Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG

FITOKIMIA
BUNTU MATABING, KECAMATAN LAROMPONG, KABUPATEN LUWU,
SULAWESI SELATAN

DOSEN PENGAMPUH : Apt. Anugrah Umar, S.Si.,M.Si


KELOMPOK 2
1. LURI AULIA HADI (211320053)
2. NURUL ZABINA SYAM (211320017)
3. DHEA YUFINA HASIM (211320007)
4. NURJAYA HAMID (211320024)
5. WIDYA LESTARI (2113200
6. SELPIANI (211320003)

LABORATORIUM FITOKIMIA
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNUVERSITAS MUHAMMADIYAH PALOPO
2023
BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan luas
perairan laut mencapai 75% dari total wilayahnya. Indonesia mempunyai
potensi sumber daya laut dengan keanekaragaman hayati yang sangat
besar, namun belum terdayagunakan dengan sebaik mungkin untuk
keperluan manusia. Keanekaragaman hayati di Indonesia adalah sebesar
15,3% dari total keanekaragaman hayati di dunia dan 37% spesies laut
dunia berada di Indonesia. Sumber daya laut yang banyak dapat
memberikan manfaat yang sangat besar untuk kehidupan manusia.
Pemanfaatan biota laut saat ini bukan hanya untuk dikonsumsi saja tetapi
juga mengarah kepada penelitian yang lebih jauh seperti penemuan obat–
obatan dan sebagai kosmetik yang berbahan dasar biota laut (Budiana,
2023).
Indonesia memiliki sumber daya alam laut yang besar baik ditinjau
dari kuantitas maupun keanekaragaman hasilnya. Meskipun organisme laut
adalah sumber zat obat yang berpotensi besar, sedikit sekali obat dari
bahan alam yang berasal dari laut. Kebanyakan obat kita justru berasal dari
tanaman atau mikroorganisme darat. Zat obat yang terdapat di dalam
organisme laut mempunyai struktur kimia beranekaragam. Struktur
molekulnya pun tidak sama dengan yang ditemukan pada tanaman darat.
Senyawa bioaktif bintang laut sangat menarik untuk diteliti terutama
berkaitan dengan sifat karakteristik kimia maupun biokimianya serta
pemanfaatannya untuk bidang pangan dan kesehatan
(Wulaisfan dkk, 2019).
Sebagian besar bintang laut ditemukan di daerah tropis Indo Pasifik.
Banyaknya terumbu karang menjadi faktor kelimpahan bintang laut di
daerah Indo pasifik. Seringkali biota ini di ketemukan di dekat terumbu
karang atau berasosiasi dengan terumbu karang dan terumbu karang
merupakan sumber makanan dari bintang laut. Menurut (Djibran
dkk,2014) salah satu spesies asteroidea ditemukan bersama dan berlimpah
pada permukaan yang keras, berbatu, berpasir, atau di dasar yang lunak.
Spesies yang lain ditemukan berada di dasar laut yang berbatu. Spesies
Asteroidea umumnya soliter tetapi pada kondisi ekologi tertentu bintang
laut menghindari sinar matahari langsung atau pengeringan yang
berlebihan, beberapa individu berkumpul pada tempat yang sama demi
pertahanan. Asteroidea bergerak merayap di atas dasar substrat dengan
kecepatan yang agak lambat. Habitat dari bintang laut membentang dari
zona intertidal, yaitu pantai yang terkena udara saat air surut dan zona
abyssal yang berada di bawah air selama pasang. Tidak hanya di zona
intertidal dan zona abyssal, bintang laut sering diketemukan di lubang –
lubang kecil. Semua filum Echinodermata memiliki peran dalam ekosistem
laut baik ekosistem lamun dan ekosistem terumbu karang. Bintang laut
disebut sebagai kunci ekologi yang berperan dalam menjaga keseimbangan
ekosistem laut. (Triana dkk, 2015).

