Anda di halaman 1dari 30

Teknik Peledakan

Bahan peledak pada dasarnya diciptakan, dibuat dan dipergunakan untuk


pertahanan dan peralatan perang oleh militer. Dengan berkembangnya teknologi,
bahan peledak juga digunakan untuk membantu operasi penambangan dan
pekerjaan teknik sipil yang dikenal dengan Bahan Peledak Komersial atau Bahan
PeledakIndustri
Dalam dunia pertambangan bahan peledak digunakan untuk membongkar batubatuan yang keras (tambang kuari), pemotongan bukit yang berbatu, pembuatan
terowongan bawah tanah, pembuatan ruang tambang bawah tanah, terowongan
bawah air, peledakan batu bara, penggalian bijih emas, perak, tembaga, besi, timah,
nikel, manganese, aluminium, pekerjaan eksplorasi minyak, pembuatan jalan raya,
pembuatan waduk dan saluran irigasi, pembuatan batu fondasi dan sebagainya.
Seorang ahli tambang dituntut suatu keterampilan dan kehati-hatian dalam
penanganan bahan peledak. Bahan peledak tidak boleh diperlakukan dengan kasar
atau sembrono mengingat sifatnya yang sensitif. Selain penangannya harus hatihati, membawa dan menyimpannya pun (handling) perlu perlakuan khusus, agar
sifat sensitifnya terhindar dari pengaruh-pengaruh luar yang ekstrim, seperti kena
panas, benturan, gesekan, kejatuhan benda, nyala api, petir, gelombng radio, sinyal
handphone yang dapat menyebabkan bahan peledak tersebut meledak sebelum

dipergunakan (premature blasting), yang akan membahayakan jiwa dan orang lain
yang menyertainya. Karena bahan peledak ini sangat berbahaya, maka tidak
diperdagangkan secara bebas. Segala sesuatu yang berhubungan dengan
penggunaan bahan peledak harus mempunyai izin dari pihak kepolisian (Mabes
Polri), termasuk penggunaan untuk Industri Pertambangan.
Sejarah Bahan Peledak
Bahan peledak telah dikenal manusia sejak abad ke 13 oleh bangsa Cina jaman
dinasti Sung, terutama sebagai mesiu atau serbuk hitam, yang dikenal dengan
nama black powder. Roger Bacon (1242) telah menulis formula dari black powder.
Berthold Schwarz (1300) juga menulis tentang black powder sebagai senjata api.
Tiga abad kemudian Kasper Weindl (1627), untuk pertama kalinya black powder
digunakan pada operasi penambangan di Hungaria. Amerika ( 1675) membangun
pabriknya di Massachusetts. Selanjutnya Inggris (1689) menggunakan bahan ini
untuk

penambangan

timah.

Begitu

juga

dengan

Switzeland

(1696)

menggunakannya untuk konstruksi jalan. Sedangkan di Amerika (1705) digunakan


untuk penambangan tembaga. Perang dunia I (1917) menghabiskan sebanyak
kurang lebih 115.000 ton black powder, akhirnya pada tahun 1940 pemakaian
black powder berkurang dan banyak pabrik tutup, selanjutnya bahan ini jarang
digunakan dalam dunia pertambangan dan diganti bahan peledak lain yang lebih

aman dan ekonomis, sementara untuk keperluan militer masih dipakai sebagai
mesiu (proyektil peluru).

Bahan Peledak Kimia


(JJ .Manon, 1978), mengklasifiksikan
energinya

menjadi

bahan

peledak

bahan peledak berdasarkan sumber


Mekanis,

Kimia

dan

Nuklir.

