BAB 1
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Indonesia yang memiliki panjang garis pantai 81.000 km, mempunyai padang lamun
yang luas bahkan terluas di daerah tropika. Luas padang lamun yang terdapat di perairan
Indonesia mencapai sekitar 30.000 km2 (Kiswara dan Winardi, 1994). Jika dilihat dari pola
zonasi lamun secara horisontal, maka dapat dikatakan ekosistem lamun terletak di antara dua
ekosistem bahari penting yaitu ekosistem mangrove dan ekosistem terumbu karang (pada gambar
dibawah). Dengan letak yang berdekatan dengan dua ekosistem pantai tropik tersebut, ekosistem
lamun tidak terisolasi atau berdiri sendiri tetapi berinteraksi dengan kedua ekosistem tersebut
oleh karena itu Indonesia di kenal sebagai negara maritim. Perairan laut Indonesia kaya
akan berbagai biota laut baik flora maupun fauna. Demikian luas serta keragaman jasad– jasad
hidup di dalam yang kesemuanya membentuk dinamika kehidupan di laut yang saling
berkesinambungan(Bengen,2001).
Pada tahun belakangan ini, perhatian terhadap biota laut semakin meningkat dengan
munculnya kesadaran dan minat setiap lapisan masyarakat akan pentingnya lautan. Laut sebagai
penyedia sumber daya alam yang produktif baik sebagai sumber pangan, tambang mineral, dan
energi, media komunikasi maupun kawasan rekreasi atau pariwisata. Karena itu wilayah pesisir
dan lautan merupakan tumpuan harapan manusia dalam pemenuhan kebutuhan di masa datang.
Salah satu sumber daya laut yang cukup potensial untuk dapat dimanfaatkan adalah lamun,
dimana secara ekologis lamun mempunyai bebrapa fungsi penting di daerah pesisir. Lamun
merupakan produktifitas primer di perairan dangkal di seluruh dunia dan merupakan sumber
makanan penting bagi banyak organisme.
Ekosistem lamun merupakan salah satu sumber daya laut yang cukup potensial untuk
dapat dimanfaatkan adalah lamun, dimana secara ekologis lamun mempunyai bebrapa fungsi
penting di daerah pesisir. Lamun merupakan produktifitas primer di perairan dangkal di seluruh
dunia dan merupakan sumber makanan penting bagi banyak organisme. Biomassa padang lamun
secara kasar berjumlah 700 g bahan kering/m2, sedangkan produktifitasnya adalah 700 g
arbon/m2/hari.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI BIOEKOLOGIS
A.1 Definisi Padang Lamun
Perairan pesisir merupakan lingkungan yang memperoleh sinar matahari cukup yang
dapat menembus sampai ke dasar perairan. Di perairan ini juga kaya akan nutrien karena
mendapat pasokan dari dua tempat yaitu darat dan lautan sehingga merupakan ekosistem yang
tinggi produktivitas organiknya. Karena lingkungan yang sangat mendukung di perairan pesisir
maka tumbuhan lamun dapat hidup dan berkembang secara optimal. Lamun didefinisikan
sebagai satu-satunya tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang mampu beradaptasi secara penuh
di perairan yang salinitasnya cukup tinggi atau hidup terbenam di dalam air dan memiliki
rhizoma, daun, dan akar sejati. Beberapa ahli juga mendefinisikan lamun (Seagrass) sebagai
tumbuhan air berbunga, hidup di dalam air laut, berpembuluh, berdaun, berimpang, berakar, serta
berbiak dengan biji dan tunas.
Karena pola hidup lamun sering berupa hamparan maka dikenal juga istilah padang
lamun (Seagrass bed) yaitu hamparan vegetasi lamun yang menutup suatu area pesisir/laut
dangkal, terbentuk dari satu jenis atau lebih dengan kerapatan padat atau jarang. Sedangkan
sistem (organisasi) ekologi padang lamun yang terdiri dari komponen biotik dan abiotik disebut
Ekosistem Lamun (Seagrass ecosystem). Habitat tempat hidup lamun adalah perairan dangkal
agak berpasir dan sering juga dijumpai di terumbu karang.
Ekosistem padang lamun memiliki kondisi ekologis yang sangat khusus dan berbeda
dengan ekosistem mangrove dan terumbu karang. Ciri-ciri ekologis padang lamun antara lain
adalah :
1. Terdapat di perairan pantai yang landai, di dataran lumpur/pasir
2. Pada batas terendah daerah pasang surut dekat hutan bakau atau di dataran terumbu karang
3. Mampu hidup sampai kedalaman 30 meter, di perairan tenang dan terlindung
4. Sangat tergantung pada cahaya matahari yang masuk ke perairan.
5. Mampu melakukan proses metabolisme secara optimal jika keseluruhan tubuhnya terbenam air
termasuk daur generatif
6. Mampu hidup di media air asin
7. Mempunyai sistem perakaran yang berkembang baik.
Padang lamun adalah ekosistem pesisir yang ditumbuhi oleh lamun sebagai vegetasi
yang dominan. Lamun (seagrass) adalah kelompok tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae)
dan berkeping tunggal (Monokotil) yang mampu hidup secara permanen di bawah permukaan air
laut (Sheppard et al., 1996). Komunitas lamun berada di antara batas terendah daerah
pasangsurut sampai kedalaman tertentu dimana cahaya matahari masih dapat mencapai dasar laut
(Sitania, 1998).
