Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq) merupakan komoditas tanaman


perkebunan unggulan di Indonesia. Prospek pengembangan tanaman kelapa
sawit di Indonesia ini masih tinggi. Tanaman ini merupakan salah satu penghasil
devisa non migas terbesar bagi negara kita. Pada sektor perkebunan, kelapa
sawit merupakan komoditas ekspor yang berperan penting dalam pembangunan
perekonomian negara. Volume ekspor minyak kelapa sawit menunjukan data
yang terus meningkat setiap tahunnya. Ekspor minyak kelapa sawit pada tahun
2015 mencapai 28,276,871 ton dengan nilai US$ 16,943,095 dan pada tahun
2016 mengalami peningkatan dengan volume ekspor 25,276,426 ton dengan
nilai US$ 16,020,548 (Ditjenbun, 2017).
Produktivitas yang sesuai dengan standar kelas lahan kelapa sawit dapat
dicapai melalui kegiatan pemeliharaan salah satunya pemupukan. Biaya
pemupukan sendiri mencapai 50 % Dari biaya pemeliharaan (Hakim, 2007).
Pahan (2008) menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan tanaman
kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh pemberian pupuk dan ketersediaan hara di
dalam tanah. Kemampuan lahan dalam penyediaan unsur hara secara terus
menerus bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit yang
berumur panjang mengalami penurunan dan jumlahnya sangatlah terbatas.
Keterbatasan daya dukung lahan dalam penyediaan unsur hara ini harus
diimbangi dengan penambahan unsur hara melalui pemupukan yang tepat dalam
hal ini dapat dilakukan dengan cara pemupukan yang dilakukan dengan
memanfaatkan ketiak pelepah.
Pemupukan kelapa sawit di dunia termasuk Indonesia selama ini hampir
seluruhnya dilakukan melalui media perakaran atau tanah Ginting, dkk., (2016).
Banyak penelitian menunjukkan bahwa pemupukan lewat tanah hanya
mencapai efisiensi penyerapan 30% dari jumlah pupuk yang diberikan Yuan and
Chen, (2015). Aplikasi pemupukan kelapa sawit melalui perakaran kurang
efektif pada masa pertumbuhan, dikarenakan dosis, waktu, dan komposisi unsur

1
hara yang diserap sangat tergantung kondisi lahan setempat. Mengingat pada
kondisi tertentu pupuk mengalami penguapan, tercuci, erosi, dan fiksasi broschat
(2011). Pemupukan melalui ketiak pelepah (axillary application) kelapa sawit
kini mulai digunakan di beberapa perkebun kelapa sawit (Adiwiganda, 2007).
Untuk memenuhi kebutuhan akan unsur hara dalam jumlah yang besar
seperti unsur nitrogen, fosfor, dan kalium, dalam hal ini nitrogen adalah unsur
yang dapat di serap secara langsung oleh tanaman tanpa melalui akar yang
nantinya dapat dijadi percobaan untuk pengaplikasian pemupukan melalui ketiak
pelepah kelapa sawit. Sebelum dilakukan pengaplikasian dengan memanfaatkan
metode pemupukan melalui ketiak pelepah, banyak aspek-aspek yang harus
dipertimbangkan salah satunya adalah keberadaan bahan organik yang ada pada
ketiak pelepah kelapa sawit, Tanaman kelapa sawit memiliki dua fase dimana
fase yang pertaman fase tanaman belum menghasilkan (TBM) yang merupakan
tanaman yang dipelihara sejak bulan penanaman pertama sampai dipanen pada
umur 30-36 bulan. Proses TBM merupakan proses pertumbuhan awal tanaman
di lapangan sebelum memasuki fase produksi. Yang kedua ada tanaman
menghasilkan (TM) merupakan fase tanaman yang mulai menghasilkan tandan
buah segar (TBS), biasanya umur mulai panen di suatu perusahaan perkebunan
berkisar 28 s.d 36 bulan.Dalam penelitian ini memilih kelapa sawit tanaman
menghasilkan umur 11 tahun. Diduga kelapa sawit tanaman menghasilkan umur
11 tahun memiliki bahan organik yang jumlahnya cukup banyak, dilihat dari
banyaknya tanaman yang menempel dibagian ketiak pelepah disertai banyaknya
tanaman tersebut melakukan penyerbukan dan dari segi umurnya.
Menurut Lubis (2008) pemeliharaan tanaman dilakukan pada saat
tanaman belum menghasilkan atau TM. Masa TBM ini berlangsung selama 2,5
tahun atau 30 bulan yaitu sampai tanaman mulai di panen. Pemeliharaan masa
TBM di bagi dalam 3 tahap yaitu : (1) Pemeliharaan tahun I berlangsung selama
12 bulan ; (2) Pemeliharaan tahun II berlangsung selama 12 bulan ; (3)
Pemeliharaan tahun III berlangsung selama 6 bulan.
Tanaman kelapa sawit akan berproduksi optimal jika dipelihara dengan
baik. Pemeliharaan pada tanaman belum menghasilkan (TBM) meliputi:
Konsolidasi tanaman, penyisispan tanaman, pemeliharaan piringan pohon,

2
pemeliharaan penutup tanah, pemupukan, tunas pasir, kastrasi, pengendalian
hama, jalan pikul, tempat pemungutan hasil, jalan teras, dan parit drainase,
Analisa daun, dan inventarisasi pohon (Purba ddk., 2010).
Kondisi iklim, tanah, dan bentuk wilayah merupakan faktor lingkungan
yang utama, yang memengaruhi keberhasilan pengembangan tanaman kelapa
sawit. Disamping faktor lainnya seperti bahan tanaman (genetis) dan perlakuan
kultur teknis yang diberikan.
Produksi per Ha kelapa sawit saat ini mencapai 7-9 ton CPO \Ha.
Masalah yang dihadapi dimasa mendatang adalah bidang manajemen sehingga
daya saing semakin kuat. Hal ini di tunjukan adanya sering terjadi kelangkaan
minyak sawit atau spekulsi yang tinggi sehingga membuat harga tidak stabil,
sehingga sering sekali pemerintah menetapkan kebijakan regulasi yang berubah-
ubah.

1.2 Rumusan masalah

Adapun rumusah masalah dalam makalah laporan PKU ini adalah:


1) Bagaimana cara merawat dan memelihara tanaman kelapa sawit belum
menghasilkan ?
2) Bagaimana cara merawat dan memelihara tanaman kelapa sawit agar
dapat menghasilkan buah yang bagus ?
3) Bagaimana prosedur kerja perawatan tanaman kelapa sawit?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari Kegiatan Praktek Kerja Usaha (PKU) Pembibitan


tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut:
1) Agar siswa dapat mengetahui cara merawat tanaman kelapa sawit
dengan baik sesuai prosedur untuk menghasilkan buah yang berkualitas;
2) Agar Siswa mampu mengetahui Langkah awal prosedur kerja dari
tahapan pemeliharaan tanaman kelapa sawit.

3
1.4 Manfaat

Adapun manfaat dari Kegiatan Praktek kerja Usaha (PKU) pembibitan


tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut:

a. Manfaat secara teoritis


1) Siswa dapat menambah ilmu pengetahuan tentang merawat tanaman
kelapa sawit;
2) Siswa dapat menambah pengetahuan dan wawasan menyangkut hal-hal
perawatan tanaman kelapa sawit.
3) Agar siswa dapat menambah pengetahuan dan wawasan menyangkut
dunia bekerja di perkebunan kelapa sawit.

b. Manfaat praktis
1) Siswa memiliki keahlian dalam melakukan Teknik perawatan tanaman
kelapa sawit;
2) Siswa mendapatkan pengalaman dalam melakukan dan menjalankan
sebuah usaha di bidang industri kelapa sawit;
3) Siswa dapat mengetahui manfaat dan kegunaan minyak kelapa sawit.

