Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI LAUT 1

Struktur Komunitas Lamun di Perairan Pantai Bama


Taman Nasional Baluran, Situbondo,
Jawa Timur
Abstrak—Lamun merupakan tumbuhan air yang berbunga membuat tumbuhan lamun dapat berdiri cukup kuat
(Spermatophyta) yang hidup dan tumbuh terbenam di menghadapi ombak dan arus [2].
lingkungan laut, berpembuluh, berdaun, berimpang, dan Secara ekologis padang lamun memiliki peranan penting
berakar. Praktikum ini dilaksanakan dengan metode transek bagi ekosistem. Lamun merupakan sumber pakan bagi
yaitu 10 transek yang masing – masing berjarak 100 m, dengan
invertebrata dan makanan tersuspensi pada kolom air. Lamun
masing – masing transek sepanjang 100 – 180 m. Pada masing –
merupakan produktifitas primer di perairan dangkal di
masing transek di buat Station Sampling setiap 20 meter.
Dengan mengidentifikasi jenis lamun yang dijumpai di dalam seluruh dunia dan merupakan sumber makanan penting bagi
stasiun sampling, dan menghitung kerapatan serta penutupan banyak organisme. Padang lamun merupakan ekosistem yang
lamun. Kerapatan untuk lamun Enhalus acoroides dengan tinggi produktifitas organiknya, dengan keanekaragaman
kuadrat 50x50cm sedangkan untuk jenis lamun lainnya dengan biota yang cukup tinggi. Pada ekosistem ini hidup beraneka
kuadrat 20x20cm. Penutupan lamun untuk Enhalus acoroides ragam biota laut seperti ikan, Crustacea, Mollusca (Pinna sp.,
dengan kuadrat 50x50cm, begitu pula dengan jenis lamun Lambis sp., Strombus sp.), Echinodermata (Holothuria sp.,
lainnya, dengan menggunakan scoring grid 10x10cm tiap Synapta sp., Diadema sp., Arcbaster sp., Linckia sp.) dan
spesies. Tujuan praktikum ini adalah untuk mengidentifikasi cacing (Polichaeta) [3].
jenis-jenis lamun, melaksanakan metode standart, mengetahui Padang lamun (seagrass meadow) merupakan hamparan
kerapatan dan penutupan lamun, dan memahami faktor-faktor tanaman rumput laut yang selalu terendam air ini bisa
fisik yang mempengaruhi pertumbuhan dan sebaran lamun.
ditemui baik di lingkungan sedimen estuaria yang dangkal
Hasil dari praktikum ini adalah bahwa distribusi dan
komposisi jenis lamun di Pantai Bama relative sama dengan maupun di tengah laut sekitar pulau-pulau. Diseluruh dunia
jenis yang ditemukan yaitu Halodule pinifolia, Cymodocea diperkirakan terdapat lebih dari 50 jenis yang mampu hidup
rotundata, Thallasia hemprichii, Enhalus acoroides, Cymodocea di lingkungan terendam air yang bersifat saline. Walaupun
serrulata, dan Syringodium isoetifolium. Kerapatan lamun dari lingkungan terendam air, namanya juga menyebutkan
bervariasi tiap jenisnya, berkisar antara 2,083 – 740,583 sebagai rumput laut, namun tanaman berbunga yang
tegakan/m2 dengan tutupan lamun berkisar antara 0,010 – termasuk golongan angiospermae ini tidak ada hubungan
37,245%. %. Berdasarkan distribusi, komposisi, kerapatan, dengan tanaman rumput yang biasa kita kenal di daratan
tutupan dan mintakat (zonasi), maka potensi sumberdaya walaupun sama-sama berakar  rimpang [3].
lamun pada lokasi penelitian di perairan Pantai Bama Tidak ada satupun tumbuhan dan hewan yang ada didunia
tergolong kurang kaya/kurang sehat. Faktor fisik Suhu tanpa memiliki fungsi dan peran. Begitu pula padang lamun,
perairan Bama relative sesuai untuk perkembangan optimum
dialam berfungsi sebagai penghasil detritus (sampah) dan zat
lamun yaitu suhu antara 28-30°C. Salinitas pun relative sesuai
karena sekitar 35‰. hara yang berguna sebangai manakan bagi mahkluk hidup
lainnya. Detrutus dan lamun yang tua diuraikan oleh
sekumpulan hewan dan jasat renik yang hidupm didasar
Kata Kunci— Faktor fisik, kerapatan, lamun, dan penutupan. perairan. Hasil penguraian ini berupa nutrien  yang terlarut
didalam air. Nutrien ini tidak hanya bermanfaat bagi
tumbuhan lamun melainkan juga bermanfaat untuk
I. PENDAHULUAN pertumbuhan fitoplankton, zooplankton, dan juvenil ikan atau
udang [3].
Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dari Kerapatan (Density/D) adalah jumlah individu yang
daratan, oleh karena itu Indonesia dikenal sebagai negara diekspresikan dalam per unit area atau unit volume.
maritim. Perairan laut Indonesia kaya akan berbagai biota Sedangkan Penutupan lamun adalah proporsi dari wilayah
laut baik flora maupun fauna [1]. Salah satu biota laut yang yang ditempati dengan proyeksi tegak lurus ke tanah dari
memiliki peran penting adalah lamun. Lamun merupakan garis luar bagian atas tanaman dari sejumlah jenis spesies
bentangan tumbuhan berbiji tunggal (monokotil) dari kelas tanaman [4].
Angiospermae. Lamun adalah tumbuhan air yang berbunga Sehubungan dengan hal tersebut, diperlukan adanya
(Spermatophyta) yang hidup dan tumbuh terbenam di analisis kerapatan dan penutupan lamun di kawasan Pantai
lingkungan laut, berpembuluh, berdaun, berimpang, dan Bama, Taman Nasional Baluran, Jawa Timur untuk
berakar. Keberadaan bunga dan buah ini adalah faktor utama mengetahui pengaruh pertumbuhan dan sebaran lamun jenis
yang membedakan lamun dengan jenis tumbuhan lainnya apa saja yang terdapat disana.
yang hidup terbenam dalam laut lainnya, seperti rumput laut Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengidentifikasi
(seaweed). Hamparan lamun sebagai ekosistem utama pada jenis-jenis lamun, melaksanakan metode standard
suatu kawasan pesisir disebut sebagai padang lamun menghitung kerapatan dan penutupan lamun, serta
(seagrass bed). Secara struktural lamun memiliki batang yang memahami faktor-faktor fisik yang mempengaruhi
terbenam didalam tanah, disebut rhizoma atau rimpang. pertumbuhan dan sebaran lamun.
Rimpang dan akar lamun terbenam di dalam substrat yang
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI LAUT 2