Lamun merupakan tumbuhan laut monokotil yang secara utuh memiliki perkembangan
sistem perakaran dan rhizoma yang baik. Pada sistem klasifikasi, lamun berada pada Sub kelas
Monocotyledoneae, kelas Angiospermae. Dari 4 famili lamun yang diketahui, 2 berada di
perairan Indonesia yaitu Hydrocharitaceae dan Cymodoceae. Famili Hydrocharitaceae dominan
merupakan lamun yang tumbuh di air tawar sedangkan 3 famili lain merupakan lamun yang
tumbuh di laut.
Divisi : Anthophyta
Kelas : Angiospermae
Subkelas : Monocotyledonae
Ordo : Helobiae
Famili : Hydrocharitaceae
Genus : Enhalus
Species : Enhalus acoroides
Genus : Halophila
Species : Halophila decipiens,Halophila ovalis,
Halophila minor,Halophila spinulosa
Genus : Thalasia
Species : Thalasia hemprichii
Famili : Cymodoceaceae
Genus : Cymodocea
Species : Cymodocea rotundata
Cymodocea serrulata
Genus : Halodule
Species : Halodule pinifolia
Halodule uninervis
Genus : Syringodium
Species : Syringodium isoetifolium
Genus : Thalassodendron
Species : Thalassodendron ciliatum
(A) (B)
(B) (D)
(E) (F)
(G) (H)
(I) (J)
(K) (L)
Lamun tumbuh subur terutama di daerah terbuka pasang surut dan perairan pantai yang
dasarnya bisa berupa lumpur, pasir, kerikil, dan patahan karang mati, Pendukung lain adalah
kecerahan perairan yang tinggi, suhu yang stabil, dengan kedalaman sekitar 1– 10 meter. Malah
di perairan yang sangat jernih, beberapa jenis lamun ditemukan tumbuh di kedalaman 8 hingga
15 meter.
H. uninervis Membentuk padang lamun spesies tunggal padarataan karang yang rusak Halophila
decipiens Dikenal sebagai makanan duyung H. minor. H. ovalis Dapat merupakan spesies yang
dominan di daerah intertidal, mampu tumbuh sampai kedalaman 25 m H.spinulosa Merupakan
makanan duyung Syringodium isoetifolium · Thalassia hemprichii Umum dijumpai di daerah
subtidal yang dangkal dan berlumpur .
Thalassodendron ciliatum Paling banyak dijumpai, biasa tumbuh dengan spesies lain,
dapat tumbuh hingga kedalaman 25 m. Sering dijumpai pada substrat berpasir. Sering
mendominasi di zona subtidal dan berasosiasi dengan terumbu karang sampai kedalaman 30 m,
di lereng terumbu karang Karakteristik Ekologi Suhu Beberapa peneliti melaporkan adanya
pengaruh nyata perubahan suhu terhadap kehidupan lamun, antara lain dapat mempengaruhi
metabolisme, penyerapan unsur hara dan kelangsungan hidup lamun (Brouns dan Hiejs 1986;
Marsh etal. 1986; Bulthuis 1987)
Hampir semua tipe substrat dapat ditumbuhi lamun, mulai dari substrat berlumpur
sampai berbatu. Namun padang lamun yang luas lebih sering ditemukan di substrat lumpur-
berpasir yang tebal antara hutan rawa mangrove dan terumbu karang. Sedangkan sistem
(organisasi) ekologi padang lamun yang terdiri dari komponen biotik dan abiotik disebut
Ekosistem Lamun (Seagrass ecosystem). Habitat tempat hidup lamun adalah perairan dangkal
agak berpasir dan sering juga dijumpai di terumbu karang.
Contoh : Spesies lamun yang biasanya tumbuh dengan vegetasi tunggal adalah Thalassia
hemprichii, Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Halodule uninervis, Cymodocea serrulata, dan
Thalassodendron ciliatum.
EX : Tiga genus lamun yang banyak terdapat di perairan Indonesia:
1. Halophila 2. Enhalus 3. Cymodocea
Halophila
Tumbuh pada pantai berpasir, paparan terumbu, dan di dalam subtrat pasir di wilayah pasut
mulai garis pasut rata-rata sampai di bawah garis pasut terendah
Enhalus
Dijumpai tumbuh pada wilayah di bawah garis pasut rata-rata dengan substrat dasar pasir
lumpuran. Tumbuh subur di tempat yang terlindung, di bagian bawah garis pasut terendah
Cymodocea
Tumbuh pada wilayah di bawah garis pasut rata-rata yakni pantai bersubstrat dasar pasir dan
pasir berlumpur
B.1 Sebaran Jenis Lamun
Tumbuhan lamun merupakan tumbuhan laut yang mempunyai sebaran cukup luas mulai
dari benua Artik sampai kebenua Afrika dan Selandia Baru. Jumlah jenis tumbuhan ini mencapai
58 jenis di seluruh dunk (Kuo dan Me. Comb1989) dengan konsentrasi utama didapatkan di
wilayah Indo-Pasifik. Dari jumlah tersebut 16 jenis dari 7 margadiantaranya ditemukan di
perairan Asia Tenggara, dimana jumlah jenis terbesar ditemukan di perairan Filipina (16 jenis)
atau semua jenis yang ada di perairan Asia Tenggara ditemukan juga di Filipina.
Dua hipotesis yang saling bertolak belakang yang digunakan untuk menjelaskan
penyebaran lamun adalah :
1. Hipotesis Vikarians dan 2. hipotesis pusat asal usul.
( 1) Hipotesis vikarians
dikemukakan oleh McCoy dan Heck (1976),berdasarkan lempeng tektonik, perubahan
iklim, dan juga pertimbangan ekologi seperti kepunahan dan hubungan spesies-habitat.
