Lokasi dan Waktu Fi : frekuensi (jumlah dari sektor dengan kelas penutupan
Praktikum komunitas lamun (seagrass) di laksanakan di yang sama )
Pantai Bama, Taman Nasional Baluran Situbondo, Jawa
Timur tanggal 6 april 2013 pada pukul 13.00 WIB. II. PEMBAHASAN
pada setiap genera yang berbeda, namun tidak sepenuhnya Zostera asiatica dan Enhalus acoroides [10]. Daun lamun
berhubungan dengan tipe substrat secara spesifik. Misalnya dihasilkan dari node rhizome, yang biasanya berawal dari
pada Enhalus spp memiliki akar yang beberapa kasar, puncak samping node seperti pada Enhalus, Halophila,
lembut, tidak bercabang dengan sedikit rambut akar, dan Posidonia, dan Zosteraceae. Pada kelompok Thalassia dan
hidup pada substrat berlumpur. Kelompok Cymodoceaceae Cymodoceaceae, daun terbentuk dari puncak pada tegakan
meliputi Syringodium, Cymodocea, dan Halodule memiliki stem [5]. Daun lamun umumnya muncul pada setiap node
akar bercabang dan berambut pada setiap ruas rhizome [5]. rhizome sebagai tunas lamun [8]. Setiap jenis lamun
Kelompok ini umumnya hidup pada tipe substrat pasir karang memiliki jumlah daun yang berbeda-beda, mulai dari hanya
[5]. satu helai daun per tunas seperti pada Syringodium, hingga
Rhizome merupakan sistem pertumbuhan lamun secara 10 daun per tunas pada Amphibolis [10].
horizontal yang biasa disebut dengan horizontal rhizome Pertumbuhan lamun dapat dilihat dari pertambahan
(Hogarth, 2007). Lamun memiliki sistem perakaran atau panjang bagian-bagian tertentu seperti daun dan rhizoma
sistem rhizome yang luas sehingga dapat terbentuk padang dalam kurun waktu tertentu. Dibandingkan pertumbuhan
lamun. Rhizome merupakan sistem reproduksi lamun secara daun, pertumbuhan rhizome lebih sulit diukur khususnya
vegetatif yaitu dengan fragmentasi rhizome [9]. Rhizome untuk jenis-jenis lamun tertentu. Hal tersebut mempengaruhi
memiliki peranan yang sangat penting sebagai penyeimbang lebih maraknya kajian pertumbuhan daun lamun [10].
antara hasil fosintesis maksimum dan respirasi pada daun Pertumbuhan rhizome mempengaruhi pertumbuhan lamun
[10]. secara ekstensif, baik horizontal mapun vertikal, untuk
Rhizome dan akar merupakan faktor yang sangat menentukan membentuk padang lamun. Rhizome horizontal merupakan
pertumbuhan lamun karena berfungsi sebagai penahan penentu pertumbuhan lamun secara horizontal. Rhizome
vegetasi dan penyerap unsur hara dalam sedimen. Jenis vertikal dapat memproduksi rhizome horizontal bila jaringan
lamun yang kecil atau halus memiliki rhizome yang lentur meristem apikal asli dari rhizome horizontal telah mati (dari
sedangkan jenis lamun yang berukuran lebih besar, seperti cabang rhizome vertikal), sehingga rhizome horizontal yang
Enhalus acoroides dan Posidonia oceanica 11 memiliki baru memiliki kapasitas untuk melanjutkan pertumbuhan
rhizome yang relatif lebih kaku dan keras, bahkan ada yang lamun secara horizontal [10]. Rhizome vertikal mampu untuk
mengandung lignin dan menyerupai kayu. Tingkat lignifikasi menembus hingga permukaan substrat. Bahkan pada
rhizome lebih dikaitkan terhadap umur rhizome, bukan beberapa jenis lamun dapat menembus hingga kolom
dengan ukurannya [10]. perairan, misalnya pada Cymodocea, Thalassodendron,
Rhizome lamun terdiri dari internoda atau ruas, yang Amphibolis, Halodule dan Syringodium [10].
terdapat titik sisipan tempat tumbuhnya daun pada fragmen Zonasi merupakan suatu fenomena ekologi yang menarik di
diantara dua ruas. Sebagian jenis lamun memiliki dua jenis perairan pantai, yang merupakan daerah yang terkena
rhizome, yaitu rhizome vertikal (stem) yang ukuran pengaruh pasang surut air laut. Pengaruh dari pasang-surut
internodanya lebih pendek dan rhizome horizontal yang air laut yang berbeda untuk tiap zona memungkinkan
internodanya lebih panjang. Bila jaringan meristem yang berkembangnya komunitas yang khas untuk masing-masing
memproduksi daun telah mati, rhizome vertikal akan tetap zona di daerah ini [12]. Secara umum dapat dikatakan bahwa
ada dan meninggalkan bekas berupa kumpulan ruas yang zonasi lamun di perairan Pantai Bama adalah tipe campuran
disebut bekas luka daun (leaf scar) seperti yang terlihat pada (mixed vegetation), yang terdiri Halodule pinifolia,
Gambar 3 [10]. Cymodocea rotundata, Thallasia hemprichii, Enhalus
acoroides, Cymodocea serrulata, dan Syringodium
isoetifolium. Menurut [13] mengatakan bahwa tipe padang
lamun campuran adalah padang lamun yang terdiri lebih dari
satu jenis dan dapat mencapai delapan jenis.
Dari hasil praktikum diperoleh bahwa terdapat sembilan Kerapatan tertinggi untuk spesies Halodule uninervis
spesies yang terdapat di Pantai Bama, Taman Nasional terdapat pada transek 1 yaitu 58,333 /m2, sedangkan
Baluran yaitu Halodule pinifolia (Hp), Cymodocea rotundata kerapatan terendah untuk spesies Halodule uninervis
(Cr), Thallasia hemprichii (Th), Enhalus acoroides (En), terdapat transek 2 yaitu 30 /m2.
Cymodocea serrulata (Cs), Syringodium isoetifolium (Syr), Penutupan lamun adalah proporsi dari wilayah yang
Halophila ovalis (Ho), Halophila minor (Hm), Halodule ditempati dengan proyeksi tegak lurus ke tanah dari garis luar
uninervis (Hu). bagian atas tanaman dari sejumlah jenis spesies tanaman
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa transek 8 [14]..
yang memiliki keanekaragaman spesies cukup tinggi, yakni Morfologi Cymodocea rotundata ramping mirip dengan
Halodule pinifolia (Hp), Cymodocea rotundata (Cr), Cymodocea serrulata. Bentuk daun seperti garis lurus dengan
Thallasia hemprichii (Th), Enhalus acoroides (En), panjang 6-15 cm dan lebar 2-4 mm, lurus tidak menyempit
Cymodocea serrulata (Cs), dan Halophila ovalis (Ho), sampai ujung daun dengan ujung daun membulat dan halus.
Halophila minor (Hm), Halodule uninervis (Hu). Sedangkan Cymodocea rotundata memiliki rhizome yang halus dengan
yang memiliki keanekaragaman spesies paling rendah adalah diameter 1-2 mm dan panjang antar ruas 1-4 cm. Tunas
transek 10 yakni Cymodocea rotundata (Cr), Thallasia muncul pada setiap node rhizome, terdapat 2-5 daun pada
hemprichii (Th). setiap tunas. Muncul bekas luka (scars) yang merupakan
Kerapatan (Density/D) adalah jumlah individu yang perkembangan dari pelepah daun membentuk cincin
diekspresikan dalam per unit area atau unit volume sepanjang batang (stem) [14].
formulasi sebagai berikut [4]:
ni
D = Kepadatan (individu/m2)
D= ni= Jumlah total individu jenis ke-i
A yang diperoleh
A = Luas total habitat yang
disampling (m2)
perlahan yang membawa substrat berpindah dari satu tempat 3.2.7. Nutrien
ke tempat lain. Hal ini akan menjadi masalah bagi jenis Nutrien merupakan salah satu faktor penting bagi
lamun yang berukuran kecil karena dapat menyebabkan pertumbuhan lamun yang dibutuhkan untuk proses
lamun terkena sedimentasi dan tidak dapat melakukan fotosintesis. Lamun mampu tumbuh dengan subur pada
fotosintesis. daerah oligotrofik seperti daerah dekat terumbu karang.