I. METODOLOGI Mi: Nilai tengah persentase dari kelas ke-i

Lokasi dan Waktu Fi : frekuensi (jumlah dari sektor dengan kelas penutupan
Praktikum komunitas lamun (seagrass) di laksanakan di yang sama )
Pantai Bama, Taman Nasional Baluran Situbondo, Jawa
Timur tanggal 6 april 2013 pada pukul 13.00 WIB. II. PEMBAHASAN

Lamun tidak memiliki spesies yang cukup banyak di


seluruh dunia, sekitar 50 spesies dalam 12 genera. Lamun
diklasifikasikan ke dalam empat famili yaitu Posidoniaceae,
Cymodoceaceae, Zosteraceae, dan Hydrocharitaceae (Kuo
dan den Hartog, 2006). Sebagian besar spesies lamun lebih
banyak terdapat di kawasan tropis dibandingkan di kawasan
subtropis, meskipun sebaran lamun tidak terbatas hanya pada
daerah tropis atau subtropis saja. Indonesia sebagai negara
tropis terdapat tujuh genus lamun dari 12 genus yang ada di
dunia yaitu Enhalus, Thalassia dan Halophila dari famili
Hydrocharitaceae, serta empat genus lainnya 6 dari famili
Cymodoceaceae yaitu Cymodoceae, Syringodium, Halodule
Gambar 1. Lokasi Pengamatan Lamun dan Thalassodendron [5] [6].
III. Pengukuran parameter ambein lingkungan Menurut [7] menyebutkan karakteristik lamun yang
membuat lamun unik dibandingkan Angiospermae lainnya,
Parameter ambien lingkungan yang diukur pada praktikum
yaitu:
ini adalah suhu perairan(permukaan dan dasar),salinitas dan
1. Hidup di lingkungan muara atau laut, dan di tempat lain.
titik koordinat.
2. Penyerbukan di dalam air dengan serbuk sari “khusus”.
3. Menghasilkan benih di dalam air yang dapat disebarkan
Analisis data kerapatan dan tutupan lamun oleh agen biotik maupun abiotik.
Pada hamparan lamun, dibuat beberapa buah garis transek 4.Memiliki daun khusus dengan sedikit kutikula dan
dengan panjang 200-300 meter (jumlah transek disesuaikan epidermis yang tidak memiliki stomata yang merupakan
dengan jumlah kelompok praktikum). Batas awal transek jaringan utama dalam proses fotosintesis.
adalah titik garis pantai (inshore) sedangkan batas akhir 5. Memiliki rhizome yang penting sebagai penahan.
transek adalah batas terluar keberadaan lamun atau panjang 6. Memiliki akar yang mampu hidup dalam kondisi anoksida
garis transek yang telah ditentukan. Garis transek dibuat dan tergantung pada transportasi oksigen dari daun dan
tegak lurus garis pantai. Posisi geografis masing-masing rhizome, akar penting dalam transfer nutrisi.
transek ditentukan dengan menggunakan GPS. Pada setiap 7. Lamun mampu berkembang biak secara generatif (biji)
transek di buat beberapa sampling station yang masing- dan vegetatif [8].
masing berjarak 20 meter dengan 2 kali pengulangan.
Diidentifikasi semua jenis lamun yang dijumpai di dalam 3.1 Morfologi Lamun
stasiun sampling. Dihitung kerapatan masing-masing jenis lamun memiliki organ dan jaringan yang sama dengan
lamun yang dijumpai. Kuadrat 50 x 50 cm untuk lamun tumbuhan berbunga yang umum dijumpai di daratan. Hampir
enhalus dan kuadran 20x20 untuk lamun nonenhalus. semua tumbuhan berbunga yang telah dewasa, memiliki
morfologi tersendiri untuk bagian di atas tanah (above
D = Kepadatan (individu/m2) ground) dan bagian di bawah tanah (below ground). Bagian
ni di bawah tanah, umumnya terdiri atas akar untuk
D= ni= Jumlah total individu jenis ke-i
penjangkaran dan rhizome sebagai struktur penyangga.
A yang diperoleh Bagian di atas tanah biasanya merupakan tunas yang
A = Luas total habitat yang berkembang menjadi beberapa daun. Selembar daun biasanya
disampling (m2) [4] memiliki pelepah/seludang daun yang berfungsi untuk
melindungi apikal meristem dan perkembangan daun [5] dan
Diperkirakan persentase tutupan masing-masing spesies [8].
lamun yang dijumpai dalam kuadran. Dilakukan scoring Lamun sebagian besar merupakan tumbuhan berumah dua,
dalam grid 10x10cm untuk setiap spesies. artinya dalam satu individu atau tegakan hanya ada bunga
Penutupan (C) dari tiap spesies lamun dalam tiap transek betina saja atau bunga jantan saja. Sistem penyerbukan
lamun berlangsung secara khas, yaitu terjadi di dalam air dan
50x50 cm2 /1x1 m2 dihitung dengan rumus :
buahnya terendam air [8].
C = ∑ (Mi x Fi ) / ∑ F [14] Akar lamun terbentuk mulai dari bawah permukaan
rhizome dan pada umumnya tepat berada di setiap ruas [5]
Dimana :
dan [8]. Morfologi luar akar memiliki ciri-ciri yang berbeda
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI LAUT 3

