Anda di halaman 1dari 60

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Politeknik Negeri Pontianak adalah salah satu Lembaga Pendidikan yang

mengutamakan praktek dengan perbandingan 60% praktek dan 40% teori

sehingga bisa menjadi bekal untuk menjadi mahasiswa yang professional dan ahli

dalam teoritis maupun teknis, sehingga mahasiswa di wajibkan dalam kerja

lapangan. Dan ini adalah salah satu syarat untuk bisa melanjutkan tugas ahir.

Praktek Kerja Lapangan (PKL) hanya dilakukan pada semester VI yang bertujuan

untuk mahasiswa dapat mengenal dunia pekerjaan, mampu beradaptasi pada

lingkungan pekerjaan dan mudah mencari pekerjaan dengan ilmu yang di dapat

selama Praktek Kerja Lapangan (PKL).

Politeknik Negeri Pontianak khususnya jurusan Teknologi Pertanian

Program Studi Teknologi Pertanian Hasil Perkebunan melakukan Praktek Kerja

Lapangan bertujuan untuk mengetahui dan mendapatkan ilmu serta mencari

pengalaman yang terdapat pada perusahaan tersebut. PT MAR (MITRA ANEKA

REZEKI) adalah salah satu perusahaan swasta yang terletak di Dusun Natai Raja

Kecamatan Kubu Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat. Perusahaan tersebut

adalah salah satu pabrik industry yang mengola buah kelapa sawit yang akan di

jadikan menjadi CPO dan Kernel. Prodi TPHP juga terdapat mata kuliah yang

membahasa dan mempelajari tentang tahapan proses pengolahan kelapa sawit dari
awal sampai menjadi CPO dan Kernel. PT. MAR memiliki luas ±14.500 Ha dari

ijin lokasi Bupati Kubu Raya seluas 18.500 Ha, beserta halaman, pabrik, dan juga

kebunnya.

PT. MAR telah mengalami dua kali pergantian kepemimpinan yaitu pada

tahun 2011 sampai tahun 2014 yang dipimpin oleh bapak Khi Djan dan memiliki

asisten yang bernama bapak Sugimo, PT tersebut juga memiliki karyawan

sebanyak 77 orang. Pada tahun 2015 sampai sekarang PT. MAR dipimpin oleh

bapak Ir. Simanungkalid dan memiliki asisten yang bernama bapak JR. Dongoran,

S.TM, PT tersebutpun memiliki peningkatan dalam jumlah pegawai sebanyak 141

orang dan menambah 1 orang Krani produksi.

Mahasiswa yang melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) dipabrik

kelapa sawit akan mendapatkan ilmu praktek yang baik karena sistemnya yang

diterapkan oleh perusahaan langsung turun kelapangan dan melihat proses

pengolahan minyak kelapa sawit dan kernel, serta membantu mengoprasikan alat

alat secara terpadu yang dibantu oleh operator stasiun.

Praktek kerja lapangan dimulai pada tanggal 18 februari 2019 hingga 18

maret 2019 mahasiswa POLNEP khususnya yang diadakan dari jurusan teknologi

pertanian melaksanakan PKL yang diadakan di Badan Usaha Milik Negar

(BUMN) maupun perusahaan atau Perseroan Terbatas (PT) yag terdapat

disekitar pontianak dan tersebar diseluruh indonesia.

Praktek kerja lapangan yang diselengrakan Politeknik Negeri Pontianak

yaitu sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan diploma (D-III)
dan untuk menambah wawasan mahasiswa terutama dibidang praktek kerja

lapangan di perkebunan kelapa sawit.

1.2. Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

a. Dapat memperaktekan secara langsung teori yang telah didapat ke

dunia kerja khususnya di industri pengolahan kelapa sawit.

b. Mengetahui proses pengolahan tandan buah segar (TBS) menjadi

minyak kelapa sawit crude palm oil (CPO) dan kernel di PT.

Mitra Ausral Sejahtera.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Dapat mengetahui bagaimana cara mengola libah?

b. Dapat mengetahui cara mengatasi ph yang terdapat pada setiap kolam?.

1.3. Rumusan Masalah

a. Bagaimana proses pengolahan TBS menjadi CPO di PKS?

b. Seberapa besarkah PH pada setiap kolam?

c. Cara mengatasi untuk pengurangan PH di setiap kolam?


BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Singkat Beerdirinya Perusahaan

PT. MAR merupakan salah satu pabrik kelapa sawit yang ada di

Kalimantan Barat yang terletak di Desa Natai Raja, Kecamatan Teluk Pakedai,

Kabupaten Kubu Raya. Pabrik ini awalnya dikelola oleh BUMN Thailand, akan

tetapi untuk sekarangt telah diambil alih oleh PT.Cipta Usaha Sejati. Tetapi

sebelum pabrik ini di abil alih oleh Artha Graha Group. PT.MAR mulai

beroperasi pada tahun 2011 yang menerima serta mengolah TBS dari 3 Estate

yang berbeda yaitu Ambawang Air Putih Estate (AAPE), Kampung Baru Estate

(KBE), dan Arus Sungai Deras Estate (ASDE).

Secara nasional, meningkatkan penduduk di Indonesia diharapkan mampu

terpenuhi minyak sawit dalam negeri. Dalam bidang perkebunan khususnya

kelapa sawit memiliki investasi peluang yang cukup baik untuk dikelola serta

dikembangkan. PT. MAR yang merupakan perusahaan yang bergerak dibidang

perkebunan khususnya dalam pengolahan kelapa sawit memiliki luas lahan 14.500

Ha. Untuk kondisi jalan pada sekitaran PT. MAR masih tanah kuning jadi jika

musim hujan dapat menghambat pengantaran TBS ke PKS dikarenakan kondisi

jalan yang rusak.


2.2. Deskriptif Geografis dan Administratif

Pabrik Kelapa Sawit PT. MAR yang berlokasi di Desa Natai Raja,

Kecamatan Teluk Pakedai, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Memiliki

karakteristik area yang berada pada lahan gambut/tanah basah. Uumumnya pohon

kelapa sawit sangat membutuhkan air yang cukup untuk pertumbuhan dan

perkembangannya.

Batas-batas wilayah administrative dari lokasi.

 Utara dan Barat: berbatasan dengan PT. RK (Rezki Kencana)

 Selatan: berbatasan dengan Sei Kapuas, Desa Olak-olak Kubu

 Timur: berbatasan dengan Sei Kapuas, Rasau Jaya

Akses untuk menuju PKS PT. MAR ditempuh sekitar 2-3 jam dengan jalur

darat menggunakan roda dua.

