Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI LAUT

PRAKTIKUM XI
IDENTIFIKASI JENIS-JENIS LAMUN

OLEH :

NAMA : LA ODE MUH. ZAIDDIN RIA


STAMBUK : F1D1 19 057
KELOMPOK : V (LIMA )
ASISTEN PEMBIMBING : DAHLIA

PROGRAM STUDI BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAUAN ALAM
UNVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Padang lamun adalah salah satu ekosistem pesisir yang memiliki

produktivitas primer tinggi. Salah satu dari massa daun lamun dapat

menurunkan pencahayaan matahari di siang hari, melindungi dasar perairan

dan memungkinkan pengembangan lingkungan mikro pada dasar vegetasi.

Padang lamun merupakan habitat potensial bagi komunitas ikan untuk

berlindung, mencari makan dan memijah. Sejumlah spesies ikan menghabiskan

sebagian siklus hidup dan sepanjang hidupnya pada ekosistem padang lamun

dan terdapat juga spesies yang tidak di perdagangkan sebagai sumber makanan

penting.

Lamun adalah tumbuhan spermatophyta yang tumbuh dan

berkembang baik pada dasar perairan laut dangkal mulai daerah pasang surut

sampai dengan kedalaman 40 meter. Lamun di dunia terdiri dari dua famili, 12

genus dengan 49 spesies, dari 12 genus tersebut tujuh genus diantaranya hidup

di perairan tropis, yaitu Enhallus, Thalassia, Thalassodendron, Halophila,

Halodule, Cymodocea dan Syringodium. Jumlah spesies yang ada di daerah

tropis sebanyak 25 spesies dan 12 spesies diantaranya ada di Indonesia.

Lamun berfungsi sebagai produsen detritus dan zat hara (produsen

primer). Pendaur unsur hara, mengikat sedimen dan menstabilkan substrat

lunak dengan sistem perakaran yang padat dan saling menyilang. Dapat

menjaga dan memelihara stabilitas pantai pesisir dan lingkungan ekosistem

estuaria. Sebagai tempat berlindung, mencari makan, tumbuh besar dan


memijah bagi beberapa jenis biota laut, terutama yang melewati masa

dewasanya di lingkungan ini. Merupakan tempat tinggal dan tempat berlindung

banyak jenis biata dari pemangsa. Berdasarkan latar belakang di atas, maka

perlu dilakukan praktikum Identifikasi Jenis-Jenis Lamun.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana mengidentifikasi masing-masing jenis lamun?

2. Bagaimana membedakan dan menunjukan berbagai jenis lamun berdasarkan

spesiesnya?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengidentifikasi masing-masing jenis lamun.

2. Untuk membedakan dan menunjukan berbagai jenis lamun berdasarkan

spesiesnya.

D. Manfaat Praktikum

Manfaat yang dapat diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai

berikut:

1. Dapat mengidentifikasi masing-masing jenis lamun.

2. Dapat membedakan dan menunjukan berbagai jenis lamun berdasarkan

spesiesnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Lamun

Lamun (seegras) adalah salah satu ekosistem penting diwilayah

pesisir dan pulau-pulau kecil yang memegang peranan penting dalam

melingungi garis pantai sera daratan pulau kecil. Lamun di dunia terdiri dari

dua famili, 12 genus dengan 49 spesies, dari 12 genus tersebut tujuh genus

diantaranya hidup di perairan tropis. Daun-daun yang lebat dapat

memperlambat serta mengurangi arus dan gelombang air laut, sehingga

diperairan sekitarnya menjadi tenang, rimpang. Akar lamun dapat berperan

dalam mengikat sedimen sehingga menguatkan dan menstabilkan dasar

permukaan substrat dan yang dapat mencegah terjadinya erosi di wilayah

pesisir (Subur, dkk., 2011).

Lamun mempunyai beberapa sifat yang memungkinkannya hidup di

lingkungan laut yang bermedia air asin. Lamun mampu berfungsi normal

meskipun dalam keadaan terbenam yang mempunyai system perakaran jangkar

yang berkembang dengan baik dan mampu melaksanakan penyerbukan. Lamun

memiliki batang yang terbenam dalam pasir yang disebut rimpang. Rimpang

dan akar lamun terbenam di dalam substrat yang membuat lamun dapat berdiri

dengan kuat (Rahman, dkk., 2016).


