Anda di halaman 1dari 13

1.

3 Lokasi Pabrik
Pemilihan serta penentuan lokasi pabrik sangat menentukan keberhasilan
suatu pabrik. Khususnya letak geografis suatu pabrik yang akan didirikan. Oleh
sebab itu, penting dilakukan suatu perencanaan dalam menentukan lokasi pabrik.
Lokasi pendirian pabrik yang tepat dengan bahan baku semurah mungkin dan
fasilitas penunjang lainnya yang memadai dapat memperoleh keuntungan dalam
jangka panjang baik untuk perusahaan maupun kesejahteraan warga sekitar.
Adapun penentuan lokasi pabrik yang tepat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya.

1.3.1 Ketersediaan Bahan Baku


Adapun bahan baku utama untuk perancangan pabrik bioetanol ini adalah
tandan kosong kelapa sawit. Tandan kosong kelapa sawit yang digunakan
merupakan hasil dari distribusi perkebunan kelapa sawit di Provinsi Kalimantan
Timur. Diketahui untuk 1 ton kelapa sawit akan mampu menghasilkan limbah
berupa tandan kosong kelapa sawit (TKKS) sebanyak 23% atau 230 kg, limbah
cangkak (shell) sebanyak 6,5% atau 65 kg, wet decanter solid atau lumpur sawit
sebanyak 4% atau 40 kg, serabut (fiber) sebanyak 13% atau 130 kg serta limbah
cair sebanyak 50% (mandiri,2012). Adapun produksi kelapa sawit di provinsi
Kalimantan Timur sebagai berikut.
Tabel 1.1 Data Produksi Kelapa Sawit di Provinsi Kalimantan Timur
Kabupaten/Kota Total Luas Produksi Produktivitas Jumlah Petani
(Ha) (Ton) (Kg/Ha) (KK/TKP)
Kutai Kartanegara 255.343 3.110.111 14.510 30.738
Kutai Timur 459.541 6.452.834 18.770 75.413
Kutai Barat 153.870 877.789 17.749 19.933
Mahakam Ulu 25.096 127.323 6.964 3.260
Penajam Paser Utara 47.084 399.987 10.573 12.824
Paser 178.328 2.014.529 13.988 36.243
Berau 257.318 4.729.880 22.324 38.993
Samarinda 1.209 8.719 10.581 583
Balikpapan 41 487 17.393 22
Bontang 52 311 9.147 14
Total Tahun 2021 1.374.543 17.721.970 17.367 218.023
Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur (2021)
Selanjutnya untuk bahan baku pendukung dari proses pembuatan bioetanol
ini diantaranya terdapat,
1. Natrium Hidroksida (NaOH)
NaOH merupakan bahan baku pendukung dari pembuatan bioetanol yang
digunakan pada saat proses pretreatment. Pretreatment adalah proses utama
yang dilakukan untuk menyederhanakan struktur lignoselulosa yang
terdapat pada tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Proses ini bertujuan
untuk menghancurkan ikatan lignin dan polisakarida (selulosa dan
hemiselulosa) menjadi senyawa gula yang lebih sederhana (Taherzadeh and
Karimi, 2008).
Pada proses pretreatment menggunakan larutan NaOH 1% selama 1 jam
dengan tekanan 1 atm, adapun larutan NaOH yang diperoleh dari pabrik
Asahimas Chemical yang berada di daerah cilegon.
2. Ammonium Sulfat ((NH4)2SO4)
(NH4)2SO4 merupakan bahan baku pendukung dari pembuatan bioetanol
yang digunakan pada saat proses sakarifikasi, proses ini juga menggunakan
bantuan enzim selulase dan enzim novozym yang bertujuan untuk mengubah
selulosa menjadi glukosa. Adapun ammonium sulfat diperoleh dari PT.
Petrokimia Gresik.
3. Asam Sulfat (H2SO4)
Asam sulfat merupakan bahan baku pendukung dari pembuatan bioetanol
yang digunakan pada saat proses hidrolisis. Pada proses hidrolisis
diperlukan katalis asam untuk dapat memecah Tandan Kosong Kelapa Sawit
(TKKS) menjadi selulosa, karenanya diperlukan penambahan kadar asam
sulfat yang dapat memberikan pengaruh terbesar pada pembentukan gula.
Asam sulfat diperoleh dari PT. Petrokimia Gresik.
4. Enzim Saccharomyces cerevisiae
Saccharomyces cerevisiae merupakan jenis khamir atau yeast yang
seringkali digunakan dalam pembuatan bioetanol. Sehingga saccharomyces
cerevisiae merupakan organism universal yang digunakan pada produksi
bioetanol dari bahan baku tandan kosong kelapa sawit. Saccharomyces
cerevisiae dapat tumbuh optimum pada suhu 27oC, dan pada pH 4,5-5.
Saccharomyces cerevisiae dapat memproduksi etanol dalam jumlah besar
dan mempunyai toleransi terhadap alkohol yang tinggi. Enzim
Saccharomyces cerevisiae digunakan untuk proses fermentasi yang
bertujuan untuk mengubah glukosa dan gula lainnya menjadi etanol.
5. Enzim Selulase
Enzim selulase digunakan untuk proses sakarifikasi yang bertujuan untuk
mengubah selulosa menjadi glukosa. Kandungan selulosa dalam TKKS
berpotensi digunakan sebagai sumber glukosa melalui hidrolisis kimiawi
atau enzimatis. Hidrolisis enzimatis untuk menghasilkan glukosa
menggunakan enzim selulase. Proses sakarifikasi dan fermentasi dilakukan
secara terpisah didalam satu reaktor. Enzim selulase dimasukan ke dalam
tangki sakarifikasi sehingga dapat terjadi reaksi hidrolisa.
6. Enzim Novozym
Enzim novozym yang digunakan bertipe novozym 188, dimana dengan
bantuan enzim ini akan mempermudah proses sakarifikasi dan fermentasi
agar dapat mengkonversi selulosa menjadi etanol.