2.3. Struktur Organisasi PT. Mitra Austral Sejahtera (MAS)

Perusahaan memiliki organisasi formal yaitu suatu lembaga

fungsional yang merupakan wadah kegiatan bagi para anggota organisasi

perusahaan tersebut dan dalam suatu organisasi dengan segala aktivitasnya

terdapat hubungan antara orang-orang yang menjalani tugasnya masing-

masing semakin banyak kegiatan-kegiatan yang dilakukan maka semakin

kompleks pula hubungan dalam organisasi yang ada untuk itu diperlukan

dalam suatu bagian yang menggambarkan hubungan, fungsi, tugas, dan


tanggung jawab masing-masing. Adapun struktur organisasi yang utama

khususnya dipabrik minyak sawit PT. MAR sebagai berikut :

Struktur Organisasi PT. MAR

Sumber : Data Primer

2.4. Pengaturan Kerja

1. Karyawan proses produksi: 47orang

a. 2 orang Asst. proses

b. 2 orang mandor proses

c. 2 orang operator Boiler


d. 2 orang operator Engine Room

e. 39 orang karyawan proses

2. Karyawan Laboratorium: 16orang

a. 1 orang Asst. Laboratorium

b. 4 orang karyawan Analisa

c. 2 orang karyawan WTP

d. 6 orang karyawan grading

e. 2 orang karyawan limbah

3. Karyawan Keamanan/Security: 17orang

a. 1 orang Ka. Security

b. 12 orang anggota Security

c. 3 orang officeboy

d. 1 orang operator mesin rumput

4. Operasional dan Administrasi Kantor

a. 1 orang Mill Manager

b. 1 orang Asst. Manager

c. 1 orang HRD/GA

d. 3 orang admin

e. 3 orang Gudang
2.5. Ketenagakerjaan Dan Kesejahteraan

PT. MAR sepenuhnya sangat memperhatikan kesejahteraan karyawan,

termasuk dalam jaminan dalam social tenaga kerja yang memadai sesuatu dengan

golongan, Seperti halnya apabila ada karyawan yang mengalami kecelakaan

dalam pekerjaan maupun bukan, pihak PT. MAR akan menanggung seluruh biaya

perawatan karyawan tersebut.


BAB III

PROSES PRODUKSI

Bahan baku yang diggunakan untuk proses penggolahan di pabrik PT.

MAR ada dua macam yaitu bahan baku utama dan bahan baku pembantu. Berikut

adalah uraian tentang bahanbaku utama dan bahan baku pembantu adalah:

3.1. Bahan Baku

3.1.1. Bahan Baku Utama

Buah kelapa sawit merupakan bahan baku utama untuk pengolahan CPO

dan kernel (inti sawit) di pabrik PT. MAR, Pemasukan buah kelapa sawit

diperoleh dari kebun sendiri , yang terdiri dari 3 estate yaitu Air Putih Estate,

Kampung Baru Estate, dan Arus Sungai Deras Estate. PKS PT. MAR di daerah

Natai Raja mampu menyediakan bahan baku untuk proses produksi dalam pabrik.

Bahan baku yang diperoleh selain dari kebun milik perusahaan juga dihasilkan

kebun pribadi dari penduduk sekitar. Bahan baku utama sangat menentukan

proses pengolahan dan mutu produk yang akan di hasilkan. Untuk mendapatkan

Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit harus memenuhi syarat sehingga

memudahkan pada waktu proses pengolahan, untuk menentukankriteria TBS

diperlukan pengklasifikasian TBS.

3.1.2. Bahan Baku Pendukung

Peoses pengolahan TBS menjadi minyak sawit diperlukan air sebagai

bahan baku pembantu baik dalam proses pengolahan, sanitasi maupun keperluan
lainnya. Pengolahan air dilakukan di instalasi water treatment (WTP). Air yang

diolah di WTP diperoleh dari waduk yang terletak di sampig pabrik air yang ada

di waduk ini berasa dari air hujan, mata air, dan aliran dari perbukitan disekitar

waduk.

Saat air berada di waduk, air akan mengalami pengendapan untuk

memisahkan lumpur. Dalam proses pemanasan air harus mencapai suhu 60-90 oC

dengan tujuan untuk menghilangkan garam, kotoran, dan gas-gas yang terlarut

atau tidak terlarut yang terkandung dalam air sehingga memenuhi persyaratan.

Waduk harus di proses dengan beberapa tahapan. Air dari waduk di pompa

menuju ke raw water tank. raw water tank berfungsi sebagai tempat

penampungan sementara sebelum diproses lebih lanjut. Dari raw water tank, air

dialirkan menuju ke clarifier tank. Clarifier tank berfungsi untuk mengendapkan

lumpur serta kotoran-kotoran terkandung dalam air yang terikut pada waktu

dipompa. Pengolahan air menggunakan bahan kimia yaitu tawas dan soda abu.

Tawas berfungsi sebagai mengikat kotoran yang ada di air, sedangkan soda abu

berfungsi untuk menaikan pH air. Dosisnya ditentukan dengan jar test terhadap

air waduk yang ada di dalam raw water tank.

3.2 Proses Pengolahan

3.2.1. Stasiun Penerimaan Buah ( fruit reception)

Tandan buah segar (TBS) yang berasal dari kebun sebelum dilakukan

pengolahan dalam PKS. Pertama kali masuk ke stasiun penerimaaan buah. Stasiun

penerimaan buah dibantu bebera unit pendukung yaitu:


a. Jembatan timbang

b. Loading ramp

3.2.2. Jembatan Timbang

Jembatan timbang yang diggunakan PKS PT. MAR ini menggunakan

sistem komputer untuk mengetahui berat dengan apalikasi digital weightbreigth

Jembatan timbang berfungsi untuk menimbang TBS yang masuk ke dalam pabrik

dan untuk menimbang produksi yang diangkut keluar dari pabrik berupa CPO dan

kernel.

Penimbangan bertujuan untuk:

a. Mengetahui start proses pengolahan.

b. Menghitung kapasitas olah pabrik secara aktual.

c. Menghitung ekstraksi pengolahan.

d. Mengetahui kapasitas olah pabrik.

Jumlah berat TBS dan kernel dapat diketahui dari selisih berat bruto (berat

kotor truk) dengan berat isi truk. Penimbangan dilakukan pada waktu truk berisi

buah dan pada saat truk kosong (setelah dibongkar di loading ramp).

Prinsip kerja dari jembatan timbang yaitu truk yang melewati harus

jembatan timbang berhenti 5 menit, kemudian dicatat berat truk awal sebelum

TBS dibongkar dan disortir, kemudian setelah dibongkar truk kembali ditimbang,

selisih berat awal dan berat akhir adalah berat TBS yang diterima oleh pabrik.
3.2.3 Grading

Kualitas buah yang diterima oleh pabrik harus diperiksa tingkat

kematanganya. Jenis buah yang masuk ke PKS pada umumnya jenis yang

diolah pada PT. MAR adalah psifera, dura, tanera, akan tetapi yang lebih

dominan ialah pisifera. Kriteria matang panen merupakan faktor penting

dalam pemeriksaan kualitas buah di stasiun penerimaan TBS. Tingkat

kematangan panen yang dilakukan para petani biasa terdiri berbagai tingkat

kematangan yang secara kasar dapat dibagi sebagai berikut:

1. Tangkai panjang tidak boleh lebih dari 2 cm.

2. Tandan mentah/ mengkal , tandan yang tidak layak panen maksimal 5

brondolan.