Bahan peledak kimia umumnya banyak digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan di


pertambangan, karena pemakaian bahan peledak dari bahan kimia lebih luas,
murah dan aman dibandingkan dengan sumber bahan peledak lainnya. (R.L.Ash,
1962), mengklasifikasikan bahan peledak kimia berdasarkan kecepatan reaksinya
menjadi bahan peledak kuat (high explosive) dan bahan peledak lemah (low
explosive).
Bahan peledak kuat memiliki kecepatan reaksi antara 1650-8000 meter/detik, yang
mempunyai sifat detonasi (peledakan) yang menghasilkan gas, temperature dan
gaya yang sangat besar dan menyebarkan tekanan panas dalam bentuk gelombang
tekan kejut sebesar 50.000-4.000.000 Psi. Sedangkan bahan peledak lemah
memiliki kecepatan reaksi

dibawah 1650 meter/detik, mempunyai sifat

pembakaran dan menghasilkan panas dan gelombang kejut dengan menghasilkan


tekanan dibawah 50.000 Psi, umumnya digunakan pada tambang batu bara.
Pemahaman yang paling penting dari bahan peledak adalah selain merupakan
bahan yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, juga merupakan barang yang
sangat berbahaya, bila ditangani oleh orang-orang yang ingin berbuat untuk suatu
kejahatan termasuk teror dan ancaman bom. Bahan peledak dalam artian yang
positif dapat dipandang sebagai sarana untuk menyelesaikan suatu tahapan
pekerjaaan dalam industri pertambangan, teknik sipil, yaitu untuk membongkar
batuan-batuan yang keras, pengambilan barang-barang logam, pembuatan
terowongan, jalan raya, pembuatan bendungan dan irigasi maupun kegiatan sejenis
yang tidak dapat dilakukan tanpa bantuan bahan peledak.
Baru-baru ini kita membaca di media bahwa telah terjadi kecelakan kerja
yang berhubungan dengan proses peledakan di PT Adaro, sebuah tambang batu
bara di Kalimantan Selatan. Memang kasusnya tidak terlalu menyita perhatian
masyarakat di Indoensia, tapi kecelakaan kerja yang mengakibatkan kematian
merupakan suatu kecelakaan yang sangat serius di industri pertambangan.
Kasusnya adalah seorang juru ledak meninggal dunia akibat terkena batuan oleh
suatu peledakan dari hasil peledakan yang dikelolanya. Tragis memang, sebuah
gambaran begitu tidak sempurnanya apa yang telah direncanakan dan apa yang
mereka ingin hasilkan dari rencana yang telah dibuatnya. Selain dari itu, Dinas

Pertambangan dan Energi Kalimantan Selatan saat ini meminta PT Adaro untuk
menghentikan aktivitas yang berhubungan dengan peledakan sampai dalam batas
waktu yang belum ditentukan. Ini berarti aktivitas pertambangan batubara di Adaro
secara tidak langsung mengalami gangguan yang tentunya akan berpengaruh pada
produksi batubara yang hendak dicapai.
Kasus seorang juru ledak yang tewas memang tidak banyak terjadi di
Indonesia, namun kejadian atau kecelakaan kerja yang berpotensi untuk menjadi
kejadian yang lebih serius banyak terjadi di tambang-tambang di Indonesia.
Sebuah makalah yang dibuat oleh peneliti dari US Mine Safety and Health
Administration pada tahun 2001 menunjukkan bahwa terdapat empat kategori
utama kecelakaan kerja yang berhubungan dengan peledakan, yaitu
(1) keselematan dan keamanan lokasi peledakan;
(2) batu terbang atau flyrock,
(3) peledakan premature (premature blasting) dan
(4) misfre (peledakan mangkir).
Kasus yang terjadi di Adaro merupakan salah satu jenis kecelakaan kerja
yang ditenggarai disebabkan oleh arah peledakan (keselamatan peledakan) dan
terkena batuan hasil peledakan yang dapat dikategorikan sebagaiflyrock (pada jarak
yang dekat). Ini merupakan situasi yang masuk akal karena seorang juru ledak
memang berada di daerah yang paling dekat dengan pusat kegiatan peledakan.