1.3.2 Rencana Pemasaran


Adapun rencana pemasaran bioetanol yang harus dekat dengan lokasi
pabrik, karena hal ini dapat menurunkan biaya dan mempercepat waktu dalam
pendistribusian produk ke beberapa industri yang ada di Indonesia, berikut daftar
pemasaran industri berbasis bioetanol di Indonesia yang lokasinya dekat dengan
lokasi pendirian pabrik bioetanol.
Tabel 1.2 Daftar Industri yang Memproduksi Bioetanol di Indonesia
No Industri Kapasitas
(Kiloliter/Tahun)
1. PT Molindo Raya, Surabaya. 10.000
2. PT Perkebunan Nusantara (PTPN), Mojokerto 30.000
3. PT Energi Agro Nusantara (Enero) 30.000
1.3.3 Ketersediaan Lahan
Kawasan lahan yang dipilih untuk pendirian pabrik bioetanol bertepatan di
Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur. Dimana kawasan ini memiliki luas
wilayah sebesar 11.603,94 Km2. Adapun wilayah yang dipilih ialah kecamatan
Pasir Balengkong yang dimana kawasan ini memiliki luas wilayah sebesar 990,11
km2. Hal ini tentunya sangat didukung oleh pemerintah kabupaten (Pemkab),
karena pemerintah sendiri sudah membentuk peraturan daerah (perda) tentang
rencana pembangunan industri tahun 2020-2021 dalam rangka meningkatkan
perekonomian dan investasi di Kabupaten Paser.

1.3.4 Penyediaan Tenaga Listrik dan Air


Dalam pendirian suatu pabrik sangat penting untuk melihat bagaimana
penyediaan listrik dan air untuk pabrik tersebut. Adapun sarana pendukung seperti
ketersediaan listrik yang akan diperoleh dari PLN Rayon Tanah Grogot
dikarenakan berdekatan dengan wilayah pendirian pabrik. Selanjutnya untuk
ketersediaan sumber air akan diambil langsung dari laut yang dekat dengan
wilayah pendirian pabrik.

