com/2017/01/pengertian-chemical-
oxygen-demand.html
Pengertian COD?
Apa itu COD?
Kali ini, kita coba untuk mempelajari apa itu Chemical Oxygen Demand atau yang biasa disingkat
menjadi COD.
Chemical Oxygen Demand (COD) adalah pengukuran kebutuhan oksigen untuk mengoksidasi
senyawa terlarut dan partikel organik di air.
Jumlah oksigen terlarut di air merupakan faktor penting pada kehidupan air. Penyebab
berkurangnya jumlah oksigen terlarut di air disebabkan oleh effluen (keluaran) limbah industri,
limpasan kegiatan pertanian dan kegiatan perkotaan, dan lain-lain. Standar kualitas air untuk
oksigen terlarut ditetapkan oleh peraturan untuk menjaga kehidupan air. Banyak danau dan sungai
yang berada pada suatu negara tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Chemical Oxygen Demand (COD) adalah ukuran oksigen yang dikonsumsi selama
dekomposisi bahan organik dan oksidasi bahan kimia anorganik seperti amonia dan nitrit.
Chemical Oxygen Demand merupakan parameter kualitas air yang penting karena, mirip dengan
BOD, ia dapat menilai dampak effluen air limbah yang akan dibuang pada
lingkungan penerima (badan air). Tingkat COD tinggi menandakan banyaknya jumlah bahan
organik yang teroksidasi pada sampel, yang akan mengurangi tingkat oksigen terlarut
(DO). Penurunan DO dapat menyebabkan kondisi anaerob, yang dapat merusak kehidupan
air. Tes COD sering digunakan sebagai alternatif untuk BOD karena waktuanalisa yang lebih
singkat.
Sumber :
http://camblab.info/wp/index.php/272/
http://www.chem.wisc.edu/courses/116/OtherDoc/Labs/COD_Lab.pdf
http://realtechwater.com/chemical-oxygen-demand/
COD adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang
ada dalam 1 liter sampel air, dimana pengoksidasi K2,Cr2,O7 digunakan sebagai sumber oksigen
(oxidizing agent) (G. Alerts dan SS Santika, 1987).
COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada dalam air dapat
teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang dapat didegradasi secara biologis maupun yang sukar
didegradasi. Bahan buangan organic tersebut akan dioksidasi oleh
kalium bichromat yang digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent) menjadi gas CO2 dan gas
H2O serta sejumlah ion chrom. Reaksinya sebagai berikut :
Jika pada perairan terdapat bahan organic yang resisten terhadap degradasi biologis, misalnya tannin,
fenol, polisacharida dansebagainya, maka lebih cocok dilakukan pengukuran COD daripada BOD.
Kenyataannya hampir semua zat organic dapat dioksidasi oleh oksidator kuat seperti kalium
permanganat dalam suasana asam, diperkirakan 95% - 100% bahan organic dapat dioksidasi.
Seperti pada BOD, perairan dengan nilai COD tinggi tidak diinginkan bagi kepentingan perikanan
dan pertanian. Nilai COD pada perairan yang tidak tercemar biasanya kurang dari 20 mg/L, sedangkan
pada perairan tercemar dapat lebih dari 200 mg/L dan pada limbah industri dapat mencapai 60.000 mg/
(UNESCO,WHO/UNEP, 1992).
Analisis COD
Prinsipnya pengukuran COD adalah penambahan sejumlah tertentu kalium bikromat (K2Cr2O7) sebagai
oksidator pada sampel (dengan volume diketahui) yang telah ditambahkan asam pekat dan katalis perak
sulfat, kemudian dipanaskan selama beberapa waktu. Selanjutnya, kelebihan kalium bikromat ditera
dengan cara titrasi. Dengan demikian kalium bikromat yang terpakai untuk oksidasi bahan organik dalam
sampel dapat dihitung dan nilai COD dapat ditentukan
Metode Analisa COD
Metoda standar penentuan kebutuhan oksigen kimiawi atau Chemical Oxygen Demand (COD) yang
digunakan saat ini adalah metoda yang melibatkan penggunaan oksidator kuat kalium bikromat, asam
sulfat pekat, dan perak sulfat sebagai katalis.
Kepedulian akan aspek kesehatan lingkungan mendorong perlunya peninjauan kritis metoda standar
penentuan COD tersebut, karena adanya keterlibatan bahan-bahan berbahaya dan beracun dalam
proses analisisnya. Berbagai usaha telah dilakukan untuk mencari metoda alternatif yang lebih baik dan
ramah lingkungan.
