1
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ekosistem Lamun
2.1.1. Deskripsi Lamun
Lamun (seagrass) adalah salah satu tumbuhan laut yang termasuk tumbuhan sejati karena sudah dapat dibedakan
antara batang, daun, dan akarnya. Lamun adalah tumbuhan berbunga yang tumbuhdi perairan dangkal dan estuary yang
ada di seluruh dunia. Lamun merupakan tumbuhan laut monokotil yang secara utuh memiliki perkembangan sistem
perakara dan rhizoma yang baik (Kawaroe,2009). Lamun dapat ditemukan pada berbagai karakteristik substrat.
Sebagian besar lamun mempunyai morfologi luar yang secara kasar hampir sama. Lamun mempunyai daun-daun
panjang, tipis dan seperti pita yang memiliki saluran-saluran air. Lamun tumbuh dari rhizome yang merambat. Bagian
tubuh lamun dapat dibedakan kedalam morfologi yang tampak seperti daun, batang, akar, bunga dan buah (Nybakken
1992). Namun umumnya sebagian besar padang lamun menyebar pada kedalaman 1 – 10 meter. Di beberapa perairan
dangkal, kita dapat menyaksikan padang lamun dengan kepadatan yang cukup tinggi yang memberikan kesan hijau pada
dasar perairan (Nyabakken 1992).
Klasifikasi beberapa jenis lamun yang terdapat di perairan pantai Indonesia (Azkab1999) adalah sebagai berikut:
Divisi :Anthophyta
Kelas : Angiospermae
Subkelas : Monocotyledoneae
Ordo : Helobiae
` Famili : Hydrocharitaceae
Genus : Enhalus
Spesies : Enhalus acoroides
Genus : Halophila
Spesies :Halophila decipens
Halophilaovalis
Halophila minor
Halophila spinulosa
Genus :Thalassia
Spesies :Thalassiah emprichii
Famili : Cymodoceaceae
` Genus : Cyomodocea
Spesies : Cyomodocea rotundata
Cyomodocea serrulata
Genus : Halodule
Spesies : Halodule pinifolia
Halodule uninervis
Genus : Syringodium
Spesies : Syringodium soetifolium
Genus : Thalasso dendron
Spesies :Thalasso dendron cilitium
2
2. Sebagai Habitat Biota
Lamun menyediakan tempat bagi hewan-hewan laut untuk berkembangbiak,memijah, padang
pengembalaan dan makanan bagi beberapa jenis ikan dan ikan karang. Lamun juga memberikan perlindungan dan
tempat menempel untuk berbagai hewan dan tumbuh-tumbuhan laut. Lamun memberikan rumah bagi banyak
biota laut.
3. Sebagai Penangkap Sedimen
Daun lamun yang lebat mampu memperlambat kuat aliran arus air yang mengalir di laut sehingga
perairan di sekitarnya menjadi tenang. Disamping itu, rimpang dan akar lamun dapat menahan dan mengikat
sedimen, sehingga dapat menguatkan dan menstabilkan dasar permukaaan. Sehingga komposisi dari substrat tetap
stabil dan terjamin. Padang lamun yang berfungsi sebagai penangkap sedimen dapat mencegah erosi.
4. Sebagai Pendaur Zat Hara
Lamun memegang peranan penting dalam pendauran berbagai zat hara dan elemen–elemen yang langka
di lingkungan laut. Khususnya zat-zat hara yang dibutuhkan oleh algae epifit.
2.2. Peranan Padang Lamun Bagi Ikan
2.2.1 Padang Lamun Sebagai habitat Ikan
Ikan yang bermigrasi ke lokasi padang lamun sebenarnya tidak hanya untuk mencari makan tetapi juga untuk
tujuan lain seperti untuk berteduh dari sengatan matahari atau untuk berlindung dari pemangsa (Bengen,2004). Hal ini
dimungkinkan karena pertumbuhan vegetasi lamun yang padat dan rimbun dapat menjadi tempat yang memadai untuk
bersembunyi dari predator. Ikan yang ditemukan pada padang lamun ada yang bertujuan untuk berlindung dari predator
(Mattila dan Cristoffer, 1999), dan menggunakan lamun sebagai habitat, khususnya ikan kecil (juvenil). (Asmus et al.,
2005).
