Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

BUDIDAYA TANAMAN KELAPA SAWIT (ELAEIS GUINEENSIS)

DI PT. MUTIARA BUNDA JAYA KEBUN TANJUNG SARI

(OKI-SUMSEL)

OLEH

MARISA HANDAYANI
041113383
BIDANG MINAT PENYULUHAN KOMUNIKASI PERTANIAN

UPBJJ PALEMBANG

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TERBUKA

2022.1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Praktik kerja lapangan (PKL) merupakan kegiatan akademik bagi mahasiswa
Agribisnis Pertanian yang wajib dilakukan bagi mahasiswa S1 Agribisnis di Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Terbuka dalam menyelesaikan studi S1. Kegiatan
Praktik kerja lapangan diharapkan akan menambah kemampuan mahasiswa dalam
mengkaji maupun menganalisis antara ilmu teori yang di dapatkan dalam masa
perkuliahan dengan kenyataan yang terjadi secara langsung dilapangan serta mencari
solusi untuk pemecah masalah yang pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan
analisis dan nalar ilmiah mahasiswa dalam menghadapi permasalahan.

Pada saat ini tanaman kelapa sawit menjadi tanaman primadona dan memiliki
prospek masa depan yang sangat cerah. Hal itu wajar karena agribisinis kelapa sawit ini
berorientasi ekspor, apalagi ditambah dengan keadaan penduduk dunia semakin hari
semakin meningkat, sehingga mengakibatkan beberapa masalah yang terjadi terutama
permintaan bahan baku pokok olahan makanan sehari hari seperti permintaan CPO
(Crude Plam Oil) yang juga mengalami peningkataan pesat yang harus memenuhi
kebutuhan tersebut, beberapa negara sebagai penyumbang CPO (Crude Plam Oil)
terbesar seperti Indonesia harus benar benar bisa mencukupi permintaan pasar dunia,
sehingga banyak lahan lahan perkebuanan di Indonesia mengalami peluasan lahan yang
sangat luas demi permintaan.

Agribisnis kelapa sawit mempunyai peranan yang sangat besar dalam


perekonomian Indonesia melalui peningkatan nilai tambah, ekspor, pengurangan
kemiskinaan, dan penciptaan lapangan kerja baru. Dari sisi makro sektor perkebunan
masih menjadi parameter penyerapan tenaga kerja, investasi pembangunan, nilai ekspor
komoditi, surplus neraca perdagangan, dan pendapatan para petani. Minyak kelapa
sawit merupakan komoditas yang mempunyai nilai strategis karena merupakan bahan
baku utama pembuatan minyak makan. Permintaan akan minyak makan di dalam dan
luar negeri yang kuat merupakan indikasi pentingnya peranan komoditas kelapa sawit
dalam perekonomian bangsa (Pahan, 2008).
Hasil dari produksi kelapa sawit adalah minyak kelapa sawit (CPO) dan inti
kelapa sawit (PKO). Pertumbuhan konsumsi minyak sawit yang cenderung melebihi
produksi terjadi karena pertumbuhan penduduk dunia dan permintaan biodiesel. Selain
itu kelapa sawit memiliki nilai ekonomis yang tinggi, dimana masyarakat dapat
meningkatkan pendapatannya dengan membududayakan kelapa sawit. Hal ini dapat
dilihat perkembangan masyarakat dilokasi transmigrasi yang mengusahakan tanaman
kelapa sawit cukup memiliki pendapatan rumah yang lebih tinggi jika dibandingkan
dengan masyarakat yang mengusahakan tanaman pertanian yang lain. Oleh karena itu
Kelapa sawit menjadi primadona tanaman perkebunan.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini adalah pkl diharapkan
mengalami dan menghayati semua aspek teknik, metode, prosedur operasi serta dasar
filosofi kegiatan kerja yang ada di kebun, dengan cara terlibat langsung atau dengan
mengalami sendiri kegiatan yang terjadi di lapangan.

Tujuan dari Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini adalah dapat memperoleh
pengalaman kerja yang sesuai dengan bidang Agribisnis Pertanian, memperdalam
pengetahuan tentang aplikasi lapangan dengan dipelajari dalam perkuliahan,
meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengidentifikasi masalah yang terjadi
di lapangan dan menentukan solusi yang sesuai untuk pemecahan masalah tersebut
dan yang terpenting mempelajari penerapan sistem budidaya tanaman Kelapa Sawit
di PT. Mutiara Bunda Jaya-Kebun Tanjung Sari.
1.3 Waktu dan Lokasi Pelaksanaan

A. Waktu Pelaksanaan

Praktik kerja lapangan dilaksanakan selama 14 hari, yaitu dimulai pada tanggal 17
Mei 2022 sampai dengan 30 Mei 2022.

B. Lokasi Pelaksanaan

Praktik kerja lapangan ini dilakukan di Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit PT.
(Mutiara Bunda Jaya-Kebun Tanjung Sari) yang berada di Desa Desa Rantau Durian
II, Kecamatan Lempuing Jaya, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Palembang,
Sumatera Selatan.

C. Sarana dan Prasarana

Adapun sarana yang digunakan dalam pelaksanaan PKL ini berlangsung adalah Buku
Panduan Kelapa Sawit, alat tulis, handphone, alat kerja seperti parang dan egrek.

Adapun prasarana nya meliputi Kantor Kebun Tanjung Sari.


