Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ILMU TILIK TERNAK

“Mengetahui Tahapan Breeding, Feeding, Dan Manajemen Pada Sapi


Potong”

OLEH :

BINSAR HASIHOLAN PANE


O12120075

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2022
JUDUL.............................................................................................................

KATA PENGANTAR....................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................

1.1 Latar Belakang.....................................................................................


1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................
1.3 Tujuan Pembahasan .............................................................................

BAB II PEMBAHASAN................................................................................

2.1 Breeding..............................................................................................
2.1.1 Seleksi Bibit................................................................................
2.1.2 Manajemen Perkawinan Pembibitan Sapi Pedaging..................
2.2 Feeding................................................................................................
2.2.1 Sistem Dry Lot Fattening...........................................................
2.2.2 Sistem Pasture Fattening.............................................................
2.2.3 Sistem  Kombinasi Dry Lot Dan Pasture Fattening....................
2.2.4 Sistem Kereman..........................................................................
2.3 Manajemen..........................................................................................

2.3.1 Manajemen Perkandangan..........................................................


2.3.2 Manajemen Pemberian Pakan.....................................................
2.3.3 Pengendalian Penyakit................................................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .........................................................................................


3.2 Saran....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa, astas rahmat-Nya dan
karunia-nyalah saya dapat menyelesaikan makalah singkat dengan tepat waktu.
Adapun judul dari makalah ini adalah Mengetahui tahapan breeding, feeding, dan
manajemen pada sapi potong.

Pada kesempatan kali ini, saya mengucapkan terimakasih kepada dosen yang telah
memberikan tugas ini kepada saya. Selain itu, saya juga mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan
makalah singkat ini.

Penulis menyadari bahwa dalam menulis makalah singkat ini jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun diharapak dapat
membuat makalah singkat ini menjadi lebih baik serta bermanfaat bagi penulis
dan pembaca.

Palu, 20 November 2022

Penulis
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peningkatan pendapatan masyarakat akan membuka peluang bisnis yang
lebih besar khususnya bagi bisnis komoditi yang bersifat elastis terhadap
perubahan pendapatan Kebutuhan daging sapi sebagai salah satu sumber protein
hewani semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat
terhadap pentingnya gizi yang seimbang, pertambahan penduduk dan
meningkatnya daya beli masyarakat.

Sebagai gambaran pentingnya peternakan sapi di Indonesia adalah masih


tergantungnya dari suplai Luar Negeri. Untuk memenuhi kebutuhan daging serta
sapi bakalan yang akan digemukkan oleh feedloter sampai saat ini masih
tergantung pada impor. Data Asosiasi Produsen Daging dan Feedloter Indonesia
(APFINDO) menunjukkan bahwa tidak kurang dari 200.000 ekor sapi bakalan per
tahun diimpor dari luar negeri, bahkan sumber lain menyebutkan sampai
mencapai 400.000 ekor per tahun.

Ternak sapi memiliki peran penting dan peluang pasar yang


menggembirakan karena merupakan ternak unggulan penghasil daging nasional.
Di beberapa daerah, pemeliharaan sapi dilakukan secara terpadu dengan tanaman
yang dikenal dengan sistem integrasi ternak-tanaman.

Indonesia sebagai daerah tropis dengan potensi sumberdaya alam yang melimpah
sangat mendukung untuk pengembangan peternakan sapi potong, hanya saja

pemeliharaan sapi umumnya diusahakan secara tradisional atau sambilan


sehingga produktivitasnya rendah. Oleh karena itu, upaya untuk memberdayakan
petani-petemak sapi penting dilakukan karena memelihara sapi didominasi oleh
petani-peternak. Pengembangan usaha ternak perlu ditunjang dengan kebijakan
pemerintah yang relevan sehingga memberikan dampak positif terhadap
peningkatan kesejahteraan petani- peternak.
Kebijakan pemerintah melalui pengembangan agribisnis sapi potong pada
masyarakat diarahkan untuk mencapai swasembada daging dan mengurangi
ketergantungan terhadap import sapi potong.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka rumusan masalah yang diangkat dalam makalah
ini meliputi :

a) Bagaimana tingkat permintaan daging sapi yang meningkat


b) Analisis penawaran daging sapi di Indonesia
c) Sistem pemasaran sapi potong di Indonesia
d) Aspek pemasaran dan tata niaga sapi potong dan daging di Indonesia

