Anda di halaman 1dari 20

EVALUASI EKONOMI PRARANCANGAN PABRIK

BIOETANOL DARI TANDAN KOSONG KELAPA


SAWIT DENGAN KAPASITAS 40.000 TON/TAHUN

DISUSUN OLEH:

NAMA : 1. ASSYIFA RATINA HANUM

  2. ERIKA OKTAVIANTI

  3. M. IRVAN HARYANTO

  4. RACHMAN JUSUF HIDAYAT

KELOMPOK : 2B

PROGRAM STUDI : D-IV TEKNOKIMIA NUKLIR

ACARA : UAS EKONOMI TEKNIK

Tanggal Pengumpulan : 18 JANUARI 2022

POLITEKNIK TEKNOLOGI NUKLIR INDONESIA

BADAN RISET DAN INOVASI NASIONAL

YOGYAKARTA

2022
I. Pendahuluan Perancangan
a. Latar Belakang
Ketergantungan dunia terhadap bahan bakar fosil semakin besar. Seiring dengan
semakin langka dan mahalnya bahan bakar fosil serta meningkatnya populasi manusia
sehingga membuat hal ini menjadi salah satu permasalahan dunia. Untuk itu setiap
negara diberikan tekanan untuk segera memproduksi dan menggunakan energi
terbarukan. 
Salah satu yang mendasari terjadinya kelangkaan energi adalah pemakaian
bahan bakar kendaraan bermotor yang dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal ini
mengakibat pemakaian bahan bakar minyak bumi juga meningkat. Dampak dari
meningkatnya pemakaian bahan bakar fosil adalah pemanasan global yang mana juga
mengancam lingkungan. Hal ini semakin mendorong dikembangkannya bahan bakar
alternatif yang bersifat terbarukan dan ramah lingkungan. 
Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional untuk mengembangkan sumber energi
alternatif sebagai bahan bakar pengganti minyak. Kebijakan tersebut menekankan
pada sumber daya yang dapat diperbaharui sebagai alternatif pengganti bahan bakar
minyak. Selain itu, pemerintah serius untuk mengembangkan bahan bakar nabati
dengan menerbitkan INPRES Nomor 1 Tahun 2006 tentang Penyediaan Bahan Bakar
Nabati sebagai Sumber Bahan Bakar. 
Salah satu jenis Energi Baru Terbarukan (EBT) yang mempunyai potensi dan
peluang pengembangan yang cukup baik di Indonesia adalah bioetanol. Bioetanol
adalah bahan bakar alternatif yang diolah dari tumbuhan yang memiliki keunggulan
karena mampu menurunkan emisi CO2 hingga 18%, dibandingkan dengan emisi
bahan bakar fosil. Bioetanol yang diproduksi saat ini umumnya berasal dari bioetanol
generasi pertama, yaitu bioetanol yang terbuat dari bahan pertanian yang mengandung
pati atau gula, seperti jagung, singkong, gandum, dan tebu. Bahanbahan tersebut
berasal dari bahan pangan dan pakan, sehingga bioetanol generasi pertama
dikhawatirkan akan mengganggu kebutuhan pangan. Untuk mengatasi kekhawatiran
itu maka bioetanol generasi kedua muncul dengan memanfaatkan bahan nabati yang
mengandung selulosa dan hemiselulosa tinggi. Selulosa tidak dapat dicerna oleh
manusia dan banyak limbah pertanian yang memiliki kandungan selulosa tinggi,
sehingga produksi bioetanol dari limbah pertanian tidak akan mengganggu kebutuhan
pangan. 
Limbah pertanian yang potensial dan melimpah di Indonesia adalah tandan
kosong kelapa sawit. Tandan kosong kelapa sawit ialah limbah utama dari industri
pengolahan kelapa sawit yang memiliki kandungan selulosa, hemiselulosa dan lignin
yang cukup besar, yaitu 41,23%; 26,50%; dan 17,54%. Rata-rata produksi tandan
kosong kelapa sawit adalah berkisar 22-24% dari berat tandan buah segar yang di
proses di pabrik kelapa sawit. 
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang populer di Indonesia.
Berdasarkan data yang diperoleh dari direktorat jenderal perkebunan produksi kelapa
sawit di indonesia terus mengalami kenaikan setiap tahunnya. Salah satu wilayah yang
banyak menghasilkan kelapa sawit adalah Riau. Dengan mempertimbangkan
kebutuhan produk dalam negeri, ketersediaan bahan baku, dan juga berdasarkan
kapasitas produksi pabrik yang sudah ada maka dipilih kapasitas pabrik bioetanol dari
tandan kosong kelapa sawit sebesar 40.000 ton/tahun. Pendirian pabrik ini diharapkan
mampu mengurangi impor etanol, mengurangi jumlah pengangguran, menambah
devisa negara, dan menjadikan etanol sebagai alternatif pengganti bahan bakar bebas
polusi. Tetapi, juga perlu diperhatikan untuk mengetahui pabrik dapat memberikan
keuntungan dan layak atau tidak untuk didirikan dengan melakukan perhitungan
neraca ekonomi. Adapun parameter yang digunakan untuk mengetahui apakah pabrik
bioetanol dari tandan kosong kelapa sawit sebesar 40.000 ton/tahun layak untuk
dirikan atau tidak melihat dari pabrik ini menguntungkan secara ekonomi yaitu Return
on Investment (ROI), Break Event Point (BEP), Shut Down Point (SDP), dan Pay Out
Time (POT).

