Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PRAKTIKUM

INDUSTRI TERNAK POTONG


SISTEM PEMELIHARAAN SAPI

Disusun oleh:

Novita Anggraini
14/366477/PT/06736
Kelompok IX

Asisten Pendamping: Dyah Huznul Yusdini

LABORATORIUM TERNAK POTONG, KERJA, DAN KESAYANGAN


DEPARTEMEN PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sapi potong di indonesia mempunyai peranan yang sangat penting.
Sapi potong merupakan penyedia sumber protein asal hewani bagi
masyarakat. Sapi potong juga mempunyai peranan penting dalam
kehidupan petani atau peternak di daerah pedesaan yaitu sebagai
tabungan yang sewaktu-waktu dapat dijual untuk berbagai kebutuhan.
Pemanfaatan limbah peternakan yang sangat berguna bagi masyarakat
sekitar menjadikan banyak orang memelihara ternak terutama
pemeliharan sapi potong.
Usaha penggemukan sapi potong merupakan salah satu usaha
yang sudah berkembang secara pesat dan telah menyebar di wilayah
Indonesia. Setiap usaha peternakan harus memperhatikan 3 hal yang
sangat penting untuk keberhasilan usaha penggemukan ternak sapi yaitu
breed, feed, dan manajemen. Ketiga hal tersebut harus berkaitan dan
berhubungan satu sama lain, untuk keberhasilan usaha penggemukan
sapi potong maka yang harus diperhatikan adalah manajemen
pemeliharaan yang terarah dan pengelolaan yang profesional. Usaha
penggemukan sapi potong sangat berkembang pesat karena masyarakat
sadar akan kebutuhan hewani sehingga permintaan daging terus
meningkat.
Pemeliharaan sapi potong maupun ternak kerja lainnya di
Indonesia dilakukan secara intensif dan semi intensif. Sapi-sapi yang
dipelihara seara intensif hampir sepanjang hari berada dalam kandang
dan diberikan pakan sebanyak dan sebaik mungkin sehingga
pertumbuhannya dapat berjalan dengan baik. Pemeliharaan semi intensif
sapi kadang kala dilepas atau diumbar. Bibit sapi potong menjadi suatu
pertimbangan yang penting karean harus dapat beradaptasi dengan
kondisi lingkungan tempat pemeliharaan.
Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum pemeliharaan sapi adalah mengetahui cara
pemeliharaan ternak potong khususnya komoditas sapi serta mengetahui
manajemen pemeliharaan sapi yang meliputi sistem perkandangan,
manajemen seleksi, manajemen pencatatan, manajemen reproduksi,
manajemen pakan, manajemen perawatan ternak dan manajemen
pengolahan limbah.

Manfaat Praktikum
Manfaat praktikum sistem pemeliharaan sapi adalah dapat
mengetahui tata cara pemeliharaan ternak potong khususnya komoditas
sapi mulai dari sistem perkandangan, manajemen seleksi, manajemen
pencatatan, manajemen reproduksi, manajemen pakan, manajemen
perawatan ternak dan manajemen pengolahan limbah.
BAB II
KEGIATAN PRAKTIKUM
Kegiatan yang dilakukan selama praktikum tersebut adalah sanitasi
yang dilakukan pada pagi hari, pemberian pakan, pemilihan dan seleksi
ternak, pendataan (recording), mengamati perkandangan reproduksi,
penanganan dan pengamatan biologi dan limbah.
Pemilihan dan Seleksi Ternak
Pemilihan ternak
Kriteria bibit untuk pembesaran. Praktikum pemilihan ternak
sebagai kriteria bibit untuk pembesaran dilakukan dengan mendengarkan
penjelasan dari hasil berdiskusi dengan asisten. Berdasarkan praktikum
yang telah dilakukan dapat diketahui kriteria bibit untuk pembesaran.
Kriteria bibit untuk pembesaran adalah ternak tersebut dalam keadaan
sehat, tidak cacat, dan nafsu makan baik.
Bibit adalah ternak yang mempunyai sifat unggul dan mewariskan
serta memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangkan (Direktorat
Jendral Ternak, 2014). Bibit pembesaran adalah pedet jantan atau betina
yang nantinya akan dipelihara untuk dibesarkan. Pembesaran sapi
dilakukan mulai dari lahir hingga ukuran atau umur sapi siap potong
(Yulianto dan Cahyo, 2010).
Bibit yang baik untuk pembesaran adalah harus berasal dari tetua
yang memiliki genetis yang bagus. Kriteria pemilihan bibit yang bagus
adalah pertumbuhan setelah disapih, penampilan reproduksi, efisiensi
akan, dan bebas dari cacat genetik. Penampilan reproduksi merupakan
sifat yang penting untuk diperhatikan karena mempunyai nilai ekonomis
tinggi (Susilorini et al., 2007). Berdasarkan literatur yang ada, pemilihan
bibit untuk pembesaran di kandang Ternak Potong Kerja dan kesayangan
Fakultas Peternakan UGM telah sesuai dengan literatur yang ada.

