Anda di halaman 1dari 29

PENDAHULUAN

Teknologi Peternakan dalam dunia usaha ternak merupakan suatu elemen


strategi dan sekaligus menjadi prasarat dalam peningkatan ketahanan pangan dan
pengembangan sistem agribisnis peternakan di Indonesia.

Disamping jenis-jenis teknologi yang berasal dari hasil-hasil penelitian Lembaga


Penelitian dan Perguruan Tinggi, juga sudah berkembang jenis-jenis teknologi yang
berasal dari luar negeri.

Dalam pelaksanaan usaha ternak diperlukan suatu manajemen yang baik dan terukur
yang dapat memberikan arah yang tepat bagi masa depan usaha ternak itu sendiri. Sistem
pemeliharaan yang benar-benar mengacu kepada prinsip-prinsip dasar penanganan ternak
dalam optimalisasi produksi dengan penerapan bioteknologi pada technical services
merupakan metode yang umumnya dipakai oleh manajemen, disamping penggunakaan
teknologi dalam membantu kelancaran sistem itu sendiri. Teknologi dalam sistem pengelolaan
produksi ternak ini disebut Teknologi Produksi.

Teknologi produksi merupakan prosedur yang terdiri atas rangkaian teknis


penanganan proses keseluruhan produksi untuk memberikan kemudahan dalam
penanganan, pengawasan dan pengendalian pada usaha ternak. Penanganan, pengawasan
dan pengendalian ini sangat berhubungan dengan kualitas hasil produksi.

Terdapat 5 (lima) pokok bahasan tentang teknologi produksi dalam usaha peternakan,
yaitu:

1. Teknologi yang berhubungan dengan Hijauan Pakan Ternak.

Pokok bahasan ini memberikan gambaran tentang teknologi pakan yang digunakan
pada ternak ruminansia, sedangkan pembahasan mengenai berbagai bahan baku
pakan konsentrat, terutama yang merupakan sumberdaya lokal untuk setiap jenis
ternak telah terangkum dalam Modul Tatalaksana Pemeliharaan Ternak dan Modul
Pengetahuan Pakan Ternak.

2. Teknologi reproduksi.

Sistim perkawinan ternak melalui Inseminasi Buatan dan atau Transfer Embryo dan
penterentakan birahi akan menghasilkan bibit ternak dengan mutu genetis yang tinggi
dan efisiensi biaya apabila dilakukan dengan cara yang benar dan tepat waktu.

3. Teknologi yang berhubungan Tatalaksana Pemeliharaan

Teknologi ini meliputi tatacara memelihara ternak sesuai dengan tingkat umur dan
produksi, termasuk jenis dan tipe ternak dan kandang, kapasitas optimal, sistim
pemeliharaan, dsb. Pembahasan ini telah terangkum dalam Modul Tatalaksana

1
Pemeliharaan Ternak.

4. Teknologi yang berhubungan dengan kebersihan susu (milk hygiene)

Kualitas susu ditentukan oleh kebersihan lingkungan, ternak dan pemerah, serta
peralatan yang digunakan

5. Teknologi yang berhubungan dengan Pengolahan hasil

teknologi pengolahan hasil, yaitu yang meliputi berbagai jenis cara pengolahan susu
menjadi berbagai produk, seperti pasteurisasi, es putar susu, yoghurt, permen
karamel, kerupuk, tahu susu (dadih).

TEKNOLOGI PENGAWETAN MAKANAN TERNAK

Hijauan Makanan Ternak (Forages) merupakan bahan makanan atau pakan


utama bagi kehidupan ternak serta merupakan dasar dalam usaha pengembangan
peternakan terutama untuk ternak ruminansia termasuk didalamnya sapi perah, sapi
potong (pedaging). Untuk meningkatkan produktivitas ternak, salah satu faktor penting
yang harus diperhatikan adalah penyediaan pakan hijauan sepanjang tahun baik kualitas
dan kuantitas yang cukup agar pemenuhan kebutuhan zat-zat makanan ternak untuk
mempertahankan kelestarian hidup dan keutuhan alat tubuh ternak (kebutuhan hidup
pokok) dan tujuan produksi (kebutuhan produksi) dapat berkesinambungan. Hal ini
dimungkinkan bila kita mampu mengelola strategi penyediaan pakan hijauan baik rumput
maupun legum.

Di Indonesia dengan kondisi iklim dan tanah yang subur membuat peternak tidak
pernah memikirkan dan merencanakan penyediaan pakan hijauan yang cukup baik
kualitas maupun kuantitasnya. Sebagian besar peternak umumnya belum memiliki lahan
yang cukup untuk budidaya hijauan, bahkan ada yang tidak memiliki lahan kebun rumput.
Keterbatasan lahan untuk penanaman hijauan merupakan kendala bagi peternak. Di
samping itu para peternak belum mengupayakan lahan kebun rumputnya dikelola secara
baik dan efektif sehingga produktivitasnya belum optimal.

Produksi rumput dari kebun rumput bila dipelihara secara optimum pada bulan
basah akan menghasilkan hijauan yang maksimum, tetapi hal ini perlu dilakukan
penanganan secara baik dan benar untuk dijadikan cadangan pada musim kemarau,
sehingga memenuhi kebutuhan hijauan untuk ternaknya baik secara kuantitas maupun
kualitas. Hal ini dapat dilakukan jika sistem pengelolaan penyediaan hijauan dari
pemotongan kemudian diberikan langsung kepada ternak, menjadi dari kebun rumput ke
gudang hijauan baru diberikan kepada ternak. Perubahan ini tidak mudah tetapi jika
dicoba akan memberikan hasil yang efisien dan efektif dengan memfungsikan gudang

2
pakan sebagai sentral manajemen pakan. Pada lingkup gudang pakan inilah
perencanaan pakan peternak bermula, dari mulai panen hijauan hingga prosesing
hijauan untuk persediaan dimusim sulit pakan.

Penyediaan hijauan sepanjang tahun dengan teknik yang sederhana dan murah
dapat terlaksana tergantung kepada kemapuan dan kemauan dari setiap pengelola
kandang dalam pemeliharaan ternaknya. Beberapa cara pengolahan hijauan untuk
menyediakan hijauan sepanjang tahun antara lain :

1. Pengolahan dengan pembuatan silase

(proses fermentasi dengan tidak mengubah zat gizi hijauan tersebut)

2. Pengolahan dengan pembuatan hay

(proses penyimpanan secara kering dengan mengurangi kandungan air hijauan


tersebut)

3. Pengolahan dengan proses amoniasi

(proses pengolahan dengan bantuan urea (NH3) untuk meningkatkan kandungan


protein kasar dan mengurangi kandungan lignin)

A. SILASE

Silase adalah pakan yang telah diawetkan yang diproduksi atau dibuat dari
tanaman yang dicacah, pakan hijauan, limbah dari industri pertanian dan lain-lain
dengan kandungan air pada tingkat tertentu yang diisikan dalam sebuah silo (dalam
suasana silo). Pada silo, bakteri asam laktat akan mengkonsumsi gula pada bahan
material dan akan terjadi proses fermentasi asam laktat dalam kondisi anaerob.

Terbentuknya silase sebagai akibat pengaruh fermentasi asam laktat yang


bermanfaat, dan disimpan dalam jangka waktu yang lama dengan tingkat kehilangan
nutrisi untuk fermentasi seperti : pH yang rendah dan stabil, asam laktat, gas
karbondioksida (CO2), gas nitrogen, dan lain-lain.

Pada dasarnya, jika tanaman hijauan cacahan dibiarkan di udara terbuka akan
mengakibatkan penurunan nilai karena adanya aktivitas mikroorganisme yang bersifat
aerob. Salah satu jalan untuk mencegah penurunan ini dengan menyiapkan
pembuatan silase dengan menggunakan fermentasi asam laktat pada kondisi
anaerob. Fermentasi asam laktat dipengaruhi oleh hubungan antara faktormikro
biologi, kimia, dan fisik

3
Asimilasi

Pakan Hijauan + 6H2O + 6 CO2 + 673 Kcal C6 H12 O6 + 6O2

(Pakan Hijauan) (Air) (Karbon (Energi Respirasi (Gula) (Oksigen)

Dioksida) Cahaya)

Terdapat beberapa metode pengolahan hijauan menjadi silase tergantung dari


bahan pengawet yang digunakan. Dibawah ini terdapat bahan pengawet dan dosis yang
digunakan yang dapat menjadi pedoman bagi peternak dalam pengolahan silase.

Persiapan Dasar untuk Mendapatkan Kualitas Silase yang Baik adalah:

1. Udara dalam silo. Fermentasi silase adalah fermentasi asam laktat dalam kondisi
anaerob, oleh karena itu pengisian bahan dilakukan dalam waktu yang singkat dan
segera ditutup dengan baik.

