Anda di halaman 1dari 9

BOTANI LAUT

KELOMPOK 5 :
1. Vivian Rosyada (C1N021053)
2. Lokita Devi (C1N021061)
3. Sabilillah (C1N021065)
4. Alfian Pratama (C1N021069)

LAMUN
1. a. Lamun mengembangkan adaptasi ekologi, fisiologi dan morfologi agar sepenuhnya dapat
hidup di bawah permukaan air laut. Adaptasi tersebut berupa transport gas internal,
epidermal kloroplas dan polinasi penyebaran biji di bawah permukaan air laut.
b. Lamun mempunyai organ dan jaringan yang sama dengan tumbuhan berbunga yang pada
umum dijumpai di daratan. Tumbuhan berbunga yang telah dewasa pada umumnya
mempunyai morfologi tersendiri untuk bagian di atas tanah (above ground) dan bagian di
bawah tanah (below ground). Bagian di bawah tanah, pada umumnya terdiri atas akar
sebagai penjangkaran dan rhizome sebagai bagian penyangga. Bagian di atas tanah sebagai
tunas yang berkembang menjadi beberapa daun. Selembar daun biasanya mempunyai
pelepah/seludang daun yang fungsinya untuk melindungi apikal meristem dan
perkembangan daun.
2. a. Di dunia terdapat sekitar 60 jenis lamun yang tumbuh di sekitar perairan dunia. Ada sekitar
60 spesies lamun yang dikenal di dunia (Hutomo & Nontji, 2014).
b. Ekosistem padang lamun dibatasi oleh beberapa faktor lingkungan yaitu suhu, cahaya,
salinitas, kedalaman, substrat dasar, nutrien dan pergerakan air laut (ombak, arus, pasang
surut). Faktor lingkungan tersebut juga mempengaruhi kelimpahan dan kerapatan lamun
pada suatu daerah, sehingga jumlah dan kelimpahan lamun akan berbeda-beda. Morfologi
lamun juga berpengaruh terhadap kerapatan jenis lamun (Kiswara, 2004).
3. Di Indonesian terdapat 16 jenis lamun
a) Perairan Indonesia dilaporkan ditemukan 16 jenis lamun akan tetapi yang ditemukan eksis
hingga saat ini di alam sebanyak 14 jenis lamun yang terdiri dari : Cymodocea rotundata,
C. serrulata, Enhalus acoroides, Halodule pinifolia, Halodule uninervis, Halophila
decipiens, H. minor, H. ovalis, H. spinulosa, H. sulawesii,H major, Syringodium
isoetifolium, Thalassia hemprichii dan Thalassodendron ciliatum (Kurniawan et al., 2020)
b) Sangat memungkinkan untuk ditemukan jenis lamun baru di perairan Indonesia
c) Ada beberapa faktor yang memungkinkan ditemukannya jenis lamun baru di Indonesia,
salah satunya penelitian secara menyeluruh. Masih banyak lokasi di Indonesia yang belum
di survey, sehingga belum di temukannya jenis-jenis yang lain. Luasnya perairan beserta
kondisi geografis yang beragam menjadi salah satu hambatan dalam menginventarisasi
ekosistem lamun di perairan Indonesia, sehingga terbatasnya informasi terkait ekosistem
lamun di seluruh perairan Indonesia (Yaakub et al., 2018).
4. a) Lamun atau rumput laut dapat memberikan nilai ekonomi yang signifikan. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan,
lamun memiliki potensi untuk dijadikan bah an pangan dan bahan kerajinan. Sebagai bahan
pangan, lamun dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan seperti mi, kerupuk, dan dodol.
Selain itu, lamun juga mengandung nutrisi yang baik untuk kesehatan seperti serat, protein, dan
mineral. Namun pengolahan lamun sebagai bahan pangan masih tergolong baru dan
memerlukan penelitian lebih lanjut untuk mengembangkan produk-produk yang lebih
bervariasi dan berkualitas. Selain sebagai bahan pangan, lamun juga dapat dijadikan bahan
kerajinan. Beberapa jenis kerajinan yang dapat dibuat dari lamun antara lain tas, sandal, dan
hiasan dinding. Kerajinan dari lamun memiliki nilai estetika yang tinggi dan dapat menjadi
produk unggulan daerah. Namun, pengembangan kerajinan dari lamun masih terbatas dan
memerlukan dukungan dari pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan nilai ekonominya.

