Anda di halaman 1dari 13

Kelompok 13

Aqil Anshori (C1N021070)

M.Rahmadin (C1N021078)

Nurul Ihwani (C1N021084)

Roslina (C1N021086)

Sabira Yuliandini (C1N021088)

1. A. Lamun mengembangkan adaptasi ekologi, fisiologi dan morfologi agar sepenuhnya


dapat hidup di bawah permukaan air laut. Adaptasi tersebut berupa transport gas internal,
epidermal kloroplas dan polinasi penyebaran biji di bawah permukaan air laut.

b)pada umumnya lamun mempunyai morfologi tersendiri untuk bagian di atas tanah (above
ground) dan bagian di bawah tanah (below ground). Bagian di bawah tanah, pada umumnya
terdiri atas akar sebagai penjangkaran dan rhizome sebagai bagian penyangga. Bagian di atas
tanah sebagai tunas yang berkembang menjadi beberapa daun. Selembar daun biasanya
mempunyai pelepah/seludang daun yang fungsinya untuk melindungi apikal meristem dan
perkembangan daun (Azkab, 2006)

2.a) Jumlah spesies lamun yang ditemukan di seluruh dunia sekitar 72 spesies

b)Sebaran ekosistem lamun di dunia diprediksi memiliki pusat keanekaragaman yang berada di
perairan Indo-Pasifik (Nugraha et. al, 2023), sebaran jenis-jenis lamun di seluruh dunia
dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan dan geografis, antara lain:

1. Suhu Air, Lamun memiliki preferensi suhu air tertentu untuk pertumbuhannya. Jenis-
jenis lamun tertentu mungkin lebih umum di perairan dengan suhu tertentu.

2. Kedalaman Air, Beberapa jenis lamun tumbuh di perairan dangkal sementara yang lain
dapat ditemukan di kedalaman yang lebih dalam. Kedalaman air mempengaruhi distribusi
spesies lamun.
3. Salinitas, Lamun biasanya tumbuh di perairan dengan salinitas yang relatif stabil.
Perubahan salinitas yang ekstrem dapat mempengaruhi pertumbuhan lamun.

4. Intensitas Cahaya, Lamun membutuhkan cahaya matahari untuk fotosintesis.

5. Kualitas Air, Kualitas air, termasuk tingkat polusi dan keberadaan bahan kimia berbahaya,
dapat mempengaruhi sebaran lamun.

6. Tekanan Manusia, Aktivitas manusia seperti pembangunan pantai, penangkapan ikan


yang merusak lamun, polusi, dan pemanasan global dapat mengancam habitat lamun dan
mengubah sebaran mereka.

7. Habitat, Jenis lamun tertentu memiliki preferensi habitat yang berbeda, seperti lamun
yang tumbuh di pasir atau lumpur.

8. Arus Laut dan Gelombang, Pola arus laut dan intensitas gelombang di suatu wilayah
dapat mempengaruhi distribusi lamun.

9. Interaksi dengan Spesies Lain, Persaingan dengan spesies lain, termasuk hewan herbivora
yang memakan lamun

3.a) Terdapat 16 jenis lamun di Indonesia dari sekitar 60 jenis yang ada di dunia. Beberapa di
antaranya sangat umum ditemukan di Perairan Indonesia, seperti Enhalus acoroides, Thalassia
hemprichii, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Haludole pinifolia, Halodule uninervis,
Halophila decipiens, Halophila ovalis, Halophila minor, Halophila spinulosa, Syringodium
iseotifolium, dan Thalassodendron ciliatum. Dua jenis lainnya, Halophila sulawesii merupakan
jenis lamun baru yang ditemukan dan Halophila major yang ditemukan dibeberapa lokasi di
Indonesia. Sedangkan untuk Ruppia maritima dan Halophila becarii hanya ditemukan dalam
bentuk herbarium di Ancol dan Pasir Putih (Julianinda et al., 2022)