pada setiap genera yang berbeda, namun tidak sepenuhnya Zostera asiatica dan Enhalus acoroides [10]. Daun lamun
berhubungan dengan tipe substrat secara spesifik. Misalnya dihasilkan dari node rhizome, yang biasanya berawal dari
pada Enhalus spp memiliki akar yang beberapa kasar, puncak samping node seperti pada Enhalus, Halophila,
lembut, tidak bercabang dengan sedikit rambut akar, dan Posidonia, dan Zosteraceae. Pada kelompok Thalassia dan
hidup pada substrat berlumpur. Kelompok Cymodoceaceae Cymodoceaceae, daun terbentuk dari puncak pada tegakan
meliputi Syringodium, Cymodocea, dan Halodule memiliki stem [5]. Daun lamun umumnya muncul pada setiap node
akar bercabang dan berambut pada setiap ruas rhizome [5]. rhizome sebagai tunas lamun [8]. Setiap jenis lamun
Kelompok ini umumnya hidup pada tipe substrat pasir karang memiliki jumlah daun yang berbeda-beda, mulai dari hanya
[5]. satu helai daun per tunas seperti pada Syringodium, hingga
Rhizome merupakan sistem pertumbuhan lamun secara 10 daun per tunas pada Amphibolis [10].
horizontal yang biasa disebut dengan horizontal rhizome Pertumbuhan lamun dapat dilihat dari pertambahan
(Hogarth, 2007). Lamun memiliki sistem perakaran atau panjang bagian-bagian tertentu seperti daun dan rhizoma
sistem rhizome yang luas sehingga dapat terbentuk padang dalam kurun waktu tertentu. Dibandingkan pertumbuhan
lamun. Rhizome merupakan sistem reproduksi lamun secara daun, pertumbuhan rhizome lebih sulit diukur khususnya
vegetatif yaitu dengan fragmentasi rhizome [9]. Rhizome untuk jenis-jenis lamun tertentu. Hal tersebut mempengaruhi
memiliki peranan yang sangat penting sebagai penyeimbang lebih maraknya kajian pertumbuhan daun lamun [10].
antara hasil fosintesis maksimum dan respirasi pada daun Pertumbuhan rhizome mempengaruhi pertumbuhan lamun
[10]. secara ekstensif, baik horizontal mapun vertikal, untuk
Rhizome dan akar merupakan faktor yang sangat menentukan membentuk padang lamun. Rhizome horizontal merupakan
pertumbuhan lamun karena berfungsi sebagai penahan penentu pertumbuhan lamun secara horizontal. Rhizome
vegetasi dan penyerap unsur hara dalam sedimen. Jenis vertikal dapat memproduksi rhizome horizontal bila jaringan
lamun yang kecil atau halus memiliki rhizome yang lentur meristem apikal asli dari rhizome horizontal telah mati (dari
sedangkan jenis lamun yang berukuran lebih besar, seperti cabang rhizome vertikal), sehingga rhizome horizontal yang
Enhalus acoroides dan Posidonia oceanica 11 memiliki baru memiliki kapasitas untuk melanjutkan pertumbuhan
rhizome yang relatif lebih kaku dan keras, bahkan ada yang lamun secara horizontal [10]. Rhizome vertikal mampu untuk
mengandung lignin dan menyerupai kayu. Tingkat lignifikasi menembus hingga permukaan substrat. Bahkan pada
rhizome lebih dikaitkan terhadap umur rhizome, bukan beberapa jenis lamun dapat menembus hingga kolom
dengan ukurannya [10]. perairan, misalnya pada Cymodocea, Thalassodendron,
Rhizome lamun terdiri dari internoda atau ruas, yang Amphibolis, Halodule dan Syringodium [10].
terdapat titik sisipan tempat tumbuhnya daun pada fragmen Zonasi merupakan suatu fenomena ekologi yang menarik di
diantara dua ruas. Sebagian jenis lamun memiliki dua jenis perairan pantai, yang merupakan daerah yang terkena
rhizome, yaitu rhizome vertikal (stem) yang ukuran pengaruh pasang surut air laut. Pengaruh dari pasang-surut
internodanya lebih pendek dan rhizome horizontal yang air laut yang berbeda untuk tiap zona memungkinkan
internodanya lebih panjang. Bila jaringan meristem yang berkembangnya komunitas yang khas untuk masing-masing
memproduksi daun telah mati, rhizome vertikal akan tetap zona di daerah ini [12]. Secara umum dapat dikatakan bahwa
ada dan meninggalkan bekas berupa kumpulan ruas yang zonasi lamun di perairan Pantai Bama adalah tipe campuran
disebut bekas luka daun (leaf scar) seperti yang terlihat pada (mixed vegetation), yang terdiri Halodule pinifolia,
Gambar 3 [10]. Cymodocea rotundata, Thallasia hemprichii, Enhalus
acoroides, Cymodocea serrulata, dan Syringodium
isoetifolium. Menurut [13] mengatakan bahwa tipe padang
lamun campuran adalah padang lamun yang terdiri lebih dari
satu jenis dan dapat mencapai delapan jenis.

Gambar 2. Morfologi lamun menurut [10].

Sebagian besar spesies lamun memiliki bentuk daun


panjang dan relatif sempit seperti umumnya daun tumbuhan
monokotil. Beberapa genus memiliki bentuk daun yang
berbeda, seperti Halophila yang memiliki bentuk daun
membulat dan Syringodium daunnya yang silindris. Daun Grafik 1. Lebar Lamun transek 1 smpai transek 10.
lamun memiliki kisaran panjang yang lebar mulai dari 1 cm,
pada beberapa spesies Halophila, hingga mencapai 1 m untuk
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI LAUT 4

