Anda di halaman 1dari 34

KONTRAK LAND CLEARING TANPA BAKAR

KONTRAK PELAKSANAAN
PEKERJAAN PEMBUKAAN LAHAN TANPA BAKAR
UNTUK PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
antara
.........................................
dengan

_________________________________________________________________
Nomor

: .

Tanggal

: .

Pada hari ini , tanggal kami yang bertanda tangan di bawah ini
:
Nama

Alamat

Telepon

Jabatan

: ....

Dalam hal ini bertindak atas nama PT.............................................................. Akte


Notaris........................................................ dan selanjutnya disebut sebagai Pihak
Pertama.
dan
Nama

Alamat

Telepon

Jabatan

Dalam hal ini bertindak atas nama PT...............................................................Akte


Notaris ...............................................................................dan selanjutnya disebut
sebagai Pihak Kedua.
Kedua belah pihak telah sepakat untuk mengadakan ikatan Kontrak Pelaksanaan
Pekerjaan Pembukaan Lahan Tanpa Bakar untuk perkebunan Kelapa Sawit yang
dimiliki oleh Pihak Kedua yang terletak di :

Pihak Pertama bersedia untuk melaksanakan pekerjaan Pembukaan Lahan Tanpa


Bakar untuk perkebunan Kelapa Sawit, yang pembiayaannya ditanggung oleh
Pihak Kedua, dengan ketentuan yang disebutkan dalam pasal pasal sebagai
berikut:
Pasal 1
Tujuan Kontrak
Tujuan kontrak

ini

adalah

bahwa

Pihak

Pertama

melaksanakan

dan,

menyelesaikan pekerjaan Pembukaan Lahan Tanpa Bakar untuk perkebunan


Kelapa Sawit yang berlokasi tersebut diatas.

Pasal 2
Bentuk Pekerjaan
Bentuk pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh Pihak Pertama adalah sebagai
berikut :
1. Pekerjaan Perencanaan ( rencana kerja untuk setiap

item pekerjaan ,

spesifikasi material dan bahan, serta time schedule proyek ).


2. Pekerjaan Pembangunan Jalan (pelaksanaan konstruksi jalan, sesuai
dengan spesifikasi material dan bahan yang akan dilampirkan oleh pihak
pertama pada saat Pekerjaan Perencanaan selesai, dan telah disetujui oleh
pihak kedua ).
3. Pekerjaan Pembuatan Saluran Air ( pelaksanaan pemaritan, sesuai dengan
spesifikasi material dan bahan yang akan dilampirkan oleh pihak pertama

pada saat Pekerjaan Perencanaan selesai, dan telah disetujui oleh pihak
kedua ).
4. Pekerjaan Pembangunan Jembatan dan Gorong-gorong ( pelaksanaan
konstruksi jembatan dan gorong gorong, sesuai dengan spesifikasi material
dan bahan yang akan dilampirkan oleh pihak pertama pada saat Pekerjaan
Perencanaan selesai, dan telah disetujui oleh pihak kedua ).
5. Pekerjaan Pembersihan Lahan Tanpa Bakar di Blok Tanam( pelaksanaan
pembersihan lahan, sesuai dengan spesifikasi yang akan dilampirkan oleh
pihak pertama pada saat Pekerjaan Perencanaan selesai, dan telah disetujui
oleh pihak kedua ).
6. Pekerjaan Perataan Tanah untuk Pembibitan (pelaksanaan pembersihan
lahan, sesuai dengan spesifikasi yang akan dilampirkan oleh pihak pertama
pada saat Pekerjaan Perencanaan selesai, dan telah disetujui oleh pihak
kedua ).

Pasal 3
Difinisi Pekerjaan
1. Pembukaan Lahan (LC) Tanpa Bakar
Adalah salah satu kegiatan pembersihan lahan tanpa bakar untuk
perkebunan kelapa sawit dengan tahapan

tahapan pekerjaan yang sudah

ditentukan oleh pemberi kerja, sehingga jadwal tahapan kerja harus dilaksanakan
sesuai waktunya.
2. Rancangan Tata Ruang (Block Design)
Adalah Rancangan Tata Ruang perkebunan termasuk pembagian afdeling
dan terbagi atas: jaringan jalan, areal pembibitan, saluran air serta blok di tiap
afdeling.
a. Jalan utama (Main Road)

1) Adalah jalan yang menghubungkan antara satu afdeling dengan


afdeling lainnya maupun dari afdeling ke pabrik serta
menghubungkan langsung pabrik dengan dermaga dan jalan
luar/umum.
2) Jalan utama lebarnya 7 - 9 m, dilalui kendaraan lebih sering dan
lebih berat, termasuk kendaraan umum, sehingga perlu
diperkeras dengan batu. Jalan utama biasanya dibangun secara
terpadu dengan infrastruktur lain seperti perumahan, bengkel
dan kantor.
b. Jalan produksi (Collection Road)
1) Adalah jalan yang berfungsi sebagai sarana untuk mengangkut
produksi TBS dari TPH. Jalan ini terdapat diantara blok dan
berhubungan dengan jalan utama, dibuat tegak lurus terhadap
baris tanaman.
2) Jalan ini lebarnya 5 - 6 m dan pada tempat tertentu perlu
diperkeras. Untuk satu hektar diperlukan sepanjang 50 m.
c. Jalan kontrol (Control Road)
1) Adalah jalan yang terdapat di dalam setiap blok yang berfungsi
untuk memudahkan pengontrolan areal pada tiap blok dan
sebagai batas pemisah antar blok tanaman.
2) Jalan ini lebarnya 4 - 5 m dan tiap hektar membutuhkan 10 m.
d. Saluran Air
Adalah pembangunan saluran air didasarkan atas topografi lahan, letak
sumber air, dan tinggi muka air tanah. Sistem pengeluaran air berlebih
(drainase) dibuat berdasarkan kondisi areal. Untuk lahan gambut,
pengelolaan tata air sangat dominan, mengingat karakteristik lahan
gambut yang mengering dan mengkerut tidak balik (irreversible
shrinkage) apabila mengalami kekeringan.
e. Afdeling dan Blok
1) Adalah letak dan ukuran luas afdeling serta bloknya yang
disesuaikan dengan keadaan topografi lahan untuk mencapai
efisiensi pengelolaan areal yang dikaitkan dengan kemudahan
perawatan tanaman dan kegiatan panen.