b)Bisa terjadi bisa tidak

c)Adanya spesies baru maupun jenis itu tergantung keberadaan lamun itu sendiri, sebab spesies
lamun yang diketahui termasuk identifikasi tetap bukan lanjutan. Jika lanjutan persentasi
munculnya spesies baru tergolong ada dari beberapa jenis yang telah diketahui.
4. a. Nilai ekonomi berbasis pemanfaatan atau penggunaan use value yang terdiri dari
penggunaan langsung, penggunaan tidak langsung, nilai pilihan, keberadaan (Adrianto et al.,
2004 dalam Agustina, 2014). moneter (Fauzi, 2004 dalam Wahyuningsih, 2015). Penilaian
berdasarkan harga non - pasar yakni sumberdaya alam selain menghasilkan barang dan jasa yang
dapat di konsumsi baik langsung maupun tidak langsung, juga menghasilkan jasa-jasa
lingkungan yang memberikan manfaat dalam bentuk lain, seperti ketenangan, keindahan dan lain
sebagainya (Fauzi, 2004 dalam Wahyuningsih, 2015).

5. a. Merujuk pada kemampuan toleransi lamun pada kadar salinitas cukup tinggi dan sejarah
evolusinya, dapat ditarik sebuah hipotesa bahwa lamun dapat hidup di air tawar. Dalam buku
yang berjudul Ekosistem Lamun (Seagrass), M. Ghufran (2011) mengutip perkataan
Supriharyono (2007) yang menyatakan bahwa adanya limbah air tawar sering diindikasikan
dengan tumbuhnya jenis-jenis lamun tertentu yang berlebih ditepian pantai. Hal ini bisa saja
mengindikasikan bahwa lamun jenis tertentu yang dimaksud Supriharyono adalah jenis lamun
yang ‘suka’ air tawar. Bahkan sebuah sumber menyebutkan bahwa dari 4 famili lamun yang
diketahui, 2 berada di perairan Indonesia yaitu Hydrocharitaceae dan Cymodoceae. Famili
Hydrocharitaceae dominan merupakan lamun yang tumbuh di air tawar sedangkan 3 famili lain
merupakan lamun yang tumbuh di laut.

b.Rahmawati et al. (2014), lamun ialah salah satu tumbuhan ekosistem sumberdaya alam yang
terdapat diperairan dangkal dan memiliki banyak sekali manfaat bagi biota yang berasosiasi dan
lingkungan disekitarnya. Lamun ini sendiri juga dikatakan sebagai sumber kehidupan bagi
kehidupan biota laut yang bernaung di dalamnya. Berbagai kegiatan masyarakat di Perairan,
seperti penangkapan siput gonggong yang diduga banyak terinjak oleh manusia, dan area
tambatan perahu yang dikhawatirkan dapat merusak lamun, kemudian tidak ada aktivitas
masyarakat sebagai pembanding. Akibat banyaknya tekanan dari kegiatan manusia yang semakin
meningkat dikhawatirkan mengakibatkan kerusakan dan hilangnya padang lamun dimana
mempengaruhi kehidupan biota laut dan akan menurunkan keanekaragaman hayati di perairan
ini.

6. a.Lamun di Indonesia membentuk suatu komunitas monospesik dan campuran. Komunitas


monospesifik terdiri atas satu spesies lamun yang membentuk hamparan luas sedangkan
komunitas campuran terdiri atas beberapa spesies lamun (Kuriandewa, 2009). Cara yang paling
mudah untuk mengidentifikasi spesies lamun yaitu menggunakan karakteristik morfologinya.
Identifikasi spesies lamun monospesifik tentu lebih mudah dilakukan karena hanya terdiri dari
satu spesies saja sementara untuk komunitas campuran diperlukan beberapa karakteristik
morfologi khusus yang dapat membedakan spesies-spesies dalam komunitas tersebut. Oleh sebab
itu, bagian kedua dari paper ini akan menjelaskan tentang struktur morfologi lamun yang
umumnya digunakan dalam proses identifikasi. Bagian selanjutnya akan menjelaskan
karakteristik morfometrik dan meristik lamun dan terakhir akan diberikan contoh identifikasi
spesies lamun yang ada di Indonesia.