4
BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Morfologi dan Klasifikasi kelapa sawit

A. Klasifikasi Kelapa Sawit


Kerajaan : Plantae

Divisi : Embryophyta Siphonagama

Kelas : Angiospermae

Ordo : Monocotyledonae

Famili : Areacaeae / Palmae

Sub Famili : Elais

Species : Elais guineensis jacq

Elaeis oleifera / Elais melanococcadora

Elaeis odora

B. Botani kelapa Sawit

Kelapa sawit ( E1aeis guineensis Jacq ) adalah tanaman penghasil minyak


nabati yang dapat diandalkan, karena minyak nabati merupakan produk
utama yang bisa dihasilkan dari kelapa sawit. Potensi produksinya per hektar
mencapai 6 ton pertahun, bahkan lebih tinggi jika dibandingkan dengan tanaman
penghasil minyak lainnya seperti kacang kedelai (4,5 ton per tahun), tingkat
produksi ini termasuk tinggi. Minyak nabati yang dihasilkan dari
pengolahan buah kelapa sawit berupa minyak sawit mentah (CPO atau crude
palm oil) yang berwarna kuning dan minyak inti sawit (PKO atau palm
kernel oil) yang tidak warna (jernih). CPO atau PKO banyak digunakan
sebagai bahan industri pangan (minyak goreng dan margarin), industri sabun,

5
baja, tekstil, kosmetik, dan sebagai bahan bakar alternatif pengganti minyak
bumi.
Industri perkebunan kelapa sawit merupakan sektor unggulan dan
memiliki daya saing di pasar internasional yang di mana Indonesia merupakan
Negara penghasil CPO terbesar di dunia, dengan produksi mencapai kurang
lebih dari 43 juta ton per tahun 2019. Industri ini berperan dalam menyediakan
kesempatan kerja lebih dari 2 juta orang, menghasilkan devisa dan pendapatan
negara selain migas.
Pembangunan kelapa sawit baik yang dilakukan oleh perkebunan
besar maupun oleh masyarakat telah berkembang dengan sangat pesat.
Awal tahun 1968, areal kelapa sawit yang semula hanya terbatas di tiga
wilayah (Sumatera Utara, Aceh dan Lampung) saat ini sudah berkembang di 22
daerah Provinsi. Luas areal tahun 1968 seluas 105.808 ha dengan produksi
167.669 ton, pada tahun ke tahun telah meningkat menjadi 3,61 persen.
Sedangkan luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia juga jadi yang terluas di
seluruh dunia yang seluas 11,75 Juta Hektar.

C. Morfologi Tanaman Kelapa Sawit


1. Akar
Tanaman kelapa sawit memiliki jenis akar serabut. Akar utama atau
primer akan membentuk akar sekunder, tertier dan kuartener. Akar primer
mempunyai ukuran paling besar pada umumnya. Akar primer berdiameter
7-9 mm, keluar dari batang dan menyebar horizontal. Akar sekunder
berdiameter 2 - 4 mm. keluar dari akar primer. Akar tersier berdiameter 0.7-
1.2 mm. keluar dari akar sekunder, dan akar kuartener keluar dari akar
sekunder yang berdiameter 0.1-0.3 mm.
2. Batang
Batang kelapa sawit berbentuk silinder dengan diameter sekitar 20-75
cm Tinggi batang bertambah sekitar 45 cm per tahun. Dalam kondisi
lingkungan yang sesuai pertambahan tinggi dapat mencapai 100 cm per
tahun. Setelah tanaman berumur 4 tahun, batang mulai memperlihatkan

6
pertumbuhan yang memanjang. Ketebatan batang tergantung kekuatan
pertumbuhan daun-daunnya.

3. Daun
Susunan daun kelapa sawit membentuk susunan daun majemuk.
Susunan ini menyerupai susunan daun pada tanaman kelapa. Panjang
pelepah daun sekitar 7,5 - 9 m. Jumlah anak daun pada setiap pelepah
berkisar antara 250-400 helai. Produksi pelepah daun selama satu tahun
mencapai 20-30 pelepah. Terdiri dari bagian :
a. Kumpulan anak daun (leaflets) yang mempunyai helaian (lamina) dan
tulang anak daun (midrib).
b. Rachis yang merupakan tempat anak daun melekat.
c. Tangkai daun (petiole) yang merupakan bagian antara daun dan batang.
d. Seludang daun (sheath) yang berfungsi sebagai pelindung dari
kuncup dan memberi kekuatan pada batang.
4. Bunga
Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon
(monoeciousdiclin) dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga
sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Umumnya tanaman kelapa sawit
melakukan penyerbukan silang. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan
panjang sementara bunga betina terlibat lebih besar dan mekar.
5. Buah
Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam,ungu, hingga
merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan
yang muncul dari tiap pelepah. Minyak dihasilkan oleh buah. Kandungan
minyak bertambah sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase matang,
kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan
buah akan rontok dengan sendirinya. Buah terkumpul di dalam tandan.
Dalam satu tandan terdapat sekitar 1.600 buah. Tanaman normal akan
menghasilkan 20-22 tandan per tahun. Jumlah tandan buah pada tanaman tua
sekitar 12-14 tandan per tahun. Berat setiap tandan sekitar 25-35 kg. buah
terdiri dari tiga lapisan :

7
a. Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.
b. Mesosokarp, serabut buah. Merupakan bagian yang mengandung
minyak dengan rendemen paling tinggi.
c. Endoskarp, cangkang pelindung inti. Merupakan lapisan keras dan
berwarna hitam.

D. Ekologi Kelapa Sawit

Habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh


o o
dengan baik didaerah tropis (15 LU – 15 LS). Tanaman diperkebunan
o
komersial dapat tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 20 C, akan tetapi

jika suhu di bawah 20 oC pertumbuhan akan terhambat. Produksi TBS

o
akan didapat pada suhu berkisar antara 25 - 27 C, karena pada suhu
tersebut produksi buah meningkat dan mencapai maksimal. Tanaman itu
tumbuh sempurna di ketinggian 0 - 500 m dari permukaan laut dengan
kelembaban 80 - 90% sawit membutuhkan ilkim dengan curah hujan stabil,
200 - 2500 mm setahun, yaitu daerah yang tidak tergenang air saat hujan
dan tidak kekeringan saat kemarau. Pola curah hujan tahunan mempengaruhi
perilaku pembungaan dan produksi buah sawit (Sunarko,2003).

Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman heliofil atau menyukai cahaya


matahari. Penyinaran matahari sangat berpengaruh terhadap perkembangan buah
kelapa sawit. Lama penyinaran matahari rata-rata 5 - 7 jam/hari. Sangat baik
membantu penyerbukan. Pertumbuhan tanaman kelapa sawit antara 5 - 6 km
/jam sangat baik untuk membantu penyerbukan.

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di banyak jenis


tanah, yang penting tidak kekurangan air pada musim kemarau dan tidak
tergenang air pada musim hujan (drainase baik). Jenis tanah yang baik untuk
tanaman kelapa sawit adalah tanah latosol, podsolis merah kuning, hidromof
kelabu, alluvial dan organosol atau gambut. Di lahan-lahan yang permukaan air
tanahnya tinggi atau tergenang, akar akar busuk. Selain itu pertumbuhan

8
batang dan daunnya tidak mengindikasikan pruduksi buah baik. Kesuburan
tanah bukan merupakan syarat mutlak bagi perkebunan kelapa sawit.