BAB II

PELAKSANAAN

2.1 Metode Pelaksanaan

Adapun metode pelaksanaan yang akan dilakukan dalam menjalani praktik kerja

lapangan (PKL) adalah :

1. Magang
Yaitu penerapan /aplikasi/praktik/teori/ilmu yang sudah didapat oleh mahasiswa selama
studi sesuai bidang keahlian masing-masing. Dengan adanya kegiatan PKL bentuk
magang diharapkan mampu menyusun dan menganalisis aspek nonfinansial (teknis,
fisik, pasar, sosial dan lingkungan) maupun aspek finansial sesuai usaha agribisnis.

2.2 Alasan Memilih Komoditas Kelapa Sawit

Adapun alasan saya memilih komoditas Kelapa Sawit ini adalah :

1. Karena ingin mengetahui lebih dalam teknis budidaya tanaman Kelapa Sawit
2. Minyak kelapa sawit merupakan komoditas yang mempunyai nilai strategis karena
merupakan bahan baku utama pembuatan minyak makan.
3. Kelapa sawit memiliki nilai ekonomis yang tinggi, dimana masyarakat dapat
meningkatkan pendapatannya dengan membudidayakan kelapa sawit.
4. PT. Mutiara Bunda Jaya-Kebun Tanjung Sari merupakan anak dari PT. Sampoerna Agro
Tbk. PT. Sampoerna Agro Tbk adalah perusahaan besar yang bergerak dibidang
pertanian. PT. Sampoerna Agro Tbk. Memiliki visi yaitu “menjadi perusahaan terdepan
yang bertanggung jawab disektor agribisnis di Indonesia”, sehingga dalam
pengaplikasian budidaya tanaman kelapa sawit di lapangan PT. Sampoerna Agro Tbk.
mengedepankan dan memperhatikan aspek lingkungan dan sosial serta ekonomi.
5. Pemerintah Indonesia juga telah menerima konsep RSPO (Roundtable Sustainable Palm
Oil) dalam pembangunan kelapa sawit. RSPO bertujuan mengembangkan perkebunan
kelapa sawit yang berkelanjutan dimana dalam pengelolaannya untuk menghasilkan nilai
ekonomi yang maksimal tidak merubah fungsi alam dari kawasan tersebut dan
melibatkan peran masyarakat sekitar.

2.3 Manfaat Dari Kegiatan Usaha Bagi Pelaku Usaha, Individu dan Masyarakat

Adapun manfaat yang saya peroleh dari kegiatan usaha bagi pelaku usaha Perkebunan
Kelapa Sawit adalah :

1. Mengetahui aspek budidaya tanaman Kelapa Sawit itu seperti apa dan bagaimana.
2. Membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar.
3. Menyediakan kebutuhan masyarakat
4. Memperluas pangsa pasar
5. Mengenalkan produk hingga ke pasar lokal
6. Menghasilkan pajak yang dimiliki dari Indonesia
7. Membantu Pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Teknis Budidaya Kelapa Sawit

A. Pelaksanaan Kultur Teknis Budidaya Kelapa Sawit di Lapangan

Umumnya dalam perkebunan kelapa sawit kegiatan terbagi menjadi dua pekerjaan.
Pertama pekerjaan pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan pekerjaan pada
Tanaman Menghasilkan (TM). Pada tanaman belum menghasilkan kegiatan diutamakan
pada pemeliharaan tanaman kelapa sawit dengan tujuan untuk mendapatkan tanaman kelapa
sawit yang sehat dan pertumbuhan vegetatif yang baik dan maksimal. Sedangkan pada
tanaman menghasilkan pekerjaan meliputi perawatan tanaman, panen dan pengangkutan
dari kebun ke pabrik kelapa sawit. Pelaksanaan kultur teknis budidaya kelapa sawit di kebun
Tanjung Sari yang meliputi kegiatan perawatan dan produksi. Kegiatan perawatan memiliki
ruang lingkup pengendalian gulma dan pemupukan. Pelaksanaan pengendalian gulma pada
perkebunan kelapa sawit terbagi menjadi 2 bagian yaitu pengendalian gulma tanaman yang
belum menghasilkan (TBM) dan pengendalian gulma tanaman yang menghasilkan (TM).
Pengendalian gulma memiliki berbagai jenis pekerjaan yaitu pemeliharaan gawangan
manual, pemeliharaan gawangan kimiawi (chemical), PST manual, PST Chemist, prunning,
semprot gulma lain, kontrol lalang, spot spraying lalang, dan lap lalang (wipping).
Kegiatan pemupukan di perkebunan kelapa sawit terbagi menjadi 2 bagian yaitu
pemupukan dengan pupuk anorganik dan pupuk organik. Pemupukan dengan pupuk
anorganik adalah kegiatan tabur pupuk anorganik secara mekanis dan manual. Pupuk
anorganik adalah pupuk yang dihasilkan dari proses pabrik dengan cara mencampur
berbagai bahan kimia anorganik yang memiliki persentase hara yang tinggi sehingga
menjadi suatu pupuk seperti Urea, CuSO4, Borate, Dolomite, NPK SA TM dan NPK SA
Peat. Kegiatan pemupukan dengan pupuk organik adalah pemberian aplikasi janjangan
kosong dan kompos di areal perkebunan kelapa sawit, namun untuk kebun tanjung sari tidak
direkomendasikan untuk pemupukan organik.
Kegiatan produksi atau pemanenan yang khusus dilaksanakan di areal kebun
tanaman yang menghasilkan (TM). Kegiatan produksi meliputi dari taksasi produksi harian
yang dikenal dengan angka kerapatan panen (AKP), taksasi produksi yang di dalamnya
meliputi kegiatan sensus buah hitam atau black bunch census (BBC) dan kegiatan panen itu
sendiri.