Keberadaan lamun memiliki fungsi yang cukup vital dalam sikus hidup ikan terutama pada saat ikan masih muda
atau massa (juvenil) terutama ikan-ikan kecil pada zona intertidal yang menggunakan lamun tempat berlindung (Hossain
dan Saintilan, 2007).
2.2.2 Padang Lamun Sebagai Sumber Makanan Ikan
Asosiasi ikan dengan lamun di lokasi studi berdasarkan indikator jenis makanan yang ditemukan pada isi lambung
pada beberapa spesies ikan bentuk asosiasinya yaitu: (1) jenis ikan dari Famili Apogonidae dengan spesies Archamia goni
menggunakan lamun sebagai areal mencari makan dan tempat hidup, (2) Famili Monacanthidae dengan spesies
Acreichthys tomentosus adalah jenis ikan yang memanfaatkan lamun sebagai tempat mencari makan dan tempat hidup,
meskipun jenis ikan ini habiatnya ada pada daerah yang dasarnya berpasir, (3) jenis- jenis ikan dari beberapa famili seperti
Famili Lutjanidae dengan spesies Lutjanus boutton, Famili Clupeidae dengan spesies Sardinella gibbosa, Famili
Haemulidae dengan spesies Plectorhinchus falvomaculatus, Famili Leiognathidae dengan spesies Leiognathus equulus,
Famili Mugilidae dengan spesies Moolgarda delicates adalah jenis ikan yang datang ke lokasi padang lamun untuk
mencari makan dan (4) jenis ikan dari Famili Siganidae dengan spesies Siganus guttatus adalah merupakan ikan herbivore
yang makananya lamun dan algae (Hossain dan Saintilan, 2007).
3
Gambar 1. Rantai Makanan di Ekosistem Lamun
(Sumber: Fortes, 1990)
Ikan di padang lamun menghuni dalam tempat yang berbeda, sehingga ada dua tipe penggolongan hunian ikan di
habitat lamun (Bell dan Pollard 1989):
1. Golongan pertama: ada tiga macam kategori ikan yaitu yang beristirahat di daun, yang hidup di bawah daun dan
yang ada di atas atau di dalam sedimen.
2. Golongan kedua: berdasarkan kolom air yang dihuni ikan, yaitu yang makan di atas daun dan yang bernaung di
bawah daun. Ikan-ikan yang hidup padang lamun biasanya merupakan ikan-ikan karang, ikan-ikan estuary
ataupun ikan-ikan yang hidup di laut lepas, yang menggunakan padang lamun sebagai daerah pembesaran ataupun
daerah mencari makannya.
2.3.1. Jenis – jenis Ikan di Ekosistem Lamun
Menurut Adrim (2006) terdapat beberapa jenis ikan yang umum dijumpai di padang lamun yaitu, Elopidae ( Elop
hawaensis), Plotosidae (Plotus anguillaris), Belonidae (Tylossurus sp.), Hemirhampidae (Hemirhampus quoyi,
Zenarcopterus dispar), Bothidae (Pseudorhombus arsius), Synganathidae (Shyngnatoides biaculeatus), Scaridae
(Scarrusgoban, Spariso ma viridae), Gerridae (Gerres macrosoma, G. abreviatus, G. oyena), Labridae (Cheilio imermis,
Choerodon anchorago, Haliocheres scapularis), Cahetodontidae (Parachaetodon ocellatus), Nemipteridae (Pentapodus
caninus), Mullidae(Upeneus tragula), Monacanthidae (Achreichthys hajam).
Berbagai macam spesies hewan hidup di padang lamun dan berasosiasi dengan padang lamun. Di perairan
Pabama dilaporkan 96 spesies hewan yang berasosiasi dengan beberapa jenis ikan di padang lamun. Di Teluk Ambon
ditemukan 48 famili dan 108 jenis ikan yang menghuni lamun. Sedangkan di Kepulauan Seribu di temukan 78 jenis ikan
yang berasosiasi dengan padang lamun.