BAB III

METODE PRAKTEK

3.1. Waktu dan Tempat


Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktek kerja usaha yang di lakukan
adalah sebagai berikut:
1. Tempat pelaksanaan PKU di laksanakan di Kebun PT. Harlitama Agri
Makmur, yang bertempat di Desa Puuloro, Kec. Sampara, Kabupaten
Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara
2. Waktu pelaksanaan PKU di laksanakan dari tanggal 01 Oktober 2021 sampai
dengan tanggal 31 Oktober 2021.

3.2. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan praktek kerja usaha yang di lakukan adalah sebagai
berikut:

3.2.1. Alat

Alat yang digunakan dalam PKU ini di uraikan dalam tabel 3.1. berikut ini:

Tabel 3.1. Nama dan Fungsi Alat

No Nama Alat Fungsi


Berfungsi untuk menggali ,membersihkan tanah dari
1. Pacul
rumput, ataupun untuk meratakan tanah .
Berfungsi untuk membabat semak semak,alang alang, dan
2. Parang/arit
rerumputan
3. Knapsack Berfungsi untuk memcahkan cairan yang di semprotkan
Sprayer menjadi tetesan kecil(droplet)daan mendistribusikan secara

9
merata pada objek yang di lindungi
Berfungsi untuk memotong pelepah maupun tandan dengan
4. Dodos
cara di dorong
Berfungsi untuk memotong pelepah maupun tandan dengan
5. Egrek
cara di Tarik
Berfungsi untuk mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh
6. Alat k3
dari potensi bahaya di tempat kerja

3.2.2. Bahan
Adapun bahan yang di gunakan dalam PKU di uraikan pada tabel
3.2 di bawah ini:

Tabel 3.2. Nama dan Fungsi Bahan

No Nama bahan Fungsi


1. Pupuk NPK 13- Fungsi untuk membantu pertumbuhan tanaman agar
8-27-4 berkembang secara maksimal
2. Pupuk NPK 15- Fungsinya untuk mempercepat pertumbuhan tanaman,
15-6-4 pembentukan anakan, tinggi tanaman dan lebar daun
3. Pupuk NPK 12- Fungsinya untuk memacu pertumbuhan tanamn pada vase
12-17-2 vegetatif, dan memaksimalkan pertumbuhan generatif sesuai
kebutuhan tanaman
4. Pupuk Urea Fungsinya sebagai pupuk kimia yang memasok unsur
Nitrogen yang dibutuhkan oleh tanaman
5. Pupuk dolomite Fuungsinya untuk menetralkan keasaman tanah atau
menaikan pH tanah
6. Fungsinya untuk pembentukan bintil akar, pertumbuhan
Pupuk kieserite anakan, meningkatkan kadar minyak pada tanaman
penghasil minyak seperti kelapa sawit
7. Fungsinya untuk mempengaruhi kualitas dan kuantitas
Pupuk MOP tandan serta resistensi terhadap penyakit dan stres
kekeringan

10
8. Pupuk TSP Fungsinya untuk memacu perkembangan akar tanaman,
sehingga akar jadi lebih lebat, sehat dan kuat, serta mampu
Menyusun asam Nukleat
9. Fungsinya untuk membantu mempercepat dan
meningkatkan pertumbuhan bunga pada tanaman, sehingga
tanaman akan lebih cepat melakukan penyerbukan serta
Pupuk Borate dapat meningkatkan kesuburan tanah dengan cara menjaga
kondisi tanah , air permukaan dan air tanah dari kontaminasi
zat-zat lain yang berbahaya bagi tanah dan tanaman, dan
pupuk borate juga dapat meningkatkan unsur hara yang
sangat di butuhkan tanaman
10. Gliposat Fungsinya untuk mengendalikan gulma rumput dan daun
lebar yang mempunyai perakaran dalam
Fungsinya untuk mematikan tumbuhan cepat, yaitu dengan
11. Paraquat
cara merusak membran sel
Fungsinya untuk pengendalian gulma secara tepat dan
12. Ally hemat untuk pembentukan anakan yang optimal dan
menguntungkan
13. Garlon Fungsinya untuk mengendalikan jenis gulma anakan kayu
14. Starane Fungsinya untuk mengendalikan jenis gulma kacangan

3.3. Prosedur Kerja


Berikut adalah prosedur kerja yang dilakukan dalam kegiatan PKU
dikebun PT. HARLITAMA AGRI MAKMUR sebagai berikut :

3.3.1. Rawat Path / Jalan Tikus

Membuat Jalan tikus dengan lebar 1,2 m – 1,5 m, harus bebas


dari tunggul dan sisa sisa anak kayu yang mengganggu jalan pekerja. Selain itu
juga bebas dari gulma dan tanaman kacangan. Pada TBM I harus ada 1 path
tiap 8 baris tanaman, TBM II 1 path tiap 4 baris tanaman, TBM III 1 path tiap
dua baris tanaman. Perawatan jalan tikus dilakukan 2 bulan sekali sehingga
gulma yang tumbuh tidak sempat menutupi jalan tersebut.

11
3.3.1. Rawat Piringan (Circle weeding)

a. Mencaabut semua vegetasi yang tumbuh dalam piringan sawit atau tebas
hingga rata tanah menggunakan parang, atau dengan cara lain keruk
semua gulma dalam piringan menggunakan pacul.
b. Garuk sisa gulma yang telah ditebas dengan parang keluar dari piringan
dengan Jarak 1 – 1,5 Mater dari Pokok Kelapa Sawit
c. Menghindari pembajakan tanah atau merusak tanah di area piringan karena
bisa merusak akar sawit

3.3.2. Pemberatan Lalang


Pemberantasan/pengendalian lalang di lakukan dengan beberapa Tahap
yaitu Sebagai Berikut :
a. Sheet lalang
Menyemprot total lalang dengan menggunakan gliphosat 70 – s/d 80
cc /kep dan di campur dengan berbahan dasar metsulfuron methyl
b. Spot Lalang.
Setelah 21 Hari Setelah melakukan Sheet lalang makan di lakukan Spot
Lalang
c. Wiping
Cara melakukan pemeberantasan lalang (wiping) mengacu pada Instruksi
kerja pemeberantasan lalang (wiping)

3.3.3. Rawat Gawangan Manual.


pembersihan gawangan dari anak kayu sehingga menghindarkan adanya
kompetisi persaingan unsur hara dengan tanaman kelapa sawit yang berdampak
menurunya produksi. Perawatan gawangan dilakukan dengan dongkel anak kayu
dengan alat alat manual yaitu parang dan cangkul. Rotasi perawatan gawangan
yaitu 3 kali dalam se tahun dengan cara manual.

12
3.3.4. Rawat Gawangan Chemis.
Prosedur gawangan chemis adalah sebagai Berikut :
a. Menyiapkan Larutan semprot, Di pastikan di lakukan pencampuran
herbisida dengan menggunakan takaran agar sesui dengan konstrasinya
b. Waktu penyempotan Herbisida, Di atur waktu penyemprotan supaya bisa
berjalan secara efektif
c. Pemilihan Nozel Semprot, Menentukan nozel yang di pakai agar
penggunakan herbisida bisa lebih efektif
d. Menetukan herbisa menurut cara kerjanya, Herbisida dapat dibedakan
menjadi dua jenis yaitu herbisida kontak dan herbisida
sistemik/translokasi.

3.3.5. Sensus Pohon.


Sensus pohon adalah menghitung jumlah pohon kelapa sawit tiap blok
pada suatu areal afdeling.
a. Mengitung Jumlah pohon tiap blok dengan menggunakan GPS dan harus
sesuai dengan standar jarak tanam atau kerapatan pohon.
b. Sensus pohon dilakukan setelah selesai penanaman dan tidak boleh lebih
dari 6 bulan.
c. Hasil sensus harus di petakan tiap blok.
d. Melakukan cross check terhadap hasil sensus yang dibuat oleh petugas.