B. Pelaksanaan Pengendalian Gulma di Lapangan


1. Rawat Gawangan Manual
Rawat gawangan manual yaitu suatu kegiatan pembersihan gawangan dari gulma
pengganggu dengan cara mencabut, mendongkel anak kayu serta mengupas tunas kayu
besar yang berada di gawangan sawit maupun tempat lain yang dianggap merugikan
tanaman maupun mengganggu pekerjaan panen. Teknik pekerjaan rawat gawangan
manual dilakukan dengan cara membongkar semua gulma yang tidak bermanfaat dan
anak kayu yang tumbuh didalam gawangan atau didalam blok (areal), sehingga item
pekerjaan ini sering disebut dengan dongkel anak kayu (DAK). Tujuan dari pekerjaan
rawat gawangan manual adalah membasmi gulma dan tanaman yang dapat menjadi
pesaing unsur hara pada pokok sawit dengan mencabut atau mendongkel sampai bagian
akar sehingga persentase tumbuh kembalinya relatif lebih lama, selain itu juga
mempermudah proses pengawasan dan panen serta evakuasi hasil.

Pekerjaan di Kebun Tanjung sari, heading kerja rawat gawangan manual dikerjakan
dengan cara Menebas gulma kerisan di setiap gawangan, kentosan dan gulma kayuan
lainnya yang mengganggu pekerjaan. Alat yang digunakan dalam pekerjaan rawat
gawangan manual yaitu parang dan dodos (cados) dengan alat perlindungan diri (APD)
seperti sepatu boot dan sarung tangan. Pekerjaan rawat gawangan manual diawasi dan
dikontrol langsung oleh kepala rombongan. Kepala rombongan mengontrol kegiatan dan
menegur anggota jika hasil pekerjaan yang dilakukan tidak sesuai standar. Selanjutnya
kalau kegiatan rawat gawangan sudah selesai di kerjakan setiap bloknya maka di check
lansung asisten divisi tersebut kemudian jika sudah sesuai maka di lakukan Berita Acara
Penyelesaian Pekerjaan (BAPP) oleh perusahaan.
Sebelum Sesudah

Gambar 1. Kondisi Rawat gawangan Manual

2. Rawat Gawangan Kimiawi (Chemical)


Pemeliharaan gawangan chemist yaitu pekerjaan pembersihan gawangan dengan
memakai alat semprot (knapsck sprayer) yang sudah diisi dengan larutan herbisida,
kemudian disemprotkan pada gulma yang berada di gawangan sawit. Tidak ada satu
jenis herbisida yang mampu untuk mengedalikan semua jenis gulma sekaligus. Oleh
karenanya untuk memilih dan mencampur herbisida agar mencapai tujuan dengan biaya
yang efektif, diperlukan pengetahuan yang mendalam tentang kandungan masing-masing
herbisida yang akan dicampur dan pengaruhnya terhadap luas pengendalian.
Bahan herbisida yang digunakan untuk rawat gawangan kimiawi tergantung dari
gulma yang akan dibasmi. Jika rawat gawangan kimiawi membasmi gulma pakisan
maka menggunakan herbisida metil metsulfuron (merek dagang Meta-Prima), serta untuk
gulma berdaun sempit menggunakan bahan aktif glifosat (merek dagang elang). Agar
pengendalian secara selektif yang dilakukan mencapai tujuannya dengan efektif, maka
adalah sangat penting untuk melakukan penyemprotan secara tepat waktu disesuaikan
dengan keadaan cuaca, dan tepat dosis serta tepat volume sesuai yang diperlukan agar
merata. Pekerjaan pemeliharaan gawangan chemist dilakukan oleh karyawan semprot
yang telah disesuaikan jumlah dan ancak tempat pada areal yang akan dilakukan
pemeliharaan gawangan chemist dan diawasi oleh mandor khusus semprot. Sebelum
melakukan pekerjaan pemeliharaan gawangan chemist harus ditentukan jumlah pekerja
yang disesuaikan dengan rencana pada areal yang akan direalisasikan dengan melihat
seksi kerja, rencana kerja bulanan dan rencana kerja harian. Setelahnya, mandor
perawatan (semprot) membuat ekspedisi bahan dan bon untuk order bahan yang akan
dipakai di gudang yang diketahui oleh asisten divisi dan manager. Pada saat di areal,
asisten dan mandor lapangan melakukan apel pagi sebelum melakukan pekerjaan. Apel
pagi meliputi kegiatan absensi karyawan dan menyampaikan cara kerja merawat
gawangan kimia yang benar. Seteah sosialisasi dan simulasi dilakukan selanjutnya
mandor lapangan mengancakan tenaga kerja berdasarkan RKH. Pekerjaan rawat
gawangan kimiawi diawasi oleh mandor lapangan dan dikontrol oleh asisten divisi.
Mandor lapangan mengawasi kegiatan dan menegur anggota jika hasil pekerjaan yang
dilakukan tidak sesuai standar.

