PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pelaksanaan Praktek Kerja
PT. Bintara Tani Nusantara ( BTN ) merupakan sebuah badan usaha yang
bergerak dalam industry pengolahan kelapa sawit. Sistim pengolahan yang
dilakukan adalah sistim pengolahan secara otomatis dimana manusia hanya
bertugas untuk mengontrol mesin. Pada tahun ini PT. Bintara Tani Nusantara
menargetkan produksi minyak dari buah masyarakat 19% dan buah inti 25% /ton.
Untuk dapat memenuhi target yang ditetapkan PT, Bintara Tani Nusantara harus
melakukan peningkatan kualitas buah inti dan memperketat sortasi pada buah
masyarakat dan dengan tetap menjaga kestabilan kinerja kariawan dan
mesin,suatu perusahaan industri yang bergerak di bidang pengolahan kelapa sawit
tentu nya mempunyai buangan industri dan mengingat pentingnya suatu
perusahaan industri menjaga lingkungan sesuai dengan yang diamanatkan oleh
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Pada Pasal 98 ayat (1) dikatakan Setiap orang yang dengan
sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara
ambien, baku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan
lingkungan hidup, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun
dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit Rp3.000.000.000,00
(tiga miliar rupiah) dan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah).
Kegiatan industri kelapa sawit di wilayah IUP Operasi Produksi PT.
Bintara
Tani
Nusantara
menggunakan
metode
Pengolahan
yang
Air buangan atau air sisa industri adalah sumber air industri yang perlu di
ditangani (di olah), karena bisa mengganggu jalannya kegiatan operasional
industri dimana akan mengakibatkan bau dan kualitas air di sekitar industri akan
semakin buruk sehingga kondisi terburuk dapat mencemari ekosistem disekitar
industri apabila langsung dilepas kealam bebas. Oleh karena itu perlu dibuat
rancangan sistem pengolahan limbah industri untuk mengatasi masalah air yang
berasal dari buangan dari proses pengolahan yang terdapat di indutri kelapa sawit
tersebut.
Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang adalah satu bagian
dari sistem pendidikan nasional yang turut serta dalam mempersiapkan sumber
daya manusia yang handal di bidangnya. Oleh karena itu setiap mahasiswa
program sarjana Teknik Lingkungan diwajibkan untuk mengikuti Praktek Kerja
Lapangan di perusahaan - perusahaan, agar dapat terlibat langsung dengan dunia
kerja dan dapat menambah wawasan mahasiswa itu sendiri.
Dengan adanya praktek kerja ini mahasiswa diharapkan dapat mengerti
hubungan antara ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah dengan
aplikasinya di lapangan serta mengetahui tentang kondisi pekerjaan pada dunia
kerja, sehingga nantinya ketika terjun ke dunia kerja, mahasiswa dapat memenuhi
standar kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan dunia industri.
Kerja Praktek ini merupakan mata kuliah wajib untuk mahasiswa jurusan
Teknik Lingkungan di Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang.
1.2 Tujuan Pelaksanaan Praktek Kerja
1.2.1 Tujuan Umum
Kerja praktek ini dilaksanakan oleh mahasiswa di perusahaan atau instasi
pemerintah. Secara umum tujuanya adalah agar mahasiswa dapat menerapkan dan
Tujuna Khusus
Kerja praktek pada jurusan teknik Lingkungan merupakan mata kuliah
wajib dan salah satu syarat untuk mengikuti ujian komprehensif. Tujuan
dilaksanakannya praktek kerja lapangan adalah:
1. Melatih dan menumbuh kembangkan sikap dan pola fikir yang professional
untuk memasuki dunia kerja nantinya.
2. Memberi kesempatan mahasiswa belajar dalam memecahkan masalah yang
ada pada perusahaan tempat kerja praktek dengan menggunakan metodametoda yang didapat di bangku kuliah.
3. Agar mahasiswa dapat menerapkan dan membandingkan ilmu yang diperoleh
diperkuliahan dengan keadaan yang sebenarnya dilapangan.