2) Luas areal satu afdeling yang ideal berkisar antara 500 ha - 750
ha. Luas masing masing Afdeling tersebut akan ditetapkan
dilapangan oleh team pengukuran.
3) Luas satu blok adalah 30 ha (300 m x 1.000 m) untuk topografi
datar, sedangkan luas blok untuk daerah dengan topografi
bergelombang atau berbukit adalah 16 ha (400 m x 400 m). Luas
masing masing blok tersebut akan ditetapkan dilapangan oleh
team pengukuran.
f. Areal Pembibitan
Adalah lokasi pembibitan yang telah ditetapkan dalam Rancangan Tata
Ruang (Block Design) dengan memperhatikan beberapa ketentuan
sebagai berikut :
1) Letak dan ukuran luas areal Pembibitan adalah 100 hektar.
2) Harus dilakukan perataan tanah hingga membentuk seluruh
permukaan tanah areal pembibitan menjadi rata.
3) Harus di buat Kolam Penampungan Air untuk penyiraman.
4) Harus dibuat akses jalan yang memadai, untuk memudahkan
dalam pengawasan serta transportasi bibit dan material.
5) Harus dibuat Pagar Keliling agar terhindar dari gangguan hama,
penyakit, ternak dan manusia.
Pasal 4
Urutan Pekerjaan

Urutan pekerjaan yang disepakati oleh kedua belah pihak adalah sebagai berikut :
1. Pelaksanaan Rintisan Areal
a) Segera setelah mendapatkan kontrak pekerjaan dan SEBELUM
memulai pekerjaan di lapangan, kontraktor perlu melibatkan
surveyor untuk mengkonfirmasi hasil pemetaan rencana tata ruang
kebun dengan melaksanakan Rintisan Areal.
b) Rintisan areal sekaligus melakukan pemasangan Pancang Awal dan
dipetakan dalam gambar kerja kontraktor.
2. Pembangunan Jalan, Saluran Air dan Areal Pembibitan.

3. Pembuatan jalan dan saluran air (parit) tepi jalan adalah pekerjaan
membangun jalan Utama, jalan Produksi dan jalan kontrol diantara blok
serta parit di setiap sisi blok.
a) Jalan Utama
b) Jalan Utama sebagai akses masuk kedalam lokasi kebun
c) Jalan Utama menuju Areal Pembibitan
d) Jalan Utama yang menghubungkan antar Afdeling
e) Pengukuran dan Perataan Tanah di areal pembibitan
f) Jalan Produksi dan jalan Kontrol
g) Pembuatan Saluran air tepi jalan(pemaritan)
4. Pembukaan lahan Tanpa Bakar terdiri dari kegiatan :
a) Pengukuran dan Penataaan Blok Kebun
b) Penumbangan semua ukuran pohon
c) Patok jalur perumpukan kayu
d) Pemotongan kayu besar
e) Perumpukan kayu

Pasal 5
Harga Pekerjaan
Adapun harga pekerjaan Pembukaan Lahan Tanpa Bakar tersebut ditetapkan
menurut item pekerjaan sebagai berikut :
1. Pekerjaan Pembangunan Badan Jalan ( Tanpa Lapisan Perkerasan )
a) Jalan Utama
: Lebar bersih Badan Jalan 6 m
Lebar bersih Bahu Jalan 1 m di kiri kanan
jalan
b) Jalan Produksi

: Lebar bersih Badan Jalan 4 m


Lebar bersih Bahu Jalan 1 m di kiri kanan
jalan

2. Pekerjaan Pembuatan Saluran Air (Lebar Atas x Lebar Bawah x


Dalam)
Ukuran :
a) Parit ukuran 150 x 50 x 120 cm (Parit Pembuangan)
b) Parit ukuran 50 x 30 x 40 cm (Parit Tepi Jalan)
3. Pekerjaan Pembangunan Jembatan

a) Jembatan Type A
b) Jembatan Type B
c) Jembatan Type C
4. Pekerjaan Pemasangan gorong gorong
Gorong gorong dengan panjang 1 meter berukuran:
a) Diameter 120 cm
b) Diameter 90 cm
c) Diameter 60 cm
d) Diameter < 60 cm
5. Pekerjaan Pembersihan Lahan Tanpa Bakar (Blok Tanam)
a) Penumbangan semua ukuran pohon (Imas-Tumbang)
b) Perumpukan Sisa Tebangan
6. Pekerjaan Pembersihan Lahan Tanpa Bakar untuk Pembibitan
a) Perataan Tanah
b) Pembuatan buah Kolam Penampung Air berukuran 3 m x 3 m x
3m
Besarnya harga satuan bagi masing masing item pekerjaan dapat dilihat
pada lampiran Kontrak Pelaksanaan No 6

Harga yang ditetapkan sudah termasuk :


1) Pajak pajak yang di timbulkan atas pelaksanaan pembangunan
termasuk : Pajak kontraktor (Pph) , Ppn, Pajak Galian C dan pajak lainnya.
2) Perijinan mulai dari tingkat lurah / kepala desa, camat dan pihak lain yang
terkait (ijin galian C, ijin penggunaan jalan umum dll).
3) Pihak pertama berhak menentukan spesifikasi bahan , material dan bentuk
bangunan jembatan yang akan disesuaikan dengan keperluan dan lebar
sungai.

Pasal 6
Sistem Pembayaran
Pembayaran atas pekerjaan Pembukaan Lahan Tanpa Bakar tersebut diatas
dilakukan dalam beberapa tahap berdasarkan urutan item pekerjaan yaitu :

Tanda Jadi

: Tanda jadi sebesar 5 % ( lima persen ) yang harus

dibayarkan pada saat pekerjaan perencanaan mulai dikerjakan dan mobilisasi alat
berat dilaksanakan, yaitu pada tanggal
Downpayment

: Pembayaran sebesar 10 % x Rp .......... = Rp. ..............

(...................) yang harus dibayarkan pada saat pekerjaan pembangunan badan


jalan dan pemaritan mulai dikerjakan, yaitu pada tanggal ..
Tahapan Pembayaran :
1. Pembayaran tahap tahap selanjutnya hanya dibayarkan berdasarkan
pencapaian hasil kerja masing masing item pekerjaan (meter, hektar atau
persentasi pencapaian).
2. Pencapaian hasil kerja harus dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan
Pekerjaan (BAPP) yang ditanda tangani oleh masing masing pihak yang
ditunjuk untuk itu.
3. Pembayaran hanya akan dilaksanakan apabila pada BAPP tidak terdapat
Perintah Perbaikan Pekerjaan.
4. Pembayaran setiap BAPP dihitung setelah dikurangi tanda jadi (5%), down
payment (10%) dan retensi (5%).
Pelunasan

: Pembayaran Retensi sebesar 5% dari total Nilai Kontrak

dilaksanakan setelah berakhirnya masa pemeliharaan.

Semua pembayaran harus dilakukan melalui transfer ke rekening :


Penerima : ...............................................
Bank :
No rekening :

Pasal 7
Jangka Waktu Pengerjaan

Jangka waktu pengerjaan adalah sesuai Jadwal Pekerjaan pada lampiran kontrak
no 2 (appendix 2), dan harus dimulai terhitung setelah kontrak ini ditandatangani
oleh kedua belah pihak dan selambat-lambatnya .........hari setelah pembayaran
tanda jadi diterima oleh Pihak Pertama pada tanggal
.
Apabila terjadi keterlambatan pengerjaan pembangunan dari waktu yang telah
ditentukan, maka Pihak Pertama wajib membayar denda kepada Pihak Kedua
sebesar ....../hari. ( .............. perhari ).