Sebelum Sesudah

Gambar 2. Semprot Gawangan Chemist

3. Semprot Piringan Setapak dan Tph (PST)


Semprot piringan, jalan setapak dan TPH yaitu kegiatan membersihkan piringan
disekitar pokok kelapa sawit, jalan setapak dan Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) dari
gulma yang berada disekitarnya, dengan menggunakan material bahan kimia atau
herbisida dan ukuran lebar piringan dari pokok kelapa sawit sebesar 1,5-2 meter.
Pemeliharaan piringan bertujuan supaya pada saat panen dan mengutip brondolan buah
kelapa sawit lebih mudah untuk mengambilnya, sehingga mencegah terjadinya buah dan
brondolan yang tinggal atau losis, mencegah terjadinya persaingan penyerapan unsur
hara pokok sawit dengan gulma yang tumbuh disekitarnya dan memudahkan menabur
pupuk pada sekitar piringan dan mengurangi kompetisi penyerapan unsur hara dan air
dengan gulma serta meningkatkan efisiensi pemupukan.
Pemeliharaan piringan, jalan setapak dan TPH dari gulma bertujuan untuk
mengurangi kompetisi hara dan air, mempermudah kontrol dan evakuasi hasil TBS ke
TPH, dan untuk mempermudah kegiatan pemupukan. Sedangkan pengendalian gulma di
TPH bertujuan untuk memperlancar proses pengangkutan TBS ke truk dan menghindari
kontaminasi TBS dan brondolan dari kotoran.

Alat yang digunakan pada pemeliharaan piringan, jalan setapak dan TPH yaitu
alat semprot (knapsack sprayer) dan material yang digunakan berupa herbisida memiliki
macam-macam merek dagang.. Herbisida sistemik yaitu herbisida yang dapat membunuh
semua bagian tanaman dengan jalan translokasi keseluruh bagian tanaman sehingga
mematikan fungsi tanaman, dengan campuran bahan aktif glifosat contoh merek
dagangnya Elang dan bahan aktif fluroksifir contoh merek dagang Starane. Dasar
pemilihan bahan tersebut mengacu terhadap jenis gulma yang mayoritas tumbuh di
perkebunan.

Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan pada saat penggunan herbisida yaitu
jenis dan dosis herbisida yang digunakan seperti glifosat biasa digunakan untuk berdaun
sempit atau rumput rumputan dan lalang. Waktu penyemprotan terdiri dari faktor internal
yaitu penyemprotan yang dilakukan pada saat pertumbuhan optimal dan belum memsuki
masa fase generatif, faktor eksternal yaitu penyemprotan yang dilakukan dengan
menyesuaikan kondisi iklim. Teknik penyemprotan dilakukan dengan alat semprot yang
sudah diisi material dan air sesuai dengan aturannya, lalu dilakukan pemompaan sesuai
dengan tekanan normal yang dibutuhkan, semprotkan pada gulma sesuai dengan debit
cairan yang sudah ditentukan, penyemprotan harus dilakukan sampai merata. Berikut
adalah gambar alur kerja untuk pekerjaan semprot PST.

Piringan Setapak TPH

Gambar 3. Semprot Piringan Setapak dan TPH


4. Pelaksanaan Pemangkasan (Pruning) di Lapangan
Pemangkasan (pruning) adalah kegiatan memotong pelepah daun kelapa sawit
yang tidak berguna kemudian menyusun dengan rapi pelapah yang telah terpotong di
gawangan mati atau diantara pokok. Tujuan dari kegiatan pemangkasan ini adalah untuk
menjaga kebersihan pokok kelapa sawit dari pelepah sengkleh dan mempermudah
pekerjaan pemanenan.
Pelaksanaan di Divisi III Kebun Tanjung Sari, heading kerja pemangkasan
dikerjakan dengan cara memotong pelepah sengkleh yang masih hijau atau sudah mati
(cokelat) menggunakan dodos atau egrek. Pekerjaan pemangkasan dilakukan dengan
sistem borongan dan ada yang di kerjakan oleh karyawan panen yang telah disesuaikan
jumlah dan ancak tempat pada areal yang akan dilakukan pembersihan dan diawasi oleh
mandor panen. Alat dan bahan yang digunakan adalah dodos dan egrek. Alat
perlindungan diri (APD) yang digunakan adalah helm, sepatu boot, dan sarung tangan.
Berikut adalah alur kerja untuk pekerjaan pemangkasan.
Sebelum melakukan pekerjaan pemangkasan harus ditentukan jumlah pekerja
yang disesuaikan dengan areal yang akan dikerjakan dengan melihat seksi kerja tahunan,
rencana kerja bulanan serta rencana kerja harian dan disesuaikan dengan budget serta
Rencana Kerja Bulanan (RKB) dan jumlah anggota perawatan yang ada. Pada saat
diareal, mandor panen melakukan apel pagi sebelum dilakukan kegiatan. Apel pagi
disampaikan kembali tata cara kerja pemangkasan dan pengabsenan anggota yang hadir
pada hari itu dapat mengetahui.