Berdasarkan penyebaran terumbu karang (sklerektinia), lamun, dan mangrove, McCoy dan Heck
( 1976) menyimpulkan bahwa : pola biogeography lebih baik dijelaskan oleh keberadaan
penyebaran biota secara luas pada waktu sebelumnya yang telah mengalami perubahan akibat
kejadian tektonik, speciation, dan kepunahan, bersama dengan geologi modern dan teori
biogeografi.
2) hipotesis pusat asal usul
berpendapat bahwa pola distribusi lamun dapat dijelaskan dari penyebarannya yang
merupakan radiasi yang berasal dari lokasi yang memiliki keanekaragaman yang paling tinggi
yang disebut pusat asal usul (den Hartog, 1970).
Hipotesis ini berpendapat bahwa & ldquo;Malinesia” (termasuk kepulauan
Indonesia, Kalimantan-Malaysia, Papua Nugini, dan Utara Australia) merupakan pusat asal usul
penyebaran lamun.Mukai (1993) menunjukkan bahwa pola penyebaran modern dari lamun di
barat Pasifik merupakan fungsi dari arus laut dan jarak dari pusat asal usul (Malesia).
Datanya menjelaskan bahwa jika mengikuti arus laut utama yang berasal dari
pusat asal usul (Malesia) dengan keanekaragaman lamun tinggi, maka akan terjadi penurunan
keanekaragaman lamun secara progresif kearah tepi (Jepang, Selatan Quensland, Fiji) yang
memiliki lebih sedikit jenis lamun tropis.
Yang perlu dicermati bahwa distribusi lamun sepanjang utara-mengalirnya Kuroshio
dan selatan-aliran timur arus Australia juga merefleksikan gradient lintang.
Di Indonesia ditemukan jumlah jenis lamun yang relatif lebih rendah dibandingkan
Filipina, yaitu sebanyak 12 jenis dari 7 marga. Namun demikian terdapat dua jenis lamun yang
diduga ada di Indonesia namun belum dilaporkan yaitu Halophila beccarii dan Ruppia
maritime* (Kiswara 1997).
DISTRIBUSI LAMUN SECARA UMUM
Tumbuhan lamun tumbuhan di perairan laut dangkal,dan tersebar luas mulai dari utara
,bebua afrika sampai ke sebelah seelatan benua afrikadan New Zealand ,mereka terkosent rasi
di dua daerah utama ,yaitu Indo Fasefik dan pantai-pantai amerika tengah ,(menurut Den
Denhartog 1970 ).tumbuhan lamun di dunia terdiridari dua family,12 genera dengan 49 s
m,mpesis.
Dari 12 genera tersebut 7di antaranya hidup di perairan tropis yaitu
:Enhalus,Thalassi,halodule,Cymodocea,Syringodium ,dan Thalassodendrom,lebih lanjut
distribusi tumbuhan lamun di dunia dapat di lihat pada table di bawah ini..
Zosterlla Z.capricomi
Z.mucronata Sebelah utara dan selatan
Z.capricomi
Z.novazelandica
Z.nolti
Z.japonica
Z.americana
Posidoniodeae Plyllopadix 5
P.torreyi Pasifik utara
P.scouleri
P.serrulatus
P.iwatensis
P.japonicus
Cymodoceoideae Hetorozostera 1
H.universis
H.buedettei Sepanjang npantae selurus
H.wrigthii laut tropis atlantik dan
H.bermudensis Indo-pasifik
H.ciliata
Cymodocea H.pinifolia 4
C.nodosa
C.rotundata
Laut-laut di daerah tropis
C.serrulata
Syingodium 2 dan subtropics.
C.pinifolia
S.isoitifolia
thalassodendrom 2
S.filiforme
Indo-Pasifik Caribbean
Th.ciliatum
Amphibolis 2
Th.pachyrhizus
Daerah tropis di Indo-
pasifik .Daerah kecil
Hydrocharitaceae A,antorcrica
Enhalus ekstratropik di sebelah
Vallisnerioideae A.griffitthii
barat Australia
Sepanjang pantai selatan
Thallassioideae Thalassia E.acoroides 2
dan barat Australia dan
Tasmania
T.testudium
Halophiloideae Laut hindia dan bagian
Halophila T.hemprichii 8
tropis barat
H.decipens fasifik.
H.stipulacea
Seluruh laut tropis meluas
H.beccarii
H.stipulacea sampai ke perairan
H.beccarii subtropis dan tempete yang
H.spinulosa hangat.
H.engelmanni
H.baillonis
Species lamun diketahui juga menyebar secara vertical pada zona pasang (den hartog
1970 ).Sebagai contoh ,species holodule dan holophila,umumnya tersebar di daerah intertidal
yang tertinggi sampai subtidal yang terendam ,Thalassia dan Cymodocea tersebar di sekitar
intertidal sampai ke subtidal teratas,sedangkan Posidonia dan Syringodium cenderung tersebar di
daerah subtidal.
a. Kecerahan
b. Temperatur
Walaupun padang lamun secara geografis tersebar luas yang diindikasikan oleh adanya
kisaran toleransi yang luas terhadap temperatur. Pada kenyataannya sepsis lamun di daerah
tropic mempunyai toleransi yang rendah terhadap perubahan temperatur. Kisaran temperatur
optimal bagi spesies lamun adalah 28 – 30oC.
