ-
xylopyranosyl yang terhubung dengan C-3 dari aglikon triterpen holostan yang berbeda dengan
rantai samping dan 17-subtituents. Seluruh glikosida yang diuji membuktikan sitotoksisitas in
vitro terhadap human tumor cell lines [99]. Wu dkk (2006)[169] menguraikan struktur dari tiga
glikosida triterpen baru ( nobiliside A, B dan C) dari teripang (Holothuria nobilis). Berbagai
analisa kimiawi dan spektral dilakukan untuk mengetahui struktur kimia tersebut. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan senyawa A dan C merupakan monoglikosida non sulfat dan B
merupakan diglikosida sulfat. Seluruh glikosida menunjukkan efek sitotoksik terhadap sel tumor.
Pada penelitian mereka selanjutnya [170], mereka menemukan hillaside A dan B sebagai
glikosida baru dari teripang (Holothuria hilla) dengan glikosida yang sebelumnya sudah
diketahui yaitu holothuria B. Mereka menemukan terjadi ikatan rangkap terkonjugasi [22E, 24-
diene] dalam aglikon hillaside A yang merupakan struktur untuk diantara glikosida teripang.
Kedua glikosida yang baru teridentifikasi menunjukkan sitotoksik yang potensial terhadap tumor
cell lines.
Saat ini, sitotoksik baru glikosida triterpen tipe lanostane yang diambil dari teripang
(Holothuria impatiens) telah diambil dan diindentifikasi struktur. [171]. Penguraian senyawa
baru menunjukkan sitotoksisitas in vitro, lebih baik dibandingkan obat antikanker etopide (V-
16)_ terhadap tujuh sel tumor. Dalam penelitian Lu dkk (2009) [122] menilai kembali aktivitas
anti tumor dari bahan asam mukopolisakarida Stichopus japonicus (SJAMP) melibatkan
eksperimen hewan. Hasil penelitian menunjukkan SJAMP merupakan agen antitumor potensial.
SJAMP merupakan salah satu bahan aktif biologis penting yang diidentifikasi pada teripang
(Stichopus japonicas). Berdasarkan fakta tersebut teripang dapat direkomendasikan sebagai
makanan obat dengan fungsi terapetik selama atau setelah tatalaksana pada beberapa jenis
tumor. Aminin dkk (2010)[42] mengidentifikasi senyawa utama immunomodulatory baru,
cumaside dari teripang (Cucumaria japonica). Secara kimia cumaside merupakan glikosida
triterpene monosulfate komplek dan menunjukkan aktivitas antitumor terhadap tikus percobaan
Ehrlich carcinoma in vivo[42].
5.11. Antiviral
Terdapat bukti bioaktif dari teripang juga memiliki efek antiviral. Aktivitas antiviral dari
Liouvilloside A dan B merupakan glikosida triterpen trisulfat, yang diambil dari teripang
Antarctic (Staurocucumis liouvillei) telah diteliti oleh Maier dkk (2001)[117]. Berdasarkan hasil
uji aktivitas langsung, kedua glikosida menunjukkan aktivitas antiviral yang baik terhadap HSV-
1. FCS derivat teripang yang diketahui sebagai polisakahers sulfat [35, 135] dapat menghambat
infeksi HIV, sehingga peneliti menyarankan pemanfaatan potensi invertebrata laut ini sebagai
terapi terhadap HIV disorders dan AIDS.[88,89]
5.12. Osteoartritis
Pada penelian menunjukkan bahan kimia yaitu kondroitin, mukopolisakarida dan
glukosamin, yang terkandung pada teripang, memiliki efek yang menguntungkan pada gangguan
artritis. Peneliti menunjukkan penggunaan teripang dalam mempertahankan keseimbangan
prostaglandin sehingga menolong terapi pada gangguan inflamasi muskulo-skeletal seperti
osteoartritis, artritis reumatoid, dan artritis spinal [85-87]. Dua jenis dari sulfat fucan dapat
diambil dari dinding badan teripang (Stichopus japonicus) menggunakan sistem larutan
kloroform/metanol. Kedua jenis dari sulfa fucan telah diuji menghambat osteoclastogenesis
dalam uji in vitro. Berdasarkan hasil pengujian ini derivat senyawa dari teripang merupakan
inhibitor kuat dari osteoclastogenesis [85]. Karena itu, sulfat kondroitin derivat teripang dan
senyawa laut terkait lainnya dapat digunakan sebagai obat tradisional yang bermanfaat
menyembuhkan nyeri sendi dan artritis. Asupan teripang kering secara medis efektif dalam
menekan artralgia.[85-87]
5.13. Penyembuhan luka
Teripang dan produk berbahan teripang sekarang tersedia di lemari toko makanan
