Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara kepulauan yang dua pertiga wilayah negaranya
adalah laut dan lautan dengan 13.667 buah pulau besar maupun kecil, serta
mempunyai garis pantai terpanjang di dunia, yaitu kurang lebih 80.791,42 km.
Selain itu, kekayaan alam di dalamnya pun luar biasa banyaknya, terutama dengan
keanekaragaman jenis hewan (fauna), tumbuh-tumbuhan (flora), serta bahan
tambang dan mineral. Apalagi tingkat pencemaran laut indonesia relatif kecil,
yaitu hanya sekitar 0,2 persen bila dibandingkan dengan pencemaran laut yang
terjadi diseluruh dunia.
Tetapi sangat disayangkan, potensi laut Indonesia yang sedemikian baiknya
kurang dimanfaatkan secara optimal serta tidak diimbangi pula dengan usaha
pengembangan lebih lanjut. Sampai sejauh ini, sebagian besar petani ikan
(nelayan) hanya melakukan kegiatan pemungutan hasil laut saja tanpa adanya
usaha-usaha pengembangan. Namun demikian, ada juga sebagian kecil yang
sudah mulai dikembangkan, seperti pembudidayaan beberapa jenis ikan, udang,
dan rumput laut. Saat ini yang sedang banyak dikembangkan di Indonesia adalah
pembudidayaan rumput laut. Bahkan di beberapa daerah sudah dilakukan secara
besar-besaran. Contohnya, di teluk Jakarta, bahkan di propinsi Sulawesi Selatan,
tepatnya di daerah pesisir Takala, Bulukumba, dan Maros, areal budidaya rumput
laut lebih kurang seluas 775 Ha dengan hasil sekali panen lebih kurang 170
ton.
Rumput laut (sea weed) merupakan hasil perikanan yang bukan berupa ikan,
tetapi berupa tanaman. Usaha budidaya ini mengingat potensi rumput laut sebagai
salah satu komoditas ekspor nonmigas ternyata mempunyai prospek ekonomi
yang cukup cerah.
Rumput laut merupakan salah satu dari tiga komoditas utama program revitalisasi
perikanan yang diharapkan berperan penting dalam peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Pada akhir tahun 2009, rumput laut ditargetkan produksi meningkat
menjadi 1,9 juta ton (Eucheuma spp. 1,5 juta ton) dengan sasaran pengembangan
areal budidayaEucheum a spp. seluas 1.500.000 ha serta penyerapan tenaga kerja
sekitar 255.000 orang (Anonim, 2005).
Untuk melakukan kegiatan budidaya rumput laut, sangat terbatas apalagi beberapa
lokasi perairan pantai di Indonesia pada waktu surut terendah dasar perairannya
kering. Dengan demikian perlu adanya metode lain yang bisa memanfaatkan
perairan-perairan yang relatif dalam yang selama ini kurang dimanfaatkan
walaupun sebenarnya mempunyai potensi lebih besar apabila dimanfaatkan secara
optimal.
Pemanfaatan lahan umum seperti perairan pesisir dan laut, juga sangat berpotensi
tidak menentu. Terlepas dari kebijakan lokal untuk menentukan pemanfaatan
lahan ataupun kebijakan yang berubah-ubah sesuai dengan kebijakan pemerintah
yang baru, aspek lain tetap harus dipertimbangkan. Olehnya itu, persyaratan
lokasi mutlak menjadi pertimbangan utama sebelum menetapkan sesuai areal
untuk suatu usaha budidaya.
Beberapa kegiatan budidaya baik skala kecil maupun besar, tidak berhasil akibat
pemilihan lokasi yang tidak tepat. Apalagi pada wilayah yang penataan ruangnya
belum ada sering menyebabkan komplik pemanfaatan lahan terutama aktifitas-
aktifitas yang sangat saling berpengaruh tetapi kegiatannya yang
berdampingan. Pemilihan lokasi merupakan langkah pertama yang sangat penting
dalam menentukan keberhasilan usaha budida rumput laut.
Pertumbuhan rumput laut sangat ditentukan oleh kondisi ekologi setempat Pada
tahap ini, diperlukan pertimbangan mengenai ekologi, teknis, kesehatan, sosial,
dan ekonomi, serta ketentuan dari peraturan dan perundang-undanganyang
berlaku. Disamping itu, per juga dipertimbangkan pengembangan sektor lain,
seperti perikanan, pertanian, pelayaran, pariwisata, pertambangan, pengawetan
dan perlindungan sumberdaya alam, serta kegiatan alam lainnya.
Budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, bukan saja faktor
internal tetapi juga faktor luar yang secara fisik tidak dalam lingkungan budidaya
namun juga memberi kontribusi terhadap keberhasilan kegiatan budidaya. Oleh
karena itu, sebelum kita melakukan usaha budidaya pertimbangan yang matang
sebelum menetapkan lokasi yang akan dipilih mutlak diperlukan demi
kesinambungan usaha budidaya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Apa itu rumput laut ?
Dimana habitat rumput laut ?
Klasifikasi dari rumput laut ?
Manfaat rumput laut ?
Aspek Aspek Dalam Budidaya ?
1.3 TUJUAN
Tujuan mengenal Rumput Laut adalah agar dapat memahami dengan baik
tentang rumput laut, dapat membuka inspirasi bagi pembaca dalam memanfaatkan
rumput laut sebaik mungkin dan budidaya rumput laut.






BAB II
PEMBAHASAN
2.1 RUMPUT LAUT
Rumput laut termasuk beberapa jenis (species) dari alga atau ganggang, dimana
alga ini dikenal sebagai vegetasi perintis (tanaman perintis). Alga mengandung
klorofil, karotenoid, dan juga kromatophora (butiran-butiran zat warna), seperti
hijau, biru, keemasan, dan lain sebagainya.
Alga atau phyton dalam bahasa latin mempunyai nama dan istilah Indonesia yaitu
ganggang. Ganggang ini berbeda sekali dengan ganggang (Hydrilla spp). Orang
sering keliru dalam penamaan serta pengenalannya, jadi berhati-hatilah dalam
mengenali dan memberi nama rumput laut.
Di Indonesia sendiri, rumput laut mempunyai bermacam-macam nama, sesuai
dengan daerah tempat dia ditemukan. Di pulau Jawa dikenal dengan nama kades,
ganggang atau rambu kasang. Di pulau Bali disebut bulung, di pulau Lombok
namanya lelusa. Sedang di kepulauan Maluku dikenal dengan nama arien.
2.2 HABITAT RUMPUT LAUT
Habitat atau tempat hidup alga adalah di air, baik itu air tawar, payau, maupun
laut, selain itu dapat pula di tanah yang lembab. Umumnya dia hidup sebagai
plankton (jasad renik), yang terdiri dari:
Zooplankton, plankton yang dapat bergerak sendiri.
Phytoplankton, plankton yang tidak dapat bergerak sendiri, sifatnya lebih
mendekati sifat tanaman.
Benthos, yaitu ganggang atau alga yang hidup di dasar perairan, sedangkan yang
hidupnya terapung disebut Neuston
Sebagian jenis alga lagi hidupnya menempel pada tumbuhan lain, hewan, karang
yang mati, potongan karang, dan substrat keras lainnya, baik yang alami maupun
buatan (artificial) yang biasa disebut periphyton.
2.3 KLARIFIKASI DARI RUMPUT LAUT
Alga atau ganggang dapat diklasifikasikan menjadi tujuh divisi, berdasarkan pada
pigmentasi yang ada di dalam tubuh alga, yaitu :
1. Divisi Cyanphyta (alga biru)
Tepat hidup dari alga divisi ini umumnya di tempat lembab, air tawar, dan dapat
hidup mulai dari suhu 0o-75o. Beberapa genus (marganya) ada yang hidup bebas,
epifit (hidup pada kulit tumbuhan), epizoik (hidup pada kulit hewan), endofit
(hidup dalam jaringan tumbuhan), dan menempel pada dasar perairan, juga ada
yang bersimbiosis.
Susunan tubuhnya ada yang bersel satu (uniseluler), membentuk koloni dan
filamen. Alga biru dapat melakukan fotosintesis yang menghasilkan tepung
sianofise dan sianofisin (sejenis protein). Hal ini dikarenakan tubuhnya
mengandung klorofil a dengan karotenoidnya beta ().
2. Divisi Chlorophyta (Alga hijau)
Divisi Chlorophyta ini dibagi menjadi dua kelas, yaitu :
Chlorophyceae (alga hijau)
Tempat hidupnya kelompok alga hijau ini umumnya pada tempat yang lembab, di
air tawar, payau, maupun air laut, hidup bebas dan menempel, namun ada juga
yang hidup secara epifit, endofit, epizoik, serta bersimbiosis.