1.3.5 Sarana Transportasi


Sarana transportasi di kawasan Paser Balengkong khususnya di Desa
Laburan ini berdekatan dengan bandara udara yang terletak di ibukota kabupaten
Paser yakni Tanah Grogot, serta pelabuhan yang terletak di Tanah Grogot dan
wilayah Paser Balengkong, dan juga transportasi darat. Hal ini yang dapat
menunjang pemasokan, dan pendistribusian sumber bahan baku atau bahan baku
pendukung. Serta menjadi sarana transportasi karyawan dan distribusi produk.

1.3.6 Kebutuhan Tenaga Kerja


Pada pembangunan suatu pabrik hal penting yang harus diperhatikan ialah
tenaga kerja dari industri pabrik tersebut. Karena menurut Pemda di Kabupaten
Paser tenaga kerja pada subsektor seperti industri dan jasa merupakan kegiatan
yang kurang berkembang di kabupaten Paser. Maka, dibuatlah suatu lapangan
kerja pada industri yang bioetanol yang akan diambil dari pada alumni Sekolah
Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan alumni
Perguruan Tinggi Negeri ataupun Swasta yang sesuai dengan bidangnya masing-
masing. Diharapkan adanya lapangan kerja ini dapat memperkejakan tenaga kerja
yang berasal dari masyarakat lokal. Selain itu, daerah Kabupaten Paser dekat
dengan universitas – universitas yang berada pada Kalimantan Timur sehingga
dapat menyerap tenaga kerja terampil dan siap kerja. Mengingat jumlah siswa
SMA dan SMK sebanyak 1.869, sedangkan untuk mahasiswa perguruan tinggi
sebanyak 552 (sumber: Kabupaten Paser Dalam Angka, 2015). Sementara itu
untuk pekerjaan spesialisasi akan diperlukan tenaga kerja khusus yang
didatangkan dari luar daerah.

1.3.7 Karakteristik Lokasi


Kawasan Kecamatan Paser Balengkong, Kabupaten Paser, yang bertepatan
di Desa Laburan ini akan di proyeksikan menjadi tempat pendirian pabrik
bioetanol. Adapun kondisi geografis dari wilayah pendirian pabrik di Desa
Laburan, Kecamatan Paser Balengkong terletak pada posisi 1o57 Lintang Selatan
dan 116o24 Bujur Timur.
2.4 Spesifikasi Bahan dan Produk
Agar dapat memenuhi kualitas produk sesuai dengan target yang tepat pada
perancangan pabrik ini, maka mekanisme pembuatan bioetanol dirancang
berdasarkan variabel utama, yaitu: spesifikasi bahan baku, dan spesifikasi produk.
2.4.1 Spesifikasi Bahan
1. Tandan Kosong Kelapa Sawit.
Bahan baku utama yang digunakan untuk pembuatan bioetanol ialah tandan
kosong kelapa sawit. Adapun spesifikasi dari TKKS dapat dilihat pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Spesifikasi Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)
Parameter Kandungan (%)
Fase Padat
Lignin 23-25
Selulosa 43-46
Hemiselulosa 30-34
Abu 0,5-0,7
(Warsito, 2016)

2.4.2 Spesifikasi Bahan Baku Pendukung


Adapun spesifikasi bahan baku pendukung untuk pembuatan bioetanol ini
akan disajikan pada tabel dibawah ini.
1. Natrium Hidroksida (NaOH)
Natrium Hidroksida (NaOH) dalam pembuatan bioetanol digunakan pada
saat proses pretreatment. Pretreatment adalah proses utama yang dilakukan untuk
menyederhanakan struktur lignoselulosa yang terdapat pada tandan kosong kelapa
sawit (TKKS). Proses ini bertujuan untuk menghancurkan ikatan lignin dan
polisakarida (selulosa dan hemiselulosa) menjadi senyawa gula yang lebih
sederhana (Taherzadeh and Karimi, 2008).

