Anda di halaman 1dari 27

MEMILIH BIBIT TERNAK

SAPI POTONG

Oleh :

Ir. Fransiskus Mbapa,M.Si


WIDYAISWARA
PRE TEST

1. Jelaskan masalah perbibitan ternak


sapi yang sedang dihadapi di
Indonesia saat ini !
2. Tuliskan beberapa tindakan yang
harus dilakukan berhubungan
dengan perbibitan agar usaha petani
berhasil.
3. Jelaskan beberapa kriteria yang
menjadi acuan petani berkaitan
dengan bibit ternak yang akan dipilih
Tujuan Pembelajaran Khusus
(TPK)
Setelah berlatih peserta dapat :
1. Menjelaskan permasalahan perbibitan
ternak sapi potong di Indonesia dengan
benar
2. Melakukan tindakan operasional
perbibitan ternak sapi untuk keberhasilan
usaha petani dengan benar
3. Menjelaskan kriteria yang dilakukan
dalam memilih bibit ternak sapi potong
(calon induk, pejantan, dan bakalan
untuk penggemukan )
PENDAHULUAN
1. Jumlah rumah tangga usaha peternakan 5,6 juta rumah tangga
dengan 5,4 juta peternak laki-laki dan 1 juta peternak perempuan.
Dari jumlah tersebut, jumlah rumah tangga usaha sapi potong 2,6
juta rumah tangga., (sensus pertanian BPS 2003)
2. Jumlah rumah tangga usaha peternakan merupakan salah satu
indikator yang dapat digunakan untuk melihat gambaran
perkembangan peternakan di Indonesia. Semakin banyak rumah
tangga yang terlibat di subsektor ini semakin besar pula perhatian
yang dibutuhkan untuk meningkatkan produktifitas usaha
peternakan
3. Sapi potong merupakan ternak yang paling banyak diusahakan
oleh rumah tangga dibandingkan dari jenis ternak yang lain. Hal
ini dimungkinkan karena peralatan lebih mudah yang diikuti
dengan ayam buras dan babi
GAMBARAN AGRIBISNIS SAPI POTONG

Hulu On Farm Hilir


Pengolahan Pemasaran
1. Menghadapi kendala 1. Terjadi peningkatan populasi yang 1. Relatif belum 1. Mengikuti siklus hari
perbibitan yang sangat relatif stagnan yaitu sekitar 1-2% berkembang pasaran diberbagai
serius karena sistem pertahun hanya bersifat daerah dan lebih banyak
perbibitan belum berjalan 2. Terjadi penurunan mutu produksi pemotongan saja memiliki mata rantai
baik dan produktifitas ternak yang terlihat dan lebih banyak yang panjang dari
2. Kekurangan bibit sapi dari turunnya lingkar dada,berat bersifat tradisional produsen ke konsumen
potong sebesar hampir 2 badan dan tinggi badan ternak lokal 2. Tekhnologi 2. Margin yang diperoleh
juta ekor 3. Pelayanan pakan,keswan sangat grading belum oleh petani relatif
3. Pengertian bibit dasar,bibit terbatas sekali sehingga angka berjalan dengan berkurang karena mata
induk dan bibit sebar kematian ternak dibanyak daerah baik hanya untuk rantai yang panjang
belum berjalan masih tinggi menurut BPS kepentingan 3. Permintaan terhadap
restoran dan ternak potong cukup
4. Kelembagaan perbibitan ( 2%)
supermarket besar tinggi krn memilki
masih sebatas 1. Angka produksi dan produktifitas
pembentukan VBC ternak lebih rendah dari yang elstisitas yang tinggi
5. Luas lahan yg dikuasai seharusnya.berat karkas 146 kg (lebih dari 1)
rumah tangga peternakan menjadi hanya 268kg,angka
masih rendah kelahiran hanya 21% yang
dibandingkan dengan seharusnya 30%,calving interval 1
usaha serktor pertanian tahun sekali menjadi 2 tahun sekali
yang lain 2. Ternak bersifat sebagai tabungan
dan belum menjadi usaha bisnis
dan masih bersifat skala rumah
tangga
Permasalahan
 Secara umum agribisnis Indonesia masih bersifat
sebagai infant industri artinya industri yang baru
mau tumbuh dengan segala permasalahannya