kesehatan karena efek terapetik, secara khusus dalam penyembuhan luka (mempercepat
pemulihan luka, luka sayat dan luka pada kulit, serta secara internal untuk ulcer dan penyakit
lain yang melibatkan kerusakan internal). Dipercaya penggunaan teripang secara langsung dapat
mengurangi waktu pemulihan luka dan membantu formasi dari jaringan baru serta regenerasi
jaringan pada manusia seperti teripang yang memiliki kemampuan regenerasi yang cepat pada
jaringan tubuhnya ketika terluka [53,172,173]. Terbukti bahwa asam lemak termasuk asam
arakidonik (AA C20:4), asam eicosapentaenoic (EPA C20:5) dan asam docosahexaenoic (DHA
C22:6) pada teripang (Stichopus chloronotus) memiliki peranan yang berpotensi dalam
memperbaiki jaringan dan pemulihan luka [9,77]. Pada literatur telah dibuktikan bahwa sedimen
bawah pengumpan teripang dapat mengandung branched chain fatty acids (BCFA) tinggi untuk
membantu aktivitas pemulihan luka yang potensial [9]. Sejumlah besar EPA pada teripang laut
[9,23,77] dapat dihubungkan dengan kemampuan echinodermata untuk menginisiasi perbaikan
jaringan. EPA diketahui juga senyawa aktif utama dalam minyak ikan dan menjalankan
fungsinya dengan sifat inhibisi prostaglandin dan anti-trombik. Selain itu, EPA juga memainkan
peran penting dalam mekanisme pembekuan darah [77,80,81].
5.14. Sifat lain
Selain sifat farmakologi dan terapi yang dideskripsikan di atas, penelitian sebelumnya
mengungkap teripang memiliki sifat biologis potensi lebih lanjut seperti antihistamin [174],
analgesik anti anafilaktik [174,175], anti nosiseptif [176.177] dan anti leismania [178]. Sebagai
contoh setelah mendapat asupan pellet teripang, syok anafilaktik yang diinduksi histamin pada
marmut menunjukkan menurunkan anafilaksis [174]. Ekstrak dari teripang pilihan (Stichopus
sp.) menunjukkan aktivitas analgesik potensial [7,174,175]. Ridzwan dkk. (2001)[176] dan
Ridzwan dkk (2003)[177] meneliti ekstrak cairan dari teripang (Holothuria leucospilota,
Bohadschia marmorata and Bohadschia vitiensis) dan cairan coelomic dari Stichopus hermanii
memiliki efek anti nosiseptif pada tikus. Pada penelitian lain [178], ekstrak fraksi metanol dan n-
butanol dari teripang (Actinopyga lecanora) menunjukkan inhibisi Leishmania donovani yang
baik dalam penelitian in vitro dan in vivo, berdasarkan hasil tersebut menyarankan penggunaan
invertebrata laut multiguna ini sebagai landasan untuk pengembangan obat antileishmania dari
beberapa sumber daya laut lainnya. Beberapa sifat obat dan farmakologis dari bioaktif derivat
teripang ditampilkan pada tabel 4.

Tabel 4. Aktivitas obat dan farmakologis dari senyawa bioaktif teripang

Spesies Teripang Senyawa bioaktif Aktivitas obat dan Sumber


farmakologis
Pentacta Sulfated saponin Antiangiogenesis [24,38,130]
quadrangularius, [Philinospide A],
Cucumaria frondosa Philinospide E (PE),
Sea cucumber
fractions: B1000 and
Fucosylated
chondroitin sulfate
Holothuria scabra, Triterpenoid Antikanker [34,37,48, 124,131–
Holothurialeucos [Frondoside A], 134]
pilota, Stichopus Triterpene
chloronotus, oligoglycosides
Cucumaria frondosa, [Okhotosides B1, B2,
Cucumaria and B3], Triterpene
okhotensis, glycosides
Mensamaria [Intercedensides A, B,
intercedens, and C], Glycolipid
Pearsonothuria [Frondanol A],
graeffei, Stichopus Triterpene
japonicus, Stichopus oligoglycosides
variegates. [Holothurin A and 24-
dehydroechinoside],
Frondanol(R)-A5p,
sphingoid base
composition of
cerebrosides
Ludwigothurea Fucosylated Antikoagulan [127,135,136]
grisea, Thelenota chondroitin sulfate,
ananas Fucosylated
chondroitin sulfate
Stichopus japonicas Low molecular weight Anti-fatigue [137–140]
polypeptides,
Polypeptides Acidic
mucopolysaccharides,
collagen and bioactive
amino acids (all
together)
Actinopyga echinites, Steroidal sapogenins, Antimikroba, [32,118,121, 146–
Actinopyga miliari, (Phosphate-buffered Antibakteri and 153]
Holothuria atra, saline [PBS]), antifungi