Tabel 2.2 Spesifikasi Natrium Hidorksida (NaOH)


Parameter Spesifikasi
Berat molekul 40 g/mol
Wujud Cair
Warna Tidak berwarna
Titik Lebur 323oC
Titik Didih (1 atm) 1388oC
Densitas (20oC) 2130 kg/m3
Viskositas (25oC) 0,997 mPa.s
Specific Heat (50oC) 8,993 J/kg
Kemurnian 48 % wt
Impuritas H2O (51,8495 % wt)
(Lab Chem, 2012) (PT. Asahimas Chemical)

2. Ammonium Sulfat ((NH4)2SO4)


Ammonium Sulfat ((NH4)2SO4) dalam pembuatan bioetanol, digunakan
pada saat proses sakarifikasi, proses ini juga menggunakan bantuan enzim
selulase dan enzim novozym yang bertujuan untuk mengubah selulosa menjadi
glukosa.
Tabel 2.3 Spesifikasi Ammonium Sulfat ((NH4)2SO4)
Parameter Spesifikasi
Berat molekul 132,14 g/mol
Wujud Granul atau kristal padat
Warna Abu-abu kecoklatan sampai putih
Titik Leleh 513oC
Kelarutan dalam air 70,6 g/100 ml (0oC)
74,4 g/100 ml (20oC)
103,8 g/100 ml (100oC)
Kelarutan Tidak larut dalam aseton, alkohol,
dan ether.
(www.wikipedia.org)

3. Asam Sulfat (H2SO4)


Asam Sulfat (H2SO4) pada pembuatan bioetanol digunakan saat proses
hidrolisis. Pada proses hidrolisis diperlukan katalis asam untuk dapat memecah
Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) menjadi selulosa, karenanya diperlukan
penambahan kadar asam sulfat yang dapat memberikan pengaruh terbesar pada
pembentukan gula.
Tabel 2.4 Spesifikasi Asam Sulfat (H2SO4)
Parameter Spesifikasi
Berat molekul 98,08 g/mol
Wujud Cair
Warna Tidak berwarna sampai sedikit
kuning
Kemurnian 98%
Impuritis Chlorida (Cl) maksimal 10 ppm,
Nitrate (NO3) maksimal 5 ppm,
Besi (Fe) maksimal 50 ppm,
Timbal (Pb) maksimal 50 ppm
Kelarutan Larut dalam air
(www.petrokimia-gresik.com)

4. Enzim Saccharomyces cerevisiae


Enzim Saccharomyces cerevisiae pada pembuatan bioetanol merupakan
bahan yang digunakan pada proses fermentasi untuk dapat mengubah glukosa dan
gula lainnya menjadi etanol.
Tabel 2.5 Spesifikasi Enzim Saccharomyces cerevisiae
Parameter Spesifikasi
Jenis sel Eukariotik
Kingdom Fungi : Ascmycota
Subdivisi : Saccharomycetes
Ordo : Saccaromycetales
Familia : Saccharomycetaceae
Ukuran sel 3-10 x 4,5–21 µm
Bentuk sel bulat, oval atau memanjang
Temperatur tumbuh 28-35oC
(Kosaric, 2001)
5. Enzim Selulase
Enzim Selulase pada pembuatan bioetanol dilakukan pada proses
sakarifikasi untuk dapat mengubah selulosa menjadi glukosa.
Tabel 2.6 Spesifikasi Enzim Selulase
Parameter Spesifikasi
Berat molekul 52 g/mol
pH 4,2 – 5,2
Suhu 40-50oC
Sub kelas Enzim hydrolase
Specific gravity 1,10 – 1,30
(Anonimus, 2012)