c. Salinitas
Kisaran salinitas yang dapat ditolerir tumbuhan lamun adalah 10 – 40 ‰ dan nilai
optimumnya adalah 35 ‰. Penurunan salinitas akan menurunkan kemampuan lamun untuk
melakukan fotosintesis. Toleransi lamun terhadap salinitas bervariasi juga terhadap jenis dan
umur. Lamun yang tua dapat mentoleransi fluktuasi salinitas yang besar. Salinitas juga
berpengaruh terhadap biomassa, produktivitas, kerapatan, lebar daun dan kecepatan pulih.Salah
satu factor yang menyebabkan rusaknya ekosistem padang lamun adalah meningkatnya salinitas.
d. Substrat
Padang lamun hidup pada berbagai macam tipe substrat, mulai dari Lumpur sampai
sedimen dasar yang terdiri dari endapan Lumpur halus sebesar 40%. Kedalaman substrat
berperan dalam menjaga stabilitas sedimen yang mencakup dua hal, yaitu pelindung tanaman
dari arus laut, dan tempat pengolahan serta pemasok nutrient.0
Produktivitas padang lamun juga dipengaruhi oleh kecepatan arus perairan. Pada saat
kecepatan arus sekitar 0,5 m/detik, jenis Turtle grass mempunyai kemampuan maksimal untuk
tumbuh.
Selain mempunyai peran sebagai produktivitas primer, lamun juga mempunyai peran
penting lain yang mengakibatkan biota disekitar padang lamun memiliki keanekaragaman yang
tinggi. Berikut biota yang sering ditemukan dalam ekosistem padang lamun.
a. Makropifit Bentik.
Lamun berasosiasi dengan berbagai varietas makroalga. Sebagai contoh Kiswara (1991)
melaporkan bahwa Gracillaria lichenoides yang bernilai ekonomis penting merupakan salah satu
makropifit yang dominan pada padang lamun dekat Lontar, Jawa Barat. Di Filipina asosiasi
lamun dengan makropifit merupakan sumberdaya ekonomis penting, dipanen untuk produksi
agar (contohnya Gracillaria dan Gelidiella), pakan ternak, pupuk dan alginate (contohnya
Sargassum spp.) (Fortes 1990a). Di Salabanka, Sulawesi Tengah, pertanian rumput laut di daerah
laguna didominasi oleh komunitas lamun campuran menjadi aktifitas ekonomis penting. Pada
studi komunitas lamun jangka panjang yang dilakukan di Kepulauan Spermonde, Verheij dan
Erftemeijer (1993) mencatat 117 spesies makroalga yang berasosiasi dengan Padang Lamun di
lima habitat berbeda.
b. Epifit Lamun.
Istilah epifit lamun mengacu bagi seluruh organisme autotrofik (yaitu, produsen primer)
yang tinggal menetap di bawah permukaan (air) menempel pada rhizoma, batang dan daun
lamun. Bagaimanapun istilah ini sering digunakan mengacu pada semua organisme (hewan atau
tumbuhan) yang berkembang di lamun (Russel 1990). Kita lebih memilih istilah epifauna bagi
semua organisme heterotrofik yang menempel pada bagian lamun di bawah sedimen, sementara
infauna disebut bagi organisme yang hidup pada sedimen diantara rhizoma/jaringan akar lamun.
Daun lamun sering terdapat kelimpahan epifit yang paling melimpah, karena lamun memiliki
substrat stabil dengan akses cahaya, nutrien dan pertukaran air. Tidak seperti rumput laut lainnya
(contohnya Phaeophyta), lamun tidak memiliki pertahanan kimia yang kuat (contohnya
campuran phenolic) yang meyebabkan mrereka dapat dimanfaatkan sebagai substrat hidup bagi
berbagai organisme menetap dan bergerak.
Komunitas epifitik dan epibentik merupakan komponen turunan dari lingkungan tiga
dimensi lamun dengan menyediakan sumber makanan bagi sejumlah invertebrata serta vertebrata
perumput. Klumpp et al. (1992) menunjukkan bahwa pada terminologi nilai nutrisi, komunitas
epifit jauh lebih utama daripada lamun (rasio C:N epifit adalah 9:18; rasio C:N lamun adalah
17:30). Biomasa besar epifit lamun ini sangat menambahkan bagi keseluruhan nilai nutrisional
tumbuhan. Meskipun demikian, Birch (1975) membandingkan padang lamun tropis dengan
padang rumput miskin nutrisi.
c. Fauna.
Komunitas lamun dihuni oleh banyak jenis hewan bentik, organisme demersal serta
pelagis yang menetap maupun yang tinggal sementara disana. Spesies yang sementara hidup di
lamun biasanya adalah juvenil dari sejumlah organisme yang mencari makanan serta
perlindungan selama masa kritis dalam siklus hidup mereka, atau mereka mungkin hanya
pengunjung yang datang ke padang lamun setiap hari untuk mencari makan.
Banyak spesies epibentik baik yang tinggal menetap maupun tinggal sementara yang
bernilai ekonomis, udang dan udang-udangan adalah yang bernilai ekonomis paling tinggi.
Sebagai penjelas, dan bukan karena alasan ekologi maupun biologi tertentu, ada empat kelompok
besar fauna yang diketahui : 1) Infauna (hewan yang hidup didalam sedimen); 2) Fauna Motil
(fauna motil berasosiasi dengan lapisan permukaan sedimen; 3) Epifauna Sesil (organisme yang
menempel pada bagian lamun); dan Fauna Epibentik Fauna (fauna yang berukuran besar dan
bergerak diantara lamun) (Howard et al. 1989).
d. Meiofauna.
