Anda di halaman 1dari 84

MEMBUAT

PENGAWETAN HIJAUAN PAKAN


TERNAK

OLEH :
FRANSISCA BUDIYATI

BALAI BESAR PELATIHAN PETERNAKAN


KUPANG
2011
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS
(TPK)

SETELAH SELESAI MEMPELAJARI PAKET


PEMBELAJARAN INI PESERTA DAPAT :
1. MEMBUAT HAY DENGAN BAIK DAN BENAR
2. MEMBUAT SILASE DENGAN BAIK DAN BENAR
3. MEMBUAT HAYLAGE DENGAN BAIK DAN BENAR
4. MEMBUAT AMONIASE DENGAN BAIK DAN BENAR
5. MEMBUAT PEMI JERAMI DENGAN BAIK DAN BENAR
EVALUASI AWAL
1. Sebutkan 3 jenis pengawetan hijauan pakan
ternak yang saudara ketahui.
2. Apa tujuan pembuatan pengawetan hijauan
pakan ternak.
3. Bagaimana proses pembuatan Silase baik
dengan bahan pengawet maupun tanpa bahan
pengawet
PENDAHULUAN

 Pakan merupakan salah satu faktor terpenting dalam


menentukan keberhasilan dalam beternak
 Jika ternak tidak diberikan makanan dalam jumlah
dan kualitas yang cukup maka sudah dapat
dipastikan ternak tidak dapat tumbuh dengan baik
(dalam arti menjadi gemuk)
 Oleh karena itu betapa pentingnya memperhatikan
penyediaan dan pemanfaatan pakan secara efisien,
sehingga menghasilkan produksi dan yang lebih
penting lagi keuntungan ekonomis yang tinggi dari
usaha ternaknya
LANJUTAN :

 Potensi sumber legum (lamtoro, turi dan gamal)


dan rumput alam yang berlimpah pada musim
penghujan merupakan peluang untuk penyediaan
pakan ternak melalui pengawetan baik dalam
bentuk segar maupun dalam bentuk kering
MANFAAT PENGAWETAN PAKAN
 Mempertahankan kualitas hijauan pakan dalam waktu
yang lama, sehingga dapat digunakan pada waktu yang
dibutuhkan
 Hijauan yang dipanen teratur akan meningkatkan
produksi dan kualitasnya
 Meningkatkan produksi ternak karena tidak pernah
mengalami kekurangan pakan
 Bahan pakan ternak, harus memenuhi syarat2 sbb:
# Tidak beracun
# Disukai oleh ternak
# Dapat dan mudah dicari
# Murah dan mudah diperoleh
TEKNOLOGI PENGAWETAN PAKAN
TERNAK

 Hijauan Pakan Ternak (Forages) merupakan


bahan pakan utama bagi kehidupan ternak
serta merupakan dasar dalam usaha
pengembangan peternakan terutama untuk
ternak ruminansia termasuk didalamnya sapi
perah, sapi potong.
UNTUK MENINGKATKAN
PRODUKTIVITAS TERNAK PERLU
 Penyediaan pakan hijauan sepanjang tahun baik
kualitas dan kuantitas yang cukup agar pemenuhan
kebutuhan zat-zat makanan ternak untuk
mempertahankan kelestarian hidup dan keutuhan
alat tubuh ternak (kebutuhan hidup pokok) dan
tujuan produksi (kebutuhan produksi) dapat
berkesinambungan.
 Hal ini dimungkinkan bila kita mampu
mengelola strategi penyediaan pakan hijauan
sepanjang tahun baik rumput maupun
 legum dalam bentuk awetan.

PENANGANAN HIJAUAN PAKAN
TERNAK (HPT)

 Produksi rumput dari kebun rumput bila


dipelihara secara optimum pada bulan basah
akan menghasilkan hijauan yang maksimum,
tetapi hal ini perlu dilakukan penanganan
secara baik dan benar untuk dijadikan
cadangan pada musim kemarau yang diolah
dalam bentuk awetan sehingga memenuhi
kebutuhan hijauan untuk ternaknya
baik secara kuantitas maupun kualitas .
BEBERAPA CARA PENGAWETAN
UNTUK MENYEDIAKAN PAKAN
TERNAK SEPANJANG TAHUN

 Pengawetan dengan pembuatan


silase(proses fermentasi dengan tidak
mengubah zat gizi hijauan
tersebut)
 Pengawetan dengan pembuatan hay (proses
penyimpanan secara kering dengan
mengurangi kandungan air hijauan tersebut
Lanjutan :