2. Kandungan air dalam bahan lebih baik berada pada kisaran 60 – 70 %.

3. Kandungan gula dalam bahan .Kandungan gula yang larut dalam air pada bahan
kering lebih dari 12% dan 3% pada bahan segar. Jika kandungan gula tidak cukup
tersedia dalam bahan , maka perlu ditambahkan gula.

4. Penyimpanan harus berada pada suhu yang serendah mungkin. Jangan lakukan
diatas meja, tetapi faktor penting lainnya adalah

5. Pemotongan atau pencacahan bahan.

6. Pemadatan atau penekanan perlu dilakukan untuk meningkatkan isi silase

B. JERAMI (HAY)

Keadaan Alam mempengaruhi ketersediaan hijauan padang penggembalaan,


dimusim kering akan berkurang hasilnya. Hasil berlebih di musin basah dapat diawetkan
dengan mengeringkan hijauan (hay)

Jerami (hay) adalah hijauan rumput, legum atau limbah hasil pertanian yang
dikeringkan yang dijadikan bahan pakan bagi ternak ruminansia. Jerami sangat penting
bagi ternak. Berikut ini beberapa karakteristik dari hay sebagai pakan ternak:

1. Hay pada sapi muda dapat meningkatkan perkembangan fungsi rumen,


sedangkan pada sapi dewasa kandungan bahan kering pada hay dapat
meningkatkan daya serap bahan makanan.

2. Kualitas hay sangat baik dimana palatabilitas ternak meningkat (sangat disukai
ternak)

3. Kualitas hay menjadi bermacam-macam tergantung cuaca, pada cuaca yang

4
sangat buruk (musim hujan) beberapa satuan nutrisi akan berkurang.

4. Hay dibandingkan dengan silase lebih ringan empat kalinya dengan kandungan
bahan kering yang sama.

5. Untuk mendapatkan nilai gizi yang tinggi dan palatabilitas yang tinggi, hijauan
atau legum harus dipotong sebelum berbunga. Kemudian hijauan tersebut
dibiarkan mengering di lapangan atau dengan pengeringan paksa. Bahan Kering
Hay nilainya kurang dari 60%.

C. PENGOLAHAN JERAMI PADI

Jerami padi merupakan limbah hasil pertanian tanaman padi. Jerami padi ini
dapat dimanfaatkan menjadi pakan ternak namun kualitasnya menurun dengan cepat
setelah padi di panen. Oleh karena itu diperlukan suatu perlakuan terhadap jerami padi
tersebut agar nilai gizi dan daya cernanya meningkat.

Terdapat berbagai metode yang dapat ditempuh dalam pengolahan jerami berupa
perlakuan Fisik dan kimia.

Perlakuan Fisik

Jerami bagian atas kualitasnya relatif lebih baik dibandingkan dengan bagian
bawah, mengurangi ukuran panjang dan memotongnya merupakan salah satu cara
sehingga ternak makin mudah mengunyahnya.

Perlakuan Kimia Amoniasi

Terdapat beberapa bahan kimia yang dapat dimanfaatkan seperti kaustik soda
(NaOH), namun kurang aman bagi lingkungan. Terdapat cara yang lebih aman yaitu
dengan menggunakan urea.

Urea merupakan salah satu sumber amoniak (NH3) berbentuk padat, selain NH3
dalam bentuk gas cair, dan NH4OH dalam bentuk cairan yang biasa digunakan dalam
pengolahan jerami padi segar menjadi jerami hasil olahan yang biasa disebut jerami
amoniasi.

Pengolahan jerami padi dengan NH3 gas yang dicairkan masih sulit dilaksanakan
di Indonesia, selain harganya mahal juga memerlukan tangki khusus dengan tekanan
tinggi minimum 10 bar. Demikian pula dengan larutan amoniak NH4OH terbatas
digunakan di laboratorium dan hanya untuk penelitian saja.

Satu-satunya sumber NH3 yang mudah didapat dan masih terjangkau biayanya
oleh petani adalah urea. Urea yang banyak beredar untuk pupuk tanaman pangan adalah

5
dalam bentuk :

NH2
O=C
NH2

Dimana kadar nitrogen yang terkandung didalamnya adalah 46 persen.

Dosis amoniak (berat nitrogen yang digunakan dibandingkan dengan berat kering
jerami) yang biasa digunakan secara optimal adalah 3 – 5 % NH3 dari berat kering
jerami. Kurang dari 3 % tidak ada pengaruhnya terhadap daya cerna maupun
peningkatan kandungan protein kasar, tetapi amoniak ini hanya berfungsi sebagai
pengawet saja. Bila lebih dari 5 % amoniak akan terbuang karena tidak sanggup lagi
diserap oleh jerami dan akan lepas ke udara bebas, kerugiannya hanya pemborosan
amoniak yang berarti kerugian ekonomis saja.

Penggunaan jerami amoniasi sebagai sumber hijauan penggunaan konsentrat


yang mahal harganya dapat dikurangi, karena adanya penambahan protein yang
diperoleh dari hasil pengolahan dengan amoniak dapat menggantikan sintesa
mikroorganisme dalam rumen dan sama sekali tidak mengakibatkan keracunan.

6
Tabel. Jenis, Karakteristik dan Jumlah Bahan Pengawet yang Harus Ditambahkan

Jenis Bahan Pengaruh Bahan Dosis Bahan Cara Pemberian


Pengawet Pengawet Pengawet Bahan Pengawet

Asam Formiat Menurunkan pH bahan Untuk Rumput : 0.3 Alat Penambah


(Cara Penambahan kasar hingga 4, dan % Otomatis
Asam) kemudian menekan
Untuk Legume : 0.4 Attached to
aktivitas mikroorganisme
- 0.5% harvester
yang akan mencemari dan
(diberikan
mencegah pembentukan
bersamaan dengan
protein
alat pemanen
rumput di
lapangan)

Molases (Cara Mendorong fermentasi 1 – 3 % dari total Simpan pada drum


Pemberian Gula) laktat pada bahan dengan berat (Dilarutkan kaleng dan
kandungan gula yang larut dalam air hangat a dicampur pada
dalam air rendah bungkus sesuai blower. Untuk
dengan volume ukuran kecil,
molases) pemebrian air pada
tempat silase
diperlukan. Juga
tersedia alat
pemberi air yang
telah siap

Bakteri Asam Percepatan fermentasi Sekitar 0.05 % dari Alat pemberian


Laktat (Cara laktat dengan penambahan bahan kasar (resep otomatis juga
Pemberian Bakteri bakteri asam laktat jenis 1% juga tersedia). tersedia alat
Asam Laktat) homo (Lacto bacillus 1% molases juga otomatis, lakukan
palntanum). Terdapat diperlukan untuk penyemprotan
dalam bentuk tepung di ditambahkan pada pada tempat silase
pasaran bahan kasar yang dengan dicampur
memiliki secara manual.
kandungan gula
larut dalam air lebih
kecil dari 15%

Konsentrat (Cara Disesuaikan dengan Penambahan 10% Jika dalam jumlah


Pemberian kandungan air, pangaruh dari bahan kasar yang banyak,
Gandum) yang sama dengan mengakibatkan campurkan dengan
pemberian gula, juga penurunan bahan kasar ketika
mendorong proses kandungan air 6 – dilakukan
fermentasi laktat. Sekam 7 %. pembongkaran
gandum, ampas tebu,
Penambahan
serpihan garam, cruze,
kualitas self-
maize dsb, baisanya
supplying yang
dimanfaatkan untuk
rendah dari pakan
kegunaan lain
akan meningkatkan
palatabilitas dan
nilai pakan

7
APLIKASI TEKNLOGI DALAM BERBAGAI BAHAN PAKAN

A. SILASE DAUN JAGUNG

Pohon Jagung berumur 90 sampai 100 hari merupakan limbah pertanian yang baik
bila proses untuk pembuatan silase, dalam rangka penyediaan stok hijauan sepanjang
tahun.

Bahan silase dari pohon jagung dengan kandungan air 60 – 70 % yang baik untuk
pengawetan melalui proses fermentasi. Daun jagung sebagai limbah pertanian dapat
diberikan pada sapi baik dalam bentuk segar maupun setelah melalui proses
pengawetan. Bila daun jagung diberikan dalam bentuk segar dan tidak dicacah maka
hijauan tersebut banyak tersisa dan terbuang. Ini merupakan pekerjaan yang sangat
merugikan bila dalam bak makan banyak hijauan yang tidak dimakan oleh ternak
tersebut.

Daun jagung yang akan digunakan dalam pembuatan silase sebaiknya dicacah
dengan panjang 10 – 50 mm, karena pada waktu pencacahan akan :

1. Daun jagung akan mengurangi kadar air lebih mudah melakukan pemadatan
sehingga

2. (oksigen) akan dikeluarkan dan ukuran sama agar kondisi hijauan lebih padat dan
kedap udara.