Kegiatan Pruning

Gambar 4. Kegiatan Pruning


5. Pelaksanaan Pemupukan di Lapangan
A. Penguntilan Pupuk
Penguntilan pupuk dilaksanankan berdasarkan rencana pemupukan esok hari.
Penguntilan berguna untuk mempermudah pelangsiran dan penentuan dosis pada
pemupukan di areal.
 Standar kerja adalah 1500 kg/hk
 APD yang digunakan adalah: sarung tangan, sepatu boot, masker, Apron.
 Alat-alat yang digunakan: takaran dan timbangan

Pelaksanaan:
1. Pupuk diuntil berdasarkan dosis pupuk per pokok
2. Untuk satu baris pokok sawit dibuat 4 untilan pupuk
3. Pupuk yang diuntil adalah pupuk NPK SA Peat
Dosis pupuk : 2,5 kg per pokok
4. Dibuat terlebih dahulu takaran untilan dan dikalibrasi dengan timbangan.

Gambar 5. Kalibrasi pupuk dengan timbangan


5. Pupuk dikeluarkan dari gudang berdasarkan bon gudang yang telah dibuat satu
hari sebelumnya.

Gambar 6. Pupuk yang telah di until di susun rapi


6. Pemupukan
Kegiatan pemupukan di Divisi Tiga hanya menggunakan pupuk
anorganik. Pemupukan dengan pupuk anorganik adalah kegiatan tabur pupuk
anorganik secara manual dikarenakan areal gambut yang tidak memungkinkan
untuk melakukan pemupukan secara mekanis. Jenis pupuk anorganik yang
digunakan selama pengaplikasian adalah NPK SGRO Peat. Alat yang digunakan
adalah rinjing, takaran yang sesuai, ayakan, dan kain gendong. Alat pelindung diri
(APD) saat pelaksanaan pekerjaan pemupukan adalah sepatu boot, sarung tangan,
masker. Berikut adalah gambar alur kerja untuk pekerjaan pemupukan.

Pelaksanaan di Divisi, heading kerja pemupukan dikerjakan dengan cara


manual (sistem tabur) ke tiap pokok di areal. Sebelum melakukan pekerjaan
pemupukan harus ditentukan jumlah kebutuhan bahan pupuk yang akan
digunakan di buku ekspedisi bahan. Kemudian pembuatan bon permintaan bahan
ke gudang kebun, setelah itu dilakukan penguntitan pupuk sesuai dengan dosis
yang akan digunakan (1 untilan untuk 6-7 pokok). Mandor lapangan melakukan
pengecekan takaran, ayakan, dan rinjing sebelum digunakan. Pada saat diareal,
mandor lapangan melakukan apel pagi sebelum dilakukan kegiatan. Apel pagi
disampaikan kembali tata cara pemupukan yang baik, pengecekan peralatan yang
digunakan (takaran dan ayakan) dan alat perlindungan diri (APD), dan
pengabsenan anggota. Setelah itu mandor lapangan mengancakan anggota di
areal.

Gambar 7. Takaran, tempat yang dipakai dan kegiatan pemupukan


7. Pelaksanaan Panen di Lapangan
Panen merupakan pekerjaan utama di perkebunan kelapa sawit karena
merupakan sumber pendapatan perusahaan, oleh karena itu perlu adanya
pengelolaan yang baik dalam pelaksanaannya. Panen adalah kegiatan memotong
tandan buah segar (TBS) yang sesuai dengan kriteria matang panen, mengutip
brondolan, mengumpulkannya ke TPH dan mengirimnya ke PKS. Kriteria matang
panen menentukan kandungan minyak dalam daging buah maksimal dan
kandungan asam lemak bebas terendah. Secara visual dilapangan kriteria matang
panen dari TBS dapat ditentukan dari buah yang membrondol sesuai umur
tanaman kelapa sawit, umur tanaman ≤ 8 Tahun kriteria matang panen buah
kelapa sawit ditentukan dengan brondol lepas ≥5 brondolan di TPH atau PKS dan
pada umur tanaman ≥ 8 Tahun kriteria matang panen buah kelapa sawit
ditentukan dengan brondol lepas ≥10 brondolan di TPH atau PKS.
Proses kegiatan panen meliputi :
a. Menghitung Taksasi Produksi (diawali dengan menghitung AKP)
b. Panen Tandan Buah Segar (Pelaksanaan Panen)
c. Pengiriman TBS ke Pabrik Kelapa sawit (PKS)

A. Taksasi produksi
Taksasi produksi digunakan sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan
perhitungan taksasi produksi Tandan Buah Segar (TBS) selama 6 bulan ke depan
untuk perencanaan kegiataan panen. Peramalan produksi sangat penting untuk dapat
menentukan penyusunan target produksi,perencanaan pembiayaan dan pemakaian
tenaga. Peramalan produksi dibagi menjadi tiga bagian, yaitu budget produksi (target
produksi), taksasi produksi bulanan (sensus produksi) dan taksasi produksi harian
(taksasi panen). Budget produksi di susun 1 (satu) tahun sekali guna memperkirakan
produksi yang akan dicapai dalam satu tahun, sedangkan Taksasi produksi bulanan
berdasarkan sensus buah hitam (BBC) yang dilakukan di seluruh areal TM dengan
metode penetapan baris sensus setiap kelipatan 10, sehingga didapatkan persentase
sampling 10% terhadap jumlah pokok dalam blok.
Waktu pelaksanaan BBC (Black Bunch Census) 2 kali setahun, yaitu pada
minggu terakhir dari bulan Desember dan Juni. Sensus Bulan Desember digunakan
untuk taksasi produksi bulan Januari-Juni, demikian halnya dengan sensus pada
bulan Juni digunakan untuk Bulan Juli-Desember. Taksasi panen adalah
penghitungan terhadap kemungkinan tiap tanaman yang di panen menghasilkan
sejumlah tandan masak dari tiap rotasi. Taksasi panen tercermin dalam perolehan
Angka Kerapatan Panen (AKP) pada hari itu.
AKP dapat digunakan untuk mengetahui jumlah taksasi produksi esok
hari, sehingga dipakai sebagai acuan untuk memperkirakan tenaga panen
yangdiperlukan untuk menyelesaikan satu seksi panen dalam satu hari dan unit
mobilangkut buah ke PKS. Taksasi panen dilakukan dengan menghitung kerapatan
panen yang dilaksanakan setiap harinya oleh Mandor Panen yang di monitor oleh
Mandor I.

