Dalam pelaksanaan usaha ternak diperlukan suatu manajemen yang baik dan terukur
yang dapat memberikan arah yang tepat bagi masa depan usaha ternak itu sendiri. Sistem
pemeliharaan yang benar-benar mengacu kepada prinsip-prinsip dasar penanganan ternak
dalam optimalisasi produksi dengan penerapan bioteknologi pada technical services
merupakan metode yang umumnya dipakai oleh manajemen, disamping penggunakaan
teknologi dalam membantu kelancaran sistem itu sendiri. Teknologi dalam sistem pengelolaan
produksi ternak ini disebut Teknologi Produksi.
Terdapat 5 (lima) pokok bahasan tentang teknologi produksi dalam usaha peternakan,
yaitu:
Pokok bahasan ini memberikan gambaran tentang teknologi pakan yang digunakan
pada ternak ruminansia, sedangkan pembahasan mengenai berbagai bahan baku
pakan konsentrat, terutama yang merupakan sumberdaya lokal untuk setiap jenis
ternak telah terangkum dalam Modul Tatalaksana Pemeliharaan Ternak dan Modul
Pengetahuan Pakan Ternak.
2. Teknologi reproduksi.
Sistim perkawinan ternak melalui Inseminasi Buatan dan atau Transfer Embryo dan
penterentakan birahi akan menghasilkan bibit ternak dengan mutu genetis yang tinggi
dan efisiensi biaya apabila dilakukan dengan cara yang benar dan tepat waktu.
Teknologi ini meliputi tatacara memelihara ternak sesuai dengan tingkat umur dan
produksi, termasuk jenis dan tipe ternak dan kandang, kapasitas optimal, sistim
pemeliharaan, dsb. Pembahasan ini telah terangkum dalam Modul Tatalaksana
1
Pemeliharaan Ternak.
Kualitas susu ditentukan oleh kebersihan lingkungan, ternak dan pemerah, serta
peralatan yang digunakan
teknologi pengolahan hasil, yaitu yang meliputi berbagai jenis cara pengolahan susu
menjadi berbagai produk, seperti pasteurisasi, es putar susu, yoghurt, permen
karamel, kerupuk, tahu susu (dadih).
Di Indonesia dengan kondisi iklim dan tanah yang subur membuat peternak tidak
pernah memikirkan dan merencanakan penyediaan pakan hijauan yang cukup baik
kualitas maupun kuantitasnya. Sebagian besar peternak umumnya belum memiliki lahan
yang cukup untuk budidaya hijauan, bahkan ada yang tidak memiliki lahan kebun rumput.
Keterbatasan lahan untuk penanaman hijauan merupakan kendala bagi peternak. Di
samping itu para peternak belum mengupayakan lahan kebun rumputnya dikelola secara
baik dan efektif sehingga produktivitasnya belum optimal.
Produksi rumput dari kebun rumput bila dipelihara secara optimum pada bulan
basah akan menghasilkan hijauan yang maksimum, tetapi hal ini perlu dilakukan
penanganan secara baik dan benar untuk dijadikan cadangan pada musim kemarau,
sehingga memenuhi kebutuhan hijauan untuk ternaknya baik secara kuantitas maupun
kualitas. Hal ini dapat dilakukan jika sistem pengelolaan penyediaan hijauan dari
pemotongan kemudian diberikan langsung kepada ternak, menjadi dari kebun rumput ke
gudang hijauan baru diberikan kepada ternak. Perubahan ini tidak mudah tetapi jika
dicoba akan memberikan hasil yang efisien dan efektif dengan memfungsikan gudang
2
pakan sebagai sentral manajemen pakan. Pada lingkup gudang pakan inilah
perencanaan pakan peternak bermula, dari mulai panen hijauan hingga prosesing
hijauan untuk persediaan dimusim sulit pakan.
Penyediaan hijauan sepanjang tahun dengan teknik yang sederhana dan murah
dapat terlaksana tergantung kepada kemapuan dan kemauan dari setiap pengelola
kandang dalam pemeliharaan ternaknya. Beberapa cara pengolahan hijauan untuk
menyediakan hijauan sepanjang tahun antara lain :
A. SILASE
Silase adalah pakan yang telah diawetkan yang diproduksi atau dibuat dari
tanaman yang dicacah, pakan hijauan, limbah dari industri pertanian dan lain-lain
dengan kandungan air pada tingkat tertentu yang diisikan dalam sebuah silo (dalam
suasana silo). Pada silo, bakteri asam laktat akan mengkonsumsi gula pada bahan
material dan akan terjadi proses fermentasi asam laktat dalam kondisi anaerob.
Pada dasarnya, jika tanaman hijauan cacahan dibiarkan di udara terbuka akan
mengakibatkan penurunan nilai karena adanya aktivitas mikroorganisme yang bersifat
aerob. Salah satu jalan untuk mencegah penurunan ini dengan menyiapkan
pembuatan silase dengan menggunakan fermentasi asam laktat pada kondisi
anaerob. Fermentasi asam laktat dipengaruhi oleh hubungan antara faktormikro
biologi, kimia, dan fisik
3
Asimilasi
Dioksida) Cahaya)
1. Udara dalam silo. Fermentasi silase adalah fermentasi asam laktat dalam kondisi
anaerob, oleh karena itu pengisian bahan dilakukan dalam waktu yang singkat dan
segera ditutup dengan baik.
