Anda di halaman 1dari 14

WEB I : http://faridsaifulloh.blogspot.

com/2017/01/pengertian-chemical-
oxygen-demand.html
Pengertian COD?
Apa itu COD?
Kali ini, kita coba untuk mempelajari apa itu Chemical Oxygen Demand atau yang biasa disingkat
menjadi COD.
Chemical Oxygen Demand (COD) adalah pengukuran kebutuhan oksigen untuk mengoksidasi
senyawa terlarut dan partikel organik di air.
Jumlah oksigen terlarut di air merupakan faktor penting pada kehidupan air. Penyebab
berkurangnya jumlah oksigen terlarut di air disebabkan oleh effluen (keluaran) limbah industri,
limpasan kegiatan pertanian dan kegiatan perkotaan, dan lain-lain. Standar kualitas air untuk
oksigen terlarut ditetapkan oleh peraturan untuk menjaga kehidupan air. Banyak danau dan sungai
yang berada pada suatu negara tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Chemical Oxygen Demand (COD) adalah ukuran oksigen yang dikonsumsi selama
dekomposisi bahan organik dan oksidasi bahan kimia anorganik seperti amonia dan nitrit.
Chemical Oxygen Demand merupakan parameter kualitas air yang penting karena, mirip dengan
BOD, ia dapat menilai dampak effluen air limbah yang akan dibuang pada
lingkungan penerima (badan air). Tingkat COD tinggi menandakan banyaknya jumlah bahan
organik yang teroksidasi pada sampel, yang akan mengurangi tingkat oksigen terlarut
(DO). Penurunan DO dapat menyebabkan kondisi anaerob, yang dapat merusak kehidupan
air. Tes COD sering digunakan sebagai alternatif untuk BOD karena waktuanalisa yang lebih
singkat.

Maka dari itu COD biasanya diukur pada :


1. Influen air limbah di unit pengolahan (untuk mengetahui nilai COD awal)
2. Effluen air limbah di unit pengolahan (untuk mengetahui nilai COD akhir, dan untuk mengetahui
efisiensi pengolahan suatu unit)
3. Effluen air limbah ke badan air (untuk kesesuaian terhadap baku mutu)
4. Badan air (untuk mengetahui nilai COD dan dapat memperkirakan dampak yang ditimbulkan)
Analisa COD :
Prinsip analisa COD adalah semua senyawa organik dapat dioksidasi secara sempurna
menjadi karbon dioksida dengan menggunakan oksidator kuat pada kondisi asam. Sampel
air diinkubasi pada kondisi tertutup dengan oksidan kimia yang kuat dalamsuhu dan jangka
waktu tertentu. Oksidan yang sering digunakan dalam tes COD adalah kalium dikromat (K2Cr2O7)
yang digunakan dalam kombinasi dengan asam sulfatmendidih (H2SO4).
Oksidan kimia kuat (Cr2O72-), berfungsi untuk mengoksidasi senyawa organik menjadi
karbon dioksida dan air pada kondisi asam. Biasanya, analisa juga menggunakansenyawa perak
untuk mendorong oksidasi senyawa organik tertentu dan merkuri untuk mengurangi gangguan dari
oksidasi ion klorida. Sampel tersebut kemudian didiamkan selama kurang lebih 2 jam pada suhu
150 ° C. Jumlah oksigen yang dibutuhkan dihitung dari jumlah oksidan kimia yang dikonsumsi.
Chemical Oxygen Demand berhubungan dengan Biochemical Oxygen
Demand(BOD), bentuk analisa lain untuk pengujian kebutuhan oksigen pada air limbah.
Namun,biochemical oxygen demand hanya mengukur jumlah oksigen yang dikonsumsi oleh
oksidasi mikroba dan paling relevan dengan perairan kaya bahan organik. Maka COD dan BOD
tidak selalu mengukur jenis yang sama dari oksigen yang dikonsumsi. Misalnya, COD tidak
mengukur kemungkinan oksigen yang dikonsumsi pada senyawa organik terlarut seperti asetat.
Namun, asetat dapat dimetabolisme oleh mikroorganisme dan karena itu akan terdeteksi dalam uji
BOD. Sebaliknya, kemungkinan oksigen yang dikonsumsi pada selulosa tidak diukur selama uji
BOD dengan pengukuran jangka pendek, tetapi diukur pada tes COD.
Titrasi redox
Senyawa organik di dalam sampel ditentukan melalui oksidasi dengan dikromat. Jumlah
O2 pada persamaan kimia menjadi dikromat didefinisikan sebagai Chemical Oxygen Demand
(COD). Selama oksidasi, sampel akan dipanaskan dengan dikromat yang dilebihkan. Senyawa
organik dikonversi menjadi karbon dioksida dan air selama dikromat tereduksi menjadi Cr3+ :
Cr2O72- + 14 H+ + 6e-  2 Cr3+ + 7 H2O
Kelebihan dikromat ditentukan dengan titrasi oksidasi-reduksi dengan ferrous ammonium
sulfate menggunakan Fe(II)-orthophenanthroline complex sebagai indikator. Metode ini disebut
“titrasi balik” pada analisa kimia. Persamaan setengah reaksi pada reduksi besi dapat dilihat pada
persamaan berikut :
Fe2+ Fe3+ + e-
Apa itu titrasi balik?
Titrasi balik merupakan metode titrasi yang menganalisa sampel dengan cara
mereaksikannya dengan suatu pereaksi berlebih yang telah diketahui konsentrasinya dengan pasti.
Setelah itu sisa dari pereaksi tersebut dititrasi dengan menggunakan larutan baku. Cara titrasi balik
dapat dilihat pada persamaan di bawah :
A + Bberlebih  C + Bsisa
Bsisa + D  E
Kelebihan dikromat akan berkurang pada titrasi balik. Mengurangkan mmol kelebihan
dikromat dalam sampel dengan mmol asli dikromat yang ditambahkan ke sampel. Hasilnya
akan dapat dihitung mmol dikromat yang dikonsumsi oleh bahan organik dalam sampel.
Karena sulit untuk mengukur konsentrasi zat organik teroksidasi yang sangat banyak
jumlahnya pada sampel. Hasil COD dinyatakan sebagai jumlah oksigen (mg O2/L) yang
diperlukan untuk melakukan oksidasi pada sampel menghasilkan CO2 dan H2O.Pengukuran COD
sangat berguna untuk mengetahui jumlah oksigen yang diperlukan untuk oksidasi biologis
aerobik dari senyawa organik dalam sampel air yang membentuk CO2dan H2O.
Setiap senyawa yang dapat mengurangi konsentrasi Cr2O72-, akan mengganggu prosedur
COD. Salah satu gangguan yang paling umum adalah Cl- yang secara kuantitatif teroksidasi
menjadi Cl2 oleh dikromat. Jika klorida berada pada sampel, hal ini dapatdiatasi dengan
menambahkan HgSO4 ke dalam campuran reaksi untuk mengikat Cl-sebagai Hg (II) kompleks
klorida larut.
Prosedur yang dijelaskan di sini berlaku untuk sampel yang memiliki nilai COD 50 mg/l
atau lebih. Sampel biasanya diawetkan untuk analisis dengan H2SO4 sebesar 2 ml H2SO4 pekat
per liter sampel.