Daun jagung yang dipotong-potong/ dicacah bila dalam bentuk segar diberikan
kepada ternak akan habis termakan dan di dalam bak makan tidak ada yang tersisa,
terbuang percuma, lama ternak mengunyah waktunya lebih singkat, jumlah hijauan yang
dimakan akan lebih banyak, jumlah hijauan yang terbuang akibat sifat memilih ternak
serta hijauan yang terinjak akan berkurang, dan akan lebih efektif serta efisien dalam
penggunaan tenaga kerja.

Pembuatan silase dilakukan di dalam silo. Silo dapat terbuat dari kantong plastik
untuk bagian dalam dan karung plastik untuk bagian luar. Hal ini untuk menciptakan
suasana an-aerob dalam pembuatan silase yang paling sederhana. Bila mempunyai
modal yang lebih banyak dapat membuat silo baik yang dari drum, tembok (semen)
maupun silo tanah.

Untuk proses fermentasi diperlukan stater untuk merangsang perkembangan


bakteri asam laktat, stater (bahan yang merupakan sumber karbohirat misalnya : tetes
atau gula pasir) ini diperlukan bila bahan dasarnya kurang mengadung karbohidrat, dapat
pula dibantu dengan bahan kimia (asam formiat) bila kandungan air dari bahan cukup

8
tinggi.

Semua bahan yang diperlukan dicampur secara merata. Setelah campuran


merata baru dimasukan ke dalam karung plastik yang dilapisi kantong plastik, sedikit
demi sedikit sehingga padat. Padatkan sehingga tidak ada celah untuk udara di dalam
kantong plastik, bila tidak padat akan merusak kualitas silase yang dihasilkan Setelah
padat dan penuh tutup dan tekan agar udara di dalam plastik keluar, ikat plastik tersebut
secara rapih, rapat dan tidak terdapat udara di dalam ataupun udara yang masuk dan
jangan sampai bocor. Ikatan harus rapi dan kuat pada tiap bagian baik waktu mengikat
kantong plastik maupun karung plastik. Jagan sampai ada gelembung udara dalam
kantung plastik/silo. Hal ini bertujuan agar kondisi di dalam silo dalam keadaan an-aerob

Dalam kondisi terikat rapi ini dapat disimpan dengan ditumpuk. Waktu penyimpan
dan proses fermentasi terjadi selama 3 minggu (21 hari), setelah melewati umur
penyimpanan ini dapat tahan disimpan selama 3 – 6 bulan asalkan jangan dibuka tutup.
Setelah disimpan 3 minggu (21 hari) dapat dibuka untuk diberikan kepada ternak, bila
tidak jangan dibuka dan simpan sampai diperlukan. Pada waktu pemberian kepada
ternak jangan sering dibuka tutup dalam 1 hari cuma boleh dibuka 1 kali (untuk makan
ternak pagi dan sore dikeluarkan bersama-sama), sebab kalau sering dibuka tutup
kualitas silase akan cepat rusak.

Kualitas silase yang baik dapat diketahui dari keadaan fisik silase salah satu
standar penilaian kualitas silase yang baik dapat di lihat pada Tabel Kualitas silase yang
baik dan layak untuk menjadi pakan ternak. Ternak yang belum terbiasa makan silase
diberikan sedikit demi sedikit, dicampur dengan hijauan yang biasa dimakan. Jika sudah
terbiasa dapat seluruhnya diberi silase sesuai dengan kebutuhan, hal ini sangat
membantu dalam pekerjaan di kandang dan sangat menghermat waktu

B. SILASE RUMPUT GAJAH ATAU RUMPUT RAJA

Produksi hijauan di kebun rumput baik itu rumput Gajah ataupun rumput Raja bila
melebihi atau melewati umur potong akan mengurangi kulitas hijauan tesebut, untuk
mengoptimalkan produksi dan menjaga kualitas, pemotongan dilakukan harus tepat
waktu. Umur potong rumput yang optimal pada 7 minggu atau 50 hari. Bila produksi
rumput berlebih dan akan dibuat silase untuk stok perlu pengurangan kadar air rumput
dengan cara disimpan berdiri jangan di tidurkan atau ditumpuk untuk menghidarkan dari
kerusakan selama 2 - 3 hari, dan harus disimpan terlindung atau di bawah atap.

Setelah disimpan selama 2-3hari dan kandungan air berkurang cacah rumput
tersebut dengan panjang cacahan 10-50mm.

9
Diperlukan Dedak murni untuk bahan starter dalam pembuatan silase rumput
Raja dan rumput Gajah, kualitas dedak ini dapat menentukan baik tidaknya kualitas
silase yang akan dihasilkan. Campurkan dedak dan cacahan rumput secara merata

Hasil percampuran dimasukkan dalam silo yang telah dilapisi dengan plastik.
Padatkan bahan silase dengan cara ditekan atau diinjak-injak, hal ini dilakukan supaya
tidak ada ruang diantara potongan rumput yang berarti tidak ada tempat bagi oksigen.
Pencampuran rumput dan dedak harus benar-benarmerata agar kualitas silaseyang
dihasilkan baik.

Setelah dipadatkan dan ditekandengan baik, ikat plastik dengan kuatagar tidak
ada udara yang masuk,karena proses fermentasi silase harus dalam keadaan an-aerob
(tidak adaoksigen). Beri beban diatasnya agar terdapat tekanan ke bawah sehingga
kondisi an-aerob terjadi dengan baik

Setelah 21 hari proses fermentasi telah selesai plastik dapat dibuka. Untuk
mengetahui kualitas silase yang dihasilkan salah satunya dapat mengacu pada tabel
kualitas silase yang baik dan layak untuk menjadi pakan ternak. Berikan kepada Sapi
atau ternak ruminasia lainnya, jika tidak suka coba campur dahulu dengan rumput yang
biasa dikonsumsi, setelah sapi menyukai dapat diberikan sesuai dengan kebutuhan

C. SILASE RUMPUT LAPANG

Rumput lapang yang berlebih sebaiknya diproses menjadi silase untuk memenuhi
kebutuhan di waktu kekurangan hijauan pada musim kemarau. Pembuatan silase rumput
lapang diperlukan stater untuk mengoptimalkan fermentasi asam laktat, salah satu stater
yang baik adalah dengan penambahan tetes + 10 %.

Rumput yang akan dibuat silase dijemur / diangin-anginkan beberapa jam, untuk
mengurangi kandungan airnya. Pada waktu penjemuran dilakukan pembalikan beberapa
kali agar pengeringan terjadi secara merata.

Rumput yang telah dijemur ditimbang sesuai dengan kebutuhan dalam


pembuatan silase. Timbang tetes/molase yang diperlukan, untuk setiap 100 kg rumput
lapang dibutuhkan tetes 10 kg (10 % dari berat bahan baku silase). Setelah ditimbang
tetes dituangkan ke rumput lapang yang telah kering udara sesuai dengan takaran.

Campurkan kedua bahan tersebut secara merata agar hasil fermentasi baik,
sehingga menghasilkan silase yang berkualitas baik.

Sediakan plastik yang sesuai dengan drum yang akan digunakan, fungsi plastik
disini untuk memudahkan penutupan sehingga tercipta kondisian aerob dalam proses

10
fermentasinya. Plastik harus dapat masuk ke dalam drum dan dapat ditutup dengan rapat
agar kondisi silo tertutup dengan baik.

Padatkan sepadat mungkin rumput di dalam drum tersebut dengan cara ditekan
atau diinjak-injak agar tidak ada ruang untuk oksigen. Hal ini dilakukan supaya silase
yang dihasilkan berkualitas baik.

Masukkan bahan silase kedalam drum yang telah dilapisi plastik. Tutup dan tekan
agar udara didalam keluar kemudian ikat plastik tersebut secara rapih, rapat dan tidak
ada udara masuk ke dalam, serta jangan sampai bocor. Setelah rumput padat sebelum
diikat dibagian atas dari tumpukan rumput dalam drum tersebut diberi tetes sedikit saja
untuk membantu proses terjadi fermentasi lebih baik.

Setelah ditutup diatasnya disimpan beban agar mendapat tekanan ke bawah serta
tidak ada udara yang masuk, disamping itu letakan ditempat yang beratap agar tidak
kehujanan. Biarkan fermentasi terjadi, diamkan selama 21 hari untuk mendapat silase
yang baik.

Setelah disimpan 3 minggu (21 hari) dapat dibuka untuk diberikan kepada ternak,
bila tidak jangan dibuka dan simpan dalam kondisi tertutup dapat disimpan 3 – 6 bulan.
Pada waktu pemberian kepada ternak jangan sering dibuka-tutup dalam 1 hari cuma
boleh dibuka 1 kali (untuk makan ternak pagi dan sore dikeluarkan sekaligus) sebab
kalau sering dibuka tutup kualitas silase akan cepat rusak.