B. Jenis-jenis Lamun

Ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem bahari yang

produktif dan sebagai sumber produktifitas primer di perairan. Salah satu peran

lamun memiliki arti penting bagi hewan yang hidup di area padang lamun,

diantaranya menyediakan daerah perawatan (nursery area) bagi banyak spesies

yang menyokong perikanan laut lepas dan untuk habitat lainnya, seperti rawa

payau, terumbu karang dan hutan mangrove. (Maabuat, dkk., 2012). Lamun

terbagi menjadi dua famili yaitu Famili Cymodoceaes (9 marga, 35 jenis) dan

Famili Hydrocharitacea (3 marga, 15 jenis). Lamun yang terdapat di daerah

tropis seperti indonesia biasanya didominasi oleh spesies Thalassia sp. Di

indonesia hingga saat ini diketahui terdapat 12 spesies lamun dari tujuh marga,

tiga di antaranya yaitu (Enhalus, Thalassia dan Halophila) termasuk suku

Hydrocaritaceae, sedangkan empat lainnya (Halodule, Cymodocea,

Syringodium dan Thallasodendron) termasuk suku cymodoceae. Tumbuhan

lamun tersebut tersebar diperairan pulau Kalimantan, Sulawesi, Jawa,

Sumatera, Bali, Nusa tenggara, Papua, Ambon dan Maluku utara (Pranata,

2018).

C. Ciri-ciri Lamun

Lamun memiliki bentuk vegetatif yang memperlihatkan karakter

tingkat keseragaman yang tinggi. Hampir semua genera memiliki rhizoma yang

sudah berkembang dengan baik dan bentuk daun yang memanjang (linear) atau

berbentuk sangat panjang seperti ikat pinggang (belt), kecuali jenis Halophila
memiliki bentuk lonjong. Berbagai bentuk pertumbuhan tersebut mempunyai

kaitan dengan perbedaan ekologi lamun Lamun memiliki akar sejati, daun,

pembuluh internal yang merupakan sistem yang menyalurkan nutrien, air dan

gas (Mandasari, 2014). Mutu kesehatan ekosistem lamun dapat dievaluasi pada

3 tingkatan. Pertama, tingkat individu, yakni segi fisiologi dan morfologi

tanaman, seperti panjang dan jumlah daun. Kedua, tingkat komunitas yang

meliputi komposisi spesies lamun dan struktur komunitas makrozoobentos.

Ketiga, tingkat landskap seperti persen penutupan. (Taurusman, dkk., 2013).

D. Habitat Lamun

Padang lamun memiliki habitat yang keseimbangannya dipengaruhi

oleh beberapa faktor antara lain suhu. Kecepatan arus, kecerahan, salinitas,

fraksi substrat dasar, keberadaan fitoplankton dan zooplankton dan kerapatan

jenis lamun. Padang lamun umumnya termasuk padang vegetasi campuran

yang sering di jumpai di daerah pasang surut bawah dan subtidal atas. Lokasi

padang lamun biasanya terletak diantara ekosistem mangrove dan ekosistem

terumbu karang (Riniatsih, 2016).

Ekosistem lamun sangat berhubungan erat dan berinteraksi serta

sebagai matarantai dan sebagai penyangga dengan ekosistem mangrove di

pantai pesisir dan terumbu karang condong kearah laut (Harpiansyah, dkk.,

2014). Parvozosterid dan Halophilid dapat ditemukan pada hampir semua

habitat, mulai dari dasar pasir kasar sampai ke lumpur yang lunak, mulai dari

daerah pasang surut sampai ke tempat yang cukup dalam dan mulai dari laut

terbuka sampai ke estuary, bahkan Halophila telah didapatkan dari kedalaman


90 m. Beberapa jenis lamun juga ditemukan di substrat pasir berlumpur dan

substrat pasir pecahan karang (Kiswara dan Hutomo, 2000).

E. Fungsi Fisiologis

Padang lamun merupakan salah satu ekosistem yang berada di

perairan pesisir yang memiliki produktivitas tertinggi setelah terumbu karang.