6. Enzim Novozym
Enzim Novozym pada pembuatan bioetanol dapat mempermudah proses
sakarifikasi dan fermentasi agar dapat mengkonversi selulosa menjadi
etanol.
Tabel 2.7 Spesifikasi Enzim Novozym
Parameter Spesifikasi
Komposisi Cellic Ctec2 : enzim α-selulase, β-
selulase, dan hemiselulosa.
Cellic Htec2 : enzim β-glukosidase
Sifat fisik Berbentuk manik-manik bulat
berwarna putih
Densitas 1,19 g/cm2
Porositas 0,349
Kapasitas Asam 0,436 mmol/g
(Wulandari, 2015)

2.4.3 Spesifikasi Produk Bioetanol


Adapun spesifikasi bioetanol sebagai produk ditunjukkan pada tabel
dibawah ini.
Tabel 2.8 Spesifikasi Bioetanol
Parameter Spesifikasi
Berat Molekul 46,07 g/mol
Fase Cair
Wujud Jernih, terang, tidak ada endapan
dan kotoran
Densitas 0,7893 gr/cm3
Titik Didih 78,5oC
Titik Beku -114,1oC
Kelarutan Larut dalam air dan eter
Kemurnian 99,5 % (v/v)
Impuritas Maksimal 0,5 % (v/v) air
(www.bsn.go.id)

2.5 Seleksi Bahan Baku Utama


2.5.1 Tandan Kosong Kelapa Sawit
Tandan Kosong Kelapa sawit merupakan limbah utama berlignin selulosa
yang belum termanfaatkan secara optimal dari industri pengolahan kelapa sawit.
Basis satu ton tandan buah segar akan dihasilkan minyak sawit kasar sebanyak
0,21 ton (21%), minyak inti sawit sebanyak 0,05 ton (5%) dan sisanya merupakan
limbah dalam bentuk tandan kosong, serat dan cangkang biji yang masing-masing
sebanyak 0,23 ton (23%), 0,135 ton (13,5%) dan 0,055 ton (5,5%).
Tandan kosong kelapa sawit berpotensi untuk dikembangkan menjadi bahan
baku pembuatan bioetanol karena mengandung selulosa yang cukup tinggi yaitu
sekitar 45%. Selama ini pengolahan tandan kosong kelapa sawit masih sangat
terbatas yaitu dibakar di dalam incinerator untuk dijadikan abu dan untuk
pembuatan kompos (Afriani, 2011).

2.5.2 Molases
Molases merupakan salah satu produk utama setelah gula pasir, yang
dihasilkan dari bermacam-macam tingkat pengolahan tebu menjadi gula. Molases
mengandung sejumlah besar gula, baik sukrosa maupun reduksi (Judoamidjojo
dan Darwis, 1992). Total kandungan gula berkisar 48-56% dan pH-nya sekitar
5,5-5,6. Molasses pekat berasal dari cairan gula yang diuapkan sehingga
mengandung 70-80% gula yang terdiri dari 70% gula invert (Hidayat, Purwani
dan Rofiq, 2006).
Kualitas molasses yang dihasilkan dari suatu industri gula dipengaruhi oleh
cara pembersihan niranya, apabila kurang sempurna maka kotoran banyak
terdapat dalam molasses. Selain hal tersebut kualitas molasses juga dipengaruhi
oleh lokasi penanaman tenu, kondisi iklim tanam, komposisi molase dan banyak
penyimpanan. Selama masa penyimpanan molasses tidak akan mengalami banyak
perubahan sifat fisis maupun kimia, karena sifat molase itu sendiri mempunyai pH
5,5-6,5 dan berada dalam kondisi pekat sehingga konsentrasi gula dalam molasses
cukup tinggi dapat memberikan efek pengawetan pada molasses (Prescott and
Dunn, 1981).