Pasal 8
Perubahan
Apabila pada waktu pengerjaan pelaksanaan konstruksi terdapat perubahan
perubahan terhadap spesifikasi dan bentuk serta penambahan material, diluar dari
perjanjian yang telah disepakati oleh kedua belah Pihak, maka Pihak Kedua wajib
membayar setiap perubahan pembongkaran dan pemasangan kembali yang
nilainya perlu disepakati oleh kedua belah pihak dan dicantumkan dalam nota
kesepakatan.

Pasal 9
Masa Pemeliharaan
1. Masa pemeliharaan berlaku selama 3 bulan, setelah selesainya pekerjaan
dan terhitung sejak BAST ditanda tangani oleh kedua belah pihak.
2. Selesainya Pekerjaan ditandai dengan proses serah terima hasil pekerjaan
yang diikuti dengan penandatanganan Berita Acara Serah Terima (BAST).
a) Apabila dalam masa pemeliharaan tersebut terdapat kerusakan
yang disebabkan bukan dari pekerjaan Pihak Pertama, maka Pihak
Kedua tidak berhak menuntut Pihak Pertama untuk
mengerjakannya.
b) Namun, atas persetujuan Pihak Kedua, Pihak Pertama dapat
memperbaiki kerusakan tersebut sesuai dengan formulir perubahan

dengan biaya yang ditanggung oleh Pihak Kedua berdasarkan nilai


yang berlaku dan ditunjukkan dengan bukti bukti yang cukup.

Pasal 10
Larangan
Pihak Pertama berdasarkan surat pernyataan no.................berjanji untuk mematuhi
dengan baik metoda pembukaan lahan TANPA BAKAR dan bertanggung jawab
terhadap terjadinya pembakaran di areal lahan kerja sebagaimana tercantum
didalam kontrak, baik yang disengaja maupun tidak disengaja.
Pihak Pertama akan ikut serta menjaga kelestarian lingkungan di wilayah kerjanya
yang meliputi hal hal sebagai berikut.
a) Tempat-tempat yang harus dilindungi dan tidak diperkenankan untuk
dibuka, seperti daerah sepadan (Jalan, sungai dan pemukiman serta
kawasan hutan non APL), Pihak Pertama berjanji tidak menebang di
sepadan sungai (100 m ditepi kanan dan kiri sungai yang memiliki lebar >
50 m), dan kawasan mata air 200 m.
b) Tempat-tempat bersejarah dan makam masyarakat harus dilindungi dan
tidak diperkenankan untuk dibuka.
c) Sumber air bersih masyarakat setempat harus dilindungi dan tidak
diperkenankan untuk dibuka.

Pasal 11
Lain Lain
Pihak Pertama dan Pihak Kedua akan bersama- sama mematuhi dengan baik dan
bertanggung jawab terhadap seluruh kesepakatan kerja yang telah disetujui.
Demikian Kontrak Kerja ini telah di setujui dan di tanda tangani untuk
dilaksanakan dengan sebagai mana mestinya tanpa adanya campur tangan dari
pihak lain.
Pihak Pertama Pihak Kedua

( . )

( )

Lampiran no 1 : Spesifikasi Pekerjaan

SPESIFIKASI
PERSYARATAN UMUM
Spesifikasi ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan
kontrak pekerjaan pembukaan lahan dan terkait juga dengan hal lainnya termasuk
gambar kerja dan rancangan tata ruang kebun, di mana pekerjaan harus
dilaksanakan oleh kontraktor. Bilamana ada yang belum atau tidak tercantum
dalam spesifikasi yang telah ditetapkan, kontraktor tetap wajib melaksanakan dan
menyelesaikannya dengan benar dan memberikan manfaat sebagaimana
diharapkan oleh pemberi kerja .
Kontraktor Pembukaan Lahan
Adalah badan hukum yang diundang untuk mengikuti tender
pekerjaan pembukaan lahan tanpa bakar, dengan persyaratan sebagai berikut :

a) Memiliki akte pendirian yang sah dari Dephukham, NPWP, SIUP, dan
lain-lain yang dipersyaratkan oleh pemberi kerja.
b) Memiliki company profile.
c) Tidak sedang dalam sengketa / pelanggaran hukum yang berkaitan dengan
kebakaran hutan.
d) Berpengalaman dalam pekerjaan pembukaan lahan tanpa bakar.
e) Mematuhi semua aturan dan perundang-undangan yang berlaku serta
mematuhi specifikasi pekerjaan yang tertuang dalam TOR.
f) Bersedia menandatangani surat pernyataan kesediaan untuk menanggung
segala akibat yang muncul apabila terjadi kebakaran dalam proses
pembukaan lahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja.
g) Bersedia menyiapkan bank garansi.

STANDAR DAN PEDOMAN PELAKSANAAN


Kecuali apabila dinyatakan sebaliknya, berikut ini Peraturan dan Perundang
undangan yang ada ditempatkan sebagai landasan pokok dari pekerjaan
Pembukaan Lahan, namun apabila Peraturan dan Perundang undangan masih
dianggap kurang mendetil sebagai pedoman kerja dibandingkan standar ketentuan
yang ditetapkan oleh Pemberi Kerja, maka standar Pemberi Kerja yang akan
diutamakan:
1. Government

Regulation

Concerning

Environmental

Impacts

Assessment (Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisa


mengenai Dampak Lingkungan).
2. Ministerial decree on Agriculture Guideline on Plantation Business
Permit

(Peraturan

Menteri

Pertanian

nomor:

26/Permentan/OT.140/2/2007 tentang Ijin Usaha Perkebunan - IUP).


3. Ministerial decree on Agriculture Guideline on Oil Palm Plantation on
Peatland

(Peraturan

Menteri

Pertanian

nomor

14/Permentan/PL.110/2/2009 tentang Pedoman Pembangunan Perkebunan


Kelapa sawit di Lahan Gambut).

4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1999 tentang


Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar.
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara.
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 85 tahun 1999 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan beracun.
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 150 tahun 2000 tentang
Pengendalian Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa.
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 tahun 2001 tentang
Pengendalian Kerusakan dan atau Pencemaran Lingkungan Hidup yang
Berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan Lahan.
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Peraturan ini
diperlukan untuk dasar pengelolaan kualitas air dan pengendalian
pencemaran air akibat keberadaan rencana kegiatan.
10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2004 tentang
Perlindungan Hutan. Peraturan ini diperlukan untuk mengkaji aspek
perlindungan hutan akibat keberadaan rencana kegiatan kegiatan
perkebunan.
11. Keputusan Direktur

Jenderal

Perkebunan

Nomor

38/KB.110/SK/

DJ.BUN/05/95 tentang Petunjuk Teknis Pembukaan Lahan Tanpa


Pembakaran untuk Perkebunan. Peraturan ini diperlukan sebagai pedoman
pelaksanaan kegiatan dalam pembukaan kebun kelapa sawit oleh
perusahaan.
12. Surat Direktur Jenderal Perkebunan Nomor 824/LB.130/E.6/10/09 tentang
Prasaranan dan Sarana Pengendalian Kebakaran Kebun dan Lahan.
Keputusan tersebut dipergunakan sebagai petunjuk teknis tentang
penggunaan sarana dan prasarana untuk pengendalian kebakaran kebun
dan lahan.
13. Instruksi Gubernur Kalimantan Barat Nomor 93 Tahun 2000 tentang
Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan. Peraturan
ini dipergunakan sebagai pedoman pelaksanaan pengendalian kebakaran
hutan dan lahan.

