Anda di halaman 1dari 95

1

2
3
4
5
6
7
8
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kuliah kerja lapangan adalah kegiatan yang memperkenalkan dunia kerja
kepada mahasiswa. Dengan adanya kuliah kerja lapangan, mahasiswa diharapkan
mendapat pengalaman bekerja dan memahami etika kerja yang baik. Hal ini
tentunya membantu mahasiswa untuk mendapatkan gambaran mengenai cara kerja
yang baik dan disiplin, sehingga mahasiswa dapat menjadi pekerja yang handal
dalam bidangnya.
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack.) berasal dari Nigeria, Afrika
Barat. Bagi Indonesia, tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi
pembangunan perkebunan nasional. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja
yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber perolehan
devisa negara. Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak sawit
(Fauzi dkk, 2002).
PT. Sari Aditya Loka-2,3 (yang selanjutnya disingkat menjadi PT. SAL-2,3)
merupakan salah satu anak perusahaan PT. Astra Agro Lestari, Tbk yang bergerak
di bidang perkebunan dan pengolahan kelapa sawit. Produk yang dihasilkan adalah
minyak kelapa sawit kasar atau CPO (Crude Palm Oil) dan kernel. Perusahaan
tersebut beralamat di Desa Cilodang Kecamatan Pelepat Kabupaten Bungo.
Proses pengolahan TBS kelapa sawit di setiap pabrik umumnya bertujuan
untuk memperoleh minyak dengan kualitas yang baik, tingkat keasaman yang
rendah dan minyak yang mudah dipucatkan. Proses tersebut cukup panjang dan
memerlukan control yang cermat, dimulai dari pengangkutan TBS atau brondolan
dari tempat pengangkutan hasil sampai dihasilkan minyak sawit dan hasil
sampingan lainnya seperti inti sawit (kernel).
Menurut G. R. Terry dan L. W. Rue (1992), penerapan fungsi-fungsi
manajemen dimulai dari Planning, Organizing, Staffing, Motivating, dan
Controlling. Pada planning atau perencanaan, ditentukan tujuan atau target yang
hendak dicapai selama suatu masa yang akan datang dan bagaimana untuk
mencapainya. Pada organizing atau pengorganisasian, ditentukan berbagai kegiatan
beserta pihak yang bertanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan itu.

9
Pada staffing atau penyusunan staf, ditentukan keperluan sumber daya manusia,
pengarahan, pelatihan dan pengembangan tenaga kerja. Pada motivating atau
pemotivasi, sumber daya manusia diarahkan atau disalurkan ke arah tujuan yang
ingin dicapai. Pada controlling atau pengawasan, diukur pelaksanaan dengan tujuan
yang telah ditentukan sebelumnya dan jika terdapat penyimpangan-penyimpangan
ditentukan penyebab dan tindakan korektif yang akan diambil jika diperlukan.
Dalam hal ini, penulis memilih untuk memfokuskan kegiatan kuliah kerja
lapangan pada penerapan empat fungsi manajemen, yaitu perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating), dan pengawasan
(controlling) terhadap beberapa proses pengolahan TBS kelapa sawit menjadi CPO
(Crude Palm Oil). Penulis memilih keempat fungsi tersebut karena POAC
merupakan penyederhanaan dari semua fungsi-fungsi manajemen dan merupakan
satu kesatuan fungsi yang tidak dapat dipisahkan.
Manajemen pengolahan TBS kelapa sawit menjadi CPO (Crude Palm Oil)
merupakan upaya mengatur sumberdaya untuk mencapai tujuan proses produksi
yang telah ditetapkan. Dibutuhkan perencanaan yang matang, pelaksanaan yang
konsisten dan pengendalian yang kontinu agar tujuan tersebut dapat tercapai dengan
efisien dan efektif. Dengan adanya manajemen, pengolahan TBS kelapa sawit
menjadi CPO (Crude Palm Oil) dapat dilaksanakan secara teratur dan terarah sesuai
dengan tujuan perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengambil
topik yang akan diamati dalam kegiatan kuliah kerja lapangan yaitu “Manajemen
Pengolahan TBS Kelapa Sawit menjadi CPO (Crude Palm Oil) di PT. SAL-2,3
Kabupaten Bungo”.
1.2. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan kuliah kerja lapangan di PT.
SAL-2,3 adalah:
1. Untuk mengetahui proses pengolahan TBS kelapa sawit menjadi CPO (Crude
Palm Oil) di PT. SAL-2,3 Kabupaten Bungo.
2. Untuk mengetahui penerapan fungsi manajemen pengolahan TBS kelapa sawit
menjadi CPO (Crude Palm Oil) di PT. SAL-2,3 Kabupaten Bungo.

10
II. METODE PELAKSANAAN

2.1. Waktu dan Tempat


Kegiatan kuliah kerja lapangan ini dilaksanakan selama kurun waktu 8
minggu, dimulai pada 27 Februari hingga 27 April di PT. SAL-2,3 Desa Cilodang
Kecamatan Pelepat Kabupaten Bungo Provinsi Jambi. Pemilihan lokasi ini
ditetapkan oleh komisi kuliah kerja lapangan Fakultas Pertanian Universitas Jambi
dengan pertimbangan bahwa PT. SAL-2,3 merupakan salah satu perusahaan swasta
di Provinsi Jambi yang bergerak di bidang perkebunan dan pengolahan kelapa
sawit.
2.2. Ruang Lingkup Kegiatan
Kegiatan kuliah kerja lapangan mengikuti teknis kegiatan di lapangan oleh
perusahaan. Kegiatan khusus yang dilaksanakan adalah mengenai proses
pengolahan dan penerapan fungsi manajemen pengolahan TBS kelapa sawit
menjadi CPO (Crude Palm Oil) di PT. SAL-2,3 Kabupaten Bungo. Kegiatan-
kegiatan tersebut dilaksanakan dengan jadwal yang ditetapkan oleh pihak
perusahaan tempat dilaksanakannya kuliah kerja lapangan.
2.3. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dan informasi yang diperlukan dilakukan dengan
beberapa metode diantaranya sebagai berikut.
1. Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan langkah awal dalam metode pengumpulan data
yang dilakukan dengan mencari data dan informasi melalui buku maupun literatur
lainnya untuk memberi gambaran dan mendukung penulisan laporan mengenai
bagaimana proses pengolahan dan penerapan fungsi manajemen pengolahan TBS
kelapa sawit menjadi CPO (Crude Palm Oil).
2. Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara terjun langsung ke lapangan untuk mengamati kegiatan yang berlangsung di
lapangan, khususnya proses pengolahan dan penerapan fungsi manajemen
pengolahan TBS kelapa sawit menjadi CPO (Crude Palm Oil).

11
3. Diskusi
Metode diskusi merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara berdiskusi atau tanya jawab secara langsung dengan pihak yang terkait
dengan kegiatan yang berlangsung di lapangan, khususnya mengenai proses
pengolahan dan penerapan fungsi manajemen pengolahan TBS kelapa sawit
menjadi CPO (Crude Palm Oil).

12
III. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

3.1. Keadaan Umum Perusahaan


3.1.1. Sejarah Perusahaan
PT. SAL-2,3 merupakan anak perusahaan dari PT. Astra Agro Lestari, Tbk
yang bergerak dibidang pengolahan kelapa sawit yang berkapasitas 60 ton per jam
dengan produk akhir Crude Palm Oil (CPO) dan Kernel. PT. SAL-2,3 merupakan
satu-satunya anak perusahaan yang tidak mempunyai kebun inti, sehingga benar-
benar mengandalkan keberlangsungan bisnis perusahaan dengan pasokan TBS
pihak lain dalam hal ini Plasma, KKPA dan TBS Luar. Total luas kebun binaan PT.
SAL-2,3 adalah 22.022 Ha terdiri dari dua bagian, yaitu kebun plasma seluas 14.204
Ha dan KKPA seluas 7.818 Ha.
Pembangunan kebun plasma dimulai dari tahun 1989 dengan konsep PIR
Trans dimana kebun yang di bangun menggunakan dana pemerintah melalui
scheme Kredit Plasma PIR Trans. Pada tahun 1996 scheme kredit pemerintah habis,
sehingga pada tahun 1997 scheme diubah menjadi KKPA (Kredit Koperasi Primer
Kepada Anggota). Sedangkan untuk pembangunan PKS dengan kapasitas 60 Ton
per jam dimulai pada tahun 1993. Proses pengolahan TBS kelapa sawit di PKS
dimulai pada bulan November 1996. PT. SAL-2,3 memiliki visi menjadi
perusahaan agribisnis yang paling produktif dan inovatif di dunia. Adapun misi PT.
SAL-2,3 adalah menjadi panutan dan berkontribusi untuk pembangunan serta
kesejahteraan bangsa.
3.1.2. Lokasi Perusahaan
PT. SAL-2,3 terletak di Desa Cilodang Kecamatan Pelepat Kabupaten
Bungo Provinsi Jambi. Tata letak dan posisi PT. SAL-2,3 di sebelah utara
berbatasan dengan Kecamatan Rimbo Tengah, di sebelah timur berbatasan dengan
Kecamatan Pelepat Ilir, di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Merangin,
dan di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Rantau Pandan dan Bathin III
Ulu.
3.1.3. Luas Areal dan Tata Guna Lahan
PT. SAL-2,3 memiliki luas areal secara keseluruhan 346.028,5 m2.
Bangunan pabrik pengolahan seluas 15.928,5 m2 di lengkapi perumahan karyawan

13
perusahaan seluas 330.100 m2 dengan tambahan fasilitas berupa Poliklinik Kebun
(Polibun), lapangan bola, lapangan voli, sekolah PAUD dan TK. Berbagai fasilitas
tersebut di peruntukkan bagi semua karyawan yang berkerja di PT. SAL-2,3.
3.1.4. Struktur Organisasi Perusahaan
PT. SAL-2,3 merupakan salah satu anak perusahaan PT. Astra Agro Lestari
Tbk. yang berpusat di Jakarta. PT. SAL-2,3 termasuk ke dalam lingkup Area
Andalas III yang dipimpin oleh seorang administratur (ADM). Dalam menjalankan
tugasnya, administratur (ADM) dibantu oleh Kepala Tata Usaha (KTU), kepala
kebun, kepala teknik (infrastruktur), kepala pabrik (mill manager), dan kepala
Community Development Office (CDO) serta seluruh karyawan PT. SAL-2,3.
Struktur organisasi PT. SAL-2,3 dapat dilihat pada lampiran 2.
Administratur (ADM) PT. SAL-2,3 membawahi kepala pabrik (mill
manager) sedangkan kepala pabrik (mill manager) membawahi asisten. Kepala
pabrik (mill manager) bertugas mengkoordinasikan pelaksanaan teknis dalam
pengolahan TBS kelapa sawit yang tugasnya dibantu oleh beberapa asisten. Asisten
bertanggung jawab langsung kepada kepala pabrik (mill manager) atas pelaksanaan
kegiatan pada departemen yang dipimpinnya. Dalam pelaksanaan tugas dan
kegiatan di pabrik, asisten dibantu oleh supervisor sedangkan untuk kegiatan
administrasi di pabrik dilaksanakan oleh krani.