KOK= Kebutuhan Oksigen Kimiawi (Chemical Oxygen Demand = COD) adalah jumlah oksidan
Cr2O7(2-) yang bereaksi dengan contoh uji dan dinyatakan sebagai mg O2 untuk tiap 1000 ml contoh uji.
Senyawa organik dan anorganik, terutama organik dalam contoh uji dioksidasi oleh Cr2O7(2-) dalam
refluks tertutup menghasilkan Cr(3+). Jumlah oksidan yang dibutuhkan dinyatakan dalam ekuivalen
oksigen (O2 mg /L) diukur secara spektrofotometri sinar tampak. Cr2O7(2-) kuat mengabsorpsi pada
panjang gelombang 400 nm dan Cr(3+) kuat mengabsorpsi pada panjang gelombang 600 nm. Untuk nilai
KOK 100 mg/L sampai dengan 900 mg/L ditentukan kenaikan Cr(3+) pada panjang gelombang 600 nm.
Pada contoh uji dengan nilai KOK yang lebih tinggi, dilakukan pengenceran terlebih dahulu sebelum
pengujian. Untuk nilai KOK lebih kecil atau sama dengan 90 mg/L ditentukan pengurangan konsentrasi
Cr2O7(2-) pada panjang gelombang 420 nm.
KOK= Kebutuhan Oksigen Kimiawi (Chemical Oxygen Demand = COD) adalah jumlah oksidan Cr2O7(2-)
yang bereaksi dengan contoh uji dan dinyatakan sebagai mg O2 untuk tiap 1000 ml contoh uji. Senyawa
organik dan anorganik, terutama organik dalam contoh uji dioksidasi oleh Cr2O7(2-) dalam refluks
tertutup menghasilkan Cr(3+). Jumlah oksidan yang dibutuhkan dinyatakan dalam ekuivalen oksigen (O2
mg /L) diukur secara spektrofotometri sinar tampak. Cr2O7(2-) kuat mengabsorpsi pada panjang
gelombang 400 nm dan Cr(3+) kuat mengabsorpsi pada panjang gelombang 600 nm. Untuk nilai KOK
100 mg/L sampai dengan 900 mg/L ditentukan kenaikan Cr(3+) pada panjang gelombang 600 nm. Pada
contoh uji dengan nilai KOK yang lebih tinggi, dilakukan pengenceran terlebih dahulu sebelum
pengujian. Untuk nilai KOK lebih kecil atau sama dengan 90 mg/L ditentukan pengurangan konsentrasi
Cr2O7(2-) pada panjang gelombang 420 nm.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa semakin lama waktu tinggal,
maka nilai COD akhir semakin turun (prosentase penurunan COD semakin besar). Hal ini disebabkan
semakin lama waktu tinggal akan memberi banyak kesempatan pada mikroorganisme untuk memecah
bahan-bahan organik yang terkandung di dalam limbah. Di sisi lain dapat diamati pula bahwa semakin
kecil nilai COD awal (sebelum treatment dilakukan) akan menimbulkan kecenderungan penurunan nilai
COD akhir sehingga persentase penurunan CODnya meningkat seperti yang ada pada grafik 4.6. Karena
dengan COD awal yang kecil ini, kandungan bahan organik dalam limbah pun sedikit, sehingga bila
dilewatkan trickling filter akan lebih banyak yang terurai akibatnya COD akhir turun. Begitu pula bila
diamati dari sisi jumlah tray (tempat filter media). Semakin banyak tray, upaya untuk menurunkan kadar
COD akan semakin baik. Karena dengan penambahan jumlah tray akan memperbanyak jumlah ruang /
tempat bagi mikroorganisme penurai untuk tumbuh melekat. Sehingga proses penguraian oleh
mikroorganisme akan meningkat dan proses penurunan kadar COD semakin bertambah. Jadi prosen
penurunan COD optimum diperoleh pada tray ke 3.
Permukaan media bertindak sebagai pendukung mikroorganisme yang memetabolisme bahan organik
dalam limbah. Penyaring harus mempunyai media sekecil mungkin untuk meningkatkan luas permukaan
dalam penyaring dan organisme aktif yang akan terdapat dalam volume penyaring akan tetapi media
harus cukup besar untuk memberi ruang kososng yang cukup untuk cairan dan udara mengalir dan tetap
tidak tersumbat oleh pertumbuhan mikroba. Media berukuran besar seperti genting (tanah liat kering)
berukuran 2-4 in akan berfungsi secara maksimal. Media yang digunakan berupa genting dikarenakan
lahan diatas permukaan genting cenderung berongga dibanding media lain yang biasa mensuplai udara
dan sinar matahari lebih banyak daripada media lain yang dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroba
pada genting.