Kriteria calon induk dan pejantan. Praktikum pemilihan ternak


untuk kriteria calon induk dan calon pejantan dilakukan dengan cara
mendengarkan penjelasan hasil berdiskusi dengan asisten. Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui kriteria calon induk adalah
berjenis kelamin betina, memilki mothering ability yang baik, subur, tidak
terlalu gemuk atau teralu kurus, dan siklus estrus bagus. Kriteria ternak
yang digunakan untuk calon pejantan adalah penampilan bagus, skrotum
simetris, kemampuan liIbido bagus, dan memiliki suatu kelebihan.
Pemilihan calon induk berdasarkan penampilannya yaitu berpostur
tubuh baik, kaki kuat dan lurus, ambing atau puting susu normal, halus,
kenyal, tidak ada infeksi atau pembengkakan, bulu halus, mata bersinar,
nafsu makan baik alat kelamin normal, tanda-tanda birahi teratur. Ternak
dalam kondisi sehat, tidak terlalu gemuk dan tidak cacat (Ngadiyono,
2012). Pemilihan pejantan berdasarkan penampilannya yaitu postur tubuh
tinggi dan besar, dada lebar, kaki kuat dan lurus dan mata bersinar, bulu
halus, testis simetris dan normal. Libidonya tinggi, memberikan respon
yang baik, memberikan respon yang baik terhadap induk yang sedang
birahi, sehat dan tidak cacat (Ngadiyono, 2012). Berdasarkan literatur
yang ada, pemilihan bibit untuk calon induk dan calon pejantan di kandang
Ternak Potong Kerja dan kesayangan Fakultas Peternakan UGM telah
sesuai dengan literatur yang ada.
Kriteria bakalan untuk penggemukan. Praktikum pemilihan
ternak untuk kriteria calon induk dan calon pejantan dilakukan dengan
cara mendengarkan penjelasan hasil berdiskusi dengan asisten.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui kriteria calon
bakalan untuk penggemukan adalah nafsu makan tinggi, ADG 2 sampai 3,
usia bakalan 8 sampai 12 bulan, dan bobot badan sekitar 200 kg.
Umur sapi yang akan digunakan untuk penggemukan dibedakan
menjadi tiga yaitu sapi bakalan dengan umur kurang dari satu tahun lama
penggemukan berkisar antara 8 sampai 9 bulan, sapi bakalan berumur 2
dan 2,5 tahun lama penggemukan 4 sampai 6 bulan (Sugeng, 2006).
Abidin (2008) menyatakan bahwa kriteria sapi bakalan yang digunakan
untuk penggemukan antara lain umur, jenis kelamin, taksiran berat badan
sapi, dan penampilan fisik. Penampilan fisik yaitu sapi sehat dan bentuk
tubuh proporsional. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, kriteria
sapi yang digunakan untuk penggemukan di kandang Ternak Potong
Kerja dan kesayangan Fakultas Peternakan UGM telah sesuai dengan
literatur yang ada.
Metode seleksi ternak
Praktikum metode seleksi ternak dilakukan dengan cara
mendengarkan penjelasan hasil berdiskusi dengan asisten. Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa metode seleksi
ternak yang digunakan adalah apabila ternak sakit, ternak akan
dipisahkan dan kemudian akan diobati. Metode seleksi di kandang Ternak
Potong Kerja dan kesayangan Fakultas Peternakan UGM tidak terlau
spesifik sehingga tidak ada kriteria yang menjadi patokan untuk
menyeleksi ternak.
Seleksi adalah suatu tindakan untuk memilih ternak yang dianggap
mempunyai mutu genetik baik untuk dikembangbiakkan lebih lanjut serta
memilih ternak yang dianggap kurang baik untuk disingkirkan dan tidak
dikembangbiakkan lebih lanjut (Hardjosubroto, 1997). Baliarti et al. (1999)
menyatakan bahwa metode seleksi ternak ruminansia antara lain pedigree
(berdasarkan asal-usul ternak) progeny test (berdasarkan penampilan
anak), indipendent area culling level (seleksi dengan satu indicator)
Tandem method (seleksi dengan 2 indikator atau lebih) dan test-test yang
lain.
Fungsi seleksi ternak adalah mengubah frekuensi gen dimana
frekuensi gen-gen yang diinginkan akan meningkat sedangkan frekuensi
gen-gen yang tidak diinginkan akan menurun. Perubahan frekuensi gen-
gen ini tentunya akan mengkibatkan rataan fenotip dari populasi terseleksi
akan lebih baik dibandingkan dari rataan fenotip populasi sebelumnya.
Perbedaan antara rataan performans dari ternak yang terseleksi dengan
rataan performans populasi sebelum diadakan seleksi yang disebut
dengan diferensial seleksi yang dinyatakan dalam rumus (Hardjosubroto,
1997). Berdasarkan literatur yang ada, metode seleksi ternak yang
dilakukan di kandang Ternak Potong Kerja dan kesayangan Fakultas
Peternakan UGM telah sesuai dengan literatur yang ada.
Penilaian ternak
Judging adalah suatu usaha untuk memperoleh ternak yang
diinginkan berdasarkan penilaian (scoring) terhadap penampilan eksterrior
ternak atau keunggulan ternak. Metode ini sering digunakan dilapangan
oleh para peternak untuk menilai seekor ternak. Judging keadaan
individual sapi potong yang akan dipilih pada prinsipnya berdasarkan
pada umur, bentuk, luar tubuh, daya pertumbuhan, dan temperamen
(Mansyur, 2010).
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh data
penilaian ternak berdasarkan Body Score Condition yang disajikan dalam
tabel 1 :
Tabel 1. Tabel Skor Kondisi Tubuh (Body Score Condition)
Bangsa No. ID Nilai Ciri-ciri
Sapi PO - 2 Tulang rusuk terasa saat diraba,
segitiga lapar/lekuk lapar tidak
terlalu kelihatan
Sapi PO - 2 Tulang rusuk terasa saat diraba,
segitiga lapar/lekuk lapar kelihatan
Praktikum penilaian ternak dilakukan dengan cara mengamati
secara visual. Pengamatan dilakukan dengan melihat skor kondisi tubuh
ternak yang dibagi menjadi 5 kriteria. Skor kondisi tubuh 1 apabila tulang
pada daerah rusuk, pantat, dan paha kelihatan sangat menonjol. Skor
kondisi tubuh 2 apabila tulang rusuk yang menonjol kurang dari tiga,
daerah rusuk, pantat, dan paha terlihat tipis. Skor kondisi tubuh 3 untuk
kondisi kurus, tetapi tidak ada lagi tulang rusuk yang menonjol. Skor
kondisi 4 untuk kondisi tubuh sedang, daerah rusuk, pantat, dan paha
terlihat sudah berisi. Skor kondisi tubuh 5 untuk kondisi gemuk, induk
terlihat bulat berisi dan daerah perut dan paha padat penuh dengan
daging.
Berdasarkan data pada tabel diatas dapat diketahui bahwa Body
Condition Score sapi PO pertama dan sapi PO kedua memiliki nilai 2. Ciri-
ciri yang terlihat pada sapi PO pertama dan sapi PO kedua yaitu tulang
rusuk terasa saat diraba, segitiga lapar atau lekuk lapar tidak terlalu
kelihatan kondisi tubuh yang sedang, daerah rusuk, pantat, dan paha
terlihat sudah berisi. Ciri-ciri pada tabel digunakan ciri-ciri ternak karena
sapi yang digunakan tidak mempunyai nomer identitas sehingga
digunakan untuk mengetahui ternak yang digunakan sebagai penilaian.
Body Score Condition digunakan untuk mengentirpretasikan
cadangan lemak tubuh. Cadangan lemak tubuh ini digunakan untuk
menutupi kekurangan energi dari pakan. Pengukuran BCS dapat dinilai
dengan angka, nilai dari angka 1 sampai angka 5. Nilai 1
menginterpretasikan tubuh ternak sangat kurus. Nilai 2
menginterpretasikan kondisi ternak kurus. Nilai 3 menginterpretasikan
kondid tubuh ternak sedang. Nilai 4 menginterpretasikan kondisi tubuh
ternak gemuk. Nilai 5 menginterpretasikan nilai tubuh ternak sangat
gemuk. Penilaian BCS ternak yang ideal tergantung pada tujuan
pemeliharaan. Ternak yang dipelihara untuk ternak pedaging atau
penggemukan maka BCS tubuh semakin besar semakin baik. Ternak
yang cocok untuk bibit yang iseal adalah mempunyai nilai kondisi tubuh
ternak nilai 3 atau ternak tidak terlalu gemuk dan tidak terlalu kurus
(Syaifudin, 2013). Berdasarkan literatur diatas, skor kondisi tubuh ternak
yang ada di kandang Ternak Potong Kerja dan Kesayangan Fakultas
Peternakan UGM adalah memiliki BCS dengan nilai 2 yang menunjukkan
bahwa sapi terlihat kurus.
Penanganan ternak sebelum program pemeliharaan
Praktikum penanganan ternak sebelum program pemeliharaan
dilakukan dengan cara mendengarkan penjelasan hasil berdiskusi dengan
asisten. Penanganan ternak yang dilakukan sebelum progam
pemeliharaan adalah dengan cara ternak yang masuk dipisahkan dengan
ternak-ternak yang lainnya. Ternak tersebut selanjutnya diberi obat
cacing. Perlakuan yang dilakukan selanjutnya adalah dengan melakukan
penimbangan, setelah itu ternak di recording yang bertujuan untuk
mengetahui apakah sapi tersebut terserang penyakit atau tidak.
Sebelum program pembibitan ternak jantan dan betina sebaiknya
diseleksi kembali. Ternak yang terpilih diamati dan dicatat pertimbangan
tampilan yang menjadi dasar kriteria seleksi dan data pendukung lainnya,
sedangkan yang tidak terpilih kemudian akan digemukkan. Tahapan
seleksi yaitu pembentukan kelompok dasar, penjaringan dan
pembentukan kelompok pengembang (Wiyono dan Prayogi, 2007).
Fungsi karantina bagi ternak adalah untuk mempertahankan status
bebasnya Indonesia dari beberapa penyakit hewan yang menular yang
tersebar dalam agen penyakit dari luar negeri. Mengimplementasikan
kebijakan pengamanan maksimum dengan menerapkan kebijakan
pelarangan jika terjadi penyakit yang menular. Melakukan pengawasan
dan pemeriksaan untuk melindungi sumber daya alam hayati fauna dari
ancaman penyakit hewan berbahaya lainnya serta penyakit eksotik
(Baraniah, 2007). Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan,
penanganan ternak sebelum program pemeliharaan yang dilakukan di
Kandang Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan Fakultas Peternakan
UGM sudah sesuai dengan literatur yang ada.
Pendataan (Recording)
Tahapan recording
Berdasarkan praktikum yang telah dilakuakan, dapat diketahui
bahwa tahapan recording pada saat praktikum hal yang dilakukan adalah
melakukan perlakuan, dicatat, dan melakukan penanganan yang tepat.
Recording merupakan hal yang penting dilakukan dalam suatu usaha
peternakan. Susilorini et al. (2007) menyatakan bahwa recording
merupakan suatu pencatatan atau informasi yang dapat diketahui secara
pasti. Recording yang dilakukan meliputi pencatatan identitas, penjualan
ternak, perkawinan, kebuntingan dan sistem produksi maupun reproduksi.
Radiastuti (2012) menyatakan bahwa pencatatan (recording) berfungsi
sebagai landasan untuk merangking ternak berdasarkan perkembangan
ternak selama pemeliharaan. Ternak yang baru lahir kemudian ditimbang
berat badannya dan jenis kelaminnya. Ternak tersebut diidentifikasi dari
induk yang mempunyai nomer identifikasi berapa. Ternak yang baru
kemudian diidentifikasi.
Fungsi recording untuk ternak adalah memudahkan pengenalan
terhadap ternak, terutama recording yang terpasang langsung pada ternak
ataupun di dekat ternak seperti ear tag, pengkodean ternak, penamaan,
papan nama, foto, pemberian ciri-ciri pada ternak dalam jumlah populasi
yang besar, memudahkan dalam melakukan penanganan, perawatan
maupun pengobatan pada ternak, berdasarkan catatan-catatan yang
dimiliki, memudahkan manajemen pemeliharaan terutama jika ternak
tersebut membutuhkan perlakuan khusus, menghindari dan mengurangi
kesalahan manajemen pemeliharaan, pengobatan, pemberian pakan
ataupun produksi semen, memudahkan dalam melakukan seleksi ternak
sehingga didapatkan ternak yang unggul, melalui sertifikat ternak, catatan
kesehatan, berat lahir, menghindari terjadinya inbreeding, menjadikan
pekejaan lebih efektif dan efisien terutama dalam sebuah usaha
peternakan yang besar (Anonim, 2016). Berdasarkan praktikum yang
telah dilakukan, recording yang dilakukan di Kandang Ternak Potong,
Kerja, dan Kesayangan Fakultas Peternakan UGM sudah sesuai dengan
literatur yang ada.
Macam recording
Praktikum macam recording dilakukan dengan mendapat
penjelasan dari asisten. Berdasarkan penjelasan dari asisten ddiperoleh
data macam-macam recording sapi di Kandang Fakultas Peternakan
UGM yang disajikan dalam tabel 2 :
Tabel 2. Macam Recording
Jenis recording Data yang diambil
Kematian Berat setekah mati, waktu mati, penyebab
kematian, penanganan sebelum kematian, dan
identitas ternak
Kelahiran Identitas ternak, berat lahir, waktu kelahiran
Kesehatan Penyakit, obat yang diberikan, identitas ternak
Pakan Jenis bahan pakan, pencatatan stok pakan,
pemberian pakan, formulasi pakan
Reproduksi Estrus, PPM, lama bunting, kapan bunting
Jenis-jenis recording adalah breeding records yang memuat
identitas ternak, nama dan identitas bapak, tanggal birahi dan catatan
khusus, tanggal melahirkan dan catatan khusus, tanggal kawin atau
inseminasi, pemeriksaan kebuntingan, tanggal akan melahirkan, tanggal
masa kering, dan catatan tambahan. Milk production record yang meliputi
pencatatan terhadap recording pakan, recording latar belakang dan
silsilah, catatan kesehatan, catatan kesehatan, catatan anak, dan catatan
keuangan (Sudarmono, 2008). Recording yang biasa dilakukan pada
ternak potong antara lain recording identifikasi ternak, recording pakan,
recording kesehatan, recording perkawinan dan kelahiran, recording
pemotongan dan recording finansial (Rismayanti, 2010). Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan, recording yang dilakukan di Kandang
Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan Fakultas Peternakan UGM sudah
sesuai dengan literatur yang ada.
Komposisi dan struktur ternak
Komposisi dan struktur ternak dapat diketahui dengan cara
pengamatan di kandang sapi yang berada pada kandang LPTKK UGM
Yogyakarta. Komposisi ternak terdiri dari jenis komoditas atau jenis
bangsa yang ada pada kandang. Struktur ternak terdiri dari macam ternak
yang ada pada kandang berdasarkan umurnya.Terdiri dari ternak anak
jantan atau betina, ternak muda jantan atau betina, dan ternak dewasa
jantan atau betina. Jumlah seluruh ternak yang ada pada di kandang
ditotal untuk mengetahui jumlah seluruh sapi yang ada pada kandang.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh data pada tabel 3
sebagai berikut:
Tabel 3. Komposisi dan Struktur Ternak

Anak Muda Dewasa


Bangsa Janta Betin Total
Jantan Betina Jantan Betina n a
1 - - 4 5
Sapi PO
Sapi
1 - 1 2 - 4 8
Jawa
Total 2 - 1 2 - 8 13