Cara penghitungan dengan metode sampling sebesar 5%. Penghitungan


dilakukan dengan masuk ke dalam barisan kelipatan 20 dan mencatat jumlah pokok
dan jumlah tandan matang yang akan dipanen besok hari. Berdasarkan pencatatan
tersebut ditentukan kerapatan panennya. Data kerapatan panen digunakan untuk
menentukan jumlah pemanen yang dibutuhkan pada saat panen keesokan harinya.
Contoh perhitungan kerapatan panen dan kebutuhan tenaga kerja panen:
pada blok 29 petak C seluas 24.16 ha kemudian dimasuki pada baris 20, 40, 60, 80,
100 dan baris 120 sehingga total pokok yang disensus adalah 162 pokok di dapat 87
tandan yang siap di panen, maka kerapatan panen pada blok 29 adalah sebagai
berikut:
Jumlah tandan yang siap panen
AKP= x 100 %
Total pokok yang disensus
87 ×100 %
¿
162
¿ 0,537 ×100 %
¿ 53,70 %
Maka taksasi untuk blok 29 petak C seluas 24.16 ha dengan SPH 132 dan BJR 8 kg
dengan AKP 53,70% adalah :
53,70% x 24.16 x 132 x 7 kg = 11.987 Kg
Maka jumlah pemanen yang dibutuhkan dengan output panen 900 Kg/hk adalah:
11.987/900 = 13.31 Hk (13 Hk).
Sehingga luas yang harus diselesaikan adalah: 24.16 Ha/13 hk = 1,81 Ha/HK. Sistem
panen di kebun Tanjung Sari menggunakan sistem panen hancak giring, yaitu hancak
panen yang lokasi luasan dan pemanennya berganti ganti setiap hari nya. Apabila
pada kondisi areal blok tertentu menggunakan sistem hancak giring, ketika buah
kurang pemanen di arahkan untuk pindah hancak berikutnya sehingga mendapatkan
basis panen.

B. Teknis Kegiatan Panen adalah sebagai berikut:


1) Pemanen mengikuti apel pagi dan mendapatkan arahan dari mandor panen dan
Asisten lapangan.
2) Pemanen memasuki areal yang akan di panen sesuai dengan ancak masing-masing
yang telah di tetapkan dan pemanen memulai aktifitas panen.
3) Potongan pelepah disusun rapi di gawangan mati dan pelepah yang
dipertahankan yaitu songgo dua.

Gambar 8. Proses panen tandan buah segar dari pokok


4) Tangkai tandan dipotong serapat mungkin dengan buah (≤1 cm). Tangkai tandan
ini harus dikurangi semaksimal mungkin, karena tangkai tandan yang masuk
dalam proses pengolahan di pabrik dapat menghisap minyak, sehingga akan
mengurangi kadar minyak.
5) Berondolan di dalam piringan, luar piringan, ketiak pelepah dan di jalan setapak
dikutip. Brondolan yang tertinggal akan mempengaruhi produksi secara
keseluruhan. Brondolan di kutip kedalam ember atau dengan langsung dimasukan
kedalam karung dan di bawa ke TPB untuk ditimbang.

Gambar 9. Proses pengutipan brondolan


6) TBS yang telah dipanen diangkut ke TPH (Tempat Pengumpulan Hasil) dan
brondolan yang sudah terkumpul di bawa ke TPB (Tempat Pengumulan
Brondolan)
7) TBS disusun berbaris dengan rapi, disusun berderet 5 tandan per baris dan
setiap tandan di stempel/ nomor potong Pemanen.
Gambar 10. Penyusunan TBS dan Brondolan di TPH dan TPB blok 28

8) Buah busuk yang baru dipanen (akibat tidak terpanen/tertinggal pada 2 atau 3 rotasi
sebelumnya) tidak ikut disusun bersama dengan TBS yang baik, tetapi buah tersebut
brondolannya diketek, lalu tandan kosongnya dibuang di gawangan mati.
9) Setiap pemanen harus mencantumkan nomor pemanen pada pangkal tangkai buah
dengan cap (stempel) setelah ancaknya selesai dipanen, untuk memudahkan
administrasi, pencatatan buah dan pengawasan.
10) Pemanen yang melakukan pelanggaran atas kriteria panen yang telah ditetapkan
oleh perusahaan dikenakan denda pemotongan sesuai dengan sanksi panen pada tabel 1.