b. Spesies lamun di bumi hanya ada sekitar 60 spesies yang dibagi dalam lima famili dan 12
genus (Kuo and Den Hartog, 2001). Famili yang termasuk lamun dimasukkan kedalam Divisi
Agnoliophyta (Angiosperms), Kelas Liliopsida (Monocotyledons), Subkelas Helobiae
(Alismatidae), Ordo Hydrocharitales (Hydrocharitaceae) dan Potamogetonales. Lima famili yang
termasuk kedalam lamun yaitu Zosteraceae, Posidoniaceae, Cymodoceaceae, Hydrocharitaceae,
dan Ruppiaceae (Hogarth, 2015).

Spesies lamun yang ditemukan di Indo-Pasifik yaitu Cymodocea angustata, Cymodocea


rotundata, Enhalus acoroides, Halodule pinifolia, Halodule uninervis, Halophila beccarii,
Halophila capricornii, Halophila decipiens, Halophila hawaiiana, Halophila ovalis, Halophila
ovata, Halophila spinulosa, Halophila stipulacea, Syringodium isoetifolium, Thalassia hemprichii,
dan Thalassodendron ciliatum(Kirkman and Walker, 1989).

Kebanyakan padang lamun bersifat monospesifik terutama di daerah yang beriklim sedang,
tetapi hal ini tetap berlaku meskipun di daerah tropis dan subtropis dengan keanekaragaman
multispesifik. Meskipun kekayaan jenis di padang lamun tinggi, jumlah spesies tertentu dapat
sangat signifikan, keanekaragaman spesies dan rata-rata kotribusinya pada komunitas lamun
biasanya rendah, bahkan di padang lamun tropis, distribusi biomassanya miring. Lamun lebih
bervariasi dibandingkan tanaman daratan dan makrophyta (Hemminga and Duarte, 2000)

7. A. Lamun yang tidak terendam air laut sehingga terkena paparan sinar matahari tidak
memiliki dampak negatf, namun tergantung pada kondisi suhu dan nutrisi perairan tersebut.
Eggy Gotham.(2022). Ekosistem Padang Lamun. Acedemia.
B. Lamun mampu beradaptasi dengan surut terendah air laut. Lamun mampu beradaptasi
dengan kondisi lingkungan perairan yang berbeda, termasuk surut terendah udara laut. Lamun
jenis tertentu tumbuh di daerah dangkal dan selalu terbuka saat air surut yang kedalamannya
mencapai kurang dari 1 m saat surut terendah.

8. A. perkembangbiakan seksual dapat dilakukan dengan hidrophilus atau penyerbukan. Amos


Pangkatana. (2017). Lamun (seagrass). Slideshare.

B. lamun adalah jenis tumbuhan laut yang memiliki bunga jantan dan bunga betina terpisah,
tidak ada yg menjelaskan lamun memiliki sifat hermaproditisme seperti pada ciri-ciri seksual
ikan.

C. Perkembangbiakan aseksual terjadi dengan terbentuknya stolon. Amos Pangkatana. (2017).


Lamun (seagrass). Slideshare.

D. Lamun lebih efektif berkembang biak secara aseksual daripada seksual, karena rimpang
yang sering terkubur di dalam substrat dapat meluas dan berperan besar dalam
perkembangbiakan seksual. Amos Pangkatana. (2017). Lamun (seagrass). Slideshare.

E. keberhasilan reproduksi lamun dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti salinitas, kedalaman,
jenis substrat, suhu, dan musim.

9. A. fungsi oksigen bagi lamun adalah mengangkutnya dari daun ke akar untuk respirasi dan
penyerapan nutrisi.

B. Ketersediaan oksigen terlarut dari flankton yang cukup di perairan sangat penting bagi
kelangsungan hidup perairan, termasuk lamun.

C. Salah satu fungsi akar lamun adalah sebagai penyimpan oksigen untuk proses fotosintesis
yang diangkut dari lapisan epidermis daun melalui proses difusi.

