Anda di halaman 1dari 15

ediyantohelmi@rocketmail.

com
 ..  ..
PELUANG DAN CHI - KUADRAT
 Peluang Dalam Ilmu Genetika
Peluang menyangkut derajat kepastian apakah suatu
kejadian terjadi atau tidak. Dalam ilmu genetika, segregasi
dan rekombinasi gen juga didasarkan pada hukum peluang.
Peluang suatu individu yang bergenotip AA menghasilkan
gamet A adalah 100% atau 1. Peluang individu yang sama
akan menghasilkan gamet a adalah 0. Peluang individu
bergenotip Aa menghasilkan gamet a adalah ½. Demikian
juga peluang individu tersebut menghasilkan gamet A
adalah ½. Jika individu yang bergenotip Aa dengan Aa
disilangkan maka peluang gamet A dari individu jantan
bertemu dengan gamet A dari individu betina adalah ½ x ½
= ¼, demikian juga peluang gamet a bertemu dengan a.
Individu yang heterozigot bisa dihasilkan melalui dua
cara, yaitu gamet A berasal dari individu jantan dan gamet a
berasal dari individu betina, atau gamet A berasal dari individu
betina dan gamet a berasal dari individu jantan. Peluang
kejadian pertama dan kedua masing-masing adalah ½ x ½ = ¼.
Jadi, secara keseluruhan peluang terjadinya anak yang
bergenotip Aa dari persilangan antara individu Aa dengan Aa
adalah ¼ + ¼ = ½ . Secara teoritis, jika Aa disilangkan dengan
Aa maka rasio genotip anak-anaknya adalah ¼ AA : ½ Aa : ¼
aa, atau secara umum ditulis 1 : 2 : 1.
Pada persilangan dihibrida antara babi hitam yang
berselempang putih (warna putih yang melingkar di sekeliling
punggung) heterozigot (BbHh x BbHh), peluang terbentuk gamet
BH, Bh,bH, dan bh adalah masing-masing1/4. Perlu diketahui
bahwa warna hitam dominan terhadap warna merah, pola
selempang putih dominan terhadap pola warna polos. Peluang
dihasilkan babi merah yang berselempang putih dapat dihitung
dengan cara seperti Tabel 4.1.
TABEL PELUANG DIHASILKANNYA BABI MERAH

Gamet Jantan Gamet Betina Genotip


1/4 bH x 1/4 bH 1/16 bbHH
1/4 bH x 1/4 bh 1/16 bbHh
1/4 bh x 1/4 bH 1/16 bbHh

Karena setiap jenis gamet yang dihasilkan oleh tetua memiliki


peluang ¼ maka penggabungan 2 gamet akan memiliki peluang ¼ x ¼ =
1/16, Peluang munculnya babi merah yang beselempang putih adalah 1/16
+ 1/16 + 1/16, karena ada tiga kemungkinan genotip yang menghasilkan
fenotip merah dan berselempang (lihat Tabel 4.1.). Jika dihitung seluruh
fenotip yang mungkin muncul pada persilangan antara babi heterozigot di
atas maka akan dihasilkan 9/16 babi hitam berselempang putih dan 1/16
babi merah polos.
Cara lain yang bisa digunakan adalah dengan cara
menggabungkan peluang kedua persilangan monohibridanya. Peluang
munculnya anak babi yang berwarna merah dari hasil persilangan abi hitam
heterozigot adalah 1/4. Peluang munculnya anak yang berselempang putih
dari hasil persilangan antar babi yang berselempang putih heterozigot
adalah ¼ + 2/4 = 3/4.
Ekspresi Binomal
Ekspresi binomial digunakan untuk kejadian yang hanya memiliki dua
alternatif kemungkinan yang akan muncul. Sebagai contoh, munculnya gambar
komodo dan garuda pada mata uang logam pada pelemparan sebuah mata
uang Rp 50.00. jenis kelamin pada ternak ang baru lahir, macam gamet yang
dihasilkan oleh individu heterozigot.
Rumus umum ekrepresi binomial dalah (p + q)n. Dengan p = peluang
munculnya kejadian pertama, q = peluang munculnya kejadian kedua dan n
adalah jumlah kejadian