3. Tandan matang , lewat matang, busuk, yaitu tandan yang lewat

matang tidak di proses lebih dari 4 hari.

4. Jenjang kosong yaitu tandan yang tidak terdapat brondolan.

Dikatakan tandan kosong jika tandan kosong 76 tidak terdapat

brondolan.

5. Tandan matang 10 brondolan yaitu tandan yang layak panen dan

memenuhi kriteria panen.

Kriteria penyortiran TBS dapat dilihat pada tabel 2 berikut :

Tabel 2 Kriteria Penyortiran TBS PT. MAR

No Greading Kriteria

1 Tangkai Panjang 2 – 5 Cm
2 Buah Mentah 5 Membrondol

3 Buah Mengkal 5-9 Buah Membrondol

4 Buah Masak >10 Buah Membrondol

5 Buah Busuk > 4 Hari (ALB) Tinggi

6 Jenjang Kosong 75 %
Sumber: Pedoman Dasar Kerja, 2011

3.2.4. Stasiun Loading Ramp

Loading ramp merupakan rangkaian proses awal dari pengolahan kelapa

sawit sebelum memasuki proses selanjutnya. Stasiun loading ramp berfungsi

sebagai tempat penampung sementara TBS sebelum dimasukan kedalam lori buah

(fruit cages). loading ramp memiliki 2 hopper dan dalam 1 hopper terdiri 20 pintu

total 2 hopper ialah 40 pintu, dengan kapasits tampung maksimal 10 ton/pintu

dengan kapasitas tampung maksimal tiap pintu, dengan kemiringan lantai loading

ramp 270, kapasitas total 400 ton, dan kapasitas olah PT. MAR 30 ton per jam.

pada stasiun loading ramp mempunyai prisip kerja first in first out (FIFO). FIFO

adalah prinsip kerja yang mengutamakan TBS yang terlebih dahulu ada untuk

segera diolah. Hal ini dilakukan kerena jumlah TBS yang tidsak henti hentinya

masuk ke pabrik.

3.2.5. Stasiun Perebusan (sterilize station)

Lori yang telah berisi TBS dimasukan kedalam sterilizer dengan

menggunakan capstand (winch). Tujuan dari perebusan yaitu:

1. Mengurangi peningkatan asam lemak bebas.

2. Mempermudah proses pembrondolan pada threaser.


3. Menurunkan kadar air.

4. Melunakan daging buah sehingga daging buah mudah lepas dari

biji.

Proses perebusan TBS di PT. MAR adalah dengan cara sistem

konvensional (harizontal sterilizer) pada sistem perebusan konvesional, TBS

direbus pada suatu bejana yang memiliki kapasitas tampung 6 cages (lori) dimana

setiap lori memiliki kapasitas 10 ton, pemberian uap panas (steam) dengan sistem

3 peak selama 90 menit Metode perebusan dengan sistem 3 peak sebagai berikut:

1. Peak pertama yaitu pemberian steam dengan tekanan 1,5 bar dan

dibuang kembali dengan tujuan membuang udara sisa dalam bejana

rebusan agar buah dapat matang secara sempurna.

2. Peak kedua yaitu pemberian steam dengan tekanan 2,5 bar dan kemudian

dibuang kembali dengan tujuan untuk memastikan udara sisa dalam

bejana telah benar benar hilang.

3. Peak ketiga yang merupakan perebusan yang paling penting pemberian

steam dengan tekanan 3 bar steam dipertahan kan selama beberapa

waktu. Buah yang telah masak dapat dikeluarkan.

3.2.6. Stasiun Threshing (Stasiun Penebahan)

Buah sawit yang telah melalui proses perebusan dan telah melalui tippler,

maka selanjutnya akan menuju stasiun thresing atau stasiun penebahan yang

dibawa menggunakan konveyor berjalan yang disebut BFC (Buck Feder

Conveyor). Stasiun thresing berfungsi untuk memisahkan antara brondolan buah


dengan tandan buah dengan cara pembantingan tandan buah sehingga brondolan

akan lepas dari tandannya dan jatuh ke konveyor dan elevator untuk

didistribusikan ke thresser. Thresser memiliki kecepatan putaran sebesar 23-25

rpm. Di dalam drum yang berputar memiliki celah-celah untuk keluarnya

brondolan hasil penebahan, kemudian tandan kosong akan diangkut oleh empty

bunch conveyor untuk diangkut ke penampungan empty bunch.

3.2.7. Stasiun Pressing (Stasiun Kempa)

Stasiun pressing atau kempa adalah stasiun tempat pengambilan minyak

dari buah sawit dengan cara pelumatan dan pengempaan daging buah sawit

sehingga akan diperoleh minyak sawit yang masih mentah. Di stasiun ini terdapat

alat berupa digester dan screw press yang masing-masing memiliki fungsinya.

Digester merupakan alat yang berfungsi untuk mencacah dan melumatkan

brondolan buah sawit sehingga brondolan dan daging buah akan terpisah dan akan

memudahkan dalam proses pengutipan minyak pada proses pengepresan. Screw

press merupakan alat yang digunakan untuk mengutip minyak yang terdapat pada

daging buah sawit dengan cara mengepres atau mengempa daging buah yang telah

dilumatkan pada digester dengan menggunakan screw yang berputar serta

menggunakan hidrolik press yang berfungsi untuk menekan daging buah agar

dapat diperoleh minyak yang terdapat pada daging buah sawit tersebut.

Adapun komponen-komponen yang berhubungan dengan stasiun

pressing ini ialah:

a. Fruit elevator conveyor


Fruit elevator conveyor berfungsi mengirimkan brondolan

buah sawit yang telah diterima dari bottom cross conveyor menuju

digester yang sebelumnya dikirim ke top cross conveyor dan akan

diteruskan ke distributing conveyor untuk selanjutnya masuk ke

dalam digester.

b. Digester (ketel adukan)

Digester adalah alat yang berfungsi untuk melumatkan brondolan

agar dapat terpisah antara daging buah dan biji sehingga akan

mempermudah pada proses pengutipan minyak yang terdapat di

daging buah. Didalam digester memiliki lima tingkat pisau yang

terdiri dari dua buah pisau yang terdapat di tiap tingkatnya. Pisau-

pisau tersebut berguna untuk mencacah dan melumatkan brondolan

buah sawit. Pisau yang terdapat pada dasar digester berfungsi untuk

mendorong massa keluar dari digester atau ketel adukan menuju

mesin press. Selama proses pengadukan dan pelumatan

berlangsung, dimasukkan steam 90°C ke dalam ketel adukan yang

berfungsi untuk mengencerkan adukan atau melembutkan adonan

daging buah agar proses pengadukan lebih mudah dan tidak terjadi

pengerasan adonan selama pengadukan karena dapat merusak

motor pengaduk yang terdapat pada ketel adukan.

c. Pengempaan (press)

Pengempaan adalah proses pengutipan minyak yang terdapat di

daging buah sawit yang telah melalui proses pencacahan dan


pengadukan pada digester yang dilakukan dengan cara mengepres atau

mengempa daging buah agar kandungan minyak didalam daging buah

dapat keluar. Umumnya pengepresan minyak menggunakan alat screw

press. Screw press adalah alat yang terdiri dari screw wolen, hidrolik

press dan cake press. Screw wolen berfungsi untuk mengeluarkan

adonan daging buah yang telah dilumatkan dengan alat berupa screw

yang berputar. Hidrolik press berfungsi untuk menekan daging buah

yang secara terus menerus dikeluarkan dari digester oleh screw wolen

agar kandungan minyak pada daging buah dapat keluar. Hidrolik press

mempunyai tekanan yang harus digunakan yaitu 34-38 psi. Cake press

berfungsi untuk menyaring minyak hasil pengepresan, dimana hasil

pengepresan tersebut akan ditampung pada tangki pemisah pasir (sand

trap tank).