• Agribisnis ternak sapi potong masalah


utamanya adalah perbibitan belum berjalan
dengan baik tetapi industrinya tergolong
sebagai grass root industri

Move to sld 5
Pembibitan sapi Potong
 Tulang punggung utama pemasok bakalan
 Tidak ada investor dalam bidang pembibitan ?
 Kualitas bibit rendah/seleksi negatif
 Penggunaan pejantan alam seadanya
 Gizi pakan pasca beranak rendah
 Penurunan populasi dan produktivitas induk
 Tingginya pemotongan betina induk : 200
rb/thn.
Titik Kritis Agribisnis Sapi Potong Di
Indonesia
• Kekurangan bibit
• Penurunan mutu populasi
• Permintaan cukup tinggi
• Dipelihara oleh banyak rumah tangga
peternak

Upaya pemerintah, PSDS 2014

Move to sld 8, etc


OPERASIONALISASI PROGRAM DAN KEGIATAN PSDS 2014

OPERASIONALISASI PROGRAM DAN KEGIATAN PSDS 2014


Kegiatan Pokok

Pencegahan Penyediaan Peningkatan Penyediaan bibit Pengaturan stock


pemotongan sapi bakalan/daging produktifitas dan sapi/kerbau daging sapi /kerbau
betina produktif sapi/kerbau lokal reproduktifitas didalam negeri
sapi/kerbau lokal

1. Penyelamatan 1. Pengembangan 1. Optimalisasi IB 1.Penguatan 1. Pengaturan


Betina usaha dan INKA wilayah sumber stock daging
Kegiatan Operasional

Produktif pembiakan dan 2. Penyediaan bibit dan sapi dalam


penggemukan pakan dan air kelembagaan negeri
sapi lokal 3. Penanggulangan usaha 2. Pengaturan
2. Pengembangan gangguan pembibitan distribusi dan
pupuk organik reproduksi dan 2.Pengembangan pemasaran
dan biogas peningkatan pembibitan sapi ternak sapi
3. Pengembangan pelayanan potong melalui dan daging
integrasi kesehatan VBC
4. Peningkatan hewan 3.Penyediaan bibit
kualitas RPH melalui subsidi
bunga (KUPS)

9
LOKASI PSDS 2014

1. Lokasi pelaksanaan PSDS 2014 (13 kegiatan Operasional)


dilaksanakan di 33 provinsi, yang dikelompokkan :
a. 20 provinsi prioritas yang dikelompokkan ke dalam : (i)
wilayah IB; (ii) wilayah INKA; dan (iii) wilayah
campuran, IB dan INKA. Propinsi Prioritas : Jabar, Jateng,
DIY, Jatim, NAD, Sumut, Jambi, Sumbar, Sumsel,
Lampung, NTB, Kalbar, Kalsel, Riau, Sulsel, Gorontalo,
Bali, NTT, Sultra, Sulteng
b. 13 Provinsi pendukung (pengembangan Baru), yaitu :
Kepri, Babel, Bengkulu, Banten, DKI Jakarta, Kalteng, Kaltim,
Sulbar, Sulut, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua
Barat
2. Dalam operasionalisasinya ke 13 langkah operasional akan di
implementasikan di 90 kabupaten/kota (pada tahun 2010)

10
ROAD MAP SKENARIO

Tahun Produksi domestik (%) Impor (%)


2009 63.5 36.5
2010 70.2 29.8

2011 75.5 24.5


2012 80.5 19.5
2013 85.3 14.7
2014 90.0 10.0

11
Proyeksi Populasi, Produksi, dan Konsumsi
Perkembangan Produksi domestik Impor
Tahun 2009
Populasi (000ekor) 12.610,10 580,00