Sumber :
http://camblab.info/wp/index.php/272/
http://www.chem.wisc.edu/courses/116/OtherDoc/Labs/COD_Lab.pdf
http://realtechwater.com/chemical-oxygen-demand/

WEB II: http://teknologikimiaindustri.blogspot.com/2011/02/chemical-


oxygen-demand-cod.html
Chemical Oxygen Demand ( COD )

COD adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang
ada dalam 1 liter sampel air, dimana pengoksidasi K2,Cr2,O7 digunakan sebagai sumber oksigen
(oxidizing agent) (G. Alerts dan SS Santika, 1987).

COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada dalam air dapat
teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang dapat didegradasi secara biologis maupun yang sukar
didegradasi. Bahan buangan organic tersebut akan dioksidasi oleh

kalium bichromat yang digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent) menjadi gas CO2 dan gas
H2O serta sejumlah ion chrom. Reaksinya sebagai berikut :

HaHbOc + Cr2O72- + H+ → CO­2 + H2O + Cr3+

Jika pada perairan terdapat bahan organic yang resisten terhadap degradasi biologis, misalnya tannin,
fenol, polisacharida dansebagainya, maka lebih cocok dilakukan pengukuran COD daripada BOD.
Kenyataannya hampir semua zat organic dapat dioksidasi oleh oksidator kuat seperti kalium
permanganat dalam suasana asam, diperkirakan 95% - 100% bahan organic dapat dioksidasi.

Seperti pada BOD, perairan dengan nilai COD tinggi tidak diinginkan bagi kepentingan perikanan
dan pertanian. Nilai COD pada perairan yang tidak tercemar biasanya kurang dari 20 mg/L, sedangkan
pada perairan tercemar dapat lebih dari 200 mg/L dan pada limbah industri dapat mencapai 60.000 mg/
(UNESCO,WHO/UNEP, 1992).

Analisis COD

Prinsipnya pengukuran COD adalah penambahan sejumlah tertentu kalium bikromat (K2Cr2O7) sebagai
oksidator pada sampel (dengan volume diketahui) yang telah ditambahkan asam pekat dan katalis perak
sulfat, kemudian dipanaskan selama beberapa waktu. Selanjutnya, kelebihan kalium bikromat ditera
dengan cara titrasi. Dengan demikian kalium bikromat yang terpakai untuk oksidasi bahan organik dalam
sampel dapat dihitung dan nilai COD dapat ditentukan
Metode Analisa COD

Metoda standar penentuan kebutuhan oksigen kimiawi atau Chemical Oxygen Demand (COD) yang
digunakan saat ini adalah metoda yang melibatkan penggunaan oksidator kuat kalium bikromat, asam
sulfat pekat, dan perak sulfat sebagai katalis.

