Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK PENANAMAN TANAMAN KELAPA SAWIT

DISUSUN OLEH:

Nama : Linda Amanda Putri

Nim : D1A020091

Kelas : Agroekoteknologi (H)

DOSEN PENGAMPU:

Ir. Gusniwati, M.P.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya yang berupa iman dan kesehatan sehingga saya dapat membuat makalah ini dapat tersusun
hingga selesai.

Tugas karya ilmiah ini disajikan sesuai rambu-rambu yang telah diberikan oleh ibu dosen
pengampu Ir. Gusniwati, M.P. dan disusun berdasarkan fakta dari hasil objektif yang telah
dilakukan serta dengan menggali berbagai sumber materi pendukung yang relevan.Adapun
tujuan disusun nya makalah ini sebagai wujud tanggung jawab saya sebagai mahasiswa
dalam menyelesaikan tugas laporan praktikum mata kuliah budidaya tanaman perkebunan
dengan judul “Teknik Penanaman Tanaman Kelapa Sawit“.

Dan akhirnya saya menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih banyak kekurangan ,
untuk itu kritik dan saran yang membangun dari ibu Ir. Gusniwati, M.P. selaku dosen yg sangat
saya harapkan demi kesempurnaan tugas makalah ini.

Jambi, 15 Oktober 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Ruang Lingkup Kelapa Sawit


Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) sebagai tanaman penghasil minyak sawit
dan inti sawit merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi
sumber penghasil devisa nonmigas bagi Indonesia. Cerahnya prospek komoditi
minyak kelapa sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong
pemerintah Indonesia untuk memacu pengembangan areal perkebunan kelapa
sawit. Pada tahun 2005 luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia mencapai
5.597.158 ha dan mengalami peningkatan pada tahun 2010 menjadi seluas
8.430.206 ha (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2010).
Indonesia sebagai salah satu negara agaris terbesar di dunia sangat tergantung
pada sektor pertanian. Salah satu subsektor penting dari sektor pertanian adalah
perkebunan yang memberikan kontribusi besar bagi devisa negara seperti karet,
kopi, kelapa, kelapa sawit dan kakao. Perkebunan kelapa sawit merupakan salah
satu perkebunan yang berkembaang pesat selama beberapa dekade ini. Pasar dunia
menunjukan tren permintaan kelapa sawit yang meningkat sejalan dengan
kemajuan teknologi pemanfaatan minyak kelapa sawit itu sendiri.
Kelapa sawit di Indonesia ini merupakan komoditas primadona, luasnya terus
berkembang dan tidak hanya merupakan monopoli perkebunan besar negara atau
perkebunan swasta. Saat ini perkebunan rakyat sudah berkembang pesat.
Perkebunan kelapa sawit yang semula hanya di Sumatera Utara dan di Daerah
Istimewa Aceh saat ini sudah berkembang di beberapa provinsi, antara lain
Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, Riau, Irian Jaya, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Jawa Barat, Kalimantan Barat,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan khususnya Kalimantan Timur yang
sedang dalam tahap perluasan daerah budidaya tanaman kelapa sawit
(Sastrosayono, 2006).
Era pengembangan kelapa sawit di kalimantan timur dimulai pada tahun
1982 yang dirintis melalui proyek perkebunan inti rakyat (PIR) yang dikelola
PTP VI. Pada tahun 2011 luas areal kelapa sawit baru mencapai 827,347 ha

3
yang terdiri dari 164,952 ha sebagai tanaman plasma, 17,237 ha milik BUMN
sebagai inti dan 654,158 ha milik perkebunan swasta. Produksi tandan buah
segar (TBS) sebesar 4.471,546 ton pada tahun 2011. Dari sejumlah perkebunan
swasta yang telah memperoleh ijin lokasi sementara ini telah beroprasi
membangun kebun dalam skala yang luas baru sebanyak kurang lebih 330
prusahaan (Anonim, 2010).
Salah satu cara pengembangan pembudidayaan kelapa sawit adalah dengan
pembibitan. Pembibitan merupakan proses untuk menumbuhkan dan
mengembangkan benih atau kecambah menjadi bibit yang siap untuk ditanam.
Pemilihan bahan tanam (bibit) kelapa sawit dan pemahaman terhadap sifat dan
karakteristik bibit merupakan faktor penting keberhasilan kegiatan budidaya
tanaman kelapa sawit (Sunarko, 2014). Pembibitan merupakan langkah kunci
keberhasilan dalam budidaya kelapa sawit. Pembibitan kelapa sawit yang baik dan
sesuai dengan standar akan memudahkan pencapaian yang optimum dalam
budidaya kelapa sawit (Lubis, 2008). Pembibitan memberikan kontribusi yang nyata
terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pembibitan diperlukan karena
tanaman kelapa sawit memerlukan perhatian yang tetap dan terus menerus pada
umur 1sampai 1,5 tahun pertama. Produksi awal di lapangan berkolerasi positif
dengan luas daun pada periode Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), suatu
keadaan yang sangat ditentukan oleh keadaan pembibitan yang baik ( Pahan, 2008).
Pembibitan kelapa sawit dilakukan di polybag dengan 2 fase pembibitan,
yakni Pre nursery (pembibitan awal) dan Main nursery (pembibitan utama).
Pembibitan awal bertujuan untuk mendederkan benih yang telah berkecambah
dalam polybag kecil, sedangkan pembibitan utama merupakan pembibitan
lanjutan bibit kelapa sawit yang sudah berumur 3 bulan dari pembibitan yang
sudah diseleksi. Seleksi sangat penting dilakukan untuk mendapatkan bibit
yang sehat dengan pertumbuhan yang normal. Bibit yang telah ditanam di pre
nursery atau main nursery perlu dipelihara dengan baik agar pertumbuhannya sehat
dan subur, sehingga bibit akan dapat dipindahkan ke lapang sesuai dengan umur
dan saat tanam yang tepat. Bibit yang baik diperoleh dengan melakukan seleksi.
Hanya bibit yang mempunyai pertumbuhan dan bentuk yang normal saja yang akan
di tanam ke lapangan.

4
Namun Permasalahan yang sering terjadi dipembudidayaan pembibitan kelapa
sawit diantaranya terkait dengan biaya pemupukan dan penggunaan komposisi
media serta efek negatif yang ditimbulkan jika terlalu banyak pemberian pupuk
urea akan mengakibatkan tanaman menjadi mudah patah dan penyerapan nutrisi lain
menjadi terganggu. Faktor lain yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan
perkembangan bibit adalah kesuburan media tanam atau komposisi media tanam.
Menurut Reksa (2007), media tanam berperan dalam mendukung pertumbuhan
tanaman, antara lain sebagai tempat unsur hara, media harus mengikat air yang
tersedia bagi tanaman, dapat melakukan pertukaran udara antara akar dan atmosfer
didalam media, serta dapat menyokong pertumbuhan tanaman.