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa sapi Jawa yang


ada di Kandang Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan Fakultas
Peternakan UGM berjumlah 8 ekor. Terdapat 1 anak sapi Jawa yang
berjenis kelamin jantan, 1 ekor sapi Jawa muda jantan dan 2 ekor sapi
Jawa muda betina, serta 4 sapi Jawa betina dewasa. Sapi PO yang ada
berjumlah 5 ekor. Terdapat 1 ekor anak sapi PO berjenis kelamin jantan
dan 4 ekor sapi PO dewasa betina.
Perkandangan
Lokasi
Praktikum lokasi perkandangan dilakukan dengan cara
menganalisis tata letak kandang. Lokasi kandang ternak potong di fakultas
Peternakan UGM berada di Jalan Fauna No 3 Bulaksumur Depok Sleman.
Lokasi kandang terletak didekat jalan raya dan dekat dengan lahan
hijauan, merupakan dataran rendah dan dekat dengan kampus, letaknya
cukup dekat dengan pemukiman sehingga memiliki akses jalan yang
mudah, terdapat sumber air tetapi belum terdapat tempat penampungan
limbah yang belum memadai. Rianto (2004) menyatakan bahwa kandang
merupakan suatu bangunan yang digunakan untuk tempat tinggal ternak
atas atau sepanjang hidupnya. Suatu kandang memerlukan sarana fisik
yang baik antara lain kantor administrasi, gudang, kebun hijauan pakan,
penanganan limbah, sumber air dan jalan. Kompleks kandang dan
bangunan-bangunan pendukung tersebut disebut sebagai perkandangan.
Kandang memilki beberpa fungsi penting dalam suatu usaha kambing dan
domba potong, yaitu melindungi kambing dan domba potong dari
gangguan cuaca, tempat kambing dan domba beristirahat dengan
nyaman, mengontrol kambing dan domba agar tidak merusak tanaman di
sekitar lokasi peternakan, tempat pengumpulan kotoran kambing dana
domba, melindungi kambing dan domba dari hewan pengganggu,
memudahkan pemeliharaan terutama dalam pemberian pakan dan
mempermudah pengawasan kesehatan.
Kandang mempunyai fungsi penting lainnya yaitu melindungi ternak
dari hewan pemangsa, terna agar tidak merusak tanaman disekitranya,
membuat ternak dapat kawin dan beranak dengan baik, menampung
kotoran sehingga mudah dibersihkan, memudahkan pemeliharaan sehari-
harinya (Cahyono, 1998). Kandang yang akan dibangun harus kuat,
memenuhi syarat kesehatan, mudah dibersihkan, mempunyai drainase
yang baik, sirkulasi udara yang bebas dan dilengkapi tempat makan dan
minum kambing dan domba serta bak desinfektan (Kusumawardana,
2010).
Layout kandang
Praktikum tata letak kandang dilakukan dengan cara memehami
tata letak kandang ternak potong Fakultas Peternakan UGM, kemudian
digambarkan dalam bentuk layout. Hasil penggambaran layout dapat
dilihat dibawah ini.
Keterangan
1. Kandang
17 16 11
1 kelinci
2. Lahan hijauan
3. Kandang
kambing
18 12 4. Mesh
5. Pakan jerami
6. Tempat parkir
2 7. Kandang
menyusui
8. Kandang sapi
13 9. Kandang
kambing
3 10. Kandang
umbaran sapi
14 11. Kantor
12. Kandang kuda
4 I
13. Umbaran
19
15 14. Kandang kuda
5 kosong
7 15. Umbaran
16. Tempat mandi
6 kuda
17. Gudang pakan
kuda
20 21 18. Kandang kuda
9 II
19. Kandang
22 23 10 8 kambing
20. Ruang asisten
21. Ruang diskusi
22. Kandang
24 kosong
23. Tempat
chopper
24. Kamar mandi
Gambar 1.Layout kandang Laboratorium Ternak Potong, Kerja, dan
Kesayangan Fakultas Peternakan UGM
Layout adalah cara penempatan fasilitas-fasilitas produksi guna
memperlancar proses produksi yang efektif dan efisien (Wahyono, 2012).
Layout diatas dapat diketahui bahwa antara ruang satu dengan yang lain
saling berdekatan, sehingga dapat memudahkan peternak dalam
melakukan pekerjaan. Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan
bahwa layout kandang ternak potong Fakultas Peternakan Universitas
Gadjah Mada sudah baik dan sesuai.
Hal pertama yang harus ditentukan dalam pembuatan tata letak
kandang adalah fasilitas apa saja yang akan dibuat, berapa kapasitasnya,
serta bagaimana ukuran dan bentuknya. Letak kandang dan fasilitas
lainnya harus ditata sedemikian rupa, sehingga lahan yang tersedia dapat
digunakan secara efektif dan efisien. Efektif dalam arti fungsi-fungsinya
dapat dioptimalkan dan pengelolaan farm mudah dilakukan. Efisien dalam
arti tidak banyak lahan kosong di area peternakan yang tidak
dimanfaatkan (Ngadiyono, 2007).
Fungsi memiliki layout yang baik di peternakan adalah untuk
memaksimalkan peralatan dengan baik, meminimumkan kebutuhan
tenaga kerja, membuat aliran produksi efisien dari waktu dan tenaga,
mengurangi kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan meningkatkan
kerapian dan kebersihan (Anonim, 2016). Tata letak bangunan diatur
berdasarkan fungsinya dan jarak antar bangunan dalam peternakan yang
berdekatan juga diatur agar tidak menambah resiko terjadinya
perpindahan penyakit antar peternakan (Safitri, 2011). Area yang terpisah
diperlukan untuk mengisolasi ternak dan untuk perawatan ternak. Area ini
harus dibuat agar nyaman bagi ternak dan memiliki suplai obat-obatan
serta memiliki penerangan yang cukup. Area perawatan ini biasanya
dibuat dekat dengan kandang khusus untuk melahirkan dan untuk
mengisolasi ternak yang sakit. Hal ini dilakukan untuk efisiensi pekerja
dan sering disebut dengan kandang untuk kebutuhan khusus (Palmer,
2005).
Bangunan peternakan harus dirancang untuk memfasilitasi
kenyamanan, kesehatan, dan produktivitas ternak. Ventilasi yang baik,
tersedianya pakan dan air dengan kualitas yang baik, serta penerangan
dan kenyamanan ternak harus diperhatikan untuk meningkatkan
performans ternak. Safitri (2011) menambahkan bahwa akses keluar
masuk peternakan dirancang agar orang yang tidak berkepentingan tidak
sembarangan masuk ke areal peternakan (Ensminger dan Taylor, 2006).
Karakteristik kandang
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh data
karakteristik kandang yang disajikan dalam tabel 4 :
Tabel 4. Karakteristik Kandang
Pengamatan Kandang
1 2 3
Jenis kandang Umbaran Individu Tambat
Atap
- Bahan Asbes Genting Asbes
- Bentuk Gable Monitor Monitor
Dinding
Tipe Terbuka Terbuka Terbuka
- Bahan Beton Beton Beton
Ukuran lokal 137,3 m2 7,75 m2 8,99 m2
kandang
Isi ternak 13 1-2 -
Ukuran bangunan 23,1 m2 265,9 m2 354 m2
kandang
Luas area 643 m2
kandang
Ukuran tempat 0,1m3 0,1 m3 0,13 m3
pakan
Ukuran tempat 0,13 m3 0,13 m3 0,07 m3
minum
Ukuran selokan - 0,004 m3 0,006 m3
Kemiringan 1% 1% 3%
kandang
Kemiringan - 2% 1%
selokan
Floor space 10,5 m2 7,75 m2 -
Berdasarkan data diatas dapat diektahui bahwa jenis kandang yang
digunakan untuk pemeliharaan sapi potong ada 3, yaitu kandang
umbaran, kandang individu dan kandang tambat. Kandang umbaran
memiliki atap berbahan asbes dengan bentuk gable. Dinding pada
kandang umbaran memiliki tipe terbuka dengan bahan beton. Ukuran lokal
kandang umbaran adalah 137,3 m2, isi ternak 13 ekor, ukuran bangunan
kandang 23,1 m2, ukuran tempat pakan (lokal) 0,1m3, ukuran tempat
minum 0,13 m3, ukuran selokan tidak ada, kemiringan kandang 1%,
kemiringan selokan tidak ada, floor space 10,5 m2. Jenis kandang individu
memiliki atap berbahan genteng dan atap berbentuk monitor. Kandang
individu memiliki dinding tipe terbuka dan berbahan beton. Ukuran lokal
kandang adalah 7,75 m2, isi ternak 1 sampai 2 ekor, ukuran bangunan
kandang 265,9 m2, ukuran tempat pakan (lokal) 0,1 m 3, ukuran tempat
minum 0,13 m3, ukuran selokan 0,004 m3, kemiringan kandang 1%,
kemiringan selokan 2%, floor space 7,75 m2. Jenis kandang tambat
memiliki atap berbahan asbes dan atap berbentuk monitor. Kandang
tambat memiliki dinding tipe terbuka dan berbahan beton. Ukuran lokal
kandang adalah 8,99 m2, isi ternak tidak ada, ukuran bangunan kandang
354 m2, ukuran tempat pakan (lokal) 0,13 m 3, ukuran tempat minum 0,07
m3, ukuran selokan 0,006 m3, kemiringan kandang 3%, kemiringan
selokan 1%, floor space tidak ada. Luas area kandang di Laboratorium
Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan Fakultas Peternakan UGM adalah
643 m2.
Selokan merupakan saluran pembuangan kotoran dan air kencing.
Ukuran selokan kandang disesuaikan dengan kondisi kandang dan tujuan
pemeliharaan. Ukuran selokan kandang adalah dengan lebar 30 sampai
40 cm dan kedalan 5 sampai 10 cm (Abidin, 2002). Berdasarkan literatur
diatas, ukuran selokan kandang yang ada di Kandang Ternak Potong,
Kerja, dan Kesayang telah sesuai dengan literatur yang ada.
Tempat pakan dan tempat minum merupakan kelengkapan yang
harus diperhatikan. Penempatan yang tepat membantu memperlancar
ternak dalam meamnfaatkan bahan pakan. Tempat pakan dan inum
didesain agar ternak tidak mudah masuk dan menginjak-injak pakan atau
air minumnya, mudah dibersihkan dan terbuat dari bahan yang tidak
berbahaya. Bahan yang digunakan dapat terbuat dari bambu, papan atau
tembok semen (Yulianto dan Cahyo, 2011). Siregar (2008) menyatakan
bahwa panjang tempat pakan yang baik adalah 95 sampai 100 cm, lebar
50 cm, kedalaman 40 cm. Ukuran tempat minum yaitu panjang tempat
minum yang baik untuk kandang sapi adalah 45 sampai 55 cm, lebar 50
cm, kedalaman 40 cm. Berdasarkan literatur diatas, ukuran tempat pakan
dan tempat minum yang ada di Kandang Ternak Potong, Kerja, dan
Kesayang telah sesuai dengan literatur yang ada.
Pembuatan atap kandang harus memerhatikan iklim. Pembuatan
kandang pada daerah panas (dataran rendah), sebaiknya mengunakan
bahan genting sebagai atap kandang. Bentuk dan model atap kandang
hendaknya menghasilkan sirkulasi udara yang baik di dalam kandang,
sehingga kondisi lingkungan dalam kandang memberikan kenyamanan
ternak. Model atap kandang dibagi menjadi empat macam yaitu atap
monitor, semi monitor, gable dan shade. Model atap untuk daerah dataran
tinggi hendaknya menggunakan shade atau gable, sedangkan untuk
dataran rendah adalah monitor atau semi monitor (Rasyid dan Hartati,
2007). Erlangga (2012) menyatakan bahwa tempat pakan biasanya dibuat
dari papan dengan ukuran lebar 40 cm dan kedalaman 20 cm, umumnya
diletakkan di bagian depan kandang.
Rianto dan Purbowati (2010) menyatakan bahwa dinding kandang
berguna untuk membentengi ternak agar tidak lepas, menahan angin, dan
menahan suhu udara agar tetap nyaman. Yulianto dan Saparinto (2010)
menyatakan bahwa dinding kandang dapat terbuat dari tembok, anyaman
bambu, papan, lembaran seng, atau kisi-kisi kawat/bambu. Dalam
pembuatannya dikenal adanya dinding kandang tertutup dan setengah
terbuka. Dinding kandang tertutup yaitu dinding menutup sisi-sisi kandang
secara penuh, sementara dinding kandang setengah terbuka yaitu dinding
yang hanya menutup sekitar setengah dari tinggi kandang. Hasil yang
didapat jika dibandingkan dengan literatur terdapat kesesuaian, seperti
pada ukuran per individu ternak, model dan bahan atap serta dinding,
bahan dinging yang digunakan dan ukuran tempat pakan.
Fasilitas, perlengkapan, dan peralatan kandang
Fasilitas kandang. Berdasarkan pada praktikum yang sudah
dilakukan didapatkan hasil bahwa fasilitas yang lengkap memudahkan
peternak dalam pemeliharaan. Fasilitas pendukung yang berada di
Laboratorium Ternak Potong Fakultas Peternakan UGM ditampilkan
dalam tabel 5 berikut:
Tabel 5. Fasilitas kandang
Fasilitas Jumlah Fungsi
Kantor 2 Tempat menyimpan barang
pribadi/berkas kandang