Dari hasil praktikum diperoleh bahwa terdapat sembilan Kerapatan tertinggi untuk spesies Halodule uninervis
spesies yang terdapat di Pantai Bama, Taman Nasional terdapat pada transek 1 yaitu 58,333 /m2, sedangkan
Baluran yaitu Halodule pinifolia (Hp), Cymodocea rotundata kerapatan terendah untuk spesies Halodule uninervis
(Cr), Thallasia hemprichii (Th), Enhalus acoroides (En), terdapat transek 2 yaitu 30 /m2.
Cymodocea serrulata (Cs), Syringodium isoetifolium (Syr), Penutupan lamun adalah proporsi dari wilayah yang
Halophila ovalis (Ho), Halophila minor (Hm), Halodule ditempati dengan proyeksi tegak lurus ke tanah dari garis luar
uninervis (Hu). bagian atas tanaman dari sejumlah jenis spesies tanaman
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa transek 8 [14]..
yang memiliki keanekaragaman spesies cukup tinggi, yakni Morfologi Cymodocea rotundata ramping mirip dengan
Halodule pinifolia (Hp), Cymodocea rotundata (Cr), Cymodocea serrulata. Bentuk daun seperti garis lurus dengan
Thallasia hemprichii (Th), Enhalus acoroides (En), panjang 6-15 cm dan lebar 2-4 mm, lurus tidak menyempit
Cymodocea serrulata (Cs), dan Halophila ovalis (Ho), sampai ujung daun dengan ujung daun membulat dan halus.
Halophila minor (Hm), Halodule uninervis (Hu). Sedangkan Cymodocea rotundata memiliki rhizome yang halus dengan
yang memiliki keanekaragaman spesies paling rendah adalah diameter 1-2 mm dan panjang antar ruas 1-4 cm. Tunas
transek 10 yakni Cymodocea rotundata (Cr), Thallasia muncul pada setiap node rhizome, terdapat 2-5 daun pada
hemprichii (Th). setiap tunas. Muncul bekas luka (scars) yang merupakan
Kerapatan (Density/D) adalah jumlah individu yang perkembangan dari pelepah daun membentuk cincin
diekspresikan dalam per unit area atau unit volume sepanjang batang (stem) [14].
formulasi sebagai berikut [4]:
ni
D = Kepadatan (individu/m2)
D= ni= Jumlah total individu jenis ke-i
A yang diperoleh
A = Luas total habitat yang
disampling (m2)

Berdasarkan data yang didapatkan dapat diketahui bahwa


kerapatan tertinggi untuk spesies Halodule pinifolia terdapat
di transek 1 yaitu 168,056 /m2. Sedangkan kerapatan
Halodule pinifolia terendah terdapat pada transek 9 yaitu
22,917 /m2.
Kerapatan tertinggi untuk spesies Halophila ovalis
terdapat pada transek 1yaitu 118,056 /m2, sedangkan
kerapatan terendah untuk spesies Halophila ovalis terdapat Gambar 3. Cymodocea rotundata [14]
pada transek 10 yaitu 2,083/m2.
Kerapatan tertinggi untuk spesies Cymodocea rotundata
terdapat pada transek 6 yaitu 543,76 /m2, sedangkan
kerapatan terendah untuk spesies Cymodocea rotundata Tabel 1.
terdapat transek 4 yaitu 20 /m2.
Kerapatan tertinggi untuk spesies Thallasia hemprichii Kelas penutupan yang digunakan untuk mencatat kelimpahan
terdapat pada transek 8 yaitu 439,583 /m2, sedangkan lamun
kerapatan terendah spesies Thallasia hemprichii terdapat
pada transek 5 yaitu 56,250 /m2. Kelas Nilai % penutupan Nilai
Kerapatan tertinggi untuk spesies Enhalus acoroides penutupan substrat tengah
terdapat pad transek 6 yaitu 740,583 /m2, sedangkan keraptan
terendah terdapat pada transek 10 yaitu 3,667 /m2. pada substrat (Mi)
Kerapatan tertinggi untuk spesies Syringodium isoetifolium 5 ½- 50-100 75
adalah transek 2 yaitu nilai kerapatannya 93,3 /m2,sedangkan Seluruhnya
kerapatan terendah untuk spesies Syringodium 4 ¼ -1/2 25-50 37.5
isoetifolium,terdapat pada transek 8 yaitu 18,75 /m2.
3 1/8 – ¼ 12.5 – 25 18.75
Kerapatan tertinggi untuk spesies Cymodocea serrulata
2 1/16 – 1/8 6.25 – 12.5 9.38
terdapat pada transek 5 yaitu 254,688 /m2, sedangkan
1 < 1/16 < 6.25 3.13
keraptan terendah untuk spesies Cymodocea serrulata
0 kosong 0 0
terdapat pada transek 7 yaitu 4,688 /m2.
Kerapatan tertinggi untuk spesies Halophila minor
terdapat pada spesies transek 5 yaitu 254,688 /m2, sedangkan Penutupan (C) dari tiap spesies lamun dalam tiap transek
kerapatan terendah untuk spesies Halophila minor terdapat 50x50 cm2 /1x1 m2 dihitung dengan rumus :
transek 6 yaitu 6,25/m2
C = ∑ (Mi x Fi ) / ∑ F
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI LAUT 5