Susunan tubuhnya ada yang bersel tunggal (uniseluler) maupun bersel banyak
(poliseluler), tetapi ada juga di antaranya yang membentuk kolomi dan filamen.
Alga dari divisi ini dapat melakukan proses fotosintesis yang menghasilkan
amilum dan lemak. Hal ini dikarenakan tubuhnya mengandung klorofil a dan
b, karotenoidnya alfa () dan beta (). Perkembangbiakannya secara sporik,
namun ada juga yang gametik.
Charophyceae (alga karang)
Tempat hidupnya, umumnya di dasar air tawar dan melekat. Susunan tubuhnya
bersel tunggal, tetapi ada juga yang bersel banyak (poliseluler).
Alga karang ini memiliki persamaan dengan alga hijau. Persamaanya terletak pada
cadangan makanannya, yaitu amilum dan lemak. Perkembangbiakannya,
umumnya secara vegetatip dan gametik.
3. Divisi Euglenophyta
Lingkungan hidupnya di kolom-kolom air tawar yang banyak bahan organik.
Hidupnya sering dijumpai sebagai zooplankton dan endozoik. Susunan tubuhnya
bersel tunggal dan ada sebagian yang hidupnya berkelompok. Pigmentasinya
antara lain klorofil a dan b, serta karotenoidnya beta ().
Perkembangbiakannya secara vegetatif saja, yaitu dengan pembelahan
longitudinal.
4. Divisi Phyrophyta (alga api)
Divisi ini hanya mempunyai satu kelas saja, yaitu Dinophyceae (alga yang
gerakannya memutar) Tempat hidup alga ini umumnya di air laut, tetapi ada juga
beberapa jenisnya yang hidup di air tawar. Tubuhnya umumnya bersel tunggal.
Pigmentasi yang dimiliki alga dari kelas Dinophyceae ini antara lain, klorofil a
dan c. Perkembangbiakannya dapat terjadi secara vegetatif, sporik, maupun
gametik.
5. Divisi Chrysophyta (alga keemasan)
Divisi Chrysophyta atau alga keemasan ini dibagi menjadi beberapa kelas, yaitu
sebagai berikut :
Xanthophyceae
Alga ini memiliki warna dominan kekuningan. Tempat hidupnya di air tawar, laut
dan juga tanah yang agak lembab, dengan sifat hidupnya ada yang melekat dan
ada pula yang bebas. Susunan tubuh dari alga ini adalah sel tunggal, dan ada juga
yang membentuk filamen dan tubular. Pigmentasinya antara lain, klorofil a dan
c. Perkembangbiakannya dapat terjadi secara vegetatif, sporik, maupun
gametik.
Chrysophyceae (alga keemasan)
Alga keemasan tempat hidupnya kebanyakan di laut, tetapi ada juga yang hidup di
air tawar. Susunan tubuhnya umumnya bersel tunggal (uniseluler), dan ada juga
yang membentuk koloni-koloni. Mengandung klorofil a dan c.
Perkembangbiakannya umumnya secara vegetatif dan sporik.
Bacillariophyceae (alga kersik, diatome)
Tempat hidup alga kersik atau diatome ini umumnya di air laut, namun ada juga
sebagian yang hidup di air tawar dan tanah yang lembab. Susunan tubuhnya,
umumnya bersel tunggal. Pigmentasi yang dimiliki alga dari kelas ini antara lain,
klorofil a dan c. Perkembangbiakannya terjadi secara vegetatif dan gametik

6. Divisi Phaeophyta (alga perang)
Lingkungan hidupnya umumnya di laut dan hanya sebagian kecil saja yang hidup
di muara sungai yang berair payau. Susunan tubuhnya, umumnya bersel banyak
(multiseluler) dan tubuhnya sudah dapat dibedakan antara helaian (lamina),
tangkai (stipe), dan pangkal yang bentuknya menyerupai akar (haptera).
Pigmentasi yang dimiliki alga perang, antara lain, klorofil a dan c, sedangkan
cadangan makanannya berupa Manitol (senyawa alkohol) dan Laminarin
(senyawa karbohidrat). Perkembangbiakannya terjadi secara vegetatif, sporik, dan
gametik.