Kepedulian akan aspek kesehatan lingkungan mendorong perlunya peninjauan kritis metoda standar
penentuan COD tersebut, karena adanya keterlibatan bahan-bahan berbahaya dan beracun dalam
proses analisisnya. Berbagai usaha telah dilakukan untuk mencari metoda alternatif yang lebih baik dan
ramah lingkungan.

Perkembangan metoda-metoda penentuan COD dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori.


Pertama, metoda yang didasarkan pada prinsip oksidasi kimia secara konvensional dan sederhana dalam
proses analisisnya. Kedua, metoda yang berdasarkan pada oksidasi elektrokatalitik pada bahan organik
dan disertai pengukuran secara elektrokimia.

KOK= Kebutuhan Oksigen Kimiawi (Chemical Oxygen Demand = COD) adalah jumlah oksidan
Cr2O7(2-) yang bereaksi dengan contoh uji dan dinyatakan sebagai mg O2 untuk tiap 1000 ml contoh uji.
Senyawa organik dan anorganik, terutama organik dalam contoh uji dioksidasi oleh Cr2O7(2-) dalam
refluks tertutup menghasilkan Cr(3+). Jumlah oksidan yang dibutuhkan dinyatakan dalam ekuivalen
oksigen (O2 mg /L) diukur secara spektrofotometri sinar tampak. Cr2O7(2-) kuat mengabsorpsi pada
panjang gelombang 400 nm dan Cr(3+) kuat mengabsorpsi pada panjang gelombang 600 nm. Untuk nilai
KOK 100 mg/L sampai dengan 900 mg/L ditentukan kenaikan Cr(3+) pada panjang gelombang 600 nm.
Pada contoh uji dengan nilai KOK yang lebih tinggi, dilakukan pengenceran terlebih dahulu sebelum
pengujian. Untuk nilai KOK lebih kecil atau sama dengan 90 mg/L ditentukan pengurangan konsentrasi
Cr2O7(2-) pada panjang gelombang 420 nm.

Kelebihan dan Kelemahan Metode Analisis COD

KOK= Kebutuhan Oksigen Kimiawi (Chemical Oxygen Demand = COD) adalah jumlah oksidan Cr2O7(2-)
yang bereaksi dengan contoh uji dan dinyatakan sebagai mg O2 untuk tiap 1000 ml contoh uji. Senyawa
organik dan anorganik, terutama organik dalam contoh uji dioksidasi oleh Cr2O7(2-) dalam refluks
tertutup menghasilkan Cr(3+). Jumlah oksidan yang dibutuhkan dinyatakan dalam ekuivalen oksigen (O2
mg /L) diukur secara spektrofotometri sinar tampak. Cr2O7(2-) kuat mengabsorpsi pada panjang
gelombang 400 nm dan Cr(3+) kuat mengabsorpsi pada panjang gelombang 600 nm. Untuk nilai KOK
100 mg/L sampai dengan 900 mg/L ditentukan kenaikan Cr(3+) pada panjang gelombang 600 nm. Pada
contoh uji dengan nilai KOK yang lebih tinggi, dilakukan pengenceran terlebih dahulu sebelum
pengujian. Untuk nilai KOK lebih kecil atau sama dengan 90 mg/L ditentukan pengurangan konsentrasi
Cr2O7(2-) pada panjang gelombang 420 nm.

Penanggulangan Kelebihan/Kekurangan Kadar COD

Penanggulangan kelebihan Kadar COD


Pada Trickling filter terjadi penguraian bahan organik yang terkandung dalam limbah. Penguraian ini
dilakukan oleh mikroorganisme yang melekat pada filter media dalam bentuk lapisan biofilm. Pada
lapisan ini bahan organik diuraikan oleh mikroorganisme aerob, sehingga nilai COD menjadi turun. Pada
proses pembentukan lapisan biofilm, agar diperoleh hasil pengolahan yang optimum maka dalam hal
pendistribusian larutan air kolam retensi Tawang pada permukaan media genting harus merata
membasahi seluruh permukaan media. Hal ini penting untuk diperhatikan agar lapisan biofilm dapat
tumbuh melekat pada seluruh permukaan genting.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa semakin lama waktu tinggal,
maka nilai COD akhir semakin turun (prosentase penurunan COD semakin besar). Hal ini disebabkan
semakin lama waktu tinggal akan memberi banyak kesempatan pada mikroorganisme untuk memecah
bahan-bahan organik yang terkandung di dalam limbah. Di sisi lain dapat diamati pula bahwa semakin
kecil nilai COD awal (sebelum treatment dilakukan) akan menimbulkan kecenderungan penurunan nilai
COD akhir sehingga persentase penurunan CODnya meningkat seperti yang ada pada grafik 4.6. Karena
dengan COD awal yang kecil ini, kandungan bahan organik dalam limbah pun sedikit, sehingga bila
dilewatkan trickling filter akan lebih banyak yang terurai akibatnya COD akhir turun. Begitu pula bila
diamati dari sisi jumlah tray (tempat filter media). Semakin banyak tray, upaya untuk menurunkan kadar
COD akan semakin baik. Karena dengan penambahan jumlah tray akan memperbanyak jumlah ruang /
tempat bagi mikroorganisme penurai untuk tumbuh melekat. Sehingga proses penguraian oleh
mikroorganisme akan meningkat dan proses penurunan kadar COD semakin bertambah. Jadi prosen
penurunan COD optimum diperoleh pada tray ke 3.