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui


bagaimana metode-metode dalam pelaksanaan budidaya tanaman kelapa sawit
(Elais guennensies) kecambah baik pada proses pengayaan/penyaringan tanah,
pemilihan dan penyeleksian bibit kecambah, pemupukan dan lain sebagainya yang
dilakukan oleh para pelaku perkebunan khususnya di lokasi pratikum yaitu PT.
Eluon Solusi Indonesia (ESI). Adapun tujuan lain dari praktikum ini adalah untuk
mengetahui tujuan dari Pembibitan dilakukan agar diperoleh bibit yang baik serta
memenuhi tugas praktikum mata kuliah Budidaya Tanaman Perkebunan yang
diberikan oleh dosen pengampu.

1.3 Manfaat Praktikum

Adapun manfaat praktikum ini bagi saya selaku penulis sekaligus pelaku
praktikum adalah, dapat menambah wawasan saya seputar perkebunan kelapa sawit
dan juga menambah ilmu serta dapat mengaplikasikan teori yang diberikan dosen
selama perkuliahan kedalam kehidupan nyata.

5
BAB II

METODOLOGI PRATIKUM

2.1 Tempat dan waktu


Praktikum kali ini saya lakukan di PT. Eluon Solusi Indonesia (ESI) ,yang
berlokasi di Desa Danau Sarang Elang, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten
Muaro Jambi, Provinsi Jambi. Adapun untuk waktu pelaksaan praktikum ini
dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 30 September 2021.

2.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum Budidaya Tanaman


Perkebunan ini adalah handphone untuk melakukan dokumentasi serta alat tulis yang
digunakan untuk mencatat hasil wawancara dengan petani sawit.

2.3 Langkah-Langkah Praktikum

Berikut adalah langkah-langkah yang harus dilakukan untuk melakukan praktikum


teknik penanaman dan pemeliharaan tanaman kelapa sawit, diantaranya yaitu:
a) Hal yang pertama dilakukan adalah mengunjungi tempat/lokasi pengamatan,
kemudian lakukan kesepakatakan dan mengatur jadwal dengan pihak PT untuk
melakukan untuk melakukan beberapa pengamatan serta mengajukan pertanyan
seputar pembibitan dan pemeliharaan kelapa sawit.
b) Datang pada hari dan waktu yang telah disepakati dan ajukan pertanyaan yang telah
terlampir pada penuntun praktikum. Gunakan daftar checklist untuk pengamatan dan
checklist untuk wawancara (sesuai isi dari lampiran 1 dan 2 pada file penuntun
praktikum tersebut.
c) Lakukan pengamatan, tanya jawab langsung serta mengisi checklist, dan ikut praktek
langsung terhadap kegiatan teknik penanaman bibit kecambah tersebut. Dan Kegiatan
budidaya yang sedang dilakukan didokumentasi, dimana foto tersebut juga
menyertakan Saudara yang sedang melakukan kegiatan tersebut sebagai bukti bahwa
benar-banar terjun langsung dalam praktikum ini.

6
BAB III
HASIL PENGAMATAN

3.1 Gambaran Lokasi Praktikum

Kegiatan praktikum ini dilaksanakan di PT. ESI (ELUON SOLUSI


INDONESIA) yang berada di Desa Danau Sarang Elang, Kecamatan Jambi luar kota,
Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi. PT ini merupakan tempat penangkaran bibit
kelapa sawit yang bekerjasama dengan pusat penelitian kelapa sawit Medan dibawah
binaan Dinas Perkebunan. PT ini menjual bibit kelapa sawit resmi, unggul dan
bersertifikat.

7
3.2 Hasil Pengamatan

Dari pengamatan pembibitan dan pemeliharaan tanaman sawit ini diperoleh hasil
sebagai berikut:

Lampiran 1.

Praktikum A : Penanaman

Jenis komoditas : kelapa sawit

No. Jenis Pertanyaan Hasil Pengamatan/Wawancara

1. Jenis klon/bibit  Dumpy


yang ditanam  Simalungun
 PPKS

2. Jelaskan Langkah pembibitan oleh PT ESI (Eluon Solusi Indonesia)


cara/langkah dilakukan :
pembibitan 1. Langkah pertama yang akan dilakukan dalam proses
pembibitan adalah mempersiapkan lokasi penyemaian,
serta mempersiapkan papan-papan yang akan digunakan
sebagai penanda dalam menghitung jumlah bibit, jenis
bibit, serta penanggalan pada penanaman bibit. Tanggal
awal pada penanaman bibit kelapa sawit wajib diketahui
oleh penanam untuk dapat mengetahui mengenai usia
bibit sebelum dipindahkan ketahap Main Nursery.
2. Langkah selanjutnya yaitu melakukan Penanaman pada
masa prenursery yaitu selama 3 bulan dengan berbagai
metode dalam pembudayaan bibit tanaman kelapa sawit
prenursery seperti persiapan tanah untuk babybag,
persiapan bedengan, penanaman kecambah, program

8
pemupukan, dan proses penyiraman.
3. Setelah usia bibit tanaman sawit 3 bulan bibit akan
dilakukan pemindahan ke areal tempat penanaman lebih
lanjut (Main Nursery), pada saat bibit masih dalam masa
prenurseri petani perlu mempersiapkan lahan untuk
dijadikan lokasi Main Nursery seperti persiapan areal
lahan, persiapan tanah untuk polybag, penanaman bibit,
program pemupukan pembibitan (Nursery), Penyiraman,
Perawatan pembibitan (nursery) serta seleksi pembibitan.
3. Perlakuan tanah Perlakukan tanah sebelum penanaman dilakukan
sebelum ditanami , pembersihan lahan bakar bekas penanaman sebelumnya yang
apakah dilakukan sudah dipakai, petani hanya memperbaiki bedeng tanaman,
pengolahan, dan melihat keadaan tanah, jika tanah yang ada masih bagus
pemupukan, atau maka hanya menggunakan tanah itu saja, jika tanah sudah
pembersihan lahan tidak bagus tanah akan diambil lagi di sekitar lahan
bekas pertanaman pertanian/membeli tanah yang bagus.
sebelumnya. Bila Tanah yang digunakan adalah tanah mineral sehingga
dipupuk, sebutkan tidak perlu menggunakan campuran apapun, tanah yang
jenis pupuk, dosis, dipakai merupakan tanah lapisan atas (Top soil), tanah top
waktu, dan soil yang dapat diambil kedalamannya kurang lebih pada
caranya. ukuran 10-30cm. Apabila tanah yang digunakan adalah pada
lapisan ke 2, tanah tersebut perlu diberi tambahan dolomit
untuk menyuburkan tanah dan menambah unsur hara yang
terdapat pada kandungan tanah.
Penggunaan tanah pada area tanam prenursery perlu
dibersihkan terlebih dahulu dari sampah dan gulma, lalu
diratakan serta dibuat parit drainase dan pastikan areal bibitan
bebas banjir. Untuk Persiapkan tanah pengisi babybag
bersumber dari tanah top soil (10-30 cm) yang gembur, subur,
bersih dari potongan kayu, dan bebas dari sampah.
pemupukan masa penanaman prenurseri termasuk kedalam
penanamn yang hemat penggunaan pupuk, karena hanya