III. METODE
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Pantai Arfai, Pantai Wosi, Pantai Anggrem, Pantai Asrama Pelayaran dan Pantai
Pulau Lemon. Berlangsung selama 2 bulan yaitu Bulan Maret - April 2019. Lokasi penelitian dapat dilihat pada (Gambar
2).
4
3.2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2 sebagai berikut :
Tabel 1. Alat yang digunakan dalam kegiatan penelitian
No Alat Kegunaan
1 Alat tulis Untuk menulis hasil penelitian
2 Kamera Sebagai alat dokumentasi
Untuk menetapkan koordinat dari lokasi
3 GPS
pengambilan contoh ikan
Jaring insang (ukuran panjang
50 m dengan mata jaring 1,5
4 Untuk menangkap ikan di hamparan lamun
inchi dan ukuran panjang 50 m
dengan mata jaring 1 inchi).
5 Roll meter Pembuatan transek
Pengamatam visual jenis-jenis ikan dan lamun
6 Fins dan masker
yang berada di hamparan lamun.
7 DO meter Untuk mengukur gas oksigen terlarut
8 Refraktometer Untuk mengukur salinitas air
9 pH meter Untuk mengukur pH air laut
10 Kaliper Untuk mengukur panjang ikan
11 Timbangan Digital Untuk mengukur berat ikan
12 Papan lapangan Untuk pengalas alat tulis menulis
13 Plastik sampel Untuk meletakkan sampel
5
6. Interval waktu pengulangan berkisar antara 1 – 2 jam dan juga mengikuti pada tabel pasang surut pada waktu
siang dan malam hari
7. Pengoperasian jaring akan dilakukan sebanyak 5 orang ( 2 orang bertugas untuk memegang ujung jaring dan
3 orang bertugas untuk mengontrol jaring agar tidak terhambat maupun tidak terangkat)
8. Luas area pengamatan akan diukur pada saat peletakkan hingga penarikan jaring
9. Ikan yang didapatkan akan disortir/dipilah lalu diidentifikasi menggunakan buku identifikasi ikan menurut
(Allen, 2007) kemudian di ukur panjang dan beratnya.
10. Data yang didapat kemudian dianalisis untuk mengetahui komposisi spesies dan struktur komunitas ikan di
hamparan lamun pada lima lokasi.
11. Data dipresentasikan dalam bentuk dalam tabel dan grafik
3.4.2. Pengumpulan Data Parameter Perairan
Data parameter kualitas air diambil secara langsung di perairan pantai, setelah pengambilan data ikan. Data yang
diambil meliputi suhu, kecerahan, salinitas, oksigen terlarut, tipe substrat dan jenis lamun.
3.5. Analisis Data Ikan
Untuk mengetahui struktur komunitas ikan dilakukan analisis data yang meliputi :
3.5.1. Kelimpahan Jenis
Untuk mengetahui kelimpahan jenis menggunakan formula :
N=
Dimana :
N = Kelimpahan individu jenis ke-I (individu/M2)
∑n = Jumlah jenis individu yang diperoleh tiap stasiun
A = Luas daerah pengamatan (M2)
6
3. Indeks Dominansi :
¿ )2
C= ∑ (
N
Dimana :
C = Indeks Dominansi Simpson
ni = Jumlah individu dari jenis ke-i
N = Jumlah total individu seluruh jenis
Nilai indeks Dominansi (C) berkisar antara 0 – 1, jika indeks dominansi 0 berarti hampir tidak ada jenis ikan yang
mendominasi dan apabila nilai indeks dominansi mendekati 1 berarti ada salah satu jenis yang mendominasi komunitas
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Adrim, Mohammad. 2006. Asosiasi Ikan di Padang Lamun. Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI. Bulletin Ilmiah Oseana31
(4): 1-7
Allen G, Steene R, Human P and DeLoach N. 2007. Reef Fish Identification. Tropical Pacific. Florida: New World
Publications, Inc. Arami H
A. R. Halford and A. A. Thompson. 1994. Visual Census Surveys Of Reef Fish. Australian Institute Of Marine Science.
Asmus, H., P. Polte dan S. Schanz. 2005. The contribution of seagrass beds (Zostera noltii) to the function of tidal flats as
a juvenile habitat for dominant, mobile epibenthos in the Wadden Sea. Marine Biology., 147: 813 – 822.