Holothuria scabra, Sulfated triterpene
Bohadshia argus, glycosides
Cucumaria frondosa, [Hemoiedemosides A
Holothuria poli, and B], Triterpene
Hemoiedema glycoside
spectabilis, Psolus [patagonicoside A],
patagonicus, Triterpene glycoside
Actinopyga lecanora, [holothurin B
Holothuria atra, (saponin)], Triterpene
Psolus patagonicus, glycoside
Bohadschia [patagonicoside A],
marmorata, Holostan-type
Cucumaria frondosa triterpene glycosides
[marmoratoside A,
17α-hydroxy
impatienside A,
impatienside A and
bivittoside D],
Bioactive peptides
Cucumariafrondosa, Gelatin hydrolysate, Antioksidan [34,46, 154–160]
Stichopus japonicus, Gelatin hydrolysate,
Paracaudina Protein hydrolysate
chilensis, Cucumaria [bioactive peptides],
frondosa, Cucumaria Bioactive peptides,
frondosa, Holothuria Phenols and
scabra, Holothuria flavonoids, Phenols,
leucospilota, Gelatin hydrolysate
Stichopus [Bioactive peptides],
chloronotus, Collagen polypeptides
Acaudina
molpadioides
Stichopus japonicas Glycosaminoglycan, Antitrombotik [126, 163–165]
Holothurian
glycosaminoglycan
Mensamaria Triterpene glycosides, Antitumor [37,38,42, 120,122,
intercedens, [intercedensides D–I], 166–171]
Mensamaria Glycoprotein (GPMI
intercedens, I), Triterpene
Holothuria hilla, glycosides [hillasides
Pentacta A and B], Sulfated
quadrangularis, saponins
Holothuria forskali, [Philinopside A],
Stichopus japonicus, Triterpene glycosides
Holothuria nobilis, [holothurinosides A,
Holothuria B, C and D; and
fuscocinerea, desholothurin A],
Stichopus japonicus, Mucopolysaccharide
Holothuria impatiens, (SJAMP), Triterpene
Ludwigothurea glycosides
grisea, Cucumaria [nobilisides A, B and
japonica C], Triterpene
glycosides
[fuscocinerosides A,
B, and C],
Monosulfated
triterpene glycosides,
Lanostane-type
triterpene glycoside
[impatienside A],
Sulfated
polysaccharide,
Monosulfated
triterpene glycosides
[cumaside]
Staurocucumis Trisulfated triterpene Antiviral [117]
liouvillei glycosides
[liouvillosides A and
B]
Stichopus japonicas Fucan sulfate, Osteoartritis [85]
Glucosamin,
Chondroitin
Thyone briareus, Polyunsaturated fatty Penyembuhan Luka [9,23, 77–79,172]
Stichopus acids, (arachidonic
chloronotus, acid, eicosapentaenoic
Stichopus herrmanni, acid, docosahexaenoic
Thelenota ananas, acid )
Thelenota anax,
Holothuria
fuscogilva,
Holothuria
fuscopunctata,
Actinopyga
mauritiana,
Actinopyga caerulea,
Bohadschia argus,
Stichopus
chloronotus,
Holothuria tubulosa,
Holothuria polii,
Holothuria mammata

6. Prospek Di Masa Depan


Saat ini, penggunaan teripang berdasarkan potensi efek baik pada kesehatan manusia
mendapatkan perhatian dari pengguna, tenaga kesehatan dan peneliti biomedis. Komunitas daerah
Asia tenggara terutama pada generasi tua, mengkonsumsi teripang dan cairan coelomic, bahkan
beberapa diantara mereka tidak berhati-hati terhadap efek samping teripang. Di semenanjung
Malaysia, pengunaan teripang dalam kesehatan (terutama Stichopus hermanni dan S. horrens), secara
lokal dikenal sebagai gamat (famili Stichopidae), telah dieksploitasi; namun beberapa pengaplikasian
perlu pembuktian secara ilmiah dengan beberapa uji klinis. Walaupun beberapa data awal mengenai
sifat nutrisi dan bioaktif dari teripang tersedia, hewan laut ini karena keberagamaan spesies,
keterbatasan dan peralatan medis, masih meninggalkan kandidat potensi tinggil untuk mencari
senyawa laut lainnya untuk penemuan obat. Sejauh ini, beberapa penelitian sudah dilakukan untuk
meneliti teripang, akan tetapi masih berpotensi untuk diambil dan dilakukan identifikasi senyawa baru
dari bagian yang berbeda dari berbagai spesies dari innvertebrata lait ini. Sebagai contoh, masih perlu
dilakukan indentifikasi penuh dan menentukan karakteristik profil alkaloid dari teripang, fenolik
antioksidan, peptida fungsional dan komponen yang mendukung kesehatan lainnya untuk struktur
kimia dan detil sifat biologis menggunakan spektroskopik dan pendekatan biokimia serta pengujian
bioaktivitas.