9
menggunakan 2 gr pupuk saja untuk 1 L air.
Penggunaan tanah untuk area tanam Main Nursery
dibersihkan dan diratakan secara manual atau mekanis. Selain
itu juga pada areal ini dibutuhkan parit sebagai drainase agar
bibit tidak tergenang dan meminimalisir terserang hama dan
penyakit. Dalam persiapan tanah dalam Main nursery sama
dengan Pre nursery dengan menggunakan tanah top soil (10-
30 cm) yang bebas dari sampah serta bersih dari potongan
kayu. Pada masa penanaman mainurseri maka pupuk yang
digunakan sebanyak 5 gr untuk minggu pertama setelah
pemindahan, kemudian 7,5 gr untuk minggu kedua,
pemupukan dengan ukuran ini hanya berlangsung selama 1
bulan awal penanaman. Apabila telah masuk kedalam bulan
kedua masa pembibitan pupuk yang digunakan sebanyak 10
gr/2 minggu. Jenis pupuk yang digunakan pembibitan ini
adalah NPK atau Urea.

4. Penanaman bibit. Dalam satu varietas bibit biasanya terdapat singletone,


Jelaskan secara doubletone, dan bahkan tripletone. Diantara single maupun
rinci langkah- double bibit tetap digunakan atau dipelihara terlebih dahulu,
langkah kemudian setelah tumbuh maka akan dilakukan penyeleksian
penanaman bibit bibit yang layak tanam dan tidak layak tanam. Apabila terdapat
komoditas (pilih bibit yang tidak layak pakai maka akan digantikan dengan bibit
salah satu) yang termasuk dalam doubletone ataupun tripletone. Di PT
ESI, bibit jenis single ataupun double dipisahkan melalui
proses pensortiran sebelum dilakukan nya penanaman pada
babybag.
Langkah pertama dalam kegiatan penanaman bibit kelapa
sawit yaitu menentukan jumlah bibit yang akan ditanam, lalu
menyediakan media tanam seperti bedengan dengan lebar 1
m dan panjangnya 25 m. bibit ditanam dengan jarak 1 x 1 m,
dengan ukuran polybag 17 x 21, dengan jarak 1 x 1 m dapat

10
terisi dengan 144 polybag. Setiap jarak 1 m akan diberikan
sekat atau tanda batas. Hal ini bertujuan untuk mempermudah
petani dalam proses penanaman bibit.
Setelah babybag terisi permukaan tanah akan
dilobangi sedalam 5 cm, Penyemaian dilakukan dengan
menanam 1 kecambah pada setiap babybag dengan posisi
radikula kebawah dan triangle diatas. Ketika akan
melakukan peletakan bibit kecambah, usahakan posisi
tringula dan radikula tidak boleh terbalik ketika dimasukan
kedalam tanah. Apabila tanah yang digunakan dalam
budidaya pembibitan tanaman kepala sawit mempunyai
kondisi yang bagus namun dalam teknik penanaman
dilakukan dengan kondisi yang salah atau bibit yang
ditanam terbalik maka akan tetap tumbuh, tetapi bibit yang
tumbuh akan menjadi bengkok (Abnormal).
Setelah bibit dimasukan ke tanah, bibit kecambah
tanaman kelapa sawit tersebut tidak boleh langsung ditutup
oleh tanah, dikarenakan harus melewati pemeriksaan
kembali. Setelah dilakukannya pemeriksaan bibit, bbit
kecambah tanaman kelapa sawit dapat ditutup dengan tanah
secara perlahan.
Kemudian babybag disusun di bawah naungan
dengan menggunakan paranet 70% yang berfungsi sebagai
pelindung bibit dari paparan sinar matahari dan percikan
hujan secara langsung. Paranet disangga menggunakan
tiang kayu dengan tinggi 2-3 meter dari permukaan tanah.
Langkah selanjutnya Pemupukan pada pre nusery
dilakukan pada minggu ke-3 hingga minggu ke-11 setelah
tanam dengan metode selang-seling dari minggu keminggu.
Jenis pupuk yang digunakan adalah jenis pupuk NPK dan
Urea dengan konsentrasi penggunaan pupuk 0,5% setiap
melakukan pemupukan setiap minggunya. Pada konsentrasi

11
0,5 % baik pada pupuk NPK atau Urea diberikan sebanyak
2 gram yang dilarutkan dalam 1 L air. Masing-masing
babybag mendapatkan 50 cc untuk satu kali pemupukan
yang diaplikasikan dengan cara penyemprotan
menggunakan alat khusus yang bernama tangki sprayer.
Selanjutnya melakukan Penyiraman bibit pada pre
nursery oleh PT ESI dilakukan setiap hari baik pagi ataupun
sore sebanyak 1 L/babybag atau hingga tanah menjadi
jenuh dengan menggunakan selang.
Setelah 3 bulan masa prenurseri bibit dipindahkan ke
polibag yang lebih besar atau disebut masa mainurseri. Pada
tahap pemindahan bibit ke polibag yang lebih besar
dilakukan teknik tersendiri agak bibit tidak layu saat
memasuki polibag baru. Caranya dengan memasukkan
sedikit tanah bawaan dari masa prenurseri kedalam polibag
yang lebih besar agar bibit mudah beradaptasi.
Selanjutnya Pemupukan Main Nursery dilakukan
pada saat umur tanaman kelapa sawit berusia 1 minggu
setelah penanaman di polybag. Cara mengaplikasikan
pupuk dalam bentuk butiran dengan cara membuat lubang
sedikit di area kantong polybag. Penggunaan pupuk pada
minggu pertama setelah pemindahan diberikan dosis
sebanyak dosis 5 gram, kemudian pada minggu kedua
diberikan pupuk dengan dosissebanyak 7,5 gram,
pemupukan dengan ukuran ini berlangsung selama satu
bulan awal setelah penanaman Main Nursery. Selanjutnya,
apabila telah masuk kedalam bulan kedua massa pembibitan
pupuk yang digunakan sebanyak 10 gr/2 minggu.
Apabila bibit telah berada pada masa mainurseri
penyiraman bibit dilakukan dengan menggunakan selang
dan mesin air yang terdapat di perkebunan. Setiap bibit
kelapa sawit membutuhkan sedikitnya 2 liter air dalam