Dimana : 10,466. Menurut [3] juga menyatakan bahwa E. acoroides


merupakan jenis lamun yang sering mendominasi komunitas
Mi : Nilai tengah persentase dari kelas ke-i
padang lamun. Menurut [15] menyatakan bahwa E.
Fi : frekuensi (jumlah dari sektor dengan kelas penutupan acoroides dominan hidup pada substrat dasar berpasir dan
kadang-kadang terdapat dasar yang terdiri dari campuran
yang sama ) [14].
pecahan karang yang telah mati. Selain itu, menurut [16]
melaporkan bahwa E. acoroides umumnya tumbuh di
sedimen yang berpasir atau berlumpur dan di daerah dengan
Syarat penutupan Kesimpulan
bioturbasi tinggi serta dapat tumbuh menjadi padang yang
C < 5% Sangat jarang monospesifik; juga tumbuh pada susbstrat berukuran sedang
5 ≤ C < 25 % Jarang dan kasar; mendominasi padang lamun campuran; dan
25 ≤ C < 50 % Sedang seringkali tumbuh bersama-sama dengan Thalassia
hemprichii.
50 ≤ C < 75 % Rapat
Nilai tutupan tertinggi pertama pada transek 7 adalah
C ≥ 75 % Sangat rapat Cymodocea rotundata adalah 19,598% sedangkan nilai
tutupan tertinggi kedua adalah Thalassia hemprichii yaitu
Nilai tutupan tertinggi pada transek 1 adalah adalah 12,009%.
Cymodocea rotundata yaitu 22,557% dan Thallasia Nilai tutupan tertinggi pertama pada transek 8 adalah
hemprichii yaitu 4,36%. Halophila ovalis adalah 17,821% sedangkan nilai tutupan
Nilai tutupan tertinggi pada transek 2 adalah Cymodocea tertinggi adalah Cymodocea rotundata adalah 15,877%.
rotundata adalah 11,768%. Sedangkan nilai tutupan tertinggi Nilai tutupan tertinggi pertama pada transek 9 adalah
kedua adalah Enhalus acoroides adalah 8,632%. Menurut [3] Cymodocea rotundata yaitu 37,245 sedangkan nilai tutupan
juga menyatakan bahwa E. acoroides merupakan jenis lamun tertinggi kedua adalah Thalassia hemprichii yaitu 28,950%.
yang sering mendominasi komunitas padang lamun. Menurut Nilai tutupan tertinggi pertama pada transek 10 adalah
[15] menyatakan bahwa E. acoroides dominan hidup pada Thalassia hemprichii sedangkan Cymodocea serrulata
substrat dasar berpasir dan kadang-kadang terdapat dasar adalah 15,243%.
yang terdiri dari campuran pecahan karang yang telah mati. Secara teori letak geografis maupun bentuk topografi
Selain itu, [16] melaporkan bahwa E. acoroides umumnya pantai yang berbeda biasanya akan mempunyai kondisi
tumbuh di sedimen yang berpasir atau berlumpur dan di hidrologis / ekologis yang berbeda pula [17]. Oleh karena
daerah dengan bioturbasi tinggi serta dapat tumbuh menjadi distribusi lamun sangat dipengaruhi oleh kondisi – kondisi
padang yang monospesifik; juga tumbuh pada susbstrat tersebut, maka pola distribusi lamun di Pantai Bama cukup
berukuran sedang dan kasar; mendominasi padang lamun bervariasi, tergantung pada letak geografis dimana padang
campuran; dan seringkali tumbuh bersama-sama dengan lamun berada. Praktikum lamun ini dilakukan di 10 transek
Thalassia hemprichii. yang masing – masing berjarak 100 m, dengan masing –
Nilai tutupan tertinggi pertama pada transek 3 adalah masing transek sepanjang 100 – 180 m. Pada masing –
Cymodocea serrulata adalah 25,922% dan nilai tutupan masing transek di buat Station Sampling setiap 20 meter.
tertinggi kedua adalah Thalassia hemprichii adalah Berdasarkan tipe substrat di lokasi praktikum yang
15,203%. dicirikan oleh pasir berwarna keputihan bertekstur halus
Nilai tutupan tertinggi pertama pada transek 4 adalah maka tipe susbstat ini menjadi indikator kuat tempat tumbuh
Thalassia hemprichii adalah 16,907% dan nilai tutupan lamun jenis Enhalus acoroides, dan Cymodocea rotundata.
tertinggi kedua adalah Cymodocea serrulata adalah 10,125. Tipe substrat ini juga membantu membentuk penancapan
Nilai tutupan tertinggi pertama pada transek 5 adalah perakaran yang kuat bagi jenis Enhalus acoroides, dan
Enhalus acoroides yaitu 19,555% sedangkan nilai tutupan Cymodocea rotundata. Kedua jenis ini dianggap memiliki
tertinggi kedua adalah Cymodocea serrulata yaitu 18,094. [3] toleransi yang tinggi untuk hidup dan berkembang di pantai
juga menyatakan bahwa E. acoroides merupakan jenis lamun Bama, disamping itu pantai ini memiliki keadaan air yang
yang sering mendominasi komunitas padang lamun. Menurut tetap jernih dan penetrasi cahaya matahari mencapai dasar
[15] menyatakan bahwa E. acoroides dominan hidup pada perairan sehingga fotosintesis dapat berlangsung dengan
substrat dasar berpasir dan kadang-kadang terdapat dasar baik. Telah diketahui bahwa lamun yang ditemukan di
yang terdiri dari campuran pecahan karang yang telah mati. perairan Indonesia terdiri dari tujuh marga, tiga di antaranya
Selain itu, dan [16] melaporkan bahwa E. acoroides (Enhalus, Thalassia, Halophila) termasuk suku
umumnya tumbuh di sedimen yang berpasir atau berlumpur Hydrocaritaceae, sedangkan empat lainnya (Halodule,
dan di daerah dengan bioturbasi tinggi serta dapat tumbuh Cymodoceae, Syringodium dan Thallasodendron) termasuk
menjadi padang yang monospesifik; juga tumbuh pada suku Cymodoceae [18].
susbstrat berukuran sedang dan kasar; mendominasi padang
lamun campuran; dan seringkali tumbuh bersama-sama 3.2 Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Lamun
dengan Thalassia hemprichii. 3.2.1. Arus
Nilai tutupan tertinggi pertama pada transek 6 adalah Peranan arus dalam pertumbuhan lamun yaitu membantu
Cymodocea rotundata adalah 15,751. Sedangkan nilai dalam distribusi nutrien, suhu, dan salinitas di perairan. Arus
tutupan tertinggi kedua adalah Enhalus acoroides adalah juga dapat merubah bentuk permukaan substrat secara
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI LAUT 6