Penggunaan produk makanan berbahan dasar teripang untuk meningkatkan sifat mendukung
kesehatan sangat potensial. Dalam kasus ini, isolasi dan produksi senyawa dari teripang, dalam
kemurnian kelas tinggi dapat mengarah ke perkembangan makanan fungsional. Hal tersebut telah
dibuktikan melalui produk dari echinodermata dan teripang yang mengandung banyak komponen
bergizi yang berbbeda. Oleh karena itu, usaha dikhususkan untuk mengeksplorasi potensis penggunaan
limbah biologis berbasis teripang untuk penambahan nilai. Jumlah dari penggunaan teripang untuk
kesehatan, farmasi kelautan, kosmetik kelautan, dan nutrisi kelautan tidak tergambarkan dalam
literatur dan perlu pendataan.
Ada beberapa kelompok peneliti terlibat dalam memulai penelitian awal pada aktivitas anti
angiogenesis, anti koagulan, anti kanker, ACE inhibitor, anti inflamasi dan anti tumor dari teripang.
Sangat penting untuk identifikasi, isolasi dan menguraikan struktur bioaktif yang terkait dan
mekanisme yang terlibat pada seluruh efek kesehatan melalui pembukti spektrokimia dan aktivitas
protokol yang diarahkan serta penelitian model klinis pada manusia. Faktor antinutrisi, jika ada faktr
terkait dengan spesies teripang teripang yang kurang terutilisasi atau belum tereksplor perlu ditaksir.
Ada spesies teripang baru atau yang kurang terutilitas perlu dilakukan konfirmasi segera terhadap
nomenklatur. Yang terpenting asupan diet teripang dan penggunaan dalam kesehatan/nutrisi kelautan
perlu standarisasi dosis melalui penelitian berbasiskan klinis manusia untuk mencapai fungsi optimum
dan manfaat fisiologis yang optimal.
7. Kesimpulan
Teripang merupakan invertebrata laut yang populer diantara peneliti dalam beberaa dekade ini,
tidak hanya nilai nutrisi saja tetapi juga potensi dalam penggunaan terapetik dan manfaat kesehatan.
Survei literatur luas menunjukkan teripang memiliki sejarah yang panjang sebagai makanan tradisional
dan mitos dalam pengobatan. Kebanyakan dari teripang sudah divalidasi melalui penelitian ilmiah dan
etno-famakologis. Kumpulang bioaktif, diisolasi dari teripang seperti chondroitin sulfate, triterpene
glycosides (saponin), lectins, heparin, cerberosides, ganglosides, bioaktif peptida, sterol dan asam
lemak omega-6 dan omega-3, telah menunjukan aktivitas biologi seperti anti angiogenesis, anti
kanker, anti koagulan, anti hipertensi, anti inflamasi, anti mikroba, anti jamur, anti oksidan, anti
trombotik dan anti tumor. Secara keseluruhan, kami menyimpulkan bahwa teripang dapat ditelusuri
sebagai sumber potensial komponen bernilai untuk makanan fungsional dan industri nutrisi kelautan.
Ada potensi yang besar untuk memanfaatkan teripang untuk mengembangkan nilai makanan
fungsional dengan manfaat fisiologis bagi manusia. Pada review kali ini menekankan bahwa sumber
yang kurang dimanfaarkan ini mengandung bioaktif fungsional yang luas yang dapat diisolasi dan
dimurnikan sebagai bahan makanan fungsional dan nutrisi kelautan.
Pengakuan
Kami ingin mengakui bahwa Kementrian Sains, Teknologi dan Innovasi Malaysia untuk
dukungan finansial yang diberikan Nazamid Saari dibawah Proyek Sciencefund No. 05-01-04 SF1020.
Kami juga berterima kasih kepada Kamyar Shameli, Departemen Kimia, Fakultas Sains, Universiti
Putra Malaysia, UPM43400. Serdang, Selangor, Malaysia untuk bantuan teknis selama persiapan
review artikel ini.

Anda mungkin juga menyukai