Anda di halaman 1dari 3

Pembahasan

Kualitas air mempengaruhi kesuksesan dalam budidaya ikan. Kualitas air dapat

didefinisikan sebagai kesesuaian air bagi kelangsungan dan pertumbuhan ikan yang

umumnya ditentukan oleh beberapa parameter kualitas air (Mahasri, 2009). Media

pemeliharaan diupayakan sesuai dengan habitat asli di alam sehingga dalam proses

pemeliharaan, fisiologis dan morfologis ikan tidak terganggu.

Kualitas air pada habitat ikan patin adalah pada suhu 28-32˚C (Cahyono, 2001). Pada

kisaran tersebut ikan dapat hidup dengan baik. Suhu berpengaruh pada kehidupan dan

pertumbuhan ikan, suhu juga mempengaruhi kecernaan makanan, sedangkan peningkatan

suhu menyebabkan ikan lebih banyak mengkonsumsi pakan sehingga dapat menurunkan

rasio konversi pakan. Perubahan suhu juga dapat mempengaruhi kecepatan metabolisme.

Pernyataan tersebut sesuai dengan Hardjojo dan Djokosetiyanto (2005) yang menyatakan

bahwa suhu air normal adalah suhu air yang memungkinkan makhluk hidup dapat melakukan

metabolisme dan berkembangbiak.

Wardoyo (1978) dalam Akbar (2016) menyatakan bahwa pH perairan ideal bagi ikan

berkisar antara 6,5-8,5. Di luar kisaran ini, pertumbuhan ikan akan lambat dan mungkin sulit

untuk berkembang biak. Di samping berpengaruh terhadap metabolism, pertumbuhan,

kemampuan berkembang biak dan ketahanan terhadap penyakit, pH juga berpengaruh

terhadap ketersediaan nutrient dan pakan alami. Sedangkan kandungan oksigen terlarut yang

baik untuk pemeliharaan ikan patin adalah 4,56-6,9 mg/L (Pubjobasuki, 2007), yang mana

kisaran ini akan membuat proses metabolisme tubuh ikan berjalan dengan baik.

Sumber air berasal dari perairan rawa yang berada di sekitaran daerah Rimbo Panjang

yang mana pada awal pengambilan pH air berkisar 4,5. Kemudian air tersebut di tampung

dalam wadah dan disterilkan menggunakan boster copper sebanyak 1 mg/L serta diberi

aerasi.
Pakan merupakan salah satu factor yang berperan dalam pertumbuhan Ikan Patin.

Semakin tinggi kandungan gizi pakan maka akan baik untuk pertumbuhan ikan. Menurut

Noegroho (2000) dalam Syamsunarno (2008) protein memegang peranan penting dalam

penyusunan jaringan dan organ tubuh hewan, termasuk ikan. Dalam pakan yang diberikan

kepada ikan, protein harus teredia dalam jumlah yang cukup. Tingkat protein pakan yang

rendah akan mengakibatkan pertumbuhan menjadi lambat.

Pertumbuhan bobot mutlak ikan patin yang dipelihara setiap hari yaitu 2,24 gr dan

pertumbuhan panjang mutlak ikan patin yaitu 0,84 gr. Menurut samsudin (2004) bahwa

pertumbuhan bobot pada ikan terjadi karena adanya energy yang berasal dari pakan yang

diberikan. Pertumbuhan bobot mutlak berbanding lurus dengan pertumbuhan panjang mutlak.

Hal ini sesuai dengan yang dilakukan Wilburn dan Owen (1964) menyatakan pertumbuhan

dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas pakan dan lingkungan perairan.

Semakin besar kepadatan ikan yang diberi akan semakin kecil laju pertumbuhan per

individu. Menurut Diansari et al. (2003), sistem resirkulasi dapat membuat daya dukung

suatu wadah budidaya akan menimgkatkan pertumbuhan ikan budidaya.

Hasil pengukuran kualitas air rawa gambut setelah dilakukan pemberian em4

mengalami kenaikan pH dari 4,00 menjadi 6,5, perubahan DO dari 3,5 mg/l menjadi 5,5 mg/l

dan penurunan CO2 dari 23,29 mg/l menjadi 13,31 mg/l. Menurut Sari (2018) probiotik EM4

dianggap mampu memperbaiki kondisi perairan sehingga menjadi alternatif dalam budidaya

ikan. Dengan adanya probiotik, maka proses degradasi bahan organik akan baik, sehingga

menghasilkan zat-zat yang bermanfaat bagi pertumbuhan plankton. Bahan organik ini dapat

digunakan secara langsung oleh fitoplankton dalam air untuk kelangsungan hidupnya (Sari,

2018). Fungsi EM4 untuk mempercepat fermentasi bahan organik (Hadisuwito, 2007 dalam

Sari, 2018) dan asam asetat membuat kondisi lingkungan menjadi asam dan sebagai sumber

karbon oleh bakteri (Sari, 2018).


Perubahan kualitas air yang terjadi pada air rawa gambut setelah dilakukan pemberian

probiotik bisa digunakan untuk pemeliharaan ikan patin. Menurut Arifin dan Tupang (1983)

dalam Septimesy (2016), pH yang cocok untuk kehidupan ikan patin siam berkisar 6,5-8,0.

Menurut Legendre et al., (2000) dalam Septimesy (2016), konsentrasi oksigen terlarut di atas

3 mg.L-1 masih termasuk dalam batas toleransi ikan patin.

EM4 adalah kultur campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan, bermanfaat

untuk meningkatkan kualitas air dan meningkatkan pertumbuhan ikan. Sebagian besar EM4

mengandung 90 % mikroorganisme Lactobacillus sp. yaitubakteri penghasil asam laktat,

serta dalam jumlah sedikit mengandung bakteri fotosintetik, Streptomyces sp. dan ragi (Sari,

2018).

Anda mungkin juga menyukai