Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT. Kepada-Nya kita memuji dan

bersyukur, memohon pertolongan dan ampunan. Sehingga saya dapat

menyelesaikan makalah budidaya rumput laut ini tepat waktu.

Dengan rahmat dan pertolongan-Nya, Alhamdulillah makalah ini dapat di

selesaikan dengan baik. Kami menyadari sepenuh hati bahwa masih banyak

kekurangan yang terdapat di dalam makalah ini.

Kami mengharapkan kritik dan saran para pembaca sebagai bahan evaluasi

kami dalam pembuatan makalah berikutnya. Mudah-mudahan itu semua

menjadikan cambuk bagi kami agar lebih meningkatkan kualitas makalah ini di

masa yang akan datang.

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman sampul .....................................................................................


Kata pengantar ........................................................................................
Daftar isi ..................................................................................................
BAB 1. Pendahuluan
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
BAB 2. Pembahasan
A. Pengertian rumput laut
B. Klasifikasi Rumput Laut
C. Budidaya Rumput Laut
D. Manfaat Rumput Laut
BAB 3. Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil rumput laut terbesar di


dunia. Pada tahun 2012, produksi rumput laut budi daya Indonesia mencapai 5,9
juta ton, meningkat hampir tiga kali lipat sejak tahun 2008 yang sebesar 2,1 juta
ton. Rumput laut itu sendiri dapat dihasilkan dari budi daya di laut (seperti jenis
Eucheuma sp. dan Kappaphycus sp.) dan tambak (seperti jenis Gracilaria sp).
Lokasi budi daya rumput laut pun banyak tersebar di daerah tengah dan timur
Indonesia, seperti Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara
Timur (NTT), Bali, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Maluku,
Jawa Timur, dan Banten.

Dilihat dari aspek budi daya, rumput laut memiliki banyak keuntungan:
tidak memerlukan modal tinggi, teknologi budi dayanya sederhana sehingga
mudah dilakukan oleh siapapun, dapat diintegrasikan dengan budi daya lain atau
polikultur (misalnya budi daya ikan bandeng dengan Gracilaria sp.), tidak perlu
menggunakan pakan, peralatan yang digunakan mudah didapatkan, mudah dalam
penanganan saat panen (biasanya rumput laut hanya dicuci dan dikeringkan),
siklus budi dayanya singkat (hanya membutuhkan waktu 45 hari), dapat diolah
secara rumah tangga untuk menjadi produk siap konsumsi, serta bisa dilakukan
sebagai usaha sampingan.

Namun, budi daya rumput laut juga tidak terlepas dari berbagai ancaman,
seperti serangan penyakit ice-ice, serta masih banyaknya pembudidaya yang
tergiur untuk menggunakan berbagai produk kimiawi buatan pabrik yang tidak
sesuai peruntukkannya. Penggunaan produk kimiawi pada kenyataannya juga
dapat menyuburkan gulma yang menjadi hama bagi rumput laut dan dapat
menurunkan kualitas perairan apabila digunakan secara berlebihan. Kualitas
rumput laut yang turun karena dipanen sebelum waktunya, tidak adanya
pengelolaan kebun bibit rumput laut, penggunaan bibit yang tidak berkualitas,
rendahnya harga jual (disebabkan karena para tengkulak yang datang langsung ke
lokasi budi daya untuk membeli rumput laut), serta penggunaan pestisida dalam
persiapan tambak pun menambah daftar panjang persoalan budi daya rumput laut.
Berbagai aspek sosial dan legalitas usaha, seperti perizinan usaha budi daya serta
penempatan lokasi budi daya rumput laut yang sesuai dengan tata ruang daerah
masing – masing pun patut diperhitungkan. Budi daya rumput laut acap kali
dilakukan di area sekitar ekosistem terumbu karang dan lamun, yang dapat
berpotensi merusak ekosistem laut penting tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu rumput laut ?
2. Klasifikasi dari rumput laut ?
3. Manfaat rumput laut ?
C. Tujuan
Tujuan mengenal Rumput Laut adalah agar dapat memahami dengan
baik tentang rumput laut dan dapat membuka inspirasi bagi pembaca dalam
memanfaatkan rumput laut sebaik mungkin

BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Rumput Laut

Rumput laut (seaweed) merupakan salah satu komoditas potensial dan

dapat dijadikan andalan bagi upaya pengembangan usaha skala kecil dan

menengah yang sering disebut sebagai Usaha Kecil Menegah (UKM). Ini terjadi

karena rumput laut sangat banyak manfaatnya, baik melalui pengolahan sederhana

yang langsung dapat dikonsumsi maupun melalui pengolahan yang lebih

kompleks, seperti produk farmasi, kosmetik, dan pangan, serta produk lainnya.