4. Mendapatkan kesempatan menggunakan pengetahuan yang deperoleh di
bangku kuliah untuk menganalisa jalannya proses kegiatan industri
5. Memenuhi persyaratan mata kuliah praktek kerja Sekolah Tinggi Teknologi
Industri Padang.
BAB II
PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA
BAB III
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
3.1 Sejarah Umum Perusahaan
PT. Bintara Tani Nusantara (PT. BTN) merupakan salah satu
perusahaan di Kabupaten Pasaman Barat yang bergerak dalam usaha
perkebunan kelapa sawit. Kegiatan perkebunan yang di kelola oleh
perusahaan ini telah di mulai sejak tahun 1991 dengan luas areal yang
di cadangkan 7.185 ha. Sementar kegiatan penanaman kelapa sawit
baru di lakukan pada tahun 1993 dengan areal seluas 4.000 ha.
Pada tahun 2003 manajemen perusahaan PT. Bintara Tani Nusantara
mengalami perubahan. PT.BTN yang semula mengelola usaha
perkebunan menyerahkan pengelolaan selanjutnya (take over) kepada
perusahaan yang tergabung dalam manajemen PT. Incasi Raya Group.
Namun, nama perusahaan tetap di pertahankan sampai saat ini. Pada
tahun 2007, total areal perkebunan yang di tanami kelapa sawit
mencapai 5.935,863 ha dengan produksi tandan buah segar (TBS)
270 km
80 km
30 km
Fasilitas Umum
Sekolah
1
Pasar
2
Mesjid
3
Rumah Sakit
4
Sungai
1
Pemukiman Penduduk
2
3.3KEGIATAN PERKEBUNAN PT. BINTARA TANI NUSANTARA
3.3.1. Kegiatan Perkebunan
a. Penanaman
Penanaman di lakukan terhadap bibit sawit yang telah berumur 915 bulan pada titik tanam yang telah ditentukan. Rangkaian
kegiatan dalam proses penanaman terdiri dari pembuatan lubang
dan penanaman bibit. Jarak tanam ditetapkan dengan
mempertimbangkan kesuburan tanah dan curah hujan. Jarak tanam
K2OMgO
Total (kg/pokok)
Total (kg/ha)
286
0,10
598
Cu
109
0
34 0
Bulan
Dosis/Pokok (kg)
Keterangan
1
Hi-K (NPK)
piringan
Januari
2,5
Ditebar melingkar
2
Kieserite
piringan
Maret
Ditebar melingkar
3
Borate
piringan
April
0,1
Ditebar melingkar
Hi-K (NPK)
Mei
2,5
CIRP
Juli
6
Hi-K (NPK)
piringan
Agustus
7
Janjang KOsong
pabrik PKS
2,5
Ditebar melingkar
Berasal dari
10
BAB IV
KASUS
4.1 Pendahuluan
11
12
cair tersebut kemudian kedalam Acidification Pond yang berfungsi sebagai bak
pengendapan agar minyak yang masih terkandung dalam limbah tersebut dapat
dipisahkan sehingga memudahkan bagi bakteri dalam proses penguraian
berikutnya. Di dalam Acidification Pond juga terjadi penurunan temperature
limbah. Waktu retensi dalam kolam ini terjadi 10 hari dengan kedalaman air 2 m.
Pada kolam ini terdapat bakteri-bakteri pembentuk asam, dimana unsur-unsur
organic yang terkandung dalam air limbah diuraikan menjadi asam-asam organic
yang mempunyai partikel lebih kecil.
Limbah yang keluar dari Acidification pond dialirkan secara gravitasi menuju
Anerobic Pond yang terdiri dari dua kolam dan masing-masingnya mempunyai
waktu tinggal selama 30 hari dan kedalaman 4,5 m. Pada kolam ini terjadi
penguraian oleh bakteri pembentuk metana. Asam-asam organic yang berasal dari
Acidification Pond dirombak oleh bakteri menjadi gas metana dan CO2. Dengan
terurainya bahan-bahan organic menjadi gan menyebabkan nilai BOD didalam
limbah yang semula sebesar 25.000- 20.000 ppm turun menjadi 1000-3000 ppm.