BENTUK PELANGGARAN DENDA POTONGAN (Rp)

Memotong buah mentah 7.000/janjang

Buah masak tidak dipanen 5.000/janjang

Buah mentah yang telanjur dipanen 10.000/janjang


disembunyikan

Buah masak tidak dikeluarkan ke TPH 7.000/janjang

Buah matahari 1.000/janjang

Berondolan tidak dikutip bersih (batas 2.500/piringan


toleransi 2/piringan)

Brondolan dibuang ke gawangan,parit,dan 15.000/temuan


pasar pikul

Buah tidak disusun rapi di TPH 1.000/TPH

Gagang buah tidak dipotong rapat/potongan 1.000/janjang


gagang buah tidak dibuang dari TPH

Pelepah sengkleh, pelepah tidak di susun rapi 500/pelepah


C. Pengangkutan TBS ke PKS

Pengangkutan TBS dan brondolan adalah kegiatan pengangkutan dari


TPH ke PKS. Pada setiap hari panen, TBS dan brondolan harus diangkut secepatnya
ke PKS untuk diolah pada hari yang sama. Hal ini dilakukan supaya minyak yang
dihasilkan tetap bermutu baik. Untuk itu diperlukan organisasi kegiatan transportasi
yang memadai, karena di dalam perkebunan kelapa sawit kegiatan ini merupakan
salah satu pekerjaan yang terpenting/utama.
Prinsip dasar kegiatan transportasi adalah melakukan evakuasi TBS dari
lapangan ke PKS secepat-cepatnya (maksimal 24 jam), semaksimal mungkin tidak
ada restan di lapangan dan TBS harus bersih dari kotoran. Untuk mencapai semua itu
diperlukan unit truck. Berikut cara perhitungan kebutuhan unit truck:
Contoh kebutuhan unit truck :
Taksasi panen blok 28 = 13, 466 Kg
Kapasitas unit (truk) = 6.000 Kg
1 hari 1 unit mampu 2 trip (jika dalam kondisi jalan normal dan pabrik tidak antri)
Maka jumlah ritasi =13,466 kg : 6.000 kg
= 2,24 rit (dibulatkan 2 rit)
Jadi, apabila kondisi jalan baik dan pabrik tidak antri, hanya membutuhkan 1 unit
mobil truk pengangkut TBS dengan unit melakukan 2 trip.

Gambar 11. Muat TBS dan Brondolan


Administrasi dalam pengangkutan TBS adalah sebagai berikut:

1. Krani buah mencatat jumlah tandan dan brondolan di LPB sesuai kriteria N
(Normal), A (Mentah), E (Busuk/kosong), dan melakukan grading. Pengangkutan
buah di TPH dapat dilakukan setelah dicatat oleh kerani
2. Supir melakukan pengisian HTDT, seluruh tandan dan brondolan diangkut dari
TPH dan TPB
3. HTDT dicocokan dengan LPB dan kemudian kerani buah memberikan SPB
kepada sopir.
4. Setelah mobil penuh, krani buah membuat SPB (Surat Pengantar Buah) dengan
menuliskan jumlah tandan yang diangkut, nama supir, nomor polisi dan tujuan PKS
yang disetujui oleh manager dan krani buah.

D. Teknologi Produksi Yang Digunakan

3.2 Biaya
a. Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pembiayaan biaya panen,
pemeliharaan. Maruning (pemupukan) dan biaya umum. Berikut tabel rekapitulasi
biaya produksi bulan April dan s.d April 2022.
b. Biaya Pemeliharaan TM
Biaya Pemeliharaan TM merupakan biaya yang dikeluarkan untuk biaya
perawatan kelapa sawit. Berikut rincian biaya perawatan yang dikeluarkan
selama bulan April dan s.d April 2022.
c. Biaya Panen
Biaya panen merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pekerjaan panen yang
mencakup biaya tenaga, transport dan peralatan panen. Berikut rincian biaya
yang dikeluarkan selama bulan April dan s.d April 2022.
d. Biaya Umum
Biaya umum merupakan biaya yang dikeluarkan selain dari biaya panen dan
pemeliharaan. Berikut rincian biaya yang dikeluarkan selama bulan April dan s.d
April 2022.

1.1 Budget dan Realisasi Divisi

Agar semua kegiatan kegiatan yanng ada di perkebunan dapat terlaksana


dengan baik, maka perusahaan menyusun anggaran (budget) yang dijadikan sebagai
pedoman kerja, alat pengkoordinasi kerja dan alat pengawasan kerja.
Untuk membantu penyusunan anggaran digunakan pedoman yang memuat
standar (standar fisik dan biaya) dan norma-norma kerja, tenaga dan bahan yang akan
di butuhkan dalam satu tahun dalam pelaksanaan kerja sehigga penyimpangan
realisasi dari anggaran diharapkan akan relatif kecil.
Penyusunan anggaran untuk satu tahun yang akan datang di susun dan
disutujui oleh management sebelum bulan Desember. Pada umumnya anggaran
kebun memuat tentang :