Hal ini merupakan salah satu contoh perlunya pengetahuan yang lebih mendalam
dalam hal blasting management system (system pengaturan atau pengontrolan
peledakan) terhadap semua yang terlibat di dalam kegiatan peledakan. Dalam
suatu peledakan terdapat banyak hal-hal yang harus diperhatikan untuk
mendapatkan hasil peledakan sesuai dengan yang diinginkan oleh tambang yang
bersangkutan. Batuan yang diledakkan dalam hal ini bisa berwujud batu bara itu
sendiri dan batuan penutup (overburden and interburden). Dalam tambang emas
kita mempunyai istilah waste (sampah) dan ore (bijih emas) yang harus diledakkan
untuk memudahkan pengangkutan dan pencucian atau proses permurnian bahan
galian yang ditambang.
Kegiatan peledakan di tambang merupakan salah satu kegiatan yang dianggap
mempunya resiko cukup tinggi. Tapi bukan berarti kegiatan tersebut tidak dapat
dikontrol. Proses pemgontrolan kegiatan ini dapat dimulai dari proses
pencampuran ramuan bahan peledak, proses pengisin bahan peledak ke lubang
ledak, proses perangakain dan proses penembakan. Dalam kasus ini yang
memegang peranan penting adalah kontrol terhadap proses penembakan. Ada
beberapa hal yang perlu dilakukan adalah sebagi berikut
Desain peledakan. Bagian ini memegang peranan penting dalam mengurangi
kecelakaan kerja yang berhubungan dengan aktivitas peledakan. Rancangan
peledakan yang memadai akan mengidentifikasi jarak aman; jumlah isian bahan

peledak per lubang atau dalam setiap peledakan; waktu tunda (delay period) yang
diperlukan untuk setiap lubang ledak atau waktu tunda untuk setiap baris
peledakan; serta arah peledakan yang dikehendaki. Jika arah peledakan sudah
dirancang sedemikian rupa, juru ledak dan blasting engineer harus berkordinasi
untuk menentukan titik dimana akan dilakukan penembakan (firing) dan radius
jarak aman yang diperlukan. Ini perlu dilakukan supaya juru ledak memahami
potensi bahaya yang berhubungan dengan broken rock hasil peledakan and batu
terbang(flyrock) yang mungkin terjadi.
Training kepada juru ledak. Hal ini sangat penting dilakukan, karena sumber daya
ini memegang peranan penting untuk menerjemahkan keinginan insinyur tambang
yang membuat rancangan peledakan. Hal ini sudah diatur dalam Keputusan
Menteri yang mengharuskan setiap juru ledak harus mendapatkan training yang
memadai dan hanya petugas yang ditunjuk oleh Kepala Teknik Tambang yang
bersangkutan yang dapat melakukan peledakan. Juru ledak dari tambang tertentu
tidak diperbolehkan untuk melakukan peledakan di tambang yang lain karena
karakterisktik suatu tambang yang berbeda-beda.
Prosedur kerja yang memadai. Prosedur kerja atau biasa disebut SOP (Safe
Operating Procedure) ini memegang peranan penting untuk memastikan semua
kegiatan yang berhubungan dengan peledakan dilakukan dengan aman dan selalu
mematuhi peraturan yang berlaku, baik peraturan pemerintah maupun peraturan di

tambang yang bersangkutan. Prosedur ini biasanya dibuat berdasarkan pengujian


resiko (risk assessment) yang dilakukan oleh tambang tersebut sebelum suatu
proses kerja dilakukan. Prosedur ini mencakup keamanan bahan peledak, proses
pengisian bahan peledak curah, proses perangakaian bahan peledak , proses
penembakan (firing) termasuk jarak aman dan clearing daerah disekitar lokasi
peledakan.
Jarak Aman Peledakan
Menyimak dari kecelakaaan yang terjadi di Adaro, tanpa bermaksud mendahului
tim investigasi yang bekerja di sana, terdapat dua hal yang menjadi penyebab
langsung (immediate causes) yang menyebabkan kejadian tersebut, yaitu, jarak
aman dan arah peledakan. Jarak aman pada suatu peledakan (safe blasting
parameter) saat ini memang tidak mempunyai standard yang dibakukan, termasuk
tambang-tambang di Australia. Di dalam Keputusan Menteri-pun, tidak dijelaskan
secara detail berapa jarak yang aman bagi manusia dari lokasi peledakan. Hal ini
disebabkan oleh setiap tambang mempunyai metode peledakan yang berbeda-beda
tergantung kondisi daerah yang akan diledakkan dan tentu saja hasil peledakan
yang dikehendaki. Akan tetapi bukan berarti setiap juru ledak boleh menentukan
sendiri jarak aman tersebut. Keputusan mengenai keselamatan khususnya jarak
aman tersebut berada pada seorang Kepala Teknik Tambang yang ditunjuk oleh