7. Divisi Rhodophyta (alga merah)
Tempat hidupnya di air laut, mulai dari tepi pantai sampai laut yang agak dalam.
Untuk susunan tubuhnya, umumnya bersel banyak (multiseluler), tetapi ada juga
yang bersel tunggal (misalnya Porphyridium) dan sering juga membentuk filamen
(bengang).
Pigmentasi yang dimiliki alga merah antara lain, klorofil a dan d. Cadangan
makanannya berupa tepung florida. Perkembangbiakannya terjadi secara vegetatif,
yaitu dengan fragmentasi, sporik dan gametik
2.4 MANFAAT RUMPUT LAUT
Tumbuhan rumput laut ini, bersama-sama dengan tumbuhan fotosintetik lainnya
termasuk plankton merupakan kelompok organisme penting di laut karena
sebagai pembentuk makanan primer memberikan sumbangan besar bagi
kehidupan binatang akuatik di laut. Manfaatannya, bersifat ganda yaitu
bermanfaat langsung bagi kepentingan manusia dan bagi kelanjutan fungsi
ekologis perairan melalui perannya dalam rantai makanan di laut sebagai
sumber makanan binatang di laut. Jadi, secara tidak langsung bermanfaat juga
bagi tersedianya berbagai jenis binatang laut yang dikonsumsi oleh manusia.
Dari ratus-an jenis rumput laut yang ada di Indonesia, banyak di antaranya
yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam kebutuhan, antara lain sebagai
bahan makanan dan sayuran. Pemanfaatan lain adalah sebagai bahan mentah
untuk industri penghasil agar, karaginan dan alginat yang diperlukan untuk
bahan tambahan dalam pengolahan makanan, minuman, farmasi, kosmetika dan
tekstil di dalam dan luar negeri. Kandungan kimia lain yang penting terdapat
dalam rumput laut selain karbohidrat yang berupa polisakarida seperti agar,
karaginan dan alginat juga terdapat mineral, protein, lemak, vitamin dan yodium.
Secara tidak disadari bahwa sebenarnya manfaat dan peran rumput laut ini telah
ada pada kehidupan kita sehari-hari. Kita berhias dengan minyak rambut,
berkeramas dengan shampoo, bergosok gigi dengan odol, menikmati eskrim dan
coklat, berdandan dengan baju yang bermotif warna-warni dan menyemir sepatu ,
kesemua bahan yang kita pergunakan tersebut sedikit banyak mengandung
campuran rumput laut antara lain berupa agar, karaginan dan alginat.
Produksi rumput laut di Indonesia, sebagian dipasok dari hasil panen persediaan
alami (stock alam) di berbagai daerah dan yang lainnya berasal dari hasil panen
budidaya atau rekayasa penanaman oleh para petani rumput laut. Sekarang,
kegiatan penanaman rumput laut di Indonesia telah tersebar-luas ke berbagai
daerah, antara lain di Lampung, Banten, Teluk Jakarta, Bali, Nusa Tenggara
Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan Sulawesi
Tenggara.
Rumput laut telah lama digunakan sebagai makanan maupun obat-obatan di
negeri Jepang, Cina, Eropa maupun Amerika. Diantaranya sebagai nori, kombu,
puding atau dalam bentuk hidangan lainnya seperti sop, saus dan dalam bentuk
mentah sebagai sayuran. Adapun pemanfaatan rumput laut sebagai makanan
karena mempunyai gizi yang cukup tinggi yang sebagian besar terletak pada
karbohidrat di samping lemak dan protein yang terdapat di dalamnya.
Di samping digunakan sebagai makanan, rumput laut juga dapat digunakan
sebagai penghasil alginat, agar-agar, carrageenan, fulceran, pupuk, makanan
ternak dan Yodium. Beberapa hasil olahan rumput laut yang bernilai ekonomis
yaitu :
Alginat, digunakan pada industri farmasi sebagai emulsifier, stabilizer, suspended
agent dalam pembuatan tablet, kapsul;
kosmetik : sebagai pengemulsi dalam pembuatan cream, lotion, dan salep
makanan : sebagai stabilizer, emulsifier, thickener, additive atau bahan tambahan
dalam industri tekstil,
Agar-agar, banyak digunakan pada industri/bidang : kertas, keramik, fotografi dan
lain-lain ; mikrobiological : sebagai cultur media
2.5 ASPEK-ASPEK BUDIDAYA RUMPUT LAUT
Beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dalam budidaya rumput laut meliputi
aspek umum dan aspek teknis. Yang tercakup dalam aspek umum mengenai
pemilihan lokasi, pengadaan bibit, dan pemilihan bibit, pemeliharaan dan
pemanenan, hama dan penyakit, serta penanganan lepas panen. Sedangkan aspek
teknis meliputi cara atau metode budidaya, seperti metode dasar, metode lepas
dasar, dan metode apung.