Selanjutnya limbah dimasukkan ke Facultaif Pond dan diteruskan ke Algae Pond,
setelah
melalui
proses
pada
Algae
Pond,
limbah
baru
di
alirkan
kelingkungan/sungai.
13
Batasan Masalah
1. Apakah waktu retensi antar kolam di IPAL PT. BTN sudah sesuai dengan
jumlah limbah masuk.
2. Apakah IPAL di PT. BTN sudah efektif dalam pengolahan limbah cair.
2.1.4
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada identifikasi dan batasan masalah maka dapat di
rumuskan diantaranya:
1. Seberapa besar IPAl yang diperlukan agar pengolahan limbah cair di PT.
BTN bisa Efektif?
2.1.5
penelitian untuk mengetahui besar dan kapasitas IPAL yang dibutuhkan agar
pengolahan limbah bisa efektif.
2.1.6
14
Tabel 2.2 Mineral Sulfida yang Berpotensi Menimbulkan Air Asam Tambang
Mineral
Pyrite
Komposisi FeS
Calcopyrite
Calcosite
Spalerit
Millerit
CuFeS
CuS
ZnS
Ni5
Galena
PbS
15
Reaksi antara pyrite, oksigen, dan air akan membentuk asam sulfur dan
endapan besi hidroksida. Endapan besi hidroksida (yellowboy). Didalam reaksi
umum pembentukan air asam tambang, terjadi empat reaksi pada pyrite yang
menghasilkan ion - ion hidrogen yang bila berikatan dengan ion - ion negatif
dapat membentuk asam. Oksida terhadap pyrite akan menghasilkan besi (II) dan
sulfat. Selanjutnya besi (II) teroksidasi lagi menjadi besi (III). Reaksi akan
16
berlangsung lambat dalam kondisi asam dan semakin cepat dengan kenaikan besi
hidroksida. Besi (III) yang belum mengendap akan mengoksidasi pyrite yang
belum mengalami oksidasi.
Salah satu gejalanya adalah perubahan warna air yang menjadi kemerahan.
Air bersifat asam (pH dibawah 4 ) dan dapat mengganggu serta dapat membunuh
makluk hidup, baik tumbuhan maupun hewan yang hidup di air atau yang
mengkonsumsi air tercemar, termasuk manusia. Asam dapat membunuh tanaman
rehabilitasi serta memperlambat tingkat pertumbuhan tanaman (Indonesianto,
2008).
Air asam tambang berasal dari mineral atau batuan sulfida (pirit, kalkopirit,
galena, sinabar dan lainnya) yang terkontaminasi dengan air dan udara. Selain itu
berasal dari sumber kegiatan pertambangan, seperti konstruksi (pembuatan jalan ),
overburden, eksploitasi, waste dump, stok pile batubara, pembuangan tailing.
Pada kondisi lapangan, variabel fisik yang mempengaruhi kecepatan
pembentukan asam adalah :
a) Kondisi cuaca
b) Permeabilitas dari batuan buangan
c) Kemampuan dari pori-pori batuan
d) Tekanan air pori-pori
e) Mekanisme masuknya air ke batuan (aliran atau difusi)
Karakteristik kimia terbentuknya air asam tambang, yaitu :
1. Rendahnya pH.
17
18
19
3. Kandungan oksigen
Pelapisan material sulfide dengan lapisan pengonsumsi oksigen (tanah
pucuk yang mengandung mikroorganisme aktif) merupakan strategi yang
baik untuk mengurangi kandungan oksigen.
Tiga langkah untuk mengurangi kandungan oksigen dalam timbunan adalah :
20
a) Material ditimbun atau dikubur dan dilapisi dengan tanah pucuk sesegera
mungkin
b) Material timbunan harus dipadatkan selama kontruksinya, terutama pada
saat penempatan material sulfida
c) Pemadatan pada permukaan dan lereng bagian luar adalah sangat penting
dalam mengurangi difusi oksigen dan konveksi udara kedalam timbunan.