3.2.2 Kedalaman Seperti halnya tumbuhan produsen primer akuatik lainnya,
Kedalaman berpengaruh terhadap pertumbuhan lamun lamun hanya membutuhkan nutrien yaitu nitrogen dan fosfat
dilihat dari kebutuhan lamun untuk mendapatkan intensitas [9].
cahaya yang cukup dalam proses fotosintesis. Kedalaman Fiksasi nitrogen pada lamun terjadi pada daun dan di
yang sesuai untuk pertumbuhan lamun tergantung pada dalam sedimen. Sumber nitrogen yang dibutuhkan dalam
intensitas cahaya yang masuk. Kedalaman perairan yang proses fotosintesis lamun tersedia dari kadar anoxia dalam
menjadi tempat tumbuhnya lamun adalah daerah pasang tanah dan keseimbangan proses nitrogen dalam tanah.
surut hingga mencapai kedalaman 90 meter [7]. Sedangkan fosfat diperoleh dari komposisi sedimen atau
3.2.3 Suhu substrat lamun. Pada daerah sedimen yang mengandung
Pada daerah tropis, lamun dapat tumbuh pada suhu 28-30 karbonat, seperti sedimen yang mengandung karbonat dari
°C [19] [20]. Perubahan suhu dapat mempengaruhi karang, fosfat akan bereaksi dengan karbonat sehingga fosfat
metabolisme, penyerapan unsur hara dan bebas menjadi sedikit [9].
kelangsungan hidup lamun. pengaruh suhu bagi lamun di 3.2.8. Substrat
perairan sangat besar, suhu mempengaruhi proses-proses Substrat merupakan tempat tumbuhnya tanaman yang
fisiologis, yaitu proses fotosintesis, laju respirasi, terkandung mineral organik dan inorganik di dalamnya, pori-
pertumbuhan dan reproduksi. Proses-proses fisiologis pori substrat mengandung air antara (interstitial water) yang
tersebut akan mengandung unsur hara. Berdasarkan ukuran, substrat
menurun tajam apabila temperatur perairan berada di luar dikelompokkan menjadi kerikil (>2 mm), pasir (0,05-2 mm),
kisaran optimal. lumpur (silt) (0,002- 0,05 mm) dan lempung (<0,002 mm).
3.2.4. Salinitas substrat yang menjadi tempat hidup lamun adalah lumpur,
Lamun tumbuh pada daerah air asin atau yang memiliki pasir, karang mati (rubble), campuran dari dua jenis substrat
salinitas tinggi, pada daerah subtidal lamun mampu tersebut atau campuran ketiganya [8].
menyesuaikan diri pada salinitas sekitar 35‰, dan juga
mampu bertahan pada daerah estuari atau perairan payau.
Secara umum, lamun bersifat uerihalin atau memiliki kisaran Tabel 1. Data Parameter Ambeien Lingkungan Praktikum Lamun
salinitas yang lebar yaitu berkisar 10-45 ‰. Jika berada pada
No T Koordinat Suh Salinitas
kondisi hiposalin (<10 ‰) atau hipersalin (>45 ‰), rans E S u
lamun akan mengalami stress dan mati [10]. ek
3.2.5. Kecerahan 1 1 114°27'33. 7°51'35'07" 30 31
Proses fotosintesis merupakan hal terpenting dalam 12"
2 2 114°27'39. 7°50'41.14" 30 31
pertumbuhan lamun sebagai produsen primer dalam 48"
kehidupan laut. Lamun membutuhkan sinar matahari untuk 3 3 114°27'39. 7°50'41.18" 30 30
berfotosintesis. Kecerahan perairan mempengaruhi intensitas 76"
cahaya yang masuk ke kolom perairan. Perairan dengan 4 4 114°27'40. 7°50'40.03" 31 29
kecerahan tinggi maka intensitas cahaya yang masuk ke 81"
5 5 114°27'46. 7°50'34.57" 31 27
kolom air akan semakin dalam dan jika tingkat kecerahan 94"
perairan rendah, intensitas cahaya yang masuk akan dangkal. 6 6 114°27'43. 7°50'37.04" 31 30
Faktor yang mempengaruhi kecerahan yaitu kekeruhan atau 0"
material tersuspensi, perairan dengan substrat lumpur akan 7 7 114°27'71 7°50'604' 30 29
memiliki tingkat kecerahan rendah dan tingkat kekeruhan 4'
8 8 114°27'51. 7°50'29.38" 32 29
tinggi. Sebaliknya pada perairan dengan substrat pasir atau 12"
batu akan memiliki tingkat kecerahan yang lebih tinggi dan 9 9 114°27'45 7°50'34,9'' 30 31
kekeruhan yang rendah. Pada perairan pantai yang keruh, ''
cahaya menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan lamun. 10. 10. 114° 27' 7°50' 33,6" 30 31
Kurangnya penetrasi cahaya dapat menimbulkan gangguan 45.9"
terhadap produksi primer lamun [21].