Standar ketentuan yang ditetapkan oleh Pemberi Kerja memberikan


pedoman yang memadai pada setiap aspek operasi penyiapan lahan dan telah
sesuai pada rancangan tata ruang kebun. Kontraktor bertanggung jawab untuk taat
atas langkah-langkah keselamatan kerja yang tepat dan baik dalam teknik
pelaksanaannya, termasuk pengujian prototipe untuk memverifikasi desain
jembatan dan jalan. Jika dalam pelaksanaannya, kontraktor ragu-ragu atas
ketepatan desain jembatan dan kostruksi jalan, maka Kontraktor diperkenankan
merubah dalam praktek di lapangan, namun harus melibatkan

Insinyur

Profesional yang kompeten dan berpengalaman sesuai keahlian yang diperlukan


termasuk untuk mengawasi pelaksanaanya.
TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR
1. Kontraktor harus memberikan penawaran harga untuk menyelesaikan
pekerjaan penyiapan lahan baik untuk sebagian pekerjaan atau untuk
semua pekerjaan yang diperlukan sesuai persyaratan, ketentuan dan
spesifikasi yang diberikan oleh pemberi kerja.
2. Kontraktor
wajib
melakukan
investigasi

lahan(anweising),

mempersiapkan rencana kerja yang memadai, memberikan masukan yang


berkaitan dengan aspek hukum, pelaksanaan pekerjaan, menguji,
memonitor dan wajib membongkar semua bangunan sementara (bedeng,
jembatan darurat dll) yang dibuat untuk memperlancar kerjanya.
3. Kontraktor harus mempunyai Metode Kerja yang selaras dengan
pelestarian lingkungan dan mentaati

ketentuan ketentuan dan aturan

hukum Indonesia dan setempat yang berlaku seperti pembukaan lahan


tanpa bakar, pembukaan kawasan hutan, pengambilan dan pemanfaatan
kayu, penggalian tanah, pelanggaran tapal batas lokasi kerja, penggalian
situs, makam, polusi air baku masyarakat, atau pembongkaran jalan,
bangunan dan fasilitas masyarakat umum.

Kepatuhan kontraktor atas batasan-batasan ini tidak membebaskannya dari


tanggung jawab nya untuk memperbaiki semua kerusakan yang
diakibatkan oleh pekerjaan pembukaan lahan.
4. Kontraktor harus menetapkan semua langkah yang diperlukan sesuai
urutan metode kerjanya sebelum memulai pekerjaan pembukaan lahan.
Sepanjang

diperlukan didalam metode kerjanya, kontraktor harus

memverifikasi dan melengkapi laporan survey tanah dan informasi lain


yang telah disediakan dalam tender dokumen.
5. Kontraktor harus melakukan pra-study untuk menetapkan dari mana
dimulainya pekerjaan dan memverifikasi tingkat kritis atas semua tata
guna lahan yang ada di sekitar lokasi kerja yang bisa terkena dampak oleh
pekerjaan pembukaan lahan, dan merencanakan semua langkah yang
diperlukan baik sementara atau bersifat permanen guna mengalihkan atau
melindungi dengan membuat batas kerja agar terhindar dari hukum adat /
otoritas lokal.
Pelanggaran pada wilayah yang harus dilindungi dan berakibat terkena
hukum adat/otoritas lokal, tidak akan membebaskan Kontraktor dari
tanggung jawabnya untuk tetap menyelenggarakan pekerjaan dengan
sukses.
6. Kontraktor wajib menyiapkan secara lengkap dan memadai recana kerja,
gambar kerja, spesifikasi, metode pelaporan, urutan dan jadwal kerja untuk
semua item pekerjaan serta rencana pengamanan, agar aman dilakukan dan
dijaga agar memberi dampak gangguan minimal terhadap masyarakat,
terutama rumah , jalan dan properti lainnya.
7. Kontraktor harus menunjuk seorang Pimpinan

Lapangan

yang

bertanggung jawab untuk mengawasi semua pekerjaan baik yang


sementara maupun yang bersifat permanen agar memenuhi persyaratan
desain dan spesifikasi.
Semua desain, gambar kerja, target kerja, urutan dan jadwal pelaksanaan
harus memperoleh persetujuan dari pemberi kerja dan pihak kontraktor
akan memperoleh salinan yang sama sebelum pekerjaan dimulai.
8. Kontraktor harus mendokumentasikan seluruh dokumen yang sudah
ditanda tangani oleh pemberi kerja , yang kelak akan diperlukan apabila

ada pemeriksaan instasi terkait atau LSM pada pekerjaan pembukaan


lahan. Dalam hal ini, pelaksana lapangan dari pihak kontraktor wajib
memenuhi semua persyaratan dalam peraturan dan perundang-undangan
yang berkaitan dengan pembukaan lahan.
9. Kontraktor bertanggung jawab untuk mengajukan revisi disain lengkap
terinci yang sudah ditanda tangani oleh minimal direktur perusahaan
kontraktor dan harus memperoleh persetujuan pemberi kerja sebelum
melaksanakan perubahan dilapangan.
Perubahan di lapangan yang dilaksanakan

sebelum memperoleh

persetujuan dari pemberi kerja dan ternyata berdampak negatif baik


terhadap masyarakat lokal maupun melanggar peraturan pemerintah,
sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor.
10. Kontraktor dan pimpinan lapangan harus mengawasi kinerja semua
pekerjaan dan memantau kemajuan kerja, termasuk pengawasan atas
parameter terkait seperti banjir dll. Semua pengukuran kinerja harus
dicatat dan tersedia setiap saat diperlukan untuk diperiksa oleh pemberi
kerja.
11. Kontraktor bertanggung jawab untuk melaksanakan pekerjaannya dengan
lengkap sesuai target, jadwal dan tepat waktu.
12. Kontraktor tidak dibenarkan menyimpang dari desain dan spesifikasi yang
diberikan oleh pemberi kerja kecuali penyimpangan tersebut telah
disetujui oleh pemberi kerja.
13. Kontraktor bertanggung jawab terhadap semua kerusakan dan kecelakaan
kerja yang disebabkan oleh kegagalannya untuk mengadopsi tindakan
pencegahan dan keselamatan kerja yang memadai untuk melaksanakan
pekerjaan dengan baik dan tepat waktu.
14. Kontraktor harus membongkar semua bentuk bangunan sementara setelah
menyelesaikan semua pekerjaan dan sebelum proses serah terima
pekerjaan, kecuali bangunan sementara tersebut telah disetujui oleh
pemberi kerja untuk tidak dibongkar.
PERATURAN PEMERINTAH DAN PERATURAN LAINNYA

Kontraktor berkewajiban dan bertanggung jawab untuk melaksanakan


pembukaan lahan secara taat hukum sesuai dengan peraturan pemerintah
Indonesia dan pemerintah setempat yang berkaitan dengan pembukaan lahan dan
sesuai dengan hukum yang berlaku di lingkungan masyarakat adat.