3. Kandungan gula dalam bahan .Kandungan gula yang larut dalam air pada bahan
kering lebih dari 12% dan 3% pada bahan segar. Jika kandungan gula tidak cukup
tersedia dalam bahan , maka perlu ditambahkan gula.
4. Penyimpanan harus berada pada suhu yang serendah mungkin. Jangan lakukan
diatas meja, tetapi faktor penting lainnya adalah
B. JERAMI (HAY)
Jerami (hay) adalah hijauan rumput, legum atau limbah hasil pertanian yang
dikeringkan yang dijadikan bahan pakan bagi ternak ruminansia. Jerami sangat penting
bagi ternak. Berikut ini beberapa karakteristik dari hay sebagai pakan ternak:
2. Kualitas hay sangat baik dimana palatabilitas ternak meningkat (sangat disukai
ternak)
4
sangat buruk (musim hujan) beberapa satuan nutrisi akan berkurang.
4. Hay dibandingkan dengan silase lebih ringan empat kalinya dengan kandungan
bahan kering yang sama.
5. Untuk mendapatkan nilai gizi yang tinggi dan palatabilitas yang tinggi, hijauan
atau legum harus dipotong sebelum berbunga. Kemudian hijauan tersebut
dibiarkan mengering di lapangan atau dengan pengeringan paksa. Bahan Kering
Hay nilainya kurang dari 60%.
Jerami padi merupakan limbah hasil pertanian tanaman padi. Jerami padi ini
dapat dimanfaatkan menjadi pakan ternak namun kualitasnya menurun dengan cepat
setelah padi di panen. Oleh karena itu diperlukan suatu perlakuan terhadap jerami padi
tersebut agar nilai gizi dan daya cernanya meningkat.
Terdapat berbagai metode yang dapat ditempuh dalam pengolahan jerami berupa
perlakuan Fisik dan kimia.
Perlakuan Fisik
Jerami bagian atas kualitasnya relatif lebih baik dibandingkan dengan bagian
bawah, mengurangi ukuran panjang dan memotongnya merupakan salah satu cara
sehingga ternak makin mudah mengunyahnya.
Terdapat beberapa bahan kimia yang dapat dimanfaatkan seperti kaustik soda
(NaOH), namun kurang aman bagi lingkungan. Terdapat cara yang lebih aman yaitu
dengan menggunakan urea.
Urea merupakan salah satu sumber amoniak (NH3) berbentuk padat, selain NH3
dalam bentuk gas cair, dan NH4OH dalam bentuk cairan yang biasa digunakan dalam
pengolahan jerami padi segar menjadi jerami hasil olahan yang biasa disebut jerami
amoniasi.
Pengolahan jerami padi dengan NH3 gas yang dicairkan masih sulit dilaksanakan
di Indonesia, selain harganya mahal juga memerlukan tangki khusus dengan tekanan
tinggi minimum 10 bar. Demikian pula dengan larutan amoniak NH4OH terbatas
digunakan di laboratorium dan hanya untuk penelitian saja.
Satu-satunya sumber NH3 yang mudah didapat dan masih terjangkau biayanya
oleh petani adalah urea. Urea yang banyak beredar untuk pupuk tanaman pangan adalah
5
dalam bentuk :
NH2
O=C
NH2
Dosis amoniak (berat nitrogen yang digunakan dibandingkan dengan berat kering
jerami) yang biasa digunakan secara optimal adalah 3 – 5 % NH3 dari berat kering
jerami. Kurang dari 3 % tidak ada pengaruhnya terhadap daya cerna maupun
peningkatan kandungan protein kasar, tetapi amoniak ini hanya berfungsi sebagai
pengawet saja. Bila lebih dari 5 % amoniak akan terbuang karena tidak sanggup lagi
diserap oleh jerami dan akan lepas ke udara bebas, kerugiannya hanya pemborosan
amoniak yang berarti kerugian ekonomis saja.
6
Tabel. Jenis, Karakteristik dan Jumlah Bahan Pengawet yang Harus Ditambahkan
7
APLIKASI TEKNLOGI DALAM BERBAGAI BAHAN PAKAN
Pohon Jagung berumur 90 sampai 100 hari merupakan limbah pertanian yang baik
bila proses untuk pembuatan silase, dalam rangka penyediaan stok hijauan sepanjang
tahun.
Bahan silase dari pohon jagung dengan kandungan air 60 – 70 % yang baik untuk
pengawetan melalui proses fermentasi. Daun jagung sebagai limbah pertanian dapat
diberikan pada sapi baik dalam bentuk segar maupun setelah melalui proses
pengawetan. Bila daun jagung diberikan dalam bentuk segar dan tidak dicacah maka
hijauan tersebut banyak tersisa dan terbuang. Ini merupakan pekerjaan yang sangat
merugikan bila dalam bak makan banyak hijauan yang tidak dimakan oleh ternak
tersebut.
Daun jagung yang akan digunakan dalam pembuatan silase sebaiknya dicacah
dengan panjang 10 – 50 mm, karena pada waktu pencacahan akan :
1. Daun jagung akan mengurangi kadar air lebih mudah melakukan pemadatan
sehingga
2. (oksigen) akan dikeluarkan dan ukuran sama agar kondisi hijauan lebih padat dan
kedap udara.