b. Kapasitas Perancangan
Pabrik bioetanol dari tandan kosong kelapa sawit ini dirancang dengan kapasitas
produksi sebesar 40.000 ton/tahun.

c. Batas Waktu Perancangan


Pabrik bioetanol dari tandan kosong kelapa sawit ini akan dibangun pada tahun
2025 dengan waktu operasi 330 hari per tahun dan proses produksi berjalan 24 jam per
hari.

d. Proses Produksi
Proses yang dipilih adalah sakarifikasi untuk mengubah selulosa menjadi
glukosa dengan menggunakan enzim selulase dan fermentasi untuk mengubah glukosa
dan gula lainnya menjadi etanol menggunakan saccharomyces cerevisiae yang
dilakukan reaktor SSF secara batch, dengan pretreatment secara fisika dan kimia
menggunakan NaOH 1%, dan hasil akhir berupa etanol dengan kemurnian 99,5%.

II. Neraca Massa


a. Flowchart Proses

b. Neraca Massa Total


Kapasitas produksi : 40.000 ton/tahun
Masa aktif produksi : 330 hari/tahun
Bahan baku : tandan kosong kelapa sawit
Produk hasil : bioetanol 99,5%
Basis perhitungan : 1 hari
Waktu operasi : 24jam/hari
Neraca Massa Total
Input Output
Komponen Massa (kg/jam) Komponen Massa (kg/jam)
Bahan Utama Produk
TKKS 18.043 Bioetanol 99,5% 5.050
Bahan Lain Limbah
Air Proses 124.217 TKKS 18,04
NaOH 1% 15.980 Lindi Hitam 76.562
Sacc 109 CO2 5.387,43
E. Novozym 0,03 Sentrifugasi 13.520,63
E. Selulase 521 Bottom Distilasi 77.943,58
(NH4)2SO4 87
PSA Sisa 301,32
H2SO4 64
Total 159.022 Total 159.022

III. Struktur Organisasi

Tugas dan Wewenang Setiap Jabatan:


a. Direktur Utama
Direktur Utama yaitu pimpinan tertinggi di perusahaan yang bertanggung jawab
sepenuhnya untuk kemajuan suatu perusahaan. 
- Direktur Produksi
Bertugas untuk memimpin pelaksanaan kegiatan di area pabrik, seperti halnya
pada bagian produksi, Quality Control, Litbang, Pemeliharaan dan Utilitas.
- Direktur Umum
Tugas Direktur Umum adalah bertanggung jawab terhadap masalah-masalah
yang berhubungan dengan Keuangan, pemasaran, administrasi, personalia,
pelatihan, keselamatan kerja, dan keamanan.
b. Manager
- Tugas Manajer Produksi yaitu mengawasi dan mengkoordinasi kegiatan produksi,
quality control, pengolahan limbah.
- Tugas Manajer Pemeliharaan yaitu bertanggung jawab terhadap kegiatan
pemeliharaan dan utilitas.
- Tugas Manajer Keuangan dan Pemasaran yaitu bertanggung jawab mengatur
pembukuan keuangan serta mengkoordinir kegiatan pemasaran produk.
- Tugas Manajer Administrasi yaitu bertanggung jawab terhadap urusan administrasi
perusahaan serta kegiatan yang berhubungan dengan tata usaha dan hubungan
masyarakat.
- Tugas Manajer SDM yaitu bertanggung jawab terhadap kegiatan kegiatan yang
berhubungan dengan pelatihan dan personalia.
- Tugas Manajer Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yaitu merencanakan,
mengelola, menganggarkan, dan mengawasi penyelesaian dan efektifitas program-
program yang dilakukan untuk mencapai tujuan K3 perusahaan.
c. Kepala Bagian
- Tugas Kepala Bagian Produksi bertanggung jawab dan mengawasi pelaksanaan
proses produksi, mulai dari bahan baku awal sampai menjadi barang jadi.
- Tugas Kepala Bagian Quality Control bertanggung jawab untuk memantau,
menganalisis, meneliti, menguji suatu produk.
- Tugas kepala Bagian Litbang yaitu menyusun program kerja bidang penelitian dan
pengembangan berdasarkan sasaran dan program kerja tahunan Badan yang telah
ditetapkan sebagai pedoman untuk melaksanakan tugas.
- Tugas kepala Bagian Pemeliharaan yaitu merencanakan program/kegiatan dan
penganggaran perusahaan dan membagi tugas, membimbing, memeriksa dan menilai
hasil pelaksanaan tugas bawahan.
- Tugas kepala Bagian Utilitas yaitu bertanggung jawab untuk seluruh kegiatan utilitas
meliputi pengolahan air dan limbah. 
- Tugas kepala Bagian Keuangan yaitu mengkoordinasikan penyusunan anggaran,
pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran, melaksanakan penatausahaan keuangan
dan sarana, menyusun laporan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran serta
pembinaan administrasi keuangan perusahaan.
- Tugas kepala Bagian Pemasaran yaitu membantu dan memberikan saran pemikiran
kepada Direktur dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen bidang pemasaran.
- Kepala Bagian Tata Usaha bertanggung jawab dalam mengkoordinasi tugas –tugas
yang diberikan oleh direktur, memonitor pekerjaan staf administrasi dan tenaga
harian, membuat konsep surat dinas dan/atau mengetik konsep surat pimpinan dan
mengelola surat-surat yang masuk dan keluar.
- Tugas kepala Bagian Humas yaitu bertanggung jawab kepada Manajer Personalia.
Tugasnya adalah untuk menjalin hubungan perusahaan dengan masyarakat.
- Tugas kepala Bagian Pelatihan yaitu bertanggung Jawab dalam perencanaan
anggaran pelatihan tiap departemen, biaya tak terduga dan jumlah peserta pelatihan
sesuai kebutuhan dan Mengetahui informasi terkini mengenai keterampilan yang
dibutuhkan karyawan yang bersifat relevan agar memiliki kinerja yang baik dan
efektif.
- Tugas kepala Bagian Personalia yaitu bertanggung jawab langsung dalam mengawasi
dan mengatur karyawan.
- Tugas Kepala Bagian Kesehatan dan Keselamatan Kerja bertanggung jawab dalam
membuat rencana dan target keselamatan kerja serta menjamin efektifitas
pencapaiannya.
- Tugas kepala Bagian Keamanan yaitu bertanggung jawab langsung dalam seluruh
keamanan di sekitar perusahaan kepada direktur utama.

IV. Kelayakan Ekonomi


a. Perhitungan Ekonomi Bahan
- Bahan Baku
Harga Bahan Baku
Harga Kebutuhan Biaya
Bahan Baku
(Rp/kg) Kg/jam Kg/tahun Rp/jam Rp/tahun
TKKS 300 18.043,08 142.901.205,58 5.412.924,45 42.870.361.673,81
NaOH 1.300 15.980,00 126.561.600,00 20.774.000,00 164.530.080.000,00
H2SO4 2.700 64,00 506.880,00 172.800,00 1.368.576.000,00
E. Selulase 15.000 521,00 4.126.320,00 7.815.000,00 61.894.800.000,00
E. Novozym 15.000 0,03 237,60 450,00 3.564.000,00
Sacc.
4.077 109,00 863.280,00 444.393,00 3.519.592.560,00
Cerevisiae
(NH4)2SO4 2.139,35 87,00 689.040,00 186.123,45 1.474.097.724,00
Total 34.804,11 275.648.563,18 34.805.690,90 275.661.071.957,81

- Produk
Pendapatan Produk
Produk Harga Hasil Pendapatan Produk
Jual
Kg/jam Kg/tahun Rp/jam Rp/tahun
(Rp/kg)
Bioetanol
14.315 5.050 39.999.300 72.294.442 572.571.979.615
99,5%

b. Perhitungan Ekonomi Alat


Harga peralatan akan berubah setiap saat tergantung pada kondisi ekonomi yang
mempengaruhinya. Untuk mengetahui harga peralatan yang pasti setiap tahun
sangatlah sulit, sehingga diperlukan suatu metode untuk memperkirakan harga alat
pada tahun tertentu dan perlu diketahui terlebih dahulu harga indeks peralatan teknik
kimia pada tahun tersebut.
Pabrik beroperasi selama satu tahun produksi yaitu 330 hari, dan tahun evaluasi
pada tahun 2025. Di dalam analisa ekonomi harga - harga alat maupun harga - harga
lain diperhitungkan pada tahun analisa. Untuk mencari harga pada tahun analisa, maka
dicari index pada tahun analisa. Harga indeks tahun 2025 diperkirakan secara garis
besar dengan data indeks dari tahun 2000 sampai 2020.
- Tabel Index Harga