Ekosistem lamun merupakan salah satu sumberdaya alam yang


terdapat di daerah pesisir pantai. Lamun dapat ditemukan hampir di
seluruh wilayah pesisir perairan Indonesia. Lamun yang ada di Indonesia
terdapat 12 jenis antara lain Cymodocea serrulata, C. rotundata, Enhalus
acoroides, Halodule uninervis, Halodule pinifolia, Halophila minor,
Halophila ovalis, Halophila decipiens, Halophila spinulosa, Thalassia
hemprichii, Syringodium isoetifolium dan Thalassodendron ciliatun
(Mardiyana dkk, 2014).

Lamun adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang hidup


terendam dalam air dan berkembang dengan baik di perairan laut dangkal
dan estuari. Di indonesia terdapat 13 jenis lamun yang tersebar di hampir
seluruh perairan indonesia dengan luas diperkirakan 30.000 km2. Lamun
merupakan tumbuhanyang beradaptasi sempurna dengan biota laut, terdiri
dari rimpang, daun, dan akar. Rimpang adalah bagian batang yang
tenggelam dan merayap, dengan simpul. Dalam buku-buku ini tumbuh
batang pendek yang tumbuh tegak,dengan daun dan bunga, dan akar.
Rimpang dan akar ini menahan gelombang dan arus (Rahmawati, 2014).

I.2 Maksud dan Tujuan


a. Maksud
Mahasiswa dapat memahami proses pengolahan berbagai sampel
biota laut.
b. Tujuan
Untuk mengetahui proses pengolahan berbagai sampel biota laut
dengan baik dan benar.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Tinjaun Lokasi


Keadaan geografis meliputi tanah dan segala keaadaanya,
pembagian darat dan ;laut, gunung, darat dan floranya dan panasnya,
semua gejala kosmo seperti gaya berat, sinar listrik dan sebagainya,
iklim, musim, gempa bumi termasuk didalamnya. Keadaan geografis
adalah kondisi yang tersedia oleh alam bagi manusia dan khususnya
diperlukan kondisi-kondisi lain.
Pantai Buntu Matabing adalah salah satu pantai yang secara
geografis terletak di wilayah kabupaten luwu provinsi Sulawesi Selatan
kecamatan Larompong yang letaknya kira-kira 70 km, sebelah selatan
kota Palopo. Pemilihan tempat ini cocok digunakan sebagai tempat
pengambilan sampel biota laut karna memiliki beraneka ragam jenis
biota laut seperti bintang laut, lamun, bulu babi, spons, taripang dan
masih banyak banyak biota laut lainnya.
II.2 Tinjauan Sampel
a. Lamun (Enhalus acoroides)
Lamun seagrass adalah tumbuhan berbunga Angiospermae yang
siklus hidupnya terendam di air dan bisa beradaptasi pada salinitas
yang cukup tinggi. Lamun merupakan tumbuhan yang memiliki
pembuluh secara struktur dan memiliki fungsi yang hampir sama
dengan tumbuhan daratan. Lamun merupakan tumbuhan laut
berkapasitas tinggi dalam menyerap logam berat karena lamun dapat
berinteraksi secara langsung dengan kolom perairan melalui daunnya
dan dapat berinteraksi secara langsung dengan sedimen melalui
akarnya, sehingga daun dan akar lamun merupakan bagian dari
penyerap ion logam yang baik. Kemampuan mengambil dan menahan
hasil pencemaran oleh makhluk hidup dari lingkungan yang melalui
suatu mekanisme, seperti yang dilakukan lamun, adalah suatu bentuk
bioakumulasi (Supriyantini dkk, 2016).
Secara umum kondisi lamun pada saat pasang, lamun tenggelam dan
ketika surut terendah hampir semua lamun terpapar sinar matahari.
Beberapa jenis lamun tidak mampu mentoleransi keadaan kekeringan
sehingga tidak mampu tumbuh pada zona intertidal, jenis lamun yang
ukurannya kecil serta mampu menahan air di antara daun-daunnya,
sehingga ketika terpapar pada surut paling rendah mampu bertahan pada
daerah tersebut seperti jenis lamun Halodule uninervis. Akan tetapi,
sebagian jenis lamun tidak mampu bertahan terhadap kekeringan
misalnya Lamun S. isoetifolium yang ditemukan pada kolam-kolam
dangkal pada daerah terumbu. Distribusi skala partikel sedimen
berpengaruh pada pertukaran air pori dengan kolom air di bagian atasnya.
Pada distribusi skala partikel yang mengarah ke arah debu dan liat akan
menyebabkan pertukaran air pada pori dengan kolom air menjadi rendah
sehingga konsentrasi nutrien dan fitotoksin seperti sulfida pada sedimen
akan meningkat. Kondisi sebaliknya akan dialami oleh lamun jika
menempati jenis sedimen pasir kasar (Zurba, 2018). Adapun klasfikasi
lamun (Enhalus acoroides) antara lain:
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Alismatales
Family : Hydrocacharitaceae
Genus : Enhalus
Spesies : Enhalus acoroides (Rawung dkk, 2018)