Pada penelitian ini, efisiensi Trickling Filter dalam penurunan COD tidak dapat menurunkan sampai 60%
dikerenakan :
a. Aliran air yang kurang merata pada seluruh permukaan genting karena nozzle yang digunakan
meyumbat aliran air limbah karena tersumbat air kolam retensi Tawang.
b. Supplay oksigen dan sinar matahari kurang karena trickling filter diletakkan didalam ruangan sehingga
pertumbuhan mikroba kurang maksimal.
Dalam penumbuahan mikroba distibusi air limbah dibuat berupa tetesan agar air limbah tersebut dapat
memuat oksigen lebih banyak jika dibanding dengan aliran yang terlalu deras karena oksigen sangat
diperlukan mikroba untuk tumbuh berkembang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 COD
COD adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat
organis yang ada dalam 1 liter sampel air, dimana pengoksidasi K2Cr2O7 digunakan sebagai
sumber oksigen (oxidizing agent) (G. Alerts dan SS Santika, 1987).
COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada dalam air
dapat teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang dapat didegradasi secara biologis maupun yang
sukar didegradasi. Bahan buangan organik tersebut akan dioksidasi oleh kalium bikromat yang
digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent) menjadi gas CO2 dan gas H2O serta sejumlah
ion krom.
Prinsip reaksinya sebagai berikut :
H+(g) + CxHyOz(g) + Cr2O72- (l) CO2(g) + H2O(g) + Cr3+(s)
katalis
Jika pada perairan terdapat bahan organik yang resisten terhadap degradasi biologis,
misalnya tannin, fenol, polisakarida dan sebagainya, maka lebih cocok dilakukan pengukuran COD
daripada BOD.Kenyataannya hampir semua zat organik dapat dioksidasi oleh oksidator kuat
seperti kalium permanganat dalam suasana asam, diperkirakan 95% - 100% bahan organik dapat
dioksidasi.
Seperti pada BOD, perairan dengan nilai COD tinggi tidak diinginkan bagi kepentingan
perikanan dan pertanian.Nilai COD pada perairan yang tidak tercemar biasanya kurang dari 20
mg/L, sedangkan pada perairan tercemar dapat lebih dari 200 mg/L dan pada limbah industri
dapat mencapai 60.000 mg/L.
Tabel 2.1Perbandingan antara angka COD dengan angka BOD dalam berbagai jenis air
Tabel 2.2Jenis zat organik / inorganik yang tidak atau dapat dioksidasikan melalui tes COD dan
BOD
Keterangan :
a. Biodegradable : dapat diuraikan atau dicerna
b. Mulai setelah 4 hari dan dapat dicegah dengan pembubuhan Inhibitor
c. Dapat Dioksidasikan karena adanya katalisator Ag2SO4
WEB IV: http://chemist-try.blogspot.com/2012/11/chemical-oxygen-demand-
cod.html
Chemical Oxygen Demand (COD) atau Kebutuhan Oksigen Kimia adalah jumlah oksigen (mg O2)
yang dibutuhkan untuk mengoksidasi atau menguraikan senyawa/materi organik (secara kimia) yang ada
dalam 1L sampel air, di mana pengoksidasi K2Cr2O7 (kalium dikromat sebagai oksidator yang umum
dipakai) digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent). Parameter COD menunjukkan jumlah
senyawa organik dalam air yang dapat dioksidasi secara kimia ataupun melalui proses mikrobiologis, dan
mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam air.
Analisa COD berbeda dengan analisa BOD namun perbandingan antara angka COD dengan angka BOD
dapat ditetapkan. Perbandingan rata-rata angka BOD5/COD untuk beberapa jenis air :
³ Air buangan domestik (penduduk) : 0,4-0,6
³ Air buangan domestik setelah pengendapan primer : 0,6
³ Air buangan domestik setelah pengolahan secara biologis : 0,2
³ Air sungai : 0,1
Angka perbandingan yang lebih rendah dari yang seharusnya, misalnya untuk air buangan
penduduk (domestik) < style=""> Tidak semua zat-zat organis dalam air buangan maupun air permukaan dapat
dioksidasikan melalui tes COD atau BOD. Zat organis yang biodegradable (dapat dicerna/diuraikan), misalnya protein dan gula
dapat dioksidasikan melalui tes COD dan BOD.Selulosa hanya dapat dioksidasikan melalui tes COD. N organis yang
biodegradable, misalnya protein dapat dioksidasikan melalui tes COD dan BOD. N organis yang non-biodegradable, misalnya NO2-
, Fe2+, S2-, Mn3+ hanya dapat dioksidasikan melalui tes COD. NH4 bebas (nitrifikasi) hanya dapat dioksidasikan melalui tes BOD
mulai setelah 4 hari, dan dapat dicegah dengan pembubuhan inhibitor. Hidrokarbon aromatik dan rantai hanya dapat dioksidasikan
melalui tes COD saja karena adanya katalisator Ag2SO4.