KONDISI DAN KENDALA LAPANGAN


Kontraktor yang telah mengajukan penawaran harga pekerjaan
pembukaan lahan kepada pemberi kerja dianggap telah melakukan pre survey
(anweising) dan sepenuhnya telah mengenal keadaan umum wilayah kerja,
potensi kendala dan luas wilayah kerja.
Isi Kontrak yang disiapkan oleh pemberi kerja sudah didasarkan pada
pemahaman bahwa setiap kontraktor pemenang tender telah menghitung semua
kemungkinan biaya yang timbul akibat dari sifat, tingkat kesulitan dan kondisi
lapangan yang akan dibuka, termasuk hambatan cuaca atau kondisi iklim, kondisi
tanah dan topografi, akomodasi, aksesibilitas dan kondisi jalan , kondisi sosial dan
aturan adat setempat.

Kontraktor pemenang
penyelesaian

harus menetapkan target waktu

pekerjaan

dengan

memperhitungkan

kemungkinan munculnya kendala kendala pelaksanaan di

lapangan.
Kontraktor harus memastikan bahwa metodenya dalam
pekerjaan

pembukaan

lahan

sesuai

dan

aman

untuk

dilaksanakan di lapangan.
Kontraktor harus membebaskan Pemberi Kerja terhadap setiap
beban, kewajiban, kerugian, klaim atau proses hukum yang
mungkin dikenakan sebagai akibat kerusakan pada properti,
atau kerusakan lainnya dari hasil kerja kontraktor, termasuk

cedera atau kecelakaan kerja baik pekerja atau masyarakat


lainnya.
AKSES MENUJU PROYEK
Kontraktor bertanggung jawab untuk memenuhi

semua aturan,

perundang-undangan yang berlaku dan aturan adat setempat dalam hal pembuatan
jalan masuk atau penggunaan jalan desa untuk masuk kedalam proyek
perkebunan.
Kontraktor harus mematuhi secara ketat dan cermat segala kondisi
yang melekat pada persetujuan ini, terutama yang berkaitan dengan penggunaan
tanah milik masyarakat. Penggunaan Akses jalan umum atau jalan desa itu harus
dipelihara, agar tetap baik dan aman setiap saat dapat digunakan oleh masyarakat
setempat.
DATA TANAH
Laporan hasil survey tanah disediakan oleh pemberi kerja kepada
Kontraktor sebagai informasi awal. Laporan hasil survey tanah dimaksudkan
hanya sebagai panduan awal dan perkiraan sifat fisik tanah.
Laporan survey tanah yang disampaikan hanya untuk mengidentifikasi
kondisi kesuburan dan kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa sawit.
Pengambilan contoh tanah dilakukan pada beberapa titik secara perwakilan bagi
jenis tanah yang serupa, sehingga kondisi aktual di areal tertentu mungkin
ditemukan berbeda dari yang dilaporkan. Mengingat keterbatasan yang melekat
pada laporan survey tanah, Kontraktor wajib melakukan kajian ulang dan
melakukan interpretasi sendiri atas informasi yang diberikan dan semua aktifitas
ini termasuk dalam biaya yang di hitung dalam penawaran harga sehingga semua
hal tentang kondisi tanah yang berkenaan dan yang diperlukan oleh kontraktor
dapat terpenuhi sehingga menjamin penyelesaian yang memuaskan dan menjamin
keamanan kerja dalam pelaksanaan pembukaan lahan.

Keterbatasan laporan survey tanah tidak dapat dijadikan alasan untuk


mengulur waktu penyelesaian pekerjaan. Pemberi kerja tidak akan memberi ekstra
atau perpanjangan waktu penyelesaian pekerjaan dan tidak akan memberikan
tambahan pembayaran untuk perpanjangan waktu kerja ini.
Kontraktor harus melakukan verifikasi sendiri atas ketinggian muka air
tanah. Tidak ada klaim yang akan dipertimbangkan untuk memompa atau
menguras air yang diperlukan berkaitan dengan pekerjaan konstruksi jalan dan
pembuatan jembatan. Kontraktor harus memberikan harga penawaran yang final ,
karena biaya tambahan apapun untuk mendukung dan menstabilkan permukaan
tanah tidak akan dipenuhi diluar harga kontrak yang telah disepakati.
RINTISAN AREAL DAN PEMANCANGAN
Segera setelah mendapatkan kontrak pekerjaan dan SEBELUM dimulai
dengan pekerjaan di lapangan, kontraktor perlu melibatkan surveyor untuk
mengkonfirmasi hasil pemetaan rencana tata ruang kebun dengan melaksanakan
Rintisan Areal.
Rintisan Areal harus serupa dengan rintisan pada Rancangan Tata
Ruang Kebun, yang secara akurat di implementasikan di lapangan. Rintisan areal
sekaligus melakukan pemasangan Pancang Awal dan dipetakan dalam gambar
kerja kontraktor.
Berdasarkan peta hasil rintisan dibuat perencanaan jalan, lokasi
pemondokan sementara, pembagian blok besar dan kecil untuk persiapan
pekerjaan, arah pembukaan lahan dan lain-lain.
Rintisan areal dan Pemancangan awal

harus difokuskan tapi tidak

terbatas pada hal hal berikut:


a) Tempat-tempat yang akan dibangun jalan dan parit kebun (saluran air)
serta afdeling dan blok kebun sesuai tahapan areal yang akan dibuka.
b) Rencana pembuatan jaringan jalan harus selaras dengan desain kebun
secara keseluruhan, yang disesuaikan dengan kondisi topografi dan
kebutuhan kebun.

c) Tempat-tempat yang harus dilindungi dan tidak diperkenankan untuk


dibuka, seperti daerah sepadan (Jalan, sungai dan pemukiman serta
d)
e)
f)
g)

kawasan hutan non APL).