Plant Cost
No Tahun
Index

1 2000 394.1

2 2001 394.3

3 2002 395.6

4 2003 402

5 2004 444.2

6 2005 468.2

7 2006 499.6

8 2007 525.4

9 2008 575.4

10 2009 521.9

11 2010 550.8

12 2011 585.7

13 2012 584.6
14 2013 567.3

15 2014 576.1

16 2015 556.8

17 2016 541.7

18 2017 567.5

19 2018 603.1

20 2019 551.94

21 2020 606.48

Dari data di atas, kemudian dibuat grafik seperti di bawah:

Grafik Tahun vs Index Harga


700
600 f(x) = 10.6745454545455 x − 20934.5554112554
500
400
Index

300
200
100
0
1995 2000 2005 2010 2015 2020 2025
Tahun

Berikutnya indeks harga alat untuk tahun 2021 ke atas dapat diekstrapolasi
menggunakan persamaan:
y = 10,675x – 20.935
dengan: y adalah harga indeks, dan x adalah tahun pembelian.
Pabrik direncanakan dibangun pada tahun 2025. Dengan menggunakan
persaamaan di atas, diperoleh harga indeks tahun 2025 adalah 681,875. Maka harga
alat pada tahun evaluasi dapat dicari dengan persamaan:
Nx
Ex=Ey
Ny
Dimana:
Ex: harga alat pada tahun x
Ey: harga alat pada tahun y
Nx: indeks harga pada tahun x
Ny: indeks harga pada tahun y

Asumsi: semua alat import dalam bentuk jadi.


- Harga Alat Proses
Ex (Harga Tahun
No. Nama Alat Jumlah Ey (Harga Tahun 2014) Ey (Harga Tahun 2020)
2025)
1 Hopper-01 1 $ 13.700,00 $ 15.766,53 $ 16.215,39
2 Chopper-01 1 $ 30.000,00 $ 34.525,26 $ 35.508,16
3 Digester-01 1 $ 69.000,00 $ 79.408,09 $ 81.668,76
4 Cooler-01 1 $ 93.200,00 $ 107.258,46 $ 110.312,01
5 Tangki Delignifikasi 1 $ 64.500,00 $ 74.229,30 $ 76.324,54
6 Rotary Filter-01 1 $ 200.400,00 $ 230.628,71 $ 237.194,74
7 Tangki Penetralan 1 $ 140.000,00 $ 161.117,86 $ 165.704,74
8 Cooler-02 1 $ 91.100,00 $ 104.841,69 $ 107.826,44
9 Reaktor SSF 2 $ 840.200,00 $ 966.937,34 $ 994.465,15
10 Centrifuge-01 1 $ 59.300,00 $ 68.244,92 $ 70.187,79
11 Heater 1 $ 19.700,00 $ 22.671,58 $ 23.317,02
12 Menara Distilasi 1 $ 120.000,00 $ 138.101,02 $ 142.032,63
13 Kondensor-01 1 $ 93.300,00 $ 107.373,55 $ 110.430,37
14 Reboiler-01 1 $ 24.800,00 $ 28.540,88 $ 29.353,41
15 Pressure Swing Adsorption 2 $ 216.000,00 $ 248.581,84 $ 255.658,74
16 Kondensor-02 1 $ 100.100,00 $ 115.199,27 $ 118.478,89
17 Tangki Penampung Produk 1 $ 36.000,00 $ 41.430,31 $ 42.609,79
18 Bucket Elevator-01 1 $ 12.300,00 $ 14.155,35 $ 14.558,34
19 Bucket Elevator-02 1 $ 12.300,00 $ 14.155,35 $ 14.558,34
20 Belt Conveyor-01 1 $ 22.400,00 $ 25.778,86 $ 26.512,76
21 Tangki Enzim Selulase 1 $ 36.700,00 $ 42.235,90 $ 43.438,31
22 Tangki Enzim Novozym 1 $ 10.700,00 $ 12.314,01 $ 12.664,58
23 Tangki H2SO4 1 $ 19.000,00 $ 21.866,00 $ 22.488,50
24 Tangki (NH4)2SO4 1 $ 21.900,00 $ 25.203,44 $ 25.920,96
25 Tangki Sacc 1 $ 26.900,00 $ 30.957,65 $ 31.838,98
26 Tangki NaOH 1 $ 27.000,00 $ 31.072,73 $ 31.954,34
27 Bak Penyimpanan Limbah TTKS 1 $ 2.000,00 $ 2.301,68 $ 2.367,21
Ex (Harga Tahun
No. Nama Alat Jumlah Ey (Harga Tahun 2014) Ey (Harga Tahun 2020)
2025)
28 Tangki Penyimpanan Lindi Hitam 1 $ 2.500,00 $ 2.877,10 $ 2.959,01
29 Tangki Penyimpanan Bottom Distilasi 1 $ 2.600,00 $ 2.992,19 $ 3.077,37
30 Pompa 1 2 $ 800,00 $ 920,67 $ 946,88
31 Pompa 2 2 $ 800,00 $ 920,67 $ 946,88
32 Pompa 3 2 $ 14.000,00 $ 16.111,79 $ 16.570,47
33 Pompa 4 2 $ 8.600,00 $ 9.897,24 $ 10.179,01
34 Pompa 5 2 $ 8.600,00 $ 9.897,24 $ 10.179,01
35 Pompa 6 2 $ 800,00 $ 920,67 $ 946,88
36 Pompa 7 2 $ 800,00 $ 920,67 $ 946,88
37 Pompa 9 2 $ 7.200,00 $ 8.286,06 $ 8.521,96
38 Pompa 10 2 $ 6.300,00 $ 7.250,30 $ 7.456,71
39 Pompa 12 2 $ 800,00 $ 920,67 $ 946,88
40 Pompa 13 2 $ 800,00 $ 920,67 $ 946,88
41 Pompa 14 2 $ 800,00 $ 920,67 $ 946,88
Total Harga Alat ($) $ 2.457.900,00 $ 2.828.654,23 $ 2.909.183,41
Total Harga Alat (Rp) Rp 41.643.651.382