Pengelolaan air buangan dari kegiatan penambangan harus dilakukan
sebelum air tersebut dibuang ke badan air, sehingga nantinya tidak mencemari
perairan di sekitar lokasi tambang.penanganan air asam tambang secara umum
terdapat dua cara, yaitu secara aktif dan pasif.
Berikut ini adalah empat jenis teknologi perlakuan pasif.
a. Saluran-saluran (drains) batu gamping oksik dan anoksik atau saluransaluran dangkal (riffle channels) untuk meneralisir air dengan pH rendah
b. Neralisasi kimiawi berbantuan penggunaan tenaga material atau air untuk
mendorong sistem pembagi reagen
c. Lahan basah (aliran permukaan dan bawah permukaan, atau tanpa
tambahan batu gamping)
Menurut buku pedoman pengelolaan air asam tambang, beberapa cara untuk
menangani parameter pH dan padatan terlarut adalah sebagai berikut :
1. Penanganan derajat keasaman pH
pH pada air asam tambang biasanya sangat rendah. Pengolahan pH pada
air asam dapat dilakukan dengan cara penetralan untuk menaikkan kadar
pH dan untuk penanganan air asam dapat menggunakan bahan kimia
21
22
sederhana, yaitu dengan cara meneteskan cairan caustic ke dalam air asam, karena
kelarutannya akan menyebar di dalam air. Kekurangan utama dari penggunaan
cairan caustic untuk penanganan air asam ialah biaya yang tinggi dan bahaya
dalam penanganannya. Penggunaan caustic padat lebih murah dan lebih mudah
dari pada causticcair.
d. Soda Ash Briquettes (Sodium Carbonate)
Sodium Carbonate biasanya digunakan dalam debit kecil dengan
kandungan besi yang rendah. Pemilihan soda ash untuk penanganan air asam
biasanya berdasar pemakaian sebuah kotak atau tong dengan air masuk dan
buangan.
e. Anhydrous Ammoni
Anhydrous Ammonia digunakan dalam beberapa cara untuk menetralkan
acidity dan untuk mengendapkan logam-logam di dalam air asam. Ammonia
diinjeksikan ke dalam kolam atau kedalam inlet seperti uap air, kelarutan tinggi,
rekasi sangat cepat dan dapat menaikkan pH. Ammonia memerlukan asam (H+)
dan juga membentukion hydroxyl (OH-) yang dapat bereaksi dengan logamlogam membentuk
endapan.
Injeksi
ammonia
sebaiknya
dekat
dengan
dasarkolam atau air inlet, karena ammonia lebih ringan dari pada airdan naik
kepermukaan. Ammonia efektif untuk membersihkan manganyang terjadi pada
pH 9,5. Penanganan derajat keasaman air buangan pada PT. Jambi Prima Coal
yang umum di gunakan adalah dengan menggunakan limestone. Alasan
penggunaan bahan ini adalah harganya yang relatif murah dan dinilai efektif
dengan kondisi debit air yang ada.
23
menggunakan koagulan.
Bahan kimia seperti alum atau lebih dikenal dengan tawas atau rumus
kimianya (AlSO4)3. Tawas merupakan bahan koagulan yang paling banyak
digunakan karena bahan ini paling ekonomis, mudah diperolehdipasaran serta
mudah penyimpanannya. Jumlah pemakaian tawas tergantung kepada turbidity
(kekeruhan) air. Namun penggunaan koagulan perlu diperhatikan dosis
optimumnya, sebab jika telah melebihi titik optimum maka akan terjadi kekeruhan
pada air buangan. Selain itu, makin banyak dosis tawas yang ditambahkan maka
pH akan semakin turun, karena dihasilkan asam sulfat sehingga perlu dicari dosis
tawas yang efektif antara pH 5,8 -7,4. Apabila alkalinitas alami dari air tidak
seimbang dengan dosis tawas perlu ditambahkan alkalinitas.