Theoretical Oxygen Demand (ThOD) atau kebutuhan oksigen teoretis adalah kebutuhan oksigen untuk
mengoksidasikan zat organis dalam air yang dihitung secara teoretis. Jumlah oksigen tersebut dapat
dihitung bila komposisi zat organis terlarut telah diketahui dan dianggap semua C, H, dan N habis
teroksidasi menjadi CO2, H2O, dan NO3-. Untuk masing-masing jenis air (air sungai, air buangan
penduduk, air limbah industri) terdapat perbandingan angka ThOD, COD, dan BOD tertentu.
COD adalah banyaknya jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk menguraikan bahan-bahan organic dalam
perairan. Secara linear, terdapat hubungan antara COD dan BOD. Apabila nilai BOD tinggi, yang berarti
terdapat indikasi penggunaan oksigen untuk mengurai bahan-bahan organic, maka kadar COD juga akan
tinggi (Effendi, 2003). Menurut Perda Jatim No.2/2008, kadar COD yang diperbolehkan berada di dalam
perairan kelas II adalah 25.0 mg/L. Apabila berada diatas ambang batas tersebut, maka perairan dapat
dikategorikan tercemar dan tidak layak dipergunakan.
Chemical Oxygen Demand (COD) atau kebutuhan Oksigen Kimiawi (KOK) merupakan parameter
kualitas air yang menggambarkan banyaknya bahan organik yang dapat dioksidasikan oleh kalium
dikromat dalam suasana asam dan dipanaskan pada suhu diatas 100OC selama 2 jam.
Penetapan COD gunanya untuk mengukur banyaknya oksigen setara dengan bahan organik dalam sampel
air, yang mudah dioksidasi oleh senyawa kimia oksidator kuat. Penetapan ini sangat penting untuk dapat
diuraikan secara kimiawi. Maka dapat dikatakan COD adalah banyaknya oksidator kuat yang diperlukan
untuk mengoksidasi zat organik dalam air, dihitung sebagai mg/l O2. Beberapa zat organik yang tidak
terurai secara biologik antara lain asam asetat, asam sitrat, selulosa dan lignin (zat kayu).
Penggunaan teknik yang benar-benar sama antara sampel dan blanko pada setiap penetapan sangat
penting karena hanya sebagian dari bahan organik yang terhitung, tergantung dari oksidator kimia yang
dipakai, susunan dari senyawa organiknya dan prosedur yang dipakai. Cara refluks dengan dikromat
dipilih untuk penetapan COD karena kemampuannya untuk mengoksidasi, pemakaiannya luas terhadap
berbagai jenis sampel dan mudah dilakukan.
Dalam studi kualitas air parameter COD sangat penting sekali karena parameter ini juga merupakan salah
satu indikator pencemaran air. Air yang tercemar, misalnya oleh limbah domestik ataupun limbah industri
pada umumnya mempunyai nilai COD yang tinggi, sebaliknya air yang tidak tercemar mempunyai COD
yang rendah.
Prinsip Pengujian
Kebanyakan jenis bahan organik dirusak oleh campuran dikromat dan asam sulfat mendidih, kelebihan
dikromat dititrasi dengan ferro amonium sulfat. Banyaknya bahan organik yang dioksidasi dihitung
sebagai oksigen yang setara dengan aklium dikromat yang terikat.
Prinsip :
Sampel air direfluks dengan kalium dikromat dalam lingkungan asam sulfat pekat selama 2 jam pada
suhu diatas 100OC, kelebihan kaliumdikromat dititrasi dengan larutan baku Ferri amonium sulfat (FAS)
dengan menggunakan indikator ferroin dan pada titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna dari
kuning hijau kebiruan menjadi coklat kemerahan.
Pengujian COD dilakukan berdasarkan reaksi :
Berdasarkan reaksi di atas terlihat bahwa banyaknya bahan organik yang bereaksi (COD) sebanding
dengan banyaknya kalium dikromat yang dibutuhkan dalam reaksi tersebut. Banyaknya kalium dikromat
yang diperlukan dalam reaksi sama dengan selisih kalium dikromat yang ditambahkan dengan kalium
dikromat sisa setelah reaksi. Oleh karena itu dengan mengetahui selisih kalium dikromat yang
ditambahkan dan kalium dikromat sisa setelah reaksi maka nilai COD dalam contoh dapat dihitung.