Biaya Tambahan
No. Keperluan Pengeluaran
1 Asuransi $ 5.071,07
2 Pengiriman $ 436.377,51
3 Bea Masuk $ 218.188,76
4 PPN $ 312.737,22
5 PPH $ 46.910,58
Total Tambahan ($) $ 1.019.285,14
Total Tambahan (Rp) Rp 14.590.608.053
c. Gaji Karyawan
Gaji Total Gaji
No. Jabatan Jumlah
(Rp/Bulan) (Rp/Bulan)
1 Direktur Utama 25.000.000 1 25.000.000
2 Direktur Produksi 20.000.000 1 20.000.000
3 Direktur Umum 20.000.000 1 20.000.000
4 Manajer Produksi 15.000.000 1 15.000.000
Manajer Pemeliharaan dan
5 15.000.000 1 15.000.000
Utilitas
Manajer Keuangan dan
6 15.000.000 1 15.000.000
Pemasaran
7 Manajer Administrasi 15.000.000 1 15.000.000
8 Manajer SDM 15.000.000 1 15.000.000
9 Manajer K3 15.000.000 1 15.000.000
10 Kepala Bagian 7.000.000 13 91.000.000
11 Staff 6.000.000 20 120.000.000
12 Operator Produksi 5.000.000 25 125.000.000
13 Operator Utilitas 5.000.000 10 50.000.000
14 Dokter 7.000.000 1 7.000.000
15 Perawat 4.000.000 2 8.000.000
16 Cleaning Service 3.500.000 12 42.000.000
17 Petugas Keamanan 3.500.000 12 42.000.000
18 Sopir 3.200.000 3 9.600.000
Total 107 Rp 649.600.000

d. Capital
1. Fix Capital
“Lang” Factor Methods
Factor Capital (Rupiah)
No. Components
Ratio 2021
1 Purchased equipment (delivered) 1 51.528.080.002
2 Purchased equipment installation 0,39 19.990.651.201
3 Instrumentation (installed) 0,13 6.663.550.400
4 Piping (intalled) 0,31 15.890.004.801
5 Electrical (installed) 0,1 5.125.808.000
6 Building (including service) 0,29 14.864.843.201
7 Yard improvements 0,1 5.125.808.000
8 Service facilities (installed) 0,55 28.191.944.001
9 Land 0,06 3.075.484.800
Total Direct Plant Cost 150.186.174.406
10 Engineering and supervision 0,32 16.402.585.601
11 Construction expense 0,34 17.427.747.201
Total Direct and Indirect Cost 184.016.507.207
12 Contractor's Fee 0,18 9.226.454.400
13 Contingency 0,36 18.452.908.801
Fixed Capital Investment 211.695.870.408
14 Working capital 0,74 37.930.979.201
Total Capital Investment Rp 240.626.849.609