3.3.6. Konsolidasi pokok.


Konsolidasi merupakan kegiatan memperbaiki tanaman yang roboh dan
mengganti tanaman yang mati dilapangan akibat kesalahan penanaman,
gangguan hama, ataupun lingkungan yang ekstrem seperti genangan, kering, dan
lain lain. Bibit yang di gunakan untuk pengganti tanaman yang mati adalah bibit
cadangan yang telah di sediakan sehingga umur tanaman dapat seragam.
Tanaman yang di perbaiki tidak boleh condong atau miring. Pelaksanaan
konsolidasi dilakukan perblok dengan kelompok yang terdiri dari 4-5 orang.

13
Pelaksanaan konsolidasi paling lambat dilakukan 6 bulan setelah penanaman dan
hanya dilakukan sekali saja, tidak memiliki rotasi seperti kegiatan perawatan
yang lain.

3.3.7. Pemeliharaan Penutup Tanah


Prosedur Kerja Pemeliharaan Penutup Tanah adalah Sebagai Berikut :
a. Menanam Tanam Penutup dengan Mocuna atau sejenis.
b. Menahan atau mengurangi daya perusak butir-butir hujan yang jatuh dan
aliran air di atas permukaan tanah
c. Menambah bahan organik tanah melalui batang, ranting dan daun mati
yang jatuh.
d. Melakukan transpirasi, yang mengurangi kandungan air tanah.

3.3.8. Pemupukan
memupuk sawit yang baik adalah Memupukan yang sesuai dengan
aturan. Pemberian dosis yang tepat, penyebaran pupuk di tempat yang tepat dan
pemilihan waktu pemupukan yang tepat.

3.3.9. Kastrasi /Sanitasi

Memotongan bunga jantan dan betina dengan menyisakan bunga jantan

sebanyak 1 bunga dalam luasan 1 hektar untuk mempertahankan populasi

Elaedobius kamerunikus serangga penyerbuk kelapa sawit. Sanitasi merupakan

kegiatan memotong dan membersihkan tanaman dari sisa sisa pelepah yang

kering dan tandan yang busuk.

14
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Perawatan TBM (Tanaman belum menghasilkan)

Tanaman belum menghasilkan (TBM) adalah tahapan sejak tanaman


kelapa sawit selesai di tanam sampai tanaman memasuki masa panen pertama.
Tujuan pemeliharaan tanaman belum menghasilkan diantaranya adalah
untuk mendorong pertumbuhan tanaman sehingga mempercepat masa TM
(Tanaman menghasilkan).
Berdasarkan jenis pekerjaan, rawat TBM dibagi dalam kelompok
kegiatan :

1. Rawat path / jalan tikus


2. Rawat piringan (Circle Weeding)
3. Pemberantasan lalang
4. Rawat gawangan manual
5. Rawat gawangan chemist
6. Sensus pohon
7. Konsolidasi pokok
8. Pemeliharaan penutup tanah
9. Pemupukan
10. Kastrasi
11. Pengendaliaan hama dan penyakit (PHPT)

4.1.1. Rawat Jalan Tikus

15
Jalan tikus adalah jalan yang dibuat diantara dua barisan tanaman yang
berfungsi sebagai jalan para pekerja rawat maupun jalan untuk memudahkan
pengawasan pekerjaan secara keseluruhan.

 Standar Jalan Tikus


- Lebar 1,2 – 1,5 meter.
- Bebas dari tunggul / sisa-sisa kayu
- Bebas dari segala gulma, anak kayu dan kacangan
- Pada TBM I harus ada satu path setiap 8 barisan (1:8).
- Pada TBM II harus ada 1 path setiap 4 barisan (1:4).
- Pada TBM III harus ada path setiap 2 barisan (1:2).
- Jalan tikus harus dirawat secara rutin dengan rotasi 60 hari dan 0,3
HK/ha
- Rawat dilakukan secara khemis denga jenis herbisida dan dosis yang
ditentukan Ka. Kebun.

 Contoh Penyimpangan
- Bila pada saat pelaksanaan rawat, ada path yang masih relatih bersih
maka path tersebut tidak perlu dilakukan rawat (selektif).
- Pada tempat tertentu path sudah semak sebelum tiba rotasi. Untuk itu
perlu perlakuan khusus yang harus dikomsultasikan Ka. Kebun.

4.1.2. Circle Weeding Manual ( garuk piringan)

Pirigan adalah areal disekeliling pohon yang dibersihkan guna


membersihkan ruang untuk pertumbuhan tanaman maupun sebagai
tempat menaburkan pupuk.

 Standar Piringan

- Pada TBM I jari-jari piringan 1-1,5 m dari pangkal tanaman.


- Pada TBM II dan III jari-jari piringan 2-2,5 m dari pangkal tanaman.
- Piringan harus bebas dari segala jenis gulma.

16
- Rawat piringan dilakukan 6 kali setahun (rotasi 60 hari) dengan 3 kali
khemis dan 3 kali manual secara bergantian

 Biaya piringan (circle weeding)

Biaya piringan di PT. Harlitama Agri Makmur dengan biaya


Rp. 1.500 / pokok, Adapun rotasi yang di gunakan di PT. Harlitama Agri
Makmur menggunakan rotasi 1 kali dalam setahun.
Adapun biaya per hektar per tahun adalah Rp. 1.500 x 143 x 1 =
Rp. 214.500 /Ha (Dua Ratus Empat Belas Ribu Lima Ratus Rupiah).

 Contoh Penyimpangan

- Bila pada saat pelaksanaan rawat, ada piringan yang masih relatif bersih
maka piringan tersebut tidak perlu dilakukan rawat (selektif).
- Bila lebar piringan yang dikerjakan tidak memenuhi standar, mandor
harus menyuruh karyawan untuk mengulangi pekerjaan.
- Bila pada saat rawat dijumpai lalang dipiringan maka lalang harus
ditinggalkan.
- Pada tempat tertentu piringan sudah semak sebelum tiba rotasi. Untuk itu
perlu perlakuan khusus yang harus dikonsultasikan dengan Ka. Kebun.

4.1.3. Pemberantasan Lalang

Lalang adalah jenis gulma yang berbahaya sehingga harus


diberantas sampai tuntas. Lalang yang harus diberantas adalah yang
termasuk kategori sheet, sporadis maupun kategori wiping.

 Standar Rawat

- Areal kebun baik piringan, gawangan, path maupun parit / sungai harus
bebas lalang.
- Bebas lalang yang dimaksud adalah bebas lalang kategori sheet, sporadis
maupun kategori wiping.
- Pemberantasan lalang kategori wiping dilakukan rutin dan secara khemis
dengan rotasi 90 hari.
- Pemilihan dan penetapan kebutuhan herbisida yang akan digunakan
harus dikordinasikan dengan Ka. Kebun.
- Bila memberantas lalang kategori sheet dan sporadis dengan
penyemprotan harus :
1) Menggunakan air bersih (bukan air yang berlumpur dan keruh).

17
2) Dilakukan pada pagi / siang hari saat cuaca cerah.
- Penggunaan alat semprot harus di kalibrasi dulu, dan tata cara
pelaksanaanya harus ditanyakan kepada Ka. Kebun.
- Bila pemberantasan lalang kategori Wiping :
1. Dosis harus dikonsultasikan dengan Ka. Kebun
2. Mengunakan air bersih
3. Mengunakan lap dari kain
4. Dilakukan pada pagi / siang hari saat cuaca cerah

 Biaya Pemberantasan lalang

Biaya pemberantasan lalang di PT. Harlitama Agri Makmur dengan


biaya Rp. 20.000 / ha, Adapun rotasi yang digunakan 90 hari dalam
setahun.

