OLEH :
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
BAB II PEMBAHASAN................................................................................
2.1 Breeding..............................................................................................
2.1.1 Seleksi Bibit................................................................................
2.1.2 Manajemen Perkawinan Pembibitan Sapi Pedaging..................
2.2 Feeding................................................................................................
2.2.1 Sistem Dry Lot Fattening...........................................................
2.2.2 Sistem Pasture Fattening.............................................................
2.2.3 Sistem Kombinasi Dry Lot Dan Pasture Fattening....................
2.2.4 Sistem Kereman..........................................................................
2.3 Manajemen..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa, astas rahmat-Nya dan
karunia-nyalah saya dapat menyelesaikan makalah singkat dengan tepat waktu.
Adapun judul dari makalah ini adalah Mengetahui tahapan breeding, feeding, dan
manajemen pada sapi potong.
Pada kesempatan kali ini, saya mengucapkan terimakasih kepada dosen yang telah
memberikan tugas ini kepada saya. Selain itu, saya juga mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan
makalah singkat ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menulis makalah singkat ini jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun diharapak dapat
membuat makalah singkat ini menjadi lebih baik serta bermanfaat bagi penulis
dan pembaca.
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
Indonesia sebagai daerah tropis dengan potensi sumberdaya alam yang melimpah
sangat mendukung untuk pengembangan peternakan sapi potong, hanya saja
Dari latar belakang di atas maka rumusan masalah yang diangkat dalam makalah
ini meliputi :
a. Sapi induk harus dapat menghasilkan anak secara teratur dan melahirkan ketu
runan anak sapi tanpa cacat. Pencapaian bobot badan anak sapi pada umur 20
5 hari diatas rata rata kelompok.
b. Calon pejantan periode sapih pada umur 205 hari dengan bobot badan pada u
mur 305 hari mencapai diatas rata rata kelompok. Memiliki libido dan mutu s
perma yang berkualitas.
c. Calon Induk, dapat dipilih sebagai calon induk bila telah berumur 12 bulan de
ngan bobot badan umur 305 hari harus mencapai diatas rata rata kelompok. E
strus pertama pada umur 14 bulan dan pada umur 18 bulan dengan bobot bada
n lebih dari 230 kg sapi calon induk siap untuk dikawinkan.
d. Dari hasil culling/afkir, idealnya usaha budidaya sapi pedaging mengeluarkan
sapi-sapi pedaging yang tidak memenuhi persyaratan sebagai bibit secara ber
kala dengan menerapkan perlakukan berikut : 1) sapi induk yang tidak meme
nuhi persyaratan harus segera dikeluarkan, 2) calon pejantan yang tidak mem
enuhi persyaratan harus dikeluarkan atau dikastrasi dibudidayakan sebagai sa
pi pedaging, 3) calon induk, bila pada saat periode sapih bobot badan tidak ter
capai dianjurkan tidak lagi digunakan sebagai calon bibit tetapi dimanfaatkan
sebagai sapi pedaging.
2.1.2 Manajemen Perkawinan Pembibitan Sapi Pedaging
Sapi calon bibit juga dapat dihasilkan dari hasil perkawinan yang
dilakukan secara alami maupun inseminasi buatan. Sapi hasil inseminasi buatan
biasa dikenal dengan nama sapi hasil IB. Bila calon bibit berasal dari hasil kawin
alam yang perlu diperhatikan ratio perbandingan jantan : betina yaitu 1 : 15-20.
Untuk perkawinan IB penggunaan semen harus sesuai SNI yang diberlakukan dan
dinyatakan bebas dari penyakit menular. Dengan perkawinan alam maupun IB
harus dihindarkan terjadinya kawin sedarah agar tidak menimbulkan inbreeding
yang akan merugikan dan menurunkan kualitas.
Induk sapi setelah 40 hari melahirkan baru dapat dikawinkan baik secara
alam maupun IB. Perkawinan dapat dilakukan bila timbul tanda-tanda birahi
dengan ciri-ciri :1) pada vulva sapi nampak bengkak, merah, dan hangat biasa
dikenal dengan sebutan 3 A yaitu Abang Abuh dan Anget ( Merah Bengkak dan
Hangat ), 2) Keluar lendir bening dari kemaluan sapi betina, 3) sapi dalam
keadaan gelisah, seperti menaiki sapi lain atau kandang dan jika dinaiki sapi
jantan akan diam.
Sumber :
2.3.1.Manajemen perkandangan
Kandang merupakan tempat tinggal sapi selama dalam tahap
penggemukan. Kandang harus selalu dibersihkan setiap hari untuk menjaga sapi
tetap sehat. Kandang yang baik tidak berdekatan dengan pemukiman, memiliki
penanganan limbah dan ketersediaan air. Jarak kandang dengan pemukiman 100
m, pembuangan limbah tersalurkan, persediaan air cukup dan jauh dari keramaian
(Siregar, 2003). Kandang memiliki beberapa fungsi yaitu melindungi sapi,
nyaman bagi ternak, lantai tidak licin mengurangi risiko ternak terluka,
memudahkan pemeliharaan, terutama dalam pemberian pakan, minum dan
mempermudah pengawasan kesehatan (Abidin, 2002).
2.3.2.Manajemen pemberian pakan
Pakan merupakan biaya tertinggi dalam usaha peternakan, dengan adanya
manajemen pemberian pakan yang baik dapat menekan biaya tersebut.
Manajemen pemberian pakan diharapkan mampu meningkatkan bobot badan
ternak secara optimal sesuai dengan potensi genetik ternak. Pemberian pakan
memiliki dua metode yaitu secara ad libitum dan restricted. Pemberian pakan
secara ad libitum adalah pemberian pakan secara terus menerus dan pakan selalu
tersedia, sedangkan pemberian pakan secara restricted adalah pemberian pakan
yang dibatasi. Pemberian pakan pada ternak perlu memperhitungkan efisiensi 5
biologis dan efisiensi ekonomis (Soewardi, 1974). Teknik pemberian pakan yang
baik untuk mendapatkan pertambahan bobot badan yang baik adalah dengan
mengatur jarak waktu antara pemberian konsentrat dengan pemberian hijauan.
Pemberian konsentrat sebaiknya terlebih dahulu kurang lebih 2 jam sebelum
pemberian hijauan agar proses pencernaan berjalan optimal. Pemberian pakan
dengan mengatur jarak waktu antara pemberian konsentrat dengan hijauan akan
meningkatkan produksi (Syahwani, 2004).
2.3.3.Pengendalian penyakit
Pengendalian penyakit pada sapi potong dibagi menjadi dua yaitu
preventif dan kuratif. Preventif adalah suatu tindakan kegiatan pencegahan
penyakit, usaha yang dilakukan yaitu sanitasi dan menjaga kebersihan ternak.
Kebersihan kandang dan ternak harus selalu diperhatikan, demikian juga dengan
peralatan yang digunakan agar tidak terserang penyakit (Bandini, 1999). Kuratif
adalah suatu tindakan kegiatan pengobatan penyakit, ternak yang terkena penyakit
harus segera diobati agar tidak mempengaruhi produktivitas dan tidak menular.
Pemberian obat, vitamin dan obat cacing secara teratur berguna untuk menjaga
kesehatan dan mengobati ternak dari penyakit (Djarijah, 1996).
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Pembaca lebih memahami isi dari makalah ini atau membaca dari sumber
lain untuk menambah wawasan saat pembaca nantinya akan memperaktekannya
secara langsung.
DAFTAR PUSTAKA
Riza Imam Nugraha, S.Pt. “Pembibitan Sapi Pedaging – Dinas Pertanian Dan
2022.