Produksi (000ton) 250,80 70,00


Konsumsi (000ton) 250,80 142,80
Tahun 2010
Populasi (000ekor) 12.794,90 260,00
Produksi (000ton) 282,90 73,76
Konsumsi (000ton) 282,90 120,20
Tahun 2011
Populasi (000ekor) 13.169,50 196,90
Produksi (000ton) 316,10 67,21
Konsumsi (000ton) 316,10 102,50
Tahun 2012
Populasi (000ekor) 13.521,60 149,00
Produksi (000ton) 349,70 57,43
Konsumsi (000ton) 349,70 84,70
Tahun 2013
Populasi (000ekor) 13.870,50 112,80
Produksi (000ton) 384,20 45,96
Konsumsi (000ton) 384,20 66,30
Tahun 2014
Populasi (000ekor) 14.231,70 85,40
Produksi (000ton) 420,40 31,22
12
Konsumsi (000ton) 420,40 46,60
GAMBARAN UMUM SEJAK TAHUN 1993 - 2009

No Parameter Perkembangan (%)


1993 2009
1 Populasi 10,8 juta ekor 12,6 Juta ekor 1,014

2 Pemotongan 1,6 juta ekor 2 Juta ekor 1,389

3 Impor Bakalan 35,4 ribu ekor 657,3 ribu ekor 39,80

4 Impor Daging & 3 ribu ton 45,7 ribu ton 15,77


Jeroan
5 Produksi Daging 346,3 ribu ton 404,5 ribu ton 1,574
2. Dari analisis tersebut ternyata tahun 1993-2009 :
- impor bakalan melonjak tajam
- Impor daging melonjak tajam
- Sedangkan pemotongan rendah
- Sedangkan pertumbuhan populasi masih rendah
- Peningkatan pendapatan perkapita 2,5%

3. Sehingga impor tersebut pelan-pelan menggerus pemotongan


ternak lokal yang terjadi puncaknya pada tahun 2006, 2007, 2008,
2009 (sapi bakalan) dan daging sejak tahun 2008 dan 2009
Puncak impor daging juga terjadi pada tahun 1996, 1997, 1998 dan
1999

4. Dari fenomena tersebut “ nampaknya “ bahwa impor sapi bakalan


akan tidak timbul masalah bila impornya berkisar 200.000 ekor dan
daging sekitar 20.000 ton/tahun. Walaupun angka ini belum
disesuaikan dengan supply demand ternak lokal yang ada.
Lanjutan....

5. Perlu juga diketahui bahwa secara umum konsumsi daging sapi


dinikmati oleh golongan pengeluaran diatas Rp.500.000/bulan yang
berjumlah 56,3 juta sedangkan 173,6 juta jiwa tidak menikmatinya.