5. a) Lamun merupakan salah satu jenis tumbuhan berbunga yang hidup di lingkungan laut.Namun
ada pula lamun yang bisa hidup di perairan tawar, bahkan di muara. Berikut beberapa jenis
lamun yang dapat hidup di air tawar:
Hydrilla verticillata : Merupakan jenis lamun yang dapat tumbuh di daerah perairan tawar
dengan kisaran salinitas 10-45 ‰
Vallisneria spiralis : Ini adalah jenis lamun lain yang dapat tumbuh di daerah air tawar.
Potamogeton crispus : Merupakan jenis lamun yang dapat tumbuh di daerah perairan tawar
dengan kisaran salinitas 0-10‰.
Enhalus acoroides : Merupakan jenis lamun yang dapat tumbuh di air payau, yaitu campuran
air tawar dan air laut.
b.) Perbedaan salinitas dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup lamun.
Salinitas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat menyebabkan stres pada lamun dan
mempengaruhi kemampuan untuk melakukan fotosintesis dan penyerapan nutrisi. Namun
dampak perbedaan salinitas pada lamun dapat bervariasi tergantung pada spesies lamun
yang diteliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan salinitas berpengaruh
terhadap kelangsungan hidup. Nilai salinitas optimal untuk pertumbuhan lamun yaitu 35
‰ dengan toleransi 10 psu –40 ‰. Berdasarkan hasil pengukuran, faktor fisik kimia seperti
suhu, salinitas, oksigen terlarut, kecepatan arus, dan pH tidak mengganggu atau
menghambat laju pertumbuhan daun Enhalus acoroides, hal ini disebabkan semua faktor
fisik yang terkandung belum melampaui standar baku mutu yang ditetapkan.

6. a) Beberapa jenis lamun dapat membentuk komunitas murni (hanya terdiri dari 1 jenis lamun
saja), dan ada yang membentuk komunitas campuran (lebih dari 1 jenis). Hal tersebut
dapat terjadi karena lamun memiliki karakteristik morfologi dan kebutuhan lingkungan
yang berbeda-beda. Beberapa jenis lamun dapat tumbuh dengan baik pada kondisi
lingkungan tertentu, seperti salinitas, suhu, dan kecepatan arus yang sesuai dengan
kebutuhan spesies tersebut. Oleh karena itu, di suatu perairan, terdapat jenis lamun yang
dapat membentuk komunitas murni karena kondisi lingkungan yang sesuai dengan
kebutuhan spesies tersebut. Namun, di perairan yang memiliki kondisi lingkungan yang
berbeda-beda, terdapat beberapa jenis lamun yang dapat tumbuh dengan baik dan
membentuk komunitas campuran. Kondisi lingkungan yang berbeda-beda dapat
mempengaruhi komposisi jenis lamun yang tumbuh di suatu perairan.
b) Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di perairan Gugus Pulau Pari, Kepulauan Seribu,
Jakarta Utara, terdapat tiga jenis lamun yang dapat membentuk komunitas murni, yaitu:
• Enhalus acoroides
•Thalassia hemprichii
•Cymodocea rotundata
Ketiga jenis lamun tersebut ditemukan dalam komposisi yang berbeda-beda di lokasi penelitian.
Enhalus acoroides ditemukan pada kedalaman 1-3 meter, Thalassia hemprichii ditemukan pada
kedalaman 3-5 meter, dan Cymodocea rotundata ditemukan pada kedalaman 5-7 meter.
Kehadiran ketiga jenis lamun tersebut membentuk komunitas murni yang berperan penting
dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut. Namun jenis lamun yang membentuk komunitas
murni dapat bervariasi tergantung pada lokasi dan kondisi lingkungan di mana lamun tersebut
tumbuh.