Sesuai dengan judul makalah ini, maka ini hanya akan mencakup aspek umum
pemilihan lokasi secara teknis dan non teknis. Dalam makalah ini akan dibahas
mengenai pemilihan lokasi budidaya rumput laut (site election) dengan melihat
budidaya rumput laut di perairan pantai dan diperairan yang relatif dalam maupun
perairan dangkal. Lahan budidaya Eucheuma sp yang cocok terutama sangat
ditentukan oleh faktor ekologis faktor resiko, faktor higienis, dan faktor sosial-
ekonomi, yaitu :
1) Faktor Ekologis Dalam memenuhi persyaratan pertumbuhan Eucheuma spp,
dibutuhkan kondisi ekobiologi perairan yang memadai. Selanjutnya dikatakan
bahwa persyaratan lingkungan yang harus dipenuhi bagi budidaya, dan akan
diuraikan beberapa kondisi ekologi yang dibutuhkan untuk jenis rumput
lautEucheum a tersebut. Parameter ekologis yang perlu diperhatikan antara lain:
kondisi dasar perairan, kedalaman, arus, kadar garam, kecerahan, ketersediaan
bibit dan organisme pengganggu. yaitu meliputi :
a) Dasar Perairan
Dasar perairan yang paling cocok bagi pertumbuhanEucheum a spp adalah dasar
perairan yang stabil yang terdiri dari potongan-potongan karang yang mati dan
bercampur dengan pasir karang, ditumbuhi oleh komunitas yang terdiri dari
berbagai jenis makro-algae, maka daerah ini cocok untuk pertumbuhannya dan
menunjukkan adanya gerakan air yang baik. Dasar perairan seperti ini biasanya
juga terkait dengan tingkat kecerahan perairan. Perairan dengan dasar karang
ataupun karang mati memiliki kejernihan air yang relatif baik. Hal ini cukup
penting bagi berlangsungnya fotosintesis bagi rumput laut ataupun tanaman
lainnya.
Dasar perairan yang berlumpur kurang sesuai sebagai lokasi pemeliharaan rumput
laut. Dasar perairan yang didominasi oleh lumpur dapat mengakibatkan kekeruhan
yang tinggi. Kekeruhan yang tinggi dapat mengakibatkan bukan hanya penetrasi
cahaya yang rendah namun dampak langsungnya juga dapat berupa penempelan
lumpur pada 6
permukaan rumput laut yang dipelihara. Artinya, terjadinya pengadukan lumpur
selain berpengaruh pada penutupan permukaan rumput laut, juga mengurangi
penetrasi cahaya dan kedua faktor ini sangat mempengaruhi efektivitas
pemanfaatan cahaya oleh tanaman. Pada kondisi seperti itu, rumput laut tidak
dapat bertumbuh dan dapat mengakibatkan kematian jika hal ini berlangsung
lama.
Dasar perairan yang hanya terdiri dari pasir menunjukkan pergerakan air yang
sedikit, dan lumpur menunjukkan pergerakan air yang lebih rendah lagi. Dasar
perairan yang terdiri dari karang yang keras selalu atau sering menerima
pergerakan air yang kuat terutama pukulan ombak yang besar. Bila terdapat suatu
perairan yang terdiri dari potongan- potongan karang mati dan pasir berarti
pergerakan airnya cukup tidak rendah dan tidak terlalu kuat. Keadaan dasar
perairan yang dasarnya atau tumbuh-tumbuhan yang terdapat di situ banyak
ditempeli endapan (silt), mempunyai pergerakan air yang kurang. Hendaknya
perairan yang demikian tidak dipilih dalam penentuan area budidaya. Bila
budidaya dilakukan juga, seperti halnya tanaman yang tumbuh alami akan ditutupi
oleh endapan-endapan air. Tertutupnya permukaan thallus tanaman menyebabkan
kurangnya sinar matahari yang diterima yang diperlukan untuk proses fotosintesa.