perlahan yang membawa substrat berpindah dari satu tempat 3.2.7. Nutrien
ke tempat lain. Hal ini akan menjadi masalah bagi jenis Nutrien merupakan salah satu faktor penting bagi
lamun yang berukuran kecil karena dapat menyebabkan pertumbuhan lamun yang dibutuhkan untuk proses
lamun terkena sedimentasi dan tidak dapat melakukan fotosintesis. Lamun mampu tumbuh dengan subur pada
fotosintesis. daerah oligotrofik seperti daerah dekat terumbu karang.
3.2.2 Kedalaman Seperti halnya tumbuhan produsen primer akuatik lainnya,
Kedalaman berpengaruh terhadap pertumbuhan lamun lamun hanya membutuhkan nutrien yaitu nitrogen dan fosfat
dilihat dari kebutuhan lamun untuk mendapatkan intensitas [9].
cahaya yang cukup dalam proses fotosintesis. Kedalaman Fiksasi nitrogen pada lamun terjadi pada daun dan di
yang sesuai untuk pertumbuhan lamun tergantung pada dalam sedimen. Sumber nitrogen yang dibutuhkan dalam
intensitas cahaya yang masuk. Kedalaman perairan yang proses fotosintesis lamun tersedia dari kadar anoxia dalam
menjadi tempat tumbuhnya lamun adalah daerah pasang tanah dan keseimbangan proses nitrogen dalam tanah.
surut hingga mencapai kedalaman 90 meter [7]. Sedangkan fosfat diperoleh dari komposisi sedimen atau
3.2.3 Suhu substrat lamun. Pada daerah sedimen yang mengandung
Pada daerah tropis, lamun dapat tumbuh pada suhu 28-30 karbonat, seperti sedimen yang mengandung karbonat dari
°C [19] [20]. Perubahan suhu dapat mempengaruhi karang, fosfat akan bereaksi dengan karbonat sehingga fosfat
metabolisme, penyerapan unsur hara dan bebas menjadi sedikit [9].
kelangsungan hidup lamun. pengaruh suhu bagi lamun di 3.2.8. Substrat
perairan sangat besar, suhu mempengaruhi proses-proses Substrat merupakan tempat tumbuhnya tanaman yang
fisiologis, yaitu proses fotosintesis, laju respirasi, terkandung mineral organik dan inorganik di dalamnya, pori-
pertumbuhan dan reproduksi. Proses-proses fisiologis pori substrat mengandung air antara (interstitial water) yang
tersebut akan mengandung unsur hara. Berdasarkan ukuran, substrat
menurun tajam apabila temperatur perairan berada di luar dikelompokkan menjadi kerikil (>2 mm), pasir (0,05-2 mm),
kisaran optimal. lumpur (silt) (0,002- 0,05 mm) dan lempung (<0,002 mm).
3.2.4. Salinitas substrat yang menjadi tempat hidup lamun adalah lumpur,
Lamun tumbuh pada daerah air asin atau yang memiliki pasir, karang mati (rubble), campuran dari dua jenis substrat
salinitas tinggi, pada daerah subtidal lamun mampu tersebut atau campuran ketiganya [8].
menyesuaikan diri pada salinitas sekitar 35‰, dan juga
mampu bertahan pada daerah estuari atau perairan payau.
Secara umum, lamun bersifat uerihalin atau memiliki kisaran Tabel 1. Data Parameter Ambeien Lingkungan Praktikum Lamun
salinitas yang lebar yaitu berkisar 10-45 ‰. Jika berada pada
No T Koordinat Suh Salinitas
kondisi hiposalin (<10 ‰) atau hipersalin (>45 ‰), rans E S u
lamun akan mengalami stress dan mati [10]. ek
3.2.5. Kecerahan 1 1 114°27'33. 7°51'35'07" 30 31
Proses fotosintesis merupakan hal terpenting dalam 12"
2 2 114°27'39. 7°50'41.14" 30 31
pertumbuhan lamun sebagai produsen primer dalam 48"
kehidupan laut. Lamun membutuhkan sinar matahari untuk 3 3 114°27'39. 7°50'41.18" 30 30
berfotosintesis. Kecerahan perairan mempengaruhi intensitas 76"
cahaya yang masuk ke kolom perairan. Perairan dengan 4 4 114°27'40. 7°50'40.03" 31 29
kecerahan tinggi maka intensitas cahaya yang masuk ke 81"
5 5 114°27'46. 7°50'34.57" 31 27
kolom air akan semakin dalam dan jika tingkat kecerahan 94"
perairan rendah, intensitas cahaya yang masuk akan dangkal. 6 6 114°27'43. 7°50'37.04" 31 30
Faktor yang mempengaruhi kecerahan yaitu kekeruhan atau 0"
material tersuspensi, perairan dengan substrat lumpur akan 7 7 114°27'71 7°50'604' 30 29
memiliki tingkat kecerahan rendah dan tingkat kekeruhan 4'
8 8 114°27'51. 7°50'29.38" 32 29
tinggi. Sebaliknya pada perairan dengan substrat pasir atau 12"
batu akan memiliki tingkat kecerahan yang lebih tinggi dan 9 9 114°27'45 7°50'34,9'' 30 31
kekeruhan yang rendah. Pada perairan pantai yang keruh, ''
cahaya menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan lamun. 10. 10. 114° 27' 7°50' 33,6" 30 31
Kurangnya penetrasi cahaya dapat menimbulkan gangguan 45.9"
terhadap produksi primer lamun [21].
Dari data di atas dapat diketahui bahwa suhu perairan
3.2.6. Oksigen Terlarut
Pantai Bama relative sesuai untuk perkembangan optimal
Oksigen terlarut atau dissolved oxigen (DO) merupakan
lamun karena sebagaimana menurut [19] [20] bahwa pada
salah satu parameter perairan yang sangat penting bagi
daerah tropis, lamun dapat tumbuh pada suhu 28-30°C. Dan
pertumbuhan lamun. Oksigen terlarut digunakan untuk
apabila di lihat dari data salinitas, salinitas pada pantai Bama
respirasi akar dan rhizome lamun, respirasi biota air dan
juga relative sesuai untuk perkembangan optimal lamun
proses nitrifikasi dalam siklus nitrogen di padang lamun
karena sebangaimana menurut [10] bahwa lamun tumbuh
[21].Oksigen terlarut di perairan berasal dari hasil
pada daerah air asin atau yang memiliki salinitas tinggi, pada
fotosintesis lamun serta difusi dari udara.
daerah subtidal lamun mampu menyesuaikan diri pada
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI LAUT 7