2.2.8. Stasiun pemurnian minyak (Clarification Station)

Stasiun pemurnian minyak adalah stasiun terakhir dalam proses

pengolahan minyak. Minyak yang berasal dari stasiun press masih banyak

mengandung kotoran seperti lumpur, air dan lain-lain. Maka unutk mendapatkan

minyak yang memenuhi standar, diperlukannya pemurnian minyak. Minyak kasar

yang masih bercampur dengan kotoran diproses lebih lanjut, sehingga diperoleh

minyak produksi yang akan dikirim ke tangki timbun. Di dalam proses pemurnian

minyak menggunakan tahap dan alat-alat secara berurutan, yakni :


1. Tangki pemisah pasir (Sand Trap Tank)

Minyak yang telah melalui proses pengepresan kemudian ditampung

pada tangki pemisah pasir. Kapasitas dari tangki pemisah pasir ini adalah

20-30 ton, berbentuk vertikal. Di tangki ini minyak akan dilakukan

pengendapan untuk mengedapkan pasir kasar yang terdapat pada minyak

hasil pengepresan. Minyak kasar diberi uap panas untuk mempermudah

proses pemisahan dari partikel yang mempunyai berat jenis tinggi. Hal-

hal yang harus diperhatikan selama proses pemisahan minyak dengan

pasir adalah suhu minyak kasar, yakni harus terjaga sekiar 95-115°C dan

pembuangan pasir secara rutin dilakukan setiap 4 jam sekali.

2. Saringan getar (Vibrating Screen)

Minyak bagian atas dari tangki pemisah pasir yang masih mengandung

serat dan kotoran akan dialirkan ke saringan getar. Proses penyaringan

dengan menggunakan saringan getar guna untuk memisahkan padatan

seperti serabut, pasir, tanah dan kotoran-kotoran lainnya yang masih

terbawa dari tangki pemisah pasir. Padatan yang tertahan di ayakan

dikembalikan ke digester melalui konveyor, sedangkan minyak dipompa

ke crude oil tank. Untuk memudahkan penyaringan saringan getar maka

dibantu dengan penyemprotan air panas. Hal yang harus diperhatikan

dalam pemisahan kotoran dengan menggunakan saringan bergetar ialah

pengenceran dengan air diatur sedemikian rupa hingga air didalam tangki

mempunyai perbandingan 1 : 2 (minyak : kotoran).


3. Tangki minyak kasar (Crude Oil Tank)

Minyak yang keluar dari saringan bergetar akan dialirkan ke tangki

minyak untuk ditampung sementara. Di tangki ini, minyak dipanaskan

menggunakan steam melalui sistem pipa pemanas. Suhu yang harus

dijaga yaitu 90-95°C dan selanjutnya minyak dipompakan ke Continuous

Settling Tank (CST).

4. Pemisahan minyak dengan sludge (Continuous Settling/Clarifier

Tank)

Continuous settling tank (CST) bertujuan untuk mengendapkan lumpur

(sludge) berdasarkan perbedaan berat jenis, suhu di CST dipertahankan

90-95°C. CST dibagi menjadi tiga ruangan yaitu ruangan pertama yang

berguna untuk penampungan minyak dari pompa minyak kasar dan

penambahan panas. Ruangan kedua yaitu ruang pemisah, minyak yang

memiliki berat jenis kecil akan mengapung dan dialirkan ke dalam tangki

masakan (oil tank), sementara kotoran yang memiliki berat jenis besar

dari pada minyak akan masuk ke dalam ruang ketiga melalui lubang

bawah sekat. Ruang ketiga adalah ruang penampung kotoran sebelum

dialirkan ke dalam Slude Tank.

Pada proses ini mendapatkan dua hasil yang berbeda yaitu Sludge

(lumpur) dan minyak. Sludge yang masih terdapat sedikit minyak akan

diolah di pengolahan Sludge dan minyak akan diproses di oil tank (tangki

masakan minyak).
5. Pengolahan Sludge (Pre Cleaner)

Kotoran yang masih mengandung minyak diolah kembali untuk diambil

minyak yang masih terkandung didalamnya. Proses pengambilan minyak

ini dilakukan dengan beberapa alat :

a. Tangki “Sludge” (Sludge Tank)

Tangki sludge digunakan untuk menampung sludge dari hasil

pemisahan tangki pisahan yang masih mengandung minyak sekitar 7-

9%. Pemanasan ini dilakukan dengan pemberian uap panas dan suhu

cairan dalam tangki 95-115°C.

b. Sand Cyclonel

Kotoran yang berasal dari sludge tank sebelum dimasukkan dalam

sludge separator di pompa terlebih dulu ke sand cyclone dimana pasir

halus akan terpisah karena adanya gaya sentrifugal. Untuk mengutip

minyak yang masih terkandung di sludge, maka selanjutnya sludge

diproses pada sludge separator.

c. Sludge Separator

Cairan sludge yang telah melalui pre cleaner dimasukkan dalam

sludge separator untuk dikutip gaya sentrifugal. Minyak yang lebih

kecil bergerak menuju ke poros terdorong keluar melalui sudut-sudut

ke ruang pertama tangki pisah (CST).


Beberapa hal yang harus diperhatikan selama proses pengutipan

minyak berlangsung yakni suhu sludge dijaga tetap 95-115°C,

penambahan air untuk dilusi harus dengan air panas (95-115°C)

dengan besarnya aliran 10-15° pada gelas duga dan pembebanan baru

dapat dilaksanakan setelah mesin berputar normal dengan menghitung

petunjuk putaran (118-125 rpm).

d. Tangki Penampung Limbah Minyak

Endapan-endapan yang berasal dari clarifier tank, oil tank, dan sludge

tank yang di drain setiap pagi sebelum diolah, ditampung dalam

tangki ini. Begitu juga dengan minyak kutipan dari bak penampung

sludge.

e. Bak Penampung Sludge (Fat Fit)

Fat fit digunakan untuk menampung cairan yang masih mengandung

minyak yang berasal dari air kondensat dan stasiun klarifikasi. Minyak

yang dikutip akan dipompa ke raclaim oil tank. Selama proses

pengutipan minyak, pompa harus berfungsi dengan baik agar cairan di

dalam bak dapat dipompa secara terus menerus ke tangki pengutipan

minyak.