Ciri-ciri ekspresi binomial


A. Ekspresi binomial ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
Jumlah kombinasi kejadian yang akan muncul adalah (n +1), dengan n =
jumlah kejadian. Sebagai contoh, jika seekor sapi memiliki 2 ekor anak,
kemungkinan kombinasi kejadian yang muncul yang berhubung dengan jenis
kelamin ada 3 macam, yaitu (p + q)2 = p2 + 2pq + q2 (p = peluang munculnya
anak jantan, q = peluang munculnya anak betina, p2 = peluang kdua anaknya
adalah jantan q2 = peluang kedua anak adalah betina, dan 2pq = peluang
anaknya 1 jantan dan 1 betina).
B. Pangkat dari ekspresi ini mengikuti pola tertentu. Pangkat p
( kejadian 1) dimulai oleh jumlah kejadian (n) selanjutnya menurun sampai
pangkatnya 0 (nol). Pangkat q (kejadian kedua) meningkat dimulai dari q
sampai qn.
C. Koefisien kombinasi kejadian mengikuti aturan segi tiga pascal
dengan koefisiennya adalah jumlah dari 2 angka pada klom di atasnya
Contoh aturan segi tiga pascal seperti pada Tabel 4.2

Tabel 4.2.ATURAN SEGI TIGA PASCAL


Pangkat Koefisien Total
1 1 1 2
2 1 2 1 4
3 1 3 3 1 8
4 1 4 6 4 1 16
5 1 5 10 10 5 1 32
6 1 6 15 20 15 6 1 64
7 1 7 21 35 35 21 7 1 128
8 1 8 28 56 70 56 28 8 1 256
9 1 9 36 84 126 126 84 36 9 1 512
dst
Penggunaan ekspresi binominal
  n!
Peluang binominal = ———— (p)k1(q)k2
k1!.k2!
  Keterangan :
n = jumlah kejadian
k1 = kejadian pertama
k2 = kejadian kedua
p = peluang kejadian pertama
q = peluang kejadian kedua

Jika seekor induk sapi memiliki 4 ekor anak maka peluang induk
tersebut memiliki 3 anak jantan dan 1 anak betina dapat dihitung dengan
menggunakan rumus di atas. Oleh karena jumlah anak sapi betina tersebut
adalah 4 maka rumus yang digunakan adalah (p + q)4 = p4 + 4p3q + 6p2q2 +
4pq3 + q4. Jika peluang p = peluang munculnya anak jantan ½ dan q = peluang
munculnya anak betina ½, maka rumus yang dipergunakan adalah 4p3q =
4(1/2)3(1/2) = 0,25. Dengan menggunakan rumus ekspresi binomial didapat
rumus berikut.

 
 
4!
Peluang ( 3 jantan + 1 betina ) = ——— (p)3(q)
3!.1!

4.3.2.1
= ———— (1/2)3(1/2)
3.2.1.1
= 4(1/2)3(1/2)
= 0,25
Contoh lain penggunaan rumus ekspresi binomial ini adalah sebagai
berikut. Jika 2 ekor sapi tidak bertanduk heterozigot disilangkan maka peluang
untuk mendapatkan 4 ekor anak yang tidak bertanduk dan 2 ekor anak yang
bertanduk dapat dihitung dengan cara berikut.
Jumlah kejadian = 6, rumus yang sesuai adalah 15p4q2 dengan p =
peluang munculnya sapi tidak bertanduk, q = peluang munculnya sapi yang
bertanduk atau dapat juga dicari dengan rumus binomial sebagai berikut.
6!
Peluang ( 4 tidak bertanduk + 2 bertanduk ) = ——— (p)4(q)2
4!.2!
6.5.4.3.2.1
= ————— (p)4(q)2 4.3.2.1.2.1
30
= ——— (p)4(q)2 `
2
= 15 p4q2
Peluang munculnya sapi tidak bertanduk dari hasil persilangan heterozigot
tidak bertanduk adalah 3/4, sedangkan peluang munculnya sapi bertanduk adalah 1/4.
Jadi, peluang munculnya 4 anak tidak bertanduk + 2 anak bertanduk = 15 (3/4)4(1/4)2 =
0,593. Kita juga dapat menghitung peluang munculnya 4 ekor jantan tidak bertanduk dan
2 ekor betina bertanduk dengan cara menghitung terlebih dulu peluang munculnya
jantan tidak bertanduk dan betina bertanduk. Peluang munculnya anak jantan = 1/2,
peluang munculnya anak betina = 1/2, peluang munculnya anak yang tidak bertanduk =
3/4. Jadi, peluang munculnya anak yang bertanduk = 1/4. Peluang munculnya jantan
tidak bertanduk dapat dihitung dengan jalan mengalikan peluang munculnya pejantan
dengan peluang munculnya sapi tidak bertanduk, yaitu 1/2 x 3/4 = 3/8. Dengan cara
yang sama akan kita dapatkan peluang betina bertanduk sebesar 1/2 x 1/4 = 1/8. Jadi,
peluang munculnya 4 ekor jantan tidak bertanduk dan 2 ekor betina bertanduk adalah;