e. Budget hektar
Pada anggaran hektar ini menunjukan areal yang telah ditanami dengan
tanaman kelapa sawit. Areal tanaman kelapa sawit yang terdiri dari tanaman
menghasilkan, tanaman belum menghasilkan yang disertai informasi tahun
tanam, area non tanaman (sungai, jalan, emplasmen, pabrik, enclave, rawa dan
lain-lain).
f. Budget produksi
Anggaran produksi disusun berdasarkan informasi yang diperoleh dari
kebun.Informasi tersebut berupa luas areal yang ditanam pada tahun anggaran.
Untuk menghitung jumlah produksi dalam satu tahun anggaran digunakan data
jumlah areal yang akan berproduksi (areal TM), jumlah pokok produktif,
estimasi produksi berdasarkan Sensus Buah Hitam (BBC).
g. Budget biaya TM dan TBM
Pada bagian ini penyusunan anggaran perlu memperhatikan
pengakomodiran masing-masing group baik tanaman menghasilkan dan tanaman
belum menghasilkan, guna menentukan biaya pemeliharaan dan biaya
panen(untuk TM) dan biaya pemulaan serta pemeliharaan (untuk TBM). Selain
itu penyusunan aggaran TM dan TBM ini untuk dapat mengetahui satuan biaya
(Rp/ha) dan ( Rp/ton).
7.2 Varian Budget dan Realisasi Divisi
Biaya merupakan salah satu hal yang paling esensial dalam kehidupan
suatu perusahaan. Hal ini disebabkan karena setiap kegiatan perusahaan hampir
pasti akan dipertemukan dengan biaya. Demikian halnya dengan perusahaan
industri, dalam melakukan proses produksi memerlukan pengorbanan faktor-
faktor produksi untuk menghasilkan produk. Nilai dari faktor-faktor produksi
yang dikeluarkan atau dikorbankan inilah yang disebut biaya. Namun tidak semua
nilai dari faktor-faktor produksi yang dikeluarkan tersebut dikategorikan sebagai
biaya yang seharusnya terjadi, bisa juga biaya tersebut dikategorikan sebagai
pemborosan atau kerugian.
Untuk menilai pemakaian biaya untuk menyelesaikan pekerjaan apakah
sesuai dengan biaya yang telah dianggarkan maka dilakukan analisis biaya.
Analisis biaya adalah proses kontrol dan koreksi suatu pekerjaan dilihat dari segi
biaya yang dipakai, agar pada periode berikutnya pemakaian biaya dapat sesuai
dengan budget anggaran dan monitoring untuk tercapainya efisiensi cost tanpa
menghambat efektivitas pekerjaan yang dilaksanakan.
Analisis varian adalah membandingkan antara kinerja standar yang telah
dianggarkan atau diprogramkan dengan kinerja aktual atau realisasi pencapaian
kerja per periode anggaran. Varian sedapat mungkin harus terinci dan
mempertimbangkan hubungan biaya-manfaat. Varian tenaga kerja dan bahan
mensyaratkan bahwa kita harus bersiap-siap mengambil tindakan perbaikan.
Varian yang tidak signifikan tidak dapat ditindak lanjuti kecuali jika terjadi
berulang-ulang dan mencerminkan adanya potensi kesulitan.
BAB IV

PENUTUP

3.3 Kesimpulan
1. Pelaksanaan pekerjaan yang sesuai dengan Integrated Management System
(IMS) Procedure dan Standard Operational Procedure (SOP) harus
diterapkan dalam setiap pekerjaan agar mendapatkan hasil yang maksimal
dengan biaya yang efisien dan serta mengurangi resiko kecelakaan kerja.
2. Fungsi manajemen dalam Planing, Organizing, Actuating dan Controlling,
sangat penting diterapkan dalam aspek kegiatan kebun secara benar demi
memperoleh hasil kerja yang optimal.

3. Semua kegiatan baik perawatan maupun panen harus mengikuti standart


operating procedure perusahaan.

4. Pentingnya pengawasan untuk mengontrol semua kegiatan agar sesuai


dengan rencana dan procedural berlaku

5. Agar sesuatu pelaksanaan pekerjaan yang ada diperkebunan dapat berjalan


dengan baik maka suatu perkebunan memerlukan biaya yang cukup besar
dan perencanaan yang matang agar dapat menjadi pedoman kerja dan
parameter yang baik
3.4 Saran
1. Pembinaan terhadap karyawan agar menyadari tanggung jawab pekerjaan
yang mereka emban.

2. Memberikan motivasi dan disiplin kerja pada saat apel pagi sangat perlu
dilakukan agar karyawan termotivasi dalam bekerja sesuai rencana.

3. Penerapan sanksi juga harus dijalankan dengan efektif guna menjamin


kualitas kerja yang sesuai dengan standar.

4. Pengawasan yang ketat dan tegas diperlukan untuk mengubah cara bekerja
yang lama menuju peningkatan kualitas dan keselamatan kerja.

5. Penerapan pekerjaan yang sesuai dengan IMS dan SOP harus dijalankan
dengan konsisten untuk tetap mempertahankan prestasi bahkan
meningkatkan prestasi kerja yang sudah ada.
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Panduan Praktik Kerja Lapangan LUHT4491

SOP Kelapa Sawit

https://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/22-informasi-berita/228-kelapa-sawit-indonesia-
semakin-menjadi-andalan-ekonomi-nasional

Fauzi, Y., Y. Erma. Widyastuti, I. Satyawibawa dan R. Hartono. 2005. Kelapa Sawit. Penebar
Swadaya. Jakarta.

Pahan, I. 2010. Panduan lengkap Kelapa Sawit. Managemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir.
Penebar Swadaya, Jakarta

Soekartawi. 2005. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Jakarta. Raja Grafindo Persada.
LAMPIRAN

Apel Pagi Foto Bersama Asisten dan All Supervisi

Kantor Kebun Tanjung Sari dan Ruang Divisi


LAMPIRAN

Surat Pernyataan dari pimpinan (Manager) Kebun Tanjung Sari

Anda mungkin juga menyukai