 Pengawetan dengan proses amoniasi (proses


pengolahan dengan bantuan urea untuk
meningkatkan kandungan protein kasar dan
mengurangi kandungan lignin)
1. MEMBUAT HAY
 PENGERTIAN HAY :

Hay adalah Hijauan Pakan Ternak (HPT)


yang dikeringkan di lapangan atau ditempat
tertutup, sehingga mencapai bahan kering
80 – 85 % dengan warna hijau kekuningan
dan berbau enak.
Hay adalah hijauan kering yang terdiri dari
rumput-rumputan yang dikeringkan di
bawah sinar matahari, sehingga dapat
disimpan lama.
LANJUTAN :

 Hay adalah Hijauan Pakan Ternak (HPT) yang


dipotong dan dikeringkan agar bisa diberikan
kepada ternak
 Hay adalah Hijauan Pakan Ternak (HPT) yang
dipotong dan dikeringkan baik dengan bantuan
sinar matahari maupun panas buatan hingga
mempunyai kadar air antara 15 – 20 %.
 TUJUAN PEMBUATAN HAY :

Penyediaan pakan ternak pada saat-saat


tertentu. Misalnya di masa-masa paceklik
dan bagi ternak selama dalam perjalanan.

Menyimpan hijauan pada saat berlebihan

Memanfaatkan hijauan pada saat pertum-


buhan terbaik tetapi saat itu belum di man-
faatkan.
MACAM-MACAM PENGERINGAN
1. Dengan panas matahari
2. Dengan panas kompor/oven
3. Dengan diangin-anginkan
 Pengeringan dengan panas matahari memberikan hasil yang
baik dan murah, terutama di daerah tropis. Ini dapat
dilakukan 2 cara yakni :
1. Pengeringan tanpa alat pengering, memerlukan
pengadukan/pembalikan yang intensif
2. Pengeringan dengan alat pengering, dapat menggunakan :

- Rak kaki tiga (Tripod)


- Rak kaki empat (Gawangan)
- Pagar pengering
PERUBAHAN MUTU SELAMA PENGERINGAN

 Selama pengeringan, akan terjadi perubahan-perubahan


komposisi zat makanan dan kualitas hijauan yang
disebabkan :

1. Pengeringan yang terlalu lama, menyebabkan


banyak zat makanan (carotene karbohidrat)
hilang karena pernapasan & oksidasi tanaman
2. Keadaan cuaca yang basah / lembab, hal ini
merangsang tembusnya jamur
PERUBAHAN MUTU SELAMA PENYIMPANAN

 Dlm penyimpanan, akan terjadi kerusakan2 /perubahan


mutu yang disebabkan :
1. Kenaikan kadar air, disebabkan karena sifat higros-
kopis
2. Terjadinya thermophitic selama penyimpanan, karena
pada waktu penyimpanan kadar bahan kering rendah
3. Kenaikan temperatur, akibat penumpukan & fermen
tasi menyebabkan terjadinya perubahan warna hay
menjadi coklat, serta turunnya kadar vitamin, bahan
kering dan energi
3 MACAM KUALITAS HAY
1. Hay berkualitas tinggi :
* Hay rumput yang masih muda, daun kacang kacangan,
dan leguminosa
* Dipotong/dibuat pada awal sampai pertengahan musim
hujan

* Ciri-ciri : - protein tinggi (diatas 8 %)


- warna hijau muda
- tekstur halus

* Baik diberikan pada anak sapi, induk yang sedang


menyusui dan sapi jantan yang sedang digemukkan
Lanjutan :

2. Hay berkualitas sedang :


* Hay rumput menjelang berbunga, daun batang
jagung bagian atas, jerami kacang2an

* Dipotong /dibuat pada pertengahan sampai


akhir musim hujan

* Ciri-ciri : - protein sedang (6 - 8 %)


- tekstur agak kasar

* Baik diberikan pada sapi induk, sapi remaja


(dara) dan pejantan
Lanjutan :
3. Hay berkualitas rendah :
* Semua jenis hijauan yang dikeringkan
ketika hijauan tsb sudah tua (rumput tua,
jerami jagung, jerami padi, dll)
* Dipotong/dibuat selama musim kemarau

* Ciri-ciri : - protein rendah ( < 4 %)


- tekstur kasar

* Diberikan pada ternak dlm keadaan kritis


makanan, sehingga ternak tdk kehilangan
bobot badan yang terlalu tinggi
PENGERINGAN HAY
 DENGAN PANAS MATAHARI/DIANGIN-ANGINKAN