Tempat perumpukan hasil tebangan dan sisa sisa tebangan.
Tempat-tempat bersejarah dan makam.
Sumber air bersih masyarakat setempat.
Kondisi jalan yang ada dan tingkat kesesuaian dengan rancangan tata
ruang kebun.
PEMBUKAAN LAHAN TANPA BAKAR
Kegiatan pembukaan lahan hanya dilakukan pada lahan yang secara

yuridis dan de facto telah memperoleh Hak Usaha sesuai sesuai tahapan yang
diatur pada undang undang dan peraturan yang berlaku. Teknik pembukaan lahan
yang akan dilaksanakan mengacu pada Surat Keputusan Dirjen Perkebunan No.
38/KB/110/SK/BJ.BUN/05.95, tentang Petunjuk Teknis Pembukaan Lahan Tanpa
Pembakaran untuk Pengembangan Perkebunan. Pembukaan lahan dilakukan pada
lahan yang secara yuridis dan de facto telah menjadi hak usaha perkebunan,
dengan memperhatikan peraturan yang berlaku, seperti tidak menebang di
sempadan sungai (100 m ditepi kanan dan kiri sungai yang memiliki lebar > 50
m), dan kawasan mata air 200 m sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 32
tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, dan tidak melakukan
pembukaan pada lahan gambut dengan kedalaman > 3 m sesuai dengan Peraturan
Menteri Pertanian Nomor 14 tahun 2009 tentang Pedoman Pemanfaatan Lahan
Gambut Untuk Budidaya Kelapa Sawit.
Pembukaan lahan Tanpa Bakar terdiri dari kegiatan :

Pengukuran dan Penataaan Blok Kebun


Pengukuran dan Penataaan Blok Pembibitan
Penumbangan semua ukuran pohon
Patok jalur perumpukan kayu
Pemotongan kayu besar
Perumpukan kayu
Pembuatan Jalan dan Parit
Pembuatan Jembatan dan Gorong-gorong

Pembuatan teras
Pembukaan lahan Tanpa Bakar tersebut akan meliputi tapi tidak terbatas

pada pohon, tunggul (bagian di atas tanah), kayu tumbang, semak-semak, alang
alang dan vegetasi lain yang tidak diinginkan. Kondisi areal yang akan dibuka
tidak selalu sama baik ditinjau dari segi vegetasi, topografi, tata guna lahan dan
drainasenya.
Berdasarkan keadaan vegetasi, ada beberapa kondisi yaitu:
a) Hutan sekunder :
Hutan yang pernah dikelola manusia, dengan kerapatan pohon lebih
sedikit dan terdapat pohon yang telah ditanam.
b) Areal Lalang :
Areal bekas perladangan yang telah ditinggal dan ditumbuhi alang-alang.
c) Hutan Campuran/Areal Konversi :
Areal yang sebelumnya diusahakan dengan komoditi tertentu misal bekas
karet, kopi, kelapa sawit dan lain-lain.
Pembukaan Lahan Areal Alang-alang
Pembukaan areal alang-alang dan semak harus dilakukan dengan cara
kimia kecuali di areal gambut penggunaan bahan kimia tidak diperbolehkan.
Pembukaan areal dengan cara kimia hanya dapat dilakukan oleh kontraktor yang
sudah berpengalaman dalam menghitung kebutuhan racun alang-alang, memiliki
alat penyemprot dan memiliki tenaga kerja berpengalaman yang selalu tersedia
pada waktu rotasi tiba.
PENGUKURAN DAN PENATAAN BLOK KEBUN

Pengukuran dan penataaan blok yang dimulai dengan penentuan batas


areal, setelah itu dibuat rintisan untuk jalur pengukuran dan pemasangan

patok.
Patok yang dicat putih dipasang setiap jarak 25 m dan patok warna merah
dipasang di setiap sudut blok.

Tinggi patok harus minimum 1 meter dari permukaan tanah.

PENUMBANGAN POHON

Adalah pekerjaan penumbangan semua ukuran pohon termasuk anak kayu

dan semak belukar harus dibersihkan dari areal tanam.


Penumbangan dilakukan dengan menebang pohon kayu dengan ketentuan

sebagai berikut :
a. Diameter 10- 20 cm, tinggi penebangan 40 cm.
b. Diameter 21-30 cm, dipotong dengan ketinggian maksimum 60 cm .
c. Diameter 31-75 cm,dipotong dengan ketinggian maksimum 80 cm.
d. Diameter >75 cm, dipotong dengan ketinggian 100 cm.
Menumbang pohon dilakukan arah utara - selatan pada areal datar,
penumbangan pohon kearah jurangan atau rendahan pada areal

bergelombang berbukit.
Tunggul kayu bekas penebangan yang berada pada jalur tanam harus
dibongkar pada saat tahapan pekerjaan perumpukan dan penimbunan kayu
ke jalur penimbunan dengan menggunakan bulldozer.

Metoda Semi - Mekanis


Metoda ini dilakukan dengan kombinasi manual (Chain saw dan Alat Berat),
a. Imas (Underbrushing)
Semua tunggul dengan diameter lebih kurang 10 cm harus dipotong
hingga tingginya tidak lebih dari 15 cm dari tanah.
b. Tebang dengan Chainsaw
Penumbangan dengan alat Chainsaw harus mengikuti ketentuan
sebagai berikut :
Diameter pohon 28 60 cm di potong pada ketinggian 45 cm

hingga 75 cm dari atas tanah.


Diameter pohon 60 100 cm di potong pada ketinggian 90 cm
hingga 120 cm dari atas tanah.

Diameter pohon diatas 100 cm di potong pada ketinggian 180

cm dari atas tanah.


c. Pembersihan Patahan pohon kayu
Semua pohon tumbang dan patahannya yang jatuh ke sungai, parit atau
ke rendahan, harus dikeluarkan dan di cincang oleh kontraktor
pelaksana. Penumpukan batang kayu hasil tumbangan harus teratur
diletakan di daerah rumpukan yang telah ditetapkan .
d. Pembersihan
Pembersihan kayu dan anak kayu yang masih tertinggal harus terus
dilakukan hingga benar-benar bersih.
Keselamatan Kerja
Yang perlu diperhatikan adalah :
1) Sebelum menebang kayu :
Jangan berjalan dengan chainsaw yang sedang menyala.
Buat jalur keluar untuk menyelamatkan diri.
Jika menebang pohon mati, periksa lapuknya kayu atau cabang
pohon yang rapuh sebelum menebang.
Buang tumbuhan perambat (akar) pada pohon sebelum menebang.
2) Ketika Menebang
Tebang pohon dengan membuat takik rebah dan takik balas.
3) Setelah Menebang
Berdiri di atas log bagian atas ketika melakukan pemotongan kayu

besar (bucking).
Sisa hasil Tebangan dan Pembersihan Lahan TIDAK BOLEH
DIBAKAR

Pemancangan jalur perumpukan kayu


Adalah pekerjaan mengukur dan memasang patok jalur perumpukan
kayu. Patok jalur perumpukan kayu ini dibuat untuk memudahkan pekerjaan
merumpuk kayu ke tempat yang ditentukan.

Patok rumpukan dibuat searah barisan tanaman dengan jarak + 18 m arah utara selatan. Hal ini bertujuan agar diantara dua baris rumpukan ada dua baris
tanaman.
Pekerjaan dilakukan dengan tahapan dan ketentuan sebagai berikut :

Penentuan posisi jalur perumpukan yang sejajar dengan jalur tanam.