 Contoh Penyimpangan

- Penyomprotan tidak tuntas, ada lalang tidak tersomprot


- Kadang-kadang setelah disomprot lalang tumbuh lagi atau tidak mati.
- Lalang sudah tumbuh lagi sebelum tiba rotasi.
- Bila dijumpai hal-hal tersebut harus dibuat perlakuan khusus dan harus
dikonsultasikan dengan Ka. Kebun

4.1.4. Rawat Gawangan (DAK)

Rawat gawangan adalah membersihkan gulma dari kelempok anak kayu


yang ada digawangan pohon termasuk path, piringan dan sekitar parit / sungai

 Standar Gawangan
- Pada TBM I / II areal (gawangan) harus dipenuhi LCC (kacangan) 100
%.
- Pada TBM III selain LCC 100 % ditolerir adanya rumput-rumputan
lunak (paitan, dan sebagainya).
- Rawat gawangan harus dilaksanakan rutin dengan rotasi 60 – 90 hari (4 –
6 kali setahun) secara maksimal.
- Gulma anak kayu, keladi-keladian, pisang-pisangan, araso harus dicabut
tidak boleh dibabat.
- Bila rawat dilakukan secara khemis, pemilihan dan penetapan dosis dan
kebutuhan herbisida harus dikonsultasikan dengan Ka.Kebun.

 Contoh Penyimpangan

18
- Pada areal rendahan, gulma tumbuh lebih cepat sehingga sudah
semak sebelum tiba rotasi.
- Bila anak kayu tumbuh bersama-sama lalang, hanya anak kayu yang
di ambil, sedangkan lalang di tinggalkan.
- Terhadap hal-hal tersebut perlu perlakuan khusus yang harus di
konsultasikan dengan kepala kebun.

4.1.5. Weeding Gawangan Manual (Babat Gawangan)

Pemeliharaan gawangan manual dilakukan dengan membersikan gulma


yang terdapat didalam radius 1,5 m dari tanaman baik itu dilakukan secara
mekanis seperti dikored, dibabat, dan dicangkul. Gulma yang tumbuh dipasar
pikul dan piringan secara manual dilakukan cara mencabut gulma yang tumbuh
liar terutama gulma berkayu dengan mengunakan tangan langsung, maupun
mengunakan alat pertanian.
Pemberantasan mekanis dapat dilakukan dengan cara clean weeding
atau penyiangan bersih pada daera piringan, gawangan, pasar pikul, dan selektif
weeding yaitu penyiangan untuk jenis pupuk tertentu seperti alang-alang.
Teknik pekerjaan secara manual sebagai berikut:
- Mencabut dengan tangan atau membersikan dengan garut , semua gulma
yang tumbuh diantara penutup tanahdengan rotasi yang teratur.
- Membersihkan dengan memakai kored atau garut gulma pada areal
bokora (piringan), harus dipelihara agar terbebas dari gulma .
- Membalikan dengan tangan atau memotong alur-alur kacangan yang
masuk kepasar pikul, gawangan piringan, dan tanah sawit yang tumbuh
dipiringan juga dibersikan.

Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kerusakan daun, karena


pengunaan herbisida sangat berisiko merusak daun-daun muda tanaman.
Pemeliharan piringan dilakukan dengan rotasi 1-2 bulan terhantung
kebutuhan. Umumnya, pada musim hujan rotasi pemeliharaan piringan
dilakukan lebih rapat karena pertumbuhan gulma akan lebih cepat
dibandingkan musim kemarau.
LCC yang tumbuh merambat di gawangan selain memberian
banyak keuntungan bagi tanaman, keberadaanya yang tidak terkendali
juga dapat menimbulkan kerugian seperti pertumbuhan sulur yang
merambat ke arah piringan tanaman hingga membelit pelepah dan pohon
kelapa sawit. Keadan ini akan menyulitkan kegiatan pemeliharan lainya
seperti pengendalian gulma, pemeliharaan piringan, penunasan dan
kastrasi, serta pemupukan

19
 Biaya Babat Gawangan ( Weeding Gawangan Manual )

Biaya babat gawangan Manual di PT. Harlitama Agri Makmur


dengan biaya Rp. 200.000 / Ha. Adapun rotasi yang di gunakan 3 kali
dalam setahun .

4.1.6. Weeding Gawangan Chemis (Semprot Gawangan)

Pengendalian gulma secara khemis adalah pengendalian gulma


dengan menggunakan senyawa kimia yang dapat menghambat pertumbuhan atau
membunuh gulma yang di sebut herbisida. Herbisida merupakan senyawa kimia
yang mengandung racun yang selain dapat membunuh gulma juga dapat
membunuh organisme lain. Pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida
memiliki dampak positif yaitu dapat mengendalikan gulma dengan waktu yang
singkat dan mencakup areal yang cukup luas.
Pengendalian gulma pada prinsipnya merupakan usaha
meningkatkan daya saing tanaman utama dan melemahkan daya saing gulma.
Keunggulan tanaman pokok harus menjadi sedemikian rupa
sehingga gulma tidak mampu mengembangkan pertumbuhan secara
berdampingan atau pada waktu bersamaan dengan tanaman utama. Dalam
pengertian ini semua praktek budidaya di pertanaman dapat di bedakan mana
yang lebih meningkatkan daya saing tanaman utama atau meningkatkan daya
saing gulma.
Pengendalian gulma secara kimiawi adalah pengendalian gulma
dengan menggunakan bahan kimiawi yang dapat menekan atau bahkan
mematikan gulma. Bahan kimiawi yang digunakan tersebut secara umum
disebut herbisida.
- Piringan menggunakan herbisida glyphosate atau paraquat.
- Pasar pikul menggunakan herbisida + konsentrasi 2.4 D.Amine 0,5% +
konsentrasi Round Up 48ec 0,6%.

20
- Gawangan menggunakan herbisida Metsufuron methyl sesuai dosis
gulmanya.

 HERBISIDA

 Herbisida Sistemik
Biasa digunakan untuk pengendalian gulma yang mempunyai
rhizome atau umbi seperti lalang ( imparta cylindrical ) atau teki
( cyperus rotundus ). Herbisida ini akan diserap melalui daun dan
dibawah kebagian rhizome atau umbinya kemuadian bahan aktifnya
mematikan bakau tunas yang tumbuh setiap ruas akar lalang atau setiap
umbi. Ciri-ciri herbisida ini berhasil menjalankan tugasnya apabila
terlihat noda hitam pada bakal tunas di atas. Hal tersebut berarti bakal
tunasnya telah mati. Untuk jenis gulma seperti mikania (Mikania
cordata ), herbisida pun ini efektif membunuh gulma sampai ke
akarnya beberapa hari setelah penyerapan berlangsung. Biji bijian tidak
akan mati masih terlindung,namun biji gulma yang telah tumbuh,
beberapa jenis gulma akan mati dan beberapa jenis lainnya akan tetap
hidup ada beberapa jenis herbisida sistemik ini, mengendalikan lalang
atau daun berdaun sempit (Grasses) lainnya, gulma berumbi seperti teki
tekian serta untuk yang berdaun lebar (Broad leaves) masing masing
produk mempunyai spesipikasi sendiri misalnya:
- Herbisida yang menggandung bahan aktif glyphosate, baik sekali
untuk mengendalikan lalang dan teki.
- Herbisida yang menggandung bahan aktif 2,4 D atau 2,4,5T baik
sekali untuk menggendalikan gulma berdaun lebat.
Efek kematian terjadi hampir ke seluruh bagian gulma, mulai dari
daun hingga sampai perakaran. Dengan demikian, proses
pertumbuhan kembalijuga terjadi sangat lambat sehingga rotasi
pengendalian dapat lebih lama (Panjang). Penggunaan herbisida

21
sistematik secara keseluruhan dapat menghemat waktu, tenaga kerja,
dan biaya aplikasi.

 Herbisida Kontak
Herbisida kontak adalah herbisida yang langsung mematikan
jaringan jaringan atau bagian gulma yang terkena larutan herbisida,
terutama gulma yang berwarna hijau. Herbisida jenis ini bereaksi sangat
cepat dan efektif jika digunakan untuk memberantas gulma yang masih
muda dan berwarna hijau, serta gulma yang memiliki system perakaran
yang tidak meluas.
Herbisida jenis ini di kenal karena mengakibatkan efek bakar
yang langsung dapat diilihat terutama pada penggunaan dengan kadar
tinggi, seperti asam sulfat 70%, besi sulfat 30%, tembaga sulfat
40%.Paraquat sebagai herbisida kontak, molekulnya dapat
menghasilkan
peroksida radikal yang dapat memecah membrane sel, akhirnya
seluruh juga rusak. Herbisida kontak merusak bagian tumbuhan yang
terkena dan tidak ditransolasikan kebagian lain.
Herbisida kontak merlukan dosis dan air pelarut yang lebih besar
agar bahan aktifkan mereka keseluruhan permukaan gulma dan
diperoleh efek pengendalian yang lebih baik. Dengan demikian, prestasi
kerja yang di

4.1.7. Sensus Pohon

Sensus pohon adalah menghitung jumlah pohon kelapa sawit tiap blok
pada suatu areal afdeling. Dengan sensus pohon akan di ketahui apakah jumlah
pohon tiap blok telah sesuai atau belum terhadap standar.

 Standar Sensus Pohon

22
- Jumlah pohon tiap blok harus sesuai dengan standar jarak tanam atau
kerapatan pohon yaitu 143 pohon atau Ha.
- Sensus pohon harus dilakukan setelah selesai penanaman dan tidak
boleh lebih dari 6 bulan.
- Pelaksanaan sensus harus memakai form sensus yang telah di
sediakan.
- Hasil sensus harus di petakan tiap blok.
- Kode-kode dalam peta harus mengikuti aturan yang sudah ada.
- Sensus di lakukan setahun sekali oleh petugas sensus.
- Kepala afdeling harus melakukan cross check terhadap hasil sensus
yang dibuat petugas.

4.1.8. Konsolidasi

Konsolidasi adalah kegiatan memperbaiki penyimpangan yang di alami


pohon baik sebagai akibat kesalahan dalam penanaman maupun akibat gangguan
alam. Yang di perbaiki dalam pekerjaan konsolidasi adalah kondisi tanaman
yang condong, penimbunana kurang, penimbunan cekung, timbunan berlebihan
dan sejenisnya.

 Standar Konsolidasi

Setiap tanaman (tegakan) yang telah di tanam dilapangan tidak


boleh condong atau miring, timbunan kurang (cekung), longsor (pada
area countour).
- Konsolidasi harus di lakukan setiap blok setelah selesai penanaman.
- Konsolidasi dilakukan hanya sekali paling lambat 6 bulan setelah
tanam.
- Alat yang digunakan dalam konsolidasi adalah cangkul dan alat lain
yang diperlukan.

4.1.9. Tanaman penutup tanah

Adalah tumbuhan atau tanaman yang khusus ditanam untuk


melindungi tanah dari ancaman kerusakan oleh erosi dan atau untuk
memperbaiki sifat kimia dan sifat fisik tanah.

Tanaman penutup tanah:


- Menahan atau mengurangi daya perusak butir-butir hujan yang jatuh
dan aliran air di atas permukaan tanah
- Menambah bahan organik tanah melalui batang, ranting dan daun mati
yang jatuh.
- Melakukan transpirasi, yang mengurangi kandungan air tanah.

23
Peranan tanaman penutup tanah tersebut menyebabkan
berkurangnya kekuatan dispresi air hujan, mengurangi jumlah serta
kecepatan aliran permukaan dan memperbesar infiltrasi air kedalam
tanah, sehingga mengurangi erosi.
Tumbuhan atau tanaman yang sesuai untuk digunakan sebagai
penutup tanah dan digunakna dalam sistem pergiliran tanaman harus
memenuhi syarat-syarat :

- Mudah diperbanyak, sebaiknya dengan biji


- Mempunyai system perakaran yang tidak menimbulkan kompetisi berat
bagi tanaman pokok, tetapi mempunyai sifat pengikat tanah yang baik
dan tidak mengsyaratkan tingkat kesuburan tanah yang tinggi.
- tumbuh cepat dan banyak menghasilkan daun.
- Toleransi terhadap pemangkasan.
- Resisten terhadap gulma, penyakit dan kekeringan.
- Mampu menekan pertumbuhan gulma.
- Mudah diberantas jika tanah akan digunakan untuk penanaman tanaman
semusim atau tanaman pokok lainnya.
- Sesusi dengan kegunaan untuk reklamasi tanah.
- Tidak mempunyai sifat-sifat yang tidak menyenangkan seperti duri dan
sulur-sulur yang membelit.

4.1.10. Pemupukan

Pemupukan adalah menyediakan unsur hara yang cukup guna


mendorong pertumbuhan vegetative tanaman yang sehat dan produksi TBS
secara optimal. Pemupukan di programkan berdasarkan perhitungan kondisi
internal tanaman yang menyangkut faktor genetis dan eksternal tanaman yaitu
kondisi tanah dan iklim. Biaya pemupukan merupakan biaya paling besar dari
total biaya perawatan bisa mencapai lebih dari 60%, oleh karena itu efektivitas
dan efisiensi menjadi target utama yang harus diperhatikan dalam kegiatan
pemupukan

 Jenis-Jenis Pupuk

Pupuk yang digunakan di PT. Harlitama Agri Makmur adalah


- NPK 13:8:27:4
- Solid
- Tankos

 Ciri-Ciri Pupuk

- NPK 13:8:27:4

24
Warna Putih, bentuk butiran, higrokopis atau menyerap air, larut
dalam air.
- Solid
Warna hitam, bentuk cairan padat
- Tankos
Warna abu-abu, tidak larut dalam air.

 Pelaksanaan Pemupukan

Pemupukan adalah memberikan unsur hara yang di butuhkan oleh


tanaman. Tujuan dari pemupukan adalah agar tanaman dapat tumbuh
dengan baik serta di capai hasil yang maksimal.
Pemupukan harus di lakukan secara tepat, tepat dosis, tepat
tempat, dan tepat cara, tepat jenis.

- Waktu Pemupukan
Waktu pemupukan ialah saat dimana pemupukan dilakukan.
Konteks waktu yang di maksud di sini adalah waktu dalam kaitannya
dengan cuaca atau musim. Di PT. Harlitama Agri Makmur
pemupukan dilakukan per 6 bulan (2 kali setahun).
- Standar Waktu Pemupukan
Pemupukan, khususnya urea tidak boleh dilakukan pada musim
kemarau (CH<75 mm).
Pemupukan tidak boleh dilakukan pada musim hujan besar
(CH>200 mm).
Pemupukan harus dilakukan pada awal musim hujan atau akhir
musim hujan.
Penetapan waktu pemupukan harus di konsultasikan dengan
kepala kebun.

 Contoh Penyimpangan

- Pemupukan hanya bisa dilaksanakan pada musim kemarau sebab


pada musim hujan jalan untuk angkut pupuk rusak.
- Dalam kasih di atas untuk beberapa jenis pupuk masih diperbolehkan
kecuali urea.
- Bila terjadi kasus semacam itu, kepala afdeling harus
mengkonsultasikan dengan kepala kebun sebelum mengambil
tindakan.