Susetiono (1994) melaporkan pada asosiasi fauna dengan Padang Lamun Enhalus
acoroides monospesifik di pesisir Selatan Lombok. Infauna sedimen terdiri dari Nematoda,
Foraminifera, Copepoda, Ostracoda, Turbelaria dan Polychaeta. Tingginya kelimpahan
Nematoda (seperti indeks rasio kelimpahan Nematoda:Copepoda) mengindikasikan kelimpahan
nutrien yang sering berasosiasi dengan land runoff. Meiofauna yang muncul secara aktif adalah
Copepoda, Nematoda, Amphipoda, Cumacea, dan Ostracoda. Tingkat analisis umum-atau
spesies-belum dilakukan sedemikian jauh. Berdasarkanpada informasi yang tersedia dari Teluk
Kuta, Susetiono (1994) mengkonstruksikan jaring makanan sederhana pada Padang Lamun
Enhalus acoroides.
Foraminifera bentik merupakan komponen penting pada komunitas lamun, tetapi hanya
mendapatkan sedikit perhatian (Suhartati 1994). Di Kepulauan Seribu patch reef kompleks,
padang lamun melimpah dan sering didominasi oleh asosiasi Enhalus acoroides dan Thalassia
hemprichii (Azkab 1991). Foraminifera bentik pada kedua asosiasi spesies ini didominasi oleh
subordo Miliolina dan Rotaliina (Suhartati 1994). Milionid berkarakteristik lembut, test porselin
yang mengandung kristal kalsit, sementara Rotaliinid seperti kaca, test berdinding ganda yang
mengandung lapisan tipis kalsit hialin radial
.
e. Krustase.
Krustasea yang berasosiasi dengan lamun merupakan komponen penting dari jaring
makanan di lamun. Bentuk krustase infaunal maupun epifunal berhubungan erat dengan
produsen primer dan berada pada tingkatan trofik yang lebih tinggi, karena selama masa juvenil
dan dewasa mereka merupakan sumber makanan utama bagi berbagai ikan dan invertebrata yang
berasosiasi dengan lamun. Studi analisis gut terbaru dari ikan yang berasosiasi dengan lamun di
pesisir selatan Lombok (Pristiwadi 1994), mendemonstrasikan bahwa krustase merupakan
sumber makanan dominan.
Padang lamun diketahui merupakan habitat kritis bagi udang penaeid komersial penting
(seperti Penaeus esculentus dan P. semisulcatus) (Bell dan Pollard 1989; Coles et al. 1993;
Mellors dan Marsh 1993; Watson et al. 1993) dan lobster berduri (Panulirus ornatus). (Bell dan
Pollard 1989; Poiner et al. 1989), yang tergantung pada lamun sebagai tempat mencari makan
serta berlindung selam masa postlarva dan juvenil dari siklus hidup mereka.
f. Moluska.
Moluska adalah salah satu kelompok makroinvertebrata yang paling banyak diketahui
berasosiasi dengan lamun di Indonesia, dan mungkin yang paling banyak diksploitasi. Sejumlah
studi tentang moluska di daerah subtropik telah menunjukkan bahwa moluska merupakan
komponen yang paling penting bagi ekosistem lamun, baik pada hubungannya dengan biomasa
dan perannya pada aliran energi pada sistem lamun (Watson et al. 1984). Telah didemonstrasikan
bahwa 20% sampai 60% biomasa epifit pada padang lamun di Filipina dimanfaatkan oleh
komunitas epifauna yang didominasi oleh gastropoda (Klumpp et al. 1992). Bagaimanapun,
peranan mereka pada ekosistem almun di Indonesia relative belum diketahui. Moluska utama
pada padang lamun subtropis adalah detrivor dengan sangat sedikit yang langsung memakan
lamun (Kikuchi 1980). Gastropoda cenderung memakan perifiton (Klumpp et al. 1989).
g. Echinodermata.
Hewan Echinodermata adalah komponen komunitas bentik di lamun yang lebih menarik
dan lebih memiliki nilai ekonomi. Lima kelas echinodermata ditemukan pada ekosistem lamun
di Indonesia. Dibawah ini urutan Echinodermata secara ekonomi : 1. Holothuroidea (timun laut
atau teripang); 2. Echinoidea (bulu babi); 3. Asteroidea (Bintang laut); 4. Ophiuroidea (Bintang
Laut Ular); 5. Crinoidea . Dari lima kelas yang ada, Echinoidea adalah kelompok yang paling
penting di ekosistem lamun karibia, karena mereka adalah kelompok pemakan yang utama
(Lawrance 1975, Greenway 1976).
Echinodermata pada umumnya, dengan pengecualian beberapa holothuroidea, makan pada
malam hari. Bagaimanapun, Klummp et al. (1993) dilaporkan bahwa Tripneustes gratilla dan
Salmacis sphaeroides makan secara terus menerus siang dan malam, tanpa bukti yang berkala.
Mereka mencari sampai ke dasar substrat, memakan alga, serasah lamun dan daun lamun yang
masih hidup (Klumpp et al., 1993).
h. Ikan
Di sepanjang jarak distribusinya, ekosistem lamun, baik yang luas ataupun sempit adalah
habitat yang penting bagi bermacam-macam spesies ikan (Kikuchi, 1980; Pollard 1984; Bell dan
Pollard 1989). Pada resensi, asosiasi ikan di lamun, mereka Bell dan Pollard (1989)
mengidentifikasi 7 karakteristik utama kumpulan ikan yang berasosiasi dengan lamun.