D. Pada sebuah penelitian, lamun dapat menghasilkan 10 liter oksigen dalam luas 1 meter
persegi. Namun pada saat lamun tidak dapat menghasilkan oksigen, seperti pada saat dorman,
lamun masih dapat memperoleh oksigen melalui akarnya. Oksigen diangkut dari daun ke akar
dan digunakan untuk respirasi dan penyerapan nutrisi.
10. A. Dari aspek lingkungan lamun berperan sebgai pondasi spesies (Waycott et al 2009).
Hal ini dapat dibuktikan dari berbagai jenis hewan yang membuat tempat atau lubang (burrows)
dan selanjutnya menjadi habitat spesies lain (Coleman dan Williams 2002), fungsi lamun yang
cukup esensial di lingkungan laut adalah sebagai produktivitas primer dari proses fotosintesisnya
(Willams et al. 2006). Selain itu lamun di lingkungan laut adalah habitat dan tempat mencari
makan berbagai jenis hewan seperti invertebrata, ikan dan burung (Waycoot et al 2009). Oleh
karena itu keberadaan lamun di lingkungan laut untuk keberlanjutan dari keragaman jenis ikan
karang yang memanfaatkan lamun sebagai tempat mencari makan (Cullen dan Unsworth 2010).

Beberapa alasan sehingga Lamun menjadi habitat yang disenangi oleh berbagai biota yaitu:

• Lamun efektif menambah substrat daerah permukaan Padang Lamun untuk flora epifit dan
fauna

• Lamun mengurangi aksi gelombang dan pasang surut sehingga sangat baik untuk
beberapahewan/ fauna

• Lamun dapat mereduksi gerakam air, mineral terlarut, dan partikel organik terlarut dengan
mudah sehingga menjadi sumber partikel sebagai makanan bagi biota

• Padatnya daun Lamun melindungi dasar laut dari sinar matahari dibandingkan dengan daerah
yang tidak ditumbuhi oleh Lamun sehingga menyebabkan padatnya hewan Benthos

• kondisi Padang Lamun yang terlindungi dengan suplai makanan yang tinggi membuat Lamun
menjasi daya tarik bagi juvenil nekton dan nekton ukuran besar.

B.Keberadaan biota-biota tersebut pada lamun memberikan keuntungan (benefit),


dengan keberadaan biota-biota tersebut memungkinkan ekosistem lamun mempunyai potensi
yang cukup besar dalam menunjang produksi perikanan diwilayah pesisir. Dan bagi lamun
dengan keberadaan biota-biota tersebut seperti contohnya makrozoobentos yang mempunyai
kebiasaan untuk menggali tanah, hal tersebut dapat menguntungkan bagi lamun karena kegiatan
tersebut membantu lamun mendapatkan oksigen yang lebih

11. A.Aktivitas antropogenik merupakan penyebab kerusakan yang cukup dominan pada
ekosistem padang lamun. Kegiatan perikanan yang tidak ramah lingkungan seperti menangkap
ikan dengan potassium sianida telah berdampak pada menurunnya nilai dan kerapatan spesies
lamun. Pemanfaatan lamun secara berlebih untuk limbah pertanian, industri, dan rumah tangga
yang dibuang ke laut juga berpengaruh pada masalah kesehatan ekosistem lamun.

Over-ekploitasi secara langsung berdampak terhadap menurunnya kualitas fungsi lamun untuk
keberlanjutan keragaman jenis biota yang berasosiasi dengan lamun di lokasi studi. Dalam hal ini
Norse (1993) dalam Larkum et al (2006) menyebutkan ancaman serius dari kerusakan lamun
berasal dari exsploitasi yang melebihi kemampuan pulih. Namun demikian informasi tentang
sumber kerusakan lamun merupakan bagian yang sangat penting sebagai dasar pertimbangan
dalam konservasi dan pengelolaan yang berkelanjutan (Coles et al 2008).