12
sehari, dengan komposisi 1 liter dipagi hari dan 1 liter lagi
pada sore hari. Lama penyiraman tergantung dengan banyak
nya bibit yang disiram serta alat yang digunakan, alat yang
digunakan untuk metode penyiraman di Main Nursery ini
menggunakan alat Sprinkler yang disalurkan dengan selang.
Langkah selanjutnya yaitu penyeleksian bibit
tanaman sawit. Pada tahapan main nursery dilakukan
dengan 4 tahapan yaitu pada umur 4 bulan, umur 6 bulan,
umur 8 bulan dan saat mau ditanam. Seleksi bibit harus
dilakukan dengan cermat untuk memastikan bahwa bibit
yang ditanam di lapangan merupakan bibit yang baik dan
sehat. Tanaman yang akan diseleksi diberi pancang yang
ditancapkan pada polybag berguna sebagai penanda. Bibit
yang sudah ada pancang, akan dipindahkan dan
dikarantina, jika bibit tidak sembuh maka bibit akan
dipotong dan dibakar agar jamur dan ulat musnah. Adapun
kriteria bibit yang akan seleksi pada tahapan ini yaitu bibit
memiliki internode rapat, internode lebar, tidak pecah
juvenil, rata atas (flat top), Khimera, steril (Erect), loyo
(limp/ flacit), anak daun sempit, crown deseases dan bibit
raksasa (Giant Plant).
Pemindahan dari Main nursery ke lapangan dengan
memlih bibit yang sesuai kriteria dan normal. Penanaman
dilakukan jika terjadi hujan sebelumnya agar tanah yang
dipakai mengandung air tanpa disiram lagi per pokoknya.
Sebelum pengangkutan ke truk dilakukan pengikatan sawit
agar pelepah sawit tidak patah dan mudah dimasukkan ke
dalam truk. Bibit yang harus ditanam di lapangan sekitar
150/ ha.

13
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Penggunaan Jenis bibit yang ditanam


Dalam satu varietas bibit biasanya terdapat singletone, doubletone, dan bahkan
tripletone. Diantara single maupun double bibit tetap digunakan atau dipelihara terlebih
dahulu, kemudian setelah tumbuh maka akan dilakukan penyeleksian bibit yang layak
tanam dan tidak layak tanam. Apabila terdapat bibit yang tidak layak pakai maka akan
digantikan dengan bibit yang termasuk dalam doubletone ataupun tripletone. Di PT ESI,
bibit jenis single ataupun double dipisahkan melalui proses pensortiran sebelum
dilakukan nya penanaman pada babybag.

Bibit merupakan benih yang telah berkecambah dan mengeluarkan akar dan
daun yang berasal dari asimilat yang terdapat pada endosperm benih/kecambah yang
akan tumbuh menjadi tanaman utuh. Benih memiliki kontribusi input 7-8 % dari total
biaya investasi awal, namun kualitas dan karakteristiknya merupakan hal yang sangat
krusial dalam mempengaruhi proses pertumbuhan dan produktivitas secara
keseluruhan. Rendahnya produktivitas tanaman kelapa sawit merupakan salah satu
masalah utama dalam pengusahaan komoditas tanaman kelapa sawit. Menurut PPKS
(2003), produktivitas tanaman kelapa sawit rata-rata hanya 16 ton/ha tandan buah
segar (TBS) namun potensi produksi dapat mencapai 30 ton/ha TBS. Faktor utama
yang mempengaruhi produktivitas tanaman di perkebunan kelapa sawit yaitu
penggunaan benih yang berkualitas, seperti yang diungkapkan Pahan (2010) bahwa
investasi yang sebenarnya bagi perkebunan komersial berada pada bahan tanaman
(benih) yang akan digunakan, karena merupakan sumber keuntungan pada perusahaan
kelak.
Kelapa sawit memiliki tiga tipe benih berdasarkan tebal tipisnya cangkang yaitu
dura, pisifera, dan tenera (Setyamidjaja, 2006).
 Tipe Dura (D), memiliki ciri-ciri daging buah tipis, cangkang tebal (2-8 mm),
inti besar dan tidak terdapat cincin serabut. Persentase daging buah 35-60%
dengan rendemen minyak 17-18%.
 Tipe Pisifera (P), memiliki ciri-ciri daging buahnya tebal, tidak mempunyai
cangkang, tetapi terdapat cincin serabut yang mengelilingi inti. Intinya kecil
14
sekali bila dibandingkan dengan tipe Dura ataupun Tenera. Perbandingan
daging buah terhadap buahnya tinggi dan kandungan minyaknya tinggi.
 Tipe Tenera (T), merupakan hasil persilangan antara tipe Dura dan Pisifera.
Sifat tipe Tenera merupakan kombinasi sifat khas dari kedua induknya. Varietas
ini mempunyai tebal cangkang 0.5-4 mm, mempunyai cincin serabut walaupun
tidak sebanyak Psifera, sedangkan intinya kecil. Persentase daging buah 60-
90% dengan rendemen 22-24%
Bibit yang digunakan oleh PT ESI adalah jenis bibit Dumpy, Simalungun, dan
PPKS yang merupakan jenis bibit persilangan dari Dura dan Pesifera yang disebut
tenera. Jenis bibit yang digunakan oleh pihak PT ini merupakan keluaran dari PPKS
(Pusat Penelitian Kelapa Sawit) di Medan yang telah lulus melakukan seleksi oleh
pihak BUMN (Badan Usaha Milik Negara) dengan diberikan kode 540 pada jenis bibit
yang akan ditanam.

4.2 Pembibitan Tanaman kelapa sawit


Dalam proses pembibitan tanaman kelapa sawit ada dua cara yaitu pembibitan
satu tahap dan pembibitan dua tahap. Untuk di PT ESI menggunakan pembibitan
dua tahap karena ukuran kecambah PT ESI yang relatif kecil memerlukan penanganan
yang teliti agar diperoleh bibit yang bermutu baik. Secara umum, pembibitan terbagi atas
(pre- nursery dan main- nursery). tanaman yang terdapat pada main-nursery yaitu
tanaman yang berumur 3 bulan hingga 12 bulan sebelum dilakukan transplanting.