2.5.3 Singkong
Tanaman singkong banyak ditemukan di Indonesia karena tanaman ini
mudah tumbuh dimana saja. Singkong biasanya hanya digunakan sebagai pakan
ternak dan bahan pangan tradisional setelah beras dan jagung. Karena itu, harga
singkong sangat fluktuatif dan tidak memberikan keuntungan yang memadai bagi
petani. Adapun kandungan dari singkong tersebut memiliki kandungan
karbohidrat/pati sebesar 26,80%, Protein sebesar 0,5%, Lemak sebesar 0,08%, Air
sebesar 46,42%, Serat 0,51%, Kotoran sebesar 0,69%, dan Kulit sebesar 25%.
Pengembangan bioetanol diharapkan dapat menjadi solusi sumber energy
terbarukan dan dapat meningkatkan pendapatan petani singkong. Dengan langkah
ini, singkong akan menjadi stabil sehingga memberikan keuntungan yang cukup
bagi petani. Masalah krisis energy masa depan pun akan terselesaikan dan
membawa Indonesia menjadi negara mandiri dalam bidang energi.

Adapun dalam seleksi bahan baku ini telah dipilih Tandan Kosong Kelapa
Sawit (TKKS) sebagai bahan baku utama pembuatan bioetanol, karena limbah
padat yang berasal dari pengolahan kelapa sawit berupa tandan kosong kelapa
sawit, cangkang atau tempurung, serat, lumpur, dan bungkil. Dalam 1 ha lahan
pertanian kelapa sawit akan dihasilkan limbah sekitar 6,75 ton limbah tandan
kosong kelapa sawit dan 22 ton limbah pelepah kelapa sawit. Setiap pengolahan 1
ton tandan buah segar akan menghasilkan limbaj padat berupa tandan kosong
kelapa sawit sebanyak 200 – 250 kg (CV. Meori Agro, 2012). Selain itu TKKS
juga banyak ditemukan pada lokasi pendirian pabrik yang bertepatan di Provinsi
Kalimantan Timur, yang dimana banyak perkebunan kelapa sawit yang dikelola
oleh perusahaan.
Selama ini pengolahan atau pemanfaatan TKKS masih sangat terbatas yaitu
dibakar dalam incinerator, ditimbun (open dumping), dijadikan mulsa di
perkebunan kelapa sawit, atau diolah menjadi kompos. Namun karena adanya
kendala seperti waktu pengomposan yang cukup lama sampai 6-12 bulan, fasilitas
yang harus disediakan, dan banyak pengolahan TKKS tersebut. Padahal tandan
kosong kelapa sawit berpotensi untuk dikembangkan menjadi barang yang lebih
berguna, salah satunya menjadi bahan baku bioetanol. Kandungan selulosa yang
cukup tinggi yaitu sebesar 45% menjadikan kelapa sawit sebagai prioritas untuk
dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan bioetanol (Aryafatta, 2008).
Sedangkan, alasan tidak menggunakan Molases dari Tebu dan Pati dari
Singkong, dikarenakan bahan baku seperti tebu, jagung, dan singkong merupakan
tanaman pangan yang banyak dikonsumsi masyarakat. Jika lahan tanaman
tersebut dialihkan menjadi lahan produksi bioetanol, maka produksi pangan akan
menurun sehingga harganya menjadi naik.
Referensi untuk bab 1.3 dan 2.3

https://lppm.itk.ac.id/detail-berita/penelitian-pengembangan-potensi-energi-
alternatif-dengan-pemanfaatan-campuran-limbah-cangkang-kelapa-sawitserbuk-
gergaji-kayuampas-kopi-sebagai-sumber-energi-terbarukan-kalimantan-timur

https://www.indonesiastudents.com/saccharomyces-cerevisiae-pengertian-
dan-penjelasannya/

https://paserkab.go.id/berita/kominfo/pemkab-paser-bentuk-perda-rencana-
pembangunan-industri-2020-2040

https://greensingkong.blogspot.com/2014/11/dinamika-pengembangan-
industri.html

Anonimus. 2021. http://www.chem.qmul.ac.uk/iubmb/enzyme/EC3/7/1/40.html.

Anda mungkin juga menyukai