Jalur perumpukan kayu dibuat selang dua baris tanaman.
Jalur perumpukan kayu berada diantara jalur tanam.
Pemasangan patok perumpukan harus dengan tinggi 3 m setiap 25 m dan
dicat kuning

Pemotongan kayu besar


Pohon yang telah ditumbang dipotong sepanjang masing masing bagian
maksimum 2 m dengan menggunakan Chainsaw. Pemotongan ini bertujuan untuk
mempermudah proses perumpukan dan pengangkutan.
Perumpukan kayu
Perumpukan kayu adalah pekerjaan mendorong dan menimbun kayu
yang telah tumbang ke jalur penimbunan yang telah ditetapkan dalam Rancangan
Blok Kebun. Pekerjaan ini dimaksudkan untuk membuka lahan diantara dua jalur
perumpukan yang masih ditutupi kayu dan tunggul yang telah ditumbang.
Semua kayu tumbangan dan tunggul diantara jalur perumpukan harus
digusur dan ditimbun dengan bulldozer ke jalur perumpukan. Rumpukan kayu
harus disusun sama tingginya.
Note : Hasil pekerjaan adalah lahan tempat penanaman sudah bersih
terbuka dan jalur tanam harus bebas kayu dan tunggul.
PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN DAN PARIT

Pembuatan jalan dan parit adalah pekerjaan membangun jalan diantara


blok dan jalan blok serta parit di setiap sisi blok.
Berdasarkan fungsinya, jaringan jalan pada lahan tanam kelapa sawit terdiri 3
jenis yaitu:
1) Jalan Utama (Main Road)
Letak
: di dalam atau di luar lokasi kebun
Waktu

pembangunan dan peningkatan badan jalan (dengan

perkerasan) pada masa TBM.

Pelaksanaan pengerasan pada TBM-I

sekitar 40%, TBM-II dan TBM-III masing-masing 40% dan 20%.


Konstruksi

badan jalan dikeraskan dengan sirtu/batu belah 5/7

dengan ketebalan 7 cm dan lebar jalan 6 - 9 m.


2) Jalan Produksi (Collecting Road)
Letak
sebagai

: posisi jalan terdapat didalam blok tanaman dan Berfungsi


tempat

pengumpul hasil

/produksi yang dihasilkan dari

tanaman di blok.
Waktu

pembangunan jalan dilakukan pada tahun 0, tanpa

perkerasan.
Konstruksi

: pembentukan badan jalan dilakukan dengan laterite. Lebar

bersih badan jalan 4 meter .


3) Jalan Kontrol
Letak
: di dalam areal tanaman dengan arah silang

Utara -

Selatan dan Timur Barat.


Waktu
: pada saat TBM I semester I.
Konstruksi
: lebar jalan 4 m, konstruksi dicangkul/diratakan, kondisi
tetap bersih.
Note : Hasil pekerjaan adalah setiap blok memiliki jalan dan merupakan
jalan blok yang tetap.
Jembatan dan Gorong-gorong

Pada daerah yang terdapat aliran-aliran sungai, pembuatan jaringan jalan


diusahakan melalui bagian sungai yang tersempit, agar pembangunan jembatan
lebih mudah dan efisien. Pada sungai kecil dan dangkal cukup dibuat goronggorong. Pada tempat-tempat yang rendah dan tempat penyaluran air dari parit agar
dibuatkan gorong-gorong sesuai dengan ukuran parit. Jenis gorong-gorong yang
umumnya digunakan adalah gorong-gorong yang terbuat dari semen, akan tetapi
jika memungkinkan disarankan agar menggunakan gorong-gorong yang terbuat
dari PVC.
Tanah timbunan gorong-gorong minimal harus setebal gorong-gorong,
agar jangan pecah jika dilalui kendaraan. Sebagai contoh gorong-gorong dengan
ukuran 60 cm ditimbun dengan tanah minimal 60 cm. Jalan dan tanah diatas
gorong-gorong harus rata.
Tanah timbunan gorong-gorong minimal harus setebal gorong-gorong,
agar jangan pecah jika dilalui kendaraan. Sebagai contoh gorong-gorong dengan
ukuran 60 cm ditimbun dengan tanah minimal 60 cm. Jalan dan tanah diatas
gorong-gorong harus rata.
Pembuatan teras
Pembuatan teras adalah tindakan pengawetan tanah secara manual dan
mekanis yang dilakukan pada areal dengan bentuk wilayah berombak sampai
berbukit dengan kemiringan lereng 15 - 30% yaitu dengan pembuatan teras
kontour, teras individu (tapak kuda) dan rorak.

Pembuatan teras individu adalah pekerjaan membangun teras tapak kuda

secara manual pada areal yang bertopografi berombak dan bergelombang.


Teras individu sangat diperlukan untuk tindakan konservasi tanah
sekaligus sebagai tempat tanam, yang dibuat dengan diameter 4m dengan

posisi miring kearah dinding bukit.


Bangunan teras kontur dibuat dengan lebar 4 m pada areal yang
bertopografi berbukit menggunakan bulldozer, membentuk sudut minimal
8 - 10.

Penentuan cara pengawetan tanah didasarkan atas kemiringan lereng sebagai


berikut :

Datar-berombak, kemiringan lereng : < 8%


Berombak-bergelombang, kemiringan : 15%
Bergelombang-berbukit, kemiringan lereng : 15-30%
Berbukit-bergunung, kemiringan lereng > 30%.

Pembangunan Saluran Air


Pembangunan saluran air didasarkan atas topografi lahan, letak sumber
air, dan tinggi muka air tanah. Sistem pengeluaran air berlebih (drainase) dibuat
berdasarkan kondisi drainase areal. Untuk lahan gambut, pengelolaan tata air
sangat dominann mengingat karakteristik lahan gambut yang mengering dan
mengkerut tidak balik (irreversible shrinkage) apabila mengalami kekeringan.
Terdapat beberapa jenis parit drainase, antara lain :
a.
b.
c.
d.
e.

field drain
collection drain
main drain
out-let drain (parit pembuang keluar)
parit jalan

Jenis dan ukuran parit yang diperlukan :


No.

Jenis parit

1.
2.
3.
4.
5.

Field drain
Collection drain
Main drain
Outlet drain
Parit jalan

Lebar (m)
Permukaan
Dasar
1,5
0,5
2,0
0,6
3,0
1,0
3,0
1,0
0,5
0,3

Dalam (m)
1,2
1,5
1,5
2,0
0,4

Penanaman kacangan penutup tanah

Kacangan penutup tanah ditanam pada lahan yang sudah terbuka diantara

jalur penimbunan kayu.


Bahan yang digunakan yaitu jenis benih kacangan dengan daya tumbuh
minimal 90%. Antara lain Peuraria javanica (PJ) Calopogonium
mucunoides (CM) Centrosema plumeria (CPL) Calopogonium

caerulium (CC) Centrocema pubescens (CP).