15
4.2.1 Pembibitan Awal (Pre-Nursery)

Tanaman yang terdapat pada pre-nursery yaitu mulai dari benih hingga tanaman
berumur 3 bulan. Sebelum proses pembibitan harus dilakukan persiapan lahan untuk
lokasi pembibitan. Lokasi diguakan harus rata dan terbuka namun tidak akan terkena
banjir dan erosi. Menurut Yahya (1992) Lokasi yang dijadikan sebagai tempat
penyemaian dalam pre nursery yaitu dekat sumber air dan jalan, areal rata dengan
drainase baik, jauh dari gangguan ternak, serta di dalam areal yang akan ditanami.
Terdapat langkah-langah dalam pembibitan awal (Pre-Nursery) antara lain: persiapan
tanah untuk babybag, persiapan bedengan, penanaman kecambah, program pemupukan
dan proses penyiraman.

a) Persiapan tanah untuk babybag


Dalam persiapan tanah dibersihkan terlebih dahulu dari sampah dan gulma,
diratakan serta dibuat parit drainase dan pastikan areal bibitan bebas banjir. Babybag
yang digunakan untuk Pre Nursery mempunyain ukuran 17 cm x 21 cm, tebal 0,10 mm.
Persiapkan tanah pengisi babybag bersumber dari tanah top soil (10-30 cm) yang
gembur, subur, bersih dari potongan kayu, dan bebas dari sampah.
Tanah yang terdapat pada lokasi PT ESI termasuk kedalam tipe jenis tanah
mineral (top soil) sehingga dalam penggunaan untuk media tanaman tidak membutuhkan
campuran bahan lain. Namun apabila menggunakan tanah yang berada pada lapiran ke-2
maka perlu ditambahkan campuran dolomit pada tanah sehingga dapat menyuburkan
tanah dan unsur hara yang ada pada tanah tersebut.

16
b) Persiapan bedengan

Menurut Sastrosayono (2008), pre nursery dapat dilakukan pada bendengan


dengan tinggi hingga 35 cm atau bibit ditanam dalam polybag dengan media tanah yang
berasal dari top soil yang sudah dibersihkan. Bedengan yang terdapat pada PT ESI
dibuat dari kayu dan besi dengan lebar 1 m dan panjang 25 m. Jarak antar bedengan
adalah 1 m yang digunakan untuk keperluan menanam, memupuk penyiraman, seleksi
dan kontrol. Pada aturan baku seharusnya lebar bedengan sebesar 120 cm, tetapi disini
hanya dibuat selebar 100 cm. Hal ini bertujuan untuk mempermudah petani dalam
proses penanaman bibit. Ukuran polibag yang digunakan dalam awal pembibitan adalah
17x21 cm, dengan ukuran yang telah tertera maka untuk bedengan dengan ukuran 1m x
1m dapat terisi sebanyak 144 polibag. Setiap 1 m jarak bedengan selalu diberi sekat
atau tanda batas, untuk ukuran luas bedeng 1x25 m biasanya dapat menampung sekitar
3600 bibit/polibag.

c) Penanaman Kecambah
Penanaman kecambah dilakukan setelah media tanam dipastikan selesai dan
siap tanam serta naungan dan instalasi penyiraman telah terpasang. Penyemaian
dilakukan dengan menanam 1 kecambah pada setiap babybag dengan posisi radikula
kebawah dan triangle diatas. Apabila kecambah ditanam terbalik akan menghasilkan
bibit abnormal.
Menurut Chairani (1991), kecambah yang dipindahkan ke pembibitan awal
adalah kecambah yang normal. Ciri-ciri kecambah yang normal adalah radikula (bakal
akar) berwarna kekuning-kuningan dan triangle (bakal batang) keputih-putihan,
radikula lebih tinggi dari triangle, radikula dan triangle tumbuh lurus serta
berlawanan arah, panjang maksimum radikula adalah 5 cm dan triangle 3 cm.
Kecambah ditanam dengan kedalaman 5 cm dari permukaan tanah. Setelah semiggu
penanaman maka akan mulai tumbuh pucuk, sedangkan radikula merupakan bakal
calon akar dan mengarah kebawah. Apabila tanah yang digunakan bagus namun dalam
teknik penanaman yang dilakukan salah atau bibit yang ditanam terbalik maka akan
tetap tumbuh, tetapi bibit yang tumbuh akan menjadi bengkok (Abnormal). Hal ini
dikarenakan bibit akan mencari udara agar dapat tumbuh. Ketika proses
penanaman/memasukkan benih kedalam lubang tanah triangle dan radikula nya tidak
17
boleh patah. Setelah bibit dimasukkan kedalam polibag, bibit yang ada dilubang
tersebut tidak boleh langsung ditutupi dengan tanah, karena perlu dilakukan
pemeriksaan kembali. Setelah selesai dilakukan pemeriksaan, selanjutnya dilakukan
penutupan lubang pada babybag dengan tanah secara perlahan.
Kemudian babybag disusun di bawah naungan dengan menggunakan paranet
70% yang berfungsi sebagai pelindung bibit dari paparan sinar matahari dan percikan
hujan secara langsung. Paranet disangga menggunakan tiang kayu dengan tinggi 2-3
meter dari permukaan tanah.

d) Program Pemupukan
Pemupukan pada pre nusery dilakukan pada minggu ke-3 hingga minggu ke-11
setelah tanam dengan metode selang-seling dari minggu keminggu. Jenis pupuk yang
digunakan adalah jenis pupuk NPK dan Urea dengan konsentrasi penggunaan pupuk
0,5% setiap melakukan pemupukan setiap minggunya. Pada konsentrasi 0,5 % baik
pada pupuk NPK atau Urea diberikan sebanyak 2 gram yang dilarutkan dalam 1 L air.
Masing-masing babybag mendapatkan 50 cc untuk satu kali pemupukan yang
diaplikasikan dengan cara penyemprotan.
Menurut hasil penelitian Ebet, dkk (2015) perlakuan pemberian pupuk NPK
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun. Adanya pengaruh nyata
terhadap tinggi dan jumlah daun ini diduga karena adanya unsur hara essensial seperti

18
N, P dan K yang terkandung di dalam pupuk yang digunakan yang berguna untuk
pertumbuhan tanaman. Namun apabila diberikan dalam jumlah yang berlebihan akan
menghambat pertumbuhan tanaman tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Lubis
(2008) bahwa pemberian pupuk pada bibit sangat jelas memberikan pengaruh terhadap
pertumbuhan namun jika pemberian berlebihan akan berpengaruh menekan
pertumbuhan. Pengaruh yang tidak nyata terhadap pertumbuhan bibit disebabkan
karena media tanam yang dipakai memiliki tingkat kesuburan yang baik sehingga
pemberian pupuk tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Hal ini
menyebabkan pupuk NPK yang diberikan tidak efektif dalam tanah karena jumlah
unsur hara yang tersedia di tanah sudah cukup tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat
Damanik et.al (2010) yang menyatakan bahwa untuk memperoleh efisiensi yang tinggi
dari suatu pemupukan perlu diperhatikan beberapa faktor salah satunya adalah sifat dan
ciri tanah.