Identifikasi senyawa bioaktif yang terkandung dalam daun Enhalus


acoroides dilakukan secara kualitatif dengan prinsip pembentukan
endapan, warna dan busa Pengujian kandungan fitokimia dilakukan
terhadap sampel daun yang telah dikeringkan dan dihaluskan sehingga
memiliki luas permukaan yang lebih besar. Senyawa bioaktif berupa
metabolit sekunder yang diuji secara kualitatif meliputi alkaloid, terpenoid,
saponin, tanin dan flavonoid (Sidi dkk, 2018).
B. Bintang laut bertanduk (Protoreaster nodulosus)
Protoreaster nodusus adalah jenis bintang laut yang memiliki warna
beragam yaitu putih kehitaman, coklat kehitaman dan orange kehitaman.
Bintang laut ini umumnya berukuran besar, memiliki 5 buah lengan dan
terdapat tonjolan hitam pada bagian tubuh. Habitat bintang laut ini didaerah
berlamun serta berpasir (Mbana dkk, 2020). Bila dilihat dari bentuknya,
jenis ini disebut bintang laut bertanduk atau bintang lautchocolate chip.
Perairan dangkal yang hangat di kawasan Indo-Pasifik adalah lingkungan
alami hewan ini. Warnanya vibrant, biasanya antara oranye, merah, atau
cokelat. Starfish bertanduk merupakan karnivora oportunistik dengan
makanan berupa karang keras, spons, siput, hingga bulu babi. Populasi jenis
ini kini mulai berkurang, karena banyak diambil untuk di perdagangkann.
Bintang laut bertanduk juga merupakan salah satu biota laut yang digunakan
sebagai obat tradisional. Salah satunya adalah pengobatan infeksi. Infeksi
merupakan salah satu penyebab penyakit yang sering terjadi di daerah yang
beriklim tropis khususnya Indonesia. Salah satu infeksi yang sering terjadi
adalah infeksi pada kulit yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus
aureus (Hukom, 2022). Adapun klasifikasi dari bintang laut bertanduk
Protoreaster nodosus menurut (Mbana dkk, 2020):
Kingdom : Animalia
Kelas : Asteroidean
Ordo : Valvatida
Family : Ophidiasteridae
Genus : Protoreaster
Spesies : Protoreaster nodosus
morfologi dari bintang laut protoreaster nodosus yaitu Protoreaster
nodulosus memiliki warna yang bermacam-macam diantaranya ada yang
berwarna putih, hitam, cokelat, dan orange. Selain warna yang berbeda juga
berukuran besar serta bentuk tubuh keras yang dikutip oleh Erni L.
Hutauruk, menyatakan bahwa diameter tubuh Protoreaster nodulosus kira-
kira 10 cm dan berukuran lebih besar, hidup di terumbu karang, pasir dan
padang lamun.70 hal ini sesuai dengan hasil pengukuran yang di dapat oleh
peneliti. Dimana peneliti menemukan bahwa Protoreaster nodulosus
memiliki ukuran tubuh berkisar antara 12-17 cm. Protoreaster nodulosus
memiliki tubuh berukuran besar dan keras, bagian dorsal tubuhnya terdapat
tonjolan-tonjolan yang meruncing dan berwarna hitam (Nontji, 1993).
Bintang laut Protoreaster nodosus diketahui mengandung senyawa bioaktif
seperti alkaloid, steroid, saponin, flavonoid, dan tanin. Ekstrak etanol dari
bintang laut protoreaster nodosu memiliki daya hambat terhadap bakteri
Streptococcus sp dan jamur Candida albicans (Suhendra dan putri, 2020).