Massa daun lamun juga akan menurunkan pencahayaan matahari di siang hari,

melindungi dasar perairan dan memungkinkan pengembangan lingkungan

mikro pada dasar vegetasi. Lamun merupakan habitat potensial bagi komunitas

ikan untuk berlindung, mencari makan dan memijah. Daerah padang lamun

hidup berbagai jenis biota laut seperti ikan, krustasea, mollusca dan

Echinodermata. Jenis hewan tersebut membentuk jaring-jaring makanan yang

sangat kompleks, sehingga terjadi aliran energi dan terdapat pula alga dan

fitoplankton yang menempel pada daun lamun (epifit) atau di sekitar perairan

tersebut. Lamun efektif menambah substrat daerah permukaan padang lamun

untuk flora epifit dan fauna. Lamun mengurangi aksi gelombang dan pasang

surut dapat mereduksi gerakan air, mineral terlarut, dan partikel organik

terlarut (Ira dkk., 2012).

Padang lamun merupakan ekosistem yang sangat dinamik. Hal ini

dapat dilihat dari besarnya perubahan dalam struktur dan fungsinya yang

terjadi sepanjang waktu. Selain itu padang lamun merupakan salah satu

ekosistem yang paling produktif dan mempunya diamana perannya sebagai

habitat dan naungan dari berbagai jenis biota laut lebih besar dibanding
perannya sebagai produsen primer selain itu perananan fisiologis sebagai

stabilisator substrat dasar pesisir. (Riniatsih, 2016)


III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu, 24 Januari 2021 pukul

09.00 – Selesai WITA dan bertempat di Tanjung Tiram, Konawe Selatan,

Sulawesi Tenggara.

B. Alat Praktikum

Alat yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Alat dan kegunaan


No. Nama Alat Kegunaan
1. Alat tulis Untuk mengidentifikasi organisme laut
2. Kamera Untuk mendokumentasikan hasil pengamatan
3. Buku Identifikasi Untuk mengetahui sifat dan ciri objek pengamatan

C. Bahan Praktikum

Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu lamun berguna

sebagai objek pengamatan.

D. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum ini yaitu sebagai berikut:

1. Menentukan lokasi pengamatan.

2. Mengamati lamun meliputi ciri-ciri dan morfologi.

3. Mengidentifikas jenis-jenis lamun dan menentukan klasifikasinya

4. Mendokumentasikan hasil pengamatan.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum identifikasi jenis-jenis lamun dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 2. Hasil Pengamatan Lamun


N Jenis Gambar Lapangan Gambar Literatur Klasifikasi
o.
1 2 3 4 5
1. Thalassia hemprichii Regnum : Plantae
Divisi : Antophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Helobiae
Famili : Hydrocharitaceae
Genus : Thalassia
Spesies : Thalassia hemprichii

(Alprianti, 2018).

(Rawung dkk., 2016)


2. Enhalus acroides Regnum : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Alismatales
Famili : Hydrocharitaceae
Genus : Enhalus
Spesies : Enhalus acoroides

(Irawan, 2015).

(Rawung dkk., 2016)


3. Halodule uninervis Regnum : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Alismatales
Famili : Cymodoceaceae
Genus : Halodule
Spesies : Halodule uninervis

(Rawung, 2018).

(Rawung dkk., 2016)


Tabel 2. Lanjutan
Tabel 3. Deskripsi Lamun
No. Jenis Deskripsi
1. Thalassia hemprichii Ciri-ciri umum Thallasia hemprichii memiliki ciri khusus rhizoma yang beruas-ruas. Ujung daun
berbentuk setengah lingkaran dengan tepi daun mulus tidak bergerigi. Panjang daun pada subsrat
pasir berlumpur memiliki rata-rata 79,80 mm dan rata-rata panjang daun pada substrat pasir pecahan
karang yaitu 77,57 mm. Thalassia hemprichii di daerah ini tumbuh pada substrat pasir berlumpur dan
subsrat pasir pecahan karang (Rawung, 2018).