B. Padang lamun yang telah terdegradasi dapat pulih kembali salah satu cara memulihkannta
yaitu dengan cara Transplantasi lamun yaitu salah satu upaya mengatsi degradasi ekosistem
padang lamun hal ini dilakukan untuk menjaga dan melestarikan keberadaan ekosistem pada g
lamun.

12.Padang lamun dipengaruhi oleh aktivitas kegiatan pertambangan, aktivitas pengerukan pasir,
dan pengendapan dekat pantai akibat penimbunan lumpur dan racun.Pengaruhpenggunaan
pestisida pada kolam ikan dan tambak udang dapat menyebabkan eutrofikasi yang berdampak
buruk bagi ekosistem lamun disekitar tambak. Peningkatan muatan sedimen ke laut dapat
meningkatkan jumlah nutrien. Hal ini memacu pertumbuhan alga epifitik yang dapat
menghalangi lamun memperolehsinar matahari sehingga dapat mengalami kematian.Selain itu
tingginya tingkat penggunaan dinamit untuk menangkap ikan seperti di wilayah Indonesia dapat
merusak padang lamun dan menurunkan biodiversitas lamun dan fauna asosiasi. Kondisi padang
lamun secara keseluruhan mengalami penurunan, baik dari kelimpahan maupun jenisnya
disebabkan oleh aktivitas manusia dalam zona pemanfaatan pariwisata.

13.Apa yang dimaksud konsep karbon biru (blue carbon) ekosistem lamun?

Blue carbon adalah istilah yang digunakan untuk cadangan emisi karbon yang diserap,
disimpan dan dilepaskan oleh ekosistem pesisir dan laut. Istilah karbon biru atau blue carbon
dilatar belakangi oleh keadaan karbon yang terserap dan tersimpan di bawah air dan
berhubungan dengan perairan.
Potensi karbon biru di Indonesia sangatlah besar yakni mencapai 3.4 Giga Ton (GT) atau
sekitar 17% dari karbon biru dunia. Ekosistem blue carbon yang terdapat di daerah pesisir
sangatlah penting, karena dalam jangka panjang penyerapan dan penyimpanan karbon yang
baik dan terjaga akan membantu dalam mengurangi dampak perubahan iklim.

Ekosistem karbon biru mencakup beberapa wilayah seperti hutan mangrove, padang lamun,
estuaria/rawa air payau/rawa air asin, dan terumbu karang

A.Apakah lamun menyerap (mengambil) atau mengeluarkan (menghasilkan) karbon?

Sebagai produsen primer, lamun dapat memproduksi makanannya sendiri melalui proses
fotosintesis dengan bantuan cahaya matahari. Lamun merupakan salah satu ekosistem yang
berkontribusi terhadap penyerapan karbon melalui proses fotosintesis yang dapat disimpan
dalam bentuk biomassa pada bagian daun, rhizoma dan akar. Biomassa lamun dipengaruhi
oleh umur tegakan, komposisi, struktur tegakan dan perkembagan vegetasi . Karbon yang
diserap melalui proses fotosintesis berasal dari atmosfer yang kemudian terlarut di laut dan
disimpan dalam bentuk DIC (Dissolved Inorganic Carbon).

Fourqurean et al. (2007) mengemukakan bahwa ekosistem padang lamun di seluruh dunia
mampu menyimpan 83.000 metrik ton karbon dalam setiap kilometer persegi. Angka ini
adalah dua kali lipat dari kemampuan hutan menyerap karbon: yaitu sekitar 30.000 metrik ton
dalam setiap kilometer perseginya. menemukan bahwa stok karbon lamun total di Pulau
Barranglompo sebesar 73,86 ton, terdiri dari 56,55 ton (76,3%) tersimpan di bawah substrat
(below ground) dan 17,57 ton (23,7%) tersimpan di atas substrat (above ground). Kedua
peneliti itu menyatakan bahwa hamparan lamun menyimpan 10 persen dari kandungan karbon
di lautan di seluruh dunia. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui kemampuan lamun dalam
menyerap dan memindahkan karbon dalam jumlah besar dari atmosfer setiap harinya, dan
mengendapkannya dalam badan tumbuhan (biomassa) atau sedimen untuk waktu yang lama.
Maka dari itu jasa ekosistem padang lamun sangat diperlukan dalam penyerapan karbon
(carbon sequestration).