II.3 Fitokimia
Fitokimia merupakan ilmu yang mempelajari sifat dan interaksi
senyawa kimia metabolit sekunder dalam tumbuhan. kenberadaan metabolit
sekunder ini sangat penting bagi tumbuhan untuk dapat mempertahankan
dirinya dari makhluk hidup lainnya, mengundang kehadiran serangga untuk
membantu penyerbukan dan lain-lain. Metabolit sekunder juga memiliki
manfaat bagi makhluk hidup lainnya (Tatang, 2019).
Maserasi merupakan salah satu metode ekstraksi dengan melakukan
perendaman sampel atau simplisia dengan pelarut organik pada temperatur
ruang. Metode maserasi dapat menguntungkan dalam isolasi bahan alam yang
tidak tahan panas (Handoyo,2020). Faktor-faktor yang mempengaruhi proses
ekstraksi yaitu suhu, waktu ekstraksi, ukuran partikel, jenis pelarut dan rasio
bahan dengan volume pelarut (Distantina dkk, 2017).

II.4 Biota Laut


a. Bintang Laut Bertanduk Protoreaster nodosus
Bintang laut ini memiliki lima buah lengan berbentuk silindris dan
tumpul pada ujungnya. Pada bagian aboral, Protoreaster nodosus memiliki
madreporit sedangkan bukaan ambulaklar dan mulut terdapat di bagian
oral. Bintang laut ini memiliki garnul-garnul kecil yang menutupi
cakramnya. Pada umumnya memiliki warna biru pada bagian aboral.
Berikut klasifikasi bintang laut :
Kingdom : Animalia
Kelas : Asteroidean
Ordo : Valvatida
Family : Ophidiasteridae
Genus : Protoreaster
Spesies : Protoreaster nodosus
b. Lamun (Enhalus acoroides)
Lamun merupakan tumbuhan tingkat tinggi (Anthophyta) yang hidup
dan tumbuh terbenam di lingkungan laut yang memiliki rimpang (rhizome),
akar, dan berkembang biak secara generatif yaitu perkembangbiakan secara
kawin atau seksual pada tumbuhan berbiji satu (monokotil) dan vegetatif
yang merupakan perkembangbiakan secara aseksual (Sjafrie dkk, 2018).
Adapun klasifikasi lamun
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Alismatales
Family : Hydrocacharitaceae
Genus : Enhalus
Spesies : Enhalus acoroides (Rawung dkk, 2018)

c. Taripang Laut (Holothuria scabra)