Selain itu karena sedikitnya pergerakan air, maka jumlah makanan yang dapat
diserap juga sedikit. Sehingga dengan demikian pertumbuhan tanaman di tempat
yang demikian itu menjadi rendah.
Kedalaman Air
Kedalaman perairan sangat tergantung dari metode budidaya yang akan dipilih,
secara alamiEucheuma spp didapati hidup dan tumbuh dengan baik pada
kedalaman air sekitar 30 60 cm pada waktu surut terendah. Untuk metode lepas
dasar, rakit apung dan rawai (long line) dapat dilakukan pada perairan yang
kedalamannya 2 15 meter. Kondisi ini untuk menghindari rumput laut
mengalami kekeringan dan mengoptimalkan perolehan sinar matahari.
c) Arus
Arus mempunyai peranan penting dalam penyebaran unsur hara di laut. Arus ini
sangat berperan dalam perolehan makanan bagi alga laut karena arus dapat
membawa nutrien yang dibutuhkannya. Rumput laut merupakan organisme yang
memperoleh makanan (nutrients) melalui aliran air yang melewatinya. Gerakan
air yang cukup akan membawa nutrients dan sekaligus mencuci kotoran yang
menempel pada thallus, membantu suplai oksigen, dan dapat mengatasi kenaikan
temperatur air laut yang tajam. Kecepatan arus yang dianggap cukup untuk
budidaya rumput laut berkisar antara 20 - 40 cm/ detik dan suhu yang baik
untukpertumbuhan rumput laut berkisar 20 28 C. Indikator suatu loaksi yang
memiliki arus yang baik adanya tumbuhan karang lunak dan padang lamun yang
bersih dari kotoran dan miring ke satu arah. Arus merupakan gerakan mengalir
suatu masa air yang dapat disebabkan oleh tiupan angin, perbedaan densitas air
laut dan pasang surut yang bergelombang panjang dari laut terbuka. Menurut
Sulistijo (1994), salah satu syarat untuk menentukan lokasi Eucheuma sp adalah
adanya arus dengan kecepatan 0,33 - 0,66 m/detik. Di tempat yang pergerakan
airnya kuat, angka pertumubuhan tanaman akan tinggi, akan tetepi bila pergerakan
air (ombak atau arus) itu terlalu kuat, tanaman akan rusak patah-patah dan bahkan
bangunan budidaya bisa rusak. Jika dasar perairan yang hanya terdiri dari pasir
mempunyaipergerakan air yang kurang. Di tempat seperti ini pananaman
diatas dasar memberikan hasil yang kurang baik. Akan tetapi bilaEucheu m
a ditanam dekat permukaan air, mungkin pergerakan airnya cukup
karena pengaruh ombak, maka pertumbuhan tanaman akan lebih baik.
d) Salinitas
Di alam,Eucheum a spp tumbuh pada salinitas air laut yaitu berkisar 28 35 ppt.
Penurunan salinitas akibat masuknya air tawar akan menyebabkan
pertumbuhanEucheum a spp menjadi tidak normal. Untuk memperoleh perairan
dengan kondisi salinitas tersebut harus dihindari lokasi yang berdekatan dengan
muara sungai. Soegiarto et al. (1978) menyatakan kisaran salinitas yang baik
untukEucheum a sp adalah 32 - 35 ppt. Dalam hubungannya,Eucheuma spp
merupakan rumput laut yang relatif tidak tahan terhadap kisaran kadar garam yang
luas. Eucheuma spp memerlukan kadar garam yang agak tinggi disekitar
30 permill atau lebih. Hendaknya tidak dipilih lokasi yang dekat dengan muara
sungai. Dua hal yang merugikan dari muara sungai ini yaitu suplai air tawar yang
dapat merusak tanaman dan endapan atau lumpur yang dapat menutupi
permukaan thallus tanaman.
e) Suhu
Suhu perairan mempengaruhi laju fotosintesis. Nilai suhu perairan yang optimal
untuk laju fotosintesis berbeda pada setiap jenis. Secara prinsip suhu yang tinggi
dapat menyebabkan protein mengalami denaturasi, serta dapat merusak enzim dan
membran sel yang bersifat labil terhadap suhu yang tinggi. Pada suhu yang
rendah, protein dan lemak
membran dapat mengalami kerusakan sebagai akibatterbentuknya kristal di dalam
sel. Terkait dengan itu, maka suhu sangatmempengaruhi beberapa hal yang terkait
dengan kehidupan rumput laut, seperti kehilangan hidup, pertumbuhan dan
perkembangan, reproduksi, fotosintesis dan respirasi.