Sapi yang belum terbiasa makan silase diberikan sedikit demi sedikit, di campur
dengan hijauan yang biasa dimakan. Jika sudah terbiasa dapat seluruhnya diberikan
silase sesuai dengan kebutuhan, hal ini sangat membantu dalam pekerjaan di kandang
dan sangat menghemat waktu.

Pada tabel berikut ini merupakan penilaian terhadap kualitas silase yang dihasilkan dari
proses pembuatan silase yang disimpan selama 21 hari dalam suasana silo.

KUALITAS SILASE YANG BAIK DAN LAYAK UNTUK MENJADI PAKAN TERNAK

Indikator Nilai
Penilaian Nilai Penjelasan yang
diperol
eh
Wangi 25 1. Wangi seperti buah-buahan dan sedikit asam,
sangat wangi dan terdorong untuk mencicipinya. 25
2. Ingin mencoba mencicipinya tetapi asam, bau
wangi 20
3. Bau asam, dan apabila diisap oleh hidung,
rasa/wangi baunya semakin kuat atau sama
sekali tidak ada bau. 10
4. Seperti jamur dan kompos bau yang tidak sedap 0
Rasa 25 5. Apabila dicoba digigit, manis dan terasa asam
seperti youghurt/yakult. 25
6. Rasanya sedikit asam 20

11
7. Tidak ada rasa 5
8. Rasa yang tidak sedap, tidak ada dorongan
untuk mencobanya. 0
Warna 25 9. Hijau kekuning-kuningan 25
10. Coklat agak kehitam-hitaman 10
11. Hitam, mendekati warna kompos 0
Sentuhan 25 12. Kering, tetapi apabila dipegang terasa lembut
dan empuk. Apabila menempel ditangan karena
baunya yang wangi tidak dicucipun tidak apa-
apa 25
13. Kandungan airnya terasa sedikit banyak tetapi
tidak terasa basah. Apabila ditangan dicuci bau
wanginya langsung hilang. 10
14. Kandungan airnya banyak, terasa basah sedikit
(becek) bau yang menempel ditangan, harus
dicuci dengan sabun supaya baunya hilang. 0
JUMLAH 100 Jumlah nilai = Nilai wangi + Nilai rasa + Nilai warna
+ Nilai sentuh

D. PROSES AMONIASI CARA BASAH

Teknik yang digunakan dalam proses amoniasi cara basah ialah dengan : kantong
plastik

Bahan-bahan :

 15 kg jerami kering udara

 870 gram urea

 5 liter air

Peralatan :

 2 lembar kantong plastik ukuran 100 x 150 cm dengan ketebalan 0,4 cm

 1 buah ember

 1 timbangan

 1 alat pengaduk

Cara pembuatan :

1. Kantong plastik langsung dilapis dua dengan cara memasukan lembar pertama ke
dalam lembar kedua. Maksudnya merangkap plastik ini adalah agar lebih kuat dan
menghindarkan bocor.

2. Seluruh jerami dimasukkan ke dalam plastik agak dipadatkan dengan cara


menekan/mendorong jerami tersebut ke arah dalam tetapi jangan diinjak karena
dapat menyebabkan plastik pecah atau sobek.

3. Larutkan 870 gram urea ke dalam ember yang berisi 5 liter air dengan cara diaduk
sampai benar-benar larut hingga tidak ada lagi butir-butir urea yang terlihat.

12
4. Siramkan larutan urea tersebut ke dalam kantong plastik yang berisi jerami dengan
embrat agar lebih mudah dan dapat merata, sampai seluruh larutan tersebut habis.

5. Tutup dahulu kantong plastik lapis dalam dengan cara mengikat bagian atasnya,
kemudian baru kantong plastik bagian luarnya. Kantong plastik ini dapat disimpan di
tempat yang telah disediakan dan cukup aman.

6. Setelah satu bulan kantong plastik dapat dibuka, ketika membuka plastik harus hati-
hati karena selama proses amoniasi ini terjadi pembentukan gas, sehingga ketika
plastik tersebut dibuka gas akan keluar dan dapat menyebabkan pedih di mata.
Jerami hasil amoniasi kemudian diambil lalu diangin-anginkan selama dua hari
sebelum diberikan kepada ternak.

Catatan :Untuk proses amoniasi dalam jumlah banyak maka jumlah kantong plastik
harus disediakan dalam jumlah yang cukup. Bila pengolahan cara ini dilakukan dengan
hati-hati, maka kantong plastik tersebut dapat dipakai ulang sampai tiga kali. Biasanya
hanya dua kali pakai.

E. PROSES AMONIASI CARA KERING

Proses amoniasi jerami padi telah disederhanakan oleh Masaru Murai dari Tohoku
National Agricultural Experiment di Jepang, yaitu dengan cara urea yang digunakan
ditaburkan langsung di atas jerami padi yang akan diamoniasi. Prinsip pembuatannya sama
dengan amoniasi cara basah, hanya cara kering urea tidak dilarutkan dalam air.

Contoh pembuatan amoniasi secara kering adalah :

Bahan-bahan :

 100 kg jerami padi kering udara

 3-4 kg urea

Peralatan :

 Lembaran plastik dengan ketebalan 0,4 cm

 Timbangan

 Kayu untuk mengemas jerami padi

Cara Pembuatan :

1). Jerami yang sudah terpilih dan ditimbang diikat dengan tali yang terbuat dari bambu,
setelah itu dikemas supaya mudah dalam penanganannya.

2). Taburi urea secara merata pada setiap ikatan/bal jerami.

13
3). Setelah merata bungkus dengan palstik secara rapat agar tidak ada udara yang
masuk/an aerob.

4). Simpan di tempat yang teduh dan tidak kena hujan/air. Sebaiknya di atas plastik
pembungkus ini diberi beban agar ada tekanan ke bawah, sehingga gas amoniak yang
terbentuk dimanfaatkan oleh jerami. Lama proses penyimpanan selama satu bulan.

5). Setelah satu bulan jerami olahan dapat dibuka, hasil yang baik ditandai dengan bau
amoniak yang menyengat, oleh karena itu hati-hati ketika membuka karena dapat
menyebabkan mata pedih.

6). Setelah bau yang menyegat berkurang pindahkan ke ruang penyimpanan. Simpan di
tempat yang beratap dan tidak kena hujan. Perhatikan ventilasi gudang penyimpanan
udara harus bebas mengalir.

Cara Penyimpanan Jerami Amoniasi

Jerami amoniasi cara basah dengan kantong plastik, drum, maupun silo dalam tanah
sebagian besar terutama di bagian bawah sangat lembab bahkan basah. Jerami ini setelah
diangin-anginkan selama 2 atau 3 hari masih tetap basah. Jerami lembab ini sebaiknya
langsung diberikan kepada ternak dan harus habis dalam jangka waktu satu minggu.

Pada daerah tertentu terutama dataran tinggi jerami amoniasi yang masih lembab
akan menyebabkan tumbuhnya jamur kayu atau jamur putih yang halus pada permukaan
jerami amoniasi. Jamurnya sendiri tidak berbahaya untuk ternak, tapi kurang estetik dan
bagian permukaan itu agak menurun kualitasnya. Terutama bila jerami tersebut ditumpuk di
udara terbuka dan terkena air hujan maka akan terjadi proses pelapukan (dekomposisi).

Untuk disimpan jangka lama maka jerami amoniasi tersebut harus dijemur dan
dikeringkan di panas matahari selama kurang lebih satu minggu hingga kadar air mencapai
20 %. Bila jerami tersebut sudah dijemur dan kering maka dapat disimpan di bawah atap dan
tahan 6 bulan sampai satu tahun tanpa adanya penurunan kualitas.

Penjemuran dilakukan dengan cara sederhana yaitu dijemur di atas pelataran semen
atau tanah dengan ketebalan 10 cm. Dengan cara ini penjemuran tidak memakan waktu
lama, dalam waktu tiga hari sudah kering.

Bila di musim hujan dimana penjemuran tidak memungkinkan, jerami amoniasi tidak
perlu dikeluarkan dari kantong plastik, drum bekas, ataupun silo. Dikeluarkan sedikit demi
sedikit seperlunya untuk kebutuhan sehari-hari sampai habis.

Cara Penyajian Jerami Amoniasi

Yang dimaksud dengan cara penyajian adalah bagaimana memberikan jerami hasil
amoniasi kepada ternak agar dimakan oleh ternak dan peternak memperoleh manfaat dari

14
pemberian jerami tersebut.

1). Bentuk penyajian

Dalam penyajian jerami amoniasi ini tidak perlu dicincang, jadi dapat diberikan dalam
bentuk utuh, karena dari hasil penelitian jumlah yang dikonsumsi oleh ternak baik yang
dicincang maupun yang utuh akan sama saja, sehingga untuk ekonomisnya tidak perlu
dicincang.

Bila tersedia konsentrat, maka sebaiknya konsentrat diberikan terlebih dahulu kira-
kira satu jam sebelum pemberian jerami, hal ini dimaksud untuk merangsang
perkembangbiakan mikroorganisme dalam rumen karena karbohidrat siap pakai dan
protein yang tersedia dalam konsentrat cukup sebagai pendorong perkembangbiakan
mikroorganisme dalam rumen terutama bakteri selulolitik yang mencerna serat kasar
jerami.

2) Air minum

Dalam penyajian jerami padi sebagai makanan pokok, masalah air minum sangat
perlu sekali diperhatikan. Seperti kita ketahui bila seekor sapi dewasa diberi rumput segar
sebanyak 40 kg/ekor/hari, maka dalam rumput segar mengandung kadar air antara 80 –
85 %. Jadi wajar bila seekor sapi diberi rumput segar tidak banyak minum karena
kebutuhan airnya telah dipenuhi dari rumput (rumput segar 40 kg = 8 kg bahan kering + 32
liter air).

Lain halnya, bila ternak diberi makan jerami karena kadar airnya rendah hanya kira-
kira 20 –30 persen saja. Misalnya dalam sehari seekor sapi menghabiskan 10 kg jerami
maka berarti sapi tersebut akan memakan 8 kg bahan kering dan 2 liter air, dengan
demikian maka sapi tersebut membutuhkan air minum kurang lebih sebanyak 30 liter air
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Oleh karena itu, bila memberikan makan ternak dengan bahan pokok jerami
hendaknya sepanjang sore dan malam hari terus tersedia air minum yang cukup. Jerami
padi merupakan pakan hijauan yang sangat miskin mineral, oleh karena itu pada setiap
pemberian pakan jerami jangan lupa diberikan mineral secara teratur.

TEKNOLOGI REPRODUKSI TERNAK

Teknologi reproduksi merupakan satu kesatuan dari teknik-teknik rekayasa sistem


reproduksi hewan yang dikembangkan melalui suatu proses penelitian dalam bidang
reproduksi hewan secara terus menerus dan berkesinambungan dengan hasil berupa alat,
metoda ataupun alat dan metoda yang dapat diaplikasikan dengan tujuan tertentu.

Terdapat banyak sekali teknologi reproduksi yang bisa diterapkan dalam pelaksanaan

15
kegiatan usaha peternakan yang ditujukan untuk meningkatkan populasi dan produksi.
Beberapa diantaranya telah dipakai di Indonesia namun sebagian besar masih merupakan
teknologi yang langka yang umumnya dikarenakan biaya perlakuannya dan peralatannya
sangat mahal.

Berikut ini beberapa aplikasi teknolgi yang dapat dikembangkan untuk tujuan
meningkatkan populasi dan produksi pada ternak.

INSEMINASI BUATAN

Yang dimaksud dengan Iseminasi Buatan adalah Kawin buatan dengan


menggunakan semen beku pejantan unggul.

Keuntungan IB:

1. Bibit unggul selalu tersedia dan mudah diperoleh dan bisa disediakan untuk
hampir semua peternak.

2. Pengurangan kemungkinan terjadinya bahaya, pekerjaan dan ongkos perawatan.


Pada umumnya pejantan ternak besar, galak dan berani menyerang manusia.

3. Bahaya lain ialah crossbreeding yang tidak disukai dapat dihindari. Dalam
kawanan ternak yang terdiri atas bermacam-macam jenis ras ternak dengan
hanya satu pejantan, maka crossbreeding tidak dapat dihindari.

4. Dapat Menciptakan ternak pure-bred (ternak murni dari satu jenis).

5. Dengan IB, pemilihan pejantan yang baik lebih mudah dan lebih cepat
dilaksanakan.

6. Pencegahan terhadap penjalaran penyakit menular seperti misalnya;


trichomoniasis dan brucellosis yang tersebar dari hewan betina yang satu ke yang
lainnya karena perkawinan secara alam.

Dalam pelaksanaan IB ini dibutuhkan tenaga IB yang berpengalaman dan


bertanggung jawab. Bila Pelaksana IB yang kurang pengalaman dan tidak bertanggung
jawab maka dapat merugikan program IB di daerah-daerah.

Semen sejak keluar dari penis sampai penempatannya dalam alat reproduksi
betina mengalami berbagai pengolahan seperti misalnya penampungan, pengujian atau
penilaian, pengenceran, penyimpanan dan inseminasi; maka bila salah satu dari
pengerjaan itu tidak beres, tujuan IB tentu tidak bisa tercapai.

Inseminasi yang ceroboh akan mengakibatkan perlukaan pada serviks dan


uterus. Bila tidak tepat waktu akan menyebabkan rendahnya angka konsepsi. Kurang

16
kebersihan bisa merupakan sumber penyebaran penyakit dari kelompok ternak yang satu
ke kelompok yang lainnya karena syarat-syarat dan Prosedur IB yang tidak diikuti dengan
sebaik-baiknya.

Inseminasi Buatan umumnya dilaksanakan pada ternak seperti Sapi (sapi perah
dan sapi potong), domba/kambing, Babi, Itik dan ayam.

Perlengkapan Inseminasi yang digunakan pada setiap ternak umumnya sama


namun dari segi bentuk dan ukuran bereda-beda. Perbedaan ini didasarkan kepada
anatomi dan fisiologi alat kelamin yang berbeda-beda pada setiap hewan.

EMBRIO TRANSFER

Pengembangan teknik embrio transfer atau teknik pencangkokan mudigah


diperlukan induk jenis unggul yang menghasilkan embrio dan induk biasa yang akan
menerima embrio untuk dibesarkan dalam uterusnya. Induk jenis unggul yang
menghasilkan embrio selanjutnya disebut donor dan induk yang menerima embrio
disebut resipien.

Seekor donor dengan melalui metoda superovulasi dapat menghasilkan banyak


embrio dalam satu periode berahi, dan jumlah resipien harus lebih banyak dari jumlah
donor. Kondisi uterus donor dan resipien harus sama agar embrio yang dipindahkan dari
donor ke resipien bisa tumbuh secara normal. Cara untuk menyamakan kondisi uterus
donor dan resipien adalah menyerentakan berahi hewan-hewan itu. Jika mereka dapat
mengalami berahi dalam waktu yang sama maka keadaan uterus mereka akan
mengalami perubahan-perubahan yang sama setelah berahi itu berlalu.

PENYERENTAKAN BERAHI

Yang dimaksud dengan menyerentakkan berahi adalah, membuat hewan-hewan


betina berahi secara serentak. Berahi yang terjadi pada sekelompok hewan betina
tertentu dapat diatur sedemikian rupa yang dapat juga dilakukan melalui metode
penyuntikan steroid yaitu penyuntikan estrogen yang umumnya dilakukan pada sapi.
Namun pada hewan babi dilakukan dengan penyuntikan bahan kimia lain yang bukan
steroid dengan kode produksi pabrik obat ICI 33828.

Penyerentakan berahi sangat menguntungkan terutama pada Transfer Embrio


dan Inseminasi buatan. Pada Inseminasi Buatan, proses dapat dilakukan secara
bersamaan terhadap sekelompok ternak betina dan dapat menghemat waktu dan biaya
transportasi.

17
TEKNOLOGI KEBERSIHAN SUSU (MILK HYGIENE)

Pentingnya Kebersihan Susu.

Perlakuan kebersihan susu yang baik akan memberikan hasil susu dan produk-
produk susu yang bersih dan sehat dengan memanfaatkan peralatan yang kurang
lengkap dan pada umumnya ditemui pada peternakan-peternakan kecil didaerah tropis.

Kebersihan susu yang baik akan memberikan

 Hasil-hasil susu yang sehat untuk konsumsi manusia.

 Hasil-hasil susu akan mempunyai kualitas yang baik dalam penyimpanan

Kebersihan susu yang tidak baik akan berakibat:

 Produk menjadi busuk, produk ditolak oleh pembeli, dan tersebarnya berita
dikalangan pembeli mengenai hal itu;

 Timbulnya penyakit dari makanan yang busuk; Penurunan pendapatan produsen;

 Penurunan penilaian terhadap produk dan tingkat kebanggaan industri produsen,


dan;

 Tidak dapat diterima oleh peraturan/hukum yang berlaku.

 Mikro organisme (bakteri) akan tumbuh dengan cepat dalam susu yang tidak
bersih.

Kesehatan dan Kebersihan Petugas/Pemerah

Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penanganan susu.