Daun jagung yang dipotong-potong/ dicacah bila dalam bentuk segar diberikan
kepada ternak akan habis termakan dan di dalam bak makan tidak ada yang tersisa,
terbuang percuma, lama ternak mengunyah waktunya lebih singkat, jumlah hijauan yang
dimakan akan lebih banyak, jumlah hijauan yang terbuang akibat sifat memilih ternak
serta hijauan yang terinjak akan berkurang, dan akan lebih efektif serta efisien dalam
penggunaan tenaga kerja.
Pembuatan silase dilakukan di dalam silo. Silo dapat terbuat dari kantong plastik
untuk bagian dalam dan karung plastik untuk bagian luar. Hal ini untuk menciptakan
suasana an-aerob dalam pembuatan silase yang paling sederhana. Bila mempunyai
modal yang lebih banyak dapat membuat silo baik yang dari drum, tembok (semen)
maupun silo tanah.
8
tinggi.
Dalam kondisi terikat rapi ini dapat disimpan dengan ditumpuk. Waktu penyimpan
dan proses fermentasi terjadi selama 3 minggu (21 hari), setelah melewati umur
penyimpanan ini dapat tahan disimpan selama 3 – 6 bulan asalkan jangan dibuka tutup.
Setelah disimpan 3 minggu (21 hari) dapat dibuka untuk diberikan kepada ternak, bila
tidak jangan dibuka dan simpan sampai diperlukan. Pada waktu pemberian kepada
ternak jangan sering dibuka tutup dalam 1 hari cuma boleh dibuka 1 kali (untuk makan
ternak pagi dan sore dikeluarkan bersama-sama), sebab kalau sering dibuka tutup
kualitas silase akan cepat rusak.
Kualitas silase yang baik dapat diketahui dari keadaan fisik silase salah satu
standar penilaian kualitas silase yang baik dapat di lihat pada Tabel Kualitas silase yang
baik dan layak untuk menjadi pakan ternak. Ternak yang belum terbiasa makan silase
diberikan sedikit demi sedikit, dicampur dengan hijauan yang biasa dimakan. Jika sudah
terbiasa dapat seluruhnya diberi silase sesuai dengan kebutuhan, hal ini sangat
membantu dalam pekerjaan di kandang dan sangat menghermat waktu
Produksi hijauan di kebun rumput baik itu rumput Gajah ataupun rumput Raja bila
melebihi atau melewati umur potong akan mengurangi kulitas hijauan tesebut, untuk
mengoptimalkan produksi dan menjaga kualitas, pemotongan dilakukan harus tepat
waktu. Umur potong rumput yang optimal pada 7 minggu atau 50 hari. Bila produksi
rumput berlebih dan akan dibuat silase untuk stok perlu pengurangan kadar air rumput
dengan cara disimpan berdiri jangan di tidurkan atau ditumpuk untuk menghidarkan dari
kerusakan selama 2 - 3 hari, dan harus disimpan terlindung atau di bawah atap.
Setelah disimpan selama 2-3hari dan kandungan air berkurang cacah rumput
tersebut dengan panjang cacahan 10-50mm.
9
Diperlukan Dedak murni untuk bahan starter dalam pembuatan silase rumput
Raja dan rumput Gajah, kualitas dedak ini dapat menentukan baik tidaknya kualitas
silase yang akan dihasilkan. Campurkan dedak dan cacahan rumput secara merata
Hasil percampuran dimasukkan dalam silo yang telah dilapisi dengan plastik.
Padatkan bahan silase dengan cara ditekan atau diinjak-injak, hal ini dilakukan supaya
tidak ada ruang diantara potongan rumput yang berarti tidak ada tempat bagi oksigen.
Pencampuran rumput dan dedak harus benar-benarmerata agar kualitas silaseyang
dihasilkan baik.
Setelah dipadatkan dan ditekandengan baik, ikat plastik dengan kuatagar tidak
ada udara yang masuk,karena proses fermentasi silase harus dalam keadaan an-aerob
(tidak adaoksigen). Beri beban diatasnya agar terdapat tekanan ke bawah sehingga
kondisi an-aerob terjadi dengan baik
Setelah 21 hari proses fermentasi telah selesai plastik dapat dibuka. Untuk
mengetahui kualitas silase yang dihasilkan salah satunya dapat mengacu pada tabel
kualitas silase yang baik dan layak untuk menjadi pakan ternak. Berikan kepada Sapi
atau ternak ruminasia lainnya, jika tidak suka coba campur dahulu dengan rumput yang
biasa dikonsumsi, setelah sapi menyukai dapat diberikan sesuai dengan kebutuhan
Rumput lapang yang berlebih sebaiknya diproses menjadi silase untuk memenuhi
kebutuhan di waktu kekurangan hijauan pada musim kemarau. Pembuatan silase rumput
lapang diperlukan stater untuk mengoptimalkan fermentasi asam laktat, salah satu stater
yang baik adalah dengan penambahan tetes + 10 %.
Rumput yang akan dibuat silase dijemur / diangin-anginkan beberapa jam, untuk
mengurangi kandungan airnya. Pada waktu penjemuran dilakukan pembalikan beberapa
kali agar pengeringan terjadi secara merata.
Campurkan kedua bahan tersebut secara merata agar hasil fermentasi baik,
sehingga menghasilkan silase yang berkualitas baik.