Salah satu Echinodermata seperti teripang atau timun laut
merupakan hewan invertebrata yang memiliki tubuh lunak, hidup secara
berkelompok maupun menyebar dan banyak bercampur lumpur. Teripang
memiliki berbagai ukuran, bentuk, struktur dan warna yang bervariasi
mulai hitam pekat, merah, putih, kuning dan hijau (Ratna dan Suruwaky,
2016).
Kingdom : Animalia
Division : Echinodermata
Kelas : Holothuroidea
Ordo : Holothurida
Family : Holothuridae
Genus : Holothuria
Spesies : Holothuria scabra (Ratna dan Suruwaky, 2016)
d. Bulu Babi (Diadema setosu)
Bulu babi merupakan salah satu sumberdaya hayati laut yang
mempunyai prospek untuk dikembangkan. Bulu babi mempunyai
peranan yang penting baik dari segi ekologis maupun ekonomis. Peranan
ekologisnya yaitu sebagai pengontrol pertumbuhan populasi alga yang
berada di perairan. Bulu babi termasuk dalam anggota Filum
Echinodermata (dari bahasa Yunani yang artinya kulit berduri). Anggota
dari Filum Echinodermata terdiri dari
beberapa kelas, salah satunya yaitu kelas Echinoidea yang merupakan
hewan laut berbentuk bulat dan memiliki duri pada kulitnya yang dapat
digerakkan (Wulandewi dkk, 2015).

Adapun Klasifikasi Bulu babi menurut (Pratt dkk, 2015)


Kingdom : Animalia
Filum : Echinodermata
Kelas : Echinodeae
Ordo : Cidaroidae
Famili : Diadematidae
Genus : Diadema
Spesies :Diadema setosum

e. Spons Laut (Spheciospongia inconstans)


Umumnya spons kelas Demospongiae memiliki bentuk tubuh
sangat bervariasi yaitu ada yang menyerupai kipas, batang, terompet dan
lainnya, hewan ini sebagian membentuk koloni yang sering tampak tidak
teratur sehingga tampak sebagai tumbuhan. Warnanya bermacam-macam
dan dalam tubuhnya mengandung ganggang yang memiliki warna dan
mereka mengadakan simbiosis. Sponge dapat berbentuk sederhana
seperti tabung dengan dinding tipis, atau massif bentuknya dan agak
tidak teratur. Banyak sponge juga terdiri atas segumpal jaringan yang tak
tentu bentuknya, menempel dan membuat kerak pada batu, cangkang,
tonggak, atau tumbuh-tumbuhan. Morfologi luar sponge dipengaruhi oleh
faktor fisik, kimiawi, dan biologis serta lingkungan sebagai tempat
perkembangbiakan. Spesimen spons yang berada di lingkungan terbuka
dan berombak cenderung memiliki pertumbuahn pendek dan dapat
merambat, sebaliknya spons jenis spesies sama, jika berada pada
lingkungan terlindung atau pada perairan lebih dalam serta berarus
tenang, biasanya memiliki pertumbuhan cenderung tegak dan tinggi,
(Marzuki dkk, 2014).

Adapun klasifikasi dari spons laut menurut (Haris dkk, 2019):


Kelas : Demospongiae
Ordo : Clionaida
Family : Clionaidae
Genus : Spheciospongia
Spesies : Spheciospongia inconstans
BAB III
METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan


A. Alat
1. Keranjang
2. Gabus
3. Pisau
4. Toples
5. Talenan

B. Bahan
1. Bulu babi
2. Bintang laut
3. Formalin
4. Es batu
5. Lakban
6. Esgel
7. Handscoon
8. Etanol 96%
III.2 Cara Kerja
1. Cara kerja sampel bintang laut
a. Siapkan alat dan bahan yang akan di gunakan
b. Cek lokasi pengambilan sampel untuk mengetahui surutnya air
agar mempermudah pengambilan sampel
c. Sampel biota laut (bintang laut) di ambil menggunakan
keranjang
d. Masukkan bintang laut kedalam box berisi es batu dan es gel
untuk mengawetkan sampel
e. Kemudian di lakukan preparasi sampel:
1). Sortasi basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan pengotor
atau benda asing lainnya seperti sampel yang sudah tidak
layak digunakan
2). Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan pongotor
pada sampel menggunakan air mengalir
3). Perajangan
Perajangan adalah proses merubah bentuk sampel
menjadi lebih kecil dengan ukuran yang sesuai untuk
memperluas permukaan sampel
f. Setelah itu sampel bintang laut dimaserasi dengan cara
memasukkan bintang laut ke dalam toples lalu
ditambahkan dengan etanol sebanyak 500 ml
2. Cara kerja sampel lamun
a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b. Cek lokasi pengambilan sampel untuk menegtahui surutnya air
agar mempermudah pengambilan sampel
c. Sampel biota laut (lamun) diambil menggunakan keranjang
d.Masukkan lamun ke dalam toples berisi formalin hingga sampel
terendam untuk mengawetkan sampel
e. Kemudian dilakukan preparasi sampel
1) Sortasi basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan pengotor atau
benda asing lainnya seperti bagian sampel yang digunakan
2) pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan pengotor pada
sampel menggunakan air mengalir
3) perajangan
Perajangan adalah proses merubah bentuk sampel
menjadi lebih kecil dengan ukuran yang sesuai untuk
mempermudah pengeringan
4) Pengeringan
Masukkan sampel dalam wadah lalu dikeringkan dengan
cara diangin-anginkan
5) Setelah dikeringkan sampel lamun dihaluskan dengan
menggunakan blender kemudian di masukkan ke dalam toples
lalu dimaserasi dengan menggunakan etanol 96% sebanyak
336ml.
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN
IV.1 HASIL

IV.2 PEMBAHASAN
Fitokimia merupakan ilmu yang mempelajari sifat dan interaksi
senyawa kimia metabolit sekunder dalam tumbuhan. kenberadaan metabolit
sekunder ini sangat penting bagi tumbuhan untuk dapat mempertahankan
dirinya dari makhluk hidup lainnya, mengundang kehadiran serangga untuk
membantu penyerbukan dan lain-lain. Metabolit sekunder juga memiliki
manfaat bagi makhluk hidup lainnya (Tatang, 2019).
Pada praktek kerja lapangan (PKL) kami menggunakan lamun
sebagai sampel yang akan kami gunakan. Lamun merupakan tumbuhan
tingkat tinggi (Anthophyta) yang hidup dan tumbuh terbenam di
lingkungan laut yang memiliki rimpang (rhizome), akar, dan berkembang
biak secara generatif yaitu perkembangbiakan secara kawin atau seksual
pada tumbuhan berbiji satu (monokotil) dan vegetatif yang merupakan
perkembangbiakan secara aseksual (Sjafrie dkk, 2018).