4.2.3 Proses Sedimentasi
Sedimentasi
adalah
pemisahan
solid
dari
liquid
menggunakan
24
25
Zona lumpur Dalam zona ini, lumpur terakumulasi sekali lumpur masuk
area ini, ia akan tetap disina. Kadang Kadang dilengkapi dengan sludge
collector atau scapper.
b. Zona outlet Berpengaruh besar dalam mempengaruhi pola aliran dan
karakteristik pengendapan flok pada bak sedimentasi. Biasanya pelimpah
dan bak penampung limbahan digunakan untuk mengontrol outlet pada
bak sedimentasi.
Selain bagian-bagian utama diatas, bak sedimentasi dilengkapi dengan
settler. Settler dipasang pada zona pengendapan (Gambar 4.4) dengan tujuan
meningkatkan efisiensi pengendapan (anonim,2007).
4.2.2 Proses Penetralan Air Asam Tambang pada Kolam Pengendap Lumpur
Kolam pengendap lumpur berfungsi sebagai tempat mengendapkan lumpurlumpur, atau material padatan yang bercampur dari limpasan yang disebabkan
adanya aktifitas penambangan maupun karena erosi. Disamping tempat
pengendapan, kolam pengendap juga akan dialirkan keluar kolam pengendapan,
baik itu kandungan materialnya, tingkat keasaman maupun kandungan material
lain yang dapat membahayakan lingkungan.
26
Dengan adanya kolam pengendapan lumpur diharapkan semua air yang ada
keluar dari daerah penambangan benar - benar air yang sudah memenuhi ambang
batas yang diizinkan sesuai dengan baku mutu lingkungan. Pemerintah telah
menetapkan baku mutu air dan baku mutu limbah cair sebagai rambu - rambu
dalam pengendalian kualitas air. Dalam menentukan kualitas air, digunakan
beberapa parameter fisika dan kimia. Parameter fisika yang biasa digunakan
dalam penentuan kualitas air adalah cahaya, suhu, kejernihan dan kekeruhan,
warna konduktivitas dan padatan. Sedangkan parameter kimia yang digunakan
adalah pH, asiditas, kesadahan, alkalinitas, potensi reduksi oksidasi, oksigen
terlarut, karbondioksida dan bahan organic. Selain itu terdapat ion - ion didalam
perairan yang dapat mempengaruhi kualitas air. Ion utama diantaranya adalah
kalsium, magnesium, natrium, klorida dan sulfur.
Dalam kegiatan penambangan batubara, pemerintah telah menetapkan Baku
Mutu Lingkungan Cair Tambang Batubara Melalui Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 113 Tahun 2003 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi
Usaha Atau Kegiatan Pertambangan Batubara pada pasal 2 ayat (1). Parameter
yang diamati antaranya adalah angka pH, residu tersuspensi, kadar besi total dan
kadar mangan total (Tabel 2)
Tabel 2. Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Penambangan Batubara
PARAMETER
SATUAN
pH
Zat padat tersuspensi
KADAR
MAKSIMUM
69
Mg/liter
400
27
Besi total
Mg/liter
Mangan total
Mg/liter
2. kapur
3. Tawas
4. Gelas ukur
5. Ember
6. Penggaris
28
7. Alat tulis
8. Camera
2.3 Pengumpulan Dan Pengolahan Data
4.3.1 data primer
Data primer diperoleh dengan percobaan-percobaan yang dilakukan dengan
peralatan sederhana dalam skala kecil. Selain itu juga catatan kondisi eksisting
lapangan, sampel air pada kolam pengendapan, mengukur kecepatan air secara
manual,mengukur tinggi air serta dokumentasi lapangan.
4.3.2
Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari departeman environment mengenai data kolam
data pengunaan alum dan kapur. Selain itu juga data hasil pemeriksaan air
buangan oleh badan lingkungan hidup daerah jambi dalam hal ini adalah hasil
laboratorium mengenai konsentrasi 4 parameter utama yang tergantung dalam air
limbah yaitu kandungan Mn, Fe, TSS, dan PH. Kapur tohor diberikan pada kolam
4 dan 5 sebanyak 25 kg perhari sedangkan tawas diberikan pada kolam 5 dan 6
sebanyak 50 kg perhari.
Dimensi kolam
Panjang = 25 m
Lebar
= 15 m
Tinggi
=4m
Volume kolam
Kolam 1
V
29
= 1500 m
Kolam 2
V
Kolam 3
V
Kolam 4
V
Kolam 5
V
Kolam 6
V
Kolam 7
V
30
= 25 m x 15 m x 3.0 m
=1125 m
4.3.3
Air Percobaan
Air yang digunakan untuk percobaan adalah air yang berasal dari daerah
penggalian yang sdialirkan pada sump. Air tersebut dipompa langsung dialirakan
ke kolam pengendapan meranti dan sampel tersebut diambil pada saluran inlet dan
tiap kolam pada kolam pengendapan meranti untuk mengetahui volume
pengendapan lumpur setiap kolam.
4.3.4
Survei
Pengamatan langsung dilapangan yang meliputi survey sumber dan arah
Kerangkah Kerja
1. perhitungan dosis kapur
a. pengambilan sampel air pada saluran inlet kolam pengendapan dan
penggukuran pH.
b. Percobaan kadar kapur yang digunakan untuk mencapai pH standar
(memenuhi baku mutu air).
c. Mencari titik optimum dosis kapur yang didapat dari perpotongan
garis trend line dan garis kadar kapur.
31
32
buangan yang telah di treatment kemudian dialirkan menuju outlet dan dibuang ke
badan-badan sungai.
Dalam menentukan kualitas air, digunakan beberapa parameter fisika dan
kimia. Parameter fisika yang biasa digunakan dalam penentuan kualitas air adalah
cahaya, suhu, kejernihan dan kekeruhan, warna konduktivitas dan padatan.
Sedangkan parameter kimia yang digunakan adalah pH, asiditas, kesadahan,
alkalinitas, potensi reduksi oksidasi, oksigen terlarut, karbondioksida dan bahan
organic. Selain itu ion-ion didalam perairan yang dapat mempengaruhi kualitas air
.ion utama diantaranya adalah kalsium, magnesium, natrium, klorida dan sulfur.
Diharapkan air buangan yang telah di kelola dapat memenuhi baku mutu
lingkungan menurut kepmen LH No. 113 tentang Baku Mutu Air Limbah
Kegiatan Penambangan Batubara Dan Pergub Jambi No. 20 Tahun 2007 tentang
Baku Mutu Lingkungan Daerah Provinsi Jambi. Berikut merupakan tabel hasil
pengukuran
2013
Bulan
pH
Zat padat
tersuspensi
Besi
Total
Manga
n
total
Baku Mutu
Permen
Lingkungan
Hidup No
113 Tahun
2003
pH
Januari
8,58
46
0,4
0,02
Februari
8,51
55
1,85
0,041
Maret
8,34
43
2,25
0,051
April
8,47
60
0,646
0,436
Mey
6,57
120
1,03
0,02
6-9
Zat padat
tersuspensi
33
Juni
6,57
120
1,03
0,02
400
Juli
7,19
180
1,38
0,061
Besi
Agustus
7,19
180
1,38
0,061
Total
September
7,21
12
0,17
0,02
Oktober
7,76
32
1,95
0,220
Mangan
November
7,30
42
2,25
0,051
Total
Desember
6,83
60
0,646
0,436
Januari
6,84
169
2,94
0,079
Februari
6,84
169
2,94
0,079
Maret
7,03
281
3,54
0,02
April
7,03
281
3,54
0,02
Mey
6,32
140
0,52
0,034
Juni
6,87
55
1,03
0,041
Juli
6,87
55
1,03
0,041
Agustus
7,25
54
1,13
0,02
Total
145,5
7
2154
31,652
1,771
Rata-rata
7,28
107,7
1,59
0,088
2014
Jika diamati dari tabel diatas menunjukan bahwa air buangan yang
dihasilkan dari kegiatan penambangan sudah aman untuk dibuang ke badan air.
Dikatakan aman karena kandungan Fe, Mn, TSS, dan pH nya berada dibawah
batas baku mutu menurut Pergub Jambi no. 20 Tahun 2007.
34
35
kolam meranti 25 kg dalam 24 jam dengan pH dan debit air yang tentunya
berbeda.
Telah diketahui bahwa dosis tawas memang sangat mempengaruhi kondisi
pH air. Jumlah pemakaian tawas tergantung kepada turbidity (kekeruhan) air.
Semakin tinggi turbidity air maka semakin besar jumlah tawas yang dibutuhkan.
Makin banyak dosis tawas yang ditambahkan maka pH akan semakin turun,
karena dihasilkan asam sulfat sehingga perlu dicari dosis yang tepat dalam proses
penjernihan air. Reaksi alum dalam larutan dapat dituliskan :
AlSO4 + 6HO
2 Al (OH )3 + 6 H + SO4
Reaksi ini menyebabkan pembebasan ion H dengan kadar yang tinggi ditambah
oleh adanya ion alumumnium.ion alumunium bersifat amfoter sehingga
bergantung pada suasana lingkungan yang mempengaruhinya.karena suasananya
asam maka alumunium akan juga bersifat asam sehingga pH larutan menjadi
turun. Berikut adalah desain kolam pengendapan meranti dalam upa treatment
limbah cairan yang dihasikan dari kegiatan pertambangan.
36
Volume
sampel (ml)
Dosis tawas
pH awal
pH akhir
500
0 gr
500
0,2 gr
500
0,4 gr
500
0,6 gr
500
0,8 gr
3,5
500
1 gr
3,5
(settling pond)
Meranti
Kandungan
kalsium
hidroksida
yang
terbentuk
itulah
yang
38
menaikan pH air. Bila hal ini tidak terjadi maka kapur yang ditambahkan akan
menggumpal, tidak menyebar rata sehingga tidak dapat bereaksi dalam hal
menaikan pH air dan tentunya ini akan menjadi hal yang sia-sia dan
menghabiskan biaya.
Cara pemberian kapur juga dapat dilakukan dengan melarutkan kapur
dalam air kemudian dialirkan kedalam limbah dengan dilakukan pengadukan
cepat hingga lambat sehingga terbentuk gumpalan-gumpalan kotoran akibat
bergabungnya partikel etrsuspensi yang ada dalam limbah hingga gumpalan
kotoran atau disebut flok tumbuh menjadi besar, berat dan cepat mengendap. Jika
tidak memungkinkan untuk ditambahkannya pengaduk dalam kolam treatment
maka hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan aliran air sehingga bisa
dituangkan pada saluran kolam. Pada saluran, air yang masuk dari kolam yang
terbawa dengan kecepatan tertentu akan memicu pergerakan air dalam kolam
sehingga tawas yang sudah dicairkan akan cepat tercampur dengan air limbah dan
juga cepat bereaksi menaikkan pH air.
Untuk mengetahui berapa banyak kapur yang bisa digunakan dalam
karakteristik
39
Sampel 20 L
pH awal 4
Berat kapur(gr)
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
1,0
PH akhir
10
Percobaan
Luas
Panjang
Waktu
200 m
2m
2.16 s
200 m
2m
2.18 s
200 m
2m
2,27 s
200 m
2m
1,35 s
200 m
2m
1,25 s
200 m
2m
1,30 s
200 m
2m
0,7 s
200 m
2m
0,29 s
200 m
2m
0,17 s
Tanggal 22-09-2014
2
Tanggal 23-09-2014
2
Tanggal 24-09-2014
3
Tanggal 25-09-2014
4
Tanggal 26-09-2014
5
Tanggal 27-09-2014
6
Tanggal 28-09-2014
7
Tanggal 29-09-2014
8
40
Tanggal 30-09-2014
Tabel hasil percobaan dilapangan
Dilapangan penggunaan kapur yang dipakai adalah 0,5 gr / 20 L untuk pH
akhir 6.