Kesehatan petugas pemerahan

Orang yang mengalami/menderita penyakit menular seperti penyakit pernafasan


(contoh : radang saluran pernafasan

atau influensa) atau penyakit pencernaan (contoh : diare), akan mengeluarkan bakteri
dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan dalam keadaan sehat. Oleh karena
itu jangan menangani susu atau menangani sapi perah apabila sedang:

 Menderita sakit tenggorokan atau perut (diare dan/atau muntah-muntah).

 Peradangan kulit (peradangan kulit dan bengkak, jerawat

 yang terinfeksi, bintik bintik merah pada kulit, dll.

18
 Influensa berat atau dernam

Menghindari pencemaran

Untuk mengurangi pencemaran susu, petugas harus memahami untuk


menghindari kebiasaan buruk yang mengakibatkan kekotoran, dan mencegah perlakuan-
perlakuan berikut pada saat menangani susu dan peralatannya, yaitu :

- Menggaruk-garuk pada bagian tubuh seperti muka, hidung, mulut, telinga,atau


rambut;

- Batuk atau bersin yang langsung diarahkan kepada susu atau produk susu;

- Menyentuh, memencet jerawat, bisul atau luka.

- Menggunakan cairan pelumas pada tangan untuk memerah atau menggunakan


salep atau krim pelumas;

- Mencoba rasa susu atau produk susu dengan menggunakan jari atau sendok
yang berulang kali digunakan tanpa dicuci.

Kebersihan Petugas pemerahan

Mencuci tangan adalah sederhana, tetapi biasanya tidak dilakukan dengan benar

Cara mencuci tangan dan lengan

- mencuci tangan dengan air untuk membuang kotoran yang melekat;

- mencuci dengan menggunakan sabun yang berbusa banyak dan air.

- menyikat/membersihkan bagian bawah kuku;

- kemudian mengeringkan dengan kertas tissue sekali pakai.

- Jangan merokok tembakau, atau bahan lainya pada saat menangani susu.
Merokok akan berakibat pencemaran langsung terhadap makanan oleh abu atau
puntung rokok; batuk; pencemaran makanan oleh tangan yang menyentuh bibir
pada saat merokok.

- Pakaian pelindung; Disarankan untuk menggunakan tutup kepala dan sarung


tangan untuk mencegah kotoran rambut dan tangan jatuh kedalam susu, dan
mencegah terjadinya pencemaran silang.

Kebersihan lingkungan mencakup lingkungan luar dan lingkungan dalam.


Lingkungan luar meliputi diluar lokasi produksi, sedang lingkungan dalam mencakup
lokasi dimana tempat susu dan produk-produk susu dihasilkan, dibungkus, dan disimpan.

19
a. Lingkungan Luar:

Sekitar lokasi produksi.

Perbaikan/pengaspalan jalan, perbaikan drainase dan pemangkasan


rumput disekitar lokasi produksi dan kandang akan mengurangi pencemaran debu
pada lokasi produksi. Air bersih harus tersedia secukupnya untuk pencucian dan
air minum ternak.

Pembasmian tikus dapat dilakukan dengan mengurangi makanan dan


tempat tinggalnya, membuat konstruksi bangunan agar mengurangi kemungkinan
sarangnya, menyediakan perangkap, dan menggunakan racun tikus dengan
berhati-hati.

Lalat, kecoak, dan serangga lainnya Serangga penyebar penyakit pest


adalah pembawa bakteri yang dapat ditularkan. Pengontrolan terhadap hewan
tersebut adalah dengan menghilangkan tempat-tempat berbiaknya dan tempat
makanannya. Serangga akan menghindari sinar, alat listrik dan pembasmi
serangga. Keset kaki yang tebal merupakan tempat insect. Pembasmian dengan
hanya menggunakan insektisida (bahan kimia) harus dicegah.

Burung sebagai pembawa Salmonella, akan menularkan lewat bangunan


dan supply air dimana terdapat kotorannya. Burung tertarik pada lokasi sapi perah
karena adanya bahan pakan yang disediakan untuk ternak tersebut.

Hewan dan bangunan kandang dapat menjadi sumber utama pencemaran


apabila tidak bersih. Penyisiran dan pengguntingan bulu hewan adalah penting
untuk mengurangi pencemaran oleh bulu, debu, d1l. Hal ini adalah sangat penting
dalam melakukan pemerahan dengan tangan. Hewan harus ditangani dengan
tenang dan pelan untuk mencegah kegugupan hewan. Hewan yang gugup selalu
mengakibatkan lebih banyak debu dan manure. Anak sapi, sapi dara muda atau
hewan lainnya (itik, ayam d1l) harus tidak dalam kandang yang sama atau
disediakan jalan untuk mencapai kandang sapi perah. Kebersihan personil/petugas
telah dijelaskan diatas. Pencemaran potensfil yang mungkin dari petugas/pekeda
peternakan adalah pada baJu, sepatu, dan pada orangnya.

b. Lingkungan dalam:

Fasilitas/peralatan persusuan Perusahaan harus menyediakan bangunan


untuk pemerahan. Pada bangunan tersebut tidak boleh terdapat bahan pakan,

20
bahan kimia atau obat yang disimpan, kecuali bahan untuk pencuci dan sanitasi.
Apabila disediakan pakan konsentrat pada saat pemerahan maka pakan tersebut
harus disimpan diluar bangunan pemerahan dan dibawa kedalam bangunan
tersebut sesuai kebutuhan. Tidak boleh memberikan pakan hijauan pada saat
pemerahan karena bisa menimbulkan debu. Jatuhnya partikel pakan tersebut harus
dikurangi. Perlu adanya perhatian khusus terhadap pelaksanaan pemerahan dan
lokasi penanganan susu. Lantainya harus terbuat dari bahan tidak berpori (seperti
semen) dan terpelihara dengan baik. Lantai harus tetap bersih selama dan setelah
pemerahan.

Peralatan dan fasilitas pemerahan seperti tempat pencucian dan rak


tempat pengeringan harus dibuat dari bahan tidak menyerap air, tidak berkarat
contohnya stainless steel.

Cara Pemerahan dan Penanganan Susu.

Persiapan

a. Lokasi pemerahan

Harus dipastikan bahwa lokasi pemerahan bersih. Adalah penting membersihkan


lokasi pemerahan. Lantainya harus disapu dan/atau dicuci dengan air sehingga
terlihat bersih.

b. Peralatan

Kain pembersih putting,ember, bangku perah, ember uquk sampah, gelas (strip
cup), tabung untuk merendam. putting (teat cup) dan kontainer penampung susu
perlu dibersihkan sebelum dipergunakan. Peralatan yang langsung berhubungan
dengan susu seperti ember, mesin pemerah dan tabung penyimpan harus
disanitasi dan dikeringkan sekurang kurangnya 15 menit sebelum dipergunakan.

c. Penanganan/persiapan sapi perah

Penanganan dan persiapan yang baik harus dilakukan/dimulai sebelum sapi


dibawa ke lokasi pemerahan. Penanganan dengan hati hati pada setiap yang
dilakukan adalah penting dan mungkin diperlukan sedikit penyentuhan apabila
akan melakukan pemerahan dengan tangan. Pemukulan hewan dengan tangan
atau alat seperti tongkat atau ranting kayu harus sangat dikurangi. Perlakuan
pemukulan yang terus menerus walaupun tidak terlalu keras akan mengakibatkan
hewan menjadi ketakutan dan gugup. Hal tersebut akan memberikan akibat
negatif pada pemerahan yaitu pada reaksi interval turun/mengalirnya susu.

21
Penyediaan pakan konsentrat adalah cara yang sangat baik untuk membawa
hewan ke lokasi pemerahan, namun apabila hal tersebut ternyata sudah
dilakukan, maka harus dilakukan seterusnya pada setiap pemerahan. Pemberian
konsentrat hanya pada saat setiap pemerahan. Penyediaan dalam jumlah lebih
banyak pada beberapa hari dan kemungkinan dalam jumlah yang kurang pada
waktu-waktu yang lain akan berakibat hewan menjadi tidak tenang.

d. Pemerahan awal

Pemerahan awal yang ditampung pada gelas khusus (strip cup) adalah untuk
memeriksa apakah terdapat mastitis atau kelainan lain pada susu. Hal ini harus
dilakukan sekurangnya satu bulan (lebih lama akan lebih baik) pada fase awal
laktasi.

e. Persiapan putting

Kebersihan puting adalah penting sebelum pemerahan. Apabila puting masih


kotor maka harus dibersihkan secukupnya. Puting yang kotor harus dicuci dengan
air mengalir dengan tekanan rendah dan kemudian dikeringkan dengan bersih
menggunakan handuk yang hanya untuk sapi tersebut (kertas atau kain).