2. Manufacturing Cost
Factor Cost (Rupiah)
No. Type of Cost
Ratio 2021
1 Raw materials 1 275.661.071.957,81
2 Operating labor 1 7.795.200.000,00
Direct supervisory and clerical 1.169.280.000,00
3 0,15
labor
4 Utilities 0,15 41.349.160.793,67
5 Maintenance and repairs 0,11 23.286.545.744,86
6 Operating supplies 0,15 3.492.981.861,73
7 Laboratory charge 0,15 1.169.280.000,00
8 Patents and royalties - -
Direct Manufacturing Cost 353.923.520.358,06
Depreciation machine and 21.169.587.040,78
9 0,1
equipment
Depreciation building 0,03 445.945.296,02
10 Local taxes 0,02 4.233.917.408,16
11 Insurance 0,01 2.116.958.704,08
12 Rent - -
Fixed Charges 27.966.408.449,03
13 Payroll overhead, packaging, etc 0,5 16.125.512.872,43
Plant Overhead Cost 16.125.512.872,43
Manufacturing Cost Rp 398.015.441.679,52

3. General Expense
Factor Expense (Rupiah)
No. Type of Expense
Ratio 2021
1 Administrative cost 0,2 1.559.040.000,00
2 Distribution and selling cost 0,15 59.702.316.251,93
3 Research and development cost 0,03 11.940.463.250,39
4 Financing (interest) - -
General Expense Rp 73.201.819.502,31

4. Total Production Cost


Factor Cost (Rupiah)
No. Type of Cost
Ratio 2021
1 Manufacturing cost - 398.015.441.679,52
2 General expense - 73.201.819.502,31
Total Product Cost Rp 471.217.261.181,83

e. Perhitungan Break Event Point (BEP)


BEP adalah kondisi dimana pabrik berada di titik impas, yaitu tidak mendapat
keuntungan juga tidak mengalami kerugian saat pabrik berhasil menjual sebagian
produk dari kapasitas produksinya.
No. Type of Cost Cost (Rp) 100% Produksi
1 Sales Price (Sa) 572.571.979.815,00
2 Annual Fixed Expense (Fa) 30.681.411.947,36
Depreciation 23.713.987.203,45
Taxes 4.644.949.829,27
Insurance 2.322.474.914,64
3 Annual Regulated Expense (Ra) 131.130.861.292,57
Labor cost 7.795.200.000,00
Plant overhead 17.255.852.030,50
Supervision 1.169.280.000,00
Laboratory 1.169.280.000,00
General expense 74.361.941.591,91
Maintenance 25.547.224.061,01
Plant supplies 3.832.083.609,15
4 Annual Variable Expense (Va) 317.010.232.751,48
Raw materials 275.661.071.957,81
Utilities 41.349.160.793,67
Royalty and patent -
Analisi BEP
Type of Cost 0 100
Sales Price (Sa) Rp 0 Rp 572.571.979.815
Annual Fixed Expense (Fa) Rp 30.681.411.947 Rp 30.681.411.947
Annual Regulated Expense (Ra) Rp 131.130.861.293 Rp 478.822.505.991
Annual Variable Expense (Va) Rp 317.010.232.751 Rp 347.691.644.699
Dari tabel berikut dapat diplot ke dalam grafik:

Analisis BEP
Sa Fa Ra Va
Rp700,000,000,000

Rp600,000,000,000
Rp500,000,000,000

Rp400,000,000,000

Rp300,000,000,000

Rp200,000,000,000

Rp100,000,000,000

Rp0
0 20 40 60 80 100 120

Diperoleh persamaan garis:


Sa→ y=5.725 .719 .798 x Ra→ y=3.476 .916 .447 x +131.130.861 .293
Sehingga diperoleh, perpotongan garis Sa dan Ra atau nilai x (BEP) nya:
131.130.861 .293
BEP= =58,31 %
(5.725.719 .798−3.476 .916.447)
Oleh karena itu, kapasitas produksi agar memenuhi BEP adalah 58,31% dari total
kapasitas produksi yaitu sebesar 23.324.149,96 kg/tahun atau 23.324,15 ton/tahun.

f. Perhitungan Return of Investment (ROI)