Sulistijo (1994) menyatakan kisaran suhu perairan yang baik untuk rumput
lautEucheuma adalah 27 30oC. Temperatur air laut dipengaruhi oleh arus,
pasang dan kedalaman. Adanya arus terus menerus, apalagi bila massa airnya
berasal dari parairan dalam maka temperatur cukup baik, mungkin 2527C atau
lebih rendah lagi. Dan yang penting dari temperatur ini fluktuasinya yang rendah.
Pada waktupasang surut, tidak terjadi aliran air, kedalaman hanya bebarapa
cm pada siang hari yang cerah, maka temperatur air cukup tinggi dapat mencapai
sampai 35C. Hal ini dapat merugikan tanaman apalagi bila berlangsung lama
sampai 3 atau 4 jam.
f) Kecerahan
Dalam budidaya rumput laut tingkat kecerahan yang tinggi sangat dibutuhkan,
sehingga cahaya dapat masuk kedalam air. Intensitas sinar yang diterima secara
sempurna oleh thallus merupakan faktor utama dalam proses fotosintesa. Kondisi
air yang jernih dengan tingkat transparansi sekitar 1,5 meter cukup baik bagi
pertumbuhan rumput laut.
g) Pencemaran
Pencemaran perairan oleh rumah tangga, industri, maupun limbah kapal laut harus
dihindari. Semua bahan pencemaran dapat menghambat pertumbuhan rumput laut.
Perairan yang mengalami pencemaran karang terutama merupakan alur pelayaran
tidak dianjurkan untuk dipilih sebgai lokasi pananaman.
h) Ketersediaan Bibit.
Bibit rumput laut yang berkualitas sebaiknya tersedia di sekitar lokasi yang
dipilih, baik yang bersumber dari alam maupun dari budidaya. Apabila di lokasi
tersebut tidak tersedia bibit maka sebaiknya didatangkan dari daerah terdekat
dengan memperhatikan kaidah-kaidah penanganan bibit dan pengangkutan yang
baik. Pada lokasi dimana Eucheuma cottonii bisa tumbuh, biasanya terdapat pula
jenis lain seperti Gracilariadan Sargassum



i) Areal budidaya
Suatu perairan yang merupakan terusan dan terletak di antara dua pulau atau
gugusan pulau-pulau karang biasanya mempunyai arus kuat dan baik sekali untuk
area budidaya. Di perairan yang menghadap lautan bebas, bila terdapat barrier reef
juga bagus sekali dipilih karena tanaman akan mendapat pergerakan air baik
sekali dari ombak samudera yang sudah pecah di karang sebelum mencapai
tanaman. Di suatu perairan karang yang luas sekali dapat terjadi alur-alur atau
kanal yang waktusurut rendah merupakan anak sungai. Di bagian ini arusnya lebih
dari di bagian lainnya sehingga bagus juga untuk area budidaya.
Di alam, tumbuhnya biasa persis pada garis surut terendah atau tidak lebih dalam
dari 1,0 meter di bawah garis surut terendah. Kadang- kadang masih terdapat juga
ditempat-tempat yang kekeringan sampai satu jam pada waktu surut. Untuk
menentukan areal budidaya dalam hubungannya dengan kedalaman, perlu
diperhatikan bahwa pada waktu pasang surut terendah area tersebut tidak
kekeringan (exposed). Apabila areal demikian sukar diperoleh, bisa juga dipilih
areal yang kekeringan hanya sekitar satu atau dua jam. Kedalaman maksimum
akanditentukan berdasarkan pada metoda penanaman apa yang akan digunakan.
Bila digunakan metoda lepas dasar maka maksimum kedalaman pada surut
terendah 30 cm. Dengan sedemikian semua pegga pekerjaan penanaman
pemeliharaan dan panen dapat dikerjakan dengan mudah. Maksimum kedalaman
ini kira-kira satu meter. Bila akan digunakan metoda terapung maka
kedalamannya dapat lebih dalam, karena pemeliharaan dan panen dapat dilakukan
di atas perahu. Walaupun demikian, pemeliharaan panen dari atas perahu lebih
sulit dari pada bila dikerjakan sambil berdiri di dasar perairan.