B.Bagaimana strategi lamun dalam mengelola jumlah/stok karbon tersebut


Lamun memiliki peran penting dalam mengelola stok karbon biru, yaitu penyimpanan karbon
di ekosistem perairan. Beberapa strategi yang digunakan oleh lamun dalam mengelola jumlah
stok karbon biru meliputi:

1. Penyimpanan Karbon: Lamun dapat menyerap karbon dioksida (CO2) dari air laut selama
fotosintesis mereka. Karbon yang diserap disimpan dalam jaringan lamun, termasuk akar
dan rizoma.
2. Pemeliharaan Biomassa: Dengan tumbuh dan berkembang, lamun mempertahankan
biomassa yang tinggi. Ini berarti bahwa sejumlah besar karbon disimpan dalam jaringan
lamun, yang jika terganggu bisa mengeluarkan karbon ke dalam perairan.
3. Perlindungan Terhadap Erosi: Akar lamun membantu mengikat sedimen di dasar perairan.
Ini membantu mencegah erosi dan pelepasan karbon yang terkandung dalam sedimen ke
dalam perairan.
4. Perlindungan terhadap Gelombang: Lamun juga berperan dalam meredam gelombang laut,
yang dapat membantu mengurangi kerusakan pantai dan erosi.
5. Ekosistem Keseimbangan: Kesehatan lamun penting dalam menjaga keseimbangan
ekosistem laut yang lebih besar. Ini membantu menjaga stok karbon biru di ekosistem
perairan.

14. Apakah lamun membutuhkan nutrien untuk mendukung kelangsungan hidupnya? Nutrien
apa saja yang digunakan oleh lamun? Jelaskan!

lamun (Wibowo et al., 2020). Subsrat sangat berpengaruh terhadap nilai tutupan lamun
dikarenakan adanya konsentrasi nutrien. Hal ini dikarenakan proses produksi oleh lamun
dilakukan dengan memanfaatkan konsentrasi nutrien yang berada pada subsrat atau sedimen
sebagai habitatnya (Wangkanusa et al., 2017). Lamun memperoleh nutrien melalui jaringan akar
pada sedimen dan daun pada kolom air.Konsentrasi nutrien nitrat dan fosfat pada sedimen lebih
tinggi dibandingkan kolom air. Lamun cenderung memanfaatkan nutrien didalam sedimen
dibandingkan kolom air. Subsrat mengandung beberapa nutrien yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan lamun . Nutrien nitrat dan fosfat merupakan faktor pembatas
(limiting factors) bagi pertumbuhan lamun . Ketersediaan nutrien di perairan dan sedimen
berbanding lurus dengan aktivitas biota laut. Semakin tinggi konsentrasi nutrien maka semakin
tinggi juga keberadaan biota laut.
Sumber utama nitrat dan fosfat berasal dari perairan itu sendiri ataupun aktivitas di daratan yang
terurai oleh bakteri menjadi nutrien . Konsentrasi nitrat dan fosfat berperan penting dalam
pertumbuhan dan metabolisme tumbuhan serta salah satu indikator untuk menentukan kualitas
kesuburan suatu perairan . Fosfor merupakan nutrien yang berperan dalam produktivitas primer
dan salah satu nutrien utama yang digunakan untuk menentukan kestabilan pertumbuhan
vegetasi, proses pembelahan sel, penyusunan lemak dan protein serta membantu perkembangan
jaringan meristem . Fosfor bermanfaat untuk tanaman dalam pertumbuhan generatif yang
membantu dalam pembentukkan bunga, biji dan akar, apabila ketersediaan fosfat berkurang
maka akan menghambat pertumbuhan lamun.Nutrien lain yang dibutuhkan lamun adalah nitrat,
Nitrat merupakan nutrien yang dibutuhkan dalam siklus nitrogen dan fotosintesa protein. Hal ini
disebabkan karena nitrat berfungsi dalam pembentukkan klorofil, protein, protoplasma dan asam
nukleat penting pada pertumbuhan dan perkembangan semua jaringan hidup lamun (Putri et
al.,2022).