Ruang diskusi 1 Tempat diskusi antara asisten
atau dengan praktikan
Kamar mandi 1 Tempat buang air
Kandang jepit 1 Tempat untuk ternak kawin
Mushola 1 Tempat untuk beribadah
Gudang pakan 3 Tempat menyimpan pakan
ternak
Ruang asisten 1 Tempat diskusi asisten
Tempat chopper 1 Tempat memotong pakan
hijauan untuk ternak
Dapur 1 Tempat untuk membuat
makanan
Fasilitas yang tersedia antara lain adalah kantor, ruang diskusi,
kamar mandi, kandang jepit, mushola, gudang pakan, ruang asisten,
tempat chopper, dan dapur. Kantor berfungsi untuk menyimpan barang
pribadi atau berkas kandang. Fungsi dari ruang diskusi adalah sebagai
tempat diskusi praktikan dan asisten. Gudang pakan berfungsi
menyimpan pakan sebelum diberikan pada ternak. Kamar mandi berfungsi
untuk mandi dan buang air pekerja di kandang. Ruang chooper berfungsi
untuk mencacah pakan yang akan diberikan pada ternak. Dapur berfungsi
untuk memasak pekerja di kandang. Mushola sebagai tempat untuk
pekerja beribadah. Kandang jepit berguna untuk ternak kawin. Ruang
asisten berfungsi untuk tempat diskusi asisten. Kelengkapan dalam
penampungan sememntara meliputi tempat turun sapi, sterilisai,
timbangan dan penampungan sementara (Yulianto, 2011). Berdasarkan
literatur diatas, fasilitas yang ada di Kandang Ternak Potong, Kerja, dan
Kesayang telah sesuai dengan literatur yang ada.
Perlengkapan kandang. Perlengkapan yang terdapat di kandang
Industri Ternak Potong Fakultas Peternakan UGM ditampilkan pada tabel
6.
Tabel 6. Perlengkapan kandang
Perlengkapan Jumlah Fungsi
Tempat pakan 10 Tempat pakan ternak
Tempat minum 1 Tempat minum ternak
Timbangan jepit 1 Menimbang bobot badan ternak
Perlengkapan yang ada di kandang Laboratorium Ternak Potong
Kerja dan Kesayangan yaitu tempat pakan, tempat minum dan kandang
jepit. Sarwono (2008) menyatakan bahwa perlengkapan kandang sangat
diperlukan dalam hal mempermudah pemeliharaan ternak. Perlengkapan
kandang yang dibutuhkan saat pemeliharaan antara lain tempat pakan
(palungan), tempat hijauan pakan, tempat minum, tempat kompos, pintu
kandang, tangga, dan ruang utama kandang. Palungan disediakan
disebelah kandang sebagai tempat pakan. Tempat pakan hijauan
disediakan di sebelah palungan sebegai tempat untuk pakan hijauan agar
tidak tercampur dan basah atau kotor, tempat minum disediakan di pinggir
kandang dimana kambing masih bisa menjangkau. Tempat kompos
berfungsi untuk mengumpulkan kotoran ternak. Pintu kandang dibuat di
kandang dan ukurannya agak tinggi sehingga mempermudah peternak
untuk pemeliharaan. Tangga dibuat untuk mempermudah pemeliharaan di
kandang panggung. Ruang utama kandang dibuat agar ternak dapat
leluasa bergerak dalam kandang.
Perlengkapan kandang untuk sapi potong meliputi palungan yaitu
tempat pakan, tempat minum, saluran drainase, tempat penampungan
kotoran, gudang pakan, dan peraltan kandang. Selain itu dilengkapi
dengan tempat penampungan air yang terletak diatas (tangki air) yang
dihubungkan dengan pipa ke seluruh kandang (Farida dan Kaharudin,
2010). Berdasarkan literatur diatas, perlengkapan kandang yang ada di
Kandang Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan telah sesuai dengan
literatur yang ada.
Peralatan kandang. Peralatan yang digunakan dalam praktikum
ditampilkan dalam tabel 7 berikut:
Tabel 7. Peralatan Kandang
Peralatan Jumlah Fungsi
Sekop 8 Membersihkan feses
Ember tempat minum atau tempat untuk
11
Menampung pakan
Troli 5 Mengangkut sisa pakan dan feses
Sapu lidi 5 Membersihkan kandang
Chopper 1 Men-chopping hijauan
Troli/angkung 2 Mengangkut pakan atau feses
Tali Alat untuk mempermudah handling
5
ternak
Termometer 1 Mengukur suhu tubuh ternak
Thermohydromete Mengukur suhu dan kelembaban
1
r
Meteran 1 Mengukur p, l.t kandang
Selang air 1 Mengukur kemiringan kandang
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa peralatan
kandang yang digunakan dalam praktikum diantaranya ember digunakan
untuk tempat minum atau tempat untuk menampung pakan, troli berfungsi
untuk mengangkut sisa pakan dan feses, sapu lidi digunakan untuk
membersihkan kandang, sekop sebagai alat untuk membersihkan feses,
sabit sebagi alat untuk memotong rumput secara manual dan mesin
chooper untuk memotong rumput secara otomatis, tali untuk
mempermudah handling ternak, termometer untuk mengukur suhu tubuh
ternak, thermohydrometer untuk mengukur suhu dan kelembaban,
meteran untuk mengukur panjang, lebar dan tinggi kandang, selang air
untuk mengukur kemiringan kandang.
Yulianto dan Saparinto (2010) menyatakan, adapun peralatan
kandang yang diperlukan sebagai berikut: alat suntik, vaksinasi, dan
pengobatan; sekop untuk membersihkan kotoran dan mengaduk pakan
konsentrat; ember plastik untuk mengangkut air, pakan, atau memandikan
ternak; sapu lidi untuk membersihkan kandang; garu kecil untuk
membersihkan sisa pakan dan kotoran; selang untuk saluran air; sikat
untuk menggosok badan ternak; kereta dorong/gerobak untuk
mengangkut sisa kotoran, sampah, dsb.; sprayer untuk memberantas
ektoparasit pada sapi; tali untuk mengikat dan keperluan lainnya.
Rianto dan Purbowati (2010), menjelaskan bahwa bangunan yang
ada di lingkungan kandang antara lain gudang pakan, silo, reservoir air,
kamar obat, rumah karyawan, kantor kepala, prasarana transportasi,
padang gembala, rumah timbangan ternak, tempat umbaran, kandang air,
drainase, tempat pembuangan kotoran. Fasiltas yang diperlu disediakan
untuk mendukung perbaikan produksi ternak adalah kandang kawin,
kandang sapih, kandang pejantan, kandang jepit, dan rumah kompos.
Panjaitan (2010) menambahkan bahwa khusus untuk pembibitan perlu
dilengkapi kandang kawin dan kandang sapih untuk memperbaiki
reproduktivitas ternak. Berdasarkan keadaan di lapangan, fasilitas
kandang yang ada di lokasi praktikum bila dibandingkan dengan literatur
sudah cukup baik.
Kenyamanan ternak dan lingkungan kandang
Praktikum kenyamanan ternak dan lingkungan kandang dilakukan
dengan mengukur kondisi lingkungan dan kondisi fisiologis ternak.
pengukuran kondisi lingkungan meliputi suhu dan kelembaban.
Pengukuran kondisi fisiologis ternak meliputi suhu dan respirasi, tetapi
pada pagi hari tidak dilakukan pengukuran resprasi melainkan dialkukan
pengukuran pulsus. Pengukuran dilakuakn pagi hari pukul 06.17 WIB,
siang pukul jam 13.00 WIB, dan sore hari pukul 15.45 WIB. Berdaskan
praktikum yang dilakuakan diperoleh data kenyamanan ternak dan
lingkungan kandang yang disajikan dalan tabel 8 :
Tabel 8. Kenyamanan Ternak dan Lingkungan Kandang
Waktu Kondisi lingkungan Kondisi fisiologis THI
ternak
Suhu Kelembaban Suhu Respirasi
(0C) (%) 0
( C)
Pagi : 26,7 89 37,9 45 78,29
06.17
WIB
Siang : 32,9 70 38,5 54,8 85,74
13.00
WIB
Sore : 25,8 98 37,9 37,8 78,12
15.45
WIB
Kondisi lingkungan. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan
dapat diketahui bahwa suhu lingkungan pada pagi hari pukul 06.17 WIB
sebesar 26,7°C dengan kelembaban sebesar 89%. Suhu lingkungan pada
siang hari pukul 13.00 WIB sebesar 32,9°C dengan kelembaban sebesar
70%. Suhu lingkungan pada sore hari pukul 15.45 WIB sebesar 25,8°C
dengan kelembaban sebesar 98%. Wibowo et.al. (2014) menyatakan
bahwa suhu pada jam 06.00 rata-rata sebesar 28,1 °C dan kelembaban
rata-rata 67,4%.Suhu pada jam 12.00 rata-rata 32,6°C dan kelembaban
rata-rata 54%.Suhu pada jam 15.00 rata-rata mencapai 31,1°C dan
kelembaban rata-rata 61,9%. Iskandar (2011) menyatakan bahwa kisaran
suhu yang nyaman untuk sapi Bos indicus adalah 10 sampai 26,26°C dan
kelembaban yang nyaman adalah 95%. Suhu nyaman untuk sapi Bos
taurus adalah 15°C dan kelembaban yang nyaman adalah 80%.
Antara suhu dan kelembaban udara mempunyai hubungan,
hubungan besaran suhu dan kelembaban udara atau biasa disebut
“Temperature Humidity Index (THI)” yang dapat mempengaruhi tingkat
stres ternak. THI normal adalah kurang dari 72 (Wierama et al., 2002).
Perhitungan THI bisa dilakukan dengan menggunakan rumus berikut
dengan RH adalah kelembaban udara dan Ta adalah suhu lingkungan ( oF)
(Gunadi et al., 2012).
RH ×Ta
THI=0,8Ta +
500
Nilai THI pada Kandang Laboratorium Ternak Potong, Kerja dan
Kesayangan pada pagi hari yakni 78,29, siang hari yakni 85,74, dan pada
sore hari yakni 78,12. Darmanto (2009) menyatakan bahwa suhu dan
kelembaban udara yang optimum bagi ternak untuk berproduksi di daerah
tropis adalah 20°C sampai 24°C dengan kelembaban udara dibawah 75%.
Literatur tersebut jika dijadikan THI sebesar 71,44. Berdasarkan hasil
praktikum yang telah dilakukan dapat dikatakan bahwa kondisi lingkungan
di kandang Laboratorium Ternak Potong, Kerja, dan Kesayangan UGM
masih di atas kisaran normal jika dibandingkan dengan literatur.
Kondisi fisiologis ternak. Praktikum pengukuran kondisi fisiologis
ternak dilakukan dengan mengukur suhu rektal serta mengukur respirasi
pada ternak kambing dan domba. Pengukuran temperatur rektal dilakukan
dengan memasukkan termometer ke dalam rektum kambing dan domba,
sedangkan pengukuran respirasi dilakukan dengan mendekatkan
punggung telapak tangan ke dekat hidung ternak. Berdasarkan praktikum
yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa suhu fisiologis ternak pada
pagi hari pukul 06.17 WIB sebesar 37,9°C dengan respirasi sebanyak 45
kali. Suhu fisiologis ternak pada siang hari pukul 13.00 WIB sebesar
38,5°C dengan respirasi sebanyak 54,8 kali. Suhu fisiologis ternak pada
sore hari pukul 15.45 WIB sebesar 37,9°C dengan respirasi sebanyak
37,8 kali.
Suhu tubuh hewan dapat diukur dengan menggunakan termometer.
Hasil yang diperoleh tidak menunjukkan jumlah total pnas yang diproduksi
tubuh tetapi menunjukkan keseimbangan antara produksi panas dan
pengeluaran panas tubuh.Secara fisiologis,suhu tubuh akan meningkat
hingga 1,5°C pada saat setelah makan, saat partus, terpapar suhu
lingkungan yang tinggi,dan ketika hewan banyak beraktivitas (Nainggolan,
2013).
Perhitungan frekuensi nafas pada sapi dilalkukan dengan cara
menghitung gerakan flank dan tulang rusuk yang bergerak simetris pada
saat inspirasi dan ekspirasi selama 1 menit. Frekuensi pernafasan
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ukuran tubuh, umur, aktivitas fisik,
kegelisahan, suhu lingkungan, kebuntingan, adanya gangguan pada
saluran pencernaan, kondisi kesehatan hewan dan posisi hewan (Jackson
dan Cockroft, 2002).
Pakan
Bahan pakan
Bahan pakan adalah bahan yang dapat dimakan, disukai, dapat
dicerna sebagian atau seluruhnya, dapat diabsorpsi dan bermanfaat bagi
ternak.Pakan adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna dan diserap baik
secara keseluruhan atau sebagian dan tidak menimbulkan keracunan atau
tidak mengganggu kesehatan ternak yang mengkomsumsinya
(Kamal,1998). Bedasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui
bahan pakan apa saja yang digunakan sebagai pakan ternak sapi di
Kandang Ternak Potong, Kerja dan Kesayangan yang disajikan dalam
tabel 9 :
Tabel 9. Bahan Pakan
Bahan pakan BK (%) PK (%) Harga/kg (Rp) Asal
Konsentrat merk 88,90 13 1900 Klaten
Nutrifeed
Hijauan - - 0 Kebun HMT
Jerami 89 11 450.000/truk Klaten