Berdasarkan Bell dan Pollard (1989) dengan beberapa perubahan, karakteristik-karakteristiknya
adalah :
1. Keanekaragaman dan kelimpahan ikan di padang lamun biasanya lebih tinggi daripada yang
berdekatan dengan substrat kosong.
2. Lamanya asosiasi ikan-lamun berbeda-beda diantara spesies dan tingkatan siklus hidup.
3. Sebagian besar asosiasi ikan dengan padang lamun didapatkan dari plankton, jadi padang lamun
adalah daerah asuhan untuk bnyak spesies yang mempunyai nilai ekonomi penting.
4. Zooplankton dan epifauna krustasean adalah makanan utama ikan yang berasosiasi dengan
lamun, dengan tumbuhan, pengurai dan komponen infauna dari jarring-jaring makanan di lamun
yang dimanfaatkan oleh ikan
5. Perbedaan yang jelas (pembagian sumberdaya) pada komposisi spesies terjadi dibanyak padang
lamun.
6. Hubungan yang kuat terjadi antara padang lamun dan habitat yang berbatasan, kelimpahan
relatif dan komposisi spesies ikan di padang lamun menjadi tergantung pada tipe (terumbu
karang, estuaria, mangrove) dan jarak dari habitat yang terdekat, seperti pada siklus malam hari.
7. Kumpulan ikan dari padang lamun yang berbeda seringkali berbeda juga, walaupun dua habitat
itu berdekatan.
Hutomo dan Martosewojo (1977) membagi kumpulan ikan yang berasosiasi dengan
lamun di Pulau Pari menjadi 4 kategori, yaitu :
1. Penghuni tetap, dengan memijah dan menghabiskan sebagian besarhidupnya di padang lamun
(contohnya Apogon margaritoporous).
2. Menetap dengan menghabiskan hidupnya di padang lamun dari juvenile sampai siklus hidup
dewasa, tetapi memijah di luar padang lamun (contoh : Halichoeres leparensis, Pranaesus
duodecimalis, Paramia quinquilineata, Gerres macrosoma, Monachantus tomentosus, M.hajam,
Hemiglyphidodon plagyometopon, Synadhoides biaculeatus)
3. Menetap hanya pada saat tahap juvenile (contoh : Siganus canaliculatus, S.virgatus,
S.chrysospilos, Lethrinus spp, Scarus spp, Abudefduf spp, Monachnthus mylii, Mulloides
samoensis, Pelates quadrilineatus, Upeneus tragula) dan
4. Menetap sewaktu-waktu atau singgah hanya mengunjungi padang lamun untuk berlindung atau
mencari makan.
Daun lamun yang lebat akan memperlambat air yang disebabkan oleh arus dan ombak,
sehingga perairan di sekitarnya menjadi tenang. Disamping itu, rimpang dan akar lamun dapat
menahan dan mengikat sedimen, sehingga dapat menguatkan dan menstabilkan dasar
permukaaan. Jadi padang lamun yang berfungsi sebagai penangkap sedimen dapat mencegah
erosi ( Gingsburg & Lowestan 1958).
Lamun memegang peranan penting dalam pendauran barbagai zat hara dan elemen-
elemen yang langka di lingkungan laut. Khususnya zat-zat hara yang dibutuhkan oleh algae
epifit. Sedangkan menurut Philips & Menez (1988), ekosistem lamun merupakan salah satu
ekosistem bahari yang produktif. ekosistem lamun perairan dangkal mempunyai fungsi antara
lain:
1. Menstabilkan dan menahan sedimen–sedimen yang dibawa melalui I tekanan–tekanan dari arus
dan gelombang.
6. Menfiksasi karbon yang sebagian besar masuk ke dalam sistem daur rantai makanan.
Sumber : http://kurnia-geografi.blogspot.com
Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa sumber energi utama pada ekosistem padang
lamun adalah cahaya matahari. Cahaya tersebut digunakan oleh lamun dan fitoplankton sebagai
produsen untuk berfotosintesis. Setelah itu rantai makanan tersebut dibagi dalam 2 bagian, yaitu
rantai makanan detritus dan rantai makanan merumput.
Pada rantai makanan detritus, guguran daun sebagai sumber nutrient yang diurai oleh
bakteri, kemudian detritus itu dimakan oleh cacing, udang dan kepiting yang sebagai konsumen
pertama. Setelah itu hewan-hewan tersebut dimakan oleh ikan sedang sebagai konsumen tingkat
dua. Konsumen tingkat kedua pun dimakan oleh ikan besar. Ikan hiu dan burung laut sebagai
predator yang menduduki tingkatan trofik paling tinggi memakan konsumen tingkat dua dan ikan
besar sebagai konsumen tingkat tiga. Saat predator tersebut mati dan jasadnya akan diurai oleh
bakteri sebagai detrivor yang menguraikan materi dari bangkai predator tersebut, agar detrivor
itu akan dikonsumsi kembali oleh konsumen pertama dan begitulah seterusnya.