15. A.Nutrien apa saja yang melibatkan tumbuhan lamun dalam proses daur ulangnya?

Tumbuhan lamun, seperti rumput laut dan alga, memainkan peran penting dalam daur ulang
unsur hara di lingkungan perairan. Beberapa unsur hara yang melibatkan tumbuhan lamun
dalam proses daur ulang termasuk:

1. Karbon (C): Tumbuhan lamun mengambil karbon dioksida (CO2) dari air dan mengubahnya
melalui fotosintesis menjadi senyawa organik, sehingga membantu dalam siklus karbon di
ekosistem perairan.

2. Nitrogen (N): Tumbuhan lamun dapat menyerap nitrogen dari air dalam bentuk nitrat atau
amonia. Mereka juga berperan dalam mengurangi tingkat nitrat dalam ekosistem, yang dapat
membantu mengendalikan polusi.

3. Fosfor (P): Tumbuhan lamun juga dapat menyerap fosfor dari lingkungan perairan. Ini
membantu dalam mengurangi konsentrasi fosfor di air, yang dapat memengaruhi kualitas air
dan mencegah pertumbuhan alga berlebihan.

4. Oksigen (O2): Melalui fotosintesis, tumbuhan lamun menghasilkan oksigen yang sangat
penting bagi organisme air lainnya.
5. Nutrien lainnya: Tumbuhan lamun juga dapat memainkan peran dalam daur ulang unsur
hara lainnya, seperti silikon (Si) dan beberapa unsur jejak seperti besi (Fe) dan seng (Zn).

B.Apakah lamun membutuhkan biota lain dalam proses daur ulang nutrien tersebut

tumbuhan lamun seringkali memerlukan bantuan biota lain dalam proses daur ulang nutrien.
Beberapa hubungan simbiosis dan kerja sama yang terjadi antara tumbuhan lamun dan
organisme lain di lingkungan perairan termasuk:

1. Mikroba: Mikroorganisme seperti bakteri dan mikroalga dapat hidup di sekitar akar lamun.
Mereka membantu dalam pengurai bahan organik, termasuk daun-daun lamun yang gugur, dan
menghasilkan nutrien seperti nitrogen dan fosfor yang dapat diserap oleh lamun.

2. Herbivor: Organisme herbivor, seperti berbagai jenis hewan laut, makan tumbuhan lamun.
Setelah mengonsumsi lamun, mereka melepaskan limbah yang dapat berkontribusi pada daur
ulang nutrien seperti nitrogen dalam bentuk ekskreta mereka.

3. Filter Feeder: Hewan-hewan seperti kerang dan udang penghisap, yang hidup di dekat
lamun, dapat menyaring partikel organik dan inorganik dari air. Dengan melakukannya,
mereka dapat membantu membersihkan air dan memfasilitasi siklus nutrien di ekosistem
perairan.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, C.S.U., Subhan, B. & Arafat, D. 2017. Keragaman, kerapatan dan penutupan lamun di
perairan Pulau Biak, Papua. DEPIK: Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan,
6(2):122- 127. DOI: 10.13170/depik.6.2.6227

Fourqurean, J. W., Marbà, N., Duarte, C. M., Diaz-Almela, E. & Ruiz-Halpern, S.2007.. Spatial
and temporal variation in the elemental and stable isotopic content of the seagrasses
Posidonia oceanica and Cymodocea nodosa from the Illes Balears, Spain. Mar. Biol.
151, 219-232.

Gillanders, B. M . 2006. Chapter 21 Seagrasses, Fish, and Fisheries. In:Larkum, A.W.D., R. J.