15p4q2 = 15(3/8)4(1/8)2 = 15(0,0198)(0,0156) = 0,00463


Uji Chi – kuadrat

Seperti yang telah dibahas dalam persilangan monohibrida, rasio


fenotip yang akan dihasilkan dari persilangan antar individu heterozigot adalah
3 : 1 jika sifat tersebut diturunkan secara dominan penuh. Jika persilangan ini
menghasilkan 40 ekor anak maka diharapkan muncul 25 ekor anak yang
memiliki fenotip dominan dan 15 yang memiliki fenotip resesif. Jika rasio
fenotip persilangan tersebut misalnya 28 dominan : 12 resesif, atau 35
dominan : 5 resesif, apakah rasio ini menyimpang dari rasio harapan 3 : 1 ?
Untuk menguji apakah hasil persilangan yang kita dapatkan menyimpang dari
rasio harapan atau tidak maka digunakan uji chi – kuadrat dengan rumus
sebagai berikut;

( O-E )2
X 2 = ∑ ————
E

X2 = chi-kuadrat
O = nilai pengamatan
E = nilai harapan
∑ = sigma ( jumlah dari nilai – nilai )
Contoh penggunaan uji chi – kuadrat
Persilangan monohibrida

Pada persilangan sapi tidak bertanduk heterozigot dengan sapi tidak


bertanduk heterozigot, dihasilkan 40 ekor anak yang terdiri dari 25 ekor sapi
yang tidak bertanduk dan 15 ekor sapi yang bertanduk. Kita ingin mengetahui
apakah hasil persilangan ini menyimpang dari rasio harapan 3 : 1. Hasil
perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.3.

TABEL 4.3. PERHITUNGAN CHI-KUADRAT UNTUK RASIO 3:1

Fenotip
Tidak Bertanduk Bertanduk

Pengamatan (O) 25 15
Harapan (E) 30 10
(O-E) -5 5
(O-E)2 25 25
(O-E)2/E 0,83 2,5
 
X2 = 0,83 + 2,5 = 3,33
 
Untuk menentukan apakah rasio diatas menyimpang atau tidak, nilai
X2hitung harus dibandingkan dengan nilai X2tabel. Nilai X2tabel dapat dilihat pada
Tabel 4.4.

 TABEL 4.4. TABEL CHI-KUADRAT

Derajat Bebas Peluang Suatu Kesempatan Terjadi

  0,70 0,50 0,30 0,20 0,10 0,05 0,01


  1 0,15 0,46 1,07 1,64 2,71 3,84 6,64
2 0,71 1,39 2,41 3,22 4,60 5,99 9,21
3 1,42 2,37 3,67 4,64 6,25 7,82 11,35
4 2,20 3,36 4,88 5,99 7,78 9,49 13,28
5 3,00 4,35 6,06 7,29 9,24 11,07 15,09
6 3,83 5,35 7,23 8,56 10,64 12,59 16,81
7 4,67 6,35 8,38 9,80 12,02 14,07 18,48
8 5,53 7,34 9,52 11,03 13,36 15,51 20,09
 