Permukaan media bertindak sebagai pendukung mikroorganisme yang memetabolisme bahan organik
dalam limbah. Penyaring harus mempunyai media sekecil mungkin untuk meningkatkan luas permukaan
dalam penyaring dan organisme aktif yang akan terdapat dalam volume penyaring akan tetapi media
harus cukup besar untuk memberi ruang kososng yang cukup untuk cairan dan udara mengalir dan tetap
tidak tersumbat oleh pertumbuhan mikroba. Media berukuran besar seperti genting (tanah liat kering)
berukuran 2-4 in akan berfungsi secara maksimal. Media yang digunakan berupa genting dikarenakan
lahan diatas permukaan genting cenderung berongga dibanding media lain yang biasa mensuplai udara
dan sinar matahari lebih banyak daripada media lain yang dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroba
pada genting.

Pada penelitian ini, efisiensi Trickling Filter dalam penurunan COD tidak dapat menurunkan sampai 60%
dikerenakan :

a. Aliran air yang kurang merata pada seluruh permukaan genting karena nozzle yang digunakan
meyumbat aliran air limbah karena tersumbat air kolam retensi Tawang.

b. Supplay oksigen dan sinar matahari kurang karena trickling filter diletakkan didalam ruangan sehingga
pertumbuhan mikroba kurang maksimal.

Dalam penumbuahan mikroba distibusi air limbah dibuat berupa tetesan agar air limbah tersebut dapat
memuat oksigen lebih banyak jika dibanding dengan aliran yang terlalu deras karena oksigen sangat
diperlukan mikroba untuk tumbuh berkembang

Penanggulangan Kekurangan Kadar COD


Senyawa organik yang terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen dengan elemen aditif nitrogen, sulfur,
fosfat, dll cenderung untuk menyerap oksigen-oksigen yang tersedia dalam limbah air dikonsumsi oleh
mikroorganisme untuk mendegredasi senyawa organik akhirnya oksigen. Konsentrasi dalam air limbah
menurun, ditandai dengan peningkatan COD, BOD, SS dan air limbah juga menjadi berlumpur dan bau
busuk. Semakin tinggi konsentrasi COD menunjukkan bahwa kandungan senyawa organik tinggi tidak
dapt terdegredasi secara biologis. EM4 pengobatan 10 hari dalam tangku aerasi harus dilanjutkan
karena peningkatan konsentrasi COD. Fenomena ini menunjukkkan bahwa EM4 tidak bisa eksis baik di
kondisi ini air limbah, karena populasi yang kuat dan jumlah rendah mikroorganisme dalam air limbah.

WEB III: https://www.academia.edu/16498833/MAKALAH_KIMIA_ANALIS_COD

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Chemical Oxygen Demand

2.1.1 COD
COD adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat
organis yang ada dalam 1 liter sampel air, dimana pengoksidasi K2Cr2O7 digunakan sebagai
sumber oksigen (oxidizing agent) (G. Alerts dan SS Santika, 1987).
COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada dalam air
dapat teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang dapat didegradasi secara biologis maupun yang
sukar didegradasi. Bahan buangan organik tersebut akan dioksidasi oleh kalium bikromat yang
digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent) menjadi gas CO2 dan gas H2O serta sejumlah
ion krom.
Prinsip reaksinya sebagai berikut :
H+(g) + CxHyOz(g) + Cr2O72- (l) CO2(g) + H2O(g) + Cr3+(s)
katalis
Jika pada perairan terdapat bahan organik yang resisten terhadap degradasi biologis,
misalnya tannin, fenol, polisakarida dan sebagainya, maka lebih cocok dilakukan pengukuran COD
daripada BOD.Kenyataannya hampir semua zat organik dapat dioksidasi oleh oksidator kuat
seperti kalium permanganat dalam suasana asam, diperkirakan 95% - 100% bahan organik dapat
dioksidasi.
Seperti pada BOD, perairan dengan nilai COD tinggi tidak diinginkan bagi kepentingan
perikanan dan pertanian.Nilai COD pada perairan yang tidak tercemar biasanya kurang dari 20
mg/L, sedangkan pada perairan tercemar dapat lebih dari 200 mg/L dan pada limbah industri
dapat mencapai 60.000 mg/L.