7. a. Selain dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti suhu, salinitas, intensitas cahaya matahari,
pertumbuhan lamun juga dipengaruhi oleh faktor lain yang begitu penting yakni arus dan
pola pasang surut air laut, yang mana keduanya mengatur nutrien yang larut di perairan.
Dengan surutnya perairan, maka akan menghambat persebaran nutrien di perairan terlebih
lagi jika surut terendah, dan jika surut terjadi siang hari hingga lamun terkena langsung oleh
paparan sinar matahari dapat menyebabkan kondisi kekeringan pada lamun itu sendiri, selain
itu aktivitas manusia pun juga dapat mengganggu pertumbuhan lamun. Jadi, surut terendah
dapat berdampak buruk bagi lamun.

b. apakah lamun memiliki strategi (kemampuan) untuk beradaptasi pada kondisi tersebut?
Lamun memiliki adaptasinya sendiri untuk menghadapi kondisi surut terendah air laut laut,
lamun memiliki batang yang lentur yang dapat membuat tumbuhan ini sebisa mungkin tetap
terendam air laut, daun lamun dapat mengurangi penguapan dan mempertahankan kelembapan,
selain itu akar lamun dapat menyuplai nutrisi ke bagian tubuh yang terekspos langsung ke
matahari.

8. Lamun dapat berkembang biak, baik secara generatif (kawin/seksual) maupun vegetatif (tak
kawin/aseksual).
a) Secara generatif, lamun berkembangbiak dengan cara menghasilkan biji. Lamun dapat
berkembang biak secara seksual melalui proses pollinasi. Proses pollinasi pada lamun
melibatkan bunga jantan dan bunga betina yang terpisah pada individu yang sama atau
pada individu yang berbeda. Bunga jantan menghasilkan serbuk sari yang akan dibawa
oleh arus air ke bunga betina. Setelah itu, bunga betina akan menghasilkan biji yang akan
tumbuh menjadi individu baru (Listiawati, 2018).
b) Pada lamun, sel kelamin jantan dan betina terpisah pada individu yang sama atau pada
individu yang berbeda. Ada jenis lamun yang memiliki bunga jantan dan betina pada
individu yang sama, seperti Syringodium isoetifolium, Halophila ovalis dan Halodule
uninervis. Namun, ada juga jenis lamun yang memiliki bunga jantan dan betina pada
individu yang berbeda, seperti Thalassia hemprichii dan Enhalus acoroides (Syukur, 2015).
Tidak ada jenis lamun yang memiliki sel kelamin ganda (hermaphrodite).
c) Perkembangbiakan lamun secara aseksual terjadi melalui pembentukan stolon atau
rhizoma. Rhizoma dapat terbawa arus udara dan menempel pada substrat baru untuk
tumbuh dan berkembang biak. Dalam perkembangbiakan lamun secara aseksual, stolon
atau rhizoma dapat tumbuh dan berkembang menjadi individu baru yang identik dengan
induknya. Dalam proses penyebaran lamun, reproduksi vegetatif sangat penting. Lamun
yang berkembang biak secara vegetatif melalui rimpang akan dapat menyebar ke area yang
lebih besar dan membentuk padang lamun (Listiawati, 2018).
d) Reproduksi yang lebih efektif untuk perkembangbiakan lamun adalah secara vegetative
karena perkembangbiakan lamun secara aseksual dapat terjadi tanpa adanya bunga. Selain
itu, seperti dalam penelitian yang dilakukan oleh Listiawati, (2018) yang menyatakan
bahwa lamun yangperkembangbiakan secara vegetatif dapat tumbuh dan menempati
wilayah yang lebih luas dan membentuk suatu padang lamu. Perkembangbiakan lamun
secara aseksual lebih efektif dalam memperbanyak populasi lamun dalam waktu yang
singkat
e) Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan reproduksi pada lamun misalnya seperti
faktor lingkungan seperti suhu, cahaya, salinitas, kedalaman, substrat dasar perairan, dan
pergerakan udara laut (ombak, arus, dan pasang surut) dapat mempengaruhi kondisi dan
kerapatan lamun pada suatu daerah (Hidayat, et al., 2014). Selain itu dalam penelitian yang
dilakukan oleh Tanke, (2010) menjelaskan mengenai kegiatan manusia di wilayah pesisir
seperti perikanan, pembangunan perumahan, pelabuhan, dan rekreasi, baik langsung
maupun tidak langsung, juga dapat mempengaruhi eksistensi lamun.

