com
.. ..
PELUANG DAN CHI - KUADRAT
Peluang Dalam Ilmu Genetika
Peluang menyangkut derajat kepastian apakah suatu
kejadian terjadi atau tidak. Dalam ilmu genetika, segregasi
dan rekombinasi gen juga didasarkan pada hukum peluang.
Peluang suatu individu yang bergenotip AA menghasilkan
gamet A adalah 100% atau 1. Peluang individu yang sama
akan menghasilkan gamet a adalah 0. Peluang individu
bergenotip Aa menghasilkan gamet a adalah ½. Demikian
juga peluang individu tersebut menghasilkan gamet A
adalah ½. Jika individu yang bergenotip Aa dengan Aa
disilangkan maka peluang gamet A dari individu jantan
bertemu dengan gamet A dari individu betina adalah ½ x ½
= ¼, demikian juga peluang gamet a bertemu dengan a.
Individu yang heterozigot bisa dihasilkan melalui dua
cara, yaitu gamet A berasal dari individu jantan dan gamet a
berasal dari individu betina, atau gamet A berasal dari individu
betina dan gamet a berasal dari individu jantan. Peluang
kejadian pertama dan kedua masing-masing adalah ½ x ½ = ¼.
Jadi, secara keseluruhan peluang terjadinya anak yang
bergenotip Aa dari persilangan antara individu Aa dengan Aa
adalah ¼ + ¼ = ½ . Secara teoritis, jika Aa disilangkan dengan
Aa maka rasio genotip anak-anaknya adalah ¼ AA : ½ Aa : ¼
aa, atau secara umum ditulis 1 : 2 : 1.
Pada persilangan dihibrida antara babi hitam yang
berselempang putih (warna putih yang melingkar di sekeliling
punggung) heterozigot (BbHh x BbHh), peluang terbentuk gamet
BH, Bh,bH, dan bh adalah masing-masing1/4. Perlu diketahui
bahwa warna hitam dominan terhadap warna merah, pola
selempang putih dominan terhadap pola warna polos. Peluang
dihasilkan babi merah yang berselempang putih dapat dihitung
dengan cara seperti Tabel 4.1.
TABEL PELUANG DIHASILKANNYA BABI MERAH
Jika seekor induk sapi memiliki 4 ekor anak maka peluang induk
tersebut memiliki 3 anak jantan dan 1 anak betina dapat dihitung dengan
menggunakan rumus di atas. Oleh karena jumlah anak sapi betina tersebut
adalah 4 maka rumus yang digunakan adalah (p + q)4 = p4 + 4p3q + 6p2q2 +
4pq3 + q4. Jika peluang p = peluang munculnya anak jantan ½ dan q = peluang
munculnya anak betina ½, maka rumus yang dipergunakan adalah 4p3q =
4(1/2)3(1/2) = 0,25. Dengan menggunakan rumus ekspresi binomial didapat
rumus berikut.
4!
Peluang ( 3 jantan + 1 betina ) = ——— (p)3(q)
3!.1!
4.3.2.1
= ———— (1/2)3(1/2)
3.2.1.1
= 4(1/2)3(1/2)
= 0,25
Contoh lain penggunaan rumus ekspresi binomial ini adalah sebagai
berikut. Jika 2 ekor sapi tidak bertanduk heterozigot disilangkan maka peluang
untuk mendapatkan 4 ekor anak yang tidak bertanduk dan 2 ekor anak yang
bertanduk dapat dihitung dengan cara berikut.
Jumlah kejadian = 6, rumus yang sesuai adalah 15p4q2 dengan p =
peluang munculnya sapi tidak bertanduk, q = peluang munculnya sapi yang
bertanduk atau dapat juga dicari dengan rumus binomial sebagai berikut.
6!
Peluang ( 4 tidak bertanduk + 2 bertanduk ) = ——— (p)4(q)2
4!.2!
6.5.4.3.2.1
= ————— (p)4(q)2 4.3.2.1.2.1
30
= ——— (p)4(q)2 `
2
= 15 p4q2
Peluang munculnya sapi tidak bertanduk dari hasil persilangan heterozigot
tidak bertanduk adalah 3/4, sedangkan peluang munculnya sapi bertanduk adalah 1/4.
Jadi, peluang munculnya 4 anak tidak bertanduk + 2 anak bertanduk = 15 (3/4)4(1/4)2 =
0,593. Kita juga dapat menghitung peluang munculnya 4 ekor jantan tidak bertanduk dan
2 ekor betina bertanduk dengan cara menghitung terlebih dulu peluang munculnya
jantan tidak bertanduk dan betina bertanduk. Peluang munculnya anak jantan = 1/2,
peluang munculnya anak betina = 1/2, peluang munculnya anak yang tidak bertanduk =
3/4. Jadi, peluang munculnya anak yang bertanduk = 1/4. Peluang munculnya jantan
tidak bertanduk dapat dihitung dengan jalan mengalikan peluang munculnya pejantan
dengan peluang munculnya sapi tidak bertanduk, yaitu 1/2 x 3/4 = 3/8. Dengan cara
yang sama akan kita dapatkan peluang betina bertanduk sebesar 1/2 x 1/4 = 1/8. Jadi,
peluang munculnya 4 ekor jantan tidak bertanduk dan 2 ekor betina bertanduk adalah;
( O-E )2
X 2 = ∑ ————
E
X2 = chi-kuadrat
O = nilai pengamatan
E = nilai harapan
∑ = sigma ( jumlah dari nilai – nilai )
Contoh penggunaan uji chi – kuadrat
Persilangan monohibrida
Fenotip
Tidak Bertanduk Bertanduk
Pengamatan (O) 25 15
Harapan (E) 30 10
(O-E) -5 5
(O-E)2 25 25
(O-E)2/E 0,83 2,5
X2 = 0,83 + 2,5 = 3,33
Untuk menentukan apakah rasio diatas menyimpang atau tidak, nilai
X2hitung harus dibandingkan dengan nilai X2tabel. Nilai X2tabel dapat dilihat pada
Tabel 4.4.
Hasil persilangan antara sapi yang berwarna hitam dan tidak bertanduk
heterozigot dihasilkan sebanyak 208 anak yang terdiri dari 107 sapi hitam tidak
bertanduk, 48 sapi hitam bertanduk, 47 sapi merah tidak bertanduk, dan 6 sapi
merah bertanduk. Akan diuji apakah rasio fenotip hasil persilangan ini
menyimpang dari nilai harapan 9:3:3:1. Hasil perhitungan chi-kuadrat dapat
dilihat pada Tabel 4.5.
Fenotip
Hitam Hitam Merah Merah
Tidak Bertanduk Bertanduk Tidak Bertanduk Bertanduk
Pada kasus diatas, derajat bebas kelas fenotip yang ada adalah 4-1 =
3. Nilai chi-kuadrat pada tingkat kepercayaan 5% da 1% masing – masing
adalah 7,82 dan 11,35. Oleh karena hasil perhitungan menunjukkan bahwa chi-
kuadrat hitung lebih besar dari chi-kuadrat table pada tingkat kepercayaan 5%,
tetapi masih lebih kecil dari nilai chi-kuadrat pada tingkat kepercayaan 1%
maka dapat disimpulkan bahwa rasio fenotip hasil persilangan diatas
menyimpang dari rasio fenotip harapan 9:3:3:1.