Apabila ambing dan puting terus menerus kotor pada awal setiap pemerahan
maka lingkungan hewan harus diperhatikan untuk mengatasinya.

Pemerahan

Sekurangnya diperlukan waktu 30 detik untuk membersihkan putting sebelum


pemerahan dengan tangan dimulai. Hal ini akan memberikan cukup waktu untuk
timbuInya response turunnya susu. Pemerahan akan selesai dalam 5 - 7 menit.
Pemerahan dengan tangan harus cepat dan lembut dalam pemencetan puting, dan tidak
dengan keras/kasar dalam menarik atau memencet puting. Jangan menggunakan
pelumas atau lainnya ketika melakukan pemerahan dengan tangan. Apabila diperlukan
pelumas maka krim dapat dipergunakan.

Pasca pemerahan

Penyaringan susu

Segera setelah pemerahan dengan tangan selesai, susu harus disaring dan
ditampung kedalam kontainer yang bersih dan steril. Saringan kain yang dipergunakan
harus bersih, sempuma, dan dicuci dengan menggunakan deterjen dan bahan sanitasi
kemudian dijemur di matahari.

22
Penyimpanan/pendinginan susu

Adalah penting untuk mendinginkan susu sampai dibawah 3 - 4 derajat Celcius


sesegera mungkin setelah pemerahan. Transportasi susu Pada peternak kecil yang
tanpa peralatan pendingin, susu perlu ditransportasikan dengan berhati-hati dan
sesegera mungkin setelah selesai pemerahan dan segera didinginkan di tempat
pengumpulan susu (milk collection center). Udara panas, sinar, goncangan berlebihan
dan waktu yang lama untuk mencapai alat pendingin, akan dapat merusak susu yang
dalam keadaan hangat.

Kontainer transportasi harus bersih, tersanitasi, dan dapat disegel dengan pita
perekat. Kontainer harus terbuat dari bahan berkualitas baik dan dapat dicuci dan
disanitasi dengan sempuma.

Pencucian dan sanitasi adalah dua peke~jaan yang terpisah dan berbeda. Kedua
pekerjaan ini (mencuci dan sanitasi) harus dilakukan bersama sama. Apabila hanya
dilakukan pencucian tanpa sanitasi, sejumlah besar bakteri akan tetap tinggal pada
permukaan kontainer.

a. Pencucian

Proses ini adalah untuk membuang sisa susu dari permukaan/ dinding kontainer.

b. Sanitasi

Yaitu dengan penggunaan bahan kimia atau pemanasan untuk secara sempuma
membuang bakteri dari permukaan kontainer.

ALAT PEMERAHAN (MESIN PERAH)

Komponen Mesin Perah

Pompa Vacuum

Pompa vacuum sebenarnya adalah suatu pompa udara atau kompresor udara.
Fungsinya adalah mengalirkan udara keluar dari mesin perah melalui berbagai
komponen seperti cangkir putting (teat cup) dan pulsator (alat getar). Pompa tersebut
harus mempunyai kapasitas yang cukup untuk memindahkan semua udara ini dan
mempunyai kapasitas yang cukup atau tersedia efektif untuk mempertahankan kondisi
vacuum pada tingkat yang dikehendaki. Hal ini juga akan mampu mengembalikan tingkat
vacuum secepatnya kepada tingkat tertentu setelah masuknya udara, yaitu pada saat
cangkir diambil atau produksi susu berkurang.

Regulator (alat pengatur)

23
Secara sederhana regulator mengatur tingkat kevacuuman didalam mesin perah.
Fungsi yang diharapkan dari regulator adalah kemampuannya secara cepat mengatur
perubahan tingkat kevacuuman didalam mesin perah selama beroperasi. Tingkat
kevacuuman didalam mesin perah pada umumnya ditentukan antara 40 - 50 kPa,
tergantung dari jenis mesin dan peralatannya. Suatu pengaturan yang baik adalah
pengaturan kevacuuman pada tingkat yang serendah mungkin. (bergesernya cangkir
menandakan bahwa tingkat kevacuuman tersebut terlalu rendah).

Pulsator

Pulsator adalah suatu mekanisme katup yang mengubah tingkat vacuum dan
tekanan udara didalam ruang antara garis cangkir putting (teat cup liner) dan dinding luar
cangkir putting (shell of teat cup). Siklus perubahan tekanan mengakibatkan liner
bergerak didalam teat cup (cangkir putting). Tingkat pulsasi adalah suatu jumlah waktu
dari garis cangkir putting melengkapi suatu siklus pulsasi dalam satu menit. Suatu siklus
pulsasi yang ideal adalah lebih kurang 60 siklus per menit +/- 2 siklus. Jumlah siklus
tersebut dapat menjadi 50 siklus per menit, tetapi harus tidak melebihi 62 siklus. Rasio
pulsasi menunjukkan porsi waktu dari fase fase vacuum yang timbul selama setiap siklus
pulsasi.

Silkus pulsasi terbagi menjadi empat fase utama

- Fase peningkatan vacuum (fase a) - adalah tingkat vacuum didalam ruang antara
garis (liner) dan dinding cangkir meningkat, yaitu dari tingkat tekanan udara
atmosfer ketingkat vacuum mesin. Dalam hal ini, dalam fase ini, susu mulai
mengalir dari bagian ujung putting.

- Fase vacuum maksimum (fase b) - yaitu bilamana tingkat vacuum sepenuhnya


tercapai didalam ruangan. Pada fase ini, garis(liner) sepenuhnya terbuka dan
susu akan mengalir dari ujung putting.

- Fase penurunan vacuum (fase c) - terjadi bilamana mesin katup pulsator


membuka ruangan ketekanan atmosfir yang mengakibatkan melemahnya
kevacuuman didalam liner cangkir putting. Dalam fase ini susu akan berhenti
mengalir.

- Fase vacuum minimum (fase d) - adalah apabila ruang pada tingkat tekanan
atmosfir. Garis(liner) sepenuhnya tidak vacuum dan putting mempunyai tekanan
maksimum.

TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL

24
Teknologi Pengolahan Air Susu

Pengolahan air susu dilakukan dengan tujuan agar susu menjadi bahan makanan
yang enak dan mempunyai aroma lebih baik serta daya simpan lebih lama. Berbagai
macam cara pengolahan susu secara tradisionil di daerah-daerah sudah dilakukan sejak
lama, misalnya dangke semacam keju yang dibuat dari susu kerbau di Tana Toraja,
Sulawesi Selatan, dadih semacam yoghurt yang dibuat dari susu kerbau/sapi di
Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Barat.

Seringkali dalam proses pengolahan susu diperlukan bantuan kerja bakteri


tertentu. Misalnya dalam pembuatan yoghurt, diperlukan bakteri sebagai starter atau
biang bakteri (yaitu Streptococcus thermophilis dan Lactobacillus bulgaris dengan
perbandingan 3: 1) yang dipupuk dalam air susu yang kental dan steril.

Beberapa cara pengolahan susu sederhana yaitu:

1. Susu Pasteurisasi

2. Yoghurt

3. Permen Karamel

4. Es Puter Susu

5. Tahu Susu

Pengawetan hasil ternak (daging)

Dendeng

Pengawetan mempunyai tujuan untuk menjaga makanan terhadap pengaruh fisis,


kimiawi demikrobiologis yang tidak dikehendaki. Salah satu cara untuk mengawetkan
daging adalah dengan jalan dibuat dendeng, yaitu suatu hasil olahan daging secara
tradisional dengan cara menambahkan bumbu dendeng pada daging tersebut sebelum
dilakukan pengeringan, baik dengan penjemuran di bawah sinar matahari atau dengan
menggunakan alat pengering buatan. Pengeringan mempunyai tujuan untuk
mengawetkan daging sehingga dapat memperpanjang masa simpan, juga memperkecil
biaya pengangkutan dan pengepakan karena bahan menjadi lebih ringan dan ringkas.

Daging Corned

Cara pengolahan daging yang lain yaitu pengolahan daging adalah dengan jalan
dibuat corned beef, yaitu dengan menambahkan bumbu corned pada daging tersebut
sebelum dimasukkan dalam pengalengan dan sterilisasi. Di Luar Negri daging yang
digunakan untuk membuat corned adalah daging dengan kualitas rendah, dengan

25
demikian pembuatan corned beef yaitu untuk memanfaatkan daging yang tidak dapat
dikonsumsi saat itu.

Abon Sapi

Abon adalah hasil olahan daging yang dibuat dengan cara pengeringan, yaitu
suatu metoda untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dengan cara
menguapkan air tersebut dengan menggunakan energi panas. Kandungan air tersebut
dikurangi sampai suatu batas agar mikroba tidak daspat tumbuh lagi didalamnya,
sehingga daya awet daging dapat diperpanjang.