Adapun langkah langkah pengambilan sampel lamun yaitu


dengan cara mengambil sampel di laut yang keadaan airnya telah surut
setalah itu di masukkan kedalam sterofom yg berisi es batu lalu
pinggir box gabus di isolasi agar es batu tetap awet tidak mencair dan
diamkan dalam box gabus selama 24 jam setelah itu lamun di cuci
bersih di air mengalir lalu di rajang kemudian di keringkan dengan
cara diangin-anginkan setelah kering selanjutnya sampel dihaluskan
dengan cara diblender kemudian setelah itu di timbang dan di
masukkan kedalam toples lalu dimaserasi dengan menggunakan etanol
96% sebanyak 336ml.
Lamun merupakan tumbuhan laut berkapasitas tinggi dalam
menyerap logam berat karena lamun dapat berinteraksi secara
langsung dengan kolom perairan melalui daunnya dan dapat
berinteraksi secara langsung dengan sedimen melalui akarnya,
sehingga daun dan akar lamun merupakan bagian dari penyerap ion
logam yang baik. Kemampuan mengambil dan menahan hasil
pencemaran oleh makhluk hidup dari lingkungan yang melalui suatu
mekanisme, seperti yang dilakukan lamun, adalah suatu adalah suatu
bentuk bioakumulasi (Supriyantini dkk, 2016). identifikasi senyawa
bioaktif yang terkandung dalam daun Enhalus acoroides dilakukan
secara kualitatif dengan prinsip pembentukan endapan, warna dan
busa Pengujian kandungan fitokimia dilakukan terhadap sampel daun
yang telah dikeringkan dan dihaluskan sehingga memiliki luas
permukaan yang lebih besar. Senyawa bioaktif berupa metabolit
sekunder yang diuji secara kualitatif meliputi alkaloid, terpenoid,
saponin, tanin dan flavonoid (Sidi dkk, 2018).
Selanjutnya pada sampel bintang laut, bintang laut jenis ini disebut
bintang laut bertanduk atau bintang lautchocolate chip. Warnanya
vibrant, biasanya antara oranye,merah, atau cokelat. Bintang laut
bertanduk juga merupakan salah satu biota laut yang digunakan sebagai
obat tradisional. Salah satunya adalah pengobatan infeksi. Salah satu
infeksi yang sering terjadi adalah infeksi pada kulit yang disebabkan oleh
bakteri Staphylococcus aureus (Hukom, 2022). Bintang laut Protoreaster
nodosus diketahui mengandung senyawa bioaktif seperti alkaloid,
steroid, saponin, flavonoid, dan tanin. Ekstrak etanol dari bintang laut
protoreaster nodosu memiliki daya hambat terhadap bakteri
Streptococcus sp dan jamur Candida albicans (Suhendra dan putri, 2020).
Adapun langkah-langkah dalam pengambilkan sampel bintang laut dan
spons laut yaitu dengan cara mengambil bintang laut dan lamun laut
kemudian masukkan dalam keranjang lalu masukkan dalam box gabus
yang berisi es batu atau es gel yang bertujuan agar sampel tidak berbau
atau awet. Kemudian lakukan preparasi sampel yang terdiri dari: sortasi
basah, pencucian dan perajangan. Tujuan perajangan yaitu untuk
memperluas permukaan agar kadar air yang tergandung dalam sampel
akan lebih cepat menguap. Lakukan maserasi dengan cara masukkan
bintang laut dan lamun laut dalam toples lalu ditambahkan dengan etanol
96% sebanyak 500ml. Maserasi merupakan salah satu metode ekstraksi
dengan melakukan perendaman sampel atau simplisia dengan pelarut
organik pada temperatur ruang. Metode maserasi dapat menguntungkan
dalam isolasi bahan alam yang tidak tahan panas (Handoyo,2020).
BAB V
PENUTUP
V.1 KESIMPULAN
Berdasarkan praktik kerja lapangan yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa cara pengolahan sampah yaitu sortasi basah untuk
menghilangkan benda asing dan pengotor lainnya kemudian dilakukan
perajangan untuk memperkecil ukuran sampel. Selanjutnya sampel
dikeringkan kemudian diserbukkan dan disimpan dalam toples kaca agar
tidak terjadi kerusakan dan penurunan mutu sampel.
V.2 SARAN
Diharapkan agar praktikan dapat lebih memahami dan menguasai
materi praktek kerja lapangan fitokimia dan menguasai cara
pengolahan sampel.
DAFTAR PUSTAKA