3.2. Kegiatan Perusahaan


3.2.1. Proses Pengolahan TBS Kelapa Sawit Menjadi CPO (Crude Palm Oil)
dan Kernel di PT. SAL-2,3 Kabupaten Bungo

Tandan buah segar kelapa sawit dari kebun masyarakat sekitar pabrik
diangkut menuju pabrik kelapa sawit dengan menggunakan kendaraan pengangkut
seperti truk. Hal ini bertujuan agar kandungan ALB (Asam Lemak Bebas) pada
buah tidak terlalu tinggi. Pada dasarnya pengolahan TBS di pabrik kelapa sawit
adalah proses mengekstraksi minyak yang terkandung di dalam daging buah sawit
dan memisahkan inti sawit dari cangkangnya. Kegiatan pengolahan TBS di pabrik
kelapa sawit terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut.
1. Penimbangan TBS
Sebelum diterima pabrik, TBS kelapa sawit harus melalui proses
penimbangan pada jembatan timbang. Proses penimbangan ini ditujukan untuk

14
mengetahui berapa jumlah TBS yang masuk ke pabrik. Selisih antara berat truk
berisi TBS (bruto) dan berat truk sesudah dibongkar (tarra) merupakan jumlah TBS
yang diterima pabrik (netto). Penimbangan juga dilakukan terhadap seluruh hasil
produksi CPO (Crude Palm Oil), kernel, cangkang, koral dan besi tua yang
didistribusikan pabrik.
2. Sortasi TBS (Grading)
Buah kelapa sawit yang masuk ke pabrik kelapa sawit kualitas dan
kematangannya harus diperiksa dengan baik. Proses pemeriksaan buah sawit ini
sering disebut sortasi buah. Kriteria matang panen merupakan faktor yang sangat
penting dalam pemeriksaan kualitas buah sawit. Tingkat kematangan buah sawit
akan berpengaruh terhadap rendemen minyak dan ALB (Asam Lemak Buah).
Sortasi dilakukan dengan memilih buah yang benar-benar matang sesuai dengan
kriteria yang sudah ditentukan.
3. Penimbunan TBS Sementara (Loading Ramp)
Sebelum diolah, TBS kelapa sawit ditimbun untuk sementara di loading
ramp. Selain sebagai tempat penimbunan sementara, loading ramp juga merupakan
tempat pemisahan antara TBS dengan sampah atau kotoran seperti pasir dan kerikil
yang terikut akan jatuh melalui kisi-kisi yang terdapat pada bagian ujung bawah
loading ramp. Prinsip dasar penanganan TBS di loading ramp adalah FIFO (First
In First Out) yaitu TBS yang lebih dulu dimuat di loading ramp akan diolah terlebih
dulu. TBS akan masuk ke dalam lori-lori melalui pintu hidrolik untuk selanjutnya
diangkut ke sterilizer.
4. Perebusan TBS (Sterilizer)
Untuk memudahkan proses selanjutnya, terlebih dahulu TBS yang ada
direbus dengan menggunakan steam dalam suatu alat yang disebut sterilizer. Selain
memudahkan untuk mendapatkan minyak, proses perebusan ini juga bertujuan
untuk mematikan enzim-enzim yang ada dalam buah sawit.
Lori yang telah berisi TBS ditarik dari loading ramp dengan bantuan
capstand menuju sterilizer. Proses perebusan dilakukan dengan menggunakan
injeksi uap bertekanan 2,8-3,2 bar dengan temperatur mencapai 2000 C. Lamanya
waktu perebusan disesuaikan dengan kondisi buah namun rata-rata waktu
perebusan adalah 90-95 menit. Sterilizer dioperasikan dengan sistem otomatisasi

15
dan dilengkapi dengan pintu depan dan belakang. Setiap harinya dioperasikan 4 unit
sterilizer pada pabrik kelapa sawit PT. SAL-2,3 dengan kapasitas masing-masing
sterilizer adalah 10 lori atau 32 ton.
5. Penebahan Tandan Buah Hasil Rebusan (Treshing)
Stasiun perontokan buah menggunakan alat yang sering disebut thresher.
Tandan buah yang sudah direbus akan diangkut menggunakan hoisting crane
menuju autofeeder untuk dirontokkan. Perontokkan dilakukan dengan mengangkat
dan membanting buah di thresher drum. Buah akan lepas dari janjangnya dan jatuh
ke conveyor yang selanjutnya dibawa ke fruit elevator untuk didistribusikan ke
digester. Janjang yang sudah terpisah dengan buah akan ditransfer ke bunch press
melalui IEBC (Inclined Empty Bunch Conveyor).
6. Tahapan Pelumatan dan Pengempaan
Buah yang sudah terpisah dari janjangnya pada stasiun thresher selanjutnya
dilumatkan di stasiun digester. Buah akan dilumatkan dengan pisau-pisau pengaduk
untuk merajang buah agar proses pengambilan minyak dan pemisahan nut dengan
fiber lebih mudah. Dari proses pelumatan ini akan menghasilkan minyak dan cake
yang terdiri dari fiber, nut, dan kotoran lain yang ikut terolah. Cake yang keluar dari
digester akan masuk ke mesin pressing. Pada mesin pressing, terdapat dua buah
screw press yang berputar berlawanan arah dan memberikan tekanan dan gesekan
pada cake. Hasil dari proses pengempaan ini adalah minyak, fiber, dan nut. Minyak
akan dialirkan ke crude oil gutter sedangkan fiber dan nut akan dibawa CBC (Cake
Breaker Conveyor).
7. Pemurnian Minyak
Minyak yang dihasilkan dari proses pengempaan masih berupa minyak yang
bercampur dengan air dan kotoran lainnya. Untuk itu dilakukan pemisahan untuk
mendapatkan minyak dengan standar-standar yang telah ditetapkan. Proses
pemisahan dilakukan dalam beberapa tahap, mulai dari tahap pemisahan pasir
hingga tahap air dari crude oil (minyak kasar). Untuk mencegah terbawanya CPO
(Crude Palm Oil) di dalam sludge yang akan dialirkan ke kolam limbah, digunakan
alat sludge separator untuk memisahkan CPO terlebih dahulu. Pada tahap ini
dihasilkan limbah cair dalam bentuk lumpur (sludge) yang kemudian akan diolah
di instalasi pengolahan limbah.

16
8. Kernel
Cake hasil proses pengempaan dibawa menggunakan CBC (Cake Breaker
Conveyor) dan dipisahkan antara fiber dan nut. Fiber dihisap fan fiber yang
selanjutnya dijadikan bahan bakar boiler. Nut ditransfer ke nut polishing drum
untuk dilicinkan dari serabut yang masih menepel di permukaan nut. Selanjutnya
nut akan melewati destoner untuk dipisahkan dari batu-batu yang terikut nut. Nut
akan dipecahkan dengan menggunakan ripple mill dan dibawa ke LTDS 1 (Light
Tenera Dry Separating 1) dan LTDS 2 (Light Tenera Dry Separating 2) untuk
dipisahkan antara cangkang dan kernel. Cangkang akan dihisap oleh shell cyclone
fan sedangkan kernel diteruskan ke hydrocyclone. Pada hydrocyclone, cangkang
yang masih terikut dan kernel yang pecah dan berkemungkinan menjadi losses
dipisahkan dengan bantuan air. Selanjutnya kernel akan dibawa wet kernel
conveyor dan elevator menuju kernel dryer untuk dikeringkan. Setelah dikeringkan,
kernel ditimbun pada kernel bunker.
3.2.2. Kegiatan Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit
Limbah cair yang dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit di PT. SAL-2,3
bersumber dari stasiun klarifikasi minyak (clarification station) dan tahapan
Hydrocyclone. Persentase limbah cair yang dihasilkan dari proses pengolahan TBS
kelapa sawit menjadi CPO dan kernel adalah 55-60%. Misalnya pada 31 Maret
dengan TBS olah sebanyak 1.078.020 kg dengan rasio limbah cair yang dihasilkan
sebesar 60%, diperkirakan limbah cair yang dihasilkan sebanyak 646.812 Kg atau
setara dengan 646,812 m³ . Sistem pengolahan limbah cair di PT. SAL-2,3
menggunakan sistem pengolahan IPAL (instalasi pengolahan air limbah). Dengan
sistem kolam limbah dimana kolam yang digunakan memiliki fungsi yang berbeda-
beda. Tabel 1 menunjukkan jenis dan jumlah kolam pengolahan limbah cair yang
ada di PT. SAL-2,3:
Tabel 1. Jenis dan Jumlah Kolam IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)
Jenis Kolam Jumlah (Unit)
Cooling Pond (Kolam Pendingin) 2
Mixing Pond (Kolam Pencampuran) 4
Anaerobic Pond 4
Contact Pond 2
Jumlah 12
Sumber : PT. Sari Aditya Loka-2,3 (2018)

17
1. Cooling Pond (Kolam Pendingin)
Cooling Pond dengan dimensi 18,4 m x 17,8 m x 2,5 m dengan kemiringan
dinding kolam 45˚. Kapasitas cooling pond 1 dan 2 masing-masing adalah ±1450
m3. Cooling Pond berfungsi sebagai tempat untuk menurunkan temperatur limbah
dari sludge pit. Temperatur limbah diturunkan dari 70-80°C menjadi 40-45°C.
Limbah yang masuk kedalam cooling pond berupa lumpur berwarna coklat pekat.
Terdapat dua unit cooling pond, limbah dialirkan secara bergantian dari cooling
pond 1 ke cooling pond 2 dalam 1 hari dengan sistem gravitasi.

Gambar 1. Kolam Pendingin (cooling pond)


2. Mixing Pond (Kolam Pencampuran)
Mixing pond (kolam pencampuran) terdiri dari 4 kolam dengan dimensi
kolam 23,6 m x 23,6 m x 3 m dengan kemiringan dinding kolam 45˚. Kapasitas
mixing pond adalah ±1550 m³. Mixing pond bertujuan untuk tempat berlangsungnya
proses asidifikasi dan menaikkan PH raw sludge dengan cara mencampurkan
sludge dari cooling pond dengan sludge dari anaerobic dengan rasio tertentu.
Terdapat empat unit mixing pond yang dialirkan secara bergantian.

Gambar 2. Kolam Pencampuran (Mixing Pond)


3. Anaerobic Pond (Kolam Anaerobik)
Anaerobic Pond terdiri dari 4 kolam dengan dimensi yang sama yaitu
diameter 40 m dan kedalaman 4,17 m. Memiliki kemiringan dinding kolam 45˚
dengan volume masing-masing kolam ± 7500 m³. Adapun tujuan dari Anaerobic

18
Pond untuk merombak bahan-bahan organik polutan yang diindikasikan dengan
nilai BOD (Biochemical Oxygen Demand) dengan menggunakan bakteri anaerob.