Persen ROI adalah besarnya keuntungan yang diperoleh setiap tahun
berdasarkan pada kecepatan pengembalian modal tetap. Perhitungan ROI bertujuan
untuk mengetahui kapan modal dapat dikembalikan.
Annual Cost ( Sa )=Rp572.571 .979 .815,00Total Cost =Rp 478.822 .505.991,41
Keuntungan Sebelum Pajak =Rp93.749 .473 .823,59Pajak=30 %
Keuntungan Sesudah Pajak =Rp65.624 .631 .676,51
- ROI Sebelum Pajak
keuntungan sebelum pajak
ROI sebelum pajak= ×100 %
¿ capital investment
Rp 93.749 .473.823,59
¿ × 100 %¿ 40,37 %
Rp 232.247 .491.462,71
- ROI Sesudah Pajak
keuntungan sesudah pajak
ROI sesudah pajak = ×100 %
¿ capital investment
Rp 65.624 .631 .676,51
¿ × 100 %¿ 28,26 %
Rp 232.247 .491.462,71

g. Perhitungan Shut Down Point (SDP)


SDP adalah kondisi dimana pabrik berhasil menjual sebagian kapasitas
produksinya, baik berproduksi maupun tidak berproduksi, hanya adapat
mengembalikan fixed capital investment.

0,3 Ra
SDP= × 100 %
(Sa−Va−0,7 Ra)
0,3× Rp 131.130 .861.292,57
¿ ×100 %
( Rp 572.571.979 .815,00−Rp 317.010.232 .751,58−0,7 × Rp131.130 .861 .292,57)
¿ 24,02 %

h. Perhitungan Pay of Time (POT)


POT adalah waktu minimum yang diperlukan untuk mengembalikan modal tetap
berdasarkan keuntungan tiap tahun.
- POT Sebelum Pajak
¿ capital investment
POT sebelum pajak= × 100 %
(keuntungan sebelum pajak+depresiasi)
Rp 232.247 .491.462,71
¿ × 100 %
Rp 93.749 .473 .823,59+ Rp23.224 .749 .146,37+ Rp 489.238 .057,08
¿ 1,98 tahun
- POT Sesudah Pajak
¿ capital investment
POT sebelum pajak= ×100 %
(keuntungan sesudah pajak +depresiasi)
Rp 232.247 .491.462,71
¿ ×100 %
Rp 65.624 .631 .676,51+ Rp 23.224 .749 .146,37+ Rp 489.238 .057,08
¿ 2,6 tahun