perusahaan setelah mendapat pengesahan dari Kepala Pelaksana Inspeksi


Tambang.
Di tambang-tambang terbuka di Indonesia, jarak aman terhadap manusia
boleh dikatakan hampir mempunyai kesamaan yaitu dalam kisaran 500 meter. Dari
mana jarak ini diperoleh? Jelas seharusnya dari hasil risk assessment(pengujian
terhadap resiko) yang telah dilakukan di tambang-tambang tersebut. Risk
assessment ini tidak saja berbicara secara teknik peledakan dan pelaksaannya,
namun perlu juga dimasukkan contoh-contoh hasil perbandingan dari tambangtambang yang ada baik di dalam ataupun luar negeri. Jarak aman dari hasil risk
assessment inilah yang seharusnya menjadi acuan bagi pembuatan prosedur kerja
dalam lingkup pekerjaan peledakan di lapangan. Walaupun ada beberapa tambang
yang membuat standard yang lebih kecil dari 500 meter; tapi hal itu diperbolehkan
sepanjang risk assessment sudah dilakukan dan sudah disetujui oleh Kepala Teknik
Tambang yang bersangkutan. Biarpun tidak menutup kemungkinan terjadinya
pelanggaran terhadap jarak aman dari peledakan, akan tetapi seorang juru ledak
yang kompeten semestinya akan mentaati aturan dan prosedur kerja.
Penyempurnaan Rancangan Peledakan
Untuk menyempurnakan rancangan peledakan, dapat dilakukan dengan
merancang kembali rangkuman data, tentang :
1.

Jarak batu-batuan melayang (fly rock)

2.

Fragmentasi yang dihasilkan

3.

Getaran dan airblast (getaran udara dari hasil peledakan) yang ditimbulkan

4.

konfigurasi tumpukan tanah (muckpile)

5.

kemudahan penggalian

6.

bahan peledak yang gagal meledak

7.

sumber material oversize dan overbreak

8.

kinerja peledakan

9.

biaya keseluruhan dari pemboran, peledakan, dan penggalian

10.

mengendalikan getaran

11.

Mencegah batu-batu melayang dan hilangnya energi

12.

melindungi lapisan bahan galian

Peledakan Tambang Bawah Tanah


Tujuan Peledakan Tanbang Bawah Tanah
Meledakan batuan untuk mendapatkan ruang yang berfungsi sebagai jalan masuk,
gudang, terowongan pipa, dan lain-lain.
Untuk membongkar / mengambil material (dalam kegiatan penambangan).
Hal yang paling penting dalam kegiatan tambangbaeah tanah adalah membuat
lubang-lubang buatan (terowongan). Umumnya terowongan dibuat dengan arah
mendatar, vertical dean miring.
Tahapan tahapan pembuatan terowongan :
-

Pemboran

Pengisianlubang ledak

Pembersihan atap

Pemuatan dan pengangkutan

Persiapan kegiatan selanjutnya


Dalam melakukan kegiatan pemboran, hal yang perlu diperhatiakn adalah lubang
ledak harus di bor pada tempat yang telah di tentukan dengan kemiringan yang
tepat.
Dasar Peledakan Tanbang Bawah Tanah
Perbedaan yang paling mendasar antara peledakan terowongan dengan
peledakan jenjang adalah dalam peledakan terowongan, dilakukan peledakan

kearah 1 bidang bebas. Sedangakan pada peledakan jenjang dilakukan kearah 2


atau lebih bidang bebas. Selai itu ruangan untuk melalukan peledakan ddi bawah
tanah sangat terbatas, sehingga batuan lebih sukar di ledakan dan perlu dibuat
bidang bebas kedua yang merupakan arah peledakaan selanjutnya.
Bidang bebas kedua diperoleh dengan membuat cut pada permukaan
terowongan. Cut ini berfungsi sebagai bidang bebas pada peledakan berikutnya,
yang kemudian akan diperbesar dengan dua atau lebih susunan lubang tembak
peledakan.
Peladakan yang terakhir adalah peledakan lubang Tummer (roof holes,
wall holes, and floor holes) yang akan menentukan bentuk dari terowongan.