2.1.2 Analisis COD


Prinsipnya pengukuran COD adalah penambahan sejumlah tertentu kalium bikromat
(K2Cr2O7) sebagai oksidator pada sampel (dengan volume diketahui) yang telah ditambahkan
asam pekat dan katalis perak sulfat, kemudian dipanaskan selama beberapa waktu. Selanjutnya,
kelebihan kalium bikromat ditera dengan cara titrasi. Dengan demikian kalium bikromat yang
terpakai untuk oksidasi bahan organik dalam sampel dapat dihitung dan nilai COD dapat
ditentukan.

2.1.3Metode Analisa COD


Kepedulian akan aspek kesehatan lingkungan mendorong perlunya peninjauan kritis
metode standar penentuan COD tersebut, karena adanya keterlibatan bahan-bahan berbahaya
dan beracun dalam proses analisisnya. Berbagai usaha telah dilakukan untuk mencari metode
alternatif yang lebih baik dan ramah lingkungan.Perkembangan metode-metode penentuan COD
dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori. Pertama, metode yang didasarkan pada prinsip
oksidasi kimia secara konvensional dan sederhana dalam proses analisisnya. Kedua, metode yang
berdasarkan pada oksidasi elektrokatalitik pada bahan organik dan disertai pengukuran secara
elektrokimia.
Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara
ilmiah dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis dan mengakibatkan berkurangnya
oksigen terlarut dalam air, namun tidak semua zat-zat organik dalam air bungan maupun air
permukaan dapat dioksidasikan melalui test COD antara lain :
 Zat organik yang dapat diuraikan seperti protein, glukosa
 Senyawa-senyawa organik yang tidak dapat teruraikan seperti NO2-, Fe2+, S2-, dan Mn3+
 Homolog senyawa aromatik dan rantai hidrokarbon yang hanya dapat dioksidasi oleh
adanya katalisator Ag2SO4.
Dalam tes COD digunakan larutan K2Cr2O7 untuk mengoksidasikan zat-zat organik dalam
keadaan asam yang mendidih dengan reaksi :
H+(g) + CxHyOz(g) + Cr2O72- (l) CO2(g) + H2O(g) + Cr3+(s)
Ag2SO4
Dimana perak sulfat (Ag2SO4) berperan sebagai katalisator yang berfungsi untuk
mempercepat reaksi (katalis) sedangkan HgSO4, ditambah untuk menghilangkan ion klorida yang
ada dalam air buangan.
Uji coba ini secara khusus bernilai apabila BOD tidak dapat ditentukan, karena
terdapatnya bahan-bahan beracun. Manfaat lain dari uji coba ini adalah waktunya singkat. Uji
coba ini tidak mengadakan perbedaan antara zat organik yang stabil dan yang tidak stabil. Dia
tidak dapat memberikan suatu petunjuk tetang tingkat dimana bahan-bahan yang aktif secara
biologis dapat diseimbangkan namun untuk semua tujuan yang praktis, ia dengan cepat dapat
memberikan data analisa yang teliti tentang zat-zat yang dapat dioksidasi dengan sempurna
secara kimiawi.
Air buangan yang mengandung komponen-komponen yang dibutuhkan oleh spesies
mikroorganisme sering dijumpai sebagai contoh air yang mengandung besi dalam jumlah tinggi
sering ditumbuhi oleh bakteri besi yaitu ferrobacillus atau ferrobacillus ferooxidans, air yang
mengandung H2S sering ditumbuhi oleh bakteri belerang yaitu thiobacillus.mikroorganisme yang
bersifat saprofit organotrofik sering tumbuh pada air buangan yang mengandung sampah
tanaman dan bangkai hewan. Pada contoh lain, insektisida organik sintetik dapat digunakan atas
tiga kelompok yaitu :
 Insektisida organoklorin, seperti DDT
 Insektisida organofosfor, seperti perthion dan baygon
 Insektisida karbonat, seperti karboril dan baygon
Sifat-sifat insektisida tersebut berbeda-beda meskipun termasuk dalam satu
kelompok. Dua sifat insektisidanya yang penting jika dilihat dari segi pencemarannya
terhadap lingkungan yaitu daya racunnya dan kemudahan untuk terdegradasi.
COD dengan BOD sama-sama menganalisa kebutuhan oksigen.Namun pengujian COD
pada air sampel memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan pengujian BOD.
Keunggulannya antara lain:
- Sanggup menguji air limbah industri yang beracun dan tidak dapat diuji dengan
pengujian BOD karena bakteri akan mati.
- Analisa COD hanya memakan waktu kurang lebih 3 jam, sedangkan analisa BOD
memerlukan waktu 5 hari.
- Untuk menganalisa COD antara 50 sampai 800 mg/L, tidak dibutuhkan
pengenceran sampel sedan pada umumnya analisa BOD selalu membutuhkan
pengenceran.
- Ketelitian dan ketepatan tes COD adalah 2 sampai 3 kali lebih tinggi dari tes BOD.
- Gangguan dari zat yang bersifat racun terhadap mikroorganisme pada tes BOD,
tidak menjadi soal menjadi tes COD.

