dipergunakan (premature blasting), yang akan membahayakan jiwa dan orang lain
yang menyertainya. Karena bahan peledak ini sangat berbahaya, maka tidak
diperdagangkan secara bebas. Segala sesuatu yang berhubungan dengan
penggunaan bahan peledak harus mempunyai izin dari pihak kepolisian (Mabes
Polri), termasuk penggunaan untuk Industri Pertambangan.
Sejarah Bahan Peledak
Bahan peledak telah dikenal manusia sejak abad ke 13 oleh bangsa Cina jaman
dinasti Sung, terutama sebagai mesiu atau serbuk hitam, yang dikenal dengan
nama black powder. Roger Bacon (1242) telah menulis formula dari black powder.
Berthold Schwarz (1300) juga menulis tentang black powder sebagai senjata api.
Tiga abad kemudian Kasper Weindl (1627), untuk pertama kalinya black powder
digunakan pada operasi penambangan di Hungaria. Amerika ( 1675) membangun
pabriknya di Massachusetts. Selanjutnya Inggris (1689) menggunakan bahan ini
untuk
penambangan
timah.
Begitu
juga
dengan
Switzeland
(1696)
aman dan ekonomis, sementara untuk keperluan militer masih dipakai sebagai
mesiu (proyektil peluru).
menjadi
bahan
peledak
Kimia
dan
Nuklir.
Pertambangan dan Energi Kalimantan Selatan saat ini meminta PT Adaro untuk
menghentikan aktivitas yang berhubungan dengan peledakan sampai dalam batas
waktu yang belum ditentukan. Ini berarti aktivitas pertambangan batubara di Adaro
secara tidak langsung mengalami gangguan yang tentunya akan berpengaruh pada
produksi batubara yang hendak dicapai.
Kasus seorang juru ledak yang tewas memang tidak banyak terjadi di
Indonesia, namun kejadian atau kecelakaan kerja yang berpotensi untuk menjadi
kejadian yang lebih serius banyak terjadi di tambang-tambang di Indonesia.
Sebuah makalah yang dibuat oleh peneliti dari US Mine Safety and Health
Administration pada tahun 2001 menunjukkan bahwa terdapat empat kategori
utama kecelakaan kerja yang berhubungan dengan peledakan, yaitu
(1) keselematan dan keamanan lokasi peledakan;
(2) batu terbang atau flyrock,
(3) peledakan premature (premature blasting) dan
(4) misfre (peledakan mangkir).
Kasus yang terjadi di Adaro merupakan salah satu jenis kecelakaan kerja
yang ditenggarai disebabkan oleh arah peledakan (keselamatan peledakan) dan
terkena batuan hasil peledakan yang dapat dikategorikan sebagaiflyrock (pada jarak
yang dekat). Ini merupakan situasi yang masuk akal karena seorang juru ledak
memang berada di daerah yang paling dekat dengan pusat kegiatan peledakan.
Hal ini merupakan salah satu contoh perlunya pengetahuan yang lebih mendalam
dalam hal blasting management system (system pengaturan atau pengontrolan
peledakan) terhadap semua yang terlibat di dalam kegiatan peledakan. Dalam
suatu peledakan terdapat banyak hal-hal yang harus diperhatikan untuk
mendapatkan hasil peledakan sesuai dengan yang diinginkan oleh tambang yang
bersangkutan. Batuan yang diledakkan dalam hal ini bisa berwujud batu bara itu
sendiri dan batuan penutup (overburden and interburden). Dalam tambang emas
kita mempunyai istilah waste (sampah) dan ore (bijih emas) yang harus diledakkan
untuk memudahkan pengangkutan dan pencucian atau proses permurnian bahan
galian yang ditambang.
Kegiatan peledakan di tambang merupakan salah satu kegiatan yang dianggap
mempunya resiko cukup tinggi. Tapi bukan berarti kegiatan tersebut tidak dapat
dikontrol. Proses pemgontrolan kegiatan ini dapat dimulai dari proses
pencampuran ramuan bahan peledak, proses pengisin bahan peledak ke lubang
ledak, proses perangakain dan proses penembakan. Dalam kasus ini yang
memegang peranan penting adalah kontrol terhadap proses penembakan. Ada
beberapa hal yang perlu dilakukan adalah sebagi berikut
Desain peledakan. Bagian ini memegang peranan penting dalam mengurangi
kecelakaan kerja yang berhubungan dengan aktivitas peledakan. Rancangan
peledakan yang memadai akan mengidentifikasi jarak aman; jumlah isian bahan
peledak per lubang atau dalam setiap peledakan; waktu tunda (delay period) yang
diperlukan untuk setiap lubang ledak atau waktu tunda untuk setiap baris
peledakan; serta arah peledakan yang dikehendaki. Jika arah peledakan sudah
dirancang sedemikian rupa, juru ledak dan blasting engineer harus berkordinasi
untuk menentukan titik dimana akan dilakukan penembakan (firing) dan radius
jarak aman yang diperlukan. Ini perlu dilakukan supaya juru ledak memahami
potensi bahaya yang berhubungan dengan broken rock hasil peledakan and batu
terbang(flyrock) yang mungkin terjadi.