1.3 Tujuan Pembahasan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk


a) Mengetahui pentingnya sapi potong di Indonesia
b) Mengetahui pentingnya manajemen pembibitan sapi
c) Mengetahui pentingnya manajemen pakan sapi potong
d) Mengetahui pentingnya manajemen pemeliharaan sapi potong
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pembibitan ( Breeding )

2.1.1 Seleksi Bibit

Adalah kegiatan memilih tetua yang mampu menghasilkan keturunan yang


berkualitas atau memilih calon induk dan calon pejantan yang memenuhi
persyaratan sebagai calon bibit. Sapi pedaging yang akan digunakan sebagai bibit
harus melalui seleksi bibit dengan persyaratan yang diberlakukan :

a. Sapi induk harus dapat menghasilkan anak secara teratur dan melahirkan ketu
runan anak sapi tanpa cacat. Pencapaian bobot badan anak sapi pada umur 20
5 hari diatas rata rata kelompok.
b. Calon pejantan periode sapih pada umur 205 hari dengan bobot badan pada u
mur 305 hari mencapai diatas rata rata kelompok. Memiliki libido dan mutu s
perma yang berkualitas.
c. Calon Induk, dapat dipilih sebagai calon induk bila telah berumur 12 bulan de
ngan bobot badan umur 305 hari harus mencapai diatas rata rata kelompok. E
strus pertama pada umur 14 bulan dan pada umur 18 bulan dengan bobot bada
n lebih dari 230 kg sapi calon induk siap untuk dikawinkan.
d. Dari hasil culling/afkir, idealnya usaha budidaya sapi pedaging mengeluarkan
sapi-sapi pedaging yang tidak memenuhi persyaratan sebagai bibit secara ber
kala dengan menerapkan perlakukan berikut : 1) sapi induk yang tidak meme
nuhi persyaratan harus segera dikeluarkan, 2) calon pejantan yang tidak mem
enuhi persyaratan harus dikeluarkan atau dikastrasi dibudidayakan sebagai sa
pi pedaging, 3) calon induk, bila pada saat periode sapih bobot badan tidak ter
capai dianjurkan tidak lagi digunakan sebagai calon bibit tetapi dimanfaatkan
sebagai sapi pedaging.
2.1.2 Manajemen Perkawinan Pembibitan Sapi Pedaging

Sapi calon bibit juga dapat dihasilkan dari hasil perkawinan yang
dilakukan secara alami maupun inseminasi buatan. Sapi hasil inseminasi buatan
biasa dikenal dengan nama sapi hasil IB. Bila calon bibit berasal dari hasil kawin
alam yang perlu diperhatikan ratio perbandingan jantan : betina yaitu  1 : 15-20.
Untuk perkawinan IB penggunaan semen harus sesuai SNI yang diberlakukan dan
dinyatakan bebas dari penyakit menular. Dengan perkawinan alam maupun IB
harus dihindarkan terjadinya kawin sedarah agar tidak menimbulkan inbreeding
yang akan merugikan dan menurunkan kualitas.

Induk sapi setelah 40 hari melahirkan baru dapat dikawinkan baik secara
alam maupun IB. Perkawinan dapat dilakukan bila timbul tanda-tanda birahi
dengan ciri-ciri :1) pada vulva sapi nampak bengkak, merah, dan hangat biasa
dikenal dengan sebutan 3 A yaitu Abang Abuh dan Anget ( Merah Bengkak dan
Hangat ), 2) Keluar lendir bening dari kemaluan sapi betina, 3) sapi dalam
keadaan gelisah, seperti menaiki sapi lain atau kandang dan jika dinaiki sapi
jantan akan diam.