DAPAT DILAKUKAN TANPA ATAU DENGAN ALAT


PENGERING (RAK), YAKNI :

1. PENGERINGAN TANPA ALAT PENGERING,


MEMERLUKAN PENGADUKAN/PEMBALIKAN
YANG INTENSIF DAN TEKNIS PEMBUATAN
TIDAK BERAT / SEDERHANA SERTA
PEMBIAYAAN MURAH

2. PENGERINGAN DENGAN ALAT PENGERING,


DPT DIGUNAKAN RAK KAKI TIGA (TRIPOD),
RAK KAKI EMPAT / GAWANGAN DAN
PAGAR PENGERING
LANJUTAN :

CARA PEMBUATAN :

 HIJAUAN DIPOTONG-POTONG ATAU DALAM


BENTUK IKATAN

 HIJAUAN TERSEBUT DIJEMUR/DITEBARKAN


DAN ATAU DIANGIN-ANGINKAN TIPIS-TIPIS
PADA TEMPAT YANG TELAH DISIAPKAN/
TEMPAT PENJEMURAN DAN SETIAP SAAT
HARUS DI BOLAK-BALIK (1-2 JAM)

 USAHAKAN AGAR PROSES PENJEMURAN


BERLANGSUNG DALAM WAKTU SINGKAT
4-8 JAM SHG KADAR AIR MENJADI 15-20 %
Keuntungan/Kebaikan :
 Biaya ringan dan murah
 Mudah dilakukan karena teknis pembuatannya
sederhana
 Kandungan vitamin D dalam hijauan lebih tinggi
Kekurangannya :
 Hanya bisa dilakukan di suatu daerah yg memiliki
iklim tropis
 Proses pengeringan berlangsung lebih lama
dibanding pemanasan dengan mesin, sehingga
secara umum menurunkan nilai gizi relatif lebih
banyak
 Karotine (pro-vit.A) menurun
LANJUTAN :

 DENGAN KOMPOR/OVEN
PENGERINGAN DENGAN PANAS BANTUAN PADA
UMUMNYA DILAKUKAN DI DAERAH YANG MEMILIKI
IKLIM DINGIN (SUB TROPIS), KARENA PANAS
MATAHARI YANG DIPEROLEH KURANG MENJAMIN
BAGI PROSES PENGERINGAN HAY

CARA PEMBUATAN :
 HIJAUAN DIPOTONG-POTONG
 MASUKKAN HIJAUAN TERSEBUT KEDALAM ALAT
PENGERING DALAM TEMPERATUR SEKITAR 100-250 °C
 LAMA PEMANASAN DITUNGGU SAMPAI KADAR AIR
HIJAUAN MENJADI 15-20 % ATAU ± 15 MENIT
Keuntungan :
 Proses pengeringan cepat, sehingga nilai gizi yang
hilang sedikit
 Pengerjaannya tidak terikat oleh tempat dan waktu,
pada saat dan tempat dimana dan kapan saja bisa
dilaksanakan

Kekurangan :
 Memerlukan modal dan biaya yang cukupmahal
 Tidak bisa dilaksanakan oleh masyarakat petani
peternak
SYARAT DAN LAMA PENGERINGAN
SYARAT PENGERINGAN :
1. MENGHILANGKAN/MENGUAPKAN KADAR AIR HIJAUAN
SECEPAT MUNGKIN
2. MENCEGAH TERJADINYA PERNAPASAN CEL HIJAUAN
3. MENCEGAH TERJADINYA AKTIFITAS METABOLISME

LAMA PENGERINGAN DALAM PEMBUATAN HAY DIPENG-


ARUHI OLEH :

1. IKLIM/CUACA
2. KADAR AIR HIJAUAN
3. CARA PENGERINGANNYA
 Pengeringan dikerjakan sampai kadar bahan kering hijauan
mencapai 80 – 85 % (kadar air 15 – 20 %)
PERUBAHAN MUTU SELAMA
PENGERINGAN
 Selama pengeringan, mungkin akan terjadi
perubahan-perubahan komposisi zat makanan
dan kualitas hijauan yang disebabkan :
1. Pengeringan yg terlalu lama, menyebabkan
banyak zat makanan (carotine karbohidrat)
hilang karena pernapasan dan oksidasi
tanaman
2. Keadaan cuaca yang basah/lembab, hal ini
merangsang tembusnya jamur
PERUBAHAN MUTU SELAMA
PENYIMPANAN
 Dalam penyimpanan, mungkin akan terjadi kerusakan
kerusakan/perubahan mutu yang disebabkan :