Kekurangannya antara lain :


Tes COD hanya merupakan suatu analisa yang menggunakan suatu reaksi oksidasi
kimia yang menirukan oksidasi biologis (yang seharusnya terjadi di alam), sehingga
merupakan suatu pendekatan saja, karena hal tersebut diatas maka tes COD tidak dapat
membedakan antara zat-zat yang sebenarnya tidak teroksidasi (inert) dan zat-zat yang
teroksidasi secara biologis.
Analisa COD berbeda dengan analisa BOD namun perbandingan antara angka COD
dengan angka BOD dapat ditetapkan dalam tabel dibawah ini tercantum perbandingan angka
tersebut dalam beberapa jenis air.

Tabel 2.1Perbandingan antara angka COD dengan angka BOD dalam berbagai jenis air

Jenis Air BOD/ COD

Air buangan domestik ( penduduk ) 0,40-0,60


Air buangan domestik setelah pengendapan primer 0,60
Air buangan domestik setelah pengolahan secara biologis 0,20
Air Sungai 0,10

(Sumber : Alerts, G.1987.Metoda Penelitian Air.Surabaya : Usaha Nasional)


Angka perbandingan yang lebih rendah dari seharusnya, misalkan untuk air buangan
penduduk (domestik) < 0,20 menunjukan adanya zat-zat bersifat racun bagi mikroorganisme.
Tidak semua zat-zat organik dalam air buangan maupun air permukaan dapat
dioksidasikan melalui tes COD atau BOD.Tabel dibawah ini menunjukan jenis zat organik /
inorganik yang tidak atau dapat dioksidasikan melalui tes COD dan BOD.

Tabel 2.2Jenis zat organik / inorganik yang tidak atau dapat dioksidasikan melalui tes COD dan
BOD

Dapat dioksidasikan melalui


tes
Jenis zat organik / inorganik
COD BOD

Zat organik yang biodegradable (protein, gula, dan


X X
lain-lain)

Selulosa dan sebagainya X -

N organik yang non-biodegradable (NO2-, Fe2+, S2-,


X X
Mn3+)

N organik yang biodegradable a X -

NH4 bebas (Nitrifikasi) - Xb

Hidrokarbon Aromatik dan rantai Xc -

(Sumber : Alerts, G.1987.Metoda Penelitian Air.Surabaya : Usaha Nasional)

Keterangan :
a. Biodegradable : dapat diuraikan atau dicerna
b. Mulai setelah 4 hari dan dapat dicegah dengan pembubuhan Inhibitor
c. Dapat Dioksidasikan karena adanya katalisator Ag2SO4
WEB IV: http://chemist-try.blogspot.com/2012/11/chemical-oxygen-demand-
cod.html

Chemical Oxygen Demand (COD)


4:02:00 PM | Diposting oleh Tarmizi Taher |

Chemical Oxygen Demand (COD) atau Kebutuhan Oksigen Kimia adalah jumlah oksigen (mg O2)
yang dibutuhkan untuk mengoksidasi atau menguraikan senyawa/materi organik (secara kimia) yang ada
dalam 1L sampel air, di mana pengoksidasi K2Cr2O7 (kalium dikromat sebagai oksidator yang umum
dipakai) digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent). Parameter COD menunjukkan jumlah
senyawa organik dalam air yang dapat dioksidasi secara kimia ataupun melalui proses mikrobiologis, dan
mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam air.
Analisa COD berbeda dengan analisa BOD namun perbandingan antara angka COD dengan angka BOD
dapat ditetapkan. Perbandingan rata-rata angka BOD5/COD untuk beberapa jenis air :
³ Air buangan domestik (penduduk) : 0,4-0,6
³ Air buangan domestik setelah pengendapan primer : 0,6
³ Air buangan domestik setelah pengolahan secara biologis : 0,2
³ Air sungai : 0,1

Angka perbandingan yang lebih rendah dari yang seharusnya, misalnya untuk air buangan
penduduk (domestik) < style=""> Tidak semua zat-zat organis dalam air buangan maupun air permukaan dapat
dioksidasikan melalui tes COD atau BOD. Zat organis yang biodegradable (dapat dicerna/diuraikan), misalnya protein dan gula
dapat dioksidasikan melalui tes COD dan BOD.Selulosa hanya dapat dioksidasikan melalui tes COD. N organis yang
biodegradable, misalnya protein dapat dioksidasikan melalui tes COD dan BOD. N organis yang non-biodegradable, misalnya NO2-
, Fe2+, S2-, Mn3+ hanya dapat dioksidasikan melalui tes COD. NH4 bebas (nitrifikasi) hanya dapat dioksidasikan melalui tes BOD
mulai setelah 4 hari, dan dapat dicegah dengan pembubuhan inhibitor. Hidrokarbon aromatik dan rantai hanya dapat dioksidasikan
melalui tes COD saja karena adanya katalisator Ag2SO4.