Gambar 3. Anaerobic Pond (Kolam Anaerobik)


4. Contact Pond (Kolam Pelepasan)
Contact Pond atau kolam pelepasan terdiri dari dua kolam dengan dimensi
kolam 24,4 m x 24,4 m x 2,2 m. Kemiringan kolam pelepasan adalah 45˚ dengan
volume sebesar ± 1450 m³. kolam pelepasan memiliki tujuan yaitu untuk
menampung sementara limbah cair dari anaerobic pond sebelum dipompa ke lahan
untuk land application.

Gambar 4. Contact Pond (Kolam Pelepasan)

19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Proses Pengolahan TBS Kelapa Sawit Menjadi CPO (Crude Palm Oil) di
PT. SAL-2,3 Kabupaten Bungo

Proses pengolahan TBS kelapa sawit menjadi CPO (Crude Palm Oil) di
pabrik kelapa sawit PT. SAL-2,3 melalui beberapa tahapan yaitu penimbangan
TBS, sortasi TBS, penimbunan TBS sementara, perebusan TBS, penebahan tandan
buah hasil rebusan, pelumatan dan pengempaan, pemurnian dan pendistribusian
CPO. Pabrik kelapa sawit PT. SAL-2,3 beroperasi selama 20 jam setiap harinya
atau disesuaikan dengan kondisi TBS kelapa sawit yang masuk ke pabrik dan
memiliki kapasitas produksi 60 ton per jam sehingga dapat mengolah ±1.200 ton
TBS per hari. Artinya, pabrik kelapa sawit PT. SAL-2,3 dalam satu hari harus
menerima minimal 1.200 ton bahan baku TBS untuk diolah. Persentase rasio
produk yang dihasilkan adalah 21% CPO, 6% kernel, 13% limbah padat dan 60%
limbah cair.

penimbunan
penimbangan perebusan
sortasi TBS TBS
TBS TBS
sementara

Penebahan
Pelumatan
Pendistribusi Pemurnian Tandan Buah
dan
an CPO Minyak Hasil
Pengempaan
Rebusan

Gambar 5. Skema Proses Pengolahan TBS Kelapa Sawit Menjadi CPO (Crude Palm Oil) di Pabrik
Kelapa Sawit PT. Sari Aditya Loka-2,3

4.1.1. Penimbangan TBS


Tandan buah segar yang akan diolah terlebih dahulu ditimbang untuk
mengetahui tonase TBS kelapa sawit yang masuk ke pabrik. Jenis timbangan yang
digunakan di PT. SAL-2,3 adalah Avery Weight Tronix dan dioperasikan oleh 3
karyawan secara bergantian sesuai dengan shift sebagai krani timbang. Sebelum
angkutan TBS masuk untuk ditimbang, supir menunjukkan surat pengantar ke krani
timbang.

20
Gambar 6. Jembatan Timbang (kiri) Alat Untuk Penimbangan (kanan)
Penimbangan pertama (bruto) merupakan berat truk dan TBS dan
penimbangan kedua (tarra) merupakan berat truk dan TBS yang dikembalikan
karena tidak memenuhi kriteria. Selisih antara penimbangan pertama dan
penimbangan kedua merupakan berat TBS yang masuk ke pabrik (netto). Hasil
penimbangan TBS dicatat oleh operator jembatan timbang pada nota penerimaan
sebagai acuan pembayaran bagi TBS.
4.1.2. Sortasi TBS (Grading)
Tahapan sortasi merupakan kegiatan memastikan TBS yang diterima pabrik
telah sesuai dengan kriteria grading yang telah ditetapkan PT. SAL-2,3. Sortasi
dilakukan untuk menentukan TBS yang layak untuk diterima dan digunakan dalam
pengolahan di pabrik kelapa sawit.

Gambar 7. Penyortiran
TBS kelapa sawit yang masuk ke pabrik berasal dari kebun masyarakat
sehingga tidak semua TBS diterima oleh pabrik. TBS yang tidak memenuhi kriteria
grading tidak diterima dan dikembalikan ke angkutan muat untuk ditimbang
sebagai berat tarra. Operator grading langsung memisahkan buah yang tidak sesuai
grading saat TBS dibongkar. Buah yang ditolak yaitu buah yang busuk, mentah,
bertangkai panjang (>2,5 cm) dan tankos.
Setelah dilakukan sortasi terhadap TBS yang diterima, operator grading
akan mengisi kupon pengganti NP (no operator, no scrapper, potongan sampah,
jumlah janjang, jumlah janjang tolak dan tanda tangan) yang selanjutnya akan

21
diserahkan ke operator timbang untuk dihitung berat bersih (netto) TBS yang masuk
ke pabrik.
4.1.3. penimbunan TBS sementara (Loading Ramp)
TBS yang telah disortir langsung ditimbun di loading ramp dengan
kemiringan lantai 40 − 45𝑜 . Lantai tersebut dilengkapi kisi-kisi pada bagian
ujungnya yang berfungsi untuk memisahkan kotoran yang terikut pada TBS dan
pintu dengan sistem hidrolik untuk mendistribusikan TBS dari loading ramp ke lori.
PT. SAL-2,3 memiliki tiga sisi loading ramp dengan kapasitas berbeda-beda.
Loading ramp 1 dan 2 masing-masing memiliki 12 pintu berkapasitas 150 ton,
loading ramp 3 memiliki 24 pintu berkapasitas lebih besar yaitu 300 ton.

Gambar 8. Penimbunan Sementara (Loading Ramp)


Prinsip dasar penanganan TBS yang ditimbun sementara di loading ramp
adalah First In First Out (FIFO). TBS yang lebih dulu dimuat di loading ramp akan
diolah terlebih dulu untuk meminimalisir potensi meningkatnya kandungan ALB
(Asam Lemak Bebas) dalam buah. TBS diisi ke dalam lori sesuai dengan kapasitas
lori yaitu 3,2 ton dan lori akan ditarik dengan menggunakan capstand menuju
sterilizer untuk melalui tahapan perebusan TBS.

4.1.4. Perebusan TBS


Perebusan dilakukan dengan menggunakan sterilizer yaitu tempat
perebusan TBS yang berbentuk bejana (silinder) dengan tipe horizontal. Menurut
Sunarko (2009) tahapan perebusan TBS kelapa sawit ditujukan untuk:
1. Mematikan enzim yang merupakan katalisator dalam reaksi penguraian minyak
menjadi asam lemak bebas dan gliserin.
2. Mengkoagulasikan (mengendapkan) zat putih telur yang terdapat dalam daging
buah agar tidak terikut bersama minyak kasar dari hasil pengempaan, karena bisa
menimbulkan emulsi.

22
3. Menguraikan zat lendir dengan cara hidrolisis. Lendir biasanya akan
menyulitkan pemisahan air dengan minyak dalam klasifikasi.
4. Melunakkan daging buah untuk mempermudah pengadukkan dan memudahkan
buah lepas dari tandan saat proses penebahan.
5. Merenggangkan inti sawit dari cangkangnya untuk memudahkan pemecahan
biji.
6. Menurunkan kadar air daging buah, sehingga memperlancar proses pengepresan
dan memperbaiki proses penjernihan minyak.

Gambar 9. Stasiun Perebusan (Sterilizer)


Pabrik kelapa sawit PT. SAL-2,3 memiliki 4 unit sterilizer berkapasitas
masing-masing 32 ton dengan panjang 27 meter dan diameter 2,7 meter. Satu kali
proses perebusan membutuhkan waktu 90-95 menit dan tekanan uap 2,8 sampai
dengan 3,2 bar dengan suhu mencapai 200𝑜 𝐶. Perebusan TBS pada pabrik kelapa
sawit PT. SAL-2,3 dilakukan dengan sistem tiga puncak (triple peak) secara
otomatis sebagai berikut.
a. Daerasi
Daerasi atau pembuangan udara luar dari sterilizer dilakukan setelah lori-
lori berisi TBS dimasukkan ke dalam sterilizer membuka kran inlet steam dan kran
kondensat selama 3 sampai dengan 5 menit.
b. Puncak Pertama (First Peak)
Setelah dilakukan daerasi, kran kondensat ditutup dan kran inlet steam
dibuka sampai tekanan dalam sterilizer mencapai 1,5 bar. Setelah tercapai tekanan
1,5 bar kran inlet steam ditutup dan kran kondensat dibuka.
c. Puncak Kedua (Second Peak)
Setelah kran kondensat ditutup kembali, kran inlet steam dibuka sampai
tekanan dalam sterilizer mencapai 1,8 bar. Setelah tercapai tekanan 1,8 bar kran
inlet steam ditutup dan kran kondensat dibuka.

23
d. Puncak ketiga (Third Peak)
Kran inlet steam dibuka sampai tekanan dalam sterilizer mencapai 2,8-3,2
bar. Setelah mencapai tekanan tersebut seluruh kran ditutup dan ditahan (holding)
selama sekitar 54 menit. Setelah 54 menit kran kondensat dibuka hingga tekanan
dalam sterilizer mencapai 1 bar dan kran exhaust dibuka.
e. Pengeluaran Lori
Setelah tahapan perebusan berakhir, lori yang berada di dalam sterilizer
dikeluarkan dengan ditarik menggunakan capstand dan selanjutnya lori diangkat
menuju autofeeder.
4.1.5. Penebahan Tandan Buah Hasil Rebusan (Treshing)
Tandan buah hasil rebusan diangkat menggunakan hoisting crane menuju
thresher yang sebelumnya diumpan oleh autofeeder. Autofeeder mengatur
pemasukan tandan buah hasil rebusan ke dalam thresher secara kontinu dan merata
sehingga proses perontokan buah dari tandannya dapat berjalan maksimal. Thresher
merupakan alat berbentuk silinder berkisi-kisi yang berputar dengan kecepatan 24
rpm dan digunakan untuk memisahkan buah dari tandannya dengan cara
mengangkat dan membanting tandan buah. Terdapat 3 unit autofeeder dan thresher
pada pabrik kelapa sawit PT. SAL-2,3.

Gambar 10. Stasiun Penebahan (Thresher)


Buah yang terlepas dari tandannya akan keluar melalui kisi-kisi thresher dan
jatuh ke below thresher conveyor untuk dibawa menuju bottom cross conveyor.
Selanjutnya, buah diangkut oleh fruit elevator dan dijatuhkan ke fruit distributing
conveyor untuk didistribusikan ke masing-masing digester. Tandan kosong yang
terdorong keluar dari thresher akan melewati bunch crusher sebelum direthreshing
pada thresher nomor 3 agar pelepasan buah dari tandannya lebih maksimal.
Selanjutnya, tandan kosong masuk ke empty bunch conveyor dan diteruskan ke
empty bunch elevator. Tandan kosong yang masih mengandung minyak diteruskan

24
menggunakan empty bunch elevator menuju empty bunch press. Tandan kosong
masih mengandung minyak sehingga harus dikempa untuk mengambil minyak
yang masih tersisa dan oil losses dapat diminimalisir. Tandan kosong yang sudah
dipress akan jatuh ke inclined empty bunch conveyor (IEBC) untuk dimuat ke
kendaraan pengangkut yang akan membawa tandan kosong tersebut ke kebun
masyarakat yang bermitra dengan PT. SAL-2,3.