2) Sarana dan Prasarana; Lokasi budidaya sebaiknya berdekatan dengan sarana
dan prasarana perhubungan yang memadai untuk memudahkan dalam
pengangkutan bahan, bibit, hasil panen dan pemasarannya.
3) Kondisi Sosial Masyarakat; Kondisi sosial masyarakat yang
kondusif memungkinkan perkembangnya usaha budidaya rumput laut.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Rumput Laut adalah sejenis alga yang memiliki zat warna yang juga disebut
klorofil dengan berbagai macam warna. Habitat hidup rumput adalah di air, yaitu
air tawar, laut, payau dan ada beberapa yang hidup di tanah yang lembab.
Rumput laut dapat diklasifikasikan kedalam tujuh divisi, berdasarkan pada
pigmentasi yang ada di dalam tubuh rumput laut itu sendiri, yaitu Cyanophyta
(alga biru), Chlorophyta (alga hijau), Euglenophyta, Pyrophyta (alga api),
Chrysophyta (alga keemasan), Phaeophyta (alga perang), Rhodophyta (alga
merah). Rumput Laut dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan, bahan dasar
pembuat kosmetik, agar-agar, alginat dan juga dapat dibudidayakan
Budidaya rumput laut memberikan harapan dalam peningkatan pendapatan
masyarakat pesisir. Oleh karena itu, upaya peningkatan produktivitas budidaya
rumput laut harus didukung persyaratan lokasi yang mutlak menjadi pertimbangan
utama sebelum menetapkan kesesuaian lahan/areal untuk suatu usaha budidaya.
Beberapa kendala yang dihadapi dalam pengembangan budidaya rumput laut
perlu dikaji lebih mendalam dalam mencari solusi yang tepat.




Diperlukan bimbingan dan pembinaan dari instansi terkait kepada pembudidaya
rumput laut melalui peningkatkan pengetahuan tentang aspek biologi, kimia dan
fisik persyaratan lokasi yang dapat dijadikan sebagai lokasi pembudidayaan
rumput laut serta teknik budidaya dan operasionalnya mulai dari perencanaan,
proses produksi, panen dan penanganan hasil panen serta pemasaran.
Selain itu perlu ditetapkan kelayakan pengembangan kawasan yaknipenentuan
pengembangan sentra produksi budidaya rumput laut dimanapengembangan
budidaya rumput laut perlu dilakuka dengan sistem kemitraan.
3.2 SARAN
Dari pembahasan di atas telah kita ketahui bahwa Rumput Laut sangat bagi kita
dan memberikan banyak manfaat. Untuk itu sebaiknya kita membudidayakannya
secara benar dengan memperhatikan aspek-aspek yang telah ada, sehingga rumput
laut yang dihasilkan lebih berkualitas.











DAFTAR PUSTAKA

Anggadiredja, Jana T., Zatnika, A., Heri Purwoto, dan Istini, S., 2006,
Rumput Laut Pembudidayaan, Pengolahan dan Pemasaran Komoditas
Perikanan Potensial. Penebar Swadaya, Informasi Dunia Pertanian,
Cetakan I, Jakarta.
Anggadiredja. J.T., Achmad Zatnika, Heri Purwoto dan Sri Istini., Rumput
Laut, seri Agribisnis,2006.
Anonimous., 2003. Petunjuk Teknis Budidaya Rumput Laut. Dalam
Rangka Intensifikasi Pembudidayaan Ikan. Direktorat Jenderal
Perikanan Budidaya. Direktorat Pembudidayaan, Jakarta.
Anonimous., 2005. Profil Rumput Laut Indonesia. Direktorat Jenderal
Perikanan Budidaya. Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
Mubarak,H., S. Ilyas, W.Ismail, I.S. Wahyuni, S.T. Hartati, E. Pratiwi, Z.
Jangkaru, dan R. Arifuddin. 1990. Petunjuk Teknis Budidaya Rumput Laut. Seri
Pengembangan Hasil Penelitian Perikanan
No. PHP/KAN/PT/13/1990. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perikanan, Jakarta. 94 hal.

Anda mungkin juga menyukai