9. Lamun memerlukan oksigen untuk kelangsungan hidupnya


a) Lamun memerlukan oksigen untuk beberapa proses, seperti proses respirasi pada akar dan
rimpang lamun, proses respirasi biota udara, proses nitrifikasi, dan proses fotosintesis
dimana proses tersebut dapat membantu penyerapan karbon dan penyimpan karbon
sehingga dapat mengurangi dampak perubahan iklim (Listiawati, 2018).
b) Oksigen yang ditemukan pada lamun dapat berasal dari berbagai sumber, seperti proses
respirasi pada akar dan rimpang lamun. Selain itu, oksigen pada lamun juga dapat berasal
dari proses fotosintesis dimana lamun mengandung klorofil-a yang berfungsi dalam proses
fotosintesis dimana proses tersebut dapat membantu penyerapan karbon dan penyimpan
karbon sehingga dapat menghasilkan oksigen (Hidayat, et al., 2014).
c) Berdasarkan penelitian yang dilakukan olek Tangke, (2010), dapat diketahui bahwa akar
lamun melakukan banyak hal, termasuk menyimpan oksigen untuk proses fotosintesis.
Oksigen dialirkan dari lapisan epidermal daun melalui difusi melalui sistem lakunal (udara)
yang berliku-liku. Mikroflora di rhizosfer menggunakan sebagian besar oksigen yang
disimpan di akar dan rhizoma untuk metabolisme dasar sel kortikal dan epidermis. Spesies
lamun tertentu seperti Halophila ovalis mengeluarkan oksigen melalui akarnya.
d) Pada kondisi saat lamun tidak dapat mengahsilkan oksigen, sumber oksigen lamun
diperoleh dari respirasi biota air, nitrifikasi, fotosintesis fitoplankton yang menghasilkan
oksigen, difusi udara, dan oksigen yang masuk ke dalam sedimen yang dipakai oleh
lamun (Hidayat, et al., 2014).

10. a) Yang menjadi daya tarik lamun sehingga biota-biota tersebut dengan sendirinya datang dan
mendiami lamun yaitu karena lamun menyediakan sumber makanan bagi organiame dalam
bentuk detritus. Selain itu lamun juga menyediakan tempat berlindung yanb dapat
dimanfaatkan oleh biota-biota tersebut untuk bertahan hidup sehingga dapat tinggal dan
berkembang biak. Beberapa alasan sehingga Lamun menjadi habitat yang disenangi oleh
berbagai biota yaitu:
• Lamun efektif menambah substrat daerah permukaan Padang Lamun untuk flora epifit dan
fauna
• Lamun mengurangi aksi gelombang dan pasang surut sehingga sangat baik untuk beberapa
hewan/ fauna
• Lamun dapat mereduksi gerakam air, mineral terlarut, dan partikel organik terlarut dengan
mudah sehingga menjadi sumber partikel sebagai makanan bagi biota
• Padatnya daun Lamun melindungi dasar laut dari sinar matahari dibandingkan dengan
daerah yang tidak ditumbuhi oleh Lamun sehingga menyebabkan padatnya hewan Benthos
• kondisi Padang Lamun yang terlindungi dengan suplai makanan yang tinggi membuat
Lamun menjasi daya tarik bagi juvenil nekton dan nekton ukuran besar.
b) Keberadaan biota-biota tersebut pada lamun memberikan keuntungan (benefit), dengan
keberadaan biota-biota tersebut memungkinkan ekosistem lamun mempunyai potensi yang
cukup besar dalam menunjang produksi perikanan diwilayah pesisir. Dan bagi lamun
dengan keberadaan biota-biota tersebut seperti contohnya makrozoobentos yang
mempunyai kebiasaan untuk menggali tanah, hal tersebut dapat menguntungkan bagi
lamun karena kegiatan tersebut membantu lamun mendapatkan oksigen yang lebih