Perairan Indonesia yang luasnya sekitar 70% dari wilayah Nusantara mempunyai

potensi untuk usaha budidaya laut, termasuk di antaranya budidaya rumput laut.

Jenis rumput laut yang mempunyai potensi untuk dibudidayakan adalah

Eucheuma sp. dan Gracilaria sp. Upaya mengembangkan budidaya rumput laut

jenis ini perlu dilakukan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitasnya,

khususnya dalam rangka memenuhi permintaan industri. Tulisan ini membahas

mengenai budidaya rumput laut yang sangat erat kaitannya dengan industri

pengolahannya menjadi barang setengah jadi, yaitu tepung rumput

laut atau biasa disebut karaginan, sebagai bahan baku industri produk farmasi dan

lain sebagainya (Bambang, 2013).

B. Klasifikasi Rumput Laut

Phylum : Rhodophyta
Class : Rhodophyceae
Order : Gigartinales
Family : Gracilariaceae
Genus : Glacilaria
Species : Glacilaria sp

C. Budidaya Rumput Laut

Secara umum, budidaya rumput laut Indonesia masih dilakukan dengan


cara tradisional, bersifat sederhana, dan belum banyak mendapat input teknologi
dari luar (Anonim, 2007; Sujiharno et al., 2001). Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan dalam budidaya rumput laut, adalah: (1) pemilihan lokasi yang
memenuhi persyaratan bagi jenis rumput laut yang akan dibudidayakan. Hal ini
perlu karena ada perlakukan yang berbeda untuk tiap jenis rumput laut, (2)
pemilihan atau seleksi bibit, penyediaan bibit, dan cara pembibitan yang tepat, (3)
metode budidaya yang tepat, (4) pemeliharaan selama musim tanam, dan (5)
metode panen dan perlakuan pascapanen yang benar.
Budidaya rumput laut tidak hanya dilakukan di perairan pantai (laut) tetapi
juga sudah mulai digalakkan pengembangannya di perairan payau (tambak).
Budidaya di perairan pantai sangat cocok diterapkan pada daerah yang memiliki
lahan tanah sedikit (sempit), serta berpenduduk padat, sehingga diharapkan
pembukaan lahan budidaya rumput laut di perairan dapat menjadi salah satu
alternatif untuk membantu mengatasi lapangan kerja yang semakin kecil.
Tahapan Budidaya Rumput Laut di Perairan Pantai Menurut Indriani &
Suminarsih (1999), terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk budidaya
rumput laut di perairan pantai, yaitu:
1. Pemilihan Lokasi

Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan adalah: perairan cukup


tenang, terlindung dari pengaruh angin dan ombak; tersedianya sediaan rumput
alami setempat (indikator); kedalaman tidak boleh kurang dari dua kaki
(sekitar 60 cm) pada saat surut terendah dan tidak lebih dari tujuh kaki (sekitar
210 cm) pada saat pasang tertinggi. Selain itu, juga harus didukung dasar perairan
(tipe dan sifat substrat) yang digunakan, dasar perairan sedikit berlumpur atau
berpasir, perairan subur atau kurang subur (plankton banyak atau sedikit). Faktor
lain yang juga perlu diperhatikan adalah kualitas air, akses tenaga kerja,
perizinan, dan sebagainya.

2. Melakukan Uji Penanaman

Setelah menemukan lokasi yang dianggap sudah layak, perlu dilakukan uji
penanaman untuk mengetahui apakah daerah tersebut memberikan pertumbuhan
yang baik atau tidak. Pengujian dilakukan dengan metode tali dan metode
jaring. Pada metode tali digunakan tali monofilamen atau polyethilene yang
diikatkan pada dua tiang pancang yang dipasang dengan jarak sekitar 12 m.
Sedangkan pada metode jaring dapat menggunakan jaring monofilament atau
polyethilene dengan ukuran 5 m x 2,5 m yang diikatkan pada tiang pancang.
3. Menyiapkan Areal Budidaya

Persiapan lahan/areal budidaya sebagai berikut:


a. Bersihkan dasar perairan lokasi budidaya dari rumputrumput laut liar dan
tanaman pengganggu lain yang biasa tumbuh subur.
b. Bersihkan calon lokasi dari karang, batu, bintang laut, bulu babi, maupun
hewan predator lainnya.
c. Menyiapkan tempat penampungan benih (seed bin), bisa terbuat dari
kerangka besi dan berjaring kawat atau dari rotan, bambu, ukurannya
bervariasi 2 m x 2 m x 1,5 m atau 2 m x 2 m x 1,5-1,7 m.
4. Memilih Metode Budidaya yang akan Digunakan