f. Tangki Pengutipan Minyak (Sludge Oil Recovery Tank)

Cairan sludge dari bak penampungan sludge di pompakan ke dalam

tangki ini untuk mengambil minyak yang masih terikut. Sistem

pemisahan minyak berlangsung secara gravitasi, minyak dikutip dari


bagian atas dengan alat pengutip (oil skimmer) yang dapat diatur naik

turun sesuai dengan ketebalan minyak yang terapung.

g. Tangki Masakan Minyak (Oil Tank)

Minyak yang telah terpisah dari CST dimasukkan ke dalam tangki

untuk dipanaskan kembali sebelum diolah lebih lanjut. Isi dalam

tangki diusahakan tetap terisi penuh agar pemanasan tetap 90-95°C.

h. Tangki Apung (Float Tank)

Tangki apung digunakan untuk mengatur jumlah minyak yang masuk

ke dalam vacum dryer supaya merata dan tetap konstan. Adanya

tangki apung dapat membantu kerja vacum dryer karena tangki apung

mengatur minyak agar tidak masuk ke dalam vacum dryer sekaligus.

i. Vacum Dryer

Pengeringan minyak berguna untuk memisahkan air dengan minyak

dengan dilakukannya penguapan hampa. Minyak yang ditampung

dalam float tank seterusnya dihisap oleh vacum dryer. Di bagian

bawah vacum dryer terpasang tuper spindle guna untuk mengatur

minyak yang disalurkan ke dalam bejana vacum dryer sehingga

vacum dryer akan tetap terkendali.

Selama proses pengeringan berlangsung, hal yang diperhatikan adalah

tekanan hampa yang harus mencapai 0,8-10 kg/cm2, ujung pipa

pengeluaran air kondesat harus terendam dalam air hot well tank.
j. Tangki Timbun (Storage Tank)

Tangki timbun merupakan proses penyimpanan CPO yang telah

melalui proses tahap akhir di stasiun klarifikasi. CPO yang telah

diproduksi sebelum dikirim untuk dijual, akan disimpan di dalam

tangki timbun dengan suhu 37-45°C. Pemanasan menggunakan steam

spiral untuk menghindari proses oksidasi. Penyimpanan dilakukan

pada dua unit kapasitas masing-masing adalah 2000 ton & satu unit

tangki timbun dengan kapasitas 3000 ton.

3.2.9. Pengolahan Biji

Proses pengolahan dimulai dari pemisahan biji dan serat (Depericarper)

yang kemudian diperam, dipecahkan dan dipisahkan antara inti sawit dan

cangkangnya. Inti dipanaskan hingga batas tertentu, sementara cangkang dikirim

ke stasiun boiler yang digunakan sebagai bahan bakar.

1. Pemisahan Ampas dan Biji

Proses pemisahan serat dan biji menggunakan alat yang disebut

despericarfer, dimana alat ini terdiri dari kolom pemisah (separating

colum) dan drum pemolis (polishing drum). Serat dan biji yang berasal

dari konveyor pemecah ampas kempa (cake beaker conveyor) akan masuk

ke dalam kolom pemisah.

Sistem pemisahan serat terjadi dikarenakan hampa udara didalam

kolom pemisah yang disebabkan oleh isapan blower. Serat yang

mempunyai berat jenis kecil akan terhisap ke dalam fiber cyclone dan
melalui lock masuk ke conveyor bahan bakar, sedangkan biji yang

mempunyai berat jenis lebih besar akan jatuh ke bawah dan dihantar ke

dalam polishing drum.

2. Proses Pemisahan Serat dan Biji Polishing Drum

Polishing drum merupakan drum berlubang yang berputar-putar,

akibat dari perputaran ini terjadi gesekan yang mengakibatkan serabut

yang masih menempel pada biji terpisah dari biji. Biji yang jatuh diangkut

oleh konveyor serta biji yang terbawa ke atas akan jatuh kembali di dalam

air lock dan ditampung oleh elevator untuk dibawa ke nut silo. Polishing

drum mempunyai kecepatan berputar sebesar 32 rpm.

3. Pemeraman Biji di Nut Silo

Nut silo yaitu tempat penampungan inti biji kelapa sawit,

mempunyai fungsi untuk mengurangi kadar air sehingga cangkang lebih

mudah pecah dan inti lekang dari cangkangnya. Selain itu, juga sebagai

tempat penyimpanan sementara biji yang belum diolah pada proses

berikutnya.

Kadar air yang terdapat didalam inti sawit yang berada didalam nut

silo dapat dikurangi dengan cara meniupkan udara panas yang dialirkan

melalui elemen panas. Lapisan biji didalam alat umumnya terdiri dari tiga

tingkatan suhu yang berbeda yaitu dibagian atas memiliki suhu 70°C,
dibagian tengah memiliki suhu 60°C dan dibagian bawah memiliki suhu

50°C. Dalam pengisian silo harus penuh agar kalori tidak banyak terbuang.

4. Pemecahan Biji di Ripple Mill

Biji yang telah diperam didalam nut silo dimasukkan ke ripple mill

untuk dipecah sehinga inti akan terpecah dari cangkangnya. Pemecahan

biji dilakukan dengan gaya gesek, menggunakan mata pisau yang saling

berlawanan arah. Sebelum nut dipecah, nut akan melewati lempeng

magnet yang berfungsi untuk menarik sampah-sampah seperti logam

supaya tidak tergesek oleh mata pisau, sehingga mata pisau tidak cepat

rusak

5. Pemisahan Inti dan Cangkang

Hasil dari ripple mill akan dibawa konveyor untuk dipindahkan ke

elevator untuk masuk ke pemisahan inti dan cangkang. Di PT. MAR

menggunakan dua tahapan proses pemisahan inti yakni cara basah dan cara

kering. Cara kering yaitu biji yang telah dipecahkan, dipisahkan dengan

pemberian angin (blower). Inti yang mempunyai berat jenis besar akan

jatuh ke bawah dan akan terbawa konveyor. Cangkang yang mempunyai

berat jenis kecil akan terbang ke atas.

Cangkang dipisahkan kembali dengan cara basah yang disebut

dengan Claybath, menggunakan larutan CaCO3 dan air dengan ukuran

partikel CaCO3 lolos mesh 400. Kernel adalah fraksi ringan yang akan
dibawa ke kernel silo untuk dikeringkan dan cangkang akan dibawa ke

tempat penampungan cangkang untuk diproses lebih lanjut.

6. Proses Cangkang di Light Tenera Dry Separator (LTDS)

Di bagian ini terjadi pemisahan, dimana fraksi yang lebih ringan

akan dihisap oleh LTDS cyclone. Fraksi yang ringan dan dihisap terdiri

dari shell dan fiber yang akan dibawa ke shell hoper melalui fiber dan shall

conveyor. Selanjutnya akan dicacah kembali menjadi lebih kecil untuk

dijadikan sebagai umpan bahan bakar boiler dan akan dijual apabila ada

yang memesan. Kernel dan sebagian shell yang belum terpisahkan

dipisahkan kembali di claybath.

7. Pengeringan Inti Pada Kernel Silo

Inti yang masih mengandung air harus dikeringkan hingga kadar air

7%, apabila kandungan air tinggi akan mempengaruhi nilai penjualan. Inti

yang telah dipisahkan dari cangkang didistribusikan ke dalam unit kernel

silo untuk dilakukannya proses pengeringan. Kernel silo merupakan alat

untuk mengurangi kadar air yang masih terkandung didalam inti produksi,

dikeringkan menggunakan udara panas dari steam heater yang

dihembuskan oleh fan kernel silo ke dalam kernel silo. Kernel yang sudah

dikeringkan dibawa menuju kernel Hoper (Setyamidjaja, 2006)


8. Penurunan Inti (Kernel Hoper)

Penurunan inti adalah tangki dengan corong dimana inti yang telah

kering dimasukkan ke dalam karung dan ditimbang. Inti yang sudah

dimasukkan dalam karung, ditimbun atau disimpan hingga banyak dan

akan dikirim pada pembeli.

9. Stasiun Pusat Pembangkit Tenaga (Power Plant)

Pusat pembangkit tenaga merupakan stasiun tenaga listrik dan uap.

Tenaga listrik diperoleh dari pembangkit listrik tenaga diesel yang

menggunakan bahan bakar solar, sementara pembangkit listrik tenaga uap

menggunakan uap sebagai tenaga penggeraknya. stasiun ini berguna untuk

kebutuhan pabrik yakni pada proses pengolahan dan kebutuhan listrik

Domestik (Mess karyawan/PKS). Stasiun ini mempunyai beberapa unit:

10. Diesel Generator

Diesel generator digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik, disaat

turbin uap tidak bekerja akan terjadi penurunan pada tenaga turbin. Hal ini

bisa terjadi jika saat pabrik tidak mengolah.

11. Turbin Uap

Turbin uap ialah listrik tenaga uap yang digerakkan oleh tenaga uap

dari ketel uap. Turbin uap mempunyai fungsi sebagai pembangkit tenaga

listrik yang dibutuhkan saat produksi dan domestik dengan menggunakan

steam (uap) kering yang berasal dari ketel uap. Turbin uap juga memilii

tekanan sebesar 1000 rpm dengan tenaga 400-500 volt.


12. Tangki BPV

Tangki BPV ialah tangki yang digunakan untuk menapung uap

steam dari boiler dan hasil pembuangan turbin digunakan untuk suplai uap

untuk proses perebusan dan untuk proses pengolahan lainnya. Uap steam

yang ditampung ditangki BPV adalah uap steam yang memiliki tekanan

3,2 bar. Jika melebihi tekanan 3,2 bar, uap secara otomatis akan terbuang.

Uap yang berada ditangki BPV juga merupakan uap yang digunakan untuk

proses perebusan dan untuk proses lainnya yang memerlukan uap steam.

3.2.10. Stasiun Pengolahan Air

Stasiun ini merupakan stasiun yang menyediakan air untuk proses

produksi dan keperluan domestik sekitar. Di stasiun ini air diolah bertujuan untuk

mengurangi atau menghilangkan kotoran dan gas-gas terlarut maupun tidak

terlarut yang terkandung dalam air hingga memenuhi syarat agar menjadi air

untuk kebutuhan proses maupun air untuk kebutuhahan domestik.

1. Penjernihan Air

Proses penjernihan air dilakukan dengan penambahan soda abu dan

tawas yang mempunyai tujuan untuk menggumpalkan kotoran yang

terdapat dalam air agar mudah dipisahkan. Pengolahan air di PT. MAR

berasal dari air waduk yang dipompa dengan raw water pump dengan

kapasitas 1500 ton/m3 ke tangki pemisah endapan atau lumpur. Ketika air
hendak dipompa, air langsung disemprotkan bahan kimia oleh pompa

bahan kimia supaya terjadi penggumpalan dan pengendapan kotoran.

Air yang sudah jernih akan naik ke atas dan turun ke tangki

penyimpanan sementara yang nantinya akan dialirkan ke penyaringan

pasir, endapan yang masih ada didalam air disaring menggunakan

penyaring pasir. Air yang telah disaring selanjutnya dipompa naik ke

menara air dan dari sini air dialirkan ke pabrik untuk dialirkan ke untuk

proses produksi dan kebutuhan domestik.

3.2 Mesin dan Peralatan

Mesin dan peralatan yang digunakan di PT. MAR sebagai berikut :

1. Jembatan Timbang

 Merk : Avery weight muggy

 Jumlah : 1 unit

2. Loading Ramp

a. Capstand

 Merk : Brook Hansen

 Model/Tipe : SK2H 27 C, rat 63

 Motor : Electrim 11 Kw/ 1460 rpm

 Coupling/ bearing : FLC NBK 250, NBK 8 bolt/nut

 Capasity : 4,5 ton

b. Lori
 Kapasitas : 4 ton

c. Transfer Carriage

 Merk : Hydrolic Rexroth Bosch Group

 Motor : Electrim 5,5 Kw/ 1450 rpm

3. Stasiun Perebusan (Sterilizer)

a. Bejana Sterilizer

 Type : Horizontal sterilizer

 Kapasitas : 9 Lori

 Jumlah : 2 Unit

4. Stasiun Penuangan Buah ( Tippler)

 Jumlah : 1 unit

 Kapasiitas : 4,5 ton

5. Stasiun Penebah (Thresing)

a. Thresing

 Merk : Brook Hansen

 Kecepatan : 21 rpm

 Jumlah : 2 unit

b. Bunch Hopper

6. Stasiun Press (Pressing)

a. Digester

 Type : HC3 PVSF 04


 Ratio : 57/inp Rpm 1501

 Electric Motor : Electrim 30 Kw/1470 rpm Hydro Coupling 16

 Kapasitas : 3500 1 Screw Euro Drive

 Coupling/Bearing : Pulley B4 a0/11

V-Belt SPB 2550

FLC NBK 1800

10 Bolt/Nut

 Jumlah : 4 unit

b. Screw Press

 Merk : Wang Yuen/ Type KW Y P.15

Speed 11 Rpm SEW Eurodrive

 Type : 193 PS F50S PO

 Ratio : 78/ inp Rpm 750

 Electric Motor : Te ro 40 Hp/ 1460 Rpm

 Coupling/ Bearing : Pulley

Vanbelt

Coupling Spider 15

 Jumlah : 4 unit

 Kapasitas : 15 ton/jam

7. Stasiun Klarifikasi (Clarification)


a. Sand Trap Tank

 Type : Steam Injeksi

 Jumlah : 1 unit

 Kapasitas : 15 m3

 Suhu : 90-95⁰C

b. Vibrating Screen

 Merk : Water Mech

Model DDC5 60/1 diameter 60

 Jumlah : 3 unit

 Saringan : 20 dan 40 mesh

 Buatan : Kentucky/ USA

 Kecepatan geteran : 1500 rpm

c. Crude Oil Tank

 Type : Sistem Injeksi Steam

 Jumlah : 1 unit

 Kapasitas : 15 m3

 Suhu : 90⁰C

d. Continous Setting Tank

 Type : Sistem Steam Injeksi dan Pipa Koil


 Jumlah : 2 Unit

 Kapasitas : 120 m3/ unit

 Suhu : 90-95⁰C

e. Oil Tank

 Type : Pressurized daerator

 Jumlah : 1 Unit

 Kapasitas : 90 m3/jam

 Suhu : 102-105⁰C

f. Vacuum Dryer

 Merk : Leeson Mech

 Jumlah : 1 unit

 Kapasitas : 12 ton/jam

g. Oil Purifier

 Merk : Alva Laval P APX-307-Plus

 Electric Motor : 10 Hp/ 2830 rpm

 Coupling/ bearing : Flat Belt/ Coupling with brake Pad

Max. Speed 8375


 Jumlah : 3 unit

h. Storage Tank

o Type : Sistem Steam Koil

o Jumlah : 2 unit

o Kapasitas : 2.000 ton/unit

o Suhu : 40-45⁰C

i. Sludge Tank

 Type : Sistem Steam Injeksi

 Jumlah : 2 unit

 Kapasitas : 20 m3/ unit

 Suhu : 90-95⁰C

j. Sludge Drain Tank

 Type : Sistem Steam Injeksi

 Jumlah : 1 unit

 Kapasitas : 5 m3

 Suhu : 90-95⁰C

k. Sludge Separator

 Type : Sistem Steam Injeksi

 Jumlah : 6 Unit
 Kapasitas : 2m3

 Suhu : 90-95⁰C

8. Stasiun Nut dan Kernel

a. Depericarper

 Merk : SEW EURO DRIVER

 Jumlah : 1 Unit

 Kecepatan : 53 rpm

b. Polishing drum

 Type : R87 AM

 Jumlah : 1 unit

 Kecepatan : 32 rpm

c. Ripple Mill

 Type : CB CRACKER

 Jumlah : 3 unit

 Kecepatan : 960 rpm

 Kapasitas : 4 ton/jam

d. Claybath

 Merk : SWECO
 Jumlah : 1 unit

 Kecepatan : 960 rpm

 Saringan : 10 dan 8 mesh

e. Kernel Silo

 Merk : 270 SWSL

 Type : sistem air heater

 Jumlah : 3 unit

 Kapasitas : 15 ton/jam

 Suhu : 70⁰C (atas), 60⁰C (tengah), 50⁰C (bawah)

f. Kernel Hopper

 Jumlah : 1 unit

 Kapasitas : 10 ton/jam

9. Stasiun Boiler

a. Boiler

 Type : Water Tube

 Merk : TAKUMA BOILER

 Jumlah : 1 unit

 Working Pressure : 20-24 bar


10. Stasiun Engine Room

a. Generator Diesel

 Merk : CAT

 Jumlah : 3 unit

 Prime : 280 Kw (Diesel 1 dan 2), 100 Kw (Diesel 3)

 Voltage : 220/380 V

 Frekuensi : 50 Hz

 Kecepatan : 1.500 rpm

b. Generator Turbin

 Merk : SHINKO

 Jumlah : 2 unit

 Prime :703 Kw

 Kecepatan : 5.400 rpm

LIMBAH CAIR DI PT. MITRA ANEKA REZEKI (MAR)

I. TUJUAN

Tujuan penulis mengangkat judul ini adalah untuk

mengetahui bagai mana cara mengatasi limbah cair agar

zat asam/pH yang terdapat pada limbah tersebut bisa

hilang atau berkurang.


II. PERMASALAHAN

Adapun permasalahan pada penulis ialah  buangan

yang dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit utamanya berasal

kondensat rebusan, air hidrosiklon, dan sludge separator.

Setiap ton TBS yang diolah akan terbentuk sekitar 0,6 hingga

1 m3 POME. POME kaya akan karbon organik dengan nilai

COD lebih 40 g/L dan kandungan nitrogen sekitar 0,2 dan

0,5 g/L sebagai nitrogen ammonia dan total nitrogen. 

III. TABEL 1. DATA LIMBAH PT. MAR

PARAMETER AIR LIMBAH


Periode :

MARET 2020
           
NB P F

U a F L

L r L O

A a O M

/ m M E

T e E T

H t T E

N e E R

r   R

I U

N T

L L

E E

T T

D D
J H (H (

A A

R R

I I

I I
N N

I I
( (

m m
PT 
3 3

)   )  
0

a     

10        
0

M 3

a 82 5

r 0

- 4

2 8

20 17 3 2
30 8 2 1 4 4 3 2
3

a 2

r 5

2 6

0 9
0

M 3

a 82 0

r 0

- 4

2 9

40 13 4 2
50 8 2 1 4 3 2 2

5 6 9

- 8 5

-
2

0
0

M 2

a 82 9

r 3

- 3

2 4

60 19 3 2
0

M 2

a 82 9

r 7

- 5

2 4

70 18 4 2
80              

a
r

0
0

M 3

a 82 7

r 5

- 6

2 3

90 17 4 2
1

M 3

a 82 0

r 0

- 4

2 6

10 13 3 2
11 8 2 1 6 5 2 2

1 7 9

- 0 0
M

0
1

M 2

a 82 9

r 7

- 5

2 5

10 10 4 2
1

M 2

a 82 9

r 9

- 3

2 2

10 90 3 3
11 7 2 1 4 4 3 2
4

a 2

r 5

2 6

0 2
1

a     

10        
11 7 2 1 6 4 3 2

6 6 5

- 8 0

-
2

0
1

M 2

a 72 9

r 8

- 4

2 7

10 18 3 2
1

M 2

a 82 9

r 6

- 5

2 2

10 16 3 2
1

9 3

- 82 6 0

M 9 0

1a 17 4 2
r

0
2

M 2

a 82 9

r 9

- 4

2 6

20 15 3 2
2

M 3

a 82 2

r 5

- 7

2 4

20 19 5 2
22              

-
M

0
2

a     

20        
2

M 4

a 72 0

r 5

- 6

2 0

20 26 2 1
22              
5

0
2

M 4

a 72 0

r 0

- 6

2 4

20 17 3 2
22 8 2 1 4 3 3 2

7 2 0

- 5 5

-
2

0
2

M 3

a 82 5

r 0

- 7

2 1

20 11 4 2
2

a     

20        
33 7 2 1 7 4 4 2

0 5 0

- 0 0

a
r

0
3

M 3

a 72 9

r 5

- 4

2 7

30 17 4 3
R

A 3

- 7 42 2

R 8

A 5

T 4

A 6
IV. PEMBAHASAN

Limbah cair (POME) merupakan produk sampingan yang

dihasilkan dari pengolahan TBS di PKS dan berasal dari proses

perebusan (sterilizer), pemurnian (clarifier), air cucian pabrik, dan

air hydrocyclon (air pemisahan proses pemisahan cangkang dan

inti sawit). Parameter pencemaran limbah cair yang digunakan

yaitu pH, BOD, COD, TS, minyak dan lemak. Baku mutu limbah

cair yang diambil dari kolam raw effluent dan effluent treatment.

pemeriksaan pada bulan maret 2020 dapat dilihat pada Tabel 1.