11. a) Aktivitas antropogenik merupakan penyebab kerusakan yang cukup dominan pada
ekosistem padang lamun. Kegiatan perikanan yang tidak ramah lingkungan seperti
menangkap ikan dengan potassium sianida telah berdampak pada menurunnya nilai dan
kerapatan spesies lamun. Pemanfaatan lamun secara berlebih untuk limbah pertanian,
industri, dan rumah tangga yang dibuang ke laut juga berpengaruh pada masalah kesehatan
ekosistem lamun. Degradasi lamun juga disebabkan oleh meningkatnya laju pembangunan
fisik seperti pembangunan pelabuhan, dermaga perikanan, dan pengembangan kawasan
industri. Aktivitas pemanfaatan yang dilakukan secara terusmenerus menyebabkan
terjadinya degradasi dan jika tanpa ada upaya pengelolaan yang berkelanjutan nantinya akan
mempengaruhi eksistensi ekosistem lamun. Faktor alami juga bisa berpotensi sebagai
sumber ancaman bagi lamun. Bencana alam seperti badai, aktivitas gunung berapi,
gelombang pasang, adanya hama dan penyakit, serta ledakan populasi biota pemakan lamun
dapat menyebabkan terdegradasi.
b) Bisa. Transplantasi lamun merupakan salah satu upaya untuk mengatasi degradasi ekosistem
padang lamun. Metode ini telah dicoba pada berbagai jenis lamun dan ditanam pada
berbagai kedalaman. Berbagai proyek lingkungan dan berbagai skema perbaikan telah
dilakukan sebagai upaya mitigasi hilangnya lamun
12. Padang lamun dipengaruhi oleh aktivitas kegiatan pertambangan, aktivitas pengerukan pasir,
dan pengendapan dekat pantai akibat penimbunan lumpur dan racun.Pengaruh penggunaan
pestisida pada kolam ikan dan tambak udang dapat menyebabkan eutrofikasi yang berdampak
buruk bagi ekosistem lamun disekitartambak. Peningkatan muatan sedimen ke laut dapat
meningkatkan jumlah nutrien. Hal ini memacu pertumbuhan alga epifitik yang dapat
menghalangi lamun memperolehsinar matahari sehingga dapat mengalami kematian.Selain itu
tingginya tingkat penggunaan dinamit untuk menangkap ikan seperti di wilayah Indonesia
dapat merusak padang lamun dan menurunkan biodiversitas lamun dan fauna asosiasi. Kondisi
padang lamun secara keseluruhan mengalami penurunan, baik dari kelimpahan maupun
jenisnya disebabkan oleh aktivitas manusia dalam zona pemanfaatan pariwisata.
13. Lamun memiliki kemampuan untuk menyerap CO2 melalui proses fotosintesis. lamun yang
ternyata dapat menyerap karbon dalam jumlah yang lebih besar yang dikenal dengan istilah
bluecarbon/karbon biru.
a. Lamun memiliki kemampuan untuk menyerap karbon, namun setiap jenis lamun
memiliki kemampuan yang berbeda dalam menyerap karbon. Sama seperti pada