Kacangan ditanam 2-3 baris diantara jalur tanam.
Setelah 3 bulan, lahan harus sudah tertutup oleh kacangan dengan tingkat
penutupan +/- 75%.
PENGGALIAN TANAH UNTUK MENIMBUN JALAN
Semua galian TANAH untuk penimbunan jalan harus dilakukan untuk

memenuhi seluruh panjang jalan yang dirancang, kedalaman galian, dan materi
tanah yang dapat ditemukan untuk timbunan adalah bukan material gambut.
Penghindaran Material yang Tidak COCOK
Jenis tanah galian harus disampaikan kepada Pemberi kerja dan materi
tanah yang tidak cocok akan ditentukan agar tidak digunakan untuk timbunan.
Penggalian SumberTanah
Apabila materi tanah galian ditepi rencana pembuatan jalan tidak cocok,
maka sebelum mengajukan penawaran pada tender, kontraktor wajib dan dianggap
telah memeriksa ke area dimana terdapat sumber tanah baik dan dapat
memastikan bahwa sifat dari jenis material yang akan digali adalah cocok untuk
digunakan menimbun jalan.

Selanjutnya dalam spesifikasi ini, Kontraktor harus bertanggung jawab untuk:


1. Memperoleh ijin untuk penggalian tanah (Ijin Galian C) dari instansi
terkait dan Ijin dari pemilik tanah.
2. Menerapkan metode yang memadai untuk penggalian, mengikuti urutan
kerja yang aman dan menggunakan standar yang tepat dari pengerjaan
yang berhubungan dengannya.
3. Memberikan perlindungan yang memadai dari semua akibat penggalian
terutama dari longsor dan ambles yang dapat mengganggu lingkungan
sekitar.
4. Jika Pemberi kerja menganggap metode dan urutan penggalian tidak
memadai , maka Pemberi kerja berhak menolak proposal penggalian.
Setiap penolakan tersebut tidak akan membebaskan Kontraktor dari
tanggung jawabnya sebagaimana didefinisikan di atas, dan dalam hal
demikian, Kontraktor harus menanggung semua tambahan biaya dan
mundurnya waktu akibat perubahan metode alternatif yang lebih
memuaskan dari penggalian untuk memenuhi persyaratan spesifikasi ini.
5. Pemberi kerja berhak untuk memerintahkan penggalian dan pekerjaan
konstruksi yang akan dilaksanakan ditunda demi meminimalkan bahaya
akibat metoda penggalian yang salah dan akan mempengaruhi stabilitas
dari setiap tanah di dekatnya. Kontraktor tidak dibenarkan melakukan
klaim untuk pembayaran tambahan atau penguluran waktu pada account
ini. Di mana pun dilakukan dan demi keselamatan para pekerja dan
petugas lain di lapangan, barikade dan pelindung yang memadai harus
disediakan mencakup sekitar penggalian.
6. Apabila pekerjaan jalan telah selesai, semua bekas penggalian harus
ditimbun kembali atau-diratakan. Kontraktor harus sepenuhnya
bertanggung jawab atas biaya dan waktu ekstra pekerjaan tambahan
tersebut.
7. Dalam pekerjaan pemotongan bukit untuk tujuan membentuk Teras,
kontraktor wajib untuk melakukan pemotongan bukit dimulai dari atas
bukit dan turun kebawah secara bertahap. Dalam situasi ini, kontraktor

wajib untuk memperhitungkan kemungkinan keruntuhan dari massa


tanah.
Formasi Permukaan Badan Jalan
Basis dari semua pembentukan badan jalan, adalah penimbunan lapis
demi lapis, diratakan, dan dipadatkan untuk membentuk formasi yang solid untuk
kemudian tidak boleh digunakan selama 1 bulan sebelum benar benar kompak.
Kontraktor harus memberikan minimal 2 x 24 jam pemberitahuan kepada
Pemberi kerja sebelum penyerahan hasil kerja, sehingga pemeriksaan dapat
dilakukan. Pemeriksaan hasil kerja pembangunan jalan adalah dengan menguji
daya dukung yang diperlukan dan / atau memiliki minimum ketebalan timbunan
yang ditetapkan.
Pemberi kerja

akan memerintahkan perbaikan dimana perlu dan

Kontraktor harus bertanggung jawab penuh atas biaya dan waktu pekerjaan
tambahan tersebut.
Penanganan dan Pembuangan Bahan Galian yang Tidak Dipakai
Bahan galian yang tidak dipakai dan tidak diperlukan untuk menimbun
harus diangkut dari area badan jalan untuk dibuang dilokasi yang telah disetujui
oleh Pemberi Kerja.
Kontraktor harus menjaga dan mencegah tumpahan atau mengotori jalan
publik selama operasi pembangunan jalan, dan membayar seluruh tindakan yang
berhubungan dengannya.
PENIMBUNAN
Penimbunan harus dilakukan sesuai batas patok lebar jalan dan batas
patok tinggi timbunan sebelum pemadatan.

Bahan Timbunan
Secara umum, material timbunan harus juga dinilai cocok dan disetujui
oleh the Pemberi Kerja. Menimbun dengan bahan berbahaya harus tidak
digunakan pada setiap lokasi atau bagian dari badan jalan.
Bahan timbunan yang tidak cocok harus mencakup namun tidak terbatas pada:
1. Semua bahan yang mengandung humus, kayu, gambut atau zat kuyup.
2. Bahan yang dari bekas timbunan besi tua.
3. Bahan dari lokasi yang terkontaminasi.
Pemadatan Timbunan
Penimbunan umumnya harus dilakukan lapis demi lapis dengan material
yang seragam dan dipadatkan di setiap lapisannya. Pemberi Kerja harus di
informasikan sebelum lapisan berikutnya diterapkan. Ketebalan setiap lapisan
tidak lebih tinggi dari 200 mm hingga 300mm tergantung pada jenis mesin
pemadatan.
Pemadatan tidak boleh dilakukan ketika bahan timbunan terlalu kering
atau basah. Dalam kasus timbunan yang terlalu kering perlu dilakukan
penyemprotan air pada tanah timbunan agar kandungan air pada timbunan akan
meningkat dan mudah dipadatkan dengan seragam.
Dalam kasus timbunan yang basah, bahan harus didiamkan terjemur
matahari mencapai kekeringan yang memadai sebelum dipadatkan. Apabila
Kontraktor gagal melakukan pemadatan yang memadai di setiap lapisan
timbunan, kontraktor tidak akan diizinkan untuk melanjutkan dengan lapisan
berikutnya tanpa peretujuan Pemberi Kerja dan tidak ada klaim akibat waktu yang
hilang atau waktu ekstra yang diperlukan sehubungan perlakuan ulangan.

Lampiran no 2 : Spesifikasi Teknis


Pembentukan Badan Jalan

SPESIFIKASI TEKNIS
Pembentukan Badan Jalan
1. Jalan Utama ( Main Road )
Badan Jalan
: 6,0 m ( BERSIH )
Bahu Jalan
: 1,0 m
Parit pinggir jalan
: 0,5 m
2. Tebal Perkerasan Jalan Utama
Tebal Batu Gamping atau Batu Pecah 20 cm padat.
Tebal Sirtu 5 cm padat

3. Jalan Produksi (Collecting Road)


Badan Jalan
: 4,0 m ( BERSIH )
Bahu Jalan
:1m
Parit pinggir jalan
: 0,5 m

Daerah Milik Jalan

Anda mungkin juga menyukai