Bahan pakan yang digunakan sebagai pakan sapi adalah berupa


konsentrat dan hijauan. Konsentrat yang digunakan adalah nutrifeed.
Nutrifeed diperoleh dari Klaten dengan harga sebesar Rp 1900,00 per kg.
Hijauan yang digunakan berasal dari kebun HMT potong yang terletak
dibelakang kandang. Jerami yang digunakan nerasal dari sisa pertanian
yang bersala dari Klaten.
Pakan untuk ternak ruminansia pada dasarnya terdiri dari dua
golongan, yaitu hijauan dan. Hijauan adalah pakan yang mempunyai
kandungan serat kasar tinggi, sedangkan konsentrat mempunyai kadar
serat kasar rendah, mudah dicerna, mengandung protein yang tinggi,
sehingga nilai gizinya lebih tinggi bila dibandingkan dengan hijauan. Oleh
karena itu, ruminansia yang diperuntukkan sebagai penghasil daging
harus memperoleh konsentrat disamping pemberian hijauan agar tercapai
pertumbuhan yang lebih cepat. Pada prinsipnya pemberian hijauan segar
adalah 10% BB (AAK,1997).
Fungsi pakan konsentrat adalah meningkatkan dan memperkaya
gizi pada bahan pakan lain yang nilai gizinya rendah, sehingga sapi yang
sedang tumbuh ataupun dalam periode penggemukan harus diberikan
pakan konsentrat yang cukup agar dapat tumbuh maksimal dan dapat
mencapai bobot badan yang baik. Peranan hijauan yang diberikan pada
ternak tidak dapat digantikan oleh konsentrat seluruhnya, karena
kandungan serat kasarnya relatif lebih rendah. Pakan kasar ini berfungsi
menjaga alat pencernaan agar bekerja baik, membuat kenyang dan
mendorong keluarnya kelenjar pankreas. Itu sebabnya pemberian pakan
konsentrat seharusnya didahulukan (Sudarmono dan Sugeng, 2008).
Suharto (2003) menyatakan bahwa pemberian konsentrat dapat
meningkatkan jumlah sapi yang dipelihara tanpa harus bersusah payah
mencari rumput dalam jumlah yang banyak dan sisa waktu bisa digunakan
untuk keperluan lain yang lebih produktif. Harga konsentrat adalah
sebesar Rp 1600,- per kg. Berdasarkan literatur yang adabahan yang
diberikan sesuai dengan literatur.
Proses penyusunan pakan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa
di kandang TPKK Fakultas Peternakan tidak terdapat penyusunan pakan.
Hijauan dicacah menggunakan chooping. Konsentrat yang diberikan
berupa nutrifeed dan diberikan dalam bentuk kering.
Proses penyusunan bahan pakan sebelum diberikan ke ternak
pakan diberikan ke sapi adalah menghitung kebutuhan pakan, menghitung
proporsi antara hijauan dan konsentrat. Hijauan diberikan tersendiri
sedangkan konsentrat diberikan dengan cara dicampur. Pencampuran
konsentart dimulai dari bahan yang partikelnya lebih kecil kemudian
dilanjut dengan yang berbentuk lembek dan pasta dan dicampur dengan
merata (Yulianto, 2010). Penyusunan pakan diusahakan agar sesuai
dengan kebutuhan zat makanan dan susunan ransum hampir mendekati
kebutuhan ternak. Zat makanan di dalam tubuh ternak dapat digunakan
secara optimal. Bahan pakan yang digunakan diusahakan sebaiknya
mudah diperoleh, memiliki kandungan gizi yang cukup baik bagi ternak,
harga relatif murah, terjamin ketersediaanya, mudah pengelolaannya,
tidak mengandung bahan berbahaya bagi ternak, dan diusahakan bukan
merupakan bahan pangan yang bersaing dengan manusia (Rianto dan
Endang, 2010). Berdasarkan literatur yang ada, proses penyusunan
ransum yang ada di Kandang Ternak Potong, Kerja dan Kesayangan tidak
dengan cara dicampur melainkan pemberian pakan dilakukan secara
terpisah.
Metode pemberian
Bedasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh data metode
pemberian pakan yang disajikan dalam tabel 10 :
Tabel 10. Metode pemberian pakan

