Anda di halaman 1dari 3

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guieneensis Jacq.) merupakan tanaman

perkebunan yang sangat toleran terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik.

Tanaman ini berasal dari Negeria, Afrika Barat. Pada kenyataannya, tanaman

kelapa sawit justru hidup subur di luar daerah asalnya, dan mampu memberikan

hasil produksi per hektar yang lebih tinggi (Sulistyo, B., 2010).

Di dunia internasional peran Indonesia makin bertambah penting karena

luas areal dan produksi terus meningkat. Kedudukan Indonesia sebagai produsen

utama di dunia akan semakin kuat disamping Malaysia (Lubis, 2008). Menurut

Direktorat Jenderal Perkebunan (2010), data luas areal perkebunan kelapa sawit

tahun 1968 seluas 105.808 ha dengan produksi 167.669 ton, pada tahun 2008

telah meningkat menjadi 7,3 juta ha dengan produksi 17,5 juta Crude Palm Oil

(CPO) dan tahun 2010 mencapai 7,9 juta dengan produksi 19,8 ton.

Menurut Lubis (2008) pemeliharaan tanaman dilakukan pada saat tanaman

belum menghasilkan atau disingkat TBM dan tanaman mennghasilkan atau TM.

Masa TBM ini berlangsung selama 2,5 tahun atau 30 bulan yaitu sampai tanaman

mulai dipanen. Pemeliharaan masa TBM dibagi dalam 3 tahap yaitu: (1)

Pemeliharaan tahun I berlangsung selama 12 bulan; (2) Pemeliharaan tahun II

berlangsung selama 12 bulan; (3) Pemeliharaan tahun III berlangsung 6 bulan.

Tanaman kelapa sawit akan berproduksi optimal jika dipelihara dengan

baik. Pemeliharaan pada tanaman belum menghasilkan (TBM) meliputi:

1
Konsolidasi tanaman, penyisipan tanaman, pemeliharaan piringan pohon,

pemeliharaan penutup tanah, pemupukan, tunas pasir, kastrasi, pengendalian

hamajalan pikul, tempat pemungutan hasil, jalan, teras, dan parit drainase, analisa

daun, dan inventarisasi pohon (Purba dkk., 2010).

B. Rumusan Masalah

Pemeliharaan tanaman kelapa sawit masa tanaman belum menghasilkan

merupakan tindakan kultur teknis yang sangat penting dalam menentukan

keberhasilan budidaya tanaman kelapa sawit. Sehingga apabila pemeliharaan tidak

dilakukan dengan baik dan benar akan menyebabkan masalah-masalah seperti

terhambatnya pertumbuhan tanaman, penyakit, kematian tanaman sehingga

berkurangnya populasi tanaman.

Pemeliharaan masa TBM ini banyak memerlukan tenaga dan biaya, dan

merupakan penyempurnaan pekerjaan persiapan dan pembukaan lahan serta

persiapan menghadapi masa produksi tanaman yang semuanya harus sesuai

dengan norma dan rotasi yang tepat.

Berdasarkan hal tersebut maka penulis berkeinginan untuk melaksanakan

penelitian tentang kajian biaya pemeliharaan tanaman belum menghasilkan kelapa

sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Afdeling Gedung Biara PT. Mopoli Raya

2
C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biaya yang diperlukan untuk

pemeliharaan tanaman belum menghasilkan (TBM) di Afdeling Gedung Biara

PT. Mopoli Raya.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman perhitungan biaya dalam

pelaksanaan pemeliharaan tanaman belum menghasilkan.

Anda mungkin juga menyukai