1. Kenaikan kadar air, disebabkan krn sifat higroskopis


(menyerap air)
2. Terjadinya proses oksidasi dan fermentasi oleh bakteri
thermophitic selama penyimpanan, karena pada waktu
penyimpanan kadar bahan kering rendah
3. Kenaikan temperatur, akibat penumpukan dan
fermentasi menyebabkan terjadinya perubahan
warna hay menjadi coklat, serta turunnya kadar
vitamin, bahan kering dan energi.
 PRINSIP PEMBUATAN HAY :
1. Rumput yang digunakan sebaiknya yang sudah
hampir berbunga.

2. Waktu pemotongan yg baik disesuaikan dengan


dengan jenis hay yang akan dibuat
a. Hay berkualitas tinggi, sebaiknya dipotong pd
awal sampai pertengahan musim hujan.

b. Hay berkualitas sedang, sebaiknya dibuat pd


pertengahan sampai akhir musim hujan.
c. Hay berkualitas rendah, dibuat selama musim
kemarau
3. Rumput yang telah dipotong, bagian batang bawah-

nya (yang keras) di potong dan batang yang lunak


yang akan digunakan.
4. Rumput diikat dengan diameter 15-20 cm & disusun
ke dalam rak/tripod secara merata.
5. Hay disimpan pada tempat yang beratap dan
terlindung air hujan.
6. Lama pengeringan relatif waktunya, tergantung alat
pengeringnya dan cuaca.
7. Prinsip pembuatan hay adalah menurunkan kadar air
menjadi 15-20 % dalam waktu yang singkat, baik
dengan panas matahari maupun panas bantuan.
CARA MEMBUAT/LANGKAH KERJA

1. Buat rak/para-para dalam bentuk segitiga


2. Potong rumput ± 15 cm dari atas tanah dan layu
kan 1 – 2 jam
3. Ikat rumput tersebut dengan diameter 5–10 cm
dan susun diatas rak/para-para sampai penuh/rak
tertutup oleh tumpukan rumput
4. Taruh rak/para-para ditempat yang aman
5. Lakukan pembalikan tumpukan rumput agar se-
mua sisi mendapat udara yang sama/rata
ATAU
1. Hijauan dipotong-potong
2. Hijauan tersebut ditebarkan tipis-tipis ditempat yang
telah disiapkan
3. Hijauan dibolak balik (1 - 2 jam)
4. Usahakan agar proses penjemuran berlangsung dlm
waktu singkat (4-8 jam), sehingga kadar air menjadi
15 – 20 %
 Cara mengetes bahwa kadar air mencapai 15-20 % adl
dengan mengambil hay dalam tripod tersebut kemudian
dipotong-potong dengan ukuran 5-10 cm dan masukkan
kedalam botol lalu ditaburi dng garam halus 1-2 sendok
makan. Selanjutnya botol ditutup & dikocok + 100 kali.
Selanjutnya bila garam yg ada didalam botol tetap dlm
bentuk butiran berarti rumput (hay) sudah cukup kering.
 CIRI-CIRI HAY YANG BAIK :

Warna hijau kekuningan


Tidak banyak daun yang rusak
Bentuk daun masih utuh/jelas
Tidak kotor atau berjamur
Tidak mudah patah bila batang
dilipat dengan tangan
CARA PEMBERIAN
 Hay yang sudah diikat-ikat dapat dibuka
ikatannya dan dipotong-potong kemudian
diberikan kepada ternak
 Jumlah yang diberikan sesuai dengan
kebutuhan ternak, yakni :
 Anak (< 1 tahun) : 1 kg/hr
 Remaja (< 2 tahun) : 2 - 3 kg/hr

 Dewasa (> 2 tahun) : 4 - 5 kg/hr atau s/d

5–7 % dr bb ternak
2. MEMBUAT SILASE
 PENGERTIAN
 SISTEM PENGAWETAN SILASE adalah berdasarkan
proses bagaimana membuat dan mempercepat
keadaan hampa udara di tempat penyimpanan (SILO)
dan membuat suasana menjadi masam, karena pada
keadaan tersebut bakteri pembusuk dan jamur mati,
sehingga hijauan menjadi tahan lama

 SILASE adalah Hijauan Pakan Ternak (HPT) yang


disiapkan dalam keadaan segar (kadar air 60 – 70 %)
di dalam suatu tempat yang disebut SILO (Tempat
penyimpanan yang hampa udara dan suasana asam).
Lanjutan :