Theoretical Oxygen Demand (ThOD) atau kebutuhan oksigen teoretis adalah kebutuhan oksigen untuk
mengoksidasikan zat organis dalam air yang dihitung secara teoretis. Jumlah oksigen tersebut dapat
dihitung bila komposisi zat organis terlarut telah diketahui dan dianggap semua C, H, dan N habis
teroksidasi menjadi CO2, H2O, dan NO3-. Untuk masing-masing jenis air (air sungai, air buangan
penduduk, air limbah industri) terdapat perbandingan angka ThOD, COD, dan BOD tertentu.
COD adalah banyaknya jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk menguraikan bahan-bahan organic dalam
perairan. Secara linear, terdapat hubungan antara COD dan BOD. Apabila nilai BOD tinggi, yang berarti
terdapat indikasi penggunaan oksigen untuk mengurai bahan-bahan organic, maka kadar COD juga akan
tinggi (Effendi, 2003). Menurut Perda Jatim No.2/2008, kadar COD yang diperbolehkan berada di dalam
perairan kelas II adalah 25.0 mg/L. Apabila berada diatas ambang batas tersebut, maka perairan dapat
dikategorikan tercemar dan tidak layak dipergunakan.
Chemical Oxygen Demand (COD) atau kebutuhan Oksigen Kimiawi (KOK) merupakan parameter
kualitas air yang menggambarkan banyaknya bahan organik yang dapat dioksidasikan oleh kalium
dikromat dalam suasana asam dan dipanaskan pada suhu diatas 100OC selama 2 jam.

Oksidator kuat(K2Cr2O7) ==========> Tidak semua dapat dioksidasi --> Ditambah


Ag2SO4(katalisator)--> Air yang mengandung Cl- diikat dgn HgSO4

Penetapan COD gunanya untuk mengukur banyaknya oksigen setara dengan bahan organik dalam sampel
air, yang mudah dioksidasi oleh senyawa kimia oksidator kuat. Penetapan ini sangat penting untuk dapat
diuraikan secara kimiawi. Maka dapat dikatakan COD adalah banyaknya oksidator kuat yang diperlukan
untuk mengoksidasi zat organik dalam air, dihitung sebagai mg/l O2. Beberapa zat organik yang tidak
terurai secara biologik antara lain asam asetat, asam sitrat, selulosa dan lignin (zat kayu).
Penggunaan teknik yang benar-benar sama antara sampel dan blanko pada setiap penetapan sangat
penting karena hanya sebagian dari bahan organik yang terhitung, tergantung dari oksidator kimia yang
dipakai, susunan dari senyawa organiknya dan prosedur yang dipakai. Cara refluks dengan dikromat
dipilih untuk penetapan COD karena kemampuannya untuk mengoksidasi, pemakaiannya luas terhadap
berbagai jenis sampel dan mudah dilakukan.
Dalam studi kualitas air parameter COD sangat penting sekali karena parameter ini juga merupakan salah
satu indikator pencemaran air. Air yang tercemar, misalnya oleh limbah domestik ataupun limbah industri
pada umumnya mempunyai nilai COD yang tinggi, sebaliknya air yang tidak tercemar mempunyai COD
yang rendah.

Prinsip Pengujian
Kebanyakan jenis bahan organik dirusak oleh campuran dikromat dan asam sulfat mendidih, kelebihan
dikromat dititrasi dengan ferro amonium sulfat. Banyaknya bahan organik yang dioksidasi dihitung
sebagai oksigen yang setara dengan aklium dikromat yang terikat.
Prinsip :
Sampel air direfluks dengan kalium dikromat dalam lingkungan asam sulfat pekat selama 2 jam pada
suhu diatas 100OC, kelebihan kaliumdikromat dititrasi dengan larutan baku Ferri amonium sulfat (FAS)
dengan menggunakan indikator ferroin dan pada titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna dari
kuning hijau kebiruan menjadi coklat kemerahan.
Pengujian COD dilakukan berdasarkan reaksi :

>100C selama 2 jam


(CHON) + K2Cr2O7 + H+ ---------------------------> CO2 + H2O + Cr3+ + ........
(Bhn organik)

K2Cr2O7 + Fe(NH4)2(SO4)2 + H+ ---------> Cr3+ + K+ + NH4+ + Fe3+ + SO42- + H2O

Berdasarkan reaksi di atas terlihat bahwa banyaknya bahan organik yang bereaksi (COD) sebanding
dengan banyaknya kalium dikromat yang dibutuhkan dalam reaksi tersebut. Banyaknya kalium dikromat
yang diperlukan dalam reaksi sama dengan selisih kalium dikromat yang ditambahkan dengan kalium
dikromat sisa setelah reaksi. Oleh karena itu dengan mengetahui selisih kalium dikromat yang
ditambahkan dan kalium dikromat sisa setelah reaksi maka nilai COD dalam contoh dapat dihitung.