Dari data di atas dapat diketahui bahwa suhu perairan
3.2.6. Oksigen Terlarut
Pantai Bama relative sesuai untuk perkembangan optimal
Oksigen terlarut atau dissolved oxigen (DO) merupakan
lamun karena sebagaimana menurut [19] [20] bahwa pada
salah satu parameter perairan yang sangat penting bagi
daerah tropis, lamun dapat tumbuh pada suhu 28-30°C. Dan
pertumbuhan lamun. Oksigen terlarut digunakan untuk
apabila di lihat dari data salinitas, salinitas pada pantai Bama
respirasi akar dan rhizome lamun, respirasi biota air dan
juga relative sesuai untuk perkembangan optimal lamun
proses nitrifikasi dalam siklus nitrogen di padang lamun
karena sebangaimana menurut [10] bahwa lamun tumbuh
[21].Oksigen terlarut di perairan berasal dari hasil
pada daerah air asin atau yang memiliki salinitas tinggi, pada
fotosintesis lamun serta difusi dari udara.
daerah subtidal lamun mampu menyesuaikan diri pada
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI LAUT 7
salinitas sekitar 35‰, dan juga mampu bertahan pada daerah [13] Hutomo, M. 1997. Padang lamun Indonesia : Salah satu ekosistem laut
dangkal yang belum banyak dikenal. Publitbang Oseanologi-LIPI.
estuari atau perairan payau. Secara umum, lamun bersifat Jakarta: 35. Bengen.
uerihalin atau memiliki kisaran salinitas yang lebar yaitu [14] Eglish, S., C wilkinson and V Baker, 1994. Survey Manual for Tropical
berkisar 10-45 ‰. Jika berada pada kondisi hiposalin (<10 Marine Resource. Australian Institute of Marine Science.
‰) atau hipersalin (>45 ‰), lamun akan mengalami stress Townsville.368pp.
dan mati.
[15] Sangaji, F.1994. Pengaruh Sedimen Dasar terhadap penyebaran,
kepadatan, keanekaragaman dan pertumbuhan padang Lamun di
lautsSekitar Pulau Barang Lompo. (Tesis), Program Pascasarjana,
Universitas Hasanudin. Ujung Pandang: 125 hal.
IV.KESIMPULAN/RINGKASAN [16] Nontji. A. 2009. Rehabilitasi Ekosistem Lamun dalam Pengelolaan
sumberdaya Pesisir. Lokakarya Nasional I Penelolaan ekosistem Lamun.
Jakarta, 18 November 2009.
Berdasarkan data pengamatan dapat disimpulkan bahwa [17] Kuriandewa, T.R. 1997. “Distribusi dan Zonasi Lamun di Daerah Padang
pada Perairan Pantai Bama, Taman Nasional Baluran Lamun Wilayah Kepulauan Derawan, Jawa Timur. Seminar Kelautan
LIPI-UNHAS, Ambon 4-6 Juli 1997: 59-70.
ditemukan sembilan jenis lamun yaitu Halodule pinifolia [18] Kuo, J. And A,J. Mc COMB 1989. Seagrass taxonomy, structure and
(Hp), Cymodocea rotundata (Cr), Thallasia hemprichii (Th), development. In: A.W.D. LARKUM A.J. COMB & S.A. SHEPHERD,
Enhalus acoroides (En), Cymodocea serrulata (Cs), (eds). Biology of seagrass: a treatise on the biology of seagrass with
Syringodium isoetifolium (Syr), Halophila ovalis (Ho), special reference to Australian region. Elssier, Amsterdam: 6-73.
