OLEH:
ZAINUDDIN
(2122040054)
MANDALLE PANGKEP
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) saat ini merupakan salah satu jenis
tanaman perkebunan yang menduduki posisi penting disektor pertanian umumnya, dan
sektor perkebunan khususnya, hal ini disebabkan karena dari sekian banyak tanaman yang
menghasilkan minyak atau lemak, kelapa sawit yang menghasilkan nilai ekonomi terbesar
per hektamya di dunia (Balai Informasi Pertanian, 1990). Melihat pentingnya tanaman
kelapa sawit dewasa ini dan masa yang akan datang, seiring dengan meningkatnya
kebutuhan penduduk dunia akan minyak sawit, maka perlu dipikirkan usaha peningkatan
kualitas dan kuantitas produksi kelapasawit secara tepat agar sasaran yang diinginkan dapat
tercapai. Salah satu diantaranya adalah pengendalian hama dan penyakit. (Sastrosayono
2003).
Tanaman kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat menjadi
andalan dimasa depan karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan manusia. Kelapa sawit
memiliki arti penting bagi pembangunan nasional Indonesia. Selain menciptakan
kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber
devisa negara. Tanaman kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan primadona
Indonesia. Di tengah krisis global yang melanda dunia saat ini, industri sawit tetap bertahan
dan memberi sumbangan besar terhadap perekonomian negara. Selain mampu menciptakan
kesempatan kerja yang luas, industri sawit menjadi salah satu sumber devisa. terbesar bagi
Indonesia. (Sastrosayono 2003).
Sektor perkebunan merupakan salah satu potensi dari subsektor pertanian yang
berpeluang besar untuk meningkatkan perekonomian rakyat dalam pembangunan
perekonomian Indonesia. Pada saat ini, sektor perkebunan dapat menjadi penggerak
pembangunan nasional karena dengan adanya dukungan sumber daya yang besar, orientasi
pada ekspor, dan komponen impor yang kecil akan dapat menghasilkan devisa non migas
dalam jumlah yang besar. Produktivitas kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh teknik
budidaya yang diterapkan. Pemeliharaan tanaman merupakan salah satu kegiatan budidaya
yang sangat penting dan menentukan masa produktif tanaman.
Salah satu aspek pemeliharaan tanaman yang perlu diperhatikan dalam kegiatan
budidaya kelapa sawit adalah pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama dan
penyakit yang baik dapat meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman. (Sastrosayono
2003).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Peralatan panen yang digunakan untuk tanaman yang memilki tinggi batang 6 m adalah:
Untuk menjaga buah tetap segak dan memiliki mutu yang tinggi maka harus
dilakukan rotasi panen yang sesuai dengan interfal waktu pematangan buah. Rotasi dapat di
artikan juga interval waktu pemanenan yaitu waktu yang di perlukan antara panen terahir dg
panen berikutnya pada tempat yg sama. Di perkebunan kelapa sawit pada umumnya
menggunakan rotasi panen 7-10 hari artinya satu areal harus di masuki oleh pemanen tiap 7
10 hari sesuai peraturan yang digunakan pada setiap perusahaan atau perseorangan.
Rotari panen di aggap baik bila buah tidak terlalu matang, yaiti dengan menggunakan sistem
6/79/10- artinya dalam satu minggu terdapat hari untuk peliharaan alat panen dan masing-
masing ancak panen sesuai ketentuan.
BAB III
Peralatan panen yang digunakan untuk panen kelapa sawit adalah dodos digunakan untuk
tanaman yang memiliki tinggi batang < 6 m sedangkan egrek untuk tanaman yang memiliki tinggi >
om. Peralatan bantu lainnya berupa karung wadah brondolan, kampak untuk memotong tangkai TBS
yang masih panjang.. tombak untuk mengangkat TBS ke lori, kereta dorong (lori) atau alat pikul. Alat
angkut tradisional pada panen kelapa sawit yaitu gerobak tangan, sepeda motor. Dan keranjang
anyaman. Sedangkan alat angkut modern yaitu wintor, alat angkut kelapa sawit merek T-Rex, dan
Truk Wolf 4 x 4 WD.
Whell Tractor
Merupakan alat angkut kelapa sawit yang memiliki kapasitas kecil yaitu ton,
biasanya digunakan untuk mengangkut TBS pada kondisi jalan yang buruk. Whell Tractor ini
selain digunakan untuk mengangkut TBS biasanya juga di gunakan untuk mengangkut pupuk
pada areal jalan yang rusak dan sulit untuk dilalui oleh kendaraan lain.