e) Proses Teknik Penyiraman


Untuk mempercepat pertumbuhan bibit perlu dilakukan penyiraman yang
teratur sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pemberian air yang berlebihan dapat
menyebabkan tanaman mengalami kekurangan unsur hara karena terjadi proses
leaching. Penyiraman dengan interval waktu yang panjang dapat membuat tanah di
pembibitan menjadi padat (Haryati, 2003).
Penyiraman bibit pada pre nursery oleh PT ESI dilakukan setiap hari baik pagi
ataupun sore sebanyak 1 L/babybag atau hingga tanah menjadi jenuh. Penyiraman

19
pada pagi hari dimulai pada pukul 07.00 WIB sampai jam 11.00 WIB sedangkan
penyiraman sore dilakukan pada pukul 16.00 WIB. Penyiraman pada siang hari jarang
dilaksanakan karena pada siang hari proses penguapan tanaman sangat tinggi. Air
yang cepat menguap akan membuat komponen mineral atau zat terlarut lainnya yang
sebelumnya terkandung di dalam air siraman akan tertinggal di permukaan daun atau
bagian tanaman lainnya. Hal ini tidak baik bagi tanaman dan dapat membuat tanaman
mati karena sifatnya toksik. Jika sore hari hujan dengan CH > 10 mm, maka pagi tidak
perlu dilakukan penyiraman.

4.2.2 Pembibitan Utama (Main Nursery)


Pemindahan dari Pre-nursey ke Main-nursey sebaiknya dipindahkan pada waktu
yang tepat pada saat bibit berumur 3 bulan hal tersebut bertujuan agar bibit tidak
mengalami shock pada saat transplanting pembibitan utama (Main-nursery). Bibit yan
berumur 3 bulan biasanya telah memiliki 3-4 helai daun sehingga pada proses
pemindahan nantinya bibit tersebut telah mampu beradaptasi pada lingkungan barunya.
Terdapat langkah-langah dalam pembibitan utama (Main Nursery), antara lain: persiapan
areal lahan, persiapan tanah untuk polybag, penanaman bibit, program pemupukan
pembibitan (Nursery), Penyiraman, Perawatan pembibitan (nursery) serta seleksi
pembibitan.

20
a) Persiapan Areal Lahan

Pembibitan utama (main nursery) memerlukan lahan yang luas karena bibit
ditanam dengan jarak tanam yang lebih lebar. Lokasi pembibitan harus tersedia
sumber air untuk mencukupi kebutuhan pembibitan. Areal pembibitan harus terbuka,
bebas dari gulma, dan terhindar dari gangguan hewan liar (Setyamidjaja, 2006).

Areal untuk main nursery dibersihkan dan diratakan secara manual atau
mekanis. Selain itu juga pada areal ini dibutuhkan parit sebagai drainase agar bibit
tidak tergenang dan meminimalisir terserang hama dan penyakit. Menurut Lubis
(2008) pada tahapan main nursery, bibit diletakkan dengan jarak tanam 90 x 90x 90
atau dalam satu ha bersisi sebanyak 12.000 bibit. Hal ini sesuai dengan praktek
dilapangan bahwa luas areal untuk pembibitan di main nursery minimal satu ha yang
dapat menampung kurang lebih 14.000 bibit dengan jarak tanam 90 x 90 x 90 cm
dengan pola segitiga sama sisi yang membentuk pola mata lima.

b) Persiapan tanah untuk polybag


Dalam persiapan tanah dalam Main nursery sama dengan Pre nursery dengan
menggunakan tanah top soil (10-30 cm) yang bebas dari sampah serta bebas dari jamur
Genoderma. Tanah yang terdapat pada lokasi PT ESI termasuk kedalam tipe jenis tanah
mineral (top soil) sehingga dalam penggunaan untuk media tanaman tidak membutuhkan
campuran bahan lain. Namun apabila menggunakan tanah yang berada pada lapiran ke-2
maka perlu ditambahkan campuran dolomit pada tanah sehingga dapat menyuburkan
tanah dan unsur hara yang ada pada tanah tersebut.
Komposisi media tanam yang digunakan yakni solid: tanah (1:3) dan pupuk
rockphosphate sebanyak 0,375 kg dalam 100 g tanah. Selanjutnya, media tanam yang
telah disediakan, dimasukkan kedalam polybag yang berukuran 40 cm x 50 cm,
ketebalan 0.2 mm yang berwarna hitam. Tanah yang telah dicampur dengan solid diisi
penuh kedalam polybag hingga menyisakan 3-5 cm dihitung dari atas permukaan
polybag.

21
c) Penanaman bibit
Sebelum ditanami bibit tanah disiram terlebiuh dahulu dan dipadatkan kembali.
Polybag yang disusun di bor menggunakan bor tangan sebagai tempat untuk meletakkan
bibit dari Pre nursery. Selanjutnya, bibit dipegang miring, disayat keliling dan
bungkusnya dilepas, lalu dimasukkan kedalam lubang polybag yang telah dibor sambil
menahan bibitnya. Setelah bibit dimasukkan kedalam polibag, bibit yang ada dilubang
tersebut tidak boleh langsung ditutupi dengan tanah, karena harus diperiksa kembali,
ditakutkan ada polibag yang tertinggal atau belum terisi bibit. Setelah selesai
pemeriksaan, lalu dilakukan penutupan lubang pada polibag dengan tanah dengan cara
penimbunan dan dipadatkan. Penanaman ke dalam polybag dengan tetap menjaga agar
bola tidak terpecah. Tanah disekitar bola tanah bibit harus dipadatkan dengan jari dan
permukaannya sama tinggi dengan permukaan bola tanah. Pada polybag diberi nomor
sesuai dengan nomor kategori bibit yang ditanam. Konsolidasi bibit dilakukan 1 bulan
sekali hingga 6 bulan seperti mengganti polybag yang robek, menambah tanah, dan
menegakkan tanaman yang miring.