Guguran daun tidak semua menjadi detritus, karena ada juga sebagian yang menjadi
bahan organik terlarut dan bahan organik tersebut akan dimanfaatkan oleh fitoplankton yang
sebagai produsen. Produsen tersebut akan dikonsumsi oleh zooplankton yang sebagai konsumen
pertama. Setelah itu zooplankton tersebut akan dimakan oleh ikan kecil yang sebagai konsumen
tingkat dua. Ikan kecil ini akan kembali dimakan oleh ikan sedang dan pada akhirnya transport
energi dan materi akan masuk kedalam rantai makanan detritus. Sumber bahan organik terlarut
tidak hanya berasal dari dalam ekosistem tetapi ada juga yang berasal dari ekosistem terumbu
karang dan mangrove.
Sedangkan pada rantai makanan merumput, sumber nutriennya secara langsung adalah
tumbuhan lamun itu sendiri yang daunnya dimakan oleh konsumen tingkat pertama yaitu
dugong, penyu, ikan beronang dan bulu babi. kemudian konsumen tingkat pertama ini dimakan
oleh predator kecuali bulu babi, ia dimakan oleh ikan buntal sebagai konsumen kedua.Selain
rantai makanan pada ekosistem padang lamun, di laut juga terdapat rantai makanan lainnya dan
salah satunya adalah rantai makanan pada ekosistem mangrove, yang akan dijelaskan pada blog
teman saya Aktivitas manusia yang tidak bertanggung jawab dapat merusak ekosistem padang
lamun dan hal itu pun dapat merusak rantai makanan yang terjadi didalamnya. Jika saja terjadi
kerusakan tingkatan trofik atau produsen akan memutuskan rantai makanan dan
keseimbangannya terganggu. Maka dari itu kita sebagai manusia harus merawat dan menjaga
kelestarian ekosistem yang berada di laut seperti ekosistem lamun, terumbu karang dan lamun.
Lamun pada umumnya dianggap sebagai kelompok tumbuhan yang homogen. Lamun
terlihat mempunyai kaitan dengan habitat dimana banyak lamun (Thalassia) adalah substrat
dasar dengan pasir kasar. Menurut Haruna (Sangaji, 1994) juga mendapatkan Enhalus acoroides
dominan hidup pada substrat dasar berpasir dan pasir sedikit berlumpur dan kadang-kadang
terdapat pada dasar yang terdiri atas campuran pecahan karang yang telah mati. Keberadaan
lamun pada kondisi habitat tersebut, tidak terlepas dan ganguan atau ancaman-ancaman terhadap
kelangsungan hidupnya baik berupa ancaman alami maupun ancaman dari aktivitas manusia.
Kerusakan yang terjadi pada padang lamun dapat disebabkan oleh natural stress dan
anthrogenik stress. Natural stress bisa disebabkan gunung meletus, sunami, kompetisi, predasi.
Sedangkan anthrogenik stress bisa disebabkan :
Perubahan fungsi pantai untuk pelabuhan atau dermaga.
Eutrofikasi (Blooming mikro alga dapat menutupi lamun dalam memperoleh sinar matahari).
Aquakultur (pembabatan dari hutan mangrove untuk tambak).
Water polution (logam berat dan minyak).
Over fishing (pengambilan ikan yang berlebihandan cara penangkapannya yang merusak.
Selain itu juga limbah pertanian, industri, dan rumah tangga yang dibuang ke laut,
pengerukan lumpur, lalu lintas perahu yang padat, dan lain-lain kegiatan manusia dapat
mempengaruhi kerusak lamun. Di tempat hilangnya padang lamun, perubahan yang dapat
diperkirakan menurut Fortes (1989), yaitu:
1. Reduksi detritus dari daun lamun sebagai konsekuensi perubahan dalam jaring-jaring makanan
di daerah pantai dan komunitas ikan.
2. Perubahan dalam produsen primer yang dominan dari yang bersifat bentik yang bersifat
planktonik.
3. Perubahan dalam morfologi pantai sebagai akibat hilangnya sifat-sifat pengikat lamun.
4. Hilangnya struktural dan biologi dan digantikan oleh pasir yang gundul.
Banyak kegiatan atau proses dari alam maupun aktivitas manusia yang mengancam
kelangsungan hidup ekosistem lamun seperti berikut :
1. Dampak kegiatan manusia pada ekosistem padang lamun (Bengen, 2001)
Ancaman kerusakan ekosistem padang lamun di perairan pesisir berasal dari aktivitas
masyarakat dalam mengeksploatasi sumberdaya ekosistem padang lamun dengan menggunakan
potassium sianida, sabit dan gareng serta pembuangan limbah industri pengolahan ikan, sampah
rumah tangga dan pasar tradisional. Dalam hal ini Fauzi (2000) menyatakan bahwa dalam
menilai dampak dari suatu akifitas masyarakat terhadap kerusakan lingkungan seperti ekosistem
padang lamun dapat digunakan dengan metode tehnik evaluasi ekonomi yang dikenal dengan
istilah Environmental Impact Assesment (EIA). Metode ini telah dijadikam istrumen universal
dalam mengevaluasi dampak lingkungan akibat aktivitas pembangunan, disamping itu metode
evaluasi ekonomi dapat menjembatani kepentingan ekonomi masyarakat dan kebutuhan ekologi
dari sumber daya alam.
F.PENGELOLAAN DAN PELESTARIAN PADANG LAMUN
Permasalahan dan isu pengelolaan sumber daya pesisir dan lautan dalam hal ini
ekosistem padang lamun, secara umum sedang dihadapi di Indonesia, bahkan juga sama dengan
yang terjadi di beberapa negara berkembang lainnya. Walaupun dalam skala mikro bisa jadi
tidak terlalu persis karena perbedaan sosial ekonomi dan budaya. Karena itu, isu persoalan
seperti kemiskinan, konflik interes antar lembaga, rendahnya kesadaran masyarakat terhadap
lingkungan, pencemaran laut dan pesisir, keterbatasan dana pengelolaan merupakan persoalan
yang sedang dihadapi. (PKSPL, 1999).