Efisiensi peledakan dalam terowongan sangat tergantung pada suksesnya


peledakan cut. Cut itu sendiri dapat dibuat dalam beberapa jenis pada lubang
tembak, dan penanamannya disesuaikan dengan jenis Cut yang dibentuk.
Hal hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan tipe Cut, anatara
lain ;
Kondisi batuan yang akan ditembus
Bentuk dan ukuran terowongan
Kemajuan yang di targetkan, yaitu besarnya kemajuan setiap sisi peledakan yang
ditentukan oleh kedalaman Cut.
Pola Lubang Tembak
1.

Drag Cut
Tipe ini biasa digunakan pada batuan dengan struktur perlapisan, misalnya batuan
serpih. Lubang Cut dibuat menyudut terhadap bidang perlapisan pada bidang
tegak lurus, sehingga batuan akan terbongkar menurut bidang perlapisan. Tipe

Cut seperti ini cocok untuk terowongan berukuran kecil (lebar 1,5 2 m)
dimana kemajuan yang besar tidak terlalu penting.

2.

Fan Cut
Pola ini cocok digunakan pada struktur batuan berlapis lapis dan sudah jarang
digunakan.
Pada tipe Fan Cut lubang tembak dibuat menyudut dan berada pada bidang
mendatar. Stelah Cut diledakan maka batuan yang ada diantara dua garis lubang
Cut akan terbongkar.
Selanjutnya lubang-lubang easer dan Trimmer akan memperbesar bukaan cut
samapai pada bentuk geometri pada terowongan.

3.

V-Cut

Sering dipakai dalam peledakan pada terowongan. Lubang tembak pada pola ini
diatur sedemikian rupa sehingga tiap dua lubang membentuk V. Sebuah Cut
dapat terdiri dari dua atau tiga pasang V, masing-masing pada posisi horizontal.
Lubang lubang tembak pada Cut biasanya dibuat membentuk sudut 60 0terhadap
permukaan terowongan. Dengan demikian, panjang kemajuan tergantung pada
lebar dari terowongan, karena panjang batang bor terbatas pada lebar tersebut.
Satu atau dua lubang tembak yang lebih pendek (burster) dapat dibuat di tengah
Cut untuk memperbaiki hasil pragmentasi.

4.

Pyramid Cut
Terdiri dari 4 buah lubang tembak yang saling bertemu pada 1 titik di tengah
terowongan. Untuk batuan yang keras, banyaknya lubang Cut dapat ditambah
menjadi 6 buah.

5.

Burn Cut
Berbeda dengan pola pola Cut sebelumnya, dimana lubang Cut membentuk
sudut satu sama lain dan tegak lurus dengan permukaan terowongan.

Pada pola Burn Cut, ada beberapa lubang cut yang tidak di isi dengan bahan
peledak yang berfungsi sebagai bidang bebas terhadap lubang cut yang terisi.
Lubang kosong dapat dibuat lebih dari satu dengan ukuran yang lebih besar dari
pada lubang cut yang terisi.
6.

Large Hole Cut

Metode ini mirip dengan Burn Cut, terdiri dari satu atau lebih lubang kosong yang
berdiameter besar, dikelilingi oleh lubang-lubang bor berdiameter kecil yang berisi
bahan peledak.