Status BB Jumlah pemberian (kg) Metode pemberian


ternak (kg) Hijauan Konsentrat Hijauan Konsentrat

P Sr Ss Pg Sr Ss Dicacah kering
g (dilayukan)

individu 200k - 10 - 5 - -
g % Kg
B
B

Metode pemberian pakan yang dilakukan di Kandang Ternak


Potong, Kerja dan Kesayangan adalah dengan cara hijauan diberikan
dalam keadaan segar dan sudah dichooping menggunakan chooper.
Pemberian hijauan dilakukan pada sore hari sebanyak 10 % BB.
Konsentrat diberikan pada pagi hari dalam keadaan kering. Konsentrat
yang diberikan adalah sebanyak 5 kg.
Pakan sapi pada umumnya berupa hijauan segar dan konsentrat.
Tanpa pakan tambahan berupa konsentrat pemberian hijauan segar
sebagai pakan sapi sebenarnya tidak efisien. Pakan hijauan terlalu
banyak mengandung air sehingga kadar nutrisinya relatif sedikit,
walaupun volume pakan hijauan yang diberikan banyak, tetapi jumlah
nutrien yang diperoleh tidak mencukupi kebutuhan hidup sapi, akibatnya
target pertumbuhan bobot per hari sulit terpenuhi (Sarwono dan Arianto,
2003). Sudarmono (2008), menyatakan bahwa pakan utama sapi potong
adalah hijauan atau rumput, dan pakan penguat sebagai tambahan.
Pakan hijauan yang diberikan sekitar 10%, dari berat badan dan pakan
penguat cukup 1% dari berat badan. Hal ini menunjukkan bahwa
seharusnya pemberian pakan berkisar antara 30 sampai 40
kg/ekor.Berdasarkan hasil praktikum, maka dapat dikatakan bahwa pakan
yang diberikan kepada ternak masih dibawah jumlah kebutuhan. Jumlah
pakan yang diberikan harus disesuaikan dengan kebutuhan ternak
berdasarkan bobot badannya.
Reproduksi
Deteksi birahi
Berdasarkan pada praktikum yang sudah dilakukan, deteksi birahi
yang dilakukan pada kegiatan praktikum adalah dengan cara visual atau
mengamati keadaan sapi yang sedang birahi. Deteksi birahi di
Laboratoorium TPPKK Fakultas Peternakan UGM dapat diketahui pada
tabel 11.
Tabel 11. Deteksi Birahi
Bangsa No. ID Kandang Ciri-Ciri
Jawa Umbaran Vulva berlendir, Anget, Vulva
tidak berwarna merah
Jawa Umbaran Vulva berlendir, Anget, Vulva
berwarna pink
PO Umbaran Vulva berlendir, Tidak anget,
Vulva tidak berwarna merah
Birahi dilakukan untuk mengetahui kapan saat mengawinkan yang
tepat bagi ternak agar persentase keberhasilan atau menjadi bunting
tinggi. Pengamatan dapat dilakukan setiap hari pada waktu pagi dan sore
hari dengan melihat gejala birahi secara langsung. Pengamatan birahi
merupakan faktor yang paling penting karena jika gejala birahi telah
terlihat maka waktu perkawinan yang tepat dapat ditentukan. Waktu yang
paling tepat untuk mengawinkan ternak adalah sembilan jam sejak ternak
menunjukan tanda birahi (Hanafiah, 2010). Berdasarkan praktikum yang
telah dilakukan dapat diketahui bahwa sapi yang ada dikandang tidak ada
yang sedang birahi.
Umur pertama kali kawin. Sapi yang siap dikawinkan pada saat
umurnya 1,5 sampai 2 tahun dengan rata-rata 1,8 tahun. Rianto dan
Endang (2010) menyatakan bahwa umur pertama kali kawin pada sapi
dara adalah 18 sampai 24 bulan, sedangkan Robert (1999) menyatakan
bahwa umur pertama kawin 14 sampai 23 bulan, pada umur tersebut,
pertumbuhan tubuh sapi betina sudah mencapai optimum untuk
mendukung perkembangan janin. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan saat akan mengawinkan antara lain usia siap kawin sapi
betina, yaitu saat ternak sudah cukup dewasa kelamin, dewasa umur,
bobot badan standar, dan masa birahi sapi betina setelah 12 jam, hal ini
berhubungan dengan pelaksanaan perkawinan sapi agar sanggup
menghasilkan tingkat kebuntingan yang tinggi, serta saat perkawinan yang
tepat. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa
umur sapi yang siap dikawinkan sudah sesuai dengan literatur.
Penentuan saat mengawinkan. Berdasarkan pada praktikum
yang sudah dilakukan, penentuan saat mengawinkan ternak yaitu sapi
sudah mencapai dewasa kelamin, dewasa tubuh, sudah birahi dan
dikawinkan sekitar 8 sampai 12 jam setelah birahi. Balai Besar Pengkajian
dan Pengembangan (2008) menyatakan, saat yang baik untuk
mengawinkan ternak adalah 12 sampai 18 jam setelah tanda-tanda birahi
muncul atau tampak. Umur pertama kali kawin pada kambing jantan
adalah 8 sampai 10 bulan dan kambing betina mulai dewasa pada umur 6
sampai 8 bulan, berarti pada usia ini kambing sudah bisa dikawinkan.
Berdasarkan pada hasil praktikum, sudah sesuai dengan literatur.
Metode perkawinan. Metode perkawinan yang digunakan adalah
dengan menggunakan perkawinan IB. Hernowo (2006) menyatakan
bahwa sapi dapat dikembangbiakkan dengan menggunakan 2 metode
yaitu metode alamiah dan metode Inseminasi Buatan (IB).metode alamiah
adalah sapi jantan pemacek dikawinkan dengan sapi betina yang sedang
birahi. Sperma sapi jantan pemacek untuk prkawinan alamiah hanya
mampu melayani 120 ekor sapi betina per tahun. Metode IB dilakuakn
perkawinan dengan bantuan peralatan khusus dan manusia (inseminator).
Sapi jantan emacek sebagai sumber sperma dapat dipergunakan untuk
mengawini sapi betina sampai 20.000 ekor per tahun.
Deteksi kebuntingan
Bedasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh data deteksi
kebuntingan yang disajikan dalam tabel 12 :
Tabel 12. Deteksi Kebuntingan
Bangsa No.ID Kandang Ciri-ciri
Jawa - Umbaran Perut sebelah kanan memebesar, ambing
memebesar, temperamen tenang atau
gelisah tergantung ternak
Jawa Umbaran Perut sebelah kanan memebesar, ambing
memebesar, temperamen tenang atau
gelisah tergantung ternak
Jawa - Tambat Perut sebelah kanan memebesar, ambing
memebesar, temperamen tenang atau
gelisah tergantung ternak
PO Umbaran Perut sebelah kanan memebesar, ambing
memebesar, temperamen tenang atau
gelisah tergantung ternak
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh data bahwa
terdapat 3 ekor sapi Jawa yang sedang bunting dan 1 ekor sapi PO. Sapi
tersebut memiliki ciri-ciri perut sebelah kanan memebesar, ambing
memebesar, temperamen tenang atau gelisah tergantung ternak.
Teknik-teknik diagnosa kebuntingan pada ternak yaitu eksplarasi
rektal, ultrasonography, teknik Imunologik, dan diagnosa kebuntingan
berdasarkan konsentrasi hormon. Eksplorasi rektal adalah metoda
diagnosa kebuntingan yang dapat dilakukan pada ternak besar seperti
kuda, kerbau dan sapi. Immunologik untuk diagnosa kebuntingan
berdasarkan pada pengukuran level cairan yang berasal dari konseptus,
uterus atau ovarium yang memasuki aliran darah induk, urin dan air susu.
Ultrasonography merupakan alat yang cukup modern, dapat digunakan
untuk mendeteksi adanya kebuntingan pada ternak secara dini. Tingkah
laku sapi betina bertambah tenang, lamban dan hati-hati dalam
pergerakannya sesuai dengan bertambahnya umur kebuntingan
merupakan indikasi luar dari pemeriksaan kebuntingan tersebut.
Minggu terakhir kebuntingan ada kecenderungan pertambahan
berat badan. Akhir kebuntingan ligamentum pelvis mengendur, terlihat
legokan pada pangkal tulang ekor, oedema dan relaksasi vulva. Pada
umur kebuntingan 6 bulan keatas gerakan fetus dapat dipantulkan dari
dinding luar perut. Fetus teraba sebagai benda padat dan besar yang
tergantung berayun didalam struktur lunak perut (abdomen) (Lestari,
2006).
Deteksi kebuntingan dilakukan dengan metode visual, yaitu dengan
mengamati bagian perut pada ternak. Ternak dikatakan bunting apabila
terjadi peningkatan ukuran abdomen, terjadi perkembangan glandula
mammae pada umur 4 bulan dan leleran vaginal pada umur 4 sampai 5
bulan serta pergerakan fetus pada umur 6 bulan, namun akurasi diagnosis
secara visual rendah (Siregar, 2008). Pendeteksian ternak bunting yang
dilakukan saat praktikum sudah sesuai dengan literatur.
Penanganan kelahiran
Penanganan ternak sebelum kelahiran. Penanganan ternak
sebelum kelahiran adalah menyiapkan kandang yang terpisah yang
dilengkapi dengan alas menggunakan beeding. Sapi yang akan
melahirkan kemudian dipndahkan ke kandang yang baru. Pakan yang
diberikan ditambah.
Mulyono (2005) menyatakan bahwa induk yang akan melahirkan
sebaiknya dipisahkan ke dalam kandang tersendiri guna mempermudah
pemantauan ternak, ternak juga diberi bedding untuk alas sehingga induk
lebih nyaman. Hasil yang diperoleh saat praktikum telah sesuai dengan
literatur.
Penanganan ternak saat kelahiran. Berdasarkan praktikum yang
dilakukan, penanganan kelahiran ternak dibagi menjadi 3 yaitu
penanganan ternak sebelum melahirkan, penanganan ternak pada saat
kelahiran, penanganan ternak sesudah kelahiran. Penanganan ternak
saat malahirkan adalah dengan menunggu apakah ternak itu dapat
melahirkan secara normal atau tidak. Apabila tidak normal maka dikasih
hormon oksitosin dan prostaglandin untuk injeksi.
Secara normal induk tidak membutuhkan bantuan untuk
melahirkan, namun penting memperhatikan apakah ternak membutuhkan
bantuan untuk mengeluarkan janin. Ternak mengalami kesulitan
melahirkan dapat diperkirakan terjadi apabila janin atau anak tidak dapat
keluar atau dilahirkan setelah 45 sampai 60 menit setelah pecahnya
ketuban. Penanganan segera setelah melahirkan ialah membiarkan induk
menjilat anak untuk membangun hubungan (kontak) induk dan anak,
sehingga induk akan mau merawat anak dengan baik dan untuk
membersihkan dan mengeringkan tubuh anak dari cairan yang melekat
agar dapat bernafas secara normal. Pembersihan dapat dibantu
menggunakan kain yang bersih, setelah proses kelahiran berjalan dengan
baik, maka tali pusar biasanya terputus pada saat induk berdiri, untuk
mencegah infeksi talipusar diolesi larutan iodine. Induk dapat mengalami
kesulitan dalam melahirkan akibat posisi janin tidak normal, induk memiliki
pinggul yang sempit, bobot janin terlalu besar, janin telah mati sebelum
dilahirkan, atau induk dalam kondisi lemah/sakit (Ginting, 2009).
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, penanganan yternak pada
saat melahirkan sudah sesuai dengan literatur.
Penanganan ternak setelah kelahiran. Penanganan ternak
setelah melahirkan adalah dengan menghilangkan plasenta terutama
plasenta didaerah pernafasan. Cara menghilangakn plasenta dengan
menggunakan air hangat atau dengan kaki belakang diangkat lebih tinggi
daripada kaki depan. Penanganan terhadap anak yang baru lahir yaitu
dilakukan dengan pemberian kolostrum maksimal 30 menit setelah
melahirkan. Penanganan terhadap induk yaitu dengan membrikan pakan
tambahan.
Kegiatan yang harus dilakukan pada sapi yang baru lahir yaitu
membersihkan tubuh pedet dan memotong tali pusar, menimbang bobot
lahir pedet, memberi pakan pedet dengan kolostrum, dan pemberian obat
cacing (Fikar dan Dadi, 2010). Berdasarkan hasil dari praktikum yang
telah dilakukan dapat diketahui bahwa penanganan ternak sesudah
kelahiran telah sesuai dengan literatur.
Penanganan dan Pengamanan Biologis Ternak
Penanganan ternak
Ternak masuk. Ternak yang baru masuk kemudian dilakukan
identifikasi, menimbang berat badan ternak dan kemudian dimasukkan ke
dalam kandang karantina. Obat cacing diberikan kepada ternak yang baru
masuk dan kemudian dicampur dengan ternak yang lain.
Pemeliharaan ternak. Pemeliharaan ternak dilakukan dengan
memberikan pakan. Pemberian vaksin. Pengobatan untuk ternak yang
sakit. Mulyono (2005) menyatakan bahwa tindakan pencegahan agar
ternak tidak sakit antara lain dengan menghindari kontak dengan ternak
yang sakit, menjaga agar kandang tetap bersih, pemberian desinfektan
pada kandang dan peralatan serta menjaga kebersihan sanitasi dan
ternak itu sendiri. Kebersihan ternak akan berpengaruh terhadap
konsumsi pakan, semakin bersih ternak tersebut maka ternak akan
mengkonsumsi pakan lebih banyak. Kebersihan ternak tersebut juga akan
berpengaruh terhadap kesehatan ternak itu sendiri. Ternak yang sakit
maka segera dipisahkan dan ditempatkan di kandang karantian ataupun
isolasi agar menghindari dari penularan penyakit kepada ternak lain,
kemudian diberi penanganan yang sesuai dengan penyakit yang diderita
oleh ternak. Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan dapat diketahui
bahwa hasil tersebut telah sesuai dengan literatur.
Ternak keluar. Ternak sebelum keluar ditimbang berat badannya
terlebih dahulu, kemudian dilakukan pengidentifikasian terhadap ternak
yang keluar. Vaksinasi terakhir dilakukan kapan supaya mengetahui
ternak tersebut masih mengandung vaksin atau tidak sehingga apabila
ternak tersebut dipotong makan daging yang dimakan sudah tidak
berbahaya, pemebrian obat cacing tetap dilakukan supaya ternak
terhindar dari penyakit cacingan. Siregar (2008) menyatakan bahwa
ternak yang akan dijual ke pasar ataupun ke pembeli langsung ditimbang
untuk menentukan harga pemnjualan sapi. Berdasarkan hasil dari
praktikum dapat diketahui bahwa hasil tersebut telah sesuai dengan
literatur.
Penyakit yang sering muncul
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh data
penyakit yang sering muncul yang disajikan dalam tabel 13:
Tabel 13. Penyakit yang Sering Muncul
Gejala Diagnosa Penyebab
Perut sebelah kiri Kembung Angin dan air
besar, konsumsi pakan
menurun, aktifitas
menurun
Feses cair, nafsu Diare Pakan dan virus
makan turun, lemas
Rambut rontok Cacingan Fasciola hepatica
Fasciola saginata
Penyakit yang sering muncul di kandang Ternak Potong Kerja dan
Kesayangan diantaranya yaitu kembung, diare dan cacingan. Gejala
kembung yaitu perut sebelah kiri membesar namun saat ditekan terasa
kosong. Kembung dapat disebabkan karena pakan hijauan yang diberikan
masih terlalu muda. Diare ditandai dengan feses ternak yang terlihat lebih
cair. Penyebab diare yaitu bakteri atau pergantian pakan secara tiba-tiba.
Cacingan dapat terlihat dari rambut yang kering, berdiri, serta kusam.
Penyebab cacingan yaitu cacing, serta penanganan pencegahan dengan
memberikan obat cacing yang terlambat.
Penyakit yang sering menyerang sapi antara lain penyakit radang
pusar, mencret/diare, cacingan, penyakit kuku (caplak), penyemprotan
caplak, penyakit Paratuberculosis/Jhon disease, penyakit mulut dan kuku
(PMK), Bovine ephemeral fever (B.E.F.), penyakit ngorok (Septicemia
epizootica (SE)), Brucellosis (Bang disease), dan penyakit Infectious
bovine rhinotracheitis (IBR)/Infectious pustular pulpo vaginitis (IPPV)
(Purwadi et al., 2005). Berdasarkan pada literatur, pengamatan yang
dilakukan saat praktikum sudah sesuai.
Pencegahan dan pengendalian penyakit
Pencegahan penyakit. Pencegahan penyakit yang dilakukan di
kandang Ternak Potong, Kerja,dan Kesayanagn Fakultas Peternakan
adalah dengan cara melakukan sanitasi kandang setiap hari, pakan yang
diberikan tidak terlalu muda, manajemen pemelihraan yang baik, dan
melakukan deworming. Deworming merupakan pemberian obat cacing
setiap 3 bulan sekali.
Masa dan Buditjahjanto (2013) menyatakan bahwa pencegahan
penyakit dapat dilakukan dengan memperhatikan perkandangan yang baik
misalnya ventilasi kandang, lantai kandang juga kontak dengan sapi lain
yang sakit dan orang yang sakit. Sanitasi merupakan usaha pencegahan
penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor
lingkungan yang berkaitan dengan perpindahan dari penyakit tersebut.
Prinsip sanitasi yaitu bersih secara fisik, kimiawi dan mikrobiologi.
Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk memberantas berbagai
penyalit infeksi.
Pengendalian penyakit. Pengendalian penyakit yang dilakukan di
kandang TPKK Fakultas Peternakan adalah dengan cara dikarantina.
Karantian ternak bertujuan untuk mencegah terjadimya penularan
penyakit antar setiap ternak. mendiagnosis penyakit yang diderita dan
melakukan perlakuan sesuai dengan penyakit yang diderita.
Penanganan ternak sakit
Obat yang digunakan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui obat-
obatan yang sering digunakan untuk menjaga dan menangani masalah
kesehatan ternak. Hasil praktikum disajikan dalam tabel 14 :
Tabel 14. Macam-Macam Obat untuk Ternak Sakit
Nama obat Kandungan Fungsi Dosis
Dewasa 1
Colibact Sulfat diazina Obat diare
Pedet ½
Obat diare yang
Norit Karbon aktif berupa air, 4-6
menyerap air
Tri metroprin Obat diare 0,1 ml/10 kg
Aquaprin
Sufat diazina Antibiotik BB
Dxytetra cycline Pneumonia 0,1 ml/10 kg
Medoxi-L
Lidocaine tice Antraks BB
Piramidon
0,1 ml/10 kg
Navaldon Lidokain Analgesik
BB
Methampiran
5 ml/ pedet
Phenyiject Phenylbotanoel Radang
10 ml/dewasa
Untuk ternak yang
Calcidex Kalsium 10 ml
susah bangun
Tiamin B1 8 ml
Merangsang
Oksitosin Oksitosin 5 ml
pengeluaran susu
Pensrtep Penicilin Paru-paru basah 8-10 ml
Gusanex Dicloropeson Anti parasit Secukupnya
Karbasum Organ-organ sensitif Secukupnya
Permangana
Koreng Secukupnya
t
Penanganan ternak sakit dan obat di kandang Laboratorium Ternak
Potong, Kerja, dan Kesayangan Fakultas Peternakan UGM yaitu diberi
obat-obatan yang sesuai dengan penyakit yang diderita. Obat-obatan
yang digunakan diantaranya, untuk ternak yang sakit mencret / diare
dapat diberikan obat norit, colibact, aquaprin, dan vemiprazol, untuk
ternak yang sakit kembung dapat diberikan diambung, untuk ternak yang
sakit sakit skabies dapat diberikan carbasum, untuk ternak yang lemas
dapat diberikan biosalmin, untuk ternak yang sakit radang paru-paru dapat
diberikan medoxi-L, untuk antibiotik yang dapat diberikan pada ternak
penstrap-400, untuk ternak yang mengalami defisiensi kalsium dapat
diberikan calcidex, untuk ternak yang mengalami kesakitan, dapat
diberikan obat analgesik novaldon, untuk ternak yang luka agar tidak ada
belatung dapat diberikan gusanex, untuk obat tetes mata untuk ternak
dapat diberikan bramisantin, dan untuk ternak yang mengalami luka luar
dapat diberikan betadin.