Pada kolom pertama disajikan derajat bebas. Derajat bebas pada
kasus diatas adalah ( n-1 ), dengan n = jumlah kelas yang muncul. Jumlah
kelas pada kasus diatas adalah jumlah fenotip yang ada dikurangi dengan 1
( satu ) atau 2 – 1 = 1. Nilai pada table menggunakan pembanding 3,84 untuk
tingkat kepercayaan 5 % dan 6,64 untuk tingkat kepercayaan 1%. Tingkat
kepercayaan 1% dan 5% adalah tingkat kepercayaan yang paling umum
dipakai untuk menguji hasil – hasil penelitian dalam bidang biologi. Ada tiga
kemungkinan dalam pengambilan kesimpulan;
1.Jika X2hitung < X2tabel , disimpulkan bahwa hasilnya tidak berbeda
nyata. Dengan kata lain, hasil persilangan diatas tidak menyimpang dari
rasio harapan.
2.Jika X2hitung > X2tabel pada tingkat kepercayaan 5%, tetapi lebih kecil
dari nilai X2tabel pada tingkat kepercayaan 1%, disimpulkan bahwa
hasil persilangan diatas berbeda nyata. Dengan kata lain, hasil
persilangan diatas menyimpang dari rasio harapan 3:1.
3.Jika nilai X2hitung > X2tabel pada tingkat kepercayaan 1%, disimpulkan
bahwa hasil persilangan diatas sangat berbeda nyata. Dengan kata
lain, hasil persilangan diatas sangat menyimpang dari rasio harapan.
Dari hasil perhitungan diatas didapat nilai chi-kuadrat hitung ( 3,33 )
lebih kecil dari nilai chi-kuadrat table pada tingkat kepercayaan 5% ( 3,84 ).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa hasil persilangan yang menghasilkan rasio
fenotip 25 : 15 tidak menyimpang dari rasio fenotip harapan 3 : 1.
Persilangan dihibrida

Hasil persilangan antara sapi yang berwarna hitam dan tidak bertanduk
heterozigot dihasilkan sebanyak 208 anak yang terdiri dari 107 sapi hitam tidak
bertanduk, 48 sapi hitam bertanduk, 47 sapi merah tidak bertanduk, dan 6 sapi
merah bertanduk. Akan diuji apakah rasio fenotip hasil persilangan ini
menyimpang dari nilai harapan 9:3:3:1. Hasil perhitungan chi-kuadrat dapat
dilihat pada Tabel 4.5.

TABEL 4.5. PERHITUNGAN CHI-KUADRAT UNTUK RASIO 9:3:3:1

Fenotip
 
Hitam Hitam Merah Merah
Tidak Bertanduk Bertanduk Tidak Bertanduk Bertanduk

Pengamatan (O) 107 48 47 6


Harapan (E) 117 39 39 13
(O-E) -10 9 8 -7
(O-E)2 100 81 64 49
(O-E)2/E 0,85 2,07 1,64 3,77

 
Pada kasus diatas, derajat bebas kelas fenotip yang ada adalah 4-1 =
3. Nilai chi-kuadrat pada tingkat kepercayaan 5% da 1% masing – masing
adalah 7,82 dan 11,35. Oleh karena hasil perhitungan menunjukkan bahwa chi-
kuadrat hitung lebih besar dari chi-kuadrat table pada tingkat kepercayaan 5%,
tetapi masih lebih kecil dari nilai chi-kuadrat pada tingkat kepercayaan 1%
maka dapat disimpulkan bahwa rasio fenotip hasil persilangan diatas
menyimpang dari rasio fenotip harapan 9:3:3:1.

Perlu dicatat bahwa ada dua kelemahan utama uji chi-kuadrat.


1. Harus digunakan angka nyata dalam perhitungan. Data yang berupa
persentase tidak dapat diuji dengan uji chi-kuadrat.
2. Uji ini tidak dapat digunakan bila jumlah nilai harapan dalam suatu
kelas fenotip kurang dari 5.

Anda mungkin juga menyukai