 SILO adalah tempat penyimpanan pakan


ternak (hijauan), baik yang dibuat di dalam
tanah ataupun diatas tanah. Atau tempat
membuat silase, dapat berupa lubang tanah,
beton atau dari plastik. Atau tempat yang
dipakai untuk pembuatan dan penyimpanan
silase
 TUJUAN PEMBUATAN SILASE :
Untuk mengatasi kekurangan makanan
ternak di musim kemarau panjang atau
musim paceklik.
Untuk menampung kelebihan produksi
hijauan makanan ternak atau
memanfaatkan hijauan yang berlimpah
pada saat musim hujan
Mendayagunakan pertanian atau hasil
ikutan pertanian
Memasyarakatkan teknologi silase
MANFAAT
 Menyediakan pakan awetan dalam bentuk silase,
terutama dalam mengantisipasi kekurangan
pakan dimusim kemarau, sehingga nilai nutrisi
hijauan pakan ternak dapat dipertahankan dan
sekaligus dapat mempertahankan bobot badan
ternak
 Regan (2001), bahwa pengawetan dalam bentuk
silase dapat menjamin ketersediaan pakan
dengan kualitas yang lebih baik dari pada
melalui pembuatan Hay
BENTUK SILO
 Trench Silo : Silo berbentuk parit, yang
umumnya pada bagian bawah atau dasarnya
lebih sempit dari pada bagian atas
 Pench Silo : Silo yang hanya merupakan
anyaman sekat-sekat bambu atau kayu saja yang
sifatnya kurang permanen
 Tower Silo : Silo berbentuk menara menjulang
diatas tanah, sedangkan bagian atas
keseluruhannya tertutup rapat
LANJUTAN :

 Pit Silo : Silo berbentuk silinder (sumur), dibuat


didalam tanah
 Box Silo : Silo yang berbentuk segi empat
seperti kotak lebih sempit dari pada bagian
atasnya
YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM
MEMBUAT SILO :

1. Diusahakan ditempat yang lebih tinggi


dan tidak terlalu jauh dari kandang agar
pengangkutan mudah dilakukan.
2. Dasar silo dibuat miring kesatu sisi untuk
memperoleh tata air (drainase) yang
baik.

3. Kapasitas silo harus cukup besar agar


mampu menampung semua hijauan
yang akan diawetkan
PRINSIP PEMBUATAN SILASE
Prinsip pembuatan silase adalah usaha utk mencapai dan
mempercepat :
1. Keadaan hampa udara
2. Suasana asam ditempat penyimpanan,
shg merendahkan pH secepat mungkin
Untuk mendapatkan keadaan hampa udara yaitu
dengan melakukan :
1. Tempat penyimpanan hrs tertutup rapat
2. Penimbunan hijauan harus padat, yaitu
dengan pemotongan hijauan yg pendek
LANJUTAN :

 Pemadatan yang sempurna akan memperkecil kantong-


kantong udara di dlm penyimpanan, sehingga keadaan
hampa udara cepat tercapai.
 Apabila terjadi penutupan silo yang tidak rapat atau di
dalam silo itu banyak terdapat kantong udara, maka akan
menimbulkan jamur akan tumbuh cepat.
 Pembuatan silase sebaiknya dilakukan saat hijauan
memasuki fase generatif (april-mei), karena pada bulan
tersebut kandungan nutrisi
dari hijauan masih baik
PEMBUATAN SILASE TANPA BAHAN
PENGAWET

 RUMPUT : 40 %
 LAMTORO : 60 %
(Lama penyimpanan 2 bln/PK : 16,59 %)

 RUMPUT : 40 %
 GAMAL : 60 %
(Lama penyimpanan 4 bln/PK : 11,49 %)
LANJUTAN :

Silase I ( wadah drum bekas)


 RUMPUT : 60 %
 GAMAL : 40 %

(Lama penyimpanan 4 bln/PK : 8,77 %)


Silase II (wadah drum plastik vakum)
 RUMPUT : 60 %
 GAMAL : 40 %

(Lama penyimpanan 4 bln/PK : 5,45 %)


Note : - Dibuat di Desa Usapinonot, oleh BPTP NTT
- Hasil analisa : Lab.Balitnak Ciawi Bogor
PEMBUATAN SILASE DENGAN BAHAN PENGAWET