Limbah Peternakan
Macam limbah
Berdasarkan pada praktikum yang sudah dilakukan, didapatkan
hasil bahwa macam limbah peternakan yang dihasilkan antara lain feses,
urin dan sisa pakan. Limbah hasil sisa dari peternakan dikumpulkan dan
dijual sebagai bahan untuk pembuatan kompos. Namun, pengolahan
limbah peternakan belum ada di kandang. Kaharudin (2010) menjelaskan
bahwa pengelolaan limbah yang dilakukan dengan baik selain dapat
mencegah terjadinya pencemaran lingkungan juga memberikan nilai
tambah terhadap usaha ternak. Pemanfaatan limbah kotoran ternak
sebagai pupuk kompos dapat menyehatkan dan menyuburkan lahan
pertanian. Selain itu kotoran ternak juga dapat digunakan sebagai sumber
energi biogas.
Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha
peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan,
pengolahan produk ternak, dan sebagainya. Limbah tersebut meliputi
limbah padat dan limbah cair seperti feses, urine, sisa makanan, embrio,
kulit, lemak, darah, rambut, kuku, tulang, tanduk, isi rumen, dan lain-lain.
Semakin berkembangnya usaha peternakan, limbah yang dihasilkan
semakin meningkat. Total limbah yang dihasilkan peternakan tergantung
dari species ternak, besar usaha, tipe usaha dan lantai kandang. Kotoran
sapi yang terdiri dari feses dan urine merupakan limbah ternak yang
terbanyak dihasilkan dan sebagian besar manure dihasilkan oleh ternak
ruminansia seperti sapi, kerbau kambing, dan domba (Sihombing, 2000).
Berdasarkan hasil praktikum macam limbah pada ternak kambing dan
domba sesuai dengan literatur.
Penanganan limbah
Praktikum penanganan limbah dilakukan dengan cara
mendengarkan penjelasan dari asisten. Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan didapatkan hasil pada penanganan limbah pada Kandang
Ternak Potong belum diolah secara sempurna sehingga hanya dibiarkan
menggunung dan tidak dimanfaatkan secara maksimal. Sudiarto (2008)
menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi limbah peternakan
dapat dikonversi menjadi pupuk organik, bahan bakar dan biomassa
protein sel tunggal atau etanol. Konversi limbah menjadi pupuk organik
paling sering dilakukan menjadi produk yang bermanfaat, maka selain
pencemaran lingkungan hidup dapat diatasi, juga diperoleh nilai tambah
pendapatan bagi pengusaha peternakan. Limbah peternakanjuga sangat
potensial sebagai bahan baku pembuatan biomassa protein sel tunggal
(PST) sebagai bahan baku pembuatan pakan ternak, udang dan ikan.
Demikian juga sebagai bahan bakar, limbah peternakan merupakan
sumberdaya yang sangat potensial.
Pengolahan limbah
Praktikum penanganan limbah dilakukan dengan cara
mendengarkan penjelasan dari asisten. Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan didapatkan hasil pada penanganan limbah pada Kandang
Ternak Potong belum diolah secara sempurna sehingga hanya dibiarkan
menggunung dan tidak dimanfaatkan secara maksimal. Sudiarto (2008)
menyakan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi limbah peternakan
dapat dikonversi menjadi pupuk organik, bahan bakar dan biomassa
protein sel tunggal atau etanol. Konversi limbah menjadi pupuk organik
paling sering dilakukan menjadi produk yang bermanfaat, maka selain
pencemaran lingkungan hidup dapat diatasi, juga diperoleh nilai tambah
pendapatan bagi pengusaha peternakan. Limbah peternakanjuga sangat
potensial sebagai bahan baku pembuatan biomassa protein sel tunggal
(PST) sebagai bahan baku pembuatan pakan ternak, udang dan ikan.
Demikian juga sebagai bahan bakar, limbah peternakan merupakan
sumberdaya yang sangat potensial.
BAB III
PERMASALAHAN DAN SOLUSI