Training kepada juru ledak. Hal ini sangat penting dilakukan, karena sumber daya
ini memegang peranan penting untuk menerjemahkan keinginan insinyur tambang
yang membuat rancangan peledakan. Hal ini sudah diatur dalam Keputusan
Menteri yang mengharuskan setiap juru ledak harus mendapatkan training yang
memadai dan hanya petugas yang ditunjuk oleh Kepala Teknik Tambang yang
bersangkutan yang dapat melakukan peledakan. Juru ledak dari tambang tertentu
tidak diperbolehkan untuk melakukan peledakan di tambang yang lain karena
karakterisktik suatu tambang yang berbeda-beda.
Prosedur kerja yang memadai. Prosedur kerja atau biasa disebut SOP (Safe
Operating Procedure) ini memegang peranan penting untuk memastikan semua
kegiatan yang berhubungan dengan peledakan dilakukan dengan aman dan selalu
mematuhi peraturan yang berlaku, baik peraturan pemerintah maupun peraturan di
2.
3.
Getaran dan airblast (getaran udara dari hasil peledakan) yang ditimbulkan
4.
5.
kemudahan penggalian
6.
7.
8.
kinerja peledakan
9.
10.
mengendalikan getaran
11.
12.
Pemboran
Pengisianlubang ledak
Pembersihan atap
Drag Cut
Tipe ini biasa digunakan pada batuan dengan struktur perlapisan, misalnya batuan
serpih. Lubang Cut dibuat menyudut terhadap bidang perlapisan pada bidang
tegak lurus, sehingga batuan akan terbongkar menurut bidang perlapisan. Tipe
Cut seperti ini cocok untuk terowongan berukuran kecil (lebar 1,5 2 m)
dimana kemajuan yang besar tidak terlalu penting.
2.
Fan Cut
Pola ini cocok digunakan pada struktur batuan berlapis lapis dan sudah jarang
digunakan.
Pada tipe Fan Cut lubang tembak dibuat menyudut dan berada pada bidang
mendatar. Stelah Cut diledakan maka batuan yang ada diantara dua garis lubang
Cut akan terbongkar.
Selanjutnya lubang-lubang easer dan Trimmer akan memperbesar bukaan cut
samapai pada bentuk geometri pada terowongan.
3.
V-Cut
Sering dipakai dalam peledakan pada terowongan. Lubang tembak pada pola ini
diatur sedemikian rupa sehingga tiap dua lubang membentuk V. Sebuah Cut
dapat terdiri dari dua atau tiga pasang V, masing-masing pada posisi horizontal.
Lubang lubang tembak pada Cut biasanya dibuat membentuk sudut 60 0terhadap
permukaan terowongan. Dengan demikian, panjang kemajuan tergantung pada
lebar dari terowongan, karena panjang batang bor terbatas pada lebar tersebut.
Satu atau dua lubang tembak yang lebih pendek (burster) dapat dibuat di tengah
Cut untuk memperbaiki hasil pragmentasi.
4.
Pyramid Cut
Terdiri dari 4 buah lubang tembak yang saling bertemu pada 1 titik di tengah
terowongan. Untuk batuan yang keras, banyaknya lubang Cut dapat ditambah
menjadi 6 buah.
5.
Burn Cut
Berbeda dengan pola pola Cut sebelumnya, dimana lubang Cut membentuk
sudut satu sama lain dan tegak lurus dengan permukaan terowongan.
Pada pola Burn Cut, ada beberapa lubang cut yang tidak di isi dengan bahan
peledak yang berfungsi sebagai bidang bebas terhadap lubang cut yang terisi.
Lubang kosong dapat dibuat lebih dari satu dengan ukuran yang lebih besar dari
pada lubang cut yang terisi.
6.
Metode ini mirip dengan Burn Cut, terdiri dari satu atau lebih lubang kosong yang
berdiameter besar, dikelilingi oleh lubang-lubang bor berdiameter kecil yang berisi
bahan peledak.
Burden antara lubang lubang yang terisi dengan lubang kosong relatif kecil.
Selanjutnya lubang lubang ledak diatur dalam segi empat yang mengelilingi
bukaan. Jumlah segi empat dalam Cut dibatasi oleh ketentuan batuan Burden
dalam segi empat terakhir tidak melebihi Burden dari lubang Stoping.
Metode perhitungan
Untuk memudahkan perhitungan pola pemboraan dan Cross Section
terowongan, akan lebih mudah yaitu, perhitungan Cut dan bagian lain (Easer dan
Trimmer).