Tetes (molases) = 3 % dari bahan silase

 Dedak halus = 5 % dari bahan silase


 Tepung jagung = 3,5 % dari bahan silase

 Menir = 3,5 % dari bahan silase

 Ampas tahu = 7 % dari bahan silase


CARA MEMBUAT/LANGKAH KERJA
TANPA BAHAN PENGAWET :
 Potong hijauan (rumput,lamtorodan gamal) dan layukan
± 1 malam
 Potong – potong hijauan (rumput) yang telah dilayukan
sepanjang ± 5 cm dan lepas daun lamtoro dan gamal
dari tangkainya
 Masukkan rumput tersebut kedalam silo kemudian
diikuti dengan lamtoro selapis demi selapis dan
padatkan hingga penuh. Begitu juga untuk rumput
dan daun gamal. Tutup silo yang telah penuh dengan
hijauan sampai rapat
CARA MEMBUAT/LANGKAH KERJA
DENGAN BAHAN PENGAWET :
• Potong hijauan (rumput) dan layukan ± 1 malam
• Potong-potong hijauan yg sdh dilayukan ± 5 cm
• Timbang bahan pengawet sesuai anjuran
• Masukkan rumput kedalam silo kemudian diikuti
dengan bahan pengawet selapis demi selapis
hingga penuh dan padat. Atau rumput dan bahan
pengawet dicampur sampai merata kemudian
baru dimasukkan pada tempat yang telah
disiapkan sedikit demi sedikit sambil dipadatkan
sampai penuh.
• Tutup silo yang telah penuh dengan hijauan
secara rapat
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN WAKTU
MENGISI BAHAN SILASE :
1. Hijauan yang dimasukkan kedalam silo benar-
benar padat, sehingga kantong (rongga) udara
dapat diperkecil dan mempercepat suasana an-
aerob, yg pada akhirnya menekan pertumbuhan
mikroorganisme yang bersifat aerob.
2. Hijauan yang akan diawetkan dilayukan
terlebih dahulu ( + 1 hari/tergantung terik
matahari), selanjutnya dipotong-potong dengan
ukuran + 5 cm, agar tersusun rapat dan padat
dalam tempat penyimpanan (silo).
3. Tumpukan silase sebaiknya melebihi permukaan
silo, untuk menjaga kemungkinan terjadinya pe -
nyusutan volume yang menyebabkan kecekungan
pada permukaan silo.
4. Diatas tumpukan bahan silase perlu dilapisi plas -
plastik untuk mencegah masuknya air kedalam
silo (pada waktu hujan).
 WAKTU PENYIMPANAN :

1. Pembuatan silase tanpa bahan pengawet


memerlukan waktu + 1 minggu atau
sampai dengan 2 - 4 bulan

2. Pembuatan silase dengan menggunakan


bahan pengawet memerlukan waktu + 2
bulan.
 CARA PENGAMBILAN DAN PENGGUNAAN :

1. Setelah 1 minggu atau sampai dengan 2-4 bulan, silo


bisa dibongkar untuk diambil silasenya

2. Apabila dalam pemberian silase pada ternak tidak


semuanya, maka silo segera ditutup kembali secara
rapat.

3. Silase yang baru saja diambil/dibuka hendaknya


diangin-anginkan dan jangan diberikan langsung
kepada ternak, karena dalam proses ensilage akan
terbentuk asam organis CO2 dan NO yang apabila
kontak dengan udara akan menghasilkan NO2 yang
berbahaya bila dihisap oleh manusia, sebab beracun
LANJUTAN :

4. Silase yang disimpan didalamnya bisa bertahan 2-3


tahun, dengan catatan keadaan/kondisi silo sempurna.

5. Penggunaan/pemberian pada ternak 5-6 % dari berat


badan ternak, disamping bahan pakan lain
Beberapa faktor yang berpengaruh
terhadap kualitas fermentasi silase :

1. Udara dalam silo


2. Kandungan air pada bahan
3. Panjang pemotongan
4. Kepadatan bahan dalam silo
5. Penutupan silo
Hasil silase dapat dilihat dari 2 segi

1. Kualitas fisik
Dapat dinilai dari warna , bau/aroma, pH,
tingkat kerusakan dan tingkat penyusutan

2. Kualitas kimia
Dapat dinilai dari hasil analisis terhadap kadar
zat-zat makanan
CIRI-CIRI SILASE YANG BAIK :

1. Warna : masih hijau dan bersih


2. Bau : harum khas silase
3. Tekstur : jelas dan tidak menggumpal
4. Fisik : masih baik, tidak berjamur dan
tidak
berlendir
5. PH (keasaman) : - Baik sekali : 3,5 – 4,2
- Baik : 4,2 – 4,5
- Sedang : 4,5 – 4,8
CARA PEMBERIAN