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, ditemukan


permasalahan terkait lokasi peternakan yang terlalu dekat dengan
pemukiman warga. Permasalahan lain adalah terkait manajemen
pengolahan limbah yang kurang baik sehingga bau yang ditimbulkan dari
feses dapat menyebar dan mengganggu warga sekitar. Selain itu terkait
dengan manajemen pemberian pakan yang kurang dari kebutuhan ternak.
Solusi yang ditawarkan adalah diadakan tempat pengolahan
limbah, dan adanya pengauran pemberian pakan yang baik dan benar.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa sistem perkandangan yang digunakan adalah kandang individu,
kandang umbaran, dan kandang beranak. Ukuran kandnag sudah sesuai
dengan kebutuhan ternak. Manajemen perkandangan dapat dikatakan
cukup baik. Fasilitas serta peralatan pendukung sudah lengkap. Pakan
yang diberikan jumlahnya sudah baik dan sesui kisaran normal.
Manajemen sanitasi kandang, temapat pakan dan minum sudah rutin
dilakukan. Pengolahan limbah di kandang masih belum optimal.

Saran
Sebaiknya limbah sisa pemeliharaan ternak dapat diolah menjadi
berbagai produk pupuk sehingga dapat dimanfaatkan dengan baik dan
akan leibuh mendapatkan banyak keuntungan tambahan.
DAFTAR PUSTAKA

Aak.1997. petunjuk praktis beternak sapi perah. Kanisius. Yogyakarta.


Abidin, Zainal. 2008. Penggemukan Sapi Potong. Agromedia. Jakarta.
Anonim. 2016. http://www.saungdomba.com/artikel-domba-garut/398-
pentingnya-perencanaan-tata-letak-kandang-.Diakses pada tanggal
20 Maret 2016.
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan. 2008. Teknologi Budidaya
Kambing. Badan Peneliatian dan Pengembangan Pertanian.
Jakarta. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan. 2008.
Teknologi Budidaya Kambing. Badan Peneliatian dan
Pengembangan Pertanian. Jakarta.
Baliarti, Endang, Nono Ngadiyono, Purwanto Basuki, Panjono. 1999. Ilmu
Manajemen Ternak Potong. Laboratorium Manajemen Ternak
Potong dan Kerja. Fakultas peternakan. Universitras Gadjah
Mada. Yogyakarta.
Baraniah, M. A. 2009. Mewaspadai Penyakit Berbahaya pada Hewan dan
Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta.
Cahyono, B. 1998. Beternak Domba dan Kambing. Kanisius. Yogyakarta
Darmanto, E. U. D. 2009. Respon Fisiologis Domba Ekor Tipis Jantan
yang Diberi Pakan Rumput Brachiaria Humidicola dan Kulit
Singkong pada Level yang Berbeda. Skripsi Fakultas Peternakan
IPB. Bogor.
Erlangga, Erick. 2012. Meraup Untung dari Penggemukan Domba.
Pustaka Agro Mandiri. Tangerang.
Farida, M.S. , Kaharudin. 2010. Petunjuk Praktis Perkandangan sapi.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian NTB. NTB.
Fikar, S dan Dadi R. 2010. Buku pintar beternak dan bisnis sapi potong.
Ginting, Simon P. 2009. Pemeliharaan Induk dan Anak Kambing masa
Pra-Sapih. Loka Penelitian Kambing Potong. Sumatera
Utara.Swadaya. Jakarta.
Gunadi, I.G.A., Komang A.L., dan R. Hadi. 2012. Evaluasi Indeks
Kenyamanan Kota (Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah
Made Agung) Denpasar, Bali. E-Jurnal Agroteknologi Tropika.
Hanafiah, Ahmad. 2010. Pembibitan Sapi Potong. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP). Jawa Barat.
Hardjosubroto, W. 1997. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. PT
Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.
Hartati dan Rasyid. A. 2007. Petunjuk Teknik Perkandangan Sapi Potong.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.Deptan.
Hernowo, B. 2006. Prospek pengembangan usaha pengembangan sapi
potong di Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi. Skripsi.
Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan. Fakultas Peternakan.
Institut Pertanian Bogor.
Iskandar. 2011. Performan Reproduksi Sapi PO pada Dataran Rendah
dan Dataran Tinggi di Provinsi Jambi. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu
Peternakan. 14 (1) : 51 – 61.
Jackson P.G., Cockroft PD. 2002. Clinical Examination of Farm Animals.
University of Cambridge. UK.
Kaharudin. 2010. Manajemen Umum Limbah Ternak Untuk Kompos dan
Biogas. NTB: Kementrian Pertanian.
Kamal, M. 1998. Bahan Pakan dan Penyusun Ransum. Fakultas
Peternakan Universitas Gajahmada. Yogyakarta.
Kusumawardana, C. 2010. Manajemen Breeding Sapi Potong di Dinas
Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sragen. Universitas sebelas
maret. Surakarta.
Lestari, D. T. 2006. Metode Deteksi Kebuntingan Pada Ternak Sapi.
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Bandung.
Mansyur, M S A. 2010. Hubungan Antara Ukuran Eksterior Tubuh
Terhadap Bobot Badan pada Sapi Peranakan Ongole Jantan.
Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Masa, A. F., I.G.P.Asto Buditjahjanto. 2010. Identifikasi Penyakit Sapi
Pada Sapi Ternak Dengan Forward Chaining. Universitas Negeri
Surabaya. Surabaya.
Mulyono, Subangkit. 2005. Teknik Pembibitan Kambing Domba. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Nainggolan, Y. D. A. 2013. Studi eksploratif upaya kesehatan sapi potong
Peranakan Ongole (PO) oleh peternak di Kecamatan Halongonan
Kabupaten Padang Lawas Utara Sumatera Utara. Fakultas
Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Bogor (Skripsi).
Ngadiyono, Nono. 2012. Beternak Sapi Potong Ramah Lingkungan. Citra
Aji Parama. Yogyakarta.
Palmer, R. W. 2005. Dairy Modernization. Thomson Delmar Learning,
Canada.
Panjaitan, Tanda, Sahat., Ahmad Muzani. 2010. Panduan Praktis
Perkandangan Sapi. Balai Pengkajian TeknologiPertanian NTB.
Badan Penelitian dan Pengembangan Peranian. Departemen
Pertanian.
Radiastuti, R F. 2012. Managemen pemeliharaan sapi di balai pembibitan
ternak unggul sapi bali kabupaten jembrana provinsi bali. Laporan
kegiatan magang.Universitas sebelas maret. Surakarta. 36.
Rianto dan Endang, E, P. 2010. Panduan Lengkap Sapi Potong. Penebar
Swadaya. Jakarta
Rianto, E., dan E. Purbowati. 2010. Panduan Lengkap Sapi Potong.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Rianto, Edy. 2004. Kandang Kambing. Universitas Diponegoro.
Semarang.
Rismayanti, Y. 2010. Petunjuk Teknis Budidaya Ternak Domba. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat. Bptp. Jawa Barat.
Robert, E. 1999. The Physiology of Animal. New York Vetenary College.
New York.
Safitri, T. 2011. Skripsi: Penerapan Good Breeding Practises Sapi Potong
di PT Lembu Jantan Perkasa Serang - Banten. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Sarwono, B. 2008. Beternak Kambing Unggul. Penebar Swadaya. Depok.
Sihombing D T H. 2000. Teknik Pengelolaan Limbah Kegiatan/Usaha
Peternakan. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga
Penelitian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Siregar, B. S. 2008. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sudarmono dan Sugeng Bambang. 2008. Sapi Potong. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Sudiarto, Bambang. 2008. Pengelolaan Limbah Peternakan Terpadu dan
Agribisnis yang Berwawasan Lingkungan. Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner. Universitas Padjajaran
Bandung. Bandung.
Sugeng, Y.B. 2006. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suharto. 2001. Teknik Pemilihan Bibit Kambing dan Domba. Balai
Penelitian Ternak. Bogor.
Susilorini, T.E., M. E. Sawitri dan Muharlien. 2007 Budidaya Ternak
Potensial. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.
Syaifudin, Arif. 2013. Profil Body Condition Score Sapi Perah di Wilayah
Koperasi Peternakan Sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembanag
(Studi Kasus). Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Wibowo, F.C.P., Nurul Isnaini, dan Sri Wahjuningsih. 2014. Performan
Reproduksi Sapi Peranakan Ongole dan Sapi Peranakan Limousin
di Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk. Fakultas Peternakan.
Universitas Brawijaya.
Wierema, F. 2002. Heat Stress and Cooling Cows. In. Chestnut A&D
Haouston.
Wiyono, B. D dan Prayogi. 2007. Sistem Pembibitan Sapi Potong. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Pasuruan.
Yulianto, P dan Cahyo S. 2011. Penggemukan Sapi Potong Hari Per Hari
3 Bulan Panen. Penebar swadaya. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai