2
3
4
5
6
7
8
I. PENDAHULUAN
9
Pada staffing atau penyusunan staf, ditentukan keperluan sumber daya manusia,
pengarahan, pelatihan dan pengembangan tenaga kerja. Pada motivating atau
pemotivasi, sumber daya manusia diarahkan atau disalurkan ke arah tujuan yang
ingin dicapai. Pada controlling atau pengawasan, diukur pelaksanaan dengan tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya dan jika terdapat penyimpangan-penyimpangan
ditentukan penyebab dan tindakan korektif yang akan diambil jika diperlukan.
Dalam hal ini, penulis memilih untuk memfokuskan kegiatan kuliah kerja
lapangan pada penerapan empat fungsi manajemen, yaitu perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating), dan pengawasan
(controlling) terhadap beberapa proses pengolahan TBS kelapa sawit menjadi CPO
(Crude Palm Oil). Penulis memilih keempat fungsi tersebut karena POAC
merupakan penyederhanaan dari semua fungsi-fungsi manajemen dan merupakan
satu kesatuan fungsi yang tidak dapat dipisahkan.
Manajemen pengolahan TBS kelapa sawit menjadi CPO (Crude Palm Oil)
merupakan upaya mengatur sumberdaya untuk mencapai tujuan proses produksi
yang telah ditetapkan. Dibutuhkan perencanaan yang matang, pelaksanaan yang
konsisten dan pengendalian yang kontinu agar tujuan tersebut dapat tercapai dengan
efisien dan efektif. Dengan adanya manajemen, pengolahan TBS kelapa sawit
menjadi CPO (Crude Palm Oil) dapat dilaksanakan secara teratur dan terarah sesuai
dengan tujuan perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengambil
topik yang akan diamati dalam kegiatan kuliah kerja lapangan yaitu “Manajemen
Pengolahan TBS Kelapa Sawit menjadi CPO (Crude Palm Oil) di PT. SAL-2,3
Kabupaten Bungo”.
1.2. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan kuliah kerja lapangan di PT.
SAL-2,3 adalah:
1. Untuk mengetahui proses pengolahan TBS kelapa sawit menjadi CPO (Crude
Palm Oil) di PT. SAL-2,3 Kabupaten Bungo.
2. Untuk mengetahui penerapan fungsi manajemen pengolahan TBS kelapa sawit
menjadi CPO (Crude Palm Oil) di PT. SAL-2,3 Kabupaten Bungo.
10
II. METODE PELAKSANAAN
11
3. Diskusi
Metode diskusi merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara berdiskusi atau tanya jawab secara langsung dengan pihak yang terkait
dengan kegiatan yang berlangsung di lapangan, khususnya mengenai proses
pengolahan dan penerapan fungsi manajemen pengolahan TBS kelapa sawit
menjadi CPO (Crude Palm Oil).
12
III. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
13
perusahaan seluas 330.100 m2 dengan tambahan fasilitas berupa Poliklinik Kebun
(Polibun), lapangan bola, lapangan voli, sekolah PAUD dan TK. Berbagai fasilitas
tersebut di peruntukkan bagi semua karyawan yang berkerja di PT. SAL-2,3.
3.1.4. Struktur Organisasi Perusahaan
PT. SAL-2,3 merupakan salah satu anak perusahaan PT. Astra Agro Lestari
Tbk. yang berpusat di Jakarta. PT. SAL-2,3 termasuk ke dalam lingkup Area
Andalas III yang dipimpin oleh seorang administratur (ADM). Dalam menjalankan
tugasnya, administratur (ADM) dibantu oleh Kepala Tata Usaha (KTU), kepala
kebun, kepala teknik (infrastruktur), kepala pabrik (mill manager), dan kepala
Community Development Office (CDO) serta seluruh karyawan PT. SAL-2,3.
Struktur organisasi PT. SAL-2,3 dapat dilihat pada lampiran 2.
Administratur (ADM) PT. SAL-2,3 membawahi kepala pabrik (mill
manager) sedangkan kepala pabrik (mill manager) membawahi asisten. Kepala
pabrik (mill manager) bertugas mengkoordinasikan pelaksanaan teknis dalam
pengolahan TBS kelapa sawit yang tugasnya dibantu oleh beberapa asisten. Asisten
bertanggung jawab langsung kepada kepala pabrik (mill manager) atas pelaksanaan
kegiatan pada departemen yang dipimpinnya. Dalam pelaksanaan tugas dan
kegiatan di pabrik, asisten dibantu oleh supervisor sedangkan untuk kegiatan
administrasi di pabrik dilaksanakan oleh krani.
Tandan buah segar kelapa sawit dari kebun masyarakat sekitar pabrik
diangkut menuju pabrik kelapa sawit dengan menggunakan kendaraan pengangkut
seperti truk. Hal ini bertujuan agar kandungan ALB (Asam Lemak Bebas) pada
buah tidak terlalu tinggi. Pada dasarnya pengolahan TBS di pabrik kelapa sawit
adalah proses mengekstraksi minyak yang terkandung di dalam daging buah sawit
dan memisahkan inti sawit dari cangkangnya. Kegiatan pengolahan TBS di pabrik
kelapa sawit terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut.
1. Penimbangan TBS
Sebelum diterima pabrik, TBS kelapa sawit harus melalui proses
penimbangan pada jembatan timbang. Proses penimbangan ini ditujukan untuk
14
mengetahui berapa jumlah TBS yang masuk ke pabrik. Selisih antara berat truk
berisi TBS (bruto) dan berat truk sesudah dibongkar (tarra) merupakan jumlah TBS
yang diterima pabrik (netto). Penimbangan juga dilakukan terhadap seluruh hasil
produksi CPO (Crude Palm Oil), kernel, cangkang, koral dan besi tua yang
didistribusikan pabrik.
2. Sortasi TBS (Grading)
Buah kelapa sawit yang masuk ke pabrik kelapa sawit kualitas dan
kematangannya harus diperiksa dengan baik. Proses pemeriksaan buah sawit ini
sering disebut sortasi buah. Kriteria matang panen merupakan faktor yang sangat
penting dalam pemeriksaan kualitas buah sawit. Tingkat kematangan buah sawit
akan berpengaruh terhadap rendemen minyak dan ALB (Asam Lemak Buah).
Sortasi dilakukan dengan memilih buah yang benar-benar matang sesuai dengan
kriteria yang sudah ditentukan.
3. Penimbunan TBS Sementara (Loading Ramp)
Sebelum diolah, TBS kelapa sawit ditimbun untuk sementara di loading
ramp. Selain sebagai tempat penimbunan sementara, loading ramp juga merupakan
tempat pemisahan antara TBS dengan sampah atau kotoran seperti pasir dan kerikil
yang terikut akan jatuh melalui kisi-kisi yang terdapat pada bagian ujung bawah
loading ramp. Prinsip dasar penanganan TBS di loading ramp adalah FIFO (First
In First Out) yaitu TBS yang lebih dulu dimuat di loading ramp akan diolah terlebih
dulu. TBS akan masuk ke dalam lori-lori melalui pintu hidrolik untuk selanjutnya
diangkut ke sterilizer.
4. Perebusan TBS (Sterilizer)
Untuk memudahkan proses selanjutnya, terlebih dahulu TBS yang ada
direbus dengan menggunakan steam dalam suatu alat yang disebut sterilizer. Selain
memudahkan untuk mendapatkan minyak, proses perebusan ini juga bertujuan
untuk mematikan enzim-enzim yang ada dalam buah sawit.
Lori yang telah berisi TBS ditarik dari loading ramp dengan bantuan
capstand menuju sterilizer. Proses perebusan dilakukan dengan menggunakan
injeksi uap bertekanan 2,8-3,2 bar dengan temperatur mencapai 2000 C. Lamanya
waktu perebusan disesuaikan dengan kondisi buah namun rata-rata waktu
perebusan adalah 90-95 menit. Sterilizer dioperasikan dengan sistem otomatisasi
15
dan dilengkapi dengan pintu depan dan belakang. Setiap harinya dioperasikan 4 unit
sterilizer pada pabrik kelapa sawit PT. SAL-2,3 dengan kapasitas masing-masing
sterilizer adalah 10 lori atau 32 ton.
5. Penebahan Tandan Buah Hasil Rebusan (Treshing)
Stasiun perontokan buah menggunakan alat yang sering disebut thresher.
Tandan buah yang sudah direbus akan diangkut menggunakan hoisting crane
menuju autofeeder untuk dirontokkan. Perontokkan dilakukan dengan mengangkat
dan membanting buah di thresher drum. Buah akan lepas dari janjangnya dan jatuh
ke conveyor yang selanjutnya dibawa ke fruit elevator untuk didistribusikan ke
digester. Janjang yang sudah terpisah dengan buah akan ditransfer ke bunch press
melalui IEBC (Inclined Empty Bunch Conveyor).
6. Tahapan Pelumatan dan Pengempaan
Buah yang sudah terpisah dari janjangnya pada stasiun thresher selanjutnya
dilumatkan di stasiun digester. Buah akan dilumatkan dengan pisau-pisau pengaduk
untuk merajang buah agar proses pengambilan minyak dan pemisahan nut dengan
fiber lebih mudah. Dari proses pelumatan ini akan menghasilkan minyak dan cake
yang terdiri dari fiber, nut, dan kotoran lain yang ikut terolah. Cake yang keluar dari
digester akan masuk ke mesin pressing. Pada mesin pressing, terdapat dua buah
screw press yang berputar berlawanan arah dan memberikan tekanan dan gesekan
pada cake. Hasil dari proses pengempaan ini adalah minyak, fiber, dan nut. Minyak
akan dialirkan ke crude oil gutter sedangkan fiber dan nut akan dibawa CBC (Cake
Breaker Conveyor).
7. Pemurnian Minyak
Minyak yang dihasilkan dari proses pengempaan masih berupa minyak yang
bercampur dengan air dan kotoran lainnya. Untuk itu dilakukan pemisahan untuk
mendapatkan minyak dengan standar-standar yang telah ditetapkan. Proses
pemisahan dilakukan dalam beberapa tahap, mulai dari tahap pemisahan pasir
hingga tahap air dari crude oil (minyak kasar). Untuk mencegah terbawanya CPO
(Crude Palm Oil) di dalam sludge yang akan dialirkan ke kolam limbah, digunakan
alat sludge separator untuk memisahkan CPO terlebih dahulu. Pada tahap ini
dihasilkan limbah cair dalam bentuk lumpur (sludge) yang kemudian akan diolah
di instalasi pengolahan limbah.
16
8. Kernel
Cake hasil proses pengempaan dibawa menggunakan CBC (Cake Breaker
Conveyor) dan dipisahkan antara fiber dan nut. Fiber dihisap fan fiber yang
selanjutnya dijadikan bahan bakar boiler. Nut ditransfer ke nut polishing drum
untuk dilicinkan dari serabut yang masih menepel di permukaan nut. Selanjutnya
nut akan melewati destoner untuk dipisahkan dari batu-batu yang terikut nut. Nut
akan dipecahkan dengan menggunakan ripple mill dan dibawa ke LTDS 1 (Light
Tenera Dry Separating 1) dan LTDS 2 (Light Tenera Dry Separating 2) untuk
dipisahkan antara cangkang dan kernel. Cangkang akan dihisap oleh shell cyclone
fan sedangkan kernel diteruskan ke hydrocyclone. Pada hydrocyclone, cangkang
yang masih terikut dan kernel yang pecah dan berkemungkinan menjadi losses
dipisahkan dengan bantuan air. Selanjutnya kernel akan dibawa wet kernel
conveyor dan elevator menuju kernel dryer untuk dikeringkan. Setelah dikeringkan,
kernel ditimbun pada kernel bunker.
3.2.2. Kegiatan Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit
Limbah cair yang dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit di PT. SAL-2,3
bersumber dari stasiun klarifikasi minyak (clarification station) dan tahapan
Hydrocyclone. Persentase limbah cair yang dihasilkan dari proses pengolahan TBS
kelapa sawit menjadi CPO dan kernel adalah 55-60%. Misalnya pada 31 Maret
dengan TBS olah sebanyak 1.078.020 kg dengan rasio limbah cair yang dihasilkan
sebesar 60%, diperkirakan limbah cair yang dihasilkan sebanyak 646.812 Kg atau
setara dengan 646,812 m³ . Sistem pengolahan limbah cair di PT. SAL-2,3
menggunakan sistem pengolahan IPAL (instalasi pengolahan air limbah). Dengan
sistem kolam limbah dimana kolam yang digunakan memiliki fungsi yang berbeda-
beda. Tabel 1 menunjukkan jenis dan jumlah kolam pengolahan limbah cair yang
ada di PT. SAL-2,3:
Tabel 1. Jenis dan Jumlah Kolam IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)
Jenis Kolam Jumlah (Unit)
Cooling Pond (Kolam Pendingin) 2
Mixing Pond (Kolam Pencampuran) 4
Anaerobic Pond 4
Contact Pond 2
Jumlah 12
Sumber : PT. Sari Aditya Loka-2,3 (2018)
17
1. Cooling Pond (Kolam Pendingin)
Cooling Pond dengan dimensi 18,4 m x 17,8 m x 2,5 m dengan kemiringan
dinding kolam 45˚. Kapasitas cooling pond 1 dan 2 masing-masing adalah ±1450
m3. Cooling Pond berfungsi sebagai tempat untuk menurunkan temperatur limbah
dari sludge pit. Temperatur limbah diturunkan dari 70-80°C menjadi 40-45°C.
Limbah yang masuk kedalam cooling pond berupa lumpur berwarna coklat pekat.
Terdapat dua unit cooling pond, limbah dialirkan secara bergantian dari cooling
pond 1 ke cooling pond 2 dalam 1 hari dengan sistem gravitasi.
18
Pond untuk merombak bahan-bahan organik polutan yang diindikasikan dengan
nilai BOD (Biochemical Oxygen Demand) dengan menggunakan bakteri anaerob.
19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Proses Pengolahan TBS Kelapa Sawit Menjadi CPO (Crude Palm Oil) di
PT. SAL-2,3 Kabupaten Bungo
Proses pengolahan TBS kelapa sawit menjadi CPO (Crude Palm Oil) di
pabrik kelapa sawit PT. SAL-2,3 melalui beberapa tahapan yaitu penimbangan
TBS, sortasi TBS, penimbunan TBS sementara, perebusan TBS, penebahan tandan
buah hasil rebusan, pelumatan dan pengempaan, pemurnian dan pendistribusian
CPO. Pabrik kelapa sawit PT. SAL-2,3 beroperasi selama 20 jam setiap harinya
atau disesuaikan dengan kondisi TBS kelapa sawit yang masuk ke pabrik dan
memiliki kapasitas produksi 60 ton per jam sehingga dapat mengolah ±1.200 ton
TBS per hari. Artinya, pabrik kelapa sawit PT. SAL-2,3 dalam satu hari harus
menerima minimal 1.200 ton bahan baku TBS untuk diolah. Persentase rasio
produk yang dihasilkan adalah 21% CPO, 6% kernel, 13% limbah padat dan 60%
limbah cair.
penimbunan
penimbangan perebusan
sortasi TBS TBS
TBS TBS
sementara
Penebahan
Pelumatan
Pendistribusi Pemurnian Tandan Buah
dan
an CPO Minyak Hasil
Pengempaan
Rebusan
Gambar 5. Skema Proses Pengolahan TBS Kelapa Sawit Menjadi CPO (Crude Palm Oil) di Pabrik
Kelapa Sawit PT. Sari Aditya Loka-2,3
20
Gambar 6. Jembatan Timbang (kiri) Alat Untuk Penimbangan (kanan)
Penimbangan pertama (bruto) merupakan berat truk dan TBS dan
penimbangan kedua (tarra) merupakan berat truk dan TBS yang dikembalikan
karena tidak memenuhi kriteria. Selisih antara penimbangan pertama dan
penimbangan kedua merupakan berat TBS yang masuk ke pabrik (netto). Hasil
penimbangan TBS dicatat oleh operator jembatan timbang pada nota penerimaan
sebagai acuan pembayaran bagi TBS.
4.1.2. Sortasi TBS (Grading)
Tahapan sortasi merupakan kegiatan memastikan TBS yang diterima pabrik
telah sesuai dengan kriteria grading yang telah ditetapkan PT. SAL-2,3. Sortasi
dilakukan untuk menentukan TBS yang layak untuk diterima dan digunakan dalam
pengolahan di pabrik kelapa sawit.
Gambar 7. Penyortiran
TBS kelapa sawit yang masuk ke pabrik berasal dari kebun masyarakat
sehingga tidak semua TBS diterima oleh pabrik. TBS yang tidak memenuhi kriteria
grading tidak diterima dan dikembalikan ke angkutan muat untuk ditimbang
sebagai berat tarra. Operator grading langsung memisahkan buah yang tidak sesuai
grading saat TBS dibongkar. Buah yang ditolak yaitu buah yang busuk, mentah,
bertangkai panjang (>2,5 cm) dan tankos.
Setelah dilakukan sortasi terhadap TBS yang diterima, operator grading
akan mengisi kupon pengganti NP (no operator, no scrapper, potongan sampah,
jumlah janjang, jumlah janjang tolak dan tanda tangan) yang selanjutnya akan
21
diserahkan ke operator timbang untuk dihitung berat bersih (netto) TBS yang masuk
ke pabrik.
4.1.3. penimbunan TBS sementara (Loading Ramp)
TBS yang telah disortir langsung ditimbun di loading ramp dengan
kemiringan lantai 40 − 45𝑜 . Lantai tersebut dilengkapi kisi-kisi pada bagian
ujungnya yang berfungsi untuk memisahkan kotoran yang terikut pada TBS dan
pintu dengan sistem hidrolik untuk mendistribusikan TBS dari loading ramp ke lori.
PT. SAL-2,3 memiliki tiga sisi loading ramp dengan kapasitas berbeda-beda.
Loading ramp 1 dan 2 masing-masing memiliki 12 pintu berkapasitas 150 ton,
loading ramp 3 memiliki 24 pintu berkapasitas lebih besar yaitu 300 ton.
22
3. Menguraikan zat lendir dengan cara hidrolisis. Lendir biasanya akan
menyulitkan pemisahan air dengan minyak dalam klasifikasi.
4. Melunakkan daging buah untuk mempermudah pengadukkan dan memudahkan
buah lepas dari tandan saat proses penebahan.
5. Merenggangkan inti sawit dari cangkangnya untuk memudahkan pemecahan
biji.
6. Menurunkan kadar air daging buah, sehingga memperlancar proses pengepresan
dan memperbaiki proses penjernihan minyak.
23
d. Puncak ketiga (Third Peak)
Kran inlet steam dibuka sampai tekanan dalam sterilizer mencapai 2,8-3,2
bar. Setelah mencapai tekanan tersebut seluruh kran ditutup dan ditahan (holding)
selama sekitar 54 menit. Setelah 54 menit kran kondensat dibuka hingga tekanan
dalam sterilizer mencapai 1 bar dan kran exhaust dibuka.
e. Pengeluaran Lori
Setelah tahapan perebusan berakhir, lori yang berada di dalam sterilizer
dikeluarkan dengan ditarik menggunakan capstand dan selanjutnya lori diangkat
menuju autofeeder.
4.1.5. Penebahan Tandan Buah Hasil Rebusan (Treshing)
Tandan buah hasil rebusan diangkat menggunakan hoisting crane menuju
thresher yang sebelumnya diumpan oleh autofeeder. Autofeeder mengatur
pemasukan tandan buah hasil rebusan ke dalam thresher secara kontinu dan merata
sehingga proses perontokan buah dari tandannya dapat berjalan maksimal. Thresher
merupakan alat berbentuk silinder berkisi-kisi yang berputar dengan kecepatan 24
rpm dan digunakan untuk memisahkan buah dari tandannya dengan cara
mengangkat dan membanting tandan buah. Terdapat 3 unit autofeeder dan thresher
pada pabrik kelapa sawit PT. SAL-2,3.
24
menggunakan empty bunch elevator menuju empty bunch press. Tandan kosong
masih mengandung minyak sehingga harus dikempa untuk mengambil minyak
yang masih tersisa dan oil losses dapat diminimalisir. Tandan kosong yang sudah
dipress akan jatuh ke inclined empty bunch conveyor (IEBC) untuk dimuat ke
kendaraan pengangkut yang akan membawa tandan kosong tersebut ke kebun
masyarakat yang bermitra dengan PT. SAL-2,3.
25
Nut yang bercampur dengan fiber akan jatuh dan dipisahkan pada cake breaker
conveyor.
26
untuk didistribusikan ke tiga unit Continuous Clarifier Tank (CCT). Pada crude oil
tank terjadi proses pemisahahan antara minyak dan sludge ataupun kotoran yang
masih terikut dengan minyak. Sludge dan kotoran akan mengendap di dasar tank
dan minyak dipompakan ke distributing tank. Di dalam Crude Oil Tank (COT),
suhu dipertahankan antara 90-95𝑜 𝐶 agar kualitas minyak tetap terjaga.
Minyak dari Crude Oil Tank (COT) didistribusikan ke Continuous Clarifier
Tank (CCT) berfungsi untuk memisahkan minyak dengan sludge dengan cara
pengendapan dan pemanasan. Berat jenis sludge lebih besar dibandingkan dengan
berat jenis minyak sehingga sludge akan mengendap di dasar Continuous Slarifier
Tank (CCT) sedangkan minyak akan naik ke permukaan. Continuous Clarifier Tank
(CCT) dilengkapi dengan pipa-pipa steam coil untuk mempertahankan temperatur
minyak sekitar 90-95𝑜 𝐶. Minyak dikutip menggunakan skimmer dan keluar dengan
sistem overflow melalui sebuah pipa yang terletak pada bagian atas tangki untuk
selanjutnya dialirkan menuju Wet Oil Tank sedangkan sludge akan keluar dengan
sistem underflow melalui sebuah pipa yang terletak di bawah tangki dan dialirkan
menuju sludge tank. Setelah dipisahkan di Continuous Clarifier Tank (CCT),
minyak ditampung sementara dan dipertahankan temperaturnya antara 90-95𝑜 𝐶
pada Wet Oil Tank. Kotoran yang masih terikut akan diendapkan di dasar tangki
wet oil tank dan minyak akan diumpan ke vacumm dryer yang sebelumnya sudah
dimurnikan di purifier.
Minyak yang dialirkan ke vacuum dryer akan dipisahkan dengan air yang
terikut sehingga minyak memiliki kadar air yang rendah. Uap air yang berada dalam
minyak diumpan dengan air dingin dari vacuum pump. Selanjutnya, minyak yang
kadar airnya sudah berkurang mengalir melalui pipa menuju storage tank.
Storage tank merupakan tempat penyimpanan Crude Palm Oil (CPO) hasil
produksi yang akan dipasarkan. Storage tank dilengkapi dengan pipa steam coil
agar kualitas Crude Palm Oil (CPO) dapat dipertahankan sebagaimana sebelum
dialirkan ke storage tank. Terdapat tiga unit storage tank untuk CPO pada pabrik
kelapa sawit PT. SAL-2,3 dimana 1 unit berkapasitas 5000 ton dan 2 unit
berkapasitas 2000 ton.
27
berkapasitas 70 ton. Pada sludge tank, sludge dipanaskan dengan temperatur
mencapai 90-95𝑜 𝐶 agar butiran minyak yang masih terdapat pada sludge dapat
terpecahkan dan naik ke permukaan tangki. Selanjutnya, sludge akan dialirkan
menuju buffer tank dengan kapasitas 10 ton dan diumpan ke sludge separator.
Sebelum dialirkan ke sludge separator, sludge terlebih dahulu disaring di
brush strainer untuk mengurangi serabut pada sludge. Sludge separator berfungsi
untuk mengambil minyak yang masih terkandung pada sludge. Minyak hasil
pemisahan ini akan ditampung di recycling tank sedangkan sludge dialirkan menuju
sludge pit.
28
Tabel 2. Jumlah TBS Terima, Olah dan Produksi CPO Bulan Januari hingga
Maret 2018
Pada tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa proses pengolahan yang dilakukan
di PT. SAL-2,3 secara umum serupa dengan proses pengolahan menurut Sunarko
29
(2009). Hanya saja terdapat perbedaan penyebutan alat pada tahapan pemurnian.
Selain itu, pada tahap pemurnian menurut Sunarko, tidak terdapat sand trap tank
yang digunakan pada PT. SAL-2,3. Pada sand trap tank, minyak hasil pengempaan
yang mengalir melalui oil gutter dan masih membawa pasir akan diendapkan
terlebih dahulu, sehingga pasir yang terikut pada minyak yang akan disaring di
vibrating screen tidak terlalu banyak. Hal tersebut bertujuan agar vibrating screen
terhindar dari gesekan pasir kasar yang dapat menyebabkan keausan pada vibrating
screen. Hal tersebut merupakan salah satu upaya yang dilakukan agar kadar kotoran
minyak sesuai dengan standar, yaitu < 0,02% dari TBS yang diolah.
4.2. Penerapan Manajemen Pengolahan TBS Menjadi CPO (Crude Palm Oil)
di PT. SAL-2,3 Kabupaten Bungo
Pengolahan TBS kelapa sawit bertujuan untuk menghasilkan CPO (Crude
Palm Oil) dengan mutu dan rendemen sesuai dengan yang ditetapkan perusahaan.
Mutu dan rendemen yang dihasilkan dari pengolahan tergantung pada kualitas TBS
kelapa sawit sebagai bahan baku yang digunakan. Proses pengolahan tersebut
berlangsung melalui tahapan yang cukup panjang dan memerlukan kontrol yang
cermat, dimulai dari penerimaan TBS di pabrik sampai dihasilkan CPO dan produk
sampingannya. Untuk itu dibutuhkan tenaga kerja yang memiliki keahlian dan
keterampilan dalam proses pengolahan TBS menjadi CPO tersebut. Selain itu,
pengolahan TBS kelapa sawit menjadi CPO perlu ditunjang dengan instalasi mesin-
mesin yang memadai untuk memperoleh CPO dengan kualitas sesuai standar yang
telah ditetapkan.
Manajemen adalah proses pengorganisasian kegiatan-kegiatan pekerjaan
sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efektif dan efisien. Efektif berarti
tujuan dapat dicapai sesuai denga perencanaan, sementara efisien berarti pekerjaan
yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal. Dengan
kata lain, manajemen merupakan sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,
penggerakkan dan pengawasan sumberdaya untuk mencapai tujuan. Manajemen
pengolahan TBS menjadi CPO (Crude Palm Oil) merupakan upaya untuk mengatur
sumberdaya dalam mencapai tujuan proses produksi yang telah ditetapkan.
Dibutuhkan perencanaan yang matang, pelaksanaan yang konsisten dan
pengendalian yang kontinu agar tujuan tersebut dapat tercapai dengan efisien dan
30
efektif. Dengan adanya manajemen, pengolahan TBS menjadi CPO dapat
dilaksanakan secara teratur dan terarah sesuai dengan tujuan perusahaan.
Pada pengolahan TBS menjadi CPO (Crude Palm Oil) di pabrik kelapa
sawit PT. SAL-2,3, diterapkan fungsi-fungsi manajemen diantaranya perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) dan
pengawasan (controlling) sebagai berikut.
31
1. Rencana Kerja Tahunan (RKT)
Rencana kerja tahunan dibuat sebagai dasar dalam melaksanankan kegiatan
apa saja yang akan dilaksanakan dalam pengolahan TBS kelapa sawit menjadi CPO
(Crude Palm Oil) dalam jangka satu tahun. Rencana kerja berisi tentang:
1) Jenis pekerjaan: supervisor, operator proses senior dan operator.
2) Kebutuhan tenaga kerja pada masing-masing stasiun.
3) Kebutuhan alat dan bahan: bahan bakar dan perbaikan mesin.
4) Sarana dan prasarana yang akan digunakan dalam kegiatan pengolahan TBS
kelapa sawit: tenaga listrik dan air.
5) Perkiraan dalam bentuk finansial mengenai anggaran biaya kegiatan dalam satu
tahun.
Rencana kerja tahunan disusun oleh administratur, kepala kebun, kepala
pabrik, kepala teknik, dan kepala tata usaha. Rencana kerja tahunan disusun setiap
oktober untuk merencanakan rencana kerja tahun selanjutnya.
2. Rencana Kerja Bulanan (RKB)
Rencana kerja bulanan merupakan jabaran dari rencana kerja tahunan, RKB
disusun oleh kepala pabrik, kepala proses, supervisor dan krani administrasi.
Rencana kerja bulanan berisi tentang anggaran yang dibutuhkan dalam kegiatan
proses pengolahan, antara lain:
1) Biaya yang berkaitan dengan karyawan: gaji pokok, tunjangan, beras dan
lembur.
2) Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam proses pengolahan.
Pada tabel berikut dapat dilihat jumlah bahan baku yang harus disediakan
PT. SAL-2,3 untuk proses pengolahan TBS kelapa sawit menjadi CPO. Rencana
TBS terima dihitung oleh departemen tanaman yang nantinya akan diuraikan dalam
rencana TBS terima per hari, kemudian diolah oleh departemen pabrik untuk
mengetahui jam olah yang dibutuhkan.
Tabel 4. Rencana TBS Terima Pabrik PT. SAL-2,3
Bulan Plan (Kg)
Januari 28.314.243
Februari 19.334.000
Maret 23.499.000
Sumber: PT. Sari Aditya Loka-2,3 Kabupaten Bungo
32
3. Rencana Kerja Harian (RKH)
Rencana kerja harian dalam pengolahan TBS menjadi CPO (Crude Palm
Oil) berisikan rencana pengolahan yang akan dilakukan setiap harinya. Rencana
kerja harian dibuat sesuai dengan taksasi harian yang dibuat oleh departemen
tanaman. Setelah diketahui taksasi harian, maka selanjutnya dapat ditentukan
berapa jam olah yang dibutuhkan. Pada hari rabu 28 Februari 2018, taksasi 1010
ton dengan kapasitas pabrik 60 ton per jam maka waktu olah yang dibutuhkan
adalah 17 jam yang dibagi menjadi dua shift. Pembuatan rencana kerja harian
dilakukan oleh kepala proses.
33
Kepala Pabrik
Supervisor Process
Pada struktur organisasi di atas sudah jelas dilihat bahwa PT. SAL-2,3 sudah
melakukan pembagian tugas dengan membagi sumber daya yang dimiliki
(karyawan) terhadap masing-masing bagian pekerjaan. Adapun tugas dan
wewenang dari masing-masing bagian dalam pengolahan TBS kelapa sawit
menjadi CPO (Crude Palm Oil) di pabrik kelapa sawit PT. SAL-2,3 adalah sebagai
berikut.
A. Kepala Pabrik
Kepala pabrik merupakan orang yang bertanggung jawab untuk mengatur
operasional pabrik dengan menjalankan fungsi-fungsi manajemen agar tujuan
pengolahan TBS kelapa sawit menjadi CPO (Crude Palm Oil) di pabrik kelapa
sawit PT. SAL-2,3 dapat tercapai. Tugas dan wewenang manajer pabrik diantaranya
adalah sebagai berikut.
a. Koordinasi dengan kepala kebun mengenai kuantitas dan kualitas raw material
serta perencanaan olah.
b. Menjamin semua unit mesin siap pakai.
34
c. Menjamin trough put sesuai dengan kapasitas terpasang.
d. Menjamin pelaksanaan SOP (Standard Operational Procedure) dan IK
(Instruksi Kerja).
e. Evaluasi feedback proses dan maintenance serta menyusun rencana kerja
selanjutnya.
f. Memastikan kontrak service dan kontraktor sesuai schedule.
g. Melakukan pengembangan melalui: training, penugasan, rotasi, pengajuan
promosi, coaching dan counseling.
h. Melaksanakan reward dan punishment.
i. Menyusun rencana biaya tahunan (operasional dan investasi).
j. Mengajukan permintaan kebutuhan dana operasional.
k. Mengontrol pemakaian biaya operasional.
l. Mengontrol ketersediaan dan pemakaian sparepart.
m. Menjamin implementasi SHE.
n. Menjamin kecukupan APD, kesiapan APAR dan hydrant.
B. Kepala Proses
Kepala proses bertanggung jawab untuk mengawasi proses pengolahan TBS
menjadi CPO mulai dari pengoperasian unit-unit alat atau mesin pengolahan,
kebersihan seluruh stasiun pengolahan dan keselamatan kerja di lingkungan pabrik.
Tugas dan wewenang kepala proses diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Memeriksa kesiapan unit mesin sebelum dan saat dioperasikan agar selalu siap
pakai.
b. Memeriksa kesiapan operator proses baik jumlah maupun kualitasnya.
c. Mengajukan kebutuhan prasarana kerja.
d. Melakukan koordinasi perawatan mesin dengan bagian maintenance.
e. Mengontrol dan mengawasi penerapan SOP dan instruksi kerja di setiap stasiun.
f. Menyusun rencana pemakaian biaya operasional proses pada bagian kerjanya
untuk disetujui kepala pabrik.
g. Melakukan evaluasi cost harian (realisasi vs budget).
h. Melakukan evaluasi kinerja karyawan (penilaian karya) dan penilaian
kompetensi yang bersifat teknikal.
i. Melakukan pengembangan SDM.
35
j. Mengajukan promosi atau rotasi operator antar stasiun sesuai dengan kebutuhan
operasi.
k. Melakukan pengawasan implementasi SHE.
C. Supervisor Process
Supervisor process bertanggung jawab kepada kepala proses untuk
memonitor operasional pengolahan TBS menjadi CPO dan memastikan proses
pengolahan tersebut berjalan sesuai dengan instruksi kerja dan Standard
Operational Procedure (SOP) yang telah ditetapkan PT. Sari Aditya Loka-2,3.
Tugas dan tanggung jawab supervisi proses diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Memeriksa dan menempatkan karyawan yang mengalami kekosongan.
b. Pembagian kerja pada setiap karyawan dan mengawasi pekerjaan dan hasil
pekerjaan.
c. Pengecekan pengisian log sheet dan check list pada setiap stasiun.
d. Memberikan arahan dan petunjuk kerja kepada setiap operator yang belum
memahami pengoperasian suatu alat atau mesin sesuai SOP (Standard
Operational Procedure).
e. Mengingatkan karyawan untuk selalu menjaga keselamatan dan kesehatan kerja.
f. Mencatat perbaikan, penggantian dan pembersihan peralatan pada setiap
perbaikan dan di-file-kan.
g. Mengkoordinir dan mengawasi pekerjaan pada sebuah mesin atau peralatan
yang sifatnya membongkar, seperti pekerjaan dalam hal cleaning atau minor
repair.
h. Mengawasi disiplin karyawan di tempat kerja masing-masing.
i. Bekerjasama dengan kepala proses dan asisten maintenance untuk menjamin
kelancaran proses dan menjaga kualitas produksi.
j. Pengisian shift record dan di-file-kan.
k. Membuat rencana kerja harian, laporan overshift dan laporan kerusakan alat-alat.
l. Check dan tanda tangani log sheet proses, laporan rencana kerja harian, laporan
overshift dan laporan kerusakan alat-alat.
m. Memastikan dan memonitor alat-alat kerja cukup jumlahnya, layak pakai dan
digunakan dengan baik dan benar.
36
D. Operator Proses Senior
Operator process senior bertanggung jawab kepada supervisi dan asisten
proses untuk mengawasi operasional pengolahan TBS menjadi CPO yang
dilakukan oleh operator. Tugas dan tanggung jawab operator proses senior
diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Membantu supervisor menempatkan karyawan yang mengalami kekosongan.
b. Mengawasi pekerjaan dan hasil pekerjaan.
c. Pengecekan pengisian log sheet dan check list pada setiap stasiun.
d. Memberikan arahan dan petunjuk kerja kepada setiap operator yang belum
memahami pengoperasian suatu alat dan mesin sesuai SOP.
e. Mengingatkan karyawan untuk selalu menjaga keselamatan dan kesehatan kerja
masing-masing.
f. Mengkoordinir dan mengawasi pekerjaan pada sebuah mesin atau peralatan
yang sifatnya membongkar, seperti pekerjaan dalam hal cleaning atau minor
repair.
g. Mengawasi disiplin karyawan di tempat kerja masing-masing.
h. Bekerjasama dengan supervisor, kepala proses dan asisten maintenance untuk
menjamin kelancaran proses dan menjaga kualitas produksi.
i. Memastikan dan memonitor alat-alat kerja cukup jumlahnya, layak pakai dan
digunakan dengan baik dan benar.
E. Operator
37
c. Mengisi logsheet setiap jamnya sebagai kontrol untuk memastikan kelancaran
proses pengolahan TBS kelapa sawit dan melaporkan logsheet kepada supervisi
proses setiap overshift.
Sedangkan jumlah sumber daya manusia pada pengolahan TBS kelapa sawit
menjadi CPO di PT. SAL-2,3 dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Sumber Daya Manusia pada pengolahan TBS kelapa sawit menjadi
CPO
No. Jabatan Jumlah SDM (orang)
1. Kepala Pabrik 1
2. Kepala Proses 1
3. Supervisor Process 3
4. Operator Proses Senior 3
5. Operator Proses Loading Ramp 10
Chain Man 8
Sterilizer 4
Crane Driver 4
Digester dan Press 4
Klarifikasi 4
Bunch Press 2
USB 2
Pendistribusian 1
Buruh Harian Lepas 20
Sumber: PT. Sari Aditya Loka-2,3 Kabupaten Bungo
Selain sumber daya manusia, uang juga merupakan unsur yang penting dan
dibutuhkan untuk dikelola demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan.
Uang berhubungan dengan perkiraan biaya yang harus dianggarkan untuk
memenuhi kebutuhan dalam proses pengolahan TBS kelapa sawit menjadi CPO
seperti kebutuhan material atau bahan baku TBS kelapa sawit, mesin atau alat-alat
dan upah tenaga kerja. Penyusunan anggaran dibuat oleh kepala pabrik berdasarkan
hasil diskusi dengan kepala proses, kepala maintenance, supervisor, asisten
supervisor dan krani administrasi. Dalam pengalokasiannya dana dalam perusahaan
disesuaikan dengan anggaran yang telah direncanakan sehingga proses pengolahan
TBS kelapa sawit menjadi CPO (Crude Palm Oil) dapat berjalan dengan lancar dan
efisien.
Kebutuhan material atau bahan baku TBS kelapa sawit dalam proses
pengolahan untuk menghasilkan CPO (Crude Palm Oil) harus terpenuhi sebagai
jaminan bagi pabrik untuk dapat beroperasi secara kontinu. Pada pabrik kelapa
sawit PT. SAL-2,3, bahan baku TBS kelapa sawit yang digunakan berasal dari
38
kebun plasma, KKPA dan luar perusahaan. Bahan baku TBS kelapa sawit tersebut
diolah menjadi CPO (Crude Palm Oil) melalui tahapan-tahapan yang membutuhkan
instalasi mesin-mesin yang memadai dan dioperasikan sesuai dengan Standard
Operational Procedure (SOP) untuk memperoleh CPO dengan kualitas sesuai
standar yang telah ditetapkan. Mesin-mesin yang digunakan dalam proses
pengolahan TBS kelapa sawit menjadi CPO (Crude Palm Oil) dapat dilihat pada
tabel 6 sebagai berikut.
Tabel 6. Mesin yang Digunakan Pada Pengolahan TBS Menjadi CPO (Crude Palm
Oil) di PT. SAL-2,3
39
barang yang ada paling awal dianggap dijual paling awal juga (jusup, 2005 dalam
Yuliani). Bahan baku yang pertama kali masuk ke area sortasi sesuai dengan
tanggal pembelian yang pertama kali akan diolah pada proses produksi. Sistem
kerja di pabrik pengolahan TBS menjadi CPO berdasarkan jam kerja per shift setiap
harinya. Jam kerja pabrik 8 jam untuk setiap shift dan dapat dikondisikan sesuai
dengan TBS yang akan diolah. Apabila TBS kelapa sawit belum selesai diolah,
maka diterapkan sistem lembur hingga proses selesai.
Market atau pasar merupakan tempat dimana perusahaan memasarkan
produknya. Salah satu produk akhir dari proses pengolahan TBS kelapa sawit di
PT. SAL-2,3 adalah CPO (Crude Palm Oil). CPO (Crude Palm Oil) yang
diproduksi harus segera dipasarkan, hal ini bertujuan untuk mengurangi kadar
Asam Lemak Bebas (ALB) pada CPO jika terlalu lama disimpan. CPO (Crude
Palm Oil) dipasarkan ke pelabuhan Talang Duku Jambi dan pelabuhan Dumai Riau.
40
pengolahan TBS kelapa sawit menjadi CPO (Crude Palm Oil) di PT. Sari Aditya
Loka-2,3 adalah commanding dan coordinating.
1) Commanding
Commanding disebut juga menggerakkan kegiatan yang dilaksanakan.
Menggerakkan orang untuk mencapai tujuan dengan arahan sesuai potensinya
butuh upaya pembangkitan motivasi. Pemberian motivasi ini merupakan salah satu
aktivitas yang harus dilakukan. Setelah pemberian motivasi dilakukan kemudian
langkah selanjutnya adalah pemberian perintah. Pada proses pengolahan TBS
kelapa sawit menjadi CPO (Crude Palm Oil) di PT. SAL-2,3 pemberian motivasi
dilakukan melalui pemberian penghargaan (reward) dan hukuman (punishment).
Penghargaan diberikan sebagai suatu cara untuk meningkatkan
produktivitas kerja karyawan dan perilaku seseorang sehingga dapat mempercepat
pelaksanaan pekerjaan yang dibebankan dan pada akhirnya target atau tujuan yang
ingin dicapai dapat terlaksana dengan baik. Pemberiaan penghargaan yaitu berupa:
cuti, lembur, bonus, Tunjangan Hari Raya (THR), penghargaan kepada karyawan
dengan pencapaian tertentu, beras dan fasilitas lain seperti perumahan, listrik dan
air. Sedangkan hukuman merupakan tindakan yang dijatuhkan kepada seseorang
secara sadar dan sengaja sehingga menimbulkan efek jera. Motivasi melalui
hukuman berupa peringatan kepada karyawan yang absen dan pulang tidak tepat
waktu, tidak menggunakan APD, tidak melakukan tugas dan tanggung jawab
sebagai karyawan, peringatan akan diberikan bertahap mulai dari teguran lisan,
teguran lisan, jika belum diindahkan teguran akan disampaikan tertulis yang
dampak terparah yaitu dipecat dari perusahaan. Pemberian motivasi juga langsung
disampaikan oleh kepala pabrik melalui apel yang dilaksanakan setiap pagi,
pemberian motivasi ini biasanya dengan mengingatkan pencapaian yang pernah
diraih.
2) Coordinating
Coordinating merupakan suatu bentuk penyatuan anggota suatu kelompok
sehingga memberikan tindakan terhadap perencanaan yang akan dicapai.
Koordinasi dalam proses pengolahan TBS kelapa sawit menjadi CPO (Crude Palm
Oil) dilakukan antara kepala pabrik, kepala proses, supervisor, asisten supervisor,
krani administrasi dan operator proses. Untuk mengkoordinir semua pihak yang
41
terlibat dalam proses pengolahan, kepala pabrik harus memiliki komunikasi yang
baik. Komunikasi yang berlangsung antara kepala pabrik, kepala proses,
supervisor, krani administrasi dan operator proses sudah berjalan dengan baik.
komunikasi antara kepala pabrik dan tim dilaksanakan untuk memberi perintah,
instruksi serta menanggapi permasalahan yang dilaporkan karyawan.
4.2.4. Pengawasan (controlling)
Pengawasan (controlling) adalah mengukur pelaksanaan dengan tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya dan menentukan penyebab dari kesalahan atau
penyimpangan yang terjadi serta mengambil tindakan korektif yang diperlukan.
Pengawasan pada pengolahan TBS kelapa sawit menjadi CPO (Crude Palm Oil) di
pabrik kelapa sawit PT. SAL-2,3 dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Pengawasan secara langsung dilakukan dengan melihat dan mengawasi secara
langsung operasional tahapan pengolahan oleh kepala proses, sedangkan
pengawasan secara tidak langsung dilakukan dengan mengevaluasi pencatatan
logsheet dari operator pada masing-masing tahapan pengolahan dan hasil analisis
laboratorium. Pengawasan secara langsung dilakukan dengan tujuan menghindari
terjadinya kesalahan kerja yang mengakibatkan kerugian pada perusahaan atau pun
kerugian karyawan yang berkaitan dengan keselamatan kerja.
Berdasarkan pengamatan penulis selama berada di lapangan, pengawasan
dilakukan oleh kepala proses dan supervisor. Supervisor dan kepala proses
mengawasi langsung dengan memantau setiap stasiun secara langsung setiap hari.
Supervisor akan melaporkan kendala yang terjadi ke kepala proses dan kepala
proses akan berkoordinasi dengan kepala maintenance agar segera ditindaklanjuti
dan proses pengolahan tidak terganggu.
Pengawasan oleh asisten laboratorium yang menaungi tahapan penyortiran
belum dilakukan secara kontinu. Hal ini mengakibatkan operator lalai menerima
buah yang belum sesuai kriteria, biasanya buah janjang kecil dan buah mengkal.
Padahal bahan baku yang tidak sesuai kriteria akan berpengaruh terhadap kualitas
CPO yang dihasilkan pabrik. Namun untuk menjaga kualitas bahan baku,
perusahaan menetapkan kebijakan potongan terhadap buah yang basah 2,5% dari
tonase, buah bertangkai panjang 2% dari tonase dan potongan sampah sesuai
dengan kondisi sampah.
42
Dari hasil analisis di lapangan didapatkan bahwa pelaksanaan manajemen
pengolahan TBS menjadi CPO di PT. SAL-2,3 dapat dikatakan sudah baik, hal ini
dibuktikan dengan tercapainya standar-standar yang sudah ditetapkan pabrik. Dapat
dilihat pada Tabel 7, mulai dari kadar ALB, kadar air, kadar kotoran hingga
rendemen CPO sudah tercapai.
Tabel 7. Kualitas Crude Palm Oil (CPO) di PT. SAL-2,3
Norma PT. SAL-2,3
No Uraian Pabrik
Januari Februari Maret
(%)
1 Kadar asam lemak bebas (ALB) < 3.5 2.64 2.54 2.61
2 Kadar air 0.20 0.22 0.23 0.20
3 Kadar kotoran < 0.02 0.02 0.02 0.02
4 Rendemen CPO 19.00 19.61 19.14 19.1
Sumber: PT. Sari Aditya Loka-2,3 (2018)
Sedangkan target TBS terima yang ditetapkan PT. SAL-2,3 pada bulan
januari belum tercapai, hal ini disebabkan adanya persaingan dengan perusahaan
lain di sekitar PT. SAL-2,3, padahal PT. SAL-2,3 murni mengandalkan kebun sawit
luar perusahaan (tidak memiliki kebun inti). Selain itu, bentuk pabrik yang belum
diperbarui menyebabkan penggunaan sumberdaya manusia yang lebih banyak
sehingga biaya operasional PT. SAL-2,3 lebih besar dibandingkan perusahaan lain
dan ini menyebabkan harga yang ditawarkan PT. SAL-2,3 lebih rendah. Padahal
ketersediaan bahan baku merupakan satu hal terpenting dalam keberlanjutan pabrik
pengolahan. Sedangkan target buah yang akan diolah pada bulan februari dan maret
2018 sudah tercapai dan melebihi target yang ditetapkan.
Tabel 8. Planning dan realisasi TBS kelapa sawit yang diterima pabrik PT. SAL-
2,3
Bulan Plan (Kg) Real (Kg)
Januari 28.314.243 24.865.550
Februari 19.334.000 23.816.760
Maret 23.499.000 31.152.150
Sumber: PT. Sari Aditya Loka-2,3 (2018)
43
44
45
46
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Proses pengolahan TBS kelapa sawit menjadi CPO (Crude Palm Oil) di PT.
SAL-2,3 Kabupaten Bungo melalui beberapa tahapan yang dimulai dari
penimbangan TBS kelapa sawit yang masuk ke pabrik, penyortiran kriteria TBS
kelapa sawit yang akan diolah, penimbunan sementara di loading ramp sebelum
dimasukkan ke lori, perebusan TBS kelapa sawit, penebahan TBS kelapa sawit
yang sudah direbus, pelumatan dan pengempaan, pemurnian minyak hasil
pengempaan dan pendistribusian Crude Palm Oil (CPO).
2. Secara keseluruhan penerapan fungsi-fungsi perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating), dan pengawasan
(controlling) pada pengolahan TBS kelapa sawit menjadi CPO (Crude Palm Oil)
yang dijalankan PT. SAL-2,3 sudah baik. Hal ini ditandai dengan kualitas CPO
yang ditetapkan PT. SAL-2,3 sudah tercapai (dapat dilihat pada tabel 7). Hanya
saja terdapat suatu hal pada fungsi pengawasan yang harus diberhatikan.
a) Pada fungsi perencanaan (planning), sudah ditetapkan standar-standar yang akan
dicapai. Rencana produksi ditentukan berdasarkan taksasi dari departemen
tanaman lalu data tersebut diolah untuk menentukan jam proses yang
dibutuhkan.
b) Pada fungsi pengorganisasian (organizing), pengalokasian sumber daya yang
ada pada proses pengolahan sudah terlaksana dengan baik. Hal ini didukung
dengan terstrukturnya organisasi pabrik dan pembagian tugas dan wewenang
masing-masing karyawan. Ini bertujuan agar pembagian tugas tidak timpang
tindih. Untuk mengantisipasi kekurangan karyawan, PT. SAL-2,3 menggunakan
sistem non shift, karyawan non shift dapat ditempatkan untuk mengisi pekerjaan
yang kekurangan petugas.
c) Pada fungsi penggerakkan (actuating), pengarahan yang diberikan pada
karyawan dilakukan setiap pagi pada apel. Pada apel dijelaskan kendala-kendala
yang terjadi dan solusi yang harus dilakukan agar tujuan tercapai. Untuk
memotivasi karyawan, diberikan reward tiga bulan sekali bagi karyawan yang
47
absen tepat waktu, tidak ada HKNE (hari kerja non aktif), stasiun yang paling
bersih. Pemberian sanksi dalam bentuk teguran lisan, tertulis, surat peringatan
hingga pemecatan dilakukan terhadap karyawan yang tidak pernah ikut apel dan
absen terlambat.
d) Pada fungsi pengawasan (controlling), pengawasan dilakukan secara langsung
dan tidak langsung. Pengawasan langsung dilakukan oleh supervisor dan kepala
proses dengan mengawasi kegiatan proses di pabrik. Pengawasan secara tidak
langsung dilakukan oleh laboratorium untuk mengetahui kinerja masing-masing
stasiun dan melalui pelaporan logsheet. Namun pengawasan pada tahapan
penyortiran belum dilakukan secara kontinu, mengingat kualitas bahan baku
merupakan salah satu hal yang berhubungan langsung dengan kualitas CPO yang
dihasilkan pabrik.
5.2. Saran
Penting diperhatikan lagi dalam hal pengawasan dilapangan oleh asisten
laboratorium agar tahapan penyortiran buah berjalan sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan, buah yang berat janjang rata-ratanya <7kg dan buah mengkal masih
diterima.
48
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, Yan dkk. 2002. Kelapa Sawit (Budidaya, Pemanfaatan Hasil & Limbah,
Analisis Usaha & Pemasaran). Jakarta: Penebar Swadaya.
George R. Terry dan Leslie. W. Rue. 1992. Dasar-Dasar Manajemen, alih bahasa
G.A. Ticoalu. Jakarta: Bumi Aksara.
Sudiro, Rico Setiawan. 2013. Manajemen dan Pengembangan Fungsi Produksi dan
Operasional pada Usaha Pengolahan Bahan Kimia di PT. X di Gresik. Agora
Vol. 1 No. 1 (Jurnal)
Sunarko. 2009. Budidaya dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit dengan Sistem
Kemitraan. Jakarta: AgroMedia Pustaka
49
Lampiran 1. Daftar List Istilah/Singkatan dalam Penulisan
50
23. Loading Ramp = lantai dengan kemiringan 40 − 45𝑜 untuk tempat
penampungan TBS kelapa sawit
24. Lori = wadah TBS kelapa sawit dengan kapasitas rata-rata 3,2
ton
25. Mixing pond = kolam pencampur
26. Nut = buah inti terdiri dari cangkang dan daging inti buah.
27. Nut polishing drum = bejana yang berfungsi untuk memoles nut agar licin dari
serat
28. Recycling tank = tangki penyimpanan minyak hasil pemisahan di sludge
separator yang selanjutnya akan diolah kembali pada
tahapan continuous clarifier tank
29. Ripple mill = alat pemecah cangkang
30. Sand trap tank = tabung dengan ujung bawah berbentuk kerucut yang
berfungsi untuk mengendapkan pasir yang terbawa pada
minyak
31. Shell cyclone fan = penghisap cangkang
32. Sludge = lumpur yang terkandung pada minyak
33. Sludge separator = alat pemisah sludge dan minyak
34. Sludge separator = alat pemisah sludge dan minyak
35. Sludge tank = tangki penyimpanan sludge
36. Sterilizer = perebusan
37. Storage tank = tangki penyimpanan crude palm oil (CPO)
38. Thresher drum = tabung berporos yang berputar dengan tujuan merontokkan
brondolan dari janjangannya
39. Transfer carriage = rel bergerak yang berfungsi untuk memindahkan lori dari
jalur pengisian ke jalur perebusan
40. Vacuum dryer = alat penghisap air yang terkandung pada minyak
41. Vibrating screen = layar bergetar yang berfungsi untuk menyaring minyak
dari serat dan kotoran
42. Wet oil tank = tempat penampungan sementara minyak yang masih
mengandung air
51
Lampiran 2. Struktur organisasi PT. Sari Aditya Loka-2,3
Administratur
Kabag HRGA
Kepala
Kepala Proses
Maintenance
Dokter
CDO Polibun
SHE
52
Lampiran 3. Jumlah TBS Terima, TBS Olah dan perkiraan CPO yang dihasilkan
Pabrik Kelapa Sawit PT. Sari Aditya Loka-2,3 Bulan Maret 2018 (Kg)
Maret
Perkiraan CPO yang
Tanggal TBS Terima TBS Olah dihasilkan
1 1.026.750 1.026.750 195.082.5
2 645.230 645.230 122.593.7
3 814.630 814.630 154.779.7
4 849.730 849.730 161.448.7
5 807.350 807.350 153.396.5
6 881.920 881.920 167.564.8
7 1.229.050 1.229.050 233.519.5
8 1.023.140 1.023.140 194.396.6
9 1.008.500 1.008.500 191.615
10 958.110 958.110 182.040.9
11 1.104.340 1.104.340 209.824.6
12 1.140.240 1.140.240 216.645.6
13 1.087.650 1.087.650 206.653.5
14 1.662.670 1.662.670 315.907.3
15 849.760 849.760 161.454.4
16 750.880 750.880 142.667.2
17 996.260 996.260 189.289.4
18 936.900 936.900 178.011
19 806.210 806.210 153.179.9
20 1.017.980 1.017.980 193.416.2
21 1.015.410 1.015.410 192.927.9
22 1.042.890 1.042.890 198.149.1
23 775.310 775.310 147.308.9
24 1.387.650 1.387.650 263.653.5
25 926.840 926.840 176.099.6
26 1.083.220 1.083.220 205.811.8
27 1.093.890 1.093.890 207.839.1
28 1.206.230 1.206.230 229.183.7
29 1.133.080 1.133.080 215.285.2
30 812.310 812.310 154.338.9
31 1.078.020 1.078.020 204.823.8
Total 31.152.150 31.152.150 5.918.909
53
Lampiran 4. Tahapan Proses Pengolahan TBS Kelapa Sawit Menjadi CPO di PT.
SAL-2,3
54
Lampiran 5. Unit-unit Alat Mesin Pada Tahap Pemurnian di Pabrik Kelapa Sawit
PT. Sari Aditya Loka-2,3
55
Lampiran 6. Layout Pabrik
56
Lampiran 7. Beberapa Pelaksanaan Fungsi Manajemen di PT. Sari Aditya Loka-
2,3
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95