Sediakan plastik yang sesuai dengan drum yang akan digunakan, fungsi plastik
disini untuk memudahkan penutupan sehingga tercipta kondisian aerob dalam proses
10
fermentasinya. Plastik harus dapat masuk ke dalam drum dan dapat ditutup dengan rapat
agar kondisi silo tertutup dengan baik.
Padatkan sepadat mungkin rumput di dalam drum tersebut dengan cara ditekan
atau diinjak-injak agar tidak ada ruang untuk oksigen. Hal ini dilakukan supaya silase
yang dihasilkan berkualitas baik.
Masukkan bahan silase kedalam drum yang telah dilapisi plastik. Tutup dan tekan
agar udara didalam keluar kemudian ikat plastik tersebut secara rapih, rapat dan tidak
ada udara masuk ke dalam, serta jangan sampai bocor. Setelah rumput padat sebelum
diikat dibagian atas dari tumpukan rumput dalam drum tersebut diberi tetes sedikit saja
untuk membantu proses terjadi fermentasi lebih baik.
Setelah ditutup diatasnya disimpan beban agar mendapat tekanan ke bawah serta
tidak ada udara yang masuk, disamping itu letakan ditempat yang beratap agar tidak
kehujanan. Biarkan fermentasi terjadi, diamkan selama 21 hari untuk mendapat silase
yang baik.
Setelah disimpan 3 minggu (21 hari) dapat dibuka untuk diberikan kepada ternak,
bila tidak jangan dibuka dan simpan dalam kondisi tertutup dapat disimpan 3 – 6 bulan.
Pada waktu pemberian kepada ternak jangan sering dibuka-tutup dalam 1 hari cuma
boleh dibuka 1 kali (untuk makan ternak pagi dan sore dikeluarkan sekaligus) sebab
kalau sering dibuka tutup kualitas silase akan cepat rusak.
Sapi yang belum terbiasa makan silase diberikan sedikit demi sedikit, di campur
dengan hijauan yang biasa dimakan. Jika sudah terbiasa dapat seluruhnya diberikan
silase sesuai dengan kebutuhan, hal ini sangat membantu dalam pekerjaan di kandang
dan sangat menghemat waktu.
Pada tabel berikut ini merupakan penilaian terhadap kualitas silase yang dihasilkan dari
proses pembuatan silase yang disimpan selama 21 hari dalam suasana silo.
KUALITAS SILASE YANG BAIK DAN LAYAK UNTUK MENJADI PAKAN TERNAK
Indikator Nilai
Penilaian Nilai Penjelasan yang
diperol
eh
Wangi 25 1. Wangi seperti buah-buahan dan sedikit asam,
sangat wangi dan terdorong untuk mencicipinya. 25
2. Ingin mencoba mencicipinya tetapi asam, bau
wangi 20
3. Bau asam, dan apabila diisap oleh hidung,
rasa/wangi baunya semakin kuat atau sama
sekali tidak ada bau. 10
4. Seperti jamur dan kompos bau yang tidak sedap 0
Rasa 25 5. Apabila dicoba digigit, manis dan terasa asam
seperti youghurt/yakult. 25
6. Rasanya sedikit asam 20
11
7. Tidak ada rasa 5
8. Rasa yang tidak sedap, tidak ada dorongan
untuk mencobanya. 0
Warna 25 9. Hijau kekuning-kuningan 25
10. Coklat agak kehitam-hitaman 10
11. Hitam, mendekati warna kompos 0
Sentuhan 25 12. Kering, tetapi apabila dipegang terasa lembut
dan empuk. Apabila menempel ditangan karena
baunya yang wangi tidak dicucipun tidak apa-
apa 25
13. Kandungan airnya terasa sedikit banyak tetapi
tidak terasa basah. Apabila ditangan dicuci bau
wanginya langsung hilang. 10
14. Kandungan airnya banyak, terasa basah sedikit
(becek) bau yang menempel ditangan, harus
dicuci dengan sabun supaya baunya hilang. 0
JUMLAH 100 Jumlah nilai = Nilai wangi + Nilai rasa + Nilai warna
+ Nilai sentuh
Teknik yang digunakan dalam proses amoniasi cara basah ialah dengan : kantong
plastik
Bahan-bahan :
5 liter air
Peralatan :
1 buah ember
1 timbangan
1 alat pengaduk
Cara pembuatan :
1. Kantong plastik langsung dilapis dua dengan cara memasukan lembar pertama ke
dalam lembar kedua. Maksudnya merangkap plastik ini adalah agar lebih kuat dan
menghindarkan bocor.
3. Larutkan 870 gram urea ke dalam ember yang berisi 5 liter air dengan cara diaduk
sampai benar-benar larut hingga tidak ada lagi butir-butir urea yang terlihat.
12
4. Siramkan larutan urea tersebut ke dalam kantong plastik yang berisi jerami dengan
embrat agar lebih mudah dan dapat merata, sampai seluruh larutan tersebut habis.
5. Tutup dahulu kantong plastik lapis dalam dengan cara mengikat bagian atasnya,
kemudian baru kantong plastik bagian luarnya. Kantong plastik ini dapat disimpan di
tempat yang telah disediakan dan cukup aman.
6. Setelah satu bulan kantong plastik dapat dibuka, ketika membuka plastik harus hati-
hati karena selama proses amoniasi ini terjadi pembentukan gas, sehingga ketika
plastik tersebut dibuka gas akan keluar dan dapat menyebabkan pedih di mata.
Jerami hasil amoniasi kemudian diambil lalu diangin-anginkan selama dua hari
sebelum diberikan kepada ternak.
Catatan :Untuk proses amoniasi dalam jumlah banyak maka jumlah kantong plastik
harus disediakan dalam jumlah yang cukup. Bila pengolahan cara ini dilakukan dengan
hati-hati, maka kantong plastik tersebut dapat dipakai ulang sampai tiga kali. Biasanya
hanya dua kali pakai.
Proses amoniasi jerami padi telah disederhanakan oleh Masaru Murai dari Tohoku
National Agricultural Experiment di Jepang, yaitu dengan cara urea yang digunakan
ditaburkan langsung di atas jerami padi yang akan diamoniasi. Prinsip pembuatannya sama
dengan amoniasi cara basah, hanya cara kering urea tidak dilarutkan dalam air.
Bahan-bahan :
3-4 kg urea
Peralatan :
Timbangan
Cara Pembuatan :
1). Jerami yang sudah terpilih dan ditimbang diikat dengan tali yang terbuat dari bambu,
setelah itu dikemas supaya mudah dalam penanganannya.
13
3). Setelah merata bungkus dengan palstik secara rapat agar tidak ada udara yang
masuk/an aerob.
4). Simpan di tempat yang teduh dan tidak kena hujan/air. Sebaiknya di atas plastik
pembungkus ini diberi beban agar ada tekanan ke bawah, sehingga gas amoniak yang
terbentuk dimanfaatkan oleh jerami. Lama proses penyimpanan selama satu bulan.
5). Setelah satu bulan jerami olahan dapat dibuka, hasil yang baik ditandai dengan bau
amoniak yang menyengat, oleh karena itu hati-hati ketika membuka karena dapat
menyebabkan mata pedih.
6). Setelah bau yang menyegat berkurang pindahkan ke ruang penyimpanan. Simpan di
tempat yang beratap dan tidak kena hujan. Perhatikan ventilasi gudang penyimpanan
udara harus bebas mengalir.
Jerami amoniasi cara basah dengan kantong plastik, drum, maupun silo dalam tanah
sebagian besar terutama di bagian bawah sangat lembab bahkan basah. Jerami ini setelah
diangin-anginkan selama 2 atau 3 hari masih tetap basah. Jerami lembab ini sebaiknya
langsung diberikan kepada ternak dan harus habis dalam jangka waktu satu minggu.
Pada daerah tertentu terutama dataran tinggi jerami amoniasi yang masih lembab
akan menyebabkan tumbuhnya jamur kayu atau jamur putih yang halus pada permukaan
jerami amoniasi. Jamurnya sendiri tidak berbahaya untuk ternak, tapi kurang estetik dan
bagian permukaan itu agak menurun kualitasnya. Terutama bila jerami tersebut ditumpuk di
udara terbuka dan terkena air hujan maka akan terjadi proses pelapukan (dekomposisi).
Untuk disimpan jangka lama maka jerami amoniasi tersebut harus dijemur dan
dikeringkan di panas matahari selama kurang lebih satu minggu hingga kadar air mencapai
20 %. Bila jerami tersebut sudah dijemur dan kering maka dapat disimpan di bawah atap dan
tahan 6 bulan sampai satu tahun tanpa adanya penurunan kualitas.
Penjemuran dilakukan dengan cara sederhana yaitu dijemur di atas pelataran semen
atau tanah dengan ketebalan 10 cm. Dengan cara ini penjemuran tidak memakan waktu
lama, dalam waktu tiga hari sudah kering.
Bila di musim hujan dimana penjemuran tidak memungkinkan, jerami amoniasi tidak
perlu dikeluarkan dari kantong plastik, drum bekas, ataupun silo. Dikeluarkan sedikit demi
sedikit seperlunya untuk kebutuhan sehari-hari sampai habis.
Yang dimaksud dengan cara penyajian adalah bagaimana memberikan jerami hasil
amoniasi kepada ternak agar dimakan oleh ternak dan peternak memperoleh manfaat dari
14
pemberian jerami tersebut.
Dalam penyajian jerami amoniasi ini tidak perlu dicincang, jadi dapat diberikan dalam
bentuk utuh, karena dari hasil penelitian jumlah yang dikonsumsi oleh ternak baik yang
dicincang maupun yang utuh akan sama saja, sehingga untuk ekonomisnya tidak perlu
dicincang.
Bila tersedia konsentrat, maka sebaiknya konsentrat diberikan terlebih dahulu kira-
kira satu jam sebelum pemberian jerami, hal ini dimaksud untuk merangsang
perkembangbiakan mikroorganisme dalam rumen karena karbohidrat siap pakai dan
protein yang tersedia dalam konsentrat cukup sebagai pendorong perkembangbiakan
mikroorganisme dalam rumen terutama bakteri selulolitik yang mencerna serat kasar
jerami.
2) Air minum
Dalam penyajian jerami padi sebagai makanan pokok, masalah air minum sangat
perlu sekali diperhatikan. Seperti kita ketahui bila seekor sapi dewasa diberi rumput segar
sebanyak 40 kg/ekor/hari, maka dalam rumput segar mengandung kadar air antara 80 –
85 %. Jadi wajar bila seekor sapi diberi rumput segar tidak banyak minum karena
kebutuhan airnya telah dipenuhi dari rumput (rumput segar 40 kg = 8 kg bahan kering + 32
liter air).
Lain halnya, bila ternak diberi makan jerami karena kadar airnya rendah hanya kira-
kira 20 –30 persen saja. Misalnya dalam sehari seekor sapi menghabiskan 10 kg jerami
maka berarti sapi tersebut akan memakan 8 kg bahan kering dan 2 liter air, dengan
demikian maka sapi tersebut membutuhkan air minum kurang lebih sebanyak 30 liter air
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Oleh karena itu, bila memberikan makan ternak dengan bahan pokok jerami
hendaknya sepanjang sore dan malam hari terus tersedia air minum yang cukup. Jerami
padi merupakan pakan hijauan yang sangat miskin mineral, oleh karena itu pada setiap
pemberian pakan jerami jangan lupa diberikan mineral secara teratur.
Terdapat banyak sekali teknologi reproduksi yang bisa diterapkan dalam pelaksanaan
15
kegiatan usaha peternakan yang ditujukan untuk meningkatkan populasi dan produksi.
Beberapa diantaranya telah dipakai di Indonesia namun sebagian besar masih merupakan
teknologi yang langka yang umumnya dikarenakan biaya perlakuannya dan peralatannya
sangat mahal.
Berikut ini beberapa aplikasi teknolgi yang dapat dikembangkan untuk tujuan
meningkatkan populasi dan produksi pada ternak.
INSEMINASI BUATAN
Keuntungan IB:
1. Bibit unggul selalu tersedia dan mudah diperoleh dan bisa disediakan untuk
hampir semua peternak.
3. Bahaya lain ialah crossbreeding yang tidak disukai dapat dihindari. Dalam
kawanan ternak yang terdiri atas bermacam-macam jenis ras ternak dengan
hanya satu pejantan, maka crossbreeding tidak dapat dihindari.
5. Dengan IB, pemilihan pejantan yang baik lebih mudah dan lebih cepat
dilaksanakan.
Semen sejak keluar dari penis sampai penempatannya dalam alat reproduksi
betina mengalami berbagai pengolahan seperti misalnya penampungan, pengujian atau
penilaian, pengenceran, penyimpanan dan inseminasi; maka bila salah satu dari
pengerjaan itu tidak beres, tujuan IB tentu tidak bisa tercapai.
16
kebersihan bisa merupakan sumber penyebaran penyakit dari kelompok ternak yang satu
ke kelompok yang lainnya karena syarat-syarat dan Prosedur IB yang tidak diikuti dengan
sebaik-baiknya.
Inseminasi Buatan umumnya dilaksanakan pada ternak seperti Sapi (sapi perah
dan sapi potong), domba/kambing, Babi, Itik dan ayam.
EMBRIO TRANSFER
PENYERENTAKAN BERAHI
17
TEKNOLOGI KEBERSIHAN SUSU (MILK HYGIENE)
Perlakuan kebersihan susu yang baik akan memberikan hasil susu dan produk-
produk susu yang bersih dan sehat dengan memanfaatkan peralatan yang kurang
lengkap dan pada umumnya ditemui pada peternakan-peternakan kecil didaerah tropis.
Produk menjadi busuk, produk ditolak oleh pembeli, dan tersebarnya berita
dikalangan pembeli mengenai hal itu;
Mikro organisme (bakteri) akan tumbuh dengan cepat dalam susu yang tidak
bersih.
atau influensa) atau penyakit pencernaan (contoh : diare), akan mengeluarkan bakteri
dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan dalam keadaan sehat. Oleh karena
itu jangan menangani susu atau menangani sapi perah apabila sedang:
18
Influensa berat atau dernam
Menghindari pencemaran
- Batuk atau bersin yang langsung diarahkan kepada susu atau produk susu;
- Mencoba rasa susu atau produk susu dengan menggunakan jari atau sendok
yang berulang kali digunakan tanpa dicuci.
Mencuci tangan adalah sederhana, tetapi biasanya tidak dilakukan dengan benar
- Jangan merokok tembakau, atau bahan lainya pada saat menangani susu.
Merokok akan berakibat pencemaran langsung terhadap makanan oleh abu atau
puntung rokok; batuk; pencemaran makanan oleh tangan yang menyentuh bibir
pada saat merokok.
19
a. Lingkungan Luar:
b. Lingkungan dalam:
20
bahan kimia atau obat yang disimpan, kecuali bahan untuk pencuci dan sanitasi.
Apabila disediakan pakan konsentrat pada saat pemerahan maka pakan tersebut
harus disimpan diluar bangunan pemerahan dan dibawa kedalam bangunan
tersebut sesuai kebutuhan. Tidak boleh memberikan pakan hijauan pada saat
pemerahan karena bisa menimbulkan debu. Jatuhnya partikel pakan tersebut harus
dikurangi. Perlu adanya perhatian khusus terhadap pelaksanaan pemerahan dan
lokasi penanganan susu. Lantainya harus terbuat dari bahan tidak berpori (seperti
semen) dan terpelihara dengan baik. Lantai harus tetap bersih selama dan setelah
pemerahan.
Persiapan
a. Lokasi pemerahan
b. Peralatan
Kain pembersih putting,ember, bangku perah, ember uquk sampah, gelas (strip
cup), tabung untuk merendam. putting (teat cup) dan kontainer penampung susu
perlu dibersihkan sebelum dipergunakan. Peralatan yang langsung berhubungan
dengan susu seperti ember, mesin pemerah dan tabung penyimpan harus
disanitasi dan dikeringkan sekurang kurangnya 15 menit sebelum dipergunakan.