Burden antara lubang lubang yang terisi dengan lubang kosong relatif kecil.
Selanjutnya lubang lubang ledak diatur dalam segi empat yang mengelilingi
bukaan. Jumlah segi empat dalam Cut dibatasi oleh ketentuan batuan Burden
dalam segi empat terakhir tidak melebihi Burden dari lubang Stoping.
Metode perhitungan
Untuk memudahkan perhitungan pola pemboraan dan Cross Section
terowongan, akan lebih mudah yaitu, perhitungan Cut dan bagian lain (Easer dan
Trimmer).
Perhitungan sebaiknya menggunakan standar bahan peledak yang akan digunakan
misalnya akan menggunkan Dynamite dengan Weight Strength = S = 1,0 atau 78 %
dari Blasting Gelatine.
Perhitungan Cut
Untuk lubang parallel
Lubang yang berada di dekat Burster.

V = 0,7 d

(berdasarkan bustafsor 1973, sebagai


pedoman penggunaan di lapangan )

Keterangan :
-

Menggunakan 1 lubang kosong

d = diameter lubang kosong

Jika menggunakan dua lubang, maka:


V = 0,7 x 2 d
Pengisian lubang perlu memilih Charge Concertration yang seimbang, mengingat
segi empat I berdekatan dengan lubang besar yang kosong, untuk menghindari
Plastic Deformation atau breakage.
Tabel berikut dapat digunakan sebagai patokan pengisian lubang pada Paralel
Hole Cut

Nomor

hb

Lp

ho

Segi Empat
1

(x H)
0,05

(x Lb)
0,5

(x v)
0,5

0,05

0,5

0,5

0,20

0,5

0,5

0,33

0,5

0,5

Keterangan :
hb

Tinggi Bottom Charge

Kedalaman Lubang

Lp

Konsentrasi muatan kolom

Burden

ho

Stemming

Untuk Lubang Menyudut


Tinggi Cut dan Burden V1 dan V2 dihitung dengan diagram

Untuk semua lubang, tinggi dari bottom charge sama dengan :


hb.1/3 H
H = Kedalaman lubang

Konsentrasi muatan kolom :1


Lp = 40 50 % dari Lb

Lubang kosong
Ho = 0,3 V1

Metode Peledakan
PELEDAKAN CARA NON-LISTRIK
1. Sumbu Api ( Safety Fuse )
Sumbu api adalah alat berupa sumbu yang fungsinya adalah merambatkan api
dengan kecepatan tetap.Perambatan api tersebut dapat menyalakan detonator yang
dipasang pada ujung sumbu guna meledakkan bahan peledak.
Sumbu api terdiri dari inti berupa black powder dan pembungkus berupa tekstil
dan material kedap air. Fungsi pembungkus untuk menjaga sumbu api dari
kerusakan mekanis dan kerusakan akibat air atau minyak.
Kecepatan rambat sumbu api yang biasa diperdagangkan adalah :
- 130 detik per meter ( 120 detik/yard), pada permukaan laut dengan variasi 10
detik, untuk sumbu api

buatanUSA.

- 120 detik per meter dengan variasi yang sama, untuk sumbu api standar Eropa.
Sumbu api harus disimpan digudang yang sejuk, kering dan mempunyai
ventilasi yang baik. Terhindar dari cairan yang mungkin dapat merusak. Suhu
penyimpanan 50 100 0 F dan kelembaban relatif rendah.
1.1. Pemasangan Detonator pada sumbu api
Pemasangan detonator pada sumbu api dapat dilakukan dengan memakai
crimper.
Crimper dibagi menjadi 2 macam yaitu :

a) Bench - type Crimper


b) Hand type Crimper
Cara pemasangan sebagai berikut :
-

Potong sumbu api tegak lurus, sesuai dengan panjang yang diperlukan.

Ambil detonator secara hati-hati dari kemasan.

Masukkan ujung sumbu api yang baru dipotong tepat kedalam detonator
sedalam mungkin.

Jepit mulut detonator yang mengarah sumbu api dengan sempurna,

Celupkan seluruh detonator dan sumbu api sepanjang satu inch kedalam
larutan penyebab kedap air.

Hindari tekanan atau terkena panas pada ujung detonator yang tertutup.