Perhitungan sebaiknya menggunakan standar bahan peledak yang akan digunakan
misalnya akan menggunkan Dynamite dengan Weight Strength = S = 1,0 atau 78 %
dari Blasting Gelatine.
Perhitungan Cut
Untuk lubang parallel
Lubang yang berada di dekat Burster.
V = 0,7 d
Keterangan :
-
Nomor
hb
Lp
ho
Segi Empat
1
(x H)
0,05
(x Lb)
0,5
(x v)
0,5
0,05
0,5
0,5
0,20
0,5
0,5
0,33
0,5
0,5
Keterangan :
hb
Kedalaman Lubang
Lp
Burden
ho
Stemming
Lubang kosong
Ho = 0,3 V1
Metode Peledakan
PELEDAKAN CARA NON-LISTRIK
1. Sumbu Api ( Safety Fuse )
Sumbu api adalah alat berupa sumbu yang fungsinya adalah merambatkan api
dengan kecepatan tetap.Perambatan api tersebut dapat menyalakan detonator yang
dipasang pada ujung sumbu guna meledakkan bahan peledak.
Sumbu api terdiri dari inti berupa black powder dan pembungkus berupa tekstil
dan material kedap air. Fungsi pembungkus untuk menjaga sumbu api dari
kerusakan mekanis dan kerusakan akibat air atau minyak.
Kecepatan rambat sumbu api yang biasa diperdagangkan adalah :
- 130 detik per meter ( 120 detik/yard), pada permukaan laut dengan variasi 10
detik, untuk sumbu api
buatanUSA.
- 120 detik per meter dengan variasi yang sama, untuk sumbu api standar Eropa.
Sumbu api harus disimpan digudang yang sejuk, kering dan mempunyai
ventilasi yang baik. Terhindar dari cairan yang mungkin dapat merusak. Suhu
penyimpanan 50 100 0 F dan kelembaban relatif rendah.
1.1. Pemasangan Detonator pada sumbu api
Pemasangan detonator pada sumbu api dapat dilakukan dengan memakai
crimper.
Crimper dibagi menjadi 2 macam yaitu :
Potong sumbu api tegak lurus, sesuai dengan panjang yang diperlukan.
Masukkan ujung sumbu api yang baru dipotong tepat kedalam detonator
sedalam mungkin.
Celupkan seluruh detonator dan sumbu api sepanjang satu inch kedalam
larutan penyebab kedap air.
Hindari tekanan atau terkena panas pada ujung detonator yang tertutup.
Buatlah lubang kira-kira 2 inch dalamnya ditengah-tengah salah satu ujung dari
dodol memakai penusuk kayu atau tembaga.
Jarak antara sumbu ledak yang pararel tidak boleh kurang dari 0,2 m.
Jarak antara delay connector / relay connector dengan sumbu yang pararel
harus paling sedikit 1,0 m.
Detonator yang dipakai untuk meledakkan selalu diarahkan pada arah detonasi
sumbu ledak yang diinginkan.
3. Nonel
Nonel adalah
didalamnya berisi suatu bahan reaktif yang dapat menjalankan gelombang kejut
dengan kecepatan kira-kira 2000 meter per detik.
Dua macam nonel yang tersedia :
1. Nonel GT
mempunyai interval waktu : short delag, deci-second dan half-second delay.
Nonel GT/MS dipakai untuk peledakan tambang terbuka dan nonel GT/T dipakai
untuk peledakan dalam terowongan.
2. Nonel UNITED
adalah system nonel yang terakhir. Detonator mempunyai delay yang sama. Dalam
peledakan urutan waktu peledakan dipasang dipermukaan. Hal tersebut akan
memudahkan pemakaian dan penyimpanannya.
Nonel detonator, bagian-bagian dari detonator adalah sebagai berikut :
1. Kelongsong alumunium, panjangnya bervariasi tergantung panjang dari delay
element.
2. Base charge : bahan peledak kuat.
3. Primer charge : bahan peledak kuat yang peka terhadap nyala api.
4. Delay element
5. Sumbat karet
6. Nonel tube : panjangnya tertentu, ujung yang bebas ditutup.
Macam-macam jenis nonel detonator :
-
Nonel standard
Firing line atau leading wire adalah kawat yang dipergunakan untuk
menghubungkan sumber tenaga listrik dengan rangkaian detonator.
Rangkaian Seri
Rangakaian pararel
Rangkaian Seri-Pararel
Perhitungan Rangkaian Peledakan
Dalam Rankaian peledakan yang perlu ditentukan adalah apakah arus yang
mengalir melalui rangkaian detonator dalam peledakan cukup untuk menyalakan
seluruh detonator. Arus yang dihitung harus sama dengan atau lebih dari minimum
standard yang tercantum.