21
Penyediaan pakan konsentrat adalah cara yang sangat baik untuk membawa
hewan ke lokasi pemerahan, namun apabila hal tersebut ternyata sudah
dilakukan, maka harus dilakukan seterusnya pada setiap pemerahan. Pemberian
konsentrat hanya pada saat setiap pemerahan. Penyediaan dalam jumlah lebih
banyak pada beberapa hari dan kemungkinan dalam jumlah yang kurang pada
waktu-waktu yang lain akan berakibat hewan menjadi tidak tenang.
d. Pemerahan awal
Pemerahan awal yang ditampung pada gelas khusus (strip cup) adalah untuk
memeriksa apakah terdapat mastitis atau kelainan lain pada susu. Hal ini harus
dilakukan sekurangnya satu bulan (lebih lama akan lebih baik) pada fase awal
laktasi.
e. Persiapan putting
Apabila ambing dan puting terus menerus kotor pada awal setiap pemerahan
maka lingkungan hewan harus diperhatikan untuk mengatasinya.
Pemerahan
Pasca pemerahan
Penyaringan susu
Segera setelah pemerahan dengan tangan selesai, susu harus disaring dan
ditampung kedalam kontainer yang bersih dan steril. Saringan kain yang dipergunakan
harus bersih, sempuma, dan dicuci dengan menggunakan deterjen dan bahan sanitasi
kemudian dijemur di matahari.
22
Penyimpanan/pendinginan susu
Kontainer transportasi harus bersih, tersanitasi, dan dapat disegel dengan pita
perekat. Kontainer harus terbuat dari bahan berkualitas baik dan dapat dicuci dan
disanitasi dengan sempuma.
Pencucian dan sanitasi adalah dua peke~jaan yang terpisah dan berbeda. Kedua
pekerjaan ini (mencuci dan sanitasi) harus dilakukan bersama sama. Apabila hanya
dilakukan pencucian tanpa sanitasi, sejumlah besar bakteri akan tetap tinggal pada
permukaan kontainer.
a. Pencucian
Proses ini adalah untuk membuang sisa susu dari permukaan/ dinding kontainer.
b. Sanitasi
Yaitu dengan penggunaan bahan kimia atau pemanasan untuk secara sempuma
membuang bakteri dari permukaan kontainer.
Pompa Vacuum
Pompa vacuum sebenarnya adalah suatu pompa udara atau kompresor udara.
Fungsinya adalah mengalirkan udara keluar dari mesin perah melalui berbagai
komponen seperti cangkir putting (teat cup) dan pulsator (alat getar). Pompa tersebut
harus mempunyai kapasitas yang cukup untuk memindahkan semua udara ini dan
mempunyai kapasitas yang cukup atau tersedia efektif untuk mempertahankan kondisi
vacuum pada tingkat yang dikehendaki. Hal ini juga akan mampu mengembalikan tingkat
vacuum secepatnya kepada tingkat tertentu setelah masuknya udara, yaitu pada saat
cangkir diambil atau produksi susu berkurang.
23
Secara sederhana regulator mengatur tingkat kevacuuman didalam mesin perah.
Fungsi yang diharapkan dari regulator adalah kemampuannya secara cepat mengatur
perubahan tingkat kevacuuman didalam mesin perah selama beroperasi. Tingkat
kevacuuman didalam mesin perah pada umumnya ditentukan antara 40 - 50 kPa,
tergantung dari jenis mesin dan peralatannya. Suatu pengaturan yang baik adalah
pengaturan kevacuuman pada tingkat yang serendah mungkin. (bergesernya cangkir
menandakan bahwa tingkat kevacuuman tersebut terlalu rendah).
Pulsator
Pulsator adalah suatu mekanisme katup yang mengubah tingkat vacuum dan
tekanan udara didalam ruang antara garis cangkir putting (teat cup liner) dan dinding luar
cangkir putting (shell of teat cup). Siklus perubahan tekanan mengakibatkan liner
bergerak didalam teat cup (cangkir putting). Tingkat pulsasi adalah suatu jumlah waktu
dari garis cangkir putting melengkapi suatu siklus pulsasi dalam satu menit. Suatu siklus
pulsasi yang ideal adalah lebih kurang 60 siklus per menit +/- 2 siklus. Jumlah siklus
tersebut dapat menjadi 50 siklus per menit, tetapi harus tidak melebihi 62 siklus. Rasio
pulsasi menunjukkan porsi waktu dari fase fase vacuum yang timbul selama setiap siklus
pulsasi.
- Fase peningkatan vacuum (fase a) - adalah tingkat vacuum didalam ruang antara
garis (liner) dan dinding cangkir meningkat, yaitu dari tingkat tekanan udara
atmosfer ketingkat vacuum mesin. Dalam hal ini, dalam fase ini, susu mulai
mengalir dari bagian ujung putting.
- Fase vacuum minimum (fase d) - adalah apabila ruang pada tingkat tekanan
atmosfir. Garis(liner) sepenuhnya tidak vacuum dan putting mempunyai tekanan
maksimum.