Untuk mencapai keberhasilan perkawinan induk sapi dianjurkan tepat


waktu. Artinya pelaksanaan perkawinan induk sapi mengacu pada masa birahi
induk sapi. Acuan yang dapat digunakan untuk mengawinkan induk sapi jika
birahi di pagi hari saat yang tepat untuk dikawinkan pada malam hari di hari yang
sama. Bila baru dikawinkan pada hari berikutnya perkawinan terlambat alias
kegagalan. Bila birahi di malam hari waktu yang tepat dikawinkan pada pagi hari
berikutnya dan terlambat bila perkawinan baru dilakukan setelah pukul 15.00 hari
berikutnya.

Sumber :

Pedoman Pembibitan Sapi Potong Yang Baik . Kementerian Pertanian Direktorat


Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Direktorat Perbibitan Ternak 2014
2.2 Pakan (Feeding)

2.2.1 Sistem dry lot fattening

Sistem dry lot fattening yaitu penggemukan sapi dengan memperbanyak


pemberian pakan konsentrat. Jumlah pemberian hijauan hanya relatif sedikit
sehingga efisiensi penggunaan pakan lebih tinggi. Perbandingan hijauan dan
konsentrat berkisar antara 40:60 sampai 20:80. Perbandingan ini didasarkan pada
bobot bahan kering (BK). Penggemukan sistem ini dilakukan di dalam
kandang. Pakan hijauan dan konsentrat diberikan kepada sapi di dalam
kandang. Jadi, pakan harus disediakan sesuai porsi waktu yang tepat. Pada sistem
penggemukan ini sebaiknya hijauan selalu tersedia. Bila sapi masih terlihat lapar,
hijauan diberikan lagi sehingga akan berimplikasi pada peningkatan laju
pertambahan bobot tubuh. Program penggemukan dengan system ini ada yang
dimulai dari anak sapi yang masih menyusu (pedetsusu). Atau, anakan sapi perah
jantan yang sejak lahir telah diberikan ransum pakan berkualitas tinggi
ditempatkan pada kandang khusus.

2.2.2 Sistem pasture fattening


Sistem penggemukan pasture fattening, yaitu sapi yang digembalakan di
padang penggembalaan sepanjang hari. Dengan sistem ini, ada ternak yang tidak
dikandangkan dan ada juga yang dikandangkan setelah malam hari atau pada saat
matahari bersinar terik. Padang penggembalaan yang baik adalah padang tersebut
ditumbuhi hijauan berupa rumput dan leguminosa. Sementara padang
penggemabalaan yang hanya ditumbuhi rumput saja berdampak kurang baik bagi
laju pertumbuhan sapi. Bila memungkinkan, padang gembalaan yang hanya
ditumbuhi  rumput sebaiknya ditanami leguminosa agar kualitas pakan di padang
menjadi lebih baik. Leguminosa mempunyai kemampuan untuk menangkap
nitrogen sehingga tanah dibawahnya menjadi lebih subur dan baik
untuk pertumbuhan rumput. Selain itu, leguminosa juga memiliki kandungan
protein yang tinggi. Hal yang harus diperhatikan pada sistem ini adalah cara
penggembalaan dalam rangka memanfaatkan hijauan sebaik mungkin. Pengaturan
pemanfaatan hijauan jangan hanya di satu tempat  saja. Bisa
jadi hijauan pada satu tempat sudah habis, sedangkan di tempat lain
masih belum termanfaatkan. Dengan demikian, perlu dilakukan rotasi
pemanfaatan untuk mengatur pertumbuhan hijauan yang ada. Selain itu
ketersediaan sumber air juga harus tercukupi.

2.2.3 Sistem  kombinasi dry lot dan pasture fattening


Sistem ini merupakan perpaduan dry lot fattening. Pada sistem ini, bila
musim hujan berlimpah maka sapi digembalakan di padang gembalaan dan tidak
harus dikandangkan. Sementara pada musim kemarau, sapi dikandangkan dan
diberi pakan penuh. Pada siang hari digembalaka di padang penggembalaan,
sedangkan pada malam hari sapi dikandangkan dan diberi konsentrat. Sistem
penggemukan ini membutuhkan waktu yang lebih lama daripada sistem dry lot
fattening, tetapi lebih singkat dari pada sistem pasture fattening. Sapi yang
awalnya dipelihara di padang penggembalaan kemudian beberapa bulan sebelum
dijual diberi pakan konsentrat penuh, hasilnya lebih baik dibandingkan sapi yang
dari awal pemeliharaan diberi pakan hijauan dan konsentrat secara seimbang.