6. Kesimpulannya adalah bahwa swasembada daging sapi adalah


untuk mensejahterahkan 4,5 juta Rumah Tangga Peternakan Sapi
Potong
PETA KONSUMSI PROTEIN HEWANI ASAL TERNAK
DI INDONESIA KURUN WAKTU 2002 - 2009
Protein ( gram/kapita/hari)
No Propinsi
2002 2005 2007 2009
1 NAD 0 4,64 5,03 4,68
2 SUMUT 3,87 4,77 5,32 5,20
3 SUMBAR 5,39 5,36 5,57 6,75
4 RIAU 6,96 6,62 9,11 8,80
5 JAMBI 4,15 6,13 6,54 7,11
6 SUMSEL 4,06 5,71 6,63 6,78
7 BENGKULU 3,3 3,71 4,48 5,92
8 LAMPUNG 3,18 4,42 4,82 5,73
9 BABEL 4,44 7,58 7,32 6,81
10 KEP.RIAU 0 7,77 7,83 9,89
11 DKI 9,66 10,24 10,55 12,16
12 JABAR 5,23 6,19 6,69 7,20
13 JATENG 3,75 4,32 4,77 5,85
14 DI YOGYAKARTA 5,73 6,25 6,68 8,18
15 JATIM 3,96 4,65 5,09 5,58
16 BANTEN 5,98 6,3 7,04 8,00
Lanjutan........
Protein ( gram/kapita/hari)
No Propinsi
2002 2005 2007 2009
17 BALI 7,73 8,24 9,85 7,59
18 NTB 3,11 3,36 3,35 3,93
19 NTT 2,7 3,16 2,89 3,14
20 KALBAR 4,89 5,12 7,11 7,00
21 KALTENG 5,39 7 7,02 8,96
22 KALSEL 4,79 5,79 6,49 7,28
23 KALTIM 6,11 8,35 9,57 8,63
24 SULUT 4,08 4,63 4 3,64
25 SULTENG 2,7 2,75 2,74 3,62
26 SULSEL 2,91 3,35 3,98 4,95
27 SULTRA 1,72 2,55 2,94 4,03
28 SULBAR 0 0 1,81 2,34
29 GORONTALO 2,15 2,26 2,17 2,37
30 MALUKU 0 2,92 2,5 3,29
31 MALUT 0 2,58 2,75 2,30
32 PAPUA 0 4,75 6,08 6,78
33 PAPUA BARAT 0 0 4,27 6,94
Total Indonesia 4,59 5,32 5,85 6,10
IMPLEMENTASI PROGRAM
Dalam mendukung tercapainya PSDS 2014
maka ditempuh dengan pendekatan :
Melaksanakan koordinasi lingkup teknis
peternakan
Mendisain mata pelatihan yang sesuai
dengan program
Menyelanggarakan pelatihan agribisnis
peternakan bagi aparatur pertanian
Memilih calon induk
Agar dapat memilih calon induk yang baik
maka perlu memperhatikan kriteria teknis
berikut :
 Badan panjang dan dalam
 Memiliki produktivitas yang tinggi
 Berpenampilan menarik
 Nafsu makan baik
 Memiliki daya adaptasi tinggi
 Sehat/tidak mengidap suatu penyakit
Kriteria calon pejantan yang baik
 Badan panjang dan dalam
 Kondisi tubuh simetris antara bagian
depan,tengah,dan belakang
 Mata cerah dan bercahaya
 Kemudi lebar dan dalam
 Nafsu makan baik
 Sehat/tidak mengidap suatu penyakit
Kriteria calon bakan yang baik
untuk penggemukan
 Badan lebar dan dalam
 Bentuk tubuh segi empat
 Pertumbuhan tubuh bagian depan,
tengah dan belakang serasi
 Garis badan atas dan bawah sejajar
 Paha sampai pergelangan penuh
berisi daging
 Dada lebar dan dalam serta
menonjol ke depan
lanjutan

Bentuk tubuh padat dan kompak


Bentuk muka lebar dan tanduk tumpul
Bentuk bokong bulat elips
Dahi dan bahu lebar
Mata cerah bercahaya
Punggung dan pinggang lebar
Dada lebar dan dalam serta menonjol ke
depan
Kaki besar, pendek, dan kokoh
Untuk lebih meyakinkan
penilaian dalam pemilihan bibit,
kita perlu melakukan palpasi
serta pengukuran linier tubuh
seperti panjang tubuh, tinggi
pundak, lingkar dada, dan
sebagainya
Standar ukuran tubuh bibit sapai Bali
(Yasin,Suhubudi,dkk 1993)

Sumber JK/umur PB(cm) TP(cm) LD(cm) Berat(


kg)
Anonimous Jantan 3 – 6 tahun 134 126 193 -
Betina : 11 – 14 bulan 120 115 169 -

Ditjennak Dara : 1,5 – 2 tahun 113 102 156 197


Induk, maksimal 8 tahun 119 108 164 233
Calon pejantan 1,5-2 thn 122 110 172 222
Pejantan, maks 8 thn 125 126 183 353
Manfaat memahami exterior
secara umum
• Kemampuan menaksir harga/estimasi
bobot badan atau total karkas
• Kemampuan memproduksi calon bibit
yang baik
• Dapat memilih bibit dengan cara mudah
dan cepat sesuai dengan kondisi pasar
umum.
SELAMAT BERJUANG
UNTUK MENCAPAI KESUKSESAN
POST TEST
1. Jelaskan masalah perbibitan ternak
sapi yang sedang dihadapi di
Indonesia saat ini !
2. Tuliskan beberapa tindakan yang
harus dilakukan berhubungan
dengan perbibitan agar usaha
petani berhasil.
3. Jelaskan beberapa kriteria yang
menjadi acuan petani berkaitan
dengan bibit ternak yang akan
dipilih

Anda mungkin juga menyukai