0,5 gr/20L = 0,025 gr/L (teoritis skala lab)
Percobaan 1
Perhitungan debit air
Q=VXA
Q = debit air
V = kecepatan aliran air (m/s)
A = Luas area yang di aliri air ( m )
V = jarak / waktu
= 2 m / 2,16 s
= 0,92 m/s
A = panjang x lebar
= 20 m x 10 m
= 200 m
Q=VXA
= 0,92 m/s x 200 m
= 184.000 m/s
Percobaan 2
V = jarak / waktu
= 2 m / 2,18 s
= 0,917 m/s
A = panjang x lebar
41
= 20 m x 10 m
= 200 m
Q=VXA
= 0,917 m/s x 200 m
= 183.000 m/s
Percobaan 3
V = jarak / waktu
= 2 m / 2,27 s
= 0,88 m/s
A = panjang x lebar
= 20 m x 10 m
= 200 m
Q=VXA
= 0,88 m/s x 200 m
= 176.000 m/s
Percobaan 4
V = jarak / waktu
= 2 m / 1,35 s
= 1,48 m/s
A = panjang x lebar
= 20 m x 10 m
= 200 m
Q=VXA
= 1,48 m/s x 200 m
= 296.000 m/s
42
Percobaan 5
V = jarak / waktu
= 2 m / 1,30 s
= 1,54 m/s
A = panjang x lebar
= 20 m x 10 m
= 200 m
Q=VXA
= 1,54 m/s x 200 m
= 308.000 m/s
Percobaan 6
V = jarak / waktu
= 2 m / 1,25 s
= 1,6 m/s
A = panjang x lebar
= 20 m x 10 m
= 200 m
Q=VXA
= 1,6 m/s x 200 m
= 320.000 m/s
Percobaan 7
V = jarak / waktu
= 2 m / 0,7 s
= 2,85 m/s
A = panjang x lebar
43
= 20 m x 10 m
= 200 m
Q=VXA
= 2,85 m/s x 200 m
= 570.000 m/s
Percobaan 8
V = jarak / waktu
= 2 m / 0,29 s
= 6,9 m/s
A = panjang x lebar
= 20 m x 10 m
= 200 m
Q=VXA
= 6,9 m/s x 200 m
= 1380 m/s
Percobaan 9
V = jarak / waktu
= 2 m / 0,17 s
= 11,76 m/s
A = panjang x lebar
= 20 m x 10 m
= 200 m
Q=VXA
= 11,76 m/s x 200 m
= 2352 m/s
44
Percobaan
184.000 m/s
183.000 m/s
176.000 m/s
296.000 m/s
308.000 m/s
320.000 m/s
570.000 m/s
1380 m/s
2352 m/s
Total
5.769 m/s
Sehingga debit total kesembilan percobaan itu sebesar 5.769 m/s = 5.769.000 L/ s
5.769.000/3600 = 1,6 L/jam
Rata-rata = 5.769/ 9 = 641.000
Perhitungan kebutuhan kapur secara teoritis dengan skala lapangan
= Kebutuhan Kapur X Debit Air
= 0,025 gr/L x 641.000 L/jam
= 16,025 gram /jam /1000
= 0,16025 kg / jam
= 0.11375 kg /hari
= 3,4 kg / bulan
Catatan : (pompa tidak beroperasi)
Hasil pengamatan dilapangan diketahui bahwa kapur yang diperlukan pada
kolam pengendapan meranti adalah
dirasa kurang untuk menaikan pH menjadi normal dan belum ditambah lagi
45
dengan kondisi pompa yang terus beroperasi maka tentunya air akan terus
berganti dengan kondisi pH asam serta pengaruh dari penambahan tawas yang
dilakukan dapat menurunkan pH. Dikhawatirkan air limbah yang menuju ke uotlet
dan selanjutnya dibuang ke badan air ini masih belum memenuhi standar baku
mutu. Sementara itu dalam jangka waktu tertentu, kolam akan mengalami
pendangkalan karena hasil bentukan endapan, hal ini menyebabkan kapasitas
kolam tidak maksimal. Untuk memeksimalkan kapasitas kolam pengendapan,
dilakukan pengerukan lumpur kemudian di pompa (dredging ) ke area tambang
terdekat.
46