Aswandy, I dan M. H . Azkab. 2000. Hubungan Fauna dengan Padang Lamun. Oseana Volume XXV. No. 3 : 19-24.
Azkab, H. 1999. Pedoman inventarisasi lamun. Majalah Semi Populer Osena. Lembaga Penelitian Oseanografi, Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. 24(1): 1-16.
Bell and Poll. 1989. Ecology or fish assemblages and fisheries associatd with seagrass dalam : Heriman (2006) Sturktur
Komunitas Ikan yang Berasosiasi dengan Ekosistem Padang Lamun di Perairan Tanjung Merah, Sulawesi
Tengah.
Bengen, D. G. 2004. Ekosistem Pesisir dan Laut. Sinopsis. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Laut IPB. Bogor.
Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Fortes, M.D. 1990. Seagrasses: a Resource Unknown in the ASEAN Region. Manila:
Association of Southeast Asian Nations/United States Coastal Resources
Management Project Education Series 6.
Horinouchi, M. 2007. Distribusi patterns of benthic juvenile gobies in and around seagrass habitat: Effectiveness of
seagrass shelter against predators. Estuarine, Coastal and Shelf Science., 72: 657 – 664.
Hossain, K., dan N. Saintilan. 2007. Lingkages between seagrass, mangrove and saltmarsh as fish habitat in the Botany
Bay estuary, New South Wales. Wetlands Ecol Manage., 15: 277 – 286.
Hutomo, M. 1985. Telaah Ekologi Komunitas Ikan padang Lamun (Seagrass, Anthophyta) di Perairan Teluk Banten.
Disertasi. IPB. Bogor.
Hutomo, M. dan M. H. Azkab. 1987. Peranan lamun di lingkungan laut dangkal. Oseana 12 (1) : 13 –23.
Karyono, Tri Harso. 2010. Green Architecture: Pengantar Pemahaman Arsitektur Hijau di Indonesia. Jakarta: Penerbit PT
Raja Grafindo Persada
Kawaroe, M. 2009. Perspektif lamun sebagai blue carbon sink di laut. Makalah disampaikan pada Lokakarya
Nasional 1 Pengelolaan Ekosistem Lamun“Peran Ekosistem Lamun dalam Produktifitas Hayati dan
Meregulasi Perubahan Iklim”. 18 November 2009. PKSPL-IPB, DKP, LH, dan LIPI. Jakarta.
KepMen LH No. 200 Tahun 2004
Khouw, A.S. 2009. Metode dan Analisa Kuantitatif dalam Bioekologi Laut. Pusat Pembelajaran dan Pengembangan
Pesisir dan Laut (P4L), Ambon.
Mattila, J., dan Bostrom C. 1999. The relative importance of food and shelter for seagrass-associated invertebrates: a
latitudinal comparason of habitat chois by isopod grazers. Oecologia., 120: 162 – 172.
Nybakken, J. W., 1992. Biologi Laut sebagai Suatu Pendekatan Ekologis. P. T. Gramedia. Jakarta.
Setyobudiandi, I., Sulistiono., F. Yulianda., C.Kusmana,C., S.Hariyadi., A.Damar., A. Sembiring dan Bahtiar. 2009.
Sampling dan Analisis Data Perikanan dan Kelautan; Terapan Metode Pengambilan Contoh di Wilayah
Pesisir dan Laut. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor.
7
Supriharyono, 2007. Konservasi Sumberdaya Hayati di Wilayah Pesisir Tropis. Pustaka Pelajar. Yogjakarta.