4.1.6. Pelumatan dan Pengempaan (Digester dan Press)


Buah dari stasiun thresher selanjutnya dilumatkan pada sebuah tabung
silinder yang dilengkapi dengan pisau-pisau pengaduk yang disebut digester.
Pelumatan buah ditujukan agar daging buah dapat terpisah dari bijinya (nut) dan
minyak menjadi lebih mudah untuk dikempa. Pada digester, buah dicacah oleh 8
buah mata pisau yang berputar pada porosnya. Pelumatan buah dalam digester
dibantu dengan uap panas dengan suhu 90 sampai dengan 95𝑂 𝐶. Terdapat 8 unit
digester pada pabrik PT. SAL-2,3 dimana 4 unit berkapasitas 10 ton per jam dan 4
unit berkapasitas 20 ton ton jam. Hasil dari proses pelumatan yaitu berupa cake
yang terdiri dari daging buah dan nut yang perlahan-lahan akan didorong menuju
mesin pengempaan.

Gambar 11. Mesin Pengempaan (Press) Dan Mesin Pelumatan (Digester)


Cake yang keluar dari digester masuk ke dalam mesin pengempaan (press)
yang memiliki dua buah alat ulir yang berputar berlawanan arah menuju cone dan
memberikan tekanan dan gesekan pada cake sehingga minyak akan keluar melalui
lubang-lubang pada tabung. Pengempaan dibantu dengan air kondensat hasil
perebusan TBS yang berfungi sebagai dillutant untuk memudahkan proses
pengempaan. Terdapat 8 unit mesin pengempaan (press) pada PT. SAL-2,3 dimana
4 unit berkapasitas 20 ton per jam dan 4 unit berkapasitas 10 ton per jam. Tekanan
cone diatur sekitar 28 dan 48 bar. Hasil dari tahapan pengempaan adalah minyak,
fiber dan nut. Minyak akan keluar melalui crude oil gutter menuju sand trap tank.

25
Nut yang bercampur dengan fiber akan jatuh dan dipisahkan pada cake breaker
conveyor.

4.1.7. Pemurnian Minyak


Minyak hasil pengempaan yang masih mengandung fiber dan kotoran
seperti pasir dan sludge perlu dimurnikan untuk mendapat CPO (Crude Palm Oil)
dengan kualitas sesuai standar yang telah ditentukan. Selain bertujuan untuk
memisahkan fiber dan kotoran yang masih terikut pada minyak, pemurnian juga
dilakukan untuk mengurangi kadar air pada CPO (Crude Palm Oil). Minyak hasil
pengempaan akan melalui beberapa tahapan pemurnian dengan menggunakan
beberapa unit mesin hingga dihasilkan CPO (Crude Palm Oil) sesuai standar PT.
SAL-2,3.

Gambar 12. Stasiun Klarifikasi


Minyak hasil pengempaan akan ditampung sementara pada sand trap tank
dimana pasir dan kotoran lain yang masih terikut akan diendapkan. Minyak yang
memiliki berat jenis yang lebih ringan akan naik ke permukaan sedangkan pasir dan
kotoran yang memiliki berat jenis lebih berat akan mengendap di dasar sand trap
tank.
Minyak yang naik di permukaan sand trap tank kemudian dipisahkan dari
fiber dan kotoran yang masih terikut dengan membuat getaran pada permukaan
screen dengan ukuran mesh 20 dan mesh 40. Pabrik kelapa sawit PT. SAL-2,3
memiliki 5 unit vibrating screen. Fiber dan kotoran yang tersaring di permukaan
screen akan terdorong keluar dan jatuh ke bottom cross conveyor untuk dibawa dan
diolah dalam digester sehingga oil losses dapat diminimalisir sedangkan minyak
akan keluar melalui sebuah pipa dan dialirkan menuju Crude Oil Tank (COT).

Crude Oil Tank (COT) merupakan tempat penampungan sementara minyak


yang telah disaring pada vibrating screen sebelum dipompakan ke distributing tank

26
untuk didistribusikan ke tiga unit Continuous Clarifier Tank (CCT). Pada crude oil
tank terjadi proses pemisahahan antara minyak dan sludge ataupun kotoran yang
masih terikut dengan minyak. Sludge dan kotoran akan mengendap di dasar tank
dan minyak dipompakan ke distributing tank. Di dalam Crude Oil Tank (COT),
suhu dipertahankan antara 90-95𝑜 𝐶 agar kualitas minyak tetap terjaga.
Minyak dari Crude Oil Tank (COT) didistribusikan ke Continuous Clarifier
Tank (CCT) berfungsi untuk memisahkan minyak dengan sludge dengan cara
pengendapan dan pemanasan. Berat jenis sludge lebih besar dibandingkan dengan
berat jenis minyak sehingga sludge akan mengendap di dasar Continuous Slarifier
Tank (CCT) sedangkan minyak akan naik ke permukaan. Continuous Clarifier Tank
(CCT) dilengkapi dengan pipa-pipa steam coil untuk mempertahankan temperatur
minyak sekitar 90-95𝑜 𝐶. Minyak dikutip menggunakan skimmer dan keluar dengan
sistem overflow melalui sebuah pipa yang terletak pada bagian atas tangki untuk
selanjutnya dialirkan menuju Wet Oil Tank sedangkan sludge akan keluar dengan
sistem underflow melalui sebuah pipa yang terletak di bawah tangki dan dialirkan
menuju sludge tank. Setelah dipisahkan di Continuous Clarifier Tank (CCT),
minyak ditampung sementara dan dipertahankan temperaturnya antara 90-95𝑜 𝐶
pada Wet Oil Tank. Kotoran yang masih terikut akan diendapkan di dasar tangki
wet oil tank dan minyak akan diumpan ke vacumm dryer yang sebelumnya sudah
dimurnikan di purifier.
Minyak yang dialirkan ke vacuum dryer akan dipisahkan dengan air yang
terikut sehingga minyak memiliki kadar air yang rendah. Uap air yang berada dalam
minyak diumpan dengan air dingin dari vacuum pump. Selanjutnya, minyak yang
kadar airnya sudah berkurang mengalir melalui pipa menuju storage tank.
Storage tank merupakan tempat penyimpanan Crude Palm Oil (CPO) hasil
produksi yang akan dipasarkan. Storage tank dilengkapi dengan pipa steam coil
agar kualitas Crude Palm Oil (CPO) dapat dipertahankan sebagaimana sebelum
dialirkan ke storage tank. Terdapat tiga unit storage tank untuk CPO pada pabrik
kelapa sawit PT. SAL-2,3 dimana 1 unit berkapasitas 5000 ton dan 2 unit
berkapasitas 2000 ton.

Pada pemisahan minyak dan kotoran di Continuous Clarifier Tank (CCT)


juga menghasilkan sludge yang mengendap dan dialirka menuju sludge tank

27
berkapasitas 70 ton. Pada sludge tank, sludge dipanaskan dengan temperatur
mencapai 90-95𝑜 𝐶 agar butiran minyak yang masih terdapat pada sludge dapat
terpecahkan dan naik ke permukaan tangki. Selanjutnya, sludge akan dialirkan
menuju buffer tank dengan kapasitas 10 ton dan diumpan ke sludge separator.
Sebelum dialirkan ke sludge separator, sludge terlebih dahulu disaring di
brush strainer untuk mengurangi serabut pada sludge. Sludge separator berfungsi
untuk mengambil minyak yang masih terkandung pada sludge. Minyak hasil
pemisahan ini akan ditampung di recycling tank sedangkan sludge dialirkan menuju
sludge pit.

4.1.8. Pendistribusian CPO (Crude Palm Oil)

Gambar 13. Pendistribusian CPO (Crude Palm Oil)


Pendistribusian CPO (Crude Palm Oil) yang dihasilkan pabrik kelapa sawit
PT. SAL-2,3 dilakukan pada stasiun despatch CPO menggunakan kendaraan
pengangkut. Untuk mengetahui stok CPO (Crude Palm Oil) pada storage tank dan
mengetahui jumlah kendaraan yang dibutuhkan setiap harinya ditentukan pada
kegiatan sounding CPO (Crude Palm Oil). Pada kegiatan sounding 16 Februari
2018, diketahui tinggi 1,781 meter dengan suhu 56𝑜 𝐶. Data tersebut diolah dan
dikalibrasi hingga diperoleh stok CPO (Crude Palm Oil) pada storage tank
sejumlah 418, 26 ton. Kendaraan pengangkut CPO (Crude Palm Oil) memiliki
kapasitas 28 ton sehingga dibutuhkan 13 kendaraan pengangkut untuk distribusi
pada tanggal 16 Februari 2018. CPO yang ditimbun pada storage tank dipompa ke
kendaraan pengangkut CPO dan dibutuhkan waktu sekitar 40 menit untuk
memenuhi tangki. Jumlah CPO (Crude Palm Oil) yang diproduksi PT. SAL-2,3
bulan Januari hingga Maret 2018 dapat dilihat pada Tabel 2.

28
Tabel 2. Jumlah TBS Terima, Olah dan Produksi CPO Bulan Januari hingga
Maret 2018

Bulan TBS Terima TBS Olah Produksi CPO


Januari 24.865.550 24.865.550 4.875.870
Februari 23.816.760 23.816.760 4.558.680
Maret 31.152.150 31.152.150 5.947.590
Total 79.834.460 79.834.460 15.382.140
Sumber: PT. Sari Aditya Loka-2,3 (2018)
Pada bulan maret 2018, diolah TBS kelapa sawit dengan rata-rata TBS yang
diolah 1.004.908 kilogram per hari yang menghasilkan CPO (crude palm oil)
191.858 kilogram. Target rendemen CPO yang ditetapkan minimal 19 persen
tercapai pada tiga bulan terakhir.
Tabel 3. Perbandingan Teori dengan proses pengolahan TBS kelapa sawit menjadi
CPO di PT. SAL-2,3
Teori
No Budidaya dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit Proses Pengolahan PT. SAL-2,3
dengan Sistem Kemitraan, Sunarko (2009)
1. Penimbangan dan sortasi, berupa kegiatan Penimbangan, penyortiran dan
penimbangan, penyortiran dan penimbunan penimbunan sementara (loading
sementara TBS sebelum diolah. ramp)
2. Perebusan (sterilisasi) sistem tiga puncak (triple TBS kelapa sawit yang dimuat di
peak), tandan yang berada di dalam lori dipanaskan lori dipanaskan menggunakan
menggunakan uap dengan tekanan 3 bar pada suhu sistem tiga puncak dengan tekanan
1350 𝐶 selama 105 menit. uap 2.8 – 3.2 bar dengan suhu
mencapai 2000 𝐶 selama 90-95
menit.
3. Penebahan (Treshing), buah hasil rebusan Buah hasil rebusan dirontokkan di
dirontokkan di dalam drum silinder yang dilengkapi dalam drum silinder berkisi-kisi
batang logam yang berputar dengan kecepatan 25 yang berputar dengan kecepatan
rpm. 24 rpm.
4. Pengadukan (digesting), brondolan dilumatkan Brondolan dilumatkan dengan
dengan suhu 950 𝐶 dan digester harus selalu penuh suhu 90 − 950 𝐶 dan digester
atau berisi tiga perempat digester. harus dipertahankan minimal
berisi tiga perempat digester.
5. Pengempaan (Pressing), alat yang digunakan pada Tahapan pengempaan
tahapan ini disebut dengan screw press. menggunakan alat yang disebut
dengan screw press dengan
kapasitas 10 dan 20 ton.
6. Pemurnian dengan beberapa tahapan: vibrating Pemurnian dengan beberapa
screen, continuous settling tank, top oil tank, oil tahapan: sand trap tank, vibrating
purifier, vacuum dryer, sludge tank, sludge screen, crude oil tank, continuous
separator dan vet pit. clarifier tank, wet oil tank,
purifier, vacuum dryer, sludge
tank, buffer tank, brush strainer,
sludge separator dan sludge pit.

Pada tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa proses pengolahan yang dilakukan
di PT. SAL-2,3 secara umum serupa dengan proses pengolahan menurut Sunarko

29
(2009). Hanya saja terdapat perbedaan penyebutan alat pada tahapan pemurnian.
Selain itu, pada tahap pemurnian menurut Sunarko, tidak terdapat sand trap tank
yang digunakan pada PT. SAL-2,3. Pada sand trap tank, minyak hasil pengempaan
yang mengalir melalui oil gutter dan masih membawa pasir akan diendapkan
terlebih dahulu, sehingga pasir yang terikut pada minyak yang akan disaring di
vibrating screen tidak terlalu banyak. Hal tersebut bertujuan agar vibrating screen
terhindar dari gesekan pasir kasar yang dapat menyebabkan keausan pada vibrating
screen. Hal tersebut merupakan salah satu upaya yang dilakukan agar kadar kotoran
minyak sesuai dengan standar, yaitu < 0,02% dari TBS yang diolah.

4.2. Penerapan Manajemen Pengolahan TBS Menjadi CPO (Crude Palm Oil)
di PT. SAL-2,3 Kabupaten Bungo
Pengolahan TBS kelapa sawit bertujuan untuk menghasilkan CPO (Crude
Palm Oil) dengan mutu dan rendemen sesuai dengan yang ditetapkan perusahaan.
Mutu dan rendemen yang dihasilkan dari pengolahan tergantung pada kualitas TBS
kelapa sawit sebagai bahan baku yang digunakan. Proses pengolahan tersebut
berlangsung melalui tahapan yang cukup panjang dan memerlukan kontrol yang
cermat, dimulai dari penerimaan TBS di pabrik sampai dihasilkan CPO dan produk
sampingannya. Untuk itu dibutuhkan tenaga kerja yang memiliki keahlian dan
keterampilan dalam proses pengolahan TBS menjadi CPO tersebut. Selain itu,
pengolahan TBS kelapa sawit menjadi CPO perlu ditunjang dengan instalasi mesin-
mesin yang memadai untuk memperoleh CPO dengan kualitas sesuai standar yang
telah ditetapkan.
Manajemen adalah proses pengorganisasian kegiatan-kegiatan pekerjaan
sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efektif dan efisien. Efektif berarti
tujuan dapat dicapai sesuai denga perencanaan, sementara efisien berarti pekerjaan
yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal. Dengan
kata lain, manajemen merupakan sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,
penggerakkan dan pengawasan sumberdaya untuk mencapai tujuan. Manajemen
pengolahan TBS menjadi CPO (Crude Palm Oil) merupakan upaya untuk mengatur
sumberdaya dalam mencapai tujuan proses produksi yang telah ditetapkan.
Dibutuhkan perencanaan yang matang, pelaksanaan yang konsisten dan
pengendalian yang kontinu agar tujuan tersebut dapat tercapai dengan efisien dan

30
efektif. Dengan adanya manajemen, pengolahan TBS menjadi CPO dapat
dilaksanakan secara teratur dan terarah sesuai dengan tujuan perusahaan.
Pada pengolahan TBS menjadi CPO (Crude Palm Oil) di pabrik kelapa
sawit PT. SAL-2,3, diterapkan fungsi-fungsi manajemen diantaranya perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) dan
pengawasan (controlling) sebagai berikut.

4.2.1. Perencanaan (Planning)


Perencanaan merupakan penentuan serangkaian tindakan berdasarkan
pemilihan dari berbagai alternatif yang ada, dirumuskan dalam bentuk keputusan
yang akan dikerjakan untuk masa yang akan datang dalam usaha mencapai tujuan
yang diinginkan. Pengolahan TBS menjadi CPO (Crude Palm Oil) ditujukan untuk
menghasilkan CPO dengan kualitas sesuai standar melalui tahapan-tahapan
pengolahan yang telah ditetapkan perusahaan dalam Standard Operational
Procedure (SOP). TBS sebagai bahan baku yang diolah pabrik kelapa sawit PT.
SAL-2,3 berasal dari kebun plasma, KKPA dan pihak luar perusahaan.
Perencanaan perlu disusun terlebih dahulu sebelum melaksanakan suatu
kegiatan, karena perencanaan merupakan pedoman dalam melakukan suatu
kegiatan. Perencanaan harus dibuat sebaik mungkin karena berkaitan dengan
penyediaan biaya, material, dan tenaga kerja yang jumlahnya relatif besar. Dalam
kegiatan perencanaan untuk mengolah TBS kelapa sawit menjadi CPO (Crude
Palm Oil) di PT. SAL-2,3 adanya kegiatan perencanaan produksi. Perencanaan
Produksi merupakan aktifitas untuk menetapkan produk yang akan diproduksi,
jumlah yang dibutuhkan dan kapan produk tersebut harus selesai. Kebutuhan akan
bahan baku TBS dan anggaran biaya untuk memperoleh bahan baku TBS tersebut
direncanakan dalam anggaran bulanan yang disusun oleh kepala pabrik, kepala
proses, supervisor dan krani bagian administrasi.
Pada perencanaan terdapat program yang berisi garis-garis besar mengenai
kegiatan yang akan dilakukan. Berikut merupakan program yang direncanakan PT.
Sari Aditya Loka-2,3 pada kegiatan pengolahan TBS kelapa sawit menjadi CPO
(Crude Palm Oil) diimplementasikan dalam bentuk rencana kerja:

31
1. Rencana Kerja Tahunan (RKT)
Rencana kerja tahunan dibuat sebagai dasar dalam melaksanankan kegiatan
apa saja yang akan dilaksanakan dalam pengolahan TBS kelapa sawit menjadi CPO
(Crude Palm Oil) dalam jangka satu tahun. Rencana kerja berisi tentang:
1) Jenis pekerjaan: supervisor, operator proses senior dan operator.
2) Kebutuhan tenaga kerja pada masing-masing stasiun.
3) Kebutuhan alat dan bahan: bahan bakar dan perbaikan mesin.
4) Sarana dan prasarana yang akan digunakan dalam kegiatan pengolahan TBS
kelapa sawit: tenaga listrik dan air.
5) Perkiraan dalam bentuk finansial mengenai anggaran biaya kegiatan dalam satu
tahun.
Rencana kerja tahunan disusun oleh administratur, kepala kebun, kepala
pabrik, kepala teknik, dan kepala tata usaha. Rencana kerja tahunan disusun setiap
oktober untuk merencanakan rencana kerja tahun selanjutnya.
2. Rencana Kerja Bulanan (RKB)
Rencana kerja bulanan merupakan jabaran dari rencana kerja tahunan, RKB
disusun oleh kepala pabrik, kepala proses, supervisor dan krani administrasi.
Rencana kerja bulanan berisi tentang anggaran yang dibutuhkan dalam kegiatan
proses pengolahan, antara lain:
1) Biaya yang berkaitan dengan karyawan: gaji pokok, tunjangan, beras dan
lembur.
2) Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam proses pengolahan.
Pada tabel berikut dapat dilihat jumlah bahan baku yang harus disediakan
PT. SAL-2,3 untuk proses pengolahan TBS kelapa sawit menjadi CPO. Rencana
TBS terima dihitung oleh departemen tanaman yang nantinya akan diuraikan dalam
rencana TBS terima per hari, kemudian diolah oleh departemen pabrik untuk
mengetahui jam olah yang dibutuhkan.
Tabel 4. Rencana TBS Terima Pabrik PT. SAL-2,3
Bulan Plan (Kg)
Januari 28.314.243
Februari 19.334.000
Maret 23.499.000
Sumber: PT. Sari Aditya Loka-2,3 Kabupaten Bungo

32
3. Rencana Kerja Harian (RKH)
Rencana kerja harian dalam pengolahan TBS menjadi CPO (Crude Palm
Oil) berisikan rencana pengolahan yang akan dilakukan setiap harinya. Rencana
kerja harian dibuat sesuai dengan taksasi harian yang dibuat oleh departemen
tanaman. Setelah diketahui taksasi harian, maka selanjutnya dapat ditentukan
berapa jam olah yang dibutuhkan. Pada hari rabu 28 Februari 2018, taksasi 1010
ton dengan kapasitas pabrik 60 ton per jam maka waktu olah yang dibutuhkan
adalah 17 jam yang dibagi menjadi dua shift. Pembuatan rencana kerja harian
dilakukan oleh kepala proses.

Gambar 14. Rencana Kerja Harian


4.2.2. Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian ialah penentuan, pengelompokan dan penyusunan
macam-macam kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan penempatan
orang-orang (karyawan). Pada pengorganisasian, untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan diperlukan alat-alat manajemen (tools of management) yang merupakan
syarat untuk mencapai tujuan tersebut. Tools tersebut dikenal dengan istilah 6M,
yaitu Man, Money, Materials, Machine, Method, dan Market.

33
Kepala Pabrik

Kepala Proses Kepala Maintenance

Supervisor Process

Opr. Proses Senior


Opr. Loading Ramp
Opr. Chainman
Opr. Sterilizer
Opr. Crane Driver
Opr. Press
Opr. Klarifikasi
Opr. Kernel
Bunch Press
USB Operator

Sumber: PT. Sari Aditya Loka-2,3 Kabupaten Bungo

Pada struktur organisasi di atas sudah jelas dilihat bahwa PT. SAL-2,3 sudah
melakukan pembagian tugas dengan membagi sumber daya yang dimiliki
(karyawan) terhadap masing-masing bagian pekerjaan. Adapun tugas dan
wewenang dari masing-masing bagian dalam pengolahan TBS kelapa sawit
menjadi CPO (Crude Palm Oil) di pabrik kelapa sawit PT. SAL-2,3 adalah sebagai
berikut.
A. Kepala Pabrik
Kepala pabrik merupakan orang yang bertanggung jawab untuk mengatur
operasional pabrik dengan menjalankan fungsi-fungsi manajemen agar tujuan
pengolahan TBS kelapa sawit menjadi CPO (Crude Palm Oil) di pabrik kelapa
sawit PT. SAL-2,3 dapat tercapai. Tugas dan wewenang manajer pabrik diantaranya
adalah sebagai berikut.
a. Koordinasi dengan kepala kebun mengenai kuantitas dan kualitas raw material
serta perencanaan olah.
b. Menjamin semua unit mesin siap pakai.

34
c. Menjamin trough put sesuai dengan kapasitas terpasang.
d. Menjamin pelaksanaan SOP (Standard Operational Procedure) dan IK
(Instruksi Kerja).
e. Evaluasi feedback proses dan maintenance serta menyusun rencana kerja
selanjutnya.
f. Memastikan kontrak service dan kontraktor sesuai schedule.
g. Melakukan pengembangan melalui: training, penugasan, rotasi, pengajuan
promosi, coaching dan counseling.
h. Melaksanakan reward dan punishment.
i. Menyusun rencana biaya tahunan (operasional dan investasi).
j. Mengajukan permintaan kebutuhan dana operasional.
k. Mengontrol pemakaian biaya operasional.
l. Mengontrol ketersediaan dan pemakaian sparepart.
m. Menjamin implementasi SHE.
n. Menjamin kecukupan APD, kesiapan APAR dan hydrant.
B. Kepala Proses
Kepala proses bertanggung jawab untuk mengawasi proses pengolahan TBS
menjadi CPO mulai dari pengoperasian unit-unit alat atau mesin pengolahan,
kebersihan seluruh stasiun pengolahan dan keselamatan kerja di lingkungan pabrik.
Tugas dan wewenang kepala proses diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Memeriksa kesiapan unit mesin sebelum dan saat dioperasikan agar selalu siap
pakai.
b. Memeriksa kesiapan operator proses baik jumlah maupun kualitasnya.
c. Mengajukan kebutuhan prasarana kerja.
d. Melakukan koordinasi perawatan mesin dengan bagian maintenance.
e. Mengontrol dan mengawasi penerapan SOP dan instruksi kerja di setiap stasiun.
f. Menyusun rencana pemakaian biaya operasional proses pada bagian kerjanya
untuk disetujui kepala pabrik.
g. Melakukan evaluasi cost harian (realisasi vs budget).
h. Melakukan evaluasi kinerja karyawan (penilaian karya) dan penilaian
kompetensi yang bersifat teknikal.
i. Melakukan pengembangan SDM.

35
j. Mengajukan promosi atau rotasi operator antar stasiun sesuai dengan kebutuhan
operasi.
k. Melakukan pengawasan implementasi SHE.
C. Supervisor Process
Supervisor process bertanggung jawab kepada kepala proses untuk
memonitor operasional pengolahan TBS menjadi CPO dan memastikan proses
pengolahan tersebut berjalan sesuai dengan instruksi kerja dan Standard
Operational Procedure (SOP) yang telah ditetapkan PT. Sari Aditya Loka-2,3.
Tugas dan tanggung jawab supervisi proses diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Memeriksa dan menempatkan karyawan yang mengalami kekosongan.
b. Pembagian kerja pada setiap karyawan dan mengawasi pekerjaan dan hasil
pekerjaan.
c. Pengecekan pengisian log sheet dan check list pada setiap stasiun.
d. Memberikan arahan dan petunjuk kerja kepada setiap operator yang belum
memahami pengoperasian suatu alat atau mesin sesuai SOP (Standard
Operational Procedure).
e. Mengingatkan karyawan untuk selalu menjaga keselamatan dan kesehatan kerja.
f. Mencatat perbaikan, penggantian dan pembersihan peralatan pada setiap
perbaikan dan di-file-kan.
g. Mengkoordinir dan mengawasi pekerjaan pada sebuah mesin atau peralatan
yang sifatnya membongkar, seperti pekerjaan dalam hal cleaning atau minor
repair.
h. Mengawasi disiplin karyawan di tempat kerja masing-masing.
i. Bekerjasama dengan kepala proses dan asisten maintenance untuk menjamin
kelancaran proses dan menjaga kualitas produksi.
j. Pengisian shift record dan di-file-kan.
k. Membuat rencana kerja harian, laporan overshift dan laporan kerusakan alat-alat.
l. Check dan tanda tangani log sheet proses, laporan rencana kerja harian, laporan
overshift dan laporan kerusakan alat-alat.
m. Memastikan dan memonitor alat-alat kerja cukup jumlahnya, layak pakai dan
digunakan dengan baik dan benar.

36
D. Operator Proses Senior
Operator process senior bertanggung jawab kepada supervisi dan asisten
proses untuk mengawasi operasional pengolahan TBS menjadi CPO yang
dilakukan oleh operator. Tugas dan tanggung jawab operator proses senior
diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Membantu supervisor menempatkan karyawan yang mengalami kekosongan.
b. Mengawasi pekerjaan dan hasil pekerjaan.
c. Pengecekan pengisian log sheet dan check list pada setiap stasiun.
d. Memberikan arahan dan petunjuk kerja kepada setiap operator yang belum
memahami pengoperasian suatu alat dan mesin sesuai SOP.
e. Mengingatkan karyawan untuk selalu menjaga keselamatan dan kesehatan kerja
masing-masing.
f. Mengkoordinir dan mengawasi pekerjaan pada sebuah mesin atau peralatan
yang sifatnya membongkar, seperti pekerjaan dalam hal cleaning atau minor
repair.
g. Mengawasi disiplin karyawan di tempat kerja masing-masing.
h. Bekerjasama dengan supervisor, kepala proses dan asisten maintenance untuk
menjamin kelancaran proses dan menjaga kualitas produksi.
i. Memastikan dan memonitor alat-alat kerja cukup jumlahnya, layak pakai dan
digunakan dengan baik dan benar.
E. Operator

Operator merupakan pelaksana dalam proses pengolahan TBS kelapa sawit


menjadi CPO dan bertugas untuk mengoperasikan unit-unit alat atau mesin di
masing-masing stasiun sesuai dengan instruksi kerja dan standard operational
procedure (SOP) yang telah ditetapkan PT. SAL-2,3. Tugas dan tanggung jawab
supervisi proses diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Memastikan parameter-parameter proses di masing-masing stasiun tercapai agar
proses pengolahan TBS kelapa sawit berjalan dengan baik dimana kualitas hasil
produksi dan losses sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
b. Melakukan pengecekan terhadap unit-unit alat atau mesin di masing-masing
stasiun dan melaporkan kepada supervisi apabila terjadi kerusakan pada unit unit
alat atau mesin tersebut.

37
c. Mengisi logsheet setiap jamnya sebagai kontrol untuk memastikan kelancaran
proses pengolahan TBS kelapa sawit dan melaporkan logsheet kepada supervisi
proses setiap overshift.

Sedangkan jumlah sumber daya manusia pada pengolahan TBS kelapa sawit
menjadi CPO di PT. SAL-2,3 dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Sumber Daya Manusia pada pengolahan TBS kelapa sawit menjadi
CPO
No. Jabatan Jumlah SDM (orang)
1. Kepala Pabrik 1
2. Kepala Proses 1
3. Supervisor Process 3
4. Operator Proses Senior 3
5. Operator Proses Loading Ramp 10
Chain Man 8
Sterilizer 4
Crane Driver 4
Digester dan Press 4
Klarifikasi 4
Bunch Press 2
USB 2
Pendistribusian 1
Buruh Harian Lepas 20
Sumber: PT. Sari Aditya Loka-2,3 Kabupaten Bungo

Selain sumber daya manusia, uang juga merupakan unsur yang penting dan
dibutuhkan untuk dikelola demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan.
Uang berhubungan dengan perkiraan biaya yang harus dianggarkan untuk
memenuhi kebutuhan dalam proses pengolahan TBS kelapa sawit menjadi CPO
seperti kebutuhan material atau bahan baku TBS kelapa sawit, mesin atau alat-alat
dan upah tenaga kerja. Penyusunan anggaran dibuat oleh kepala pabrik berdasarkan
hasil diskusi dengan kepala proses, kepala maintenance, supervisor, asisten
supervisor dan krani administrasi. Dalam pengalokasiannya dana dalam perusahaan
disesuaikan dengan anggaran yang telah direncanakan sehingga proses pengolahan
TBS kelapa sawit menjadi CPO (Crude Palm Oil) dapat berjalan dengan lancar dan
efisien.

Kebutuhan material atau bahan baku TBS kelapa sawit dalam proses
pengolahan untuk menghasilkan CPO (Crude Palm Oil) harus terpenuhi sebagai
jaminan bagi pabrik untuk dapat beroperasi secara kontinu. Pada pabrik kelapa
sawit PT. SAL-2,3, bahan baku TBS kelapa sawit yang digunakan berasal dari

38
kebun plasma, KKPA dan luar perusahaan. Bahan baku TBS kelapa sawit tersebut
diolah menjadi CPO (Crude Palm Oil) melalui tahapan-tahapan yang membutuhkan
instalasi mesin-mesin yang memadai dan dioperasikan sesuai dengan Standard
Operational Procedure (SOP) untuk memperoleh CPO dengan kualitas sesuai
standar yang telah ditetapkan. Mesin-mesin yang digunakan dalam proses
pengolahan TBS kelapa sawit menjadi CPO (Crude Palm Oil) dapat dilihat pada
tabel 6 sebagai berikut.

Tabel 6. Mesin yang Digunakan Pada Pengolahan TBS Menjadi CPO (Crude Palm
Oil) di PT. SAL-2,3

No. Tahapan pengolahan Mesin-mesin yang digunakan


1. Penimbangan TBS Jembatan timbangan digital (Avery Weigh
Tronix), komputer dan printer.
2. Sortasi TBS Tojok dan mesin scrapper
3. Penimbunan Sementara Tojok, pintu dengan sistem hidrolik,
capstand dan transfer carriage.
4. Perebusan Sterilizer
5. Penebahan Tandan Buah Hasil Rebusan Thresher drum, autofeeder, bunch crusher,
bunch conveyor, fruit elevator dan conveyor.
6. Pelumatan dan Pengempaan Digester dan press
7. Pemurnian Minyak Sand trap tank, vibrating screen, crude oil
tank, continuous clarifier tank (CCT), wet oil
tank, purifier, vacuum dryer, storage tank,
sludge tank, buffer tank, brush strainer,
sludge separator.
Sumber: PT. Sari Aditya Loka-2,3 (2018)

PT. SAL-2,3 menggunakan metode pengolahan TBS menjadi CPO (Crude


Palm Oil) sesuai dengan instruksi kerja dan Standard Operational Procedure
(SOP) yang telah ditetapkan perusahaan. Instruksi kerja dan Standard Operational
Procedure (SOP) tersebut ditetapkan dengan mempertimbangkan tujuan dan
penggunaan sumberdaya yang tersedia secara efektif dan efisien. Tata kerja yang
baik berdasarkan Standard Operational Procedure (SOP) dapat memperlancar
jalannya proses pengolahan TBS kelapa sawit menjadi CPO (Crude Palm Oil).
Metode pengolahan TBS kelapa sawit menjadi CPO (Crude Palm Oil) yang
digunakan PT. SAL-2,3 adalah metode First In First Out (FIFO). Sistem First In
First Out (FIFO) merupakan metode yang didasarkan atas asumsi bahwa barang
yang dibeli awal dianggap akan lebih awal dijual atau digunakan, dan harga pokok
perolehan barang yang dibeli lebih awal akan dibebankan lebih dahulu sebagai
harga pokok penjualan. Pada pencatatan fisik, metode ini beranggapan bahwa