Orth, and C. M. Duarte. Seagrasses: Biology, Ecology and Conservation. Netherlands,
Springers. pp. 503-506

Hidayat, W., Warpala, I. S., & Dewi, N. S. R. (2018). Komposisi jenis lamun (seagrass) dan
karakteristik biofisik perairan di kawasan Pelabuhan Desa Celukanbawang Kecamatan
Gerokgak Kabupaten Buleleng Bali. Jurnal Pendidikan Biologi Undiksha, 5(3), 133-145.

Julianinda, Y. A., Dewi, C. S. U., Dyah, R., Kurniawan, K. (2022). STUDI PUSTAKA:
DISTRIBUSI DAN SEBARAN LAMUN DI JAWA TIMUR. Journal of Fisheries and
Marine Research Vol. 6 No. 1 (2022) 120-129.

Kiswara W dan Hutomo M. 1985. Habitat dan sebaran geografik lamun. Oseania 10:21-30.

Nugraha, A. H., Syahputra, I. P., Yarbi, U. Y., Rivani, A. (2023). Sebaran Jenis dan Kondisi
Tutupan Lamun di Perairan Kepulauan Riau. Journal of Marine Research Vol 12, No. 3
Agustus 2023, pp. 431-438Listiawati, V. (2018). Peran Lamun sebagai Bioindikator
Kualitas Perairan Pesisir. In Proceeding Biology Education Conference: Biology,
Science, Enviromental, and Learning (Vol. 15, No. 1, pp. 750-754).

Oktawati. N. O., Sulististianto. E., Fahrizal. W & Maryanto. F. (2018). Nilia ekonomi
ekosistem lamun di kota Bontang. Journal EnviroScienteae, 14(3), 228-236.

Sahalessy. A., Siahainenia. L & Tupan. C. I. (2023). STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN


DAN BENTUK-BENTUK PEMANFAATAN EKOSISTEM LAMUN DI NEGERI
AMAHAI KABUPATEN MALUKU TENGAH.
Jurnal manajemen sumberdaya perairan, 19(1), 64-77.

Siswanto. E., Mulyadi. A & Windarti. (2017). JASA EKOSISTEM PADANG LAMUN DI
DAERAH KAWASAN KONSERVASI LAMUN TRIKORA (STUDI DI DESA
TELUK BAKAU) KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU. Jurnal
Berkala Perikanan Terubuk, 45(1), 59–69.

Syawal. A. M., Ira & Afu. L. O. A. (2019). LAJU PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN
HIDUP LAMUN HASIL TRANSPLANTASI DI PERAIRAN TELUK
KENDARI. Jurnal Sapa Laut, 4(2), 69-77.

Tangke, U. (2010). Ekosistem padang lamun (manfaat, fungsi dan rehabilitasi). Agrikan: Jurnal
Agribisnis Perikanan, 3(1), 9-29.

Putri,S.A.,Suryono.,Ario,R.2022.Hubungan Konsentrasi Nutrien Pada Sedimen terhadap


Persentase Tutupan Lamun di Pulau Harapan dan Kelapa Dua, Kepulauan Seribu, DKI
Jakarta,Journal of Marine Research,10(4):685-695.DOI: 10.14710/jmr.v11i4. 34176

Wibowo, R., Taufiq, N. & Ita, R. 2020, Korelasi Nitrat Fosfat Sedimen terhadap Ekosistem
Lamun di Pulau Sintok dan Bengkoang, Karimunjawa, Jawa Tengah. Journal of Marine
Research,(3): 303-310. DOI: 10.14710/jmr.v9i3.27686

Wicaksono, A., Rahmadani, P A., Jayanthi, O.W., Effendy, M., Nuzula, N.I., Kartika, A.G.D.,
Syaifullah, M., Putri, D.S. & Amalia, H. 2021. Analisa Kadar Fosfat Sebagai Parameter
Cemaran Bahan Baku Garam pada Badan Sungai, Muara, dan Pantai di Desa Padelagan
Kabupaten Pamekasan. Juvenil, 2(4): 318-323. DOI: 10.21107/juvenil.v2i4.12835

Anda mungkin juga menyukai