22
d) Program pemupukan pembibitan (Nursery)
Pemupukan di Pre nursery berbeda aplikasi nya dengan Main nursey. Pemupukan
di Pre nursery dilakukan pada saat bibit berumur 3 minggu setelah tanam yaitu ketika
bibit telah memiliki satu helai daun berwarna hijau tua. Standar pupuk yang diberikan
di PT ESI pada saat Pre nursery menggunakan urea dan NPK 15-15-6-4. Pemupukan
main Nursery dilakukan pada saat umur tanaman kelapa sawit berusia 1 minggu setelah
penanaman di polybag. Cara mengaplikasikan pupuk dalam bentuk butiran dengan cara
membuat lubang sedikit di area kantong polybag. Penggunaan pupuk pada minggu
pertama setelah pemindahan diberikan dosis sebanyak dosis 5 gram, kemudian pada
minggu kedua diberikan pupuk dengan dosissebanyak 7,5 gram, pemupukan dengan
ukuran ini berlangsung selama satu bulan awal setelah penanaman Main Nursery.
Selanjutnya, apabila telah masukkedalam bulan kedua massa pembibitan pupuk yang
digunakan sebanyak 10 gr/2 minggu.

e) Proses Teknik Penyiraman

Penyiraman dilakukan 2 kali sehari kebutuhan air untuk bibit sawit tegantung
dari umur tanaman tersebut. Salisbury dan Ross (1997) menyatakan bahwa
ketersediaan air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman sangat
penting. Peranan air pada tanaman sebagai pelarut berbagai senyawa molekul organik
(unsur hara) dari dalam tanah ke dalam tanaman, transportasi fotosintat dari sumber
(source) ke limbung (sink), menjaga turgiditas sel diantaranya dalam pembesaran sel
dan membukanya stomata, sebagai penyusun utama dari protoplasma serta pengatur
23
suhu bagi tanaman. Menurut Ardian et al. (2015) aplikasi penyiraman pembibitan
yang terbaik yakni kombinasi waktu pukul 07.30 WIB dengan volume pemberian air
2,0 liter polybag/hari terhadap parameter pertambahan tinggi bibit dan pertambahan
jumlah daun. Perlakuan waktu pukul 14.00 WIB dengan volume pemberian air 1,5
liter/polybag/hari berpengaruh nyata terhadap parameter luas daun.

Penyiraman bibit oleh PT ESI dilakukan dengan menggunakan selang dan


mesin air yang terdapat di perkebunan. Setiap bibit kelapa sawit membutuhkan
sedikitnya 2 liter air dalam sehari, dengan komposisi 1 liter dipagi hari dan 1 liter lagi
pada sore hari. Lama penyiraman tergantung dengan banyak nya bibit yang disiram
serta alat yang digunakan. Penyiraman di main nursery dilakukan secara mekanis
dengan menggunakan springkle. Alat digunakan untuk menyiram tanaman di areal
pembibitan yang luas dengan bantuan mesin diesel sebagai penggerak springkle. Bila
malam turun hujan, maka pagi tidak perlu disiram. Jika hujan turun pada pagi hari
dengan CH < 10 ml maka sore hari tidak perlu dilakukan penyiraman.

24
f) Seleksi pembibitan
Pada tahapan pembibitan total tanaman yang diseleksi tidak lebih dari 26%
yang terdiri dari seleksi pada pre nursery sebanyak 12 %, dan pada main nursery
sebanyak 14%. Hal ini sejalan dengan pendapat Darmosarkoro et al., (2008) bahwa
tidak semua bibit yang disemaikan di pembibitan awal dan dipelihara di pembibitan
utama akan berkembang menjadi bibit yang unggul. Sekitar 25% dari jumlah benih
yang akan disemaikan akan diafkir dari pembibitan karena tumbuh abnormal.
Keberadaan tanaman abnormal di lapangan sangat merugikan. Hal ini dikarenakan
pohon tersebut tidak dapat berproduksi, dan bila berproduksi hanya 25-50% dari
produksi tanaman normal. Jika dilapangan dijumpai tanaman abnormal 5% maka
kerugian produksi akan mencapai lebih dari 4,42% (Lubis, 2008). Timbulnya pohon
abnormal dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor genetis dan faktor
lingkungan. Abnormalitas yang disebabkan oleh faktor genetis bersifat menetap dan
diturunkan kepada generasi selanjutnya. Sedangkan abnormalitas yang disebabkan
oleh faktor lingkungan bersifat sementara (Fauzy et al., 1999).
Pada tahapan main nursery dilakukan dengan 4 tahapan yaitu pada umur 4
bulan, umur 6 bulan, umur 8 bulan dan saat mau ditanam. Seleksi bibit harus
dilakukan dengan cermat untuk memastikan bahwa bibit yang ditanam di lapangan
merupakan bibit yang baik dan sehat. Tanaman yang akan diseleksi diberi pancang
yang ditancapkan pada polybag berguna sebagai penanda. Bibit yang sudah ada
pancang, akan dipindahkan dan dikarantina, jika bibit tidak sembuh maka bibit akan
dipotong dan dibakar agar jamur dan ulat musnah. Adapun kriteria bibit yang akan
seleksi pada tahapan ini yaitu bibit memiliki internode rapat, internode lebar, tidak

25
pecah juvenil, rata atas (flat top), Khimera, steril (Erect), loyo (limp/ flacit), anak
daun sempit, crown deseases dan bibit raksasa (Giant Plant).
Pemindahan dari Main nursery ke lapangan dengan memlih bibit yang sesuai
kriteria dan normal. Penanaman dilakukan jika terjadi hujan sebelumnya agar tanah
yang dipakai mengandung air tanpa disiram lagi per pokoknya. Sebelum
pengangkutan ke truk dilakukan pengikatan sawit agar pelepah sawit tidak patah dan
mudah dimasukkan ke dalam truk. Bibit yang harus ditanam di lapangan sekitar 150/
ha.

26
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yg dapat diambil dari praktikum wawancara pembibitan


kecambah sawit ini adalah Pembibitan merupakan proses untuk menumbuhkan dan
mengembangkan benih atau kecambah menjadi bibit yang siap untuk ditanam.
Pemilihan bahan tanam (bibit) kelapa sawit dan pemahaman terhadap sifat dan
karakteristik bibit merupakan faktor penting keberhasilan kegiatan budidaya tanaman
kelapa sawit. Pembibitan merupakan langkah kunci keberhasilan dalam budidaya
kelapa sawit.
Pada penanaman bibit kecambah harus mengikuti metode-metode atau langkah
yg tepat. Penanaman kelapa sawit melalui proses yang sangat Panjang mulai dari
pemilihan bibit, pembibitan, perlakuaan tanah sebelum ditanami seperti pengolahan
tanah, pemupukan, pembersihan lahan, dan akhirnya penanaman bibit. Setiap tempat
memiliki cara dan Tekniknya masing-masing untuk melakukan penanaman bibit,
terutama pada jenis pupuk yang dipakai. Pada pemeliharaan tanaman sawit
diperhatikan secara seksama mulai dari pemupukan, penyiangan, pengendalian hama
dan penyakit, bagaimana cara mengatasi hama dan penyakit tanaman yang menyerang,
semuanya sudah diperkirakan dan siap tanggap akan apa yang terjadi.
Dalam proses penanaman harus menyeleksi bibit kecambahnya terlebih dahulu
dengan melihat radikula ataupun plumulanya sejajar, setelah itu melihat keadaan
radikula apakah busuk ataupun dalam keadaan baik, dan melihat radikula ataupun
plumulanya apakah putus ataupun dalam keadaan baik-baik saja. Setelah itu membuat
lubang kurang lebih 3-5 cm untuk nantinya sebagai lubang tempat menanam bibit
kecambah. Kemudian menanam bibit kecambah yg sudah diseleksi kedalam lubang yg
sudah disediakan dengan posisi radikula atau calon akar kebawah dan plumula atau
calon batang kearah permukaan atas tanah. Setelah bibit kecambah selesai dimasukkan
tutup dengan tanah.cukup Tertutup dengan tanah saja jgn dipadatkan agar nantinya
plumula atau calon batang dengan mudah menembus permukaan tanah polibagnya.