4.1.11. Kastrasi

Kastrasi merupakan pekerjaan membuang bunga pada tanaman belum


menghasilkan sampai dengan umur 25 bulan setelah ditanam dilapangan. Dalam

25
pemeliharaan tanaman kelapa sawit, perlu diperhatikan pertumbuhan vegetative
(akar, batang, dan daun) dan pertumbuhan bunga dan buah.

4.2. Rawat Tanaman Menghasilkan (TM)

Tanaman menghasilkan (TM) adalah tanaman yang sudah di panen


(diambil hasilnya) secara rutin.

Kegiatan rawat pada TM di tujukan untuk mendukung produktifitas


tanaman dan memperlancar kegitan panen.

Untuk perawatan weeding gawangan manual, weeding gawangan


chemist dan Circle Weeding perlakuan perawatan di lakukan seperti Tanaman
Belum Menghasilkan (TBM), Adapun tambahan pekerjaan selain weeding
gawangan manual, weeding gawangan chemist dan Circle Weeding sebagai
berikut :

1. Rawat Path / Jalan Panen


2. Rawat TPH
3. Pemupukan
4. Kastrasi

4.2.1 Rawat Path / Jalan Panen

Rawat Path adalah jalan di tengah-tengah tanaman yang diperuntukkan


lagi orang panen agar mudah mencari tandan masak dan mengangkut hasilnya.

 Standar Jalan Panen

- Lebar 1,2 s/d 1,5 Meter.


- Letaknya searah barisan tanaman untuk areal datar, dan mengikuti
countour untuk daerah berbukit (ada teras).
- Setiap dua berisan tanaman harus ada satu jalan panen.
- Jalan panen harus bebas dari tunggul atau kayu-kayuan.
- Jalan panen harus bersih dari gulma.
- Rawat jalan panen harus dilakukan rutun dengan rotasi 90 hari (4 kali
setahun) secara chemist.
- Pelaksanaan rawat jalan panen dilakukan bersamaan dengan kegiatan
perawatan piringan dan TPH (CPT)

 Contoh Penyimpangan

- Bila pada saat rawat jalan panen masih bersih, rawat bisa di
tinggalkan (selektif).

26
- Pada areal yang sudah menutup biasanya jalan panen tidak perlu lagi
di rawat kecuali pinggir jalan.
- Terhadap hal-hal khusus diluar standar, kepala afdeling harus
mengkonsultasikan dengan kepala kebun.

4.2.2. Rawat TPH

TPH atau tempat pengumpulan hasil adalah suatu tempat yang dibuat
khusus untuk mengumpulkan hasil panen (TBS dan Brondolan) dari dalam blok,
sehingga hasil terkumpul, hasil per pemanen bisa di ketahui dan mempercepat
pengangkutan.

 Standar TPH

- TPH harus bersih dari segala jenis gulma


- TPH harus di rawat secara rutun dengan rotasi 90 hari (4 kali
setahun).
- Rawat TPH dilakukan bersamaan dengan kegiatan rawat piringan dan
jalan panen.

 Contoh Penyimpangan

- Bila pada waktu pelaksanaan rawat TPH masih bersih maka TPH
tersebut tidak dirawat (rawat secara selektif).

4.2.3 Pemupukan

Pupuk adalah bahan kimia yang mengandung unsur hara yang di


butuhkan tanaman.

 Jenis-Jenis Pupuk

Pupuk yang digunakan di PT. Harlitama Agri Makmur adalah


- NPK 13:8:27:4
- Borat
- Solid
- Tankos

 Ciri-Ciri Pupuk

27
- NPK 13:8:27:4
Warna Putih, bentuk butiran, higrokopis atau menyerap air, larut
dalam air.
- Borat
Warna putih, bentuk butir halus, larut dalam air
- Solid
Warna hitam, bentuk cairan padat
- Tankos
Warna abu-abu, tidak larut dalam air.

 Pelaksanaan Pemupukan

Pemupukan adalah memberikan unsur hara yang di butuhkan oleh


tanaman. Tujuan dari pemupukan adalah agar tanaman dapat tumbuh
dengan baik serta di capai hasil yang maksimal.
Pemupukan harus di lakukan secara tepat, tepat dosis, tepat
tempat, dan tepat cara, tepat jenis.

- Waktu Pemupukan
Waktu pemupukan ialah saat dimana pemupukan dilakukan.
Konteks waktu yang di maksud di sini adalah waktu dalam kaitannya
dengan cuaca atau musim. Di PT. Harlitama Agri Makmur
pemupukan dulakukan per 6 bulan (2 kali setahun).
- Standar Waktu Pemupukan
Pemupukan, khususnya urea tidak boleh dilakukan pada musim
kemarau (CH<75 mm).
Pemupukan tidak boleh dilakukan pada musim hujan besar
(CH>200 mm).
Pemupukan harus dilakukan pada awal musim hujan atau akhir
musim hujan.
Penetapan waktu pemupukan harus di konsultasikan dengan
kepala kebun.

 Contoh Penyimpangan

- Pemupukan hanya bisa dilaksanakan pada musim kemarau sebab


pada musim hujan jalan untuk angkut pupuk rusak.
- Dalam kasih di atas untuk beberapa jenis pupuk masih diperbolehkan
kecuali urea.
- Bila terjadi kasus semacam itu, kepala afdeling harus
mengkonsultasikan dengan kepala kebun sebelum mengambil
tindakan.

 Dosis Pemupukan

28
Dosis pemupukan adalah jumlah satuan pupuk (biasanya dalam
gram) yang diberikan kepada pohon kelapa sawit pada tiap pemberian
(aplikasi).
Di PT. Harlitama Agri Makmur dosis yang digunakan sebagai
berikut :

- NPK 13:8:27:4 dengan dosis 2 Kg /Pkk


- Borat dengan dosis 0,025 Gram/Pkk
- Solid dengan dosis 10 Ton/Ha
- Tankos dengan dosis 30 Ton/Ha

4.2.4 Kastrasi

Kastrasi adalah kegiatan membuang semua produk generatif yaitu bunga


jantan, bunga betina dan seluruh buah, yang berguna untuk mendukung
pertumbuhan vegetatif kekapa sawit. Kastrasi dilakukan pada tanaman yang baru
mulai berbunga (12-24 bulan), dengan cara membuang bunga muda yang
muncul setiap bulan . kastrasi harus di laksanakan jika lebih dari 50% pokok
kelapa sawit telah mengeluarkan bunga (jantan dan atau betina), jika terlambat
maka ada bunga betina yang akan menjadi buah sehingga pupuk yang di berikan
di gunakan tanaman untuk buah, padahal buah yang di hasilkan belum layak
dijual.

Kastrasi merupakan pekerjaan penting sebelum tanaman beralih dari


tanaman belum menghasilkan ke tanaman menghasilakan. Pada saat tersebut,
bunga-bunga itu masih belum sempurna membentuk buah samapai tanaman
berumur sekitar 23 bulan, sehingga tidak ekonomis untuk di olah. Oleh karena
itu, semua bunga maupun buah yang keluar sampai dengan umur 23 bulan perlu
dibuang atau dikastrasi.

 Tujuan Kastrasi

Tujuan kastraksi diperkebunan kelapa sawit adalah:


- Mengalihkan nutrisi untuk produksi buah yang tidak ekonomis
kepertumbuhan vegetatif, sehingga pada tanaman sudah menghasilkan, fisik
tanaman sudah kokoh dan kuat.
- Memperkuat pokok sawit, karena pokok sawit yang telah dikastraksi
cenderung lebih kuat dan seragam dalam pertumbuhannya.
- Mengalihkan hasill fotosintesis dari pertumbuhan generatif ke vegetative
sehinggga dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan keseragaman
tanaman.