salinitas sekitar 35‰, dan juga mampu bertahan pada daerah [13] Hutomo, M. 1997. Padang lamun Indonesia : Salah satu ekosistem laut
dangkal yang belum banyak dikenal. Publitbang Oseanologi-LIPI.
estuari atau perairan payau. Secara umum, lamun bersifat Jakarta: 35. Bengen.
uerihalin atau memiliki kisaran salinitas yang lebar yaitu [14] Eglish, S., C wilkinson and V Baker, 1994. Survey Manual for Tropical
berkisar 10-45 ‰. Jika berada pada kondisi hiposalin (<10 Marine Resource. Australian Institute of Marine Science.
‰) atau hipersalin (>45 ‰), lamun akan mengalami stress Townsville.368pp.
dan mati.
[15] Sangaji, F.1994. Pengaruh Sedimen Dasar terhadap penyebaran,
kepadatan, keanekaragaman dan pertumbuhan padang Lamun di
lautsSekitar Pulau Barang Lompo. (Tesis), Program Pascasarjana,
Universitas Hasanudin. Ujung Pandang: 125 hal.
IV.KESIMPULAN/RINGKASAN [16] Nontji. A. 2009. Rehabilitasi Ekosistem Lamun dalam Pengelolaan
sumberdaya Pesisir. Lokakarya Nasional I Penelolaan ekosistem Lamun.
Jakarta, 18 November 2009.
Berdasarkan data pengamatan dapat disimpulkan bahwa [17] Kuriandewa, T.R. 1997. “Distribusi dan Zonasi Lamun di Daerah Padang
pada Perairan Pantai Bama, Taman Nasional Baluran Lamun Wilayah Kepulauan Derawan, Jawa Timur. Seminar Kelautan
LIPI-UNHAS, Ambon 4-6 Juli 1997: 59-70.
ditemukan sembilan jenis lamun yaitu Halodule pinifolia [18] Kuo, J. And A,J. Mc COMB 1989. Seagrass taxonomy, structure and
(Hp), Cymodocea rotundata (Cr), Thallasia hemprichii (Th), development. In: A.W.D. LARKUM A.J. COMB & S.A. SHEPHERD,
Enhalus acoroides (En), Cymodocea serrulata (Cs), (eds). Biology of seagrass: a treatise on the biology of seagrass with
Syringodium isoetifolium (Syr), Halophila ovalis (Ho), special reference to Australian region. Elssier, Amsterdam: 6-73.
Peterson. 1991.
Halophila minor (Hm), Halodule uninervis (Hu). Distribusi [19] Mc. Kenzie, L. J. 2003. Guidelines for the rapid assessment of seagrass
dan komposisi jenis lamun di Pantai Bama relative sama habitats in The western Pacific. Department of Primary Industries
dengan jenis yang ditemukan yaitu Halodule pinifolia, Queensland, Northern Fisheries Centre. SeagrassWacth. Cairns. Australia.
[20] Mount, R. E. 2006. Acquisition of through-water aerial survey images:
Cymodocea rotundata, Thallasia hemprichii, Enhalus suface effects and the prediction of sun glitter and subsurface
acoroides, Cymodocea serrulata, dan Syringodium illumination. Photogrammatric Engineering and Remote Sensing. 71(12) :
isoetifolium. Kerapatan lamun bervariasi tiap jenisnya, 1407-1415.
[21] Conglaton, R. G dan K. Green. 2009. Assesing the accuracy of remotely
berkisar antara 2,083 – 740,583 tegakan/m2 dengan tutupan sensed data : principles and practices. Lewis Publishers. New York.
lamun berkisar antara 0,010 – 37,245%. %. Berdasarkan
distribusi, komposisi, kerapatan, tutupan dan mintakat
(zonasi), maka potensi sumberdaya lamun pada lokasi
penelitian di perairan Pantai Bama tergolong kurang
kaya/kurang sehat.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Nybakken, J.W. 1988. Biologi laut: Suatu pendekatan ekologis. Terj. Dari
Marine biology: An ecological approach, oleh Eidman, M., Koesoebiono,
D.G. Bengen, M. Hutomo & S.Sukardjo. PT Gramedia, Jakarta: xv + 459
hlm.
[2] Azkab, M.H. 1999. Pedoman inventaris lamun. Oseana. 24(1) : 1-16 .
[3] Kiswara, W. 1999. Perkembangan penelitian ekosistem padang lamun di
Indonesia. Prosiding seminar tentang oseanologi dan ilmu lingkungan laut
dalam rangka penghargaan kepada Prof. Dr. Aprilani Soegiarto, M.Sc
tahun 1999, Jakarta, Indonesia. Puslitbang Oseanologi LIPI, Jakarta,
Indonesia. Hal. : 181-197.
[4] Brower, J.E. and J.H. Zar., 1977. Field and Laboratory Methods for
General Ecology. WM. J. Brown Company Publ. Dubuque. Iowa. 94 p.
[5] Kuo, J. dan C. den Hartog. 2006. Taxonomy and Biogeography of
Seagrasses. in. A.W.D. Larkum, R.J. Orth dan C.M. Duarte (ed).
Seagrasses: Biology,
[6] Yang, D, dan C. Yang. 2009. Detection of seagrass distribution from 1991
to 2006 in Xincun Bay, Hainan, wtih satellite remote sensing. Sensor. 9 :
830-844.
[7] A.W.D. LARKUM A.J. COMB & S.A. SHEPHERD, (eds). Biology of
seagrass: a treatise on the biology of seagrass with special reference to
Australian region. Elssier, Amsterdam: 6-73. Peterson. 1991.
[8] Azkab, M.H. 2006. Ada apa dengan lamun. Oseana. 31(3) : 45-55.
[9] Hogart, P. 2007. The biology of mangroves and seagrasses.Oxford
University Press Inc. Oxford. Inggris.
[10] Hemminga, M.A., dan C.M. Duarte. 2000. Seagrass ecology. Cambrige
University Press. Cambrige. Inggris.
[11] Duarte, C.M. 1989. Temporal biomass variability and
production/biomass relationships of seagrass communities. Marine
ecology progress series. 51 : 269 - 276.
[12] Supriyadi, I.H. 2010. Pemetaan padang lamun di perairan Teluk Toli-toli
dan Pulau sekitarnya, Sulawesi Barat. Oseanologi dan Limnologi di
Indonesia. 36(2) : 147-164.
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI LAUT 8
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI LAUT 9