Membudidayakan rumput laut di lapangan (field culture) dapat dilakukan


dengan tiga macam metode berdasarkan posisi tanaman terhadap dasar perairan,
yakni metode dasar, metode lepas dasar, dan metode apung.
- Metode dasar (bottom method) adalah metode pembudidayaan rumput laut
menggunakan benih bibit tertentu, yang telah diikat, kemudian ditebarkan ke
dasar perairan, atau sebelum ditebarkan benih diikat dengan batu karang. Metode
ini juga terbagi atas dua yaitu: metode sebaran (broadcast) dan juga metode
budidaya dasar laut (bottom farm method).
- Metode lepas dasar (off-bottom method) dilakukan dengan mengikatkan benih
rumput laut (yang diikat dengan tali rafia) pada rentangan tali nilon atau jaring
di atas dasar perairan dengan menggunakan pancangpancang kayu. Metode ini
terbagi atas: metode tunggal lepas dasar (off-bottom monoline method), metode
jaring lepas dasar (off-bottom-net method), dan metode jaring lepas dasar
berbentuk tabung (offbottom-tabular-net method).
- Metode apung (floating method) merupakan rekayasa bentuk dari metode lepas
dasar. Pada metode ini tidak lagi digunakan kayu pancang, tetapi diganti dengan
pelampung. Metode ini terbagi menjadi: metode tali tunggal apung (floating-
monoline method) dan metode jaring apung (floating net method).

5. Penyediaan Bibit

Setelah dipilih metode budidaya yang akan dilakukan,langkah selanjutnya adalah


penyediaan bibit. Bibit dikumpulkan dari pembibitan langsung, dilakukan dengan
beberapa metode pengumpulan benih, yaitu:
- Metode penyebaran secara spontan: potonganpotongan (fragmen
tetrasporotphyte) diletakkan pada jaring-jaring benih (seed nets) dan dapat pula
diletakkan pada potongan-potongan batu di dalam tangki pengumpul yang telah
diisi air laut. Setelah itu, dibiarkan hingga tetraspora menyebar secara spontan.
- Metode kering: tetrasporotphyte dikeringkan di bawah sinar matahari selama
tiga jam, kemudian ditempatkan dalam tangki seperti pada metode penyebaran
secara spontan. Prosedur berikutnya sama dengan metode penyebaran secara
spontan.
- Metode kejutan osmotik: tetrasporotphyte direndam dalam air laut
berkonsentrasi 1,030 g/cm3 selama 25 menit, kemudian direndam ke dalam air
laut berkonsentrasi normal sambil diaduk dan akhirnya suspensi spora dapat
diperoleh.
6. Penanaman Bibit

Bibit yang akan ditanam adalah talus yang masih muda dan berasal dari
ujung talus tersebut. Saat yang baik untuk penebaran maupun penanaman benih
adalah pada saat cuaca teduh (tidak mendung) dan yang paling baik adalah pagi
hari atau sore hari menjelang malam.
7. Perawatan selama Pemeliharaan

Seminggu setelah penanaman, bibit yang ditanam harus diperiksa dan


dipelihara dengan baik melalui pengawasan yang teratur dan kontinu (adanya
penyakit ice-ice, ikatan bibit lepas, bibit rusak, adanya hama tritip, dan lain
sebagainya). Pengawasan ini dimaksudkan sebagai upaya untuk melakukan
penggantian bibit atau membersihkan dari kotoran atau hama yang mungkin
muncul. Bila kondisi perairan kurang baik, seperti ombak yang keras, angin, serta
suasana perairan yang banyak dipengaruhi kondisi musim (hujan/kemarau), perlu
pengawasan 2-3 hari sekali.
8. Pemanenan
Pemanenan dapat dilakukan bila rumput laut telah
mencapai bobot tertentu, yakni sekitar empat kali bobot awal(waktu pemeliharaan
1,5-4 bulan). Cepat tidaknya pemanenan bergantung metode dan perawatan yang
dilakukan setelah bibit ditanam.
9. Pengeringan Hasil Panen
Penanganan pascapanen, termasuk pengeringan yang tepat sangat perlu,
mengingat pengaruh langsungnya terhadap mutu dan harga penjualan di pasar.

D. Manfaat Rumput Laut

1. Agar-agar

Masyarakat pada umumnya mengenal agar-agar dalam bentuk tepung yang


biasa digunakan untuk pembuatan puding. Akan tetapi orang tidak tahu secara
pasti apa agar-agar itu. Agar-agar merupakan asam sulfanik yang meruapakan
ester dari galakto linier dan diperoleh dengan mengekstraksi ganggang jenis
Agarophytae. Agar-agar ini sifatnya larut dalam air panas dan tidak larut dalam air
dingin.