Sistem pengolahan limbah menggunakan sistem kolam

dengan tujuan dapat menurunkan kadar cemarnya terutama nilai

BOD dan COD limbah agar dapat diaplikasikan ke lahan. Limbah

cair yang dihasilkan pabrik akan ditampung pada sistem IPAL yang

terdiri dari 8 kolam dan 1 kolam untuk uji coba dengan

ikan/tumbuhan.

Berikut adalah cara menangani limbah

1. Kolam pendingin

Cooling pand berfungxsi untuk mendinginkan suhu limbah

dari 40-50 C menjadi < 50 c dengan ph 4-4,5 sehingga bakteri

meshofilik dapat hidup untuk menghidrolisis limbah

2. Kolam pengasaman
Kolam pengasaman adalah proses lanjutan dari kolam

pendingin yang dialirkan ke kolam pengasaman bertujuan untuk

melakukan proses pelepasan senyaea senyawa gas yang ada pada air

limbah PKS dengan PH berkisar 6-7.

3. Kolam anaerobik

Kolam amaerobik ialah limbah dari kolam pengasaman

yang dialirkan ke kolam anaerobik yang bertujuan untuk melakukan

proses pendegradasi yang dilakukan oleh bakteri anaerob untuk

memisahkan unsur unsur senyawa anorganik dan anorganik. Selain

itu untuk menurunkan kadar BOD pada air limbah.

4. Kolam aerobik

Kolam aerobik ialah limbah dari kolam anaerobik yang

dialirkan menuju kolam aerobikdengan tujuan untuk dilakukan

pendegradasi ulang. Sehingga unsur unsur senyawa majemuk hasil

pendegradasi pada kolam anaerobik lebih sempurna kemudian

disirkulasi kembali ke kolam anaerobik.

5. Kolam anaerobik

Kolam anaerobik suatu proses pelepasan senyawa nitrogen

dengan menambahkan oksigen dengan cara menambahkan pompa

kemudian dispraykan.
6. Kolam sedimentasi

Kolam sedimentasi befungsi sebagai proses pengendapan air

limbah yang masih mengandung lumpur. merupakan kolam terakhir

selanjutnya air dialirkan ke kolam kontrol.

7. Kolam kontrol

Kolam kontrol merupakan kolam yang berfungsi sebagi

kontrol kolam kontrol berisi ikan sebagi kontrol yang menjadi

indikator bahwa limbah aman dibuang ke sungai apabila terdapat

ikan yang mati didalam kolam kontrol maka perlu dilakukan

pengaerasi kembali.

Dan juga pemeriksaan kadar pH di masing-masing kolam

dilakukan setiap hari untuk melihat kadar pH dan membandingkan

dengan kolam lain.

V. KESIMPULAN

Kesimpulannya adalah pengelolaan dan pemanfaatan limbah cair

dengan cara diaplikasikan ke lahan yang dilakukan perusahaan tidak

berdampak negatif bagi air sungai karena tidak ada limbah yang

dibuang secara langsung ke sungai. Hal tersebut menunjukkan

bahwa perusahaan sudah melakukan pengawasan yang baik terhadap

kemungkinan rembesan dan limpahan air limbah baik dari kolam


limbah di stasiun IPAL maupun dari dalam flatbed yang di

aplikasikan di lahan.

BAB IV

SISTEM PEMASARAN

4.1 SPESIFIKASI PRODUK

Produk yang di hasilkan oleh PT. MAR adalah produk

setengah jadi, jadi produk ini di jula Kembali kepada pabrik yang

mengolah produk jadi. Dan produk ini ada 2 bahan utama yaitu CPO

dan kernel. CPO dan kernel akan di jual Kembali ke pabrik

industry/pabrik yang mengolahan bahan yang sudah bisa di gunakan.

Dari pabrik tersebut akan mengolah CPO dan kernel menjadi:

Bahan baku CPO

1. Minyak goreng/minyak makan

2. Mentega margarin

3. Sabun

4. Sampo

5. Biodiesel

Bahan baku kernel

1. Alat kosmetik
Selain itu PT. MAR juga ada produk sampingan yaitu dari

cangkang. Cangakang tersebut akan di jual kepasa konsumen yang

mau membelinya. Cangakang tersebut bisa menjadi :

1. Arang

2. Makanan hewan ternak

4.2 Pemasaran

PT. MAR memiliki pabrik pengolahan kelapa sawit sendiri.

Sehingga TBS yang telah dipesan dari kebun dapat langsung

diangkut ke pabrik untuk diolah. Produk yang dihasilkan oleh PKS

PT. MAR terdiri dari dua jenis yaitu produk utama yang berupa

minyak kelapa sawit dan kernel sedangkan produk sampingan

berupa cangkang dan kompos. Pemasaran dilakukan dengan melalui

tender dimana penetapan harga merujuk kepada harga yang

ditetapkan oleh bagian pemasaran dikantor pusat. Pabrik akan

mengeluarkan produk apabila ada permintaan resmi dikantor pusat

yaitu dengan adanya Delivery Order (DO). Ddelivery Order

merupakan perjanjian yang telah disepakati kedua belah pihak. Di

PT. MAR pemasaran produk biasanya dilakukan dengan sistem

FOB. FOB yaitu sistem dengan tanggungan perusahaan hingga

sampai kedalam kapal / tonkang. CPO yang telah di despack dan

masuk kedalam truk tangki pengangkutan akan dimasukan kedalam


tonkang sedangkan kernel diangkut menggunakan truk ke lanting

kemudian dimuat menggunakan tongkang. Penjualan CPO kernel

dikirim langsung ke pembeli agar di olah Kembali menjadi bahan

jadi.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang saya dapatkan selama melakukan praktek

kerja lapangan (PKL) di PT. MAR Sebagai berikut:

1. Mahasiswa bisa menerapkan secara langsung dalam proses

pengolahan di bidang perkebunan terutama di kelapa sawit.

2. Mahasiswa dapat memahami dalam penanganan limbah dari kelapa

sawit.

3. PT. MAR adalah salahsatu pabrik yang mengola bahan menjadi

setengah jadi.

5.2 Saran

Saran saya pekerja yang berada di PT. MAR harus

memperhatikan keselamatan kerja dan juga kebersihan di sekitar

tempat kerja, agar tidak mengganggu kenyamanan dalam melakukan

pekerjaan. dan juga harus disiplin terhadap waktu agar pekerjaan kita

mendapatkan hasil yang maksimal.


DAFTAR PUSTAKA

Adlin, Lubis U. 1992. Kelapa Sawit di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan

Marihat. Pematang Siantar

Sastrosayono, Selardi. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Jakarta: Agromedia

Pustaka.

Budianta, D. 2005. Potensi limbah cair pabrik kelapa sawit sebagai sumber hara

untuk tanaman perkebunan. Jurnal Dinamika Pertanian 20(3):273-

282.

Lubis, A. U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat

Anda mungkin juga menyukai