Cara Pengujian
Untuk menganalisa COD dalam contoh mula-mula contoh dimasukkan dalam suautu wadah dan ditambah
kalium dikromat dan asam sulfat serta senyawa-senyawa lain sebagai katalisator. Kalium dikromat ini
harus diketahui dengan pasti dan harus berlebihan sehingga setelah reaksi selesai masih ada kalium
dikromat sisa yang dapat ditetapkan. Selanjutnya campuran contoh tersebut dipanaskan lebih dari 100OC
selama selama 2 jam. Setelah dingin sisa kalium dikromatnya ditetapkan dengan titrasi menggunakan
titran ferro amonium sulfat dengan indikator ferroin. Untuk menetapkan kalium dikromat yang
ditambahkan, digunakan larutan blanko. Selanjutnya selisih kalium dikromat yang ditambahkan dan sisa
setelah reaksi dapat diketahui dan nilai COD contoh dapat dihitung.
Pengganggu :
Senyawa alifatik rantai lurus, hidrokarbon aromatik dan piridin tidak dioksidir dengan sempurna,
meskipun cara ini lebih baik dari cara permanganat. Senyawa alifatik rantai lurus lebih efektif oksidasinya
dengan menambahkan katalisator Ag2SO4, tetapi akan terjadi endapan dengan Iodida, Bromida atau
Chlorida yang hanya sebagian dioksidasi dalam prosedur ini. Pada oksidasi hidrokarbon aromatik
penambahan katalisator tidak ada manfaatnya berbeda pada rantai lurus. Kesulitan yang terjadi karena
adanya Chlorida dalam sampel diatasi dengan menambahkan HgSO4 sebelum direfluks. Akan terjadi
kompleks merkuri chlorida yang larut sehingga berkurang kemampuannya untuk bereaksi lebih lanjut.

Metode Penetapan
1. Metode Refluks terbuka
Sampel 20,0 ml dimasukkan erlenmayer + 0,4 HgSO4 dan 10 ml reagent K2Cr2O7 , + 30 ml campuran
H2SO4 + Ag2SO4 , batu didih, panaskan 2 jam dan dihubungkan dengan kondensor tegak dan
dipanaskan dan dititrasi dengan FAS 0,1 N dengan indikator ferroin dari warna biru hijau kekuningan
sampai coklat merah.
Perhitungan :
1000 x ( ml titrasi blanko – ml titrasi sampel)
COD = ------------------------------------------------------- x N FAS x 8 = .... mg/l
ml sample
2. Metode Refluks Tertutup
Caranya : Sampel 2,0 ml dalam tabung COD ditambahkan 5,0 ml K2Cr2O7 0,25 N + HgSO4 0,1 g dan 3
ml campuran H2SO4 + Ag2SO4 lalu ditutup rapat. Dipanaskan selama 2 jam 150OC ± 2OC dan
dipindahkan lalu dititrasi dengan FAS 0,1 N dengan indikator ferroin dari warna biru hijau kekuningan
sampai coklat merah.
Keuntungan refluks tertutup dibanding terbuka :
- Lebih praktis dan mudah
- Sampel yang digunakan lebih sedikit
- Reagent yang digunakan lebih sedikit
- Peralatan yang digunakan lebih sedikit

Perhitungan :
1000 x ( ml titrasi blanko – ml titrasi sampel)
COD = ------------------------------------------------------- x N FAS x 8 = .... mg/l
ml sample

3. Metode Spektrofotometer
Menggunakan standar yang dibuat dari glukosa atau kalium biftalat.
Abs. Sampel
C sampel = -------------------- x C. standar
Abs. Standar

Perubahan warna pada titik akhir titrasi dimulai dari warna kuning, hijau, biru, lalu menjadi warna coklat
merah (warna coca cola). Guna penambahan batu didih untuk mempercepat pemanasan dan meratakan
panas nyala api.

Daftar jumlah Reagent yang digunakan dalam COD :

Sampel K2Cr2O7 0,25 N H2SO4 HgSO4 FAS


10 5 15 0,2 0,05
20 10 30 0,4 0,1
30 15 45 0,6 0,15

Contoh soal :
Diketahui 10,0 ml K2Cr2O7 0,2500 N dititrasi dengan FAS memerlukan 26,40 ml. 20,0 ml contoh
dititrasi memerlukan 6,7 ml FAS dan 20,0 ml blanko memerlukan 12,7 ml FAS berapa kadar COD
sampel tersebut?
Jawab :
10,0 ml x 0,2500 N
N FAS = ------------------------ = 0,0947 N
26,40 ml

1000 x ( ml titrasi blanko – ml titrasi sampel)


COD = ------------------------------------------------------- x N FAS x 8 = .... mg/l
ml sample
1000 x ( 12,7 ml – 6,7 ml )
= --------------------------------------- x 0,0947 N x 8 = .... mg/l
20 ml
= 227,28 mg/lt O2.
sumber ; bappeprov.sda.org. chemistry35.blogspot.com, id.wikipedia.org

Anda mungkin juga menyukai