Cara Pengujian
Untuk menganalisa COD dalam contoh mula-mula contoh dimasukkan dalam suautu wadah dan ditambah
kalium dikromat dan asam sulfat serta senyawa-senyawa lain sebagai katalisator. Kalium dikromat ini
harus diketahui dengan pasti dan harus berlebihan sehingga setelah reaksi selesai masih ada kalium
dikromat sisa yang dapat ditetapkan. Selanjutnya campuran contoh tersebut dipanaskan lebih dari 100OC
selama selama 2 jam. Setelah dingin sisa kalium dikromatnya ditetapkan dengan titrasi menggunakan
titran ferro amonium sulfat dengan indikator ferroin. Untuk menetapkan kalium dikromat yang
ditambahkan, digunakan larutan blanko. Selanjutnya selisih kalium dikromat yang ditambahkan dan sisa
setelah reaksi dapat diketahui dan nilai COD contoh dapat dihitung.
Pengganggu :
Senyawa alifatik rantai lurus, hidrokarbon aromatik dan piridin tidak dioksidir dengan sempurna,
meskipun cara ini lebih baik dari cara permanganat. Senyawa alifatik rantai lurus lebih efektif oksidasinya
dengan menambahkan katalisator Ag2SO4, tetapi akan terjadi endapan dengan Iodida, Bromida atau
Chlorida yang hanya sebagian dioksidasi dalam prosedur ini. Pada oksidasi hidrokarbon aromatik
penambahan katalisator tidak ada manfaatnya berbeda pada rantai lurus. Kesulitan yang terjadi karena
adanya Chlorida dalam sampel diatasi dengan menambahkan HgSO4 sebelum direfluks. Akan terjadi
kompleks merkuri chlorida yang larut sehingga berkurang kemampuannya untuk bereaksi lebih lanjut.
Metode Penetapan
1. Metode Refluks terbuka
Sampel 20,0 ml dimasukkan erlenmayer + 0,4 HgSO4 dan 10 ml reagent K2Cr2O7 , + 30 ml campuran
H2SO4 + Ag2SO4 , batu didih, panaskan 2 jam dan dihubungkan dengan kondensor tegak dan
dipanaskan dan dititrasi dengan FAS 0,1 N dengan indikator ferroin dari warna biru hijau kekuningan
sampai coklat merah.
Perhitungan :
1000 x ( ml titrasi blanko – ml titrasi sampel)
COD = ------------------------------------------------------- x N FAS x 8 = .... mg/l
ml sample
2. Metode Refluks Tertutup
Caranya : Sampel 2,0 ml dalam tabung COD ditambahkan 5,0 ml K2Cr2O7 0,25 N + HgSO4 0,1 g dan 3
ml campuran H2SO4 + Ag2SO4 lalu ditutup rapat. Dipanaskan selama 2 jam 150OC ± 2OC dan
dipindahkan lalu dititrasi dengan FAS 0,1 N dengan indikator ferroin dari warna biru hijau kekuningan
sampai coklat merah.
Keuntungan refluks tertutup dibanding terbuka :
- Lebih praktis dan mudah
- Sampel yang digunakan lebih sedikit
- Reagent yang digunakan lebih sedikit
- Peralatan yang digunakan lebih sedikit
Perhitungan :
1000 x ( ml titrasi blanko – ml titrasi sampel)
COD = ------------------------------------------------------- x N FAS x 8 = .... mg/l
ml sample
3. Metode Spektrofotometer
Menggunakan standar yang dibuat dari glukosa atau kalium biftalat.
Abs. Sampel
C sampel = -------------------- x C. standar
Abs. Standar
Perubahan warna pada titik akhir titrasi dimulai dari warna kuning, hijau, biru, lalu menjadi warna coklat
merah (warna coca cola). Guna penambahan batu didih untuk mempercepat pemanasan dan meratakan
panas nyala api.
Contoh soal :
Diketahui 10,0 ml K2Cr2O7 0,2500 N dititrasi dengan FAS memerlukan 26,40 ml. 20,0 ml contoh
dititrasi memerlukan 6,7 ml FAS dan 20,0 ml blanko memerlukan 12,7 ml FAS berapa kadar COD
sampel tersebut?
Jawab :
10,0 ml x 0,2500 N
N FAS = ------------------------ = 0,0947 N
26,40 ml