24
Teknologi Pengolahan Air Susu
Pengolahan air susu dilakukan dengan tujuan agar susu menjadi bahan makanan
yang enak dan mempunyai aroma lebih baik serta daya simpan lebih lama. Berbagai
macam cara pengolahan susu secara tradisionil di daerah-daerah sudah dilakukan sejak
lama, misalnya dangke semacam keju yang dibuat dari susu kerbau di Tana Toraja,
Sulawesi Selatan, dadih semacam yoghurt yang dibuat dari susu kerbau/sapi di
Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Barat.
1. Susu Pasteurisasi
2. Yoghurt
3. Permen Karamel
4. Es Puter Susu
5. Tahu Susu
Dendeng
Daging Corned
Cara pengolahan daging yang lain yaitu pengolahan daging adalah dengan jalan
dibuat corned beef, yaitu dengan menambahkan bumbu corned pada daging tersebut
sebelum dimasukkan dalam pengalengan dan sterilisasi. Di Luar Negri daging yang
digunakan untuk membuat corned adalah daging dengan kualitas rendah, dengan
25
demikian pembuatan corned beef yaitu untuk memanfaatkan daging yang tidak dapat
dikonsumsi saat itu.
Abon Sapi
Abon adalah hasil olahan daging yang dibuat dengan cara pengeringan, yaitu
suatu metoda untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dengan cara
menguapkan air tersebut dengan menggunakan energi panas. Kandungan air tersebut
dikurangi sampai suatu batas agar mikroba tidak daspat tumbuh lagi didalamnya,
sehingga daya awet daging dapat diperpanjang.
2. Alsin Budidaya
26
induk ayam sampai beberapa minggu sehingga
bisa tahan terhadap perubahan temperatur
rendah.
Memisahkan Limbah/Kotoran Hewan agar
Alat Pemisah
- tampak kering dan memudahkan proses
Limbah/Kotoran Hewan
pembuatan kompos
Alat untuk memotong paruh anak ayam (DOC)
Alat Pemotong Paruh supaya nanti kalau sudah besar tidak mematuk
serta melukai ayam lainnya.
Alat yang digunakan untuk menandai
Alat Penandaan ternak/hewan, biasanya dengan gunting
Ternak/hewan (Marking) bernomor pada telinga atau pada leher, atau
memakai cap bakar pada kulit bagian panggul.
Silinder logam dengan als tertutup atau
Canting Jerami
- berlobang untuk menempatkan semen beku
(Kanister)
dalam kontainer.
Dehorner - Menghentikan pertumbuhan tanduk pada pedet
Alat yang berfungsi sebagai tempat penetasan
Hatcher
telur pada hari ke 18-22 di mesin tetas.
Heat Detector - Alat untuk mendeteksi berahi pada ternak
Variatif
Alat yang digunakan untuk memasukkan
(ruminansia
mani/semen (spermatozoa) ke dalam saluran
Inseminasi Gun kecil dan
alat kelamin ternak betina berbentuk seperti alat
ruminansia
suntik.
besar)
Wadah semen beku berbentuk pipa plastik kecil
Jerami Plastik (Straw) - (diameter 0,25mm dan 0,5mm) yang beruas-
ruas seperti jerami.
Bejana Vakum terbuat dari bahan baja atau
aluminium yang berisi Nitrogen cair digunakan
Kontainer Semen Beku Variatif
untuk menyimpan sperma beku dalam jangka
waktu yang relatif lama
Alat berbentuk kotak (box) di mana bermacam-
macam telur unggas (ayam, itik, dan puyuh)
dapat ditetaskan menjadi anak selama waktu
Mesin Tetas Bervariasi tertentu dengan pengaturan temperatur serta
kelembaban di dalam kotak tersebut. Panas
bisa berasal dari bola listrik pijar, lampu minyak
tanah/gas, dan lain-lain.
Alat Penetas Telur yang umumnya dipakai oleh
50 - 100
Mesin Tetas Tradisional petani-petani tradisional dengan menggunakan
telur
lampu minyak sebagai pemanasnya
Pemotong Tanduk - Memotong tanduk pada ternak
Alat berbentuk pita dengan ukuran tertentu yang
digunakan untuk memperkirakan berat badan
Pita Ukur
dengan mengukur lingkar dada, panjang badan
serta tinggi ternak.
Pregnancy Detector Alat untuk mendeteksi kebuntingan pada ternak
Sarung Plastik Gun Sarung dari alat inseminasi gun yang terbuat
-
(plastic sheath) dari plastik khusus yang digunakan saat
27
pelaksanaan inseminasi buatan.
Sarung tangan terbuat dari plastik yang
Sarung Tangan Plastik
- digunakan dalam pelaksanaan inseminasi
(Plastic Gloves) 5 jari
buatan.
Alat yang berfungsi sebagai tempat untuk
Setter pengeraman telur samapai hari ke 18 pada
mesin tetas.
500 - 1000
Timbangan Mekanik Menimbang bobot hidup hewan ternak
kg
Alat berupa tongkat dengan ukuran tertentu
Tongkat Ukur
untuk mengukur tinggi badan hewan ternak.
28
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. Rearing Dairy and Beef Cattle Present Situation of Forage Production
(Technical Guide of Forage Production and Utilization). Japan Livestock
Technology Association. 1999. 169 hal.
James Blakely. David H. Bade. Ilmu Peternakan. Indonesian Edition. Gadjah Mada
University Press.1991. 789 hal.
29