2.2.4 Sistem kereman

Sistem ini sebenarnya  hampir sama dengan dry lot fattening, yaitu ternak


sapi diberi pakan hijauan dan konsentrat serta sapi dikandangkan
selama pemeliharaan. Bedanya, sistem kereman lebih banyak dilakukan oleh
peternak tradisional dan pemberian pakannya masih tergantung dengan kondisi.
Bila musim hujan, sapi diberi banyak pakan hijauan, tetapi bila musim kering sapi
lebih banyak diberi pakan konsentrat. Cara  penggemukan sapi
potong sistem kereman dilakukan dengan teknologi pemeliharaan sebagai
berikut :
1. Sapi dipelihara dalam  kandang terus menerus  dan tidak digembalakan.
Ternak sapi hanya sewaktu-waktu dikeluarkan, yakni pada saat
membersihkan kandang dan memandikan ternak sapi.
2. Semua kebutuhan ternak, baik berupa kandang air minum disediakan
oleh peternak secara tak terbatas.
3. Cara penggemukan sistem ini mengutamakan pemberian pakan berupa
campuran rumput, leguminosa dan makanan penguat.
4. Sapi penggemukan tidak untuk dijadikan tenagakerja, hal ini bertujuan agar
makanan yang dikonsumsi sepenuhnya diubah menjadi daging dan lemak
sehingga pertumbuhan bobot badan meningkat secara  cepat.
5. Pada awal masa penggemukan, ternak sapi terlebih dahulu diberikan obat
cacing.
6. Untuk meningkatkan palatabilitas / nafsu makan perlu diberikan  perangsang
nafsu makan dan vitamin.
7. Lama penggemukan  berkisar 4–10 bulan. Hal ini tergantung dari kondisi
awal dan bobot sapi yang digemukkan.
2.3 Manajemen Pemeliharaan
Manajemen pemeliharaan sapi potong meliputi tiga sistem yaitu
pemeliharaan secara intensif, pemeliharaan secara semi intensif dan pemeliharaan
secara ekstensif. Pemeliharaan intensif paling sering digunakan di Indonesia,
karena pemeliharaan sepenuhnya dilakukan di kandang. Sapi yang dipelihara
secara intensif lebih efisien karena memperoleh perlakuan lebih teratur dalam hal
pemberian pakan, pembersihan kandang, memandikan sapi (Sugeng, 2000).
Sistem pemeliharaan semi intensif adalah ternak dipelihara dengan cara
dikandangkan dan digembalakan. Sistem pemeliharaan semi intensif yaitu sapi
diternak di kandang dari awal sampai panen (Sugeng, 1996). Sistem pemeliharaan
ekstensif adalah ternak dipelihara dengan cara dilepas di padang pengembalaan.4
Sistem pemeliharaan ekstensif yaitu ternak dilepas di padang penggembalaan
selama pemeliharaan (Hernowo, 2006).