2. Enhalus acroides Ciri-ciri umum Enhalus acoroides merupakan salah satu lamun yang mempunyai morfologi yang
besar. Enhalus acoroides memliki rambut-rambut berwarna hitam yang tumbuh pada rhizoma dan
memiliki akar yang banyak. Ujung daun tumbuhan ini terdapat gerigi. Enhalus acoroides di daerah ini
tumbuh pada substrat pasir, pasir berlumpur dan pasir pecahan karang (Rawung, 2018).
3. Halodule uninervis Ciri-ciri umum Halodule uninervis memiliki rhizoma berukuran kecil dan berwarna putih. Halodule
uninervis memiliki karakteristik tulang daun yang tidak lebih dari tiga, ciri khas spesies ini adalah
ujung daun yang berbentuk seperti trisula. Rata-rata panjang daun 37,83 mm dan rata-rata lebar daun
2,22 mm. Halodule uninervis pada daerah ini tumbuh pada substrat pasir berlumpur (Rawung, 2018).
B. Pembahasan

Lamun (seagrass) adalah salah satu ekosistem penting diwilayah

pesisir dan pulau-pulau kecil yang memegang peranan penting dalam

melindungi garis pantai serta daratan pulau kecil. Daun-daun lamun yang lebat

berperan dalam memperlambat serta mengurangi arus dan gelombang air laut,

sehingga diperairan sekitarnya menjadi tenang. Rimpang dan akar lamun dapat

mengikat sedimen sehingga menguatkan dan menstabilkan dasar permukaan

substrat dan yang dapat mencegah terjadinya erosi di wilayah pesisir. Jenis

lamun yang secara umum ditemukan pada perairan tropis yaitu E. acoroides,

Royle, T. Hemprichii, Ascherson, Halophila ovalis, Cymodocea rotundata dan

Syringodium isoetifolium.

Berdasarkan hasil pengamatan mengenai identifikasi jenis-jenis

lamun, maka di Tanjung Tiram terdapat tiga jenis lamun dengan ciri secara

morfologi berbeda-beda yaitu, Thalassia hemprichii, Enhalus acroides dan

Halodule uninervis. Thalassia hemprichii merupakan lamun yang memiliki

karakter bisa tumbuh dengan jenis lain dan dapat tumbuh hingga kedalaman 25

meter, sering dijumpai pada substrat berpasir. Daun bercabang dua (distichous)

dan tidak berpisah. Akar tidak tertutupi dengan jaringan hitam, dengan serat-

serat kasar. Rimpangnya berbuku-buku, panjang daun maksimal 8,5 cm, serta

ujung daun membukit dan kasar.

Jenis lamun Thalassia hemprichii merupakan jenis yang dijumpai

menyususn vegetasi tunggal. Jenis lamun ini dapat hidup di berbagai jenis

substrat mulai dari substrat lumpur, berpasir sangat halus sampai berpasir
kasar. Jenis lamun ini merupakan jenis yang kehadirannya tertinggi

dibandingkan jenis lamun lainnya. Thalassia hemprichii memiliki kemampuan

adaptasi yang baik terhadap berbagai jenis substrat sebagai tempat tumbuhnya.

Ujung daunnya membulat, halus dan pinggiran rapi, rimpang tebal, berbuku

jelas dengan warna coklat berselang seling dan akar terselubung tebal

(Setiawati dkk., 2018).

Enhalus acroides merupakan jenis lamun yang disebut juga dengan

lamun tropika. Jenis lamun ini memiliki akar yang kuat dan diselimuti oleh

benang-benang hitam yang kaku. Daun berwarna hijau pekat, daunnya panjang

dan lebar seperti sabuk. Daun mempunyai tulang daun, dan terdapat dalam

pasangan pelepah bonggol. Bagian rhizoma terdapat semacam rambut yang

merupakan akar dan akar lainnya yang menjulur ke bawah berwarna putih dan

kaku. Tumbuhan ini terdapat di bawah air surut rata-rata pada pasang surut

purnama pada dasar pasir dan lumpur. Menurut (Rizaldi dkk., 2018) bahwa

Enhalus acroides memiliki karakteristik rhizome berukuran 1,5-1,8 cm, akar

berwarna putih, daun berbentuk seperti pita dengan pinggiran daun yang

menebal dan lebar. Rambut-rambut akar kaku dan keras.

Lamun jenis Halodule uninervis memiliki karakteristik yaitu

membentuk padang lamun jenis tunggal pada rataan terumbu karang yang

sudah rusak. Tiap nodus hanya terdiri dari satu tegakan, tiap tangkai daun

terdiri dari 1 sampai 2 helai daun. Tiap nodus berakar tunggal dan banyak,

tidak bercabang. Rimpangnya berbuku-buku. Jarak antar nodus + 2 cm, ujung

daun membentuk gelombang menyerupai huruf W. Menurut (Wirawan, 2014)


Halodule uninervis merupakan jenis lamun yang memiliki tulang daun yang

tidak lebih dari tiga, ciri khas daunnya berbentuk seperti trisula. Panjang daun

rata-rata 37,83 mm dan lebar 2,22 mm. Jenis lamun Halodule uninervis ini

merupakan lamun yang dapat tumbuh pada substrat pasir berlumpur.