kemampuannya menghasilkan biomassa, lamun-lamun yang berukuran besar cenderung
memiliki kandungan karbon yang lebih tinggi dibanding jenis yang berukuran kecil.
b. Karbon yang diserap lamun sebagian digunakan sebagai energi dan sebagian lainnya
disimpan dalam jaringan-jaringan tubuhnya dalam bentuk dan menyimpannya ke dalam
jaringan-jaringan di tubuhnya dalam bentuk biomassa. Selain menyimpan pada jaringan
tubuhnya, sedimen yang berada di bawahnya turut menyimpan kandungan karbon
sehingga padang lamun dianggap sebagai carbonsinker yang efektif. Kemampuan
menyerap karbon umumnya berbeda di antar tiap jenis lamun. Perbedaan ini dapat
disebabkan oleh faktor internal yang berasal dari lamun sendiri seperti morfologi dan
metabolisme jenis lamun.
14. Nutrien yang dibutuhkan untuk kehidupan lamun adalah Karbon (C), Nitrogen (N), dan fosfor
(P). Nitrogen dalam bentuk Nitrat (NO3) dan pospor dalam bentuk senyawa fospat di sedimen
berada dalam bentuk senyawa terlarut dan partikulat. Sumber utama nitrat dan fosfat secara
alami berasal dari aktifitas domestik dan perairan itu sendiri melalui proses penguraian,
pelapukan, dekomposisi organisme dan buangan limbah daratan (domestik, industri, pertanian,
peternakan dan sisa pakan) yang diuraikan oleh bakteri menjadi zat hara.
15. Ketersediaan nutrien di perairan padang lamun dapat berperan sebagai faktor pembatas
pertumbuhanakan menjadi sangat penting untuk melihat produktivitas primer padang lamun
dan organisme autrotofnya. Penyerapan nutrien pada lamun pada kolom air dilakukan oleh
daun sedangkan penyerapan nutrien dari sedimen dilakukan oleh akar namun tidak menutup
kemungkinan pengangkutan nutrien oleh akar juga akan sampai pada bagian daun. Jika
kebutuhan nutrien tidak terpenuhi dengan baik, maka pertumbuhannya mengalami gangguan.
Seperti perbedaan sebaran dan kepadatan lamun itu sendiri.
a. Nitrat dan fosfat merupakan zat hara yang berperan penting dalam pertumbuhan
dan metabolisme tumbuhan dan merupakan indikator untuk kualitas dan kesuburan
suatu perairan termasuk ekosistem lamun.Nutrien inilah yang melibatkan
tumbuhan lamun dalam proses daur ulangnya.
b. Lamun membutuhkan biota lain dalam proses daur ulang nutrien, contohnya seperti
teripang membantu mengoksidasi sedimen dan mendaur ulang nutrisi di antara
lapisan sedimen di dasar laut. Mereka menelan dan mengeluarkan sejumlah besar
sedimen, memperkaya daerah sekitarnya dengan nutrisi terlarut. Proses ini
menguntungkan lamun dengan menyediakan nutrisi untuk mendukung
pertumbuhan, dan lebih banyak ruang di bawah permukaan untuk ekstensi akar.
Daftar Pustaka

Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan. (2019). Potensi Lamun dan
rumput laut Sebagai Bahan Pangan. http://www.brln.go.id/berita/potensi-rumput-laut-
sebagai-bahan-pangan
Listiawati, V. (2018). Peran Lamun Sebagai Bioindikator Kualitas Perairan Pesisir.
in Proceeding Biology Education Conference: Biology, Science, Enviromental, and
Learning, 15(1), 750-754.
Hidayat, M., & Widyorini, N. (2014). Analisis Laju Sedimentasi di Daerah Padang Lamun
Dengan Tingkat Kerapatan Berbeda di Pulau Panjang, Jepara. Management of Aquatic
Resources Journal (MAQUARES), 3(3), 73-79.
Hidayat, W., Warpala, I. S., & Dewi, N. S. R. (2018). Komposisi Jenis Lamun (Seagrass) dan
Karakteristik Biofisik Perairan di Kawasan Pelabuhan Desa Celukanbawang Kecamatan
Gerokgak Kabupaten Buleleng Bali. Jurnal Pendidikan Biologi Undiksha, 5(3), 133-145.
Hutomo, M. & Nontji, A. (2014). Panduan Monitoring Padang Lamun. CRITC CORELMAP
CTI LIPI: Jakarta. VIII 37 hlm.
Ira. I., Oetama. D &juliati. J. (2013). Kerapatan Dan Penutupan Lamun pada Daerah Tanggul
Pemecah Ombak Di Perairan Desa Terebino Propinsi Sulawesi Tengah. Jurnal ilmu
perikanan dan sumber daya perairan, 2(1), 89-96.
Khairunnisa., Setyobudiandi. I &Boer. M. (2018). Estimasi Cadangan Karbon pada Lamun Di
Pesisir Timur Kabupaten Bintan. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 10(3), 639-
650.
Kiswara, W. 2004. Kondisi Padang Lamun (seagrass) di Teluk Banten 1998 – 2001. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Oseanologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,
Jakarta.
Kurniawan, F., Imran, Z., Darus, R.F., Anggraeni, F., Damar, A., Sunuddin, A., Kamal, M.M.,
Pratiwi, N.T.M., Ayu, I.P., & Iswantari, A., (2020). Rediscovering Halophila major
(Zollinger) Miquel (1855) in Indonesia. Aquatic Botany, 161:103171.
Nabilla. S., Hartati. R &Nuraini. R. A. T. (2019). Hubungan Nutrien pada Sedimen dan
Penutupan Lamun di Perairan Jepara. Jurnal Kelautan Tropis, 22(1), 42-48
Nabil, Z. (2018). Pengenalan Padang Lamun Suatu Ekosistem Yang Terlupakan.
Lhokseumawe : Unimal Press
Oktawati. N. O., Sulististianto. E., Fahrizal. W & Maryanto. F. (2018). Nilia ekonomi
ekosistem lamun di kota Bontang. Journal Enviro Scienteae, 14(3), 228-236.
Sahalessy. A., Siahainenia. L &Tupan. C. I. (2023). Struktur Komunitas Lamun Dan Bentuk-
Bentuk Pemanfaatan Ekosistem Lamun Di Negeri Amahai Kabupaten Maluku Tengah.
Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan, 19(1), 64-77.
Silitonga. M. S., Nedi. S & Zulkifli. (2021). Ratioof Elements Carbon (C), Nitrogen (N), and
Phosphorus (P) At Sediment in Seagrass Ecosystem Nirwana Beach Padang West
Sumatera. Journal of Coastaland Ocean Sciences, 2(3), 170-176.
Siswanto. E., Mulyadi. A &Windarti. (2017). Jasa Ekosistem Padang Lamun Di Daerah
Kawasan Konservasi Lamun Trikora (Studi Di Desa Teluk Bakau) Kabupaten Bintan
Provinsi Kepulauan Riau. Jurnal Berkala Perikanan Terubuk, 45(1), 59–69.
Syawal. A. M., Ira &Afu. L. O. A. (2019). Laju Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Lamun
Hasil Transplantasi Di Perairan Teluk Kendari. Jurnal Sapa Laut, 4(2), 69-77.
Syukur, A. (2015). Distribusi, Keragaman Jenis Lamun (Seagrass) dan Status Konservasinya
di Pulau Lombok. Jurnal Biologi Tropis, 15 (2),171-182.
Tangke, U. (2010). Ekosistem Padang Lamun (Manfaat, Fungsi dan Rehabilitasi). Agrikan:
Jurnal Agribisnis Perikanan, 3(1), 9-29.
Yaakub, S.M., Ooi, J.L.S., Buapet, P., & Unsworth, R., (2018). Seagrass research in Southeast
Asia (editorial). Botanica Marina. 61:1–3.

Anda mungkin juga menyukai