27
DAFTAR PUSTAKA

Akiyat. 2005. Buku Pedoman Pembibitan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa
Sawit.Medan.

Chairani, M. 1991. Teknik Pengadaan Benih Kelapa Sawit Bersertifikat. Berita.

Pen. Perkebunan. (2):57-70.

Damanik, M. M. B., Bachtiar, E. H., Fauzi, Sarifuddin, Hamidah Hanum. 2010.

Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press. Medan.

Darmosarkoro, W. dan Winarna. 2001. Penggunaan TKS dan Kompos TKS


Untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Produksi Tanaman, dalam W.
Darmosarkoro, E.S. Sutarta, dan Winarna (Ed.). Lahan dan
Pemupukan Kelapa Sawit, Vol. 1. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2010. Luas Perkebunan dan Produksi kelapa


Sawit di Seluruh Indonesia. www.ditjenbun.deptan.go.id/index.php/ teknik-
budidaya.html.

Dwinanda, L., dan Nuraeni, R. 2014.Pengelolaan Bahan Baku Biodiesel. Pusat


Pengembangan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang
Mesin dan Teknik Industri/ TEDC. Bandung.

Effendi, D. 2010. Pengelolaan Pembibitan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis


guineensis Jacq.) di PT. Jambi Agro Wijaya, Sarolangun-Jambi.
Skripsi.Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 70 hal.

Fauzi. 2007. Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta.

Fauzy N., Ikwan M., Supriyanto E., Akiyat, dan Lubis A.U. 1999. Pohon Kelapa
Sawit Abnormal di Lapangan. Pedoman Teknis PPKS. No. 14-1.1-Pub-99,
Medan.

28
Hakim, N., M.Y.Nyakpa., A.M. Lubis, S.G. Nugroho., M.R.Saul., M.A. Diha.,
GoBan Hong., H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas
Lampung.
Haryati. 2003. Pengaruh Cekaman Air Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Lakitan, B. 2000. Dasar-Dasar Fisiologi Tanaman. Raja Grafindo Persada.

Jakarta.

Leiwakabessy, F. M. 1988. Kesuburan Tanah. Diktat Kuliah Kesuburan Tanah.


Depertemen Ilmu-Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Lubis A.U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Edisi 2.

Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Sumatera Utara.

Mangoensoekerjo, S dan Semangun Hariono (Penyunting). 2005. Manajemen


Agribisnis Kelapa Sawit, Cetak Kedua. Gajah Mada University
Press, Yogyakarta.

Nyakpa, M.Y., A.M Lubis., M.A Pulung., A.G. Amrah., A. Munawar., G.B Hong

N. Hakim. 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung. Lampung.

Pahan I. 2010. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu ke
Hilir. Penebar Swadaya, Jakarta.

Panjaitan, Carlos. 2010. Pengaruh Pemanfaatan Kompos Solid dalam Media


Tanam dan Pemberian Pupuk NPKMg (15:15:6:4) terhadap Pertumbuhan
Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Pre Nursery. Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan. (Tidak dipublikasikan).

Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2003. Kultur Teknis Kelapa Sawit. PPKS, Medan.
Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2005. Budidaya Kelapa Sawit. Medan

29
Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2005. Sistem Pengadaan dan peredaran benih
kelapa Sawit. Makalah pada Pertemuan Teknis Pengawasan Mutu Benih
Perkebunan.Bogor. 5-7 Desember 2005.

Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2008. Informasi Mengenai pembibitan


kelapasawit.www.iopri.org.index.php.

Salisbury F.B. dan Ross C.W. 1997. Fisiologi Tumbuhan. Terjemahan Dian
Rukmana dan Sumaryono. ITB, Bandung.
Sastrosayono S. 2008. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Sastrosayono, Selardi, 2003. Budidaya Kelapa Sawit .Penerbit PT Agro Media


Pustaka.Jakarta Selatan.

Sastrosayono, S., 2007. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Setyamidjaja D. 2006. Kelapa Sawit Teknik Budidaya, Panen, dan Pengolahan.

Kanisius, Yogyakarta.

Stephanus E., Sinulingga R., Ginting J. (2015). Pengaruh Pemberian Pupuk


Hayati Cair dan Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit di
Pre Nursery. Jurnal Online Agroekoteknologi, 1219 - 1225.

Suhunan, M.S., Djaya, L., Santosa, E., Hidayat, R.S., Daradjat, W.N., dan
Priandi,M.B. 2015.Indeks Keragaman Serangga Hama pada Tanaman
Padi (Oryza sativa L.) di Lahan Persawahan Padi Dataran Tinggi Desa
Sukawening, Kecamatan Ciwidey. Kabupaten Bandung. Jurnal Bioma.
17(1): 9-15

Sunarko, 2007. Petunjuk Praktis Pengolahan dan Budidaya Kelapa Sawit.

Agromedia Pustaka. Jakarta

Sunarya, R,. dan Destiani, D. 2016. Pengembangan Sistem Pakar Diagnosis


Hama dan Penyakit pada Tanaman Bawang Merah Berbasis
30
Android.Jurnal Algoritma Sekolah Tinggi Teknologi Garut, 1(13): 2302-
7339

Ucina, R.S. 2008. Kajian Musuh Alami Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit
Elaisdobius kamerunicus faust. (Coleoptera : curculionidae) pada
Tanaman Kelapa Sawit. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera
Utara, Medan.

Utomo, B dan E. Widjaja. 2004. Limbah Padat Pengolahan Minyak Sawit


Sebagai Sumber Nutrisi Ternak Ruminansia. Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian Kalimantan Tengah. Palangkaraya.

31

Anda mungkin juga menyukai