Pertumbuhannya cepat dan merupaka jenis pionir.


V. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh

simpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Jenis lamun dapat diidentifikasi sesuai dengan divisi, kelas, subkelas, ordo,

famili, genus dan spesies.

2. Jenis lamun yang ditemukan diantaranya Thalassia hemprichii, Enhalus

acroides dan Halodule uninervis. Perbedaan antara ketiga jenis lamun

tersebut adalah yaitu terletak pada ciri morfologinya.

B. Saran

Saran yang dapat diajukan pada praktikum ini yaitu :

1. Untuk asisten agar selalu semangat dan sabar dalam membimbing

praktikannya.

2. Untuk praktikan sebaiknya lebih aktif lagi dalam pelaksanaan praktikum

dan lebih menjaga sopan santun.


DAFTAR PUSTAKA

Harpiansyah, P.A dan Yandri, F., 2014, Struktur Komunitas Padang Lamun di
Perairan Desa Pengudang Kabupaten Bintan, Jurnal Ilmu Kelautan dan
Perikanan, 5(2): 1

Ira, O. D., dan Juliati, 2012, Kerapatan dan Penutupan Lamun pada Daerah
Tanggul Pemecah Ombak di Perairan Desa Terebino Propinsi Sulawesi
Tengah, Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumber daya Perairan, 2(4) : 89-90

Kiswara, W., dan Hutomo, W., 2010, Habitat dan Sebaran Geografik Lamun,
Jurnal Oseana, 10(1) : 21-30

Maabuat, P.V., Sampekalo, J., dan Simbalal. H. E. I., 2 012, Keanekaragaman


Lamun di Pesisir Pantai Molas, Kecamatan Bunaken Kota Manado, Jurnal
Bioslogos, 2(1) : 20-23

Mandasari, A.M R., 2014, Hubungan Kondisi Padang Lamun dengan Sampah
Laut di Pulau Barrang lompo, Skripsi, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Pranata, A, Inengah, S, Asri, P.P., 2018, Jenis-Jenis Lamun (Seagrass) di


Kecamatan Tinangkung Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah, Jurnal of
science and technology, 7(3): 349-357
Rahman, A.A, Nur, A.I dan Ramli, M., 2016, Studi Laju Pertumbuhan Lamun
(Enhalus acoroides) di Perairan Pantai Desa Tanjung Tiram Kabupaten
Konawe Selatan, Jurnal Sapa Laut, 1(1):10

Riniatsih, I., 2016, Struktur Komunitas Larva Ikan pada Ekosistem Padang Lamun
di Perairan Jepara, Jurnal Kelautan Tropis, 19(1): 21

Rizaldi, R., Woro, H. S. dan Sudarno, 2018, Isolasi dan Karakterisasi Bakteri
Proteolotik yang Berasosiasi dengan Lamun Enhalus acroides di Pantai
Barma, Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 10 (1) : 10

Setiawati, T., Maryam, A., Zainal, M. dan Muhammad, N., 2018, Studi Morfologi
Beberapa Jenis Lamun di Pantai Timur dan Pantai Barat Cagar Alam
Pangandaran, Jurnal Pro-Life, 5 (1) : 490

Subur, R., Yulianda, F., Susilo S.B., dan Fahruddin, A., 2011, Kapasitas Adaptif
Ekosistem Lamun (Seagrass) di Gugus Pulau Guraici Kabupaten
Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara, Jurnal Agribisnis, 12(3) : 207-
208
Taurusman, A. A., Isdahartati, Sheliadesti, dan Ristiani, 2013, Pemulihan Stok
dan Restorasi Habitat Teripang: Status Ekosistem Lamun di Lokasi
Restocking Pulau Pramuka dan Pulau Kelapa Dua, Kepulauan Seribu,
Jakarta, Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI), 18(1) : 1-4

Wirawan, A. A., 2014, Tingkat Kelangsungan Hidup Lamun yang di


Transplantasi secara Multispesies di Pulau Barang Lompo, Skripsi, Jurusan
Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas
Hasanuddin, Makassar.

Anda mungkin juga menyukai