Budiana,I.G.M.N.2023.Uji fitokimia dan aktivitas tabir surya ekstrak etil


asetat teripang hitam asal perairan semau.Jurnal
beta kimia.Vol 3(1)
Djibran, F., J. L. Chairunnisah, dan S. K. Abubakar. 2014. Diversitas
Jenis Bintang Laut (Asteroidea) Di Perairan Torosiaje
Kecamatan Popoyato, Kabupaten Pohuwato. Fakultas MIPA
Universitas Negeri Gorontalo.
Handoyo,D.L.Y.2020.Pengaruh Lama Waktu Maserasi (Perendaman)
Terhadap Kekentalan Ekstrak Daun Sirih (Piper Betle).Jurnal
Farmasi Tinctura: Vol 2 (1)
Haris. 2019. Perancangan Sistem Informasi Pengolahan Nilai Siswa
Berbasis Web Di SMKN 1 Praya. Skripsi. Sekolah Tinggi
Manajemen Informastika Dan Komputer (STMIK). Praya.
Hukom, A. N. 2022. Makala Bioteknologi: Bintang laut (Archarter
typicus). Fakultas perikanan dan Ilmu kelautan program studi
ilmu kelautan Universitas Papua. Manokwari.
Mardiana.,Hijriati., Emma dan Rina. 2014.Pengaruh Ekowisata Berbasis
Masyarakat Terhadap Perubahan Kondisi Ekologi, Sosial Dan
Ekonomi Di Kampung Batusuhunan, Sukabumi. Jurnal
Sosiologi Pedesaan 2(3).
Mbana, Y. R., Daud, Y., & Bullu, N. I. 2020.Keanekaragaman Bintang
Laut (Asteroidea) Di Pantai Lamalaka Kecamatan Ile Boleng
Kabupaten Flores Timur. Indigenous Biologi: Jurnal
Pendidikan dan Sains Biologi, 3(2),
Nontji, A. 1993. Pengolahan Sumberdaya Kelautan Indonesia Dengan
Tekanan Utama Pada Perairan Pesisir. Prosisig Seminar Dies
Natalis Universitas Hang Tuah . Surabaya.
Pratt , Voet D, JG Voet and. 2015. Fundamentals of biochemistry. John
Wiley dan Sons, Inc. USA.
Sjafrie, N.D.M., U.E. Hernawan, B. Prayudha, I.H. Supriyadi, M.Y.
Iswari, Rahmat, K. Anggraini, S. Rahmawati, & Suyarso.
2018. Status padang lamun indonesia Ver. 02. Jakarta : LIPI.
Ratna dan Suruwaky, A. 2016. Analisa Kelayakan Usaha Budidaya
Teripang (Holothuroidea). Raja Ampat : Jurnal Airaha.
Rawung, S., Tilaar, F.F., Rondonuwu, A.B. 2018. Inventarisasi Lamun di
Perairan Marine Field Station Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Unsrat Kecamatan Likupang Timur Kabupaten
Minahasa Utara. Jurnal Ilmian Platax, Vol.6 : (2)
Sjafrie, N.D.M., U.E. Hernawan, B. Prayudha, I.H. Supriyadi, M.Y.
Iswari, Rahmat, K. Anggraini, S. Rahmawati, & Suyarso.
2018. Status padang lamun indonesia Ver. 02. Jakarta : LIPI.
Supriyantini, E., S. Sedjati, Z. Nurfadhli. 2016. Akumulasi logam berat
Zn (seng) pada lamun Enhalus acoroides dan
Thalassia hempric
Tatang, S, J. 2019. Tinjauan Metabolit Sekunder dan skrining fitokimia.
Yogyakarta : Universitas Islam Indonesia.
Triana, A; Damayanti, I.P.; Afni, R; dan Yanti, J.S. 2015. Buku Ajar
Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal: Penuntun
Belajar Mata Kuliah Asuhan Kegawatdaruratan Maternal Dan
Neonatal. Yogyakarta: Deepublish.
Wulaisfan,R.,Selfyana,A.T.,Febriyanti,M.2019. Uji Daya Hambat
Ekstrak Etanol Bintang Laut Bertanduk (Protoreaster nodosus)
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus
aureus.JURNAL WARTA FARMASI.Vol 8(2)
Zubra, N. 2018. Pengenalan Terumbu Karang Sebagai Pondasi Utama
Laut Kita. Unimal Press. Aceh. 128 hal.
LAMPIRAN

1. Proses perajangan lamun dan penimbangan sampel

2. Proses bintang laut dan hasil filtrat

Anda mungkin juga menyukai