Peterson. 1991.
Halophila minor (Hm), Halodule uninervis (Hu). Distribusi [19] Mc. Kenzie, L. J. 2003. Guidelines for the rapid assessment of seagrass
dan komposisi jenis lamun di Pantai Bama relative sama habitats in The western Pacific. Department of Primary Industries
dengan jenis yang ditemukan yaitu Halodule pinifolia, Queensland, Northern Fisheries Centre. SeagrassWacth. Cairns. Australia.
[20] Mount, R. E. 2006. Acquisition of through-water aerial survey images:
Cymodocea rotundata, Thallasia hemprichii, Enhalus suface effects and the prediction of sun glitter and subsurface
acoroides, Cymodocea serrulata, dan Syringodium illumination. Photogrammatric Engineering and Remote Sensing. 71(12) :
isoetifolium. Kerapatan lamun bervariasi tiap jenisnya, 1407-1415.
[21] Conglaton, R. G dan K. Green. 2009. Assesing the accuracy of remotely
berkisar antara 2,083 – 740,583 tegakan/m2 dengan tutupan sensed data : principles and practices. Lewis Publishers. New York.
lamun berkisar antara 0,010 – 37,245%. %. Berdasarkan
distribusi, komposisi, kerapatan, tutupan dan mintakat
(zonasi), maka potensi sumberdaya lamun pada lokasi
penelitian di perairan Pantai Bama tergolong kurang
kaya/kurang sehat.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Nybakken, J.W. 1988. Biologi laut: Suatu pendekatan ekologis. Terj. Dari
Marine biology: An ecological approach, oleh Eidman, M., Koesoebiono,
D.G. Bengen, M. Hutomo & S.Sukardjo. PT Gramedia, Jakarta: xv + 459
hlm.
[2] Azkab, M.H. 1999. Pedoman inventaris lamun. Oseana. 24(1) : 1-16 .
[3] Kiswara, W. 1999. Perkembangan penelitian ekosistem padang lamun di
Indonesia. Prosiding seminar tentang oseanologi dan ilmu lingkungan laut
dalam rangka penghargaan kepada Prof. Dr. Aprilani Soegiarto, M.Sc
tahun 1999, Jakarta, Indonesia. Puslitbang Oseanologi LIPI, Jakarta,
Indonesia. Hal. : 181-197.
[4] Brower, J.E. and J.H. Zar., 1977. Field and Laboratory Methods for
General Ecology. WM. J. Brown Company Publ. Dubuque. Iowa. 94 p.
[5] Kuo, J. dan C. den Hartog. 2006. Taxonomy and Biogeography of
Seagrasses. in. A.W.D. Larkum, R.J. Orth dan C.M. Duarte (ed).
Seagrasses: Biology,
[6] Yang, D, dan C. Yang. 2009. Detection of seagrass distribution from 1991
to 2006 in Xincun Bay, Hainan, wtih satellite remote sensing. Sensor. 9 :
830-844.
[7] A.W.D. LARKUM A.J. COMB & S.A. SHEPHERD, (eds). Biology of
seagrass: a treatise on the biology of seagrass with special reference to
Australian region. Elssier, Amsterdam: 6-73. Peterson. 1991.
[8] Azkab, M.H. 2006. Ada apa dengan lamun. Oseana. 31(3) : 45-55.
[9] Hogart, P. 2007. The biology of mangroves and seagrasses.Oxford
University Press Inc. Oxford. Inggris.
[10] Hemminga, M.A., dan C.M. Duarte. 2000. Seagrass ecology. Cambrige
University Press. Cambrige. Inggris.
[11] Duarte, C.M. 1989. Temporal biomass variability and
production/biomass relationships of seagrass communities. Marine
ecology progress series. 51 : 269 - 276.
[12] Supriyadi, I.H. 2010. Pemetaan padang lamun di perairan Teluk Toli-toli
dan Pulau sekitarnya, Sulawesi Barat. Oseanologi dan Limnologi di
Indonesia. 36(2) : 147-164.
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI LAUT 8
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI LAUT 9