ALAT DAN MESIN PETERNAKAN

Dibawah ini terdapat beberapa contoh alat dan mesin peternakan:

1. Alsin Pra Produksi:

Jenis Alsin Kapasitas Manfaat


casing dan valve, inner
AV Kambing Domba
liner, rubber band, funnel, Untuk menampung semen
(Peralatan IB Domba
collection vial, warming domba/kambing
/Kambing)
bag
Greasing Stick
bahan kaca dengan Alat Pengaduk atau untuk
(Peralatan IB Domba
panjang 25 cm menghomogenisasi
/Kambing)
Haemocytometer 2 buah pipet dengan 1
(Peralatan IB Domba buah kamar hitung Alat untuk menghitung media
/Kambing) Neubeuer
KY Jelly /Jelly Steril Bahan untuk
(Peralatan IB Domba Volume 82-250 gram melicinkan/mensterilkan vagina
/Kambing) speculum
bahan galss, karet dengan Alat untuk
Pipette glass penutup karet ukuran kap mengambil/memindahkan bahan-
10cc bahan yang bersifat cair
Thermometer (AV)
glass skala 0oC s/d 100 Untuk mengukur suhu vagina
(Peralatan IB Domba
oC buatan
/Kambing)

2. Alsin Budidaya

Jenis Alsin Kapasitas Manfaat


Alat berupa tang yang biasanya digunakan
Alat Kastrasi/Kebiri untuk mengebiri ternak dengan menjepit bagian
tertentu dari alat kelamin sehingga mandul.
Alat Pemanas induk Alat yang digunakan untuk memanaskan anak
buatan (Brooder) ayam umur sehari (DOC) sebagai pengganti

26
induk ayam sampai beberapa minggu sehingga
bisa tahan terhadap perubahan temperatur
rendah.
Memisahkan Limbah/Kotoran Hewan agar
Alat Pemisah
- tampak kering dan memudahkan proses
Limbah/Kotoran Hewan
pembuatan kompos
Alat untuk memotong paruh anak ayam (DOC)
Alat Pemotong Paruh supaya nanti kalau sudah besar tidak mematuk
serta melukai ayam lainnya.
Alat yang digunakan untuk menandai
Alat Penandaan ternak/hewan, biasanya dengan gunting
Ternak/hewan (Marking) bernomor pada telinga atau pada leher, atau
memakai cap bakar pada kulit bagian panggul.
Silinder logam dengan als tertutup atau
Canting Jerami
- berlobang untuk menempatkan semen beku
(Kanister)
dalam kontainer.
Dehorner - Menghentikan pertumbuhan tanduk pada pedet
Alat yang berfungsi sebagai tempat penetasan
Hatcher
telur pada hari ke 18-22 di mesin tetas.
Heat Detector - Alat untuk mendeteksi berahi pada ternak
Variatif
Alat yang digunakan untuk memasukkan
(ruminansia
mani/semen (spermatozoa) ke dalam saluran
Inseminasi Gun kecil dan
alat kelamin ternak betina berbentuk seperti alat
ruminansia
suntik.
besar)
Wadah semen beku berbentuk pipa plastik kecil
Jerami Plastik (Straw) - (diameter 0,25mm dan 0,5mm) yang beruas-
ruas seperti jerami.
Bejana Vakum terbuat dari bahan baja atau
aluminium yang berisi Nitrogen cair digunakan
Kontainer Semen Beku Variatif
untuk menyimpan sperma beku dalam jangka
waktu yang relatif lama
Alat berbentuk kotak (box) di mana bermacam-
macam telur unggas (ayam, itik, dan puyuh)
dapat ditetaskan menjadi anak selama waktu
Mesin Tetas Bervariasi tertentu dengan pengaturan temperatur serta
kelembaban di dalam kotak tersebut. Panas
bisa berasal dari bola listrik pijar, lampu minyak
tanah/gas, dan lain-lain.
Alat Penetas Telur yang umumnya dipakai oleh
50 - 100
Mesin Tetas Tradisional petani-petani tradisional dengan menggunakan
telur
lampu minyak sebagai pemanasnya
Pemotong Tanduk - Memotong tanduk pada ternak
Alat berbentuk pita dengan ukuran tertentu yang
digunakan untuk memperkirakan berat badan
Pita Ukur
dengan mengukur lingkar dada, panjang badan
serta tinggi ternak.
Pregnancy Detector Alat untuk mendeteksi kebuntingan pada ternak
Sarung Plastik Gun Sarung dari alat inseminasi gun yang terbuat
-
(plastic sheath) dari plastik khusus yang digunakan saat

27
pelaksanaan inseminasi buatan.
Sarung tangan terbuat dari plastik yang
Sarung Tangan Plastik
- digunakan dalam pelaksanaan inseminasi
(Plastic Gloves) 5 jari
buatan.
Alat yang berfungsi sebagai tempat untuk
Setter pengeraman telur samapai hari ke 18 pada
mesin tetas.
500 - 1000
Timbangan Mekanik Menimbang bobot hidup hewan ternak
kg
Alat berupa tongkat dengan ukuran tertentu
Tongkat Ukur
untuk mengukur tinggi badan hewan ternak.

3. Alsin Pasca Produksi

Jenis Alsin Kapasitas Manfaat


Alat yang berfungsi sebagai tempat menyimpan
Egg Tray
telur konsumsi/bibit atau untuk transportasi
Gergaji Karkas
Alat untuk membelah bagian-bagian karkas
(Carcass saw)
Katrol Listrik (electric
Alat pengangkat karkas di RPH
hoist)
Alat untuk membawa DOC untuk didistribusikan,
Kemasan Kuri / DOC
biasanya digunakan kertas karton.
Mesin yang digunakan untuk pasteurisasi atau
proses pemanasan pada suhu di bawah titik
Mesin Pasteurisasi
didih air ( kira-kira 80 derajat Celcius) sehingga
mematikan kuman-kuman penyakit tertentu.
Proses Pengolahan
Susu (Mesin
variatif Proses pendinginan
Pendingin susu
sederhana)
Bagian dari system pengolahan susu dimana
stelah melewati bagian ini partikel-partikel susu
Proses Pengolahan
Variatif berada dalam ukuran dan bentuk yang sama
Susu (Homogenizer)
besar, agar proses pencampuran dengan partikel
lain (misal coklat, pemanis) dapat merata.
Proses Pengolahan
Proses pencampuran susu dengan bahan
Susu (Tanki Bervariasi
tambahan lain (misal, pemanis, aroma, dll)
Pencampur)
Alat berbentuk rel gantung pada bagian atas
RPH yang digunakan untuk menggantung sapi
Rel (Rail)
yang sudah disembelih atau karkas sehingga
mudah dipindahkan.
Alat yang digunakan untuk menentukan jenis
Sexing
kelamin pada anak ayam umur sehari.

28
DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. Rearing Dairy and Beef Cattle Present Situation of Forage Production
(Technical Guide of Forage Production and Utilization). Japan Livestock
Technology Association. 1999. 169 hal.

Anonimous. Pengawetan Hijauan Untuk Pakan Ternak (Silase). Proyek Peningkatan


Teknologi Sapi Perah. Direktorat Jenderal Peternakan. Dinas Peternakan Propinsi
Jawa Barat. JICA Japan. Jawa Barat. 2001.

Anonimous. Teknologi Pengawetan Jerami Sebagai Pakan Ruminansia. Proyek


Peningkatan Produksi Ternak Sapi Potong Tersebar di 15 Kabupaten. Pemerintah
Propinsi Jawa Barat. Dinas Peternakan. 2000.

Anonimous. Anjuran Paket Teknologi Peternakan. Direktorat Jenderal Peternakan.


Direktorat Bina Produksi Peternakan. 1992. 43 hal.

Anonimous. Buku Petunjuk Teknologi Sapi Perah di Indonesia. Proyek Peningkatan


Teknologi Sapi Perah. Direktorat Jenderal Peternakan. Dinas Peternakan Propinsi
Jawa Barat. JICA Japan. Jawa Barat. 2002.

Rukmantoro Salim, Amirudin, Budi Irawan, Hera Hendrawan, Masayoshi NAKATANI.


Petunjuk Praktis Melakukan Pengolahan Jerami Padi. Proyek Peningkatan
Teknologi Sapi Perah. Direktorat Jenderal Peternakan. Dinas Peternakan
Propinsi Jawa Barat. JICA Japan. Jawa Barat. 2001.

James Blakely. David H. Bade. Ilmu Peternakan. Indonesian Edition. Gadjah Mada
University Press.1991. 789 hal.

Soedomo Reksohadiprodjo. Pengantar Ilmu Peternakan Tropik. BPFE-Yogyakarta. 1995.


394 hal.

29

Anda mungkin juga menyukai