29
- Menjaga sanitasi tanaman, sehinga tanaman menjadi lebih bersih, dengan
demikian bisa manghambat atau mengurangi kemungkinan perkembangan
hama dan penyakit seperti Tirathaba, Maranus, tikus dan sebagainya;

4.3. Pengendalian Hama Dan Penyakit


4.3.1. Hama
Hama adalah penganggu pada tanaman kelapa sawit yang
disebabkan oleh serangga atau mamalia yang dapat menurunkan hasil
dan secara ekonomis merugikan manusia.

 Jenis-jenis dan ciri hama pada tanaman kelapa sawit


1. Ulat api
a) Jenis-jenis ulat api terbagi 3 antara lain:
 Setora nitens, Thosea asigna, dan Darna trima.
b) Ciri-cirinya antara lain :
 Setora Nitens
- Telur berbentuk pipih, jernih, tertutup lilin cerah dan diletakan
dibagian bawah daun secara berderet.
- Panjang ulat dewasa berkisar 35 mm berbentuk persegi Panjang
dan tubuhnya berduri. Duri-duri ini menyebabkan gatal, pedih,
dan panas.
- Warnanya bervariasi dari hijau sampai orange kemerahan
dengan garis berwarna unggu muda dengab bitnik abu-abu,
hitam, coklat pada punggungnya
 Thosea Asigna
- Telur berwarna kuning kehijauan berbentuk pipih agak tembus
pandang diletakan berderet ( 3-4 deret ) pada daun.
- Larva ( ulat ) berwarna hijau kekuningan. Ulat dewasa mencapai
Panjang 35 mm
 Darna Trima
- Ulat dewasa berwarna coklat dengan Panjang 13-15 mm.

30
- Ulat berwarna coklat muda dengan bentuk tubuh makin kecil
kebelakang, di bagian sayap mempunyai garis hitam dan kuning
pada bagian tenggah.

c) Gejala Serangan
Gejala ulat ini berupa daun berlubang-lubang dimulai dari pinggir
daun. Ulat yang baru menetas sudah mulai makan daun, dimana bekas
serangannya beruba bercak-bercak transparan pada daun.

2. Tikus

4.4. Biaya Variabel

4.3.1 Jenis Biaya

Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu proses
produksi yang dinyatakan dengan satuan uang menurut harga pasar yang
berlaku. Biaya pemeliharaan tanaman menghasilkan dinyatakan dalam Rp/ton,
karena merupakan biaya eksploitasi yaitu pengeluaran untuk memperoleh
pendapatan dari hasil produksi. Biaya pemeliharaan tanaman menghasilkan
(TBM) dan biaya perawatan merupakan komponen biaya yang menentukan
tinggi rendahx biaya yang harus di keluarkan dalam perawatan kelapa Sawit.
Jenis biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan usaha kelapa sawit di PT.
HARLITAMA AGRI MAKMUR terdiri dari beberapa jenis biaya yaitu biaya
tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak
dipengaruhi oleh banyaknya kapasitas produksi. Biaya tetap dalam usaha kelapa
sawit yang meliputi biaya penyusutan peralatan seperti parang, egrek/aret, dodos
dan tangki semprot/sprayer. Selanjutnya biaya tidak tetap (variabel) adalah biaya

31
yang besarnya berubah secara proporsional dengan kapasitas produksi yang
diusahakan. Jumlah biaya tidak tetap yang dikeluarkan oleh petani kelapa sawit
berbeda-beda jumlahnya tergantung pada luasnya lahan dan lamanya masa
perawatan sampai saat panen. Total rata-rata biaya yang dikeluarkan petani
untuk biaya tenaga kerja dalam mengelola usahatani kelapa sawit yang terdiri
dari tenaga kerja untuk pemupukan, penunasan, penyemprotan gulma,
pembersihan piringan dan tenaga kerja panen TBS. Kemudian jumlah rata-rata
biaya yang dikeluarkan oleh PT. HARLITAMA AGRI MAKMUR untuk
pemupukan, selain itu juga petani menggunakan pestisida untuk
penanggulangan gulma pada usahatani sawit.

1. Biaya Tetap

Adapun biaya tetap dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Peralatan yang digunakan oleh PT. HARLITAMA AGRI


MAKMUR di Desa Puuloro Kec. Sampara Kab. Konawe.

No Nama Alat Jumlah Harga


(Rp)
1 Cangkul  145.000,-
2 Parang/Arit  100.000,-
3 Knapsack/Sparayer   550.000,-
4 Dodos 4 inci  95.000,-
5 Egrek   275.000,-
     

No Nama Bahan / Material Harga / Kg

1 Pupuk KCl / MOP Rp. 5.843


NPK 15.15.6.4 Rp. 4.400
NPK 12.12.17.2 Rp. 5.258
NPK 13.8.27.4 + 0,5B Rp. 6.061
TSP Rp. 5.846

32
UREA Rp. 5.591
KIESERITE Rp. 2.981
BORATE Rp. 14.900
DOLOMITE Rp. 1.650

No Nama Bahan / Material Harga / Ltr / Kg


Gliposat Rp. 56.000
Parakuat Rp. 52.000
Garlon Rp. 174.500
Ally Rp. 297.000
Starane Rp. 156.000

No Jenis Pekerjaan Satuan Harga/satuan


WGC Ha Rp. 120.000
WGM Ha Rp. 140.000
CWM Pokok Rp. 1.500
CWC Pokok Rp. 1.000
Pruning Pokok Rp. 7.000
Pempukan Pokok Rp. 7.00

33
BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam laporan praktek kerja usaha ini adalah :
1) Pembibitan kelapa sawit yang baik dan benar memperhatikan beberapa
aspek yakni pemilihan benih, proses pengecambahan benih,proses
pembibitan,serta pemeliharaan bibit tanaman kelapa sawit hingga siap
untuk di Jual.
2) Faktor faktor yang dapat mempengaruhi proses pembibitan tanaman
kelapa sawit terbagi menjadi 2 (dua) yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. faktor internal dapat berupa gen dan hormon, sedangkan faktor
eksternal berupa nutrisi, cahaya matahari, air dan kelembapan, suhu,
maupun tanah.
3) Usaha pembibitan tanaman kelapa sawit layak untuk di lakukan karena
dari hasil analisis usaha pembibitan tanaman kelapa sawit yang kami
lakukan memberikan nilai penerimaan yang sangat menguntungkan,
sehingga usaha pembibitan tanaman kelapa sawit sangat baik untuk di
kembangkan/ di jadikan sebagai usaha karena memiliki hasil yang baik.

5.2. Saran

34
]
DAFTAR PUSTAKA

Lubis. 2006. Kelapa Sawit (Elais guineesis jcaq). Pusat Penelitian Kelapa Sawit
Setyamidjaja dan Djoehana. 1991. Budidaya Kelapa sawit. Kanisius. Yogyakarta

Sianturi. 1990. Budidaya tanaman kelapa sawit. Fakultas Pertanian Universitas


Sumatera Utara. Medan
Sastrosayono, S., 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Setyamidjaja, D. 2006. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta.
Sunarko, 2008. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit.
Agromedia Pustaka, Jakarta.
Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.

Perangin-Angin, S.A. 2006. Pengendalian Gulma di Kebun Kelapa Sawit (Elaeis


guinensis Jacq.) Kawan Batu Estate, PT. Teguh Sempurna,
Minamas Plantation. Kalimantan Tengah.
Zaman, F.F.S.B. 2006. Manajemen Pengendalian Hama dan penyakit pada
Tanaman Belum Mengahasilkan di Perkebunan Kelapa Sawit

35
(Elaeis guinensis Jacq.) Sumatera barat.

LAMPIRAN

36
37

Anda mungkin juga menyukai