39
barang yang ada paling awal dianggap dijual paling awal juga (jusup, 2005 dalam
Yuliani). Bahan baku yang pertama kali masuk ke area sortasi sesuai dengan
tanggal pembelian yang pertama kali akan diolah pada proses produksi. Sistem
kerja di pabrik pengolahan TBS menjadi CPO berdasarkan jam kerja per shift setiap
harinya. Jam kerja pabrik 8 jam untuk setiap shift dan dapat dikondisikan sesuai
dengan TBS yang akan diolah. Apabila TBS kelapa sawit belum selesai diolah,
maka diterapkan sistem lembur hingga proses selesai.
Market atau pasar merupakan tempat dimana perusahaan memasarkan
produknya. Salah satu produk akhir dari proses pengolahan TBS kelapa sawit di
PT. SAL-2,3 adalah CPO (Crude Palm Oil). CPO (Crude Palm Oil) yang
diproduksi harus segera dipasarkan, hal ini bertujuan untuk mengurangi kadar
Asam Lemak Bebas (ALB) pada CPO jika terlalu lama disimpan. CPO (Crude
Palm Oil) dipasarkan ke pelabuhan Talang Duku Jambi dan pelabuhan Dumai Riau.

4.2.3. Penggerakan (actuating)


Penggerakan merupakan suatu cara untuk membangkitkan atau mendorong
anggota kelompok agar berusaha keras mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Tercapainya tujuan perusahaan bukan hanya karena perencanaan dan
pengorganisasian yang matang tetapi juga penggerakan dan pemotivasian yang
baik. Pelaksanaan penggerakan pada kegiatan pengolahan TBS kelapa sawit
menjadi CPO (Crude Palm Oil) di PT. SAL-2,3 adalah tanggung jawab kepala
pabrik yang telah disetujui administratur dan dilaksanakan oleh seluruh bagian yang
terlibat dalam pengolahan TBS kelapa sawit menjadi CPO (Crude Palm Oil).
Sebelum menjalankan kegiatan pengolahan dimulai, kepala pabrik, kepala
proses, supervisor, asisten supervisor, krani administrasi dan seluruh karyawan
berkumpul untuk mengatur jalannya kerja dan memberi informasi yang berkaitan
dengan pekerjaan yang dilakukan oleh operator. Kepala proses dan supervisor
memberikan arahan dan mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan di hari
sebelumnya dan mengenai kegiatan yang akan dilakukan hari ini. Pengarahan yang
diberikan berupa pengarahan teknis dan strategi kerja dilapangan agar target yang
direncanakan tercapai dan pengarahan mengenai alat pelindung diri yang harus
selalu digunakan demi keselamatan kerja. Pelaksanaan penggerakan pada kegiatan

40
pengolahan TBS kelapa sawit menjadi CPO (Crude Palm Oil) di PT. Sari Aditya
Loka-2,3 adalah commanding dan coordinating.
1) Commanding
Commanding disebut juga menggerakkan kegiatan yang dilaksanakan.
Menggerakkan orang untuk mencapai tujuan dengan arahan sesuai potensinya
butuh upaya pembangkitan motivasi. Pemberian motivasi ini merupakan salah satu
aktivitas yang harus dilakukan. Setelah pemberian motivasi dilakukan kemudian
langkah selanjutnya adalah pemberian perintah. Pada proses pengolahan TBS
kelapa sawit menjadi CPO (Crude Palm Oil) di PT. SAL-2,3 pemberian motivasi
dilakukan melalui pemberian penghargaan (reward) dan hukuman (punishment).
Penghargaan diberikan sebagai suatu cara untuk meningkatkan
produktivitas kerja karyawan dan perilaku seseorang sehingga dapat mempercepat
pelaksanaan pekerjaan yang dibebankan dan pada akhirnya target atau tujuan yang
ingin dicapai dapat terlaksana dengan baik. Pemberiaan penghargaan yaitu berupa:
cuti, lembur, bonus, Tunjangan Hari Raya (THR), penghargaan kepada karyawan
dengan pencapaian tertentu, beras dan fasilitas lain seperti perumahan, listrik dan
air. Sedangkan hukuman merupakan tindakan yang dijatuhkan kepada seseorang
secara sadar dan sengaja sehingga menimbulkan efek jera. Motivasi melalui
hukuman berupa peringatan kepada karyawan yang absen dan pulang tidak tepat
waktu, tidak menggunakan APD, tidak melakukan tugas dan tanggung jawab
sebagai karyawan, peringatan akan diberikan bertahap mulai dari teguran lisan,
teguran lisan, jika belum diindahkan teguran akan disampaikan tertulis yang
dampak terparah yaitu dipecat dari perusahaan. Pemberian motivasi juga langsung
disampaikan oleh kepala pabrik melalui apel yang dilaksanakan setiap pagi,
pemberian motivasi ini biasanya dengan mengingatkan pencapaian yang pernah
diraih.
2) Coordinating
Coordinating merupakan suatu bentuk penyatuan anggota suatu kelompok
sehingga memberikan tindakan terhadap perencanaan yang akan dicapai.
Koordinasi dalam proses pengolahan TBS kelapa sawit menjadi CPO (Crude Palm
Oil) dilakukan antara kepala pabrik, kepala proses, supervisor, asisten supervisor,
krani administrasi dan operator proses. Untuk mengkoordinir semua pihak yang

41
terlibat dalam proses pengolahan, kepala pabrik harus memiliki komunikasi yang
baik. Komunikasi yang berlangsung antara kepala pabrik, kepala proses,
supervisor, krani administrasi dan operator proses sudah berjalan dengan baik.
komunikasi antara kepala pabrik dan tim dilaksanakan untuk memberi perintah,
instruksi serta menanggapi permasalahan yang dilaporkan karyawan.
4.2.4. Pengawasan (controlling)
Pengawasan (controlling) adalah mengukur pelaksanaan dengan tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya dan menentukan penyebab dari kesalahan atau
penyimpangan yang terjadi serta mengambil tindakan korektif yang diperlukan.
Pengawasan pada pengolahan TBS kelapa sawit menjadi CPO (Crude Palm Oil) di
pabrik kelapa sawit PT. SAL-2,3 dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Pengawasan secara langsung dilakukan dengan melihat dan mengawasi secara
langsung operasional tahapan pengolahan oleh kepala proses, sedangkan
pengawasan secara tidak langsung dilakukan dengan mengevaluasi pencatatan
logsheet dari operator pada masing-masing tahapan pengolahan dan hasil analisis
laboratorium. Pengawasan secara langsung dilakukan dengan tujuan menghindari
terjadinya kesalahan kerja yang mengakibatkan kerugian pada perusahaan atau pun
kerugian karyawan yang berkaitan dengan keselamatan kerja.
Berdasarkan pengamatan penulis selama berada di lapangan, pengawasan
dilakukan oleh kepala proses dan supervisor. Supervisor dan kepala proses
mengawasi langsung dengan memantau setiap stasiun secara langsung setiap hari.
Supervisor akan melaporkan kendala yang terjadi ke kepala proses dan kepala
proses akan berkoordinasi dengan kepala maintenance agar segera ditindaklanjuti
dan proses pengolahan tidak terganggu.
Pengawasan oleh asisten laboratorium yang menaungi tahapan penyortiran
belum dilakukan secara kontinu. Hal ini mengakibatkan operator lalai menerima
buah yang belum sesuai kriteria, biasanya buah janjang kecil dan buah mengkal.
Padahal bahan baku yang tidak sesuai kriteria akan berpengaruh terhadap kualitas
CPO yang dihasilkan pabrik. Namun untuk menjaga kualitas bahan baku,
perusahaan menetapkan kebijakan potongan terhadap buah yang basah 2,5% dari
tonase, buah bertangkai panjang 2% dari tonase dan potongan sampah sesuai
dengan kondisi sampah.

42
Dari hasil analisis di lapangan didapatkan bahwa pelaksanaan manajemen
pengolahan TBS menjadi CPO di PT. SAL-2,3 dapat dikatakan sudah baik, hal ini
dibuktikan dengan tercapainya standar-standar yang sudah ditetapkan pabrik. Dapat
dilihat pada Tabel 7, mulai dari kadar ALB, kadar air, kadar kotoran hingga
rendemen CPO sudah tercapai.
Tabel 7. Kualitas Crude Palm Oil (CPO) di PT. SAL-2,3
Norma PT. SAL-2,3
No Uraian Pabrik
Januari Februari Maret
(%)
1 Kadar asam lemak bebas (ALB) < 3.5 2.64 2.54 2.61
2 Kadar air 0.20 0.22 0.23 0.20
3 Kadar kotoran < 0.02 0.02 0.02 0.02
4 Rendemen CPO 19.00 19.61 19.14 19.1
Sumber: PT. Sari Aditya Loka-2,3 (2018)
Sedangkan target TBS terima yang ditetapkan PT. SAL-2,3 pada bulan
januari belum tercapai, hal ini disebabkan adanya persaingan dengan perusahaan
lain di sekitar PT. SAL-2,3, padahal PT. SAL-2,3 murni mengandalkan kebun sawit
luar perusahaan (tidak memiliki kebun inti). Selain itu, bentuk pabrik yang belum
diperbarui menyebabkan penggunaan sumberdaya manusia yang lebih banyak
sehingga biaya operasional PT. SAL-2,3 lebih besar dibandingkan perusahaan lain
dan ini menyebabkan harga yang ditawarkan PT. SAL-2,3 lebih rendah. Padahal
ketersediaan bahan baku merupakan satu hal terpenting dalam keberlanjutan pabrik
pengolahan. Sedangkan target buah yang akan diolah pada bulan februari dan maret
2018 sudah tercapai dan melebihi target yang ditetapkan.
Tabel 8. Planning dan realisasi TBS kelapa sawit yang diterima pabrik PT. SAL-
2,3
Bulan Plan (Kg) Real (Kg)
Januari 28.314.243 24.865.550
Februari 19.334.000 23.816.760
Maret 23.499.000 31.152.150
Sumber: PT. Sari Aditya Loka-2,3 (2018)