2.3.1.Manajemen perkandangan
Kandang merupakan tempat tinggal sapi selama dalam tahap
penggemukan. Kandang harus selalu dibersihkan setiap hari untuk menjaga sapi
tetap sehat. Kandang yang baik tidak berdekatan dengan pemukiman, memiliki
penanganan limbah dan ketersediaan air. Jarak kandang dengan pemukiman 100
m, pembuangan limbah tersalurkan, persediaan air cukup dan jauh dari keramaian
(Siregar, 2003). Kandang memiliki beberapa fungsi yaitu melindungi sapi,
nyaman bagi ternak, lantai tidak licin mengurangi risiko ternak terluka,
memudahkan pemeliharaan, terutama dalam pemberian pakan, minum dan
mempermudah pengawasan kesehatan (Abidin, 2002).
2.3.2.Manajemen pemberian pakan
Pakan merupakan biaya tertinggi dalam usaha peternakan, dengan adanya
manajemen pemberian pakan yang baik dapat menekan biaya tersebut.
Manajemen pemberian pakan diharapkan mampu meningkatkan bobot badan
ternak secara optimal sesuai dengan potensi genetik ternak. Pemberian pakan
memiliki dua metode yaitu secara ad libitum dan restricted. Pemberian pakan
secara ad libitum adalah pemberian pakan secara terus menerus dan pakan selalu
tersedia, sedangkan pemberian pakan secara restricted adalah pemberian pakan
yang dibatasi. Pemberian pakan pada ternak perlu memperhitungkan efisiensi 5
biologis dan efisiensi ekonomis (Soewardi, 1974). Teknik pemberian pakan yang
baik untuk mendapatkan pertambahan bobot badan yang baik adalah dengan
mengatur jarak waktu antara pemberian konsentrat dengan pemberian hijauan.
Pemberian konsentrat sebaiknya terlebih dahulu kurang lebih 2 jam sebelum
pemberian hijauan agar proses pencernaan berjalan optimal. Pemberian pakan
dengan mengatur jarak waktu antara pemberian konsentrat dengan hijauan akan
meningkatkan produksi (Syahwani, 2004).

2.3.3.Pengendalian penyakit
Pengendalian penyakit pada sapi potong dibagi menjadi dua yaitu
preventif dan kuratif. Preventif adalah suatu tindakan kegiatan pencegahan
penyakit, usaha yang dilakukan yaitu sanitasi dan menjaga kebersihan ternak.
Kebersihan kandang dan ternak harus selalu diperhatikan, demikian juga dengan
peralatan yang digunakan agar tidak terserang penyakit (Bandini, 1999). Kuratif
adalah suatu tindakan kegiatan pengobatan penyakit, ternak yang terkena penyakit
harus segera diobati agar tidak mempengaruhi produktivitas dan tidak menular.
Pemberian obat, vitamin dan obat cacing secara teratur berguna untuk menjaga
kesehatan dan mengobati ternak dari penyakit (Djarijah, 1996).
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Breeding, feeding dan manajemen pemeliharaan sangat penting dan harus


detail pada ternak sapi potong ini. Selain itu beternak sapi potong merupakan
usaha yang sangat menarik. Selain untuk memenuhi permintaan pasar daging
yang masih belum terpenuhi,  juga untuk mendorong timbulnya industri lain yang
berbahan baku daging, kulit tulang dan bahan ikutannya. 

3.2 Saran

Pembaca lebih memahami isi dari makalah ini atau membaca dari sumber
lain untuk menambah wawasan saat pembaca nantinya akan memperaktekannya
secara langsung.
DAFTAR PUSTAKA

Ristiani, Ni Made. “Pembibitan Sapi Pedaging – Dinas Pertanian Dan Ketahanan

Pangan Provinsi Bali.” Distanpangan.baliprov.go.id, Ni Made Ristiani, 29

Nov. 21AD, distanpangan.baliprov.go.id/pembibitan-sapi-pedaging/.

Accessed 20 Nov. 2022.

Riza Imam Nugraha, S.Pt. “Pembibitan Sapi Pedaging – Dinas Pertanian Dan

Ketahanan Pangan Provinsi Bali.” Dispertan.bantenprov.go.id, Riza Iman

Nugraha, S.Pt, 9 Nov. 19AD, distanpangan.baliprov.go.id/pembibitan-

sapi-pedaging/. Accessed 20 Nov. 2022.

Mohammad Zaki Nufus, D0A013069. “Makalah Manajemen Ternak Potong,

Pemasaran Produk Sapi Potong, Tantangan Dan Strategi Agribisni Sapi

Potong.” Www.academia.edu, Mohammad Zaki Nufus, 8 Aug. 15AD,

distanpangan.baliprov.go.id/pembibitan-sapi-pedaging/. Accessed 20 Nov.

2022.

Anda mungkin juga menyukai