(gaya jurnal terjemahan),” IEEE Transl. J. Magn.Jpn., Vol. 2 (1987)


740–741 [Dig. 9th Annu. Conf. Magnetics Japan (1982) 301].
[9] M. Young, The Techincal Writers Handbook. Mill Valley, CA:
University Science (1989).
[10] J. U. Duncombe, “Infrared navigation—Part I: An assessment of
feasibility (Periodical style),” IEEE Trans. Electron Devices, Vol. ED-11
(1959, Jan.) 34–39.
[11] S. Chen, B. Mulgrew, and P. M. Grant, “A clustering technique for
digital communications channel equalization using radial basis function
networks,” IEEE Trans. Neural Networks, Vol. 4 (1993, Jul.) 570–578.
[12] R. W. Lucky, “Automatic equalization for digital communication,” Bell
Syst. Tech. J., Vol. 44, No. 4 (1965, Apr.) 547–588.
[13] S. P. Bingulac, “On the compatibility of adaptive controllers (Published
Conference Proceedings style),” in Proc. 4th Annu. Allerton Conf.
Circuits and Systems Theory, New York (1994) 8–16.
[14] G. R. Faulhaber, “Design of service systems with priority reservation,”
in Conf. Rec. 1995 IEEE Int. Conf. Communications, 3–8.
[15] W. D. Doyle, “Magnetization reversal in films with biaxial anisotropy,”
in 1987 Proc. INTERMAG Conf., 2.2-1–2.2-6.
[16] G. W. Juette and L. E. Zeffanella, “Radio noise currents n short sections
on bundle conductors (Presented Conference Paper style),” presented at
the IEEE Summer power Meeting, Dallas, TX, Jun. 22–27 (1990) Paper
90 SM 690-0 PWRS.
[17] J. G. Kreifeldt, “An analysis of surface-detected EMG as an amplitude-
modulated noise,” presented at the 1989 Int. Conf. Medicine and
Biological Engineering, Chicago, IL.
[18] J. Williams, “Narrow-band analyzer (Thesis or Dissertation style),”
Ph.D. dissertation, Dept. Elect. Eng., Harvard Univ., Cambridge, MA
(1993).
[19] N. Kawasaki, “Parametric study of thermal and chemical nonequilibrium
nozzle flow,” M.S. thesis, Dept. Electron. Eng., Osaka Univ., Osaka,
Japan (1993).
[20] J. P. Wilkinson, “Nonlinear resonant circuit devices (Patent style),” U.S.
Patent 3 624 12, July 16, (1990).
[21] IEEE Criteria for Class IE Electric Systems (Standards style), IEEE
Standard 308 (1969).
[22] Letter Symbols for Quantities, ANSI Standard Y10.5 (1968).
[23] R. E. Haskell and C. T. Case, “Transient signal propagation in lossless
isotropic plasmas (Report style),” USAF Cambridge Res. Lab.,
Cambridge, MA Rep. ARCRL-66-234 (II) (1994), Vol. 2.
[24] E. E. Reber, R. L. Michell, and C. J. Carter, “Oxygen absorption in the
Earth’s atmosphere,” Aerospace Corp., Los Angeles, CA, Tech. Rep.
TR-0200 (420-46)-3 (Nov. 1988).
[25] (Handbook style) Transmission Systems for Communications, 3rd ed.,
Western Electric Co., Winston-Salem, NC (1985) 44–60.
[26] Motorola Semiconductor Data Manual, Motorola Semiconductor
Products Inc., Phoenix, AZ (1989).
[27] (Basic Book/Monograph Online Sources) J. K. Author. (year, month,
day). Title (edition) [Type of medium]. Volume (issue). Available:
http://www.(URL)
[28] J. Jones. (1991, May 10). Networks (2nd ed.) [Online]. Available:
http://www.atm.com
[29] (Journal Online Sources style) K. Author. (year, month). Title. Journal
[Type of medium]. Volume(issue), paging if given. Available:
http://www.(URL)
[30] R. J. Vidmar. (1992, August). On the use of atmospheric plasmas as
electromagnetic reflectors. IEEE Trans. Plasma Sci. [Online]. 21(3). pp.
DAFTAR PUSTAKA 876–880. Available: http://www.halcyon.com/pub/journals/21ps03-
[1] G. O. Young, “Synthetic structure of industrial plastics (Book style with vidmar
paper title and editor),” in Plastics, 2nd ed. Vol. 3, J. Peters, Ed. New
York: McGraw-Hill (1964) 15–64.
[2] W.-K. Chen, Linear Networks and Systems (Book style). Belmont, CA:
Wadsworth (1993) 123–135.
[3] H. Poor, An Introduction to Signal Detection and Estimation. New
York: Springer-Verlag (1985) Ch. 4.
[4] B. Smith, “An approach to graphs of linear forms (Unpublished work
style),” belum dipublikasikan.
[5] E. H. Miller, “A note on reflector arrays (Periodical style—Accepted for
publication),” IEEE Trans. Antennas Propagat., akan dipublikasikan.
[6] J. Wang, “Fundamentals of erbium-doped fiber amplifiers arrays
(Periodical style—Submitted for publication),” IEEE J. Quantum
Electron., didaftarkan untuk dipublikasikan.
[7] C. J. Kaufman, Rocky Mountain Research Lab., Boulder, CO,
komunikasi pribadi, (1995, May).
[8] Y. Yorozu, M. Hirano, K. Oka, and Y. Tagawa, “Studi elektron
spektroskopi pada media optik-pembesar dan antarmuka substrat plastik

Anda mungkin juga menyukai