Disadari bahwa padang lamun memberikan banyak manfaat bagi manusia. Dengan
demikian, mempertahankan areal-areal padang lamun, termasuk tumbuhan dan hewannya, sangat
penting untuk pembangunan ekonomi dan sosial. Namun, akhir-akhir ini, tekanan penduduk
semakin meningkat akan sumberdaya laut menjadi faktor utama dalam perubahan lingkungan
ekosistem di laut.
Yang menjadi kelemahan adalah bahwa selama ini banyak masyarakat yang
menganggap bahwa areal pesisir mutlak merupakan milik umum yang sangat luas yang dapat
mengakomodasi segala bentuk kepentingan termasuk kegiatan yang berbahaya sekalipun. Ini
suatu kelemahan cara berpikir dan pengetahuan yang dapat mengancam keberlangsungan sumber
daya pesisir dan laut salah satunya adalah ekosistem padang lamun.
Meskipun beberapa areal ekosistem pesisir termasuk areal padang lamun di Indonesia
telah dimasukan ke dalam suatu kawasan lindung, namun pada kenyataan di lapangan
menunjukkan banyak diantaranya yang masih mendapat tekanan yang cukup berarti. Sebagai
upaya pemecahan, kini pihak pemerintah dalam hal ini Departemen Kelautan dan Perikanan
bekerja sama dengan perguruan tinggi dan instansi terkait lainnya berusaha mengembangkan
pendekatan terpadu yang melibatkan berbagai pihak, yaitu Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara
Terpadu atau Integrated Coastal Management (ICM).
Pelestarian ekosistem padang lamun merupakan suatu usaha yang sangat kompleks
untuk dilaksanakan, karena kegitan tersebut sangat membutuhkan sifat akomodatif terhadap
segenap pihak baik yang berada sekitar kawasan maupun di luar kawasan. Pada dasarnya
kegiatan ini dilakukan demi memenuhi kebutuhan dari berbagai kepentingan. Namun demikian,
sifat akomodatif ini akan lebih dirasakan manfaatnya bilamana keperpihakan kepada masyarakat
yang sangat rentan terhadap sumberdaya alam diberikan porsi yang lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA
Anonym, 2007. Seagrass deaths in Southern Australia. http://budak.blogs.com
Kiswara W. 1993. Struktur Komunitas Padang Lamun di Perairan Indonesia. Makalah disampaikan pada seminar Ilmiah
Nasional Biologi XI, Ujung Pandang 20-21 juli 1993
Kiswara W. 1995. Degradasi Padang Lamun di Teluk Banten: Pengaruhnya terhadap Sumber Daya Perikanan.
Azkab, M.H.1988. Pertumbuhan dan produksi lamun, Enhalus acoroides di rataan terumbu di
Pari Pulau Seribu.Dalam:
P3O-LIPI, Teluk Jakarta: Biologi,Budidaya, Oseanografi,Geologi dan Perairan. Balai Penelitian
Biologi Laut, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI, Jakarta.
Hartog, C.den.1970. Seagrass of the world. North-Holland Publ.Co.,Amsterdam Kikuchi dan
J.M. Peres. 1977. Consumer ecology of seagrass beds, pp. 147-193. In P. McRoy and
C.Helferich (eds). Seagrass ecosystem. A scientific perspective. Mar.Sci.Vol 4.Marcel Dekker
Inc, New York
http://naskleng.blogspot.com/2008/05/ekosistem-padang-lamun-definisi.html
http://web.ipb.ac.id/%7Eitkipb/SIELT/lamun.php?load=klasifikasi.php
http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0310/21/iptek/638686.htm
http://pksplipb.or.id/index.php?option=com
Seagrass ecosystem. A scientific perspective. Mar.Sci.Vol 4.Marcel Dekker Inc, New York.
Menez, E.G.,R.C. Phillips dan H.P.Calumpong. 1983. Sea Grass from the Philippines.
Smithsonian Cont. Mar. Sci. 21.Smithsonian Inst. Press, Washington.Ekologi Laut Tropis http://
Departemen Kelautan dan Perikanan, 2004. Kajian Asosiasi Ekosistem Padang Lamun
danTerumbu Karang. Tri Tunggal Pratyaksa Konsultan, Bandung.
Den Hartog, C. 1970. The Sea Grasses of The World. 12-15. North Holland Publishing
Company. Amsterdam. ii+275h
Effendi, H. 2000. Telaah Kualita Air Bagi Pengelolaan umberdaya dan Lingkungan
Perairan.Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Hutomo, H. 1997. Padang lamun Indonesia :salah satu ekosistem laut dangkal yang belum
banyak dikenal.Puslitbang Oseanologi-LIPI. Jakarta.35 pp
Hutomo, M dan Djamali, 1977. Komunitas Ikan pada Padang Lamun (Seagrass,) di Pantai
Selatan Pulau Tegah, Gugusan Pulau Pari. LIPI, Jakarta
Konservasi Ekosistem Sumberdaya Hayati
Supriharyono,agus hartoko dan suradi (2003) tentang lamun di pantai selatan jawa,kerja sama
fakultas perikanan dan ilmu kelautan universipas di di ponogoro
TUGAS
MENAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN
DI SUSUN OLEH :