43
44
45
46
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan

Setelah melaksanakan kegiatan kuliah kerja lapangan di PT. SAL-2,3


Kabupaten Bungo dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Proses pengolahan TBS kelapa sawit menjadi CPO (Crude Palm Oil) di PT.
SAL-2,3 Kabupaten Bungo melalui beberapa tahapan yang dimulai dari
penimbangan TBS kelapa sawit yang masuk ke pabrik, penyortiran kriteria TBS
kelapa sawit yang akan diolah, penimbunan sementara di loading ramp sebelum
dimasukkan ke lori, perebusan TBS kelapa sawit, penebahan TBS kelapa sawit
yang sudah direbus, pelumatan dan pengempaan, pemurnian minyak hasil
pengempaan dan pendistribusian Crude Palm Oil (CPO).
2. Secara keseluruhan penerapan fungsi-fungsi perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating), dan pengawasan
(controlling) pada pengolahan TBS kelapa sawit menjadi CPO (Crude Palm Oil)
yang dijalankan PT. SAL-2,3 sudah baik. Hal ini ditandai dengan kualitas CPO
yang ditetapkan PT. SAL-2,3 sudah tercapai (dapat dilihat pada tabel 7). Hanya
saja terdapat suatu hal pada fungsi pengawasan yang harus diberhatikan.
a) Pada fungsi perencanaan (planning), sudah ditetapkan standar-standar yang akan
dicapai. Rencana produksi ditentukan berdasarkan taksasi dari departemen
tanaman lalu data tersebut diolah untuk menentukan jam proses yang
dibutuhkan.
b) Pada fungsi pengorganisasian (organizing), pengalokasian sumber daya yang
ada pada proses pengolahan sudah terlaksana dengan baik. Hal ini didukung
dengan terstrukturnya organisasi pabrik dan pembagian tugas dan wewenang
masing-masing karyawan. Ini bertujuan agar pembagian tugas tidak timpang
tindih. Untuk mengantisipasi kekurangan karyawan, PT. SAL-2,3 menggunakan
sistem non shift, karyawan non shift dapat ditempatkan untuk mengisi pekerjaan
yang kekurangan petugas.
c) Pada fungsi penggerakkan (actuating), pengarahan yang diberikan pada
karyawan dilakukan setiap pagi pada apel. Pada apel dijelaskan kendala-kendala
yang terjadi dan solusi yang harus dilakukan agar tujuan tercapai. Untuk
memotivasi karyawan, diberikan reward tiga bulan sekali bagi karyawan yang

47
absen tepat waktu, tidak ada HKNE (hari kerja non aktif), stasiun yang paling
bersih. Pemberian sanksi dalam bentuk teguran lisan, tertulis, surat peringatan
hingga pemecatan dilakukan terhadap karyawan yang tidak pernah ikut apel dan
absen terlambat.
d) Pada fungsi pengawasan (controlling), pengawasan dilakukan secara langsung
dan tidak langsung. Pengawasan langsung dilakukan oleh supervisor dan kepala
proses dengan mengawasi kegiatan proses di pabrik. Pengawasan secara tidak
langsung dilakukan oleh laboratorium untuk mengetahui kinerja masing-masing
stasiun dan melalui pelaporan logsheet. Namun pengawasan pada tahapan
penyortiran belum dilakukan secara kontinu, mengingat kualitas bahan baku
merupakan salah satu hal yang berhubungan langsung dengan kualitas CPO yang
dihasilkan pabrik.
5.2. Saran
Penting diperhatikan lagi dalam hal pengawasan dilapangan oleh asisten
laboratorium agar tahapan penyortiran buah berjalan sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan, buah yang berat janjang rata-ratanya <7kg dan buah mengkal masih
diterima.

48
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Muhammad. 2017. Manajemen Pengolahan TBS (Tandan Buah Segar)


Menjadi CPO (Crude Palm Oil) Pada PT. Ricky Kurniawan Kertapersada PPKS
Batang Hari Kecamatan Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi. Laporan Praktik
Kerja Lapangan. Fakultas Pertanian Universitas Jambi.

Fauzi, Yan dkk. 2002. Kelapa Sawit (Budidaya, Pemanfaatan Hasil & Limbah,
Analisis Usaha & Pemasaran). Jakarta: Penebar Swadaya.

George R. Terry dan Leslie. W. Rue. 1992. Dasar-Dasar Manajemen, alih bahasa
G.A. Ticoalu. Jakarta: Bumi Aksara.

Sudiro, Rico Setiawan. 2013. Manajemen dan Pengembangan Fungsi Produksi dan
Operasional pada Usaha Pengolahan Bahan Kimia di PT. X di Gresik. Agora
Vol. 1 No. 1 (Jurnal)

Sunarko. 2009. Budidaya dan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit dengan Sistem
Kemitraan. Jakarta: AgroMedia Pustaka

49
Lampiran 1. Daftar List Istilah/Singkatan dalam Penulisan

1. Anaerobic pond = kolam anaerobik


2. Autofeeder = bak pengumpan buah ke thresher yang bergerak secara
otomatis
3. Boiler = ketel penghasil uap
4. Brush strainer = alat penyaring sludge
5. Buffer tank = tempat penampungan sludge sementara
6. Bunch press = alat pengempa janjang kosong
7. Cake = gabungan fiber dan nut hasil pelumatan
8. Capstand = tali sling dengan bantuan tekanan hidrolik untuk menarik
lori
9. Contact pond = kolam pelepasan
10. Continuous clarifier tank (CCT) = berfungsi untuk memisahkan minyak dan
sludge dengan cara pengendapan dan pemanasan
11. Conveyor = alat pembawa berbentuk ulir.
12. Cooling pond = kolam pendingin
13. Crude oil gutter = pipa pembawa minyak dari tahapan pengempaan ke sand
trap tank.
14. Crude oil tank = tangki penampung sementara
15. Destoner = alat penghisap yang memisahkan batu dan benda berat
lainnya
16. Digester = tabung berisi pisau pengaduk untuk melumatkan daging
buah.
17. Distributing tank = tangki yang berfungsi mendistribusikan minyak ke
masing-masing CCT
18. Fiber = serat buah kelapa sawit
19. Fruit elevator = lift yang berfungsi untuk mentransfer brondolan hasil
penebahan ke distributing conveyor.
20. Hoisting crane = tali sling yang digunakan untuk mengangkat lori berisi
TBS hasil rebusan ke autofeeder
21. Kernel bunker = alat penyimpanan kernel
22. Kernel dryer = alat pengering kernel

50
23. Loading Ramp = lantai dengan kemiringan 40 − 45𝑜 untuk tempat
penampungan TBS kelapa sawit
24. Lori = wadah TBS kelapa sawit dengan kapasitas rata-rata 3,2
ton
25. Mixing pond = kolam pencampur
26. Nut = buah inti terdiri dari cangkang dan daging inti buah.
27. Nut polishing drum = bejana yang berfungsi untuk memoles nut agar licin dari
serat
28. Recycling tank = tangki penyimpanan minyak hasil pemisahan di sludge
separator yang selanjutnya akan diolah kembali pada
tahapan continuous clarifier tank
29. Ripple mill = alat pemecah cangkang
30. Sand trap tank = tabung dengan ujung bawah berbentuk kerucut yang
berfungsi untuk mengendapkan pasir yang terbawa pada
minyak
31. Shell cyclone fan = penghisap cangkang
32. Sludge = lumpur yang terkandung pada minyak
33. Sludge separator = alat pemisah sludge dan minyak
34. Sludge separator = alat pemisah sludge dan minyak
35. Sludge tank = tangki penyimpanan sludge
36. Sterilizer = perebusan
37. Storage tank = tangki penyimpanan crude palm oil (CPO)
38. Thresher drum = tabung berporos yang berputar dengan tujuan merontokkan
brondolan dari janjangannya
39. Transfer carriage = rel bergerak yang berfungsi untuk memindahkan lori dari
jalur pengisian ke jalur perebusan
40. Vacuum dryer = alat penghisap air yang terkandung pada minyak
41. Vibrating screen = layar bergetar yang berfungsi untuk menyaring minyak
dari serat dan kotoran
42. Wet oil tank = tempat penampungan sementara minyak yang masih
mengandung air

51
Lampiran 2. Struktur organisasi PT. Sari Aditya Loka-2,3

Administratur

Ka. Tata Usaha Kepala Kebun

PIC TBS Luar Kabag Gudang Kepala Afdeling Kepala Afdeling


SAL-2 SAL-3

Kabag HRGA

Kepala Teknik Kepala Pabrik

Kepala
Kepala Proses
Maintenance

Dokter
CDO Polibun

SHE

52
Lampiran 3. Jumlah TBS Terima, TBS Olah dan perkiraan CPO yang dihasilkan
Pabrik Kelapa Sawit PT. Sari Aditya Loka-2,3 Bulan Maret 2018 (Kg)

Maret
Perkiraan CPO yang
Tanggal TBS Terima TBS Olah dihasilkan
1 1.026.750 1.026.750 195.082.5
2 645.230 645.230 122.593.7
3 814.630 814.630 154.779.7
4 849.730 849.730 161.448.7
5 807.350 807.350 153.396.5
6 881.920 881.920 167.564.8
7 1.229.050 1.229.050 233.519.5
8 1.023.140 1.023.140 194.396.6
9 1.008.500 1.008.500 191.615
10 958.110 958.110 182.040.9
11 1.104.340 1.104.340 209.824.6
12 1.140.240 1.140.240 216.645.6
13 1.087.650 1.087.650 206.653.5
14 1.662.670 1.662.670 315.907.3
15 849.760 849.760 161.454.4
16 750.880 750.880 142.667.2
17 996.260 996.260 189.289.4
18 936.900 936.900 178.011
19 806.210 806.210 153.179.9
20 1.017.980 1.017.980 193.416.2
21 1.015.410 1.015.410 192.927.9
22 1.042.890 1.042.890 198.149.1
23 775.310 775.310 147.308.9
24 1.387.650 1.387.650 263.653.5
25 926.840 926.840 176.099.6
26 1.083.220 1.083.220 205.811.8
27 1.093.890 1.093.890 207.839.1
28 1.206.230 1.206.230 229.183.7
29 1.133.080 1.133.080 215.285.2
30 812.310 812.310 154.338.9
31 1.078.020 1.078.020 204.823.8
Total 31.152.150 31.152.150 5.918.909

53
Lampiran 4. Tahapan Proses Pengolahan TBS Kelapa Sawit Menjadi CPO di PT.
SAL-2,3

Keterangan (dari kiri): penimbangan, penyortiran, penimbunan sementara,


perebusan, penebahan, pengempaan, pelumatan, pemurnian dan pendistribusian.

54
Lampiran 5. Unit-unit Alat Mesin Pada Tahap Pemurnian di Pabrik Kelapa Sawit
PT. Sari Aditya Loka-2,3

Vibrating Screen Crude Oil Tank

Distributing Tank Continuous Clarifier Tank

Wet Oil Tank Vacuum Dryer

Storage Tank Sludge Tank

Buffer Tank Brush Strainer Sludge Separator

55
Lampiran 6. Layout Pabrik

56
Lampiran 7. Beberapa Pelaksanaan Fungsi Manajemen di PT. Sari Aditya Loka-
2,3

Pengarahan Pada Apel Pagi

Pengawasan oleh Kepala Proses dan Absen Rapat


Supervisor

57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95

Anda mungkin juga menyukai