1.2. Pembuatan Primer


untuk peledakan dengan lubang tembak besar telah tersedia primer yang
dibuat pabrik disebut Booster sedangakn peledakan dengan lubang kecil perlu
membuat primer dahulu.
Pembuatan primer dengan cara memasang detonator kedalam cartridge bahan
peledak kuat. Detonator yang dipakai adalahdetonator biasa yang telah dipasang
pada ujung sumbu api.

Cara pembuatan primer sebagai berikut ;

ambil dodol bahan peledak kuat, pembungkus jangan dibuang.

Buatlah lubang kira-kira 2 inch dalamnya ditengah-tengah salah satu ujung dari
dodol memakai penusuk kayu atau tembaga.

Sisipkan detonator kedalam lubang sedemikian rupa sehingga detonator


terbenam seluruhnya kedalam dodol.
1.3. cara menyalakan sumbu api
Menyalan sumbu api dapat dilakukan dengan memakai hot wire fuse
lighter, full wire fuse lighter, lead spritter, korek dan igniter cord.
Apabial sumbu api dinyalakn akan terlihat pancaran api yang dikenal dengan nama
ignition flame, menandakan sumbu terbakar dan berfungsi normal. Pembakaran
akan merambat perlahan terus sepanjang sumbu api sampai pada ujung yang lain.
1.2.. Sumbu Ledak
Sumbu ledak adalah sumbu yang terdiri dari : inti initiating explosive
dibalut lapisan plastic dan dibungkus dengannkombinasi tekstil, kawat dan lapisan
plastic.
Sumbu ledak mudah dan aman penggunaannya, mempunyai ketahan terhadap air
yang baik sekali dan mempunyai kecepatan detonasi yang tinggi 21000 feet per
detik.
Sumbu ledak mempunyai kuat tarik yang baik, ringan dan fleksibel. Sumbu ledak
apabila dinyalakan dapt merambatkan gelombang detonasi kesemua tempat

sepanjang sumbu. Peledakan dengan sumbu ledak tidak memerlukan detonator


didalam lubang tembak.
Sumbu ledak sangat luas pemakaiannya, sangat cocok untuk daerah-daerah yang
kondisi iklimnya banyak petir. Sumbu ledak dikemas dalam bentuk gulungan 500
ft, 1000 ft dalam kotak kemasan berisi 2-4 gulungan.
2. Delay Connector
Delay connector disebut juga non-electric MS delay connector atau
detonating relay connector. Delay connector adalh perlengkapan peledakan yang
digunakan untuk menyelenggarakan peledakan tunda ( delay blasting ) dalam suatu
peledakan memakai sumbu api.
Delay connector mempunyai bermacam-macam interval waktu atau delay time.
Bentuk delay connector adalah berupa tabung tembaga panjangnya 3 inch. Pada
ujung-ujungnya diisi muatan bahan peledak dipisahkan oleh elemen yang
fungsinya menunda peledakan dan disebut delay element.
Cara menyambung sumbu ledak
Dalam peledakan memakai sumbu ledak, terutama peledakan dikuari,
pemasangan sumbu ledak terdiri dari trunk line yaitu sumbu ledak sepanjang
sisi lubang tembak dan brach atau downline yaitu
Sumbu ledak yang menuju kedalam lubang tembak.

Penyambungan sumbu ledak dengan delay connector dalam peledakan beruntun


dapat dilakukan dengan cara memotong trunk line antara dua lubang tembak,
kemudian kedua sumbu ledak yang telah terpotong dimasukkan kedalam ujungujung delay connector, selanjutnya dijepit supaya tidak mudah terlepas.
Cara menyalakan sumbu ledak
Dalam peledakan memakai sumbu ledak hanya diperlukan satu detonator.
Didalam setiap lubang tembak tidak perlu dipasang detonator. Sumbu ledak hanya
dapat dinyalakan dengan detonator.
Cara menyalakan sumbu ledak adlah sebagai berikut :
1. sumbu ledak dengan detonator biasa ( plain detonator )
- sumbu api yang telah dipasang detonator disiapkan dengan panjang tertentu.
- detonator yang dipasang pada sumbu api dikaitkan pada sumbu ledak memakai
tape atau tali.
2. sumbu ledak dengan detonator listrik
detonator listrik dikaitkan pada ujung sumbu ledak dengan memakai tape.
3. dalam penggunaan dilapangan kita harus menyiapkan dulu detonator yang
diikatkan pada sumbu ledak sepanjang IS inch. Kemudian baru disambungkan
dengan sumbu ledak utama memakai ikatan square knot.
Detonator yang dijelaskan diatas dipasang terakhir setelah semua rangkaian
peledakan siap untuk diledakkan.