 Jumlah yang diberikan sesuai dengan


kebutuhan ternak, yakni :
 Anak (< 1 tahun) : 3 kg/hr
 Remaja (< 2 tahun): 6 - 9 kg/hr

 Dewasa (> 2 tahun): 12 -15 kg/hr


3. MEMBUAT AMONIASI
 Pengolahan jerami padi segar / kering dengan urea
menjadi jerami hasil olahan, disebut Jerami
Amoniasi
 TUJUAN :
# Memanfaatkan jerami padi yang jumlahnya cukup
banyak pada musim panen
# Mengatasi kekurangan pakan ternak pada musim
kemarau
# Meningkatkan rasa dan palatabilitas (daya suka
ternak) dan meningkatkan kadar gizi jerami
CARA MEMBUAT/LANGKAH KERJA
 Buat lobang dan pasang plastik pada lobang
yang sudah digali, atau bisa juga dengan
menggunakan ember atau kantong plastik
 Timbang jerami dan potong-potong sepanjang 5-
10 cm
 Timbang urea sebanyak 3-4 % dari berat jerami
dan larutkan urea kedalam air (40 % dari berat
jerami)
LANJUTAN :

 Masukkan potongan jerami sedikit demi sedikit


dan semprotkan larutan urea ke permukaan
jerami hingga merata dan sampai padat
 Tutup lobang atau ember atau kantong plastik
yang telah berisi jerami secara rapat
 Diamkan selama ± 4 minggu
Cara lain :
1. Jerami padi kering yang sudah diikat /bal jerami,
ditaruh diatas plastik (alas plastik)
2. Timbang urea 6 % dari berat jerami padi
3. Taburkan urea secara merata pd jerami padi atau urea
dilarutkan dengan air (40% dr berat urea) lalu dipercik-
kan secara merata pada jerami padi tersebut
4. Tutup plastik tersebut secara rapat
5. Simpan ditempat yang aman/terlindung
6. Setelah 1(satu) bulan sudah dapat dibuka dan diangin-
anginkan.
7. Setelah bau yang menyengat berkurang, jerami tersebut
pindahkan ke ruang/gudang penyimpanan (beratap dan
tidak kena hujan)
CARA PENYIMPANAN

 Disimpan dalam waktu 30 hari, kemudian


dapat dibongkar dan ditempatkan pada
tempat (gudang) makanan ternak yang
telah dialasi plastik
 Hindari dari terik matahari dan hujan
 Daya simpan jerami amoniasi : 6-12 bulan
CIRI-CIRI AMONIASI YANG
BAIK
 Tekstur jerami relatif lebih lunak dan
mudah putus
 Warna kuning tua atau coklat
 Bau amoniak menusuk hidung/
menyengat (oki hati2 ketika membuka
krn menyebabkan mata pedih)
 Tidak berbau busuk
Keuntungan/kelebihan
1. Sederhana dalam mengerjakannya dan
tidak berbahaya
2. Lebih murah dan mudah dilakukan
3. Meningkatkan protein kasar

4. Nilai energi jerami meningkat 70-80 %


dibanding dengan jerami yang tidak
diolah
5. Tidak menimbulkan polusi dalam tanah
CARA PEMBERIAN PADA TERNAK
 Sebelum jerami awetan diberikan pada ternak,
perlu di angin-anginkan selama ± 2
jam/disesuaikan untuk mengurangi/
menghilangkan bau amoniak
 Pemberian jerami awetan pada ternak sebaiknya
ditambah dengan dedak, dengan komposisi sbb :
LANJUTAN :

• Untuk setiap ekor sapi dan kerbau (berat badan


± 300 kg), maka pemberiannya :
- Jerami awetan = 10 – 15 kg
- Dedak = 0,50 – 0,75 kg
- Garam & air secukupnya dg cara dipercikkan

• Untuk 1 ekor kambing/domba (berat badan ± 20 kg) :


- Jerami awetan = 1 kg
- Dedak = 100 – 200 gr
- Garam & air secukupnya, dg cara dipercikkan
LANJUTAN :

• Atau pemberian berdasarkan umur :


- Anak (< 1 tahun) : 1 – 2 kg/hari
- Remaja (< 2 tahun) : 3 – 5 kg/hari
- Dewasa (> 2 tahun) : 6 – 8 kg/hari