V. Hasil dan Pembahasan


Analisis Ekonomi berfungsi untuk mengetahui apakah pabrik yang akan didirikan
dapat menguntungkan atau justru merugikan. Dibutuhkan beberapa parameter untuk
mengukur tingkat keuntungan tahunan yang diperoleh dari suatu investasi yaitu Return on
Investment (ROI), Break Event Point (BEP), Pay Out Time (POT), dan Net Present
Value (NPV).
Menurut Aries N, 1995, batasan ROI sebelum pajak dapat diterima untuk pabrik
kimia dengan resiko rendah, minimum adalah sebesar 11%. ROI merupakan perkiraan
laju keuntungan tiap tahun yang dapat mengembalikan modal yang diinvestasi. Kegunaan
lain dari ROI adalah sebagai basis kontrol dan perencanaan perusahaan dalam melakukan
ekspansi. Nilai ROI yang didapatkan sebelum pajak sebesar 40,37%. Nilai tersebut
didapatkan dari perhitungan keuntungan sebelum pajak dibagi dengan Fixed Capital
Investment (FCI). Nilai keuntungan sebelum pajak sebesar Rp 93.749.473.823,59 dan
nilai FCI adalah Rp 232.247.491.463,71. Nilai keuntungan sebelum pajak didapatkan dari
selisih antara total penjualan dikurang modal awal. Nilai 40,37% berarti terdapat
keuntungan 40,37% dari total investasi. ROI sesudah pajak adalah sebesar 28,26%
dengan nilai keuntungan sesudah pajak Rp 65.624.631.676,51 dengan nilai pajak adalah
30% dari keuntungan.
Analisis BEP (Break Event Point) adalah kondisi dimana pabrik berada di titik
impas yaitu tidak mendapat keuntungan dan juga tidak mengalami kerugian, saat pabrik
berhasil menjual sebagian produk dari kapasitas produksinya. Menurut Aries N, 1955,
batasan BEP yang dapat diterima untuk pabrik kimia dengan resiko rendah sebesar 40 -
60%). BEP yang diperoleh yaitu 58,3%. Apabila BEP terlalu kecil (<40%)
mengindikasikan pabrik terlalu besar beroperasi dibandingkan dengan nilai penjualan.
Dalam kondisi seperti ini lebih baik mendirikan 2 pabrik kecil daripada 1 pabrik yang
besar. Sebaliknya, apabila BEP terlalu besar (>60%), ini mengindikasikan pabrik terlalu
kecil karena untuk dapat berada pada titik impas pabrik harus bekerja mendekati
kapasitas tertentu. Sehingga, kapasitas total yang dibutuhkan saat BEP adalah sebesar
23.324.149,96 kg/tahun. Jika pabrik beroperasi dengan kapasitas tersebut pabrik tidak
akan mengalami rugi maupun untung.
Analisis SDP (Shut down point) merupakan kondisi dimana apabila pabrik berhasil
menjual sebagian kapasitas produksinya, baik pabrik berproduksi maupun tidak
berproduksi, hanya dapat mengembalikan Fixed Capital Investment (FC). Dengan kata
lain, titik di mana seorang pengusaha berpikir bahwa tidak ada manfaatnya melanjutkan
operasi bisnis dan memutuskan untuk menutup bisnis/usaha baik untuk sementara atau
selamanya. Penyebab terjadinya shutdown point adalah output dan harga hasil penjualan
yang diperoleh perusahaan sebagai pendapatan hanya cukup untuk menutupi total biaya
variabel. Pada perancangan pabrik ini diperoleh nilai SDP sebesar 24,02%. Untuk
menghindari nilai SDP yang terlalu besar perlu dilakukan penentuan harga produk/ nilai
jual produk Sales Price (Sa) yang lebih besar daripada nilai annual regulated cost (Ra)
sehingga titik kurva SDP dapat terlampaui, karena persyaratan SDP yang baik berkisar
antara 20-30%.
Analisis POT (Pay Out Time) adalah waktu minimum yang diperlukan untuk
mengembalikan modal tetap (Fixed Capital) berdasarkan keuntungan tiap tahun. Menurut
Aries N, 1995, batasan POT sebelum pajak dapat diterima untuk pabrik kimia dengan
resiko rendah, maksimal adalah 5 tahun. POT sebelum pajak adalah 1,98 tahun
sedangkan nilai POT sesudah pajak 2,60 tahun. Nilai POT sangat dipengaruhi oleh
profit/keuntungan tahunan dan depresiasi. Depresiasi menunjukkan penurunan nilai guna
akibat berkurangnya kemampuan untuk menghasilkan cash flow dikarenakan waktu
penggunaan alat maupun keausan alat. Nilai POT berbanding lurus dengan Fixed Capital
Investment dan berbanding terbalik dengan profit/keuntungan. Semakin besar nilai
keuntungan, maka akan semakin kecil nilai POT dan berlaku sebaliknya. Nilai POT
sebelum pajak lebih cepat bila dibandingkan dengan nilai POT sesudah pajak,
dikarenakan keuntungan sebelum pajak lebih besar daripada keuntungan sesudah pajak. 
VI. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan:
1. Nilai BEP yang diperoleh adalah sebesar 58,31% dari kapasitas totalnya maka
kapasitas untuk memenuhi BEP adalah 23.324.146,96 kg/tahun.
2. Keuntungan sebelum dan sesudah pajak secara berturut-turut adalah Rp
93.749.473.823,59 dan Rp 65.624.631.676,51.
3. Persentase ROI untuk sebelum dan sesudah pajak secara berturut-turut adalah 40,37%
dan 28,26%.
4. Nilai SDP yang diperoleh ialah sebesar 24,02%.
5. Nilai POT untuk sebelum dan sesudah pajak secara berturut-turut adalah 1,98 tahun
dan 2,60 tahun.

Daftar Pustaka
Aries, R.S., and Newton, R.D., 1955, Chemical Engineering Cost Estimation, MCGraw
Hill Handbook Co., Inc., New York 
Putra, Sugili. (2020), Analisis BEP Industri, Lecture Handout: Ekonomi Teknik, Sekolah
Tinggi Teknologi Nuklir, Yogyakarta.
Ulrich, G.D. and P.T. Vasudevan, “Chemical Engineering Process Design and
Economics, A Practical Guide,” 2nd edition, Process Publishing, 2004,
ulrichvasudesign.com
Vatavuk, W.M., How to Estimate Operating Costs, Chem. Eng., pp. 33-37, July 2005
Wijayanti, Erika. (2019), Spesifikasi Reaktor Simultaneous Saccharification And
Fermentation (SSF) pada Pra Rancang Pabrik Bioetanol dari Mikroalga
(Chlamydomonas Reinhardtii) dengan Proses Simultaneous Saccharification And
Fermentation (SSF) Kapasitas 8.800 Kl/Tahun, Tugas Akhir S1, Universitas Negeri
Semarang, Semarang.

Anda mungkin juga menyukai