Cara memasang rangkaian peledakan memakai sumbu ledak.


Hal yang perlu diperhatikan dalam penyambungan sumbu ledak adalah :
-

setiap sambungan harus tegak lurus, penyambungan dengan plastic connector


lebih baik.

Jarak antara sumbu ledak yang pararel tidak boleh kurang dari 0,2 m.

Jarak antara delay connector / relay connector dengan sumbu yang pararel
harus paling sedikit 1,0 m.

Didalam round sumbu ledak tidak boleh membelit atau menggulung.

Detonator yang dipakai untuk meledakkan selalu diarahkan pada arah detonasi
sumbu ledak yang diinginkan.
3. Nonel
Nonel adalah

tube plastik,yang mempunyai diameter luar 3 mm.

didalamnya berisi suatu bahan reaktif yang dapat menjalankan gelombang kejut
dengan kecepatan kira-kira 2000 meter per detik.
Dua macam nonel yang tersedia :
1. Nonel GT
mempunyai interval waktu : short delag, deci-second dan half-second delay.
Nonel GT/MS dipakai untuk peledakan tambang terbuka dan nonel GT/T dipakai
untuk peledakan dalam terowongan.

2. Nonel UNITED
adalah system nonel yang terakhir. Detonator mempunyai delay yang sama. Dalam
peledakan urutan waktu peledakan dipasang dipermukaan. Hal tersebut akan
memudahkan pemakaian dan penyimpanannya.
Nonel detonator, bagian-bagian dari detonator adalah sebagai berikut :
1. Kelongsong alumunium, panjangnya bervariasi tergantung panjang dari delay
element.
2. Base charge : bahan peledak kuat.
3. Primer charge : bahan peledak kuat yang peka terhadap nyala api.
4. Delay element
5. Sumbat karet
6. Nonel tube : panjangnya tertentu, ujung yang bebas ditutup.
Macam-macam jenis nonel detonator :
-

Nonel standard

Nonel GT HD dan Nonel UNITED HD

Nonel GT OD dan Nonel UNITED OD

Nonel GT HT dan Nonel UNITED HT

PELEDAKAN CARA LISTRIK


Rangkaian peledakan meliputi 3 elemen dasar rangkaian, yaitu :
1. Detonator listrik.
2. Kawat rangkaian : leg wire, connecting wire, firing line dan bus wire.
3. sumber tenaga : blasting machine dan AC-Power line.
Detonator, detonator dapat dibagi menjadi :
1. Instantaneous detonator
2. Milli-second detonator
3. Half-second detonator
Circuit wiring
- Legwire adalah dua kawat yang menjadi satu dengan detonator listrik yang salah
satu ujung dihubungkan dengan bridge wire yang terdapat dadalam detonator.
-

Connecting wire adalah kawat yang mempunyai isolasi dipakai untuk


menghubungkan legwire dengan firing line.

Firing line atau leading wire adalah kawat yang dipergunakan untuk
menghubungkan sumber tenaga listrik dengan rangkaian detonator.

- Buswire adalah perpanjangan dari firing line dimana masing-masing detonator


dihubungkan.
Rangkaian peledakan, ada 3 macam susunan rangkaian peledakan, yaitu :
-

Rangkaian Seri

Rangakaian pararel

Rangkaian Seri-Pararel
Perhitungan Rangkaian Peledakan
Dalam Rankaian peledakan yang perlu ditentukan adalah apakah arus yang
mengalir melalui rangkaian detonator dalam peledakan cukup untuk menyalakan
seluruh detonator. Arus yang dihitung harus sama dengan atau lebih dari minimum
standard yang tercantum.

Anda mungkin juga menyukai