• Untuk hasil yang lebih optimum,


tambahkan karbohidrat siap pakai
seperti tetes/larutan gula air kedalam
jerami amoniasi yang akan diberikan
pada ternak
HASIL PROSESING JERAMI
AMONIASI

SEBELUM SETELAH
KANDUNGAN
DIOLAH DIOLAH
ZAT GIZI
%

Air 63,27 73,53


Protein Kasar 1,99 8,80
Serat Kasar 36,84 32,85

Hasil Analisis Lab.Nutrisi dan Makanan Ternak Fak. NAK. UNPAD (1999)
4. MEMBUAT WAFER

 PAKAN TERNAK DALAM BENTUK


WAFER MERUPAKAN SALAH SATU
METODA PENYAJIAN PAKAN DARI
HASIL OLAHAN DALAM SISTEM
PENGAWETAN KERING
TUJUAN

 Memanfaatkan kelimpahan produksi pakan


ternak selama musim hujan
 Menyediakan pakan yang berkualitas selama
musim kemarau
 Penyediaan dalam bentuk wafer agar efisien
dalam penyimpanan dan efektif dalam
pemberian
CIRI-CIRI WAFER YANG
BAIK
 TIDAK HANCUR
 TIDAK BERJAMUR

 AROMA HARUM

 TIDAK TERLALU TEBAL/BESAR

 KERING (TIDAK BASAH/LEMBAB)


CARA MEMBUAT/LANGKAH KERJA
 Kumpulkan daun lamtoro, turi, gamal &
jemur sampai kering
 Haluskan sampai menjadi tepung
 Timbang tepung tapioka 30 % dari jumlah
seluruh pakan dan 70 % tepung daun
leguminosa
 Campur kedua tepung tersebut hingga
merata, kemudian tuang air hangat/panas
sedikit demi sedikit dan tambahkan garam
secukupnya terus aduk sampai merata
Lanjutan :

 Adonan siap dicetak dalam bentuk


wafer, kemudian jemur dipanas matahari
3 – 4 jam
 Simpan hasil olahan tersebut pada tempat
yang aman (tidak lembab) supaya tidak
berjamur
 Catatan : tepung tapioka dapat diganti
dengan ubi kayu (yang sudah
diparut/dihaluskan)
5. MEMBUAT PEMI - JERAMI
 Pengertian : Jerami padi pada
hakekatnya adalah suatu bahan
pakan sumber energi, sedangkan
kadar protein dan mineralnya
rendah. Oleh karena itu jerami
padi hanya cukup untuk
kebutuhan hidup pokok.
Lanjutan :

 NTT mempunyai potensi pakan yang dapat


dimanfaatkan sebagai pakan alternatif seperti
jerami padi. Salah satu masalah jika
memanfaatkan jerami sebagai pakan ternak
adalah nutrisinya yang sangat rendah, karena
nilai nutrien yang tertinggalpun sudah
berikatan dengan lignin menjadi lignoselola
sehingga sangat sulit dicerna oleh
mikroorganisme dalam rumen sapi.
Lanjutan :

 Agar dapat bermanfaat bagi ternak, maka


jerami2 tersebut perlu diolah agar ikatan
lignoselolanya terputus. Salah satu jenis
pengolahan adalah dengan cara/dibuat PEMI.
Pemi dibuat dengan merendam jerami dalam
larutan filtrat abu sekam padi, ini diharapkan
dapat memutuskan ikatan lignoselulosa jerami
sehingga jerami tersebut dapat menjadi pakan
yang bermanfaat bagi ternak.
Tabel : Nilai gizi jerami padi dan
hijauan
NILAI GIZI (%)

NO. JENIS
PROT. KASAR LEMAK SERAT KASAR ABU

1. Jerami Padi 3,93 0,87 32,99 22,44

2. Rumput lapangan 6,69 1,78 34,19 9,7

3. Rumput gajah 10,19 1,64 42,29 11,73

4. Lamtoro 48,07 6,13 11,95 9,32

Sumber : Gbr.Statistik D.A. Biro Program 1976


EVALUASI AKHIR
1. Sebutkan 3 jenis pengawetan hijauan pakan
ternak yang saudara ketahui.
2. Apa tujuan pembuatan pengawetan hijauan
pakan ternak.
3. Bagaimana proses pembuatan Silase baik
dengan bahan pengawet maupun tanpa bahan
pengawet

Anda mungkin juga menyukai