Sekarang ini penggunaan agar - agar semakin berkembang, yang dulunya


hanya untuk makanan saja sekarang ini telah digunakan dalam industri tekstil,
kosmetik, dan lain - lain. Fungsi utamanya adalah sebagai bahan pemantap, dan
pembuat emulsi, bahan pengental, bahan pengisi, dan bahan pembuat gel. Dalam
industri, agar - agar banyak digunakan dalam industri makanan seperti untuk
pembuatan roti, sup, saus, es krim, jelly, permen, serbat, keju, puding, selai, bir,
anggur, kopi, dan cokelat. Dalam industri farmasi bermanfaat sebagai obat
pencahar atau peluntur, pembungkus kapsul, dan bahan campuran pencetak
contoh gigi. Dalam industri tekstil dapat digunakan untuk melindungi kemilau
sutera. Dalam industri kosmetik, agar - agar bermanfaat dalam pembuatan salep,
krem, lotion, lipstik, dan sabun. Selain itu masih banyak manfaat lain dari agar -
agar, seperti untuk pembuatan pelat film, pasta gigi, semir sepatu, kertas, dan
pengalengan ikan dan daging.
2. Keraginan

Keraginan merupakan senyawa polisakarida yang tersusun dari unit D-


galaktosa dan L-galaktosa 3,6 anhidrogalaktosa yang dihubungkan oleh ikatan 1 -
4 glikosilik. Ciri kas dari keraginan adalah setiap unit galaktosanya mengikat
gugusan sulfat, jumlah sulfatnya lebih kurang 35,1%. Kegunaan keraginan hampir
sama dengan agar - agar, antara lain sebagai pengatur keseimbangan, pengental,
pembentuk gel, dan pengemulsi. Keraginan banyak digunakan dalam industri
makanan untuk pembuatan kue, roti, makroni, jam, jelly, sari buah, bir, es krim,
dan gel pelapis produk daging. Dalam industri farmasi banyak dimanfaatkan
untuk pasta gigi dan obat - obatan. Selain itu juga dapat dimanfaatkan dalam
industri tekstil, kosmetik dan cat.

3. Algin (Alginat)

Algin ini didapatkan dari rumput laut jenis algae coklat. Algin ini
merupakan polimer dari asam uronat yang tersusun dalam bentuk rantai linier
panjang. Bentuk algin di pasaran banyak dijumpai dalam bentuk tepung natrium,
kalium atau amonium alginat yang larut dalam air. Kegunaan algin dalam industri
ialah sebagai bahan pengental, pengatur keseimbangan, pengemulsi, dan
pembentuk lapisan tipis yang tahan terhadap minyak. Algin dalam industri banyak
digunakan dalam industri makanan untuk pembuatan es krim, serbat, susu es, roti,
kue, permen, mentega, saus, pengalengan daging, selai, sirup, dan puding. Dalam
industri farmasi banyak dimanfaatkan untuk tablet, salep, kapsul, plester, dan
filter. Industri kosmetik untuk cream, lotion, sampo, cat rambut,. Dan dalam
industri lain seperti tekstil, kertas, fotografi, insektisida, pestisida, dan bahan
pengawet kayu.

BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
- Rumput laut merupakan salah satu sumber daya hayati yang terdapat di
wilayah pesisir dan laut. Istilah "rumput laut" adalah rancu secara botani

karena dipakai untuk 2 kelompok "tumbuhan" yang berbeda. Sumber daya ini

biasanya dapat ditemui diperairan yang berasosiasi dengan keberadaan

ekosistem trumbu karang. Gulma laut alam biasanya dapat dihidup di atas

subtrat pasir dan karang mati.

- Rumput laut merupakan tumbuhan laut jenis alga. Tanaman ini adalah
gangang multiseluler golongan divisi thallophyta. Berbeda dengan tanaman

sempurna pada umumnya, rumput laut tidak memiliki akar, batang dan daun.

Jenis rumput laut sangat beragam, mulai dari yang berbentuk bulat, pipih,

tabung atau seperti ranting dahan bercabang-cabang. Seperti layaknya

tanaman darat pada umumnya, rumput laut juga memiliki klorofil atau

pigmen warna yang lain. Secara umum, rumput laut yang dapat dimakan

adalah jenis ganggang biru (cyanophyceae), ganggang hijau (chlorophyceae),

ganggang merah (rodophyceae) atau ganggang coklat (phaeophyceae).

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Priono, P. 2013. Budidaya Rumput Laut Dalam Upaya Peningkatan Industrialisasi


Perikanan. Vol 8(1):1-6

Anda mungkin juga menyukai