Truck Biasa
Colt Diesel
Budidaya kelapa sawit panen merupakan salah satu kegiatan penting dan merupakan saat-
saat yang ditunggu oleh pemilik kebun, karena saat panen adalah indikator akan dimulainya
pengembalian inventasi yang telah ditanamkan dalam budidaya. Melalui pemanenan yang dikelola
dengan baik akan diperoleh produksi yang tinggi dengan mutu yang baik dan tanaman mampu
bertahan dalam umur yang panjang.
Berbeda dengan tanaman semusim, pemanenan kelapa sawit hanya akan mengambil bagian
yang paling bernilai ekonomi tinggi yaitu tandan buah yang menghasilkan minyak kelapa sawit dan
inti kelapa sawit dan tetap membiarkan: tanaman berproduksi secara terus menerus sampai batas
usia ekonomisnya habis. Secara umum batas usia ekonomis kelapa sawit berkisar 25 tahun, dan
dapat berkurang bergantung dari tingkat pemeliharaan yang dilakukan termasuk cara pemananen.
Pemanen kelapa sawit yang salah akan mengakibatkan rendahnya produksi dan pendeknya
usia ekonomis. Oleh karena itu, pemanenan harus dilakukan dengan tepat agar tanaman tetap
berproduksi baik dan diperoleh mutu yang baik. Selain itu setelah panen harus segera dilakukan
penanganan pasca panen mengingat tandan buah kelapa sawit akan cepat mengalami penurunan
mutu dalam waktu 24 jam setelah panen.
Tanaman kelapa sawit juga harus dijaga buahnya agar tetap segar dan memiliki mutu yang
tinggi maka dilakukan rotasi panen yang sesuai dengan interfal waktu pematangan buah. Di
perkebunan kelapa sawit pada umumnya menggunakan rotasi panen 7-10 hari artinya setiap areal
harus dimasuki oleh pemanen tiap 7-10 hari sesuai peraturan yang digunakan pada setiap
perusahaan atau perseorangan. Rotasi panen dianggap baik bila buah terlalu matang, yaitu dengan
menggunakan sistem 6/7 9/10 artinya dalam satu minggu terdapat pemeliharaan alat panen dan
masing-masing panen sesuai ketentuan.
Kelapa sawit dapat dipanen bila sudah melebihi kriteria tingkat kematangan buah mencapai
fraksi 1-3 dimana persentase buah luar yang jatuh sekitar 12,5% -75%. Cara mudah menentukan
tingkat kematangan buah dilihat warna kulit buah dan menghitung jumlah buah luar yang telah
rontok minimal 1 20 butir. Apabila tandan telah memenuhi syarat untuk dilakukan pemanenan
segeralah dilakukan pemanenan sebelum buah busuk.
Syarat dan ketentuan yang harus dipatuhi ketika melakukan pemanenan kelapa sawit adalah
sebagai berikut:
1. Memanen semua buah pada tingkat kematangan yang optimum, yaitu pada saat
tandan buah segar (TBS) mengandung minyak dan karnel tertinggi.
2. Memanen hanya buah yang matang dan mengutip brondolan
3. Mengirim TBS ke pabrik dalam waktu 24 jam setelah panen. Hal ini dimaksudkan
untuk mengurangi kandungan asam lemak bebas didalam minyak sawit mentah.
Secara sistematis, langkah-langkah atau cara panen kelapa sawit yaitu Sebagai berikut:
Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah kebutuhan tenaga pemanen yaitu luas lahan yang
akan dipanen, tingkat kerapatan pohon kelapa sawit, dan rata-rata buah yang matang setiap pohon.
Selain itu, populasi tanaman per hektar juga turut mempercayakan jumlah tenaga yang dibutuhkan
di setiap kali
Pemanenan kelapa sawit. Sedangkan faktor kapasitas per panen berbanding terbalik dengan
jumlah kebutuhan tenaga. Jadi rumus yang dapat digunakan yaitu:
Keterangan :
Keterangan:
Keterangan:
A=rata-rata hasil/ha/tahun(kg)
BAB IV
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Alat yang digunakan untuk panen adalah dodos dan egrek. Alat perlengkapannya berupa
angkong, ember takar, ganju, dan karung alat berondol. Persiapan panen meliputi persiapan kondisi
areal, penyediaan tenaga kerja dan penyediaan alat. Pelaksanaan panen meliputi memotong buah
matang, menyusun pelepah pada gawangan, mengeluarkan dan menyusun buah maupun brondolan
ke TPH.
3.2 SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka penulis mohon kritik
dan saran guna perbaikan untuk masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Riniarti, Dewi dan Bambang Utoyo. (2012). Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. Malang: Wincka Media.
Setyamidjaja, D. 2006. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta. 62 Hal. Sunarko, 2008. Petunjuk
Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta.