PENDAHULUAN
tangguh. Akan tetapi kenyataan yang ada menunjukkan bahwa masih banyak
terdapat lulusan perguruan tinggi yang tidak memenuhi persyaratan dunia kerja
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) merupakan kegiatan yang dirancang agar
meyelenggarakan mata kuliah PKL bagi mahasiswa sebagai suatu upaya untuk
menerapkan berbagai macam teori dan praktik yang telah didapatkan mahasiwa
selama perkuliahan.
bagi mahasiswa teknologi pangan untuk mengetahui lebih jauh tentang industri
tersebut. Industri pengalengan ikan merupakan salah satu jenis industri pangan
produk perikanan dalam bentuk yang lebih tahan lama. Diantara sekian banyak
produk hasil perikanan, produk ikan kaleng merupakan salah satu jenis produk
mempertahankan ikan dari proses pembusukan karena sifatnya yang mudah rusak
1
PT Maya Food Industries (MFI) merupakan salah satu perusahaan yang
menghasilkan produk ikan kaleng dengan kualitas ekspor. Inti dari pengolahan
termasuk spora yang mungkin akan ada. Proses pengalengan ikan di PT Maya
Food Industries meliputi beberapa tahapan mulai dari penerimaan bahan baku
sampai penyimpanan di gudang barang jadi. Penanganan ikan dari tahap awal
sampai akhir merupakan salah satu hal yang penting untuk diketahui. Penanganan
yang benar pada setiap tahapan dapat menentukan produk akhir yang dihasilkan.
Oleh karena itu, kegiatan PKL ini penting dilakukan guna mengetahui bagaimana
sebagai berikut :
2
c. Memperoleh wawasan mengenai proses termal pada produksi ikan kaleng.
a. Realisasi dan adanya misi sebagai fungsi dan tangung jawab sosial
kelembagaan.
b. Belajar mengenal dinamika dan kondisi nyata dunia kerja pada unit-unit kerja
menemukan sesuatu yang baru dan belum diperoleh dari pendidikan formal.
3
1.3.3. Kegunaan PKL Bagi Fakultas Teknologi Pangan dan Agrondustri
Universitas Mataram
Universitas Mataram dapat mewujudkan konsep tautan dan sepadan (link and
(stakeholders).
Kabupaten Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah, telepon (+62 285) 421676. Denah
Agustus 2017. Jadwal harian pelaksanaan PKL dapat dilihat pada Lampiran 1.2.
4
BAB II
TINJAUAN UMUM TEMPAT PKL
salah satu perusahaan di Indonesia yang bergerak dalam bidang pengolahan hasil
dari pusat kota Pekalongan. Didirikan di atas tanah seluas 23.000 m 2 dan memiliki
luas bangunan sekitar 5.100 m2. Denah bangunan dapat dilihat pada Lampiran 2.1.
PT. Maya Food Industries di sebelah utara berbatasan dengan sungai Pekalongan,
dengan Dusun Krapyak Lor dan di sebelah barat berbatasan dengan sungai Loji.
Pekalongan, merupakan cabang dari PT Bali Maya Permai yang terletak di Desa
5
Tegal Badeng, Negara, Provinsi Bali. PT Bali Maya Permai berdiri sekitar tahun
1980. Pemilik PT Bali Maya Permai berasal dari Indonesia dan Singapura.
sedangkan Mr. Chang berasal dari Singapura. Pada tahun 1995, PT Bali Maya
Permai berpindah kepemilikan sepenuhnya atas Mr. Chang dan berubah status
dari Perusahaan Milik Dalam Negeri (PMDN) menjadi Perusahaan Milik Asing
(PMA). PT Bali Maya Permai Pekalongan juga berganti nama menjadi PT Maya
Food Industries. Perusahaan ini resmi berdiri pada tahun 1995 dengan akta
S.H berkedudukan di Jakarta dan Akte Cabang No: 36 tanggal 10 April 1996 di
pengolahan hasil perikanan kelas dunia. Untuk dapat mendukung visi tersebut, PT
6
PT Maya Food Industries memiliki banyak prestasi terkait dengan
yang dihasilkan mengacu pada standar yang ditetapkan oleh Food and Drug
Obat dan Makanan (BPOM). Produk PT Maya Food Industries juga telah
mendapatkan sertifikat label halal dari Lembaga Pengkajian Pangan Obat dan
perusahaan untuk memastikan kegiatan perusahaan dapat berjalan dengn baik dan
lancar. Kerjasama yang baik dibutuhkan dalam suatu organisasi untuk mencapai
visi dan misi perusahaan. Di PT Maya Food Industries perusahaan dipimpin oleh
7
seorang Presiden Direktur. Di dalam melaksanakan tugasnya, Presiden Direktur
diwakili oleh seorang General Manager (GM) dan Factory Manager (FM) yang
Resources and Development terdiri atas 2 bagian yaitu HRD absensi dan HRD
personalia.
b. Akuntan
c. Pembelian (Purchasing)
d. Produksi
8
prosedur yang telah ditetapkan, serta melakukan pengawasan dan evaluasi
jalannya produksi.
e. Pemasaran (Marketing)
perencanaan produksi antara lain pengadaan bahan baku dan bahan tambahan
mutu bahan-bahan yang digunakan, produk yang masih dalam proses produksi
produksi. Departemen ini juga bertanggung jawab dalam pengelolaan limbah hasil
pengolahan.
seperti ikan sardine kaleng, ikan mackarel kaleng, surimi, bakso ikan, kerupuk,
cocktail, rajungan dan fish stick. Hingga saat ini, produk yang tetap diproduksi
9
dan menjadi primadona di pasaran adalah produk ikan sardine dan mackarel
kaleng. Sementara itu produk lainnya diproduksi hanya ketika ada pesanan.
Adapun merek produk ikan kaleng yang menjadi hak milik PT Maya Food
PT Maya Food Industries memiliki pangsa pasar ekspor yang baik. Hal ini
ditunjukkan dengan banyaknya merk dagang ikan kaleng asing yang diproduksi
oleh PT Maya Food Industries. Perusahaan ini mendapatkan lisensi dari Mitsui
Co. Ltd, Jepang untuk memproduksi ikan sardine dan mackarel kaleng dengan
merek Botan. Pemasaran produk dilakukan oleh PT Indo Maya Mas yang
berlokasi di Jakarta sebagai distributor untuk pasar dalam negeri dan Wayan SDN
BHD yang terletak di Malaysia sebagai distributor untuk pasar luar negeri. Produk
ikan kaleng PT Maya Food Industries adalah 30% untuk pasar luar negeri
sedangkan 70% adalah untuk pasar dalam negeri. Adapun negara tujuan ekspor
produk ikan kaleng PT Maya Food Industries adalah Afrika dan Saudi Arabia
(Jeddah).
Proses produksi di perusahaan ini tidak dilakukan setiap hari. Hal tersebut
tergantung dari ketersedian bahan baku produksi baik ikan ataupun bahan
tambahan (additive). Adapun kapasitas produksi ikan kaleng per hari mencapai
30-40 ton ikan. Jumlah produksi juga akan sangat bergantung terhadap jumlah
2.4. Ketenagakerjaan
10
Karyawan PT Maya Food Industries berjumlah 519 orang yang sebagian
besar berasal dari daerah Pekalongan. Karyawan yang terdapat di perusaahaan ini
pendidikan dasar sampai menegah umum dan beberapa lulusan perguruan tinggi.
PT Maya Food Industries beroperasi selama 6 hari yaitu dari hari Senin s.d. Sabtu
dengan waktu kerja 8 jam per hari dimulai pada pukul 08.00 s.d.16.00. Jam
istirahat pada hari biasa dimulai dari pukul 12.00 s.d.13.00 sedangkan pada hari
Jum’at, jam istirahat dimulai pukul 11.30 s.d.13.00. Adapaun tenaga kerja di
1. Karyawan Bulanan
2. Karyawan Kontrak
tahun tergantung job desk dan pendidikan. Sebelum perpanjangan masa kerja,
perusahaan apakah masih layak atau tidak dilihat dari kedisiplinan dan
11
3. Karyawan Borongan
perusahaan ini adalah sebanyak 44 orang yang terdiri dari 24 orang laki-laki
4. Karyawan Musiman
351 orang yang terdiri dari 2 orang laki-laki dan 350 perempuan. karyawan
Tabel 2.1. Jumlah Karyawan PT Maya Food Industries pada Bulan Juli 2017
No. Jenis Karyawan Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Tetap/bulanan 30 12 42
2 Kontrak 59 17 76
3 Musiman 2 350 351
4 Borongan 24 20 44
5 Manager 5
Jumlah 115 399 519
(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017).
Manajemen perusahaan yang diterapkan sangat memperhatikan
12
kelangsungan perusahaan, maka perusahaan menyediakan berbagai fasilitas bagi
bus karyawan, koperasi, asuransi kesehatan, kenaikan gaji, tunjangan hari raya
BAB III
PELAKSANAAN PKL
13
Perusahaan PT Maya Food Industries dalam produksi rutinnya
menghasikan produk sarden dan mackerel dengan berbagai brand, ukuran dan
rasa yang berbeda. Produk sarden dan mackerel yang menggunakan nama PT
Maya Food Industries sebagai produsen adalah Ranesa dan Sesibon. Sedangkan
produk yang merupakan kerjasama PT Maya Food Indsutries dengan Mitsui Co.
Ltd Jepang adalah merek Botan. Merek lainnya seperti Janus, Polo Star, Alam
Indo, Pomo, Grino, Tantan, Maroc, Continental Blue merupakan merek yang
kaleng, namun juga memproduksi berbagai jenis olahan dari ikan seperti surimi,
bakso ikan, scallops, otak-otak, fish stick, kepiting kaleng dan sebagainya. Namun
dan hanya diproduksi ketika ada pesanan saja. Adapun beberapa produk sarden
dan mackerel yang diproduksi oleh perusahaan ini adalah Mackerel in tomato
14
sauce, Sardine In Tomato Sauce, Mackerel In Chili Sauce, Sardine In Chili Sauce,
Kaleng in brine.
Mackerel IkanDari
segarproduk-produk
Ikan beku Pastayang
di atas, produk tomat,
paling sering
pengental, air,
Penyimpanan
diproduksi saat ini adalah Mackerel garam,
dan Sardine In Tomato minyak
Sauce.
ikan beku
Secara umum proses pengalengan ikan di PT Maya Food Industries terdiri
Pemasakan awal
Penirisan
Pendinginan
Pengkodean
Inkubasi
15
Pengemasan
ulang atau Produk Produk Pendistribusian
Penyimpanan
Pembuangan ditolak diterima n
Gambar 3.2. Diagram Alir Proses Produksi Ikan Kaleng
(Sumber: PT Maya Food Industries, 2017)
1. Penerimaan bahan
Bahan baku ikan kaleng yang digunakan di PT Maya Food Industries
adalah ikan jenis sardines (Sardines sp) dan mackerel (Scomber japonicus). Untuk
16
jenis ikan sardines yang digunakan adalah ikan lemuru (Sardinella longiceps),
ikan sembulak (Sardinella sirmo) dan ikan Jui atau ikan Tembang (Sardinella
fimbriata). Ikan tersebut diperoleh dari pasar lokal dan impor. Sebanyak 90 %
ikan berasal dari China, Pakistan, India, dan Jepang. Sementara itu bahan baku
ikan lokal yang terserap hanya 10 % yang berasal dari Batang, Pekalongan, Tegal,
Muncar dan Pati. Penggunaan bahan baku impor lebih besar dari bahan baku lokal
karena kuantitas ikan lokal yang tidak dapat memenuhi kapasitas produksi untuk
pasar ekspor.
a b
Gambar 3.3. Bahan Baku Ikan meliputi : (a) Ikan Lemuru (b) Ikan Scomber
(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)
Ikan impor dibawa menggunakan truck container dengan suhu pusat tubuh
ikan yaitu -18 oC. Sebelum digunakan untuk proses produksi, bahan baku ikan
impor terlebih dahulu harus dikarantina selama 3-7 hari oleh Balai Karantina Ikan
itu jika ikan yang digunakan merupakan ikan lokal, maka proses karantina tidak
diperlukan.
17
Gambar 3.4. Ikan yang Disegel Oleh Balai Karantina Ikan
(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)
ikan serta pengecekan kebenaran berat ikan. Pengujian tersebut dilakukan dengan
pengambilan sampel sebanyak 6 blok yang diambil secara random yaitu 2 blok
dibagian belakang, 2 blok di tengah, dan 2 blok di depan. Setiap blok ikan
dikemas dalam karton dengan berat 10-20 kg per karton. Satu container dapat
mempertahankan suhu dan mutu ikan sebelum digunakan. Suhu cold storage
18
maksimal adalah -18 oC. Di PT Maya Food Industries terdapat 2 cold storage
yang masing-masing terdiri dari 4 ruang dan 2 ruang. Setiap ruang memiliki 6
sekat yang memiliki kapasitas penyimpanan ikan hingga 22-27 ton/sekat. Masing-
masing cold storage memiliki ruang transit atau ante room dengan suhu yang
lebih rendah yaitu 8-15 oC. Dalam satu ruang cold storage diisi dengan satu jenis
ikan yang sama meskipun asalnya berbeda. Ruang cold storage di perusahaan ini
memiliki sistem First In First Out (FIFO), dimana ikan yang datang pertama kali
akan digunakan terlebih dahulu. Ikan yang akan digunakan dikeluarkan dari cold
3. Pencairan (thawing)
Proses thawing dilakukan untuk mencairkan es yang menyelimuti ikan
beku (ikan impor) setelah penyimpanan dalam cold storage room. Proses thawing
udara dan thawing air. Thawing air dilakukan 1-3 jam sebelum proses produksi.
Thawing dengan air lebih cepat dari thawing udara karena kecepatan transfer
panas yang lebih tinggi antara produk dengan air. Akan tetapi, metode ini
19
menghasilkan limbah dalam jumlah besar. Thawing air dilakukan di dalam bak
thawing yang berkapasitas 1,5 ton ikan/bak. Perusahaan ini memiliki 10 unit bak
thawing.
meskipun thawing air belum dilakukan. Thawing udara dilakukan dengan cara
mengeluarkan ikan beku dari dari kotak ikan kemudian diletakkan pada meja-
meja pemotongan dan keranjang plastik, ikan tersebut didiamkan selama satu
malam. Keuntungan thawing udara adalah rendahnya biaya yang digunakan. Suhu
ikan setelah proses thawing air atau thawing udara yang diharapkan adalah
maksimal 4 oC.
a. Tutup semua kran pembuangan (kran warna merah) baik kran pembuangan
20
b. Tutup semua kran sirkulasi (kran warna kuning) baik kran sirkulasi 2 ½
c. Buka kran pengisian (kran warna hijau dan biru), baik kran pengisian air
2) Sirkulasi Air
3) Pembuangan Air
penyortiran ini dilakukan untuk memisahkan antara ikan yang layak digunakan
dan yang tidak layak digunakan. Ikan yang layak digunakan adalah ikan yang utuh
dan sesuai jenisnya. Tahap sortasi dilakukan bersamaan dengan pemotongan dan
dan talenan untuk menghilangkan bagian kepala, ekor, dan isi perut. Selama
21
proses ini, suhu ikan dipertahankan maksimal 4 oC dengan menyiram ikan
menggunakan air dingin atau air es. Ukuran pemotongan ikan didasarkan atas
potongan badan ikan sepanjang 9-11 cm, kaleng ukuran 200 memiliki ukuran
potongan badan ikan 7-8,5 cm, sedangkan panjang badan ikan untuk kaleng club
can adalah 8-10 cm. Untuk potongan bagian ekor maksimal 5 cm dari ujung ekor.
5. Pembersihan Sisik
Ikan yang sudah dipotong bagian kepala dan ekor, serta dibersihkan isi
dengan menggunakan mesin drum rotary washer. Prinsip kerja mesin drum rotary
washer adalah menghilangkan sisik dengan gesekan dan terdapat ulir di bagian
dalam, sehingga ikan akan keluar secara otomatis ketika mesin berputar. Di bagian
bawah mesin terdapat penampung air yang berfungsi untuk membersihkan darah
pada tubuh ikan. Air tersebut diganti saat mesin telah membersihkan 4 ton ikan.
Proses pembersihan sisik berlangsung cukup singkat yaitu kurang lebih 2 menit.
Proses pembersihan sisik tidak dilakukan kepada seluruh jenis ikan. Hal tersebut
tergantung dari karakteristik ikan yang digunakan. Ikan lemuru dan jui merupakan
22
ikan yang tidak memiliki sisik, sehingga ikan tersebut tidak harus mengalami
proses ini. Berbeda halnya dengan ikan scomber dan ikan sembulak yang harus
6. Pencucian Ikan
Proses pencucian dilakukan setelah ikan-ikan tersebut disiangi, dipotong
dan dibersihkan sisiknya. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan darah, lendir
dan kotoran yang masih menempel pada tubuh ikan. Proses pencucian dilakukan
secara manual dengan menyiramkan air pada tumpukan ikan. Pencucian ini
dilakukan di atas meja panjang yang salah satu sisinya miring. Hal ini
menyebabkan air yang digunakan untuk membersihkan ikan bergerak ke satu sisi,
23
Maya Food Industries terdiri dari 3 jenis yaitu kaleng 300, 200 dan club can.
Kaleng jenis 300 dan 200 berbentuk silinder sedangkan kaleng jenis club can
berbentuk pipih. Perbedaan untuk setiap kalengnya juga terletak pada ukuran
kaleng, di mana kaleng jenis 300 berukuran lebih besar daripada jenis 200 dan
club can. Kaleng-kaleng tersebut berasal dari Jakarta yaitu dari PT United Canned
a b
harus dicuci terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan debu maupun
kotoran yang mungkin menempel pada kaleng. Kaleng yang akan dibersihkan
ditata dan diletakkan di atas wadah (pan). Pencucian kaleng kaleng ini dilakukan
24
4. Susun kaleng dalam pan pencucian dengan posisi terbalik
6. Setelah selesai pencucian, matikan pompa air dengan menekan tombol OFF
dengan jumlah maupun berat ikan yang diisi disesuaikan dengan spesifikasi
produk. Proses pengisian dan penimbangan dilakukan secara manual oleh pekerja.
Setelah kaleng diisi, kemudian ditata kembali di atas pan dan diletakkan di atas
berisi ikan dalam satu pan secara acak oleh tim quality control. Jika berat tidak
sesuai dengan standar yang ditetapkan, maka akan disesuaikan dengan cara
mengurangi atau menambah jumlah ikan dalam kaleng. Standar berat dan jumlah
ikan yang diisikan ke dalam kaleng dapat dilihat pada tabel 3.1.
25
200 100-110
Maroc Club can 100-120 6-7
(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)
8. Pemasakan Awal
Kaleng berisi ikan yang telah melalui tahap penimbangan kemudian
dilakukan proses pemasakan awal atau pre cooking. Pemasakan awal dilakukan di
dalam sebuah exhaust box dengan uap panas selama 20 menit pada suhu 90 oC.
Proses ini adalah proses pengeluaran sebagian besar oksigen dan gas-gas lain dari
dalam wadah agar tidak bereaksi dengan produk sehingga tidak mempengaruhi
mutu, nilai gizi dan umur simpan produk kalengan. Pemasakan awal juga berguna
sehingga kerusakan wadah akibat tekanan produk dari dalam dapat dihindarkan.
Selain itu, pemasakan awal juga berguna untuk menaikkan suhu produk di dalam
wadah sampai mencapai suhu awal (Adawyah, 2008). Dari proses pemasakan
ikan. Air dan minyak tersebut dikeluarkan dengan cara penirisan. Proses penirisan
26
dilakukan secara otomatis menggunakan conveyor dengan kemiringan tertentu
(150⁰). Hal ini menyebabkan air dan minyak yang tersisa dari proses pemasakan
awal akan keluar dari kaleng sehingga tidak mempengaruhi rasa dari medium saus
yang akan mengisi kaleng. Sementara itu, air dan minyak yang dihasilkan akan
menjadi limbah dan ditampung untuk diolah lebih lanjut di bagian pengolahan
limbah.
saus. Saus yang digunakan sebagai medium terdiri atas campuran pasta tomat,
pengental, garam dan air. Pasta tomat yang digunakan berasal dari China (UrumQi
Amkey Trading Inc. dan Tianjin Won-Star Internasional Trade Co. Ltd), pati
dilakukan di dalam tanki besar dengan kapasitas 750 liter yang terdapat pengaduk
27
di bagian dalamnya. Proses pencampuran bahan menggunakan uap panas dari
a b c
Gambar 3.14. Bahan Additive : (a) Pasta Tomat (b) Garam (c) Pengental
(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)
pipa menuju mesin pengisi saus. Pengisian saus dilakukan secara otomatis
menggunakan kran yang terdapat di bagian atas mesin pengisi saus. Suhu saus
saat masuk ke dalam kaleng minimal 60 oC. Setelah kaleng melewati kran pengisi
saus, aliran kaleng di atas conveyor diatur kemiringannya (15°) sehingga saus
akan tumpuh. Pengurangan jumlah saus yang berlebih ini bertujuan untuk
menciptakan head space pada kaleng. Head space berfungsi sebagai ruang
pemuaian udara saat proses sterilisasi. Besar head space untuk setiap kaleng yang
digunakan di PT Maya Food Industries adalah 5-10 mm. Saus yang tumpuh akan
ditampung dalam tanki yang kemudian dialirkan kembali ke tanki pemasakan saus
28
Gambar 3.15. Proses Pengisian Saus
(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)
seaming. Pada tahap ini dilakukan secara otomatis dengan menggunakan mesin
kaleng akan tertutup. Penutupan kaleng dilakukan secara double seam, yaitu
menggabungkan kaleng dan tutup kaleng sehingga terjadi dua lipatan antara badan
dan tutup kaleng. Di PT Maya Food Industries terdapat 6 buah seamer untuk
29
Seaming merupakan Critical Control Point kedua pada proses
pengalengan ikan di PT Maya Food Industries. Jika proses penutupan kaleng tidak
dilakukan dengan tepat maka berbagai bentuk kerusakan produk akhir tidak dapat
dihindarkan. Misalnya kasus kebocoran kaleng akibat proses double seaming yang
tidak tepat. Kebocoran kaleng menjadi pintu masuk mikroba dari lingkungan
double seaming telah dilakukan dengan benar, tim quality control melakukan
mengotori kaleng bagian luar. Oleh karena itu, kaleng perlu dibersihkan utnuk
menyemprotkan campuran air dan cairan pembersih yang bersuhu 70-80 oC.
Adapun cairan pembersih kaleng yang digunakan pada proses ini adalah cairan
30
Setelah proses pencucian selesai, secara otomatis kaleng akan menuju ke
keranjang penampungan yang terdapat di dalam bak penampung air. Tujuan dari
penggunaan air dalam proses ini adalah untuk mencegah terjadinya gesekan antar
13. Sterilisasi
Proses sterilisasi dilakukan setelah kaleng mengalami proses pencucian.
Alat yang digunakan dalam proses ini di PT Maya Food Industries adalah retort
batch dengan uap panas yang disemprotkan. Perusahaan ini memiliki 8 retort yang
pada proses sterilisasi berbeda-beda, tergantung dari jenis kaleng. Satu keranjang
dapat memuat sekitar 1300 kaleng ukuran 300, 2250 kaleng untuk kaleng kecil
atau kaleng 200 serta dapat memuat 4000 kaleng jenis club can. Prinsip kerja alat
31
ini adalah memanaskan produk dengan suhu dan tekanan tinggi dalam jangka
waktu tertentu. Sterilisasi adalah operasi yang paling penting dalam pengalengan
makanan dan merupakan critical control point ketiga dalam pengolahan ikan
retort otomatis, klep aka otomatis membuka ataupun menutup pada saat tekanan
uap naik maupun turun, sehingga kestabilan uap dapat terjaga. Sedangkan retort
manual, tekanan uap harus selalu dipantau dengan membuka kran uap saat
tekanan uap meningkat dan sebaliknya. Adapaun tekanan retort yang digunakan
dalam proses setrilisasi adalah 0,75 kg/cm2, sedangkan suhu retort dan lamanya
proses sterilisasi untuk setiap jenis produk berbeda-beda tergantung dari jenis ikan
dan ukuran kaleng yang digunakan. Lamanya proses sterilisasi untuk produk
dengan ukuran kaleng 300 yaitu selama 90 menit dengan suhu 117 oC dan produk
dengan ukuran kaleng 200 yaitu 80 menit dengan suhu 117 oC.
32
14. Pendinginan
Setelah proses sterilisasi selesai, kaleng memasuki tahap pendinginan
dilakukan dalam retort sampai suhunya turun dari 150 °C menjadi 50 °C.
dilanjutkan di bak pendingin selama 15-20 menit sampai suhu mencapai 40-35 °C
dengan keadaan kaleng masih berada di dalam keranjang besi yang dipindahkan
dari retort dengan bantuan katrol. Setelah proses selesai, keranjang besi diangkat
kamar (35-40°C) dengan maksud agar air yang menempel pada dinding wadah
tumbuhnya spora-spora dari bakteri perusak bahan pangan yang belum mati
(Hudaya, 2008).
33
15. Pengkodean (coding)
Kaleng-kaleng yang telah dingin dilewatkan menggunakan katrol menuju
secara perlahan dan diatur posisinya sehingga kaleng bagian bawah menjadi posisi
atas. Benturan antar kaleng tidak dapat dihindarkan sehingga seringkali ditemukan
Proses pengkodean dilakukan dengan alat yang disebut video jet. Satu
persatu kaleng akan melewati mesin ini dan secara otomatis sinar laser pada mesin
akan mencetak kode pada kaleng. Kode pada kaleng teridiri atas nama perusahaan
(MFI), perusahaan supplier kaleng, jenis ikan, nomor retort dan tanggal
merupakan jenis ikan lemuru, dan 08/03 merupakan retort 8 dan batch ke-3 kaleng
tersebut disterilisasi.
melewati video jet bukan bagian bawah kaleng melainkan bagian penutup atas
34
kaleng. Kaleng-kaleng yang mengalami hal demikian selanjutnya disortir kembali
1. Cuci nozel sampai bersih dengan cairan video jet make up fluid jika nozel
kotor.
4. Tekan tombol start sampai menunjukkan mesin print siap digunakan (mesin
On)
5. Ketik/masukkan kode : MFI, jenis ikan, supplier kaleng, batch retort dan
tanggal kadaluarsa.
digunakan di PT Maya Food Industries diperoleh dari PT Puri Nusa Eka Persada
dan PT Bahana Buana Box yang berlokasi di Semarang serta label dari PT Aneka
Rupa Tera yang berlokasi di Sidoarjo. Proses pengemasan ini dilakukan secara
manual oleh pekerja dengan isi per karton yang berbeda-beda. Produk mackerel
35
dengan ukuran kaleng 300 diisi dengan 48 kaleng per karton dan 100 kaleng per
karton untuk produk mackerel dengan ukuran kaleng 200. Sementara itu, produk
sardine dengan ukuran kaleng 300 dan 200 masing-masing diisi dengan 24 kaleng
per karton dan 50 kaleng per karton. Sedangkan produk yang menggunakan
menggunakan mesin perekat otomatis yaitu ringing pack dan straping band.
terjadi kecacatan pada kaleng. Kecacatan pada kaleng yang pada umumnya terjadi
di PT Maya Food Industries adalah kaleng lecet, adanya kepenyokan pada kaleng,
karat pada kaleng, bocor, dan kaleng kembung. Kaleng yang lecet dan penyok
kaleng menggunakan kaleng yang baru. Sedangkan untuk kecacatan pada kaleng
36
17. Inkubasi
Inkubasi dilakukan di dalam gudang penyimpanan selama 14 hari.
Inkubasi bertujuan untuk melihat kerusakan pada kaleng yang dilakukan dengan
cara meletakkan kaleng dalam kondisi terbalik. Kaleng yang di inkubasi diberi
dari adanya karton yang basah setelah 14 hari. Hal ini mengindikasikan adanya
Sementara itu jika selama 14 hari tidak ditemukan adanya kerusakan kaleng, maka
akan disimpan terlebih dahulu di dalam ruang penyimpanan produk jadi (gudang
barang jadi). Karton-karton yang berisi kaleng diletakkan di atas pallet dengan
didasarkan atas merek masing-masing produk. Jumlah tumpukan karton per pallet
37
untuk produk mackerel dengan ukuran kaleng 300 adalah 35 karton per pallet dan
50 karton per pallet untuk kaleng ukuran 200. Adapun produk sardine dengan
ukuran kaleng 300 jumlah tumpukan karton per pallet adalah 60 karton dan 90
karton untuk ukuran kaleng 200. Sementara itu, produk dengan kaleng club can
produk. Proses penyimpanan ini akan terus berlangsung hingga karton siap untuk
38
1. Pisau
2. Talenan
3. Meja Pemotongan
39
Tabel 3.4. Spesifikasi Meja Pemotongan
Nama Meja pemotongan
Fungsi Memotong dan membersihkan ikan
Bahan Stainless steel
Ukuran 5 m x 1,2 m x 1,2 m
Jumlah 60
(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)
5. Timbangan
40
(Sumber : PT Maya Food Industries)
6. Conveyor
7. Exhaust Box
41
Gambar 3.31. Exhaust box
(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)
Tabel 3.8. Spesifikasi Exhaust Box
Nama Exhaust box
Fungsi Pre-cooking dan Exhausting
Merk -
Bahan Stainless steel
Ukuran 9,8 m x 1,62 m x 1,75 m (Kaleng 300) dan
9,1 m x 0,75 m x 15 m (Kaleng 202 dan club can)
Jumlah 3
(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)
42
Gambar 3.33. Pemasak Saus
(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)
Tabel 3.10. Spesifikasi Mesin Pemasak Saus
Nama Pemasak saus
Fungsi Memasak saus
Merk -
Bahan Stainless steel
Ukuran <1m
Jumlah 3
Kapasitas 750 liter
(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)
43
Gambar 3.35. Keranjang Besi
(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)
44
13. Video Jet
14. Pallet
15. Forklift
45
Gambar 3.39. Forklift
(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)
Tabel 3.16. Spesifikasi Forklift
Nama Forklift
Fungsi Mobilisasi bahan-bahan
Merk Komatsu
Bahan Besi
Jumlah 5
Kapasitas 1.000-3.500 kg
(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)
pangan. PT Maya Food Industries menerapkan program sanitasi dan higiene yang
meliputi sanitasi bahan baku dan bahan penolong, sanitasi pekerja, sanitasi
ruangan dan lingkungan produksi serta sanitasi mesin dan peralatan. Hal ini
kontaminasi potensial.
bahwa dalam proses sanitasi, diperlukan suatu prosedur standar yang dapat
mencakup seluruh area dalam memproduksi suatu produk pangan mulai dari
Procedur (SSOP). Prosedur ini dibuat untuk membantu industri pangan dalam
46
mengembangkan dan menerapkan prosedur pengawasan sanitasi, melakukan
monitoring sanitasi, serta memelihara kondisi dan praktik sanitasi. SSOP meliputi:
keamanan air, kondisi atau kebersihan permukaan yang kontak dengan makanan,
Bahan habis pakai dalam proses pengalengan ikan terdiri dari bahan baku
utama, bahan aditif dan bahan pendukung. Seluruh bahan yang digunakan saat
produksi selalu dijaga kebersihannya, terutama ikan sebagai bahan baku. Ikan
impor didatangkan dengan truck container dalam bentuk beku yang dikemas
dalam karton. Untuk menjaga kesegaran ikan, ikan disimpan dalam cold storage
room dengan suhu maksimal -18 oC. Pembersihan ruang cold storage meliputi
sanitasi lantai, dinding, papan sekat, langit-langit, pintu sisi dalam, pintu sisi luar
dan lampu. Proses pembersihan terebut dilakukan saat bahan baku kosong, kecuali
bagian pintu sisi luar yang dibersihkan setiap hari serta lampu yang dibersihkan
lantai dari peralatan seperti pallet, keranjang, lory dan lain sebagainya. Kemudian
Papan sekat yang memisahkan satu jenis ikan dengan jenis ikan lainnya
47
terakhir melakukan pembilasan. Proses pembersihan seperti ini juga dilakukan
pada bagian pintu sisi dalam dan pintu sisi luar. Sedangkan bagian langit-langit
ruang cold storage dilakukan pembersihan menggunakan kain yang menyerap air.
kap lampu kemudian dilap menggunakan lap basah. Air yang digunakan dalam
untuk membersihkan ruang cold storage adalah air yang mengandung klorin 100
ppm.
Air yang digunakan untuk proses pengolahan berasal dari 2 buah sumur
bor. Sebelum digunakan, air sumur melalui beberapa proses (treatment) pada area
water treatment. Adapun treament yang dimaksudkan adalah sand filter treament,
carbon filter treatment dan penambahan larutan desinfektan (clorin treament 0,2-
pada proses pengolahan. Air ini juga digunakan dalam proses pembuatan es batu
tomat, pati termodifikasi (pengental) dan garam. Pasta tomat dikemas dalam
kemasan primer berupa aluminium foil dan kemasan sekunder yaitu drum. Pati
termodifikasi dikemas dalam kemasan primer berupa karung namun terbuat dari
kertas. Sementara itu garam dikemas dalam kemasan primer berupa karung
kontak langsung dengan lantai. Seluruh bahan disimpan dalam gudang bahan
aditif. Suhu penyimpanan adalah suhu ruang. sirkulasi udara baik dan atap gudang
48
terbuat dari seng yang sewaktu-waktu mudah dibersihkan, serta tidak ada hama
yang mengganggu. Selain itu, sebelum disimpan bahan aditif tersebut diproteksi
dengan cara pengecekan secara visual dan disesuaikan dengan CoA yang
menerapkan prinsip First in First out (FIFO). Kaleng kosong yang belum
digunakan disimpan di atas pallet kemudian dilapisi plastik agar tidak terkena
kaleng tersebut dicuci untuk menghilangkan debu maupun kotoran yang mungkin
menempel pada kaleng. Kaleng yang akan dibersihkan ditata dan diletakkan diatas
wadah atau pan. Pencucian kaleng ini dilakukan dengan 2 tahap pencucian, yaitu
dilakukan menggunakan air dengan membersihkan bagian luar dan dalam kaleng.
(a) (b)
49
(c) (d)
Gambar 3.40. Sanitasi Penyimpanan Bahan Baku meliputi : (a) Kondisi
Sanitasi Cold Storage (b) Kondisi Sanitasi Penyimpanan Pasta Tomat (c)
Kondisi Sanitasi Penyimpanan Garam (d) Kondisi Sanitasi Kaleng
(Sumber: PT Maya Food Industries, 2017)
b. Sanitasi pekerja
aturan sebelum memasuki ruang produksi dan saat bekerja di ruang produksi.
sepatu boot, penutup kepala dan masker dengan benar dan menggunakan apron
bagi petugas potong, fiiling dan petugas exhaust. Baik untuk pekerja yang
ruang produksi. Karyawan juga diwajibkan menyikat kuku dan ujung jari, dicuci
dengan sabun dan dibilas menggunakan air mengalir. Setelah itu tangan
dicelupkan ke dalam bak air klorin 50 ppm. Selama proses produksi berlangsung,
pekerja dilarang makan, mengobrol, dan meludah. Hal ini menjadi usaha
50
Terdapat masing-masing 1 ruang ganti untuk pekerja laki-laki dan
memasuki ruangan ganti dengan prosedur di atas. Akan tetapi pada penerapannya,
tidak semua prosedur yang telah ditetapkan diikuti oleh pekerja. Meskipun
demikian, pekerja tetap menggunakan sepatu boot, penutup kepala dan masker
ketika masuk ke ruang produksi sekaligus mencuci tangan dengan sabun dan air
klorin (50 ppm). Selain itu, sepatu boot yang digunakan juga harus direndam di
dalam bak air klorin (200 ppm). Untuk fasilitas sanitasi lainnya terdapat 12 toilet
untuk pekerja yang letaknya jauh dari area produksi. Selain sanitasi pekerja,
kesehatan pekerja juga sangat penting karena menjadi salah satu sumber
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 3.41. Sanitasi Pekerja meliputi : (a) Pengecekan Tangan, Kuku
dan Perhiasan (b) Seragam proses (c) Sikat Kuku, Ujung Jari dan
Pembilasan (d) Pemakaian Sarung Tangan dan Pencelupan Pada Air
Klorin
(Sumber: PT Maya Food Industries, 2017)
51
c. Sanitasi ruangan dan lingkungan pengolahan
produk ikan kaleng di PT Maya Food Industries. Selain ruangan proses produksi,
ruangan inti yang berhubungan dengan produk adalah gudang bahan aditif dan
meliputi cold storage room yang terpisah dari ruang produksi, secara umum yaitu
yang meliputi area-area untuk setiap tahapan produksi lainnya. Cold storage room
hijau dan dilapisi epoksi, sehingga agak licin dan memudahkan saat pembersihan,
serta terdapat saluran untuk pembuangan limbah air sisa produksi di beberapa
bagian di bawah lantai. Langit-langit tertutup rapi dan berjejer lampu penerang
yang selalu menyala selama proses produksi, serta terdapat tambahan lampu Ultra
Violet (UV) yang mampu mencegah adanya serangga pengganggu seperti lalat.
52
Proses pembersihan ruang pengolahan dilakukan setelah kegiatan produksi
dilakukan terhadap seluruh bagian ruangan, menggunakan air bersih, sabun dan
air klorin.
gedung dengan cara menjaga kondisinya selalu terjaga dalam keadaan kering.
Terdapat pula perangkap hama dan tikus dipojok ruangan guna mencegah
kerusakan produk oleh hama dan tikus. Perangkap sejenis juga terdapat pada
hampir seluruh area perusahaan (di luar ruang produksi dan gudang).
(a) (b)
Gambar 3.42. Sanitasi Ruang Pengolahan meliputi : (a) Sanitasi Lantai
Ruang Pengolahan (b) Sanitasi Saluran Air di Ruang Pengolahan
(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)
dilakukan dengan menggunakan air bersih, sabun dan air klorin. Untuk peralatan
seperti bak, keranjang, pisau dan talenan, setelah selesai dibersihkan disimpan
53
dalam ruangan equipment room dan dibersihkan di ruangan khusus sanitasi
peralatan kecil.
(a) (b)
Gambar 3.43. Sanitasi Mesin dan Peralatan meliputi : (a) Pembersihan
Keranjang (b) Pembersihan Meja dan Rotary Drum Washer
(Sumber: PT Maya Food Industries, 2017)
e. Sanitasi lingkungan pabrik dan pest control
lingkungan pabrik dilakukan setiap hari oleh tukang kebun dan pembersih
pembersihan toilet yang dilakukan setiap hari, serta pembersihan selokan dan
(a) (b)
54
(c) (d)
Gambar 3.44. Sanitasi Lingkungan meliputi : (a) Petugas Menyapu
Halaman (b) Pemotongan Rumput (c) Perangkap Tikus (d) Perangkap
Lalat
(Sumber: PT Maya Food Industries, 2017)
hama dilakukan dengan memasang perangkap seperti perangkap tikus yang berisi
racun dan pemikat lalat di area halaman pabrik. Pelaksanaan pengendalian hama
dilakukan dengan bekerjasama dengan tim dari luar yang selalu datang melakukan
proses produksi ikan kaleng di PT Maya Food Industries mulai dari penerimaan
keadaan beku. Bahan baku yang diterima dalam keadaan segar, ditempatkan pada
plastik atau juga dapat ditempatkan secara curah dalam truk yang diberikan es.
Ikan lokal segar diterima dalam keadaan utuh/Head On (HO), sedangkan ikan
55
lokal beku biasanya diterima dalam keadaan bagian kepala dan ekor terpotong dan
organ dalam ikan sudah dikeluarkan. Keadaan seperti ini biasanya dikenal dengan
istilah Headless (HL). Ikan lokal beku diterima dalam keadaan terbungkus plastik
yang bagian luarnya juga dikemas kembali menggunakan karton yang bertujuan
untuk mencegah terjadi oksidasi lebih lanjut karena ikan yang telah dipotong lebih
dilengkapi freezer. Hal ini sesuai dengan ketetapan dari Japan International
terhadap bau anyir yang bersifat oksidatif sebagai contoh pengemasan kedap
Sumber bahan baku selain berasal dari dalam negeri juga berasal dari luar
dalam kontainer diatur -18 oC, sehingga suhu ikan tetap terjaga (beku). Sebelum
digunakan untuk proses produksi, ikan impor tersebut harus dikarantina selama 3-
7 hari oleh Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan (2011), yang menyatakan bahwa setiap ikan impor yang masuk ke
Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) dan wajib memenuhi standar keamanan dan
mutu hasil perikanan oleh Badan Karantina Ikan (BKI) sekaligus diawasi oleh
56
Ikan yang masih dalam pemeriksaan oleh BKI Semarang akan disegel dan tidak
organoleptik pada ikan serta pengecekan ukuran ikan. Hal tersebut bertujuan
pembuatan produk ikan kaleng sangat mempengaruhi mutu produk akhir. Hal ini
kondisi tidak segar, maka pada saat dilakukan pemasakan awal daging ikan akan
menjadi kompak. Selain itu, kesegaran ikan dapat mempengaruhi cita rasa dan
Terdapat persyaratan tertentu mengenai bahan baku ikan lokal dan impor
yang harus dipenuhi oleh supplier. Jaminan mutu ikan yang sesuai dengan standar
pendukung lainnya. Standar mutu ikan yang digunakan di perusahaan ini sesuai
57
Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia Dalam Makanan pada ikan ; SNI
2729:2013 mengenai persyaratan mutu ikan segar dan SNI 4110:2014 mengenai
Bahan baku utama ini merupakan titik kendali kritis critical control point
ini. Hal tersebut disebabkan karena bahan baku utama menentukan kualitas
produk yang dihasilkan. Bahan baku yang memiliki mutu baik akan menghasilkan
produk dengan mutu yang baik pula, dan sebaliknya. Sehingga pengawasan mutu
bahan baku perlu dilakukan untuk dapat menghasilkan produk yang baik.
58
Biologi Batas Maksimal Cemaran Mikroba
-ALT : 5 x 105 kol/g
-E. coli : <3 APM/g
-Salmonella : neg/25 g
-Vibrio cholera : neg/25 g
Karakteristik -Vibrio parahaemolyticus : <3 APM/g
Logam Batas Maksimal Cemaran Logam Berat
dan Kimia -Arsen (As) : 1,0 mg/kg
-Kadmium (Cd) : 0,1 mg/kg
-Merkuri (Hg) : 0, 1mg/kg
-Timah (Sn) : 40,0 mg/kg
-Timbal (Pb) : 0,3 mg/kg
Batas Maksimal Cemaran Kimia
-Histamin : 50 mg/kg
-Formalin : negatif.
10. Shelf life -
11. Referensi BPOM RI NO: HK.00.06.1.52.4011 Tahun
2009: Penetapan Batas Maksimum Cemaran
Mikroba dan Kimia Dalam Makanan Pada Ikan
dan SNI 2729:2013 Mengenai Persyaratan Mutu
Ikan Segar.
(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)
59
-ALT : 5 x 105 kol/g
-E.coli : <3 APM/g
-Salmonella : neg/25 g
-Vibrio cholera : neg/25 g
Karakteristik -Vibrio parahaemolyticus : <3 APM/g
Logam dan Batas Maksimal Cemaran Logam Berat
Kimia -Arsen (As) : 1,0 mg/kg
-Kadmium (Cd) : 0,1 mg/kg
-Merkuri (Hg) : 0, 1mg/kg
-Timah (Sn) : 40,0 mg/kg
-Timbal (Pb) : 0,3 mg/kg
Batas Maksimal Cemaran Kimia
-Histamin : 50 mg/kg
-Formalin : negative
10. Shelf life 24 bulan (2 tahun)
11. Referensi BPOM RI NO: HK.00.06.1.52.4011 Tahun
2009: Penetapan Batas Maksimum Cemaran
Mikroba dan Kimia Dalam Makanan Pada
Ikan dan SNI 4110:2014 Mengenai
Persyaratan Mutu Ikan Beku.
(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)
ruang cold storage pada suhu berkisar antara -22 s.d. -25 °C atau maksimal -18 °C
dengan sistem Air Blast Freezer (ABF). Suhu yang digunakan untuk penyimpanan
bahan baku di PT Maya Food Industries ini telah sesuai dengan Standar Nasional
pembekuan cepat menggunakan alat pembeku contact plate freezr (CPF) atau air
blast freezer (ABF) untuk frozen block hingga suhu pusat produk mencapai
maksimal -18 °C .
Tujuan dari penyimpanan ikan beku ke dalam ruang cold storage adalah
untuk mempertahankan suhu ikan pada saat disimpan sehingga mutu ikan tetap
terjaga. Irving dan Sharp dalam Koswara (2009) mengatakan bahwa umumnya
60
sebagian besar bahan pangan akan mempunyai mutu penyimpanan yang baik
sekurang-kurangnya 12 bulan bila disimpan pada suhu -18 °C. Apabila suhu
tersebut menyebabkan diterapkannya prinsip First In First Out (FIFO) yaitu ikan
yang datang pertama kali harus digunakan terlebih dahulu. Selain itu,
penyimpanan ikan di perusahaan ini juga disesuaikan dengan jenisnya. Hal ini
bertujuan untuk memudahkan penggunaan ikan pada saat proses produksi yang
3. Pencairan (Thawing)
Proses thawing dilakukan untuk mencairkan es yang meyelimuti ikan beku
(ikan impor) setelah penyimpanan dalam ruang cold storage. Di PT Maya Food
udara dan thawing air. Thawing air dilakukan 2-3 jam sebelum proses produksi.
Thawing dengan air ini lebih cepat dibandingkan thawing udara karena kecepatan
transfer panas yang lebih tinggi antara produk dengan air, namun proses ini
menghasilkan limbah dalam jumlah besar. Hal ini sesuai dengan SNI 3548.3:2010
yang mengisyaratkan proses thawing dilakukan dengan cara thawing air hingga
suhu ikan berada pada suhu 0 °C – 4 °C. Proses thawing air dilakukan dengan cara
ikan beku yang sebelumnya telah diletakkan di ante room dimasukkan ke dalam
bak thawing hingga mencapai kapasitas yang telah ditetapkan (1,5 ton/bak).
Sebelum kran pengisian air dibuka, kran pembuangan dan kran sirkulasi ditutup
terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk menampung air yang akan digunakan
untuk proses thawing. Adapun volume air yang diisi sesuai dengan kebutuhan
61
yaitu ikan terendam secara sempurna di dalam bak thawing. Air yang digunakan
bersumber dari sumur bawah tanah yang ada di lingkungan perusahaan. Air
terlepas semuanya (pelelehan tidak maksimal). Hal ini dilakukan dengan tujuan
agar tekstur ikan tidak terlalu lembek pada saat menunggu sebelum proses
pemotongan dan penyiangan. Hal ini sesuai dengan Moeljanto (1992) yang
menyatakan bahwa sebelum disiangi, ikan sebaiknya tidak direndam terlalu lama
2. Siapkan ikan yang akan dithawing dan susun di atas keranjang dan diletakkan
62
Standar Operating Procedure (SOP) di atas berbeda dengan proses
thawing udara yang dilakukan selama praktik kerja lapangan. Dimana proses
Thawing udara dilakukan dengan cara mengeluarkan ikan beku dari dari kotak
ikan tersebut didiamkan selama satu malam. Proses ini dinilai lebih
proses thawing air. Thawing udara yang dilakukan di atas meja pemotongan lebih
efektif dibandingkan thawing udara di ante room. Hal ini disebabkan karena
pekerja tidak perlu lagi memindahkan ikan hasil thawing dari ante room menuju
meja pemotongan. Dengan demikian, proses ini lebih menghemat waktu karena
Suhu ikan baik setelah proses thawing air ataupun thawing udara yang
diharapkan adalah maksimal 4 °C. Setiap 2 jam tim quality control melakukan
secara sampling pada beberapa ikan di bagian bawah dan atas bak thawing.
Berdasarkan SNI 4110 : 2014, suhu ikan harus tetap dipertahankan mkasimum 4
kesegaran ikan.
63
2. Keluarkan ikan dalam keranjang merah kemudian diletakkan di atas meja.
3. Ikan diambil satu per satu kemudian diletakkan di atas talenan dengan posisi
4. Ikan dipotong miring dan tepat di belakang kepala ke arah kiri bagian perut,
kemudian pisau digerakkan ke arah kanan sampai isi perut ikut terbawa keluar,
5. Ikan disortir, ikan yang jelek di-reject dan tidak dipotong, dimasukkan dalam
keranjang hijau
7. Bersihkan ikan dari sisa isi perut/kotoran, kemudian dicuci dan dimasukkan
keranjang biru
9. Limbah kepala dan isi perut ditimbang dan dicatat dalam formulit ‘laporan
timbangan limbah’.
Hal pertama yang perlu diperhatikan dalam proses ini adalah kondisi
peralatan yang akan digunakan seperti pisau dan talenan. Sanitasi dari kedua alat
ini sangat penting karena salah satu sumber kontaminasi utama dalam pengolahan
pangan berasal dari alat yang digunakan. Dengan demikian, pisau yang digunakan
untuk pemotongan dan penyiangan harus tajam dan tidak berkarat. Adapun
talenan yang digunakan di perusahaan ini terbuat dari plastik. Hal ini dapat
64
Proses pemotongan dan penyiangan ikan harus dilakukan secara hati-hati,
karena pemotongan yang tidak tepat dapat merusak daging ikan. Proses ini
diawali dengan memotong kepala bagian bawah secara miring ke arah bagian
perut, sampai isi perut terbawa keluar, kemudian memotong bagian ekor ikan. Hal
tersebut telah sesuai dengan SNI 3548.3:2010 yang menyebutkan bahwa proses
pemotongan dilakukan dengan cara membuang kepala, isi perut, sirip dan ekor
mendapatkan ikan dengan jenis, mutu dan ukuran yang sesuai spesifikasi. Ikan
yang tidak sesuai spesifikasi (di-reject) tidak perlu dilakukan pemotongan dan
penyiangan.
antara lain ukuran hasil pemotongan kurang stabil dan hasil penyiangan kurang
bersih. Hal ini sesuai dengan pendapat Muniyati dan Sunarman (2000) mengenai
menyatakan bahwa pemotongan ikan dapat dilakukan dengan mesin atau dengan
kecepatannya rendah.
65
5. Pembersihan Sisik
rotary washer. Prinsip kerja mesin drum rotary washer adalah menghilangkan
sisik dengan gesekan dan terdapat ulir di bagian dalam, sehingga ikan akan keluar
1. Pastikan kondisi semua peralatan dalam keadaan bersih dan kran pembuangan
2. Isi tabung mesin penghilang sisik dengan air dan es sampai terisi penuh
4. Masukkan ikan ke dalam mesin melalui saluran masuk ikan, tambahkan air
dan es selama proses pencucian atau penghilangan sisik (pergantian air dan es
5. Setelah ikan keluar dari mesin, ikan ditampung dalam keranjang biru
6. Setelah proses pencucian selesai, tutup kran suplai air kemudian tekan tombol
Mesin drum rotary washer ketika digunakan harus dalam kondisi bersih.
Hal ini bertujuan untuk mencegah kontaminasi silang yang dapat disebabkan oleh
alat yang kotor. Pembersihan mesin drum rotary washer dilakukan ketika
produksi tidak berlangsung. Pembersihan mesin ini memakan waktu yang cukup
lama, sehingga apabila mesin ini dibersihkan ketika proses peroduksi berlangsung
sisik adalah mengisi tabung mesin dengan air atau es sampai tersisi penuh,
66
sehingga kran pembuangan selama proses ini harus dalam keadaan tertutup rapat.
Penggunaan air atau es untuk membersihkan darah pada tubuh ikan dan juga
untuk tetap menjaga suhu ikan 4 oC. Air tersebut diganti saat mesin telah
membersihkan 4 ton ikan. Penggantian air ini bertujuan untuk mendapatkan hasil
pembersihan sisik yang maksimal. Apabila air tidak dilakukan pergantian, maka
air yang digunakan untuk pembersihan selanjutnya telah kotor karena proses
pengisian ikan. Proses pembersihan sisik ini berlangsung cukup singkat yaitu
6. Pencucian Ikan
Standar Operating Procedure (SOP) untuk pencucian ikan di PT Maya
2. Bersihkan ikan dari sisa isi perut/kotoran (lakukan di meja terpisah/pada meja
pencucian ikan)
3. Cuci ikan dengan menggunakan air bersih dari shower atau dari bak plastik
sesuai spesifikasi. Selama proses pencucian terdapat potensi bahaya yang bisa
terjadi yaitu kontaminasi mikroba patogen karena kurangnya sanitasi dan higiene.
67
Dengan demikian, kondisi peralatan khususnya meja yang digunakan harus dalam
keadaan bersih serta sanitasi pekerja yang baik. Adapun potensi cacat mutu yang
dapat terjadi berdasarkan SNI 4110 : 2014 adalah kontaminasi benda asing,
daging rusak dan tidak bersih karena kesalahan penanganan. Hal ini menyebabkan
perusahaan ini pencucian ikan dilakukan di atas meja yang sama dengan proses
tersebut tidak dipermasalahkan asalkan jarak ikan yang dibersihkan dengan proses
pengisian tetap terjaga yaitu minimal 10 cm. Kemudian penanganan ikan pada
menggunakan air bersih dari shower atau bak plastik. Hal tersebut sesuai dengan
SNI 4110 : 2014 yang menyatakan bahwa bahan baku ikan dicuci menggunakan
air mengalir secara cepat, cermat dan saniter dalam kondisi dingin.
Setelah itu, ikan yang sudah bersih diletakkan di keranjang biru kecil.
Keranjang biru kecil ini berfungsi untuk menampung ikan potongan yang telah
bersih dan siap untuk dimasukkan ke dalam kaleng. Namun pada praktik di
lapangan, ada beberapa pekerja yang tidak memenuhi prosedur ini yaitu
meletakkan ikan bersih di atas meja tanpa menggunakan keranjang biru kecil.
Sampai proses ini, suhu ikan yang dibersihkan tetap dipertahankan maksimum 4
o
C. Untuk memastikan hal tersebut, tim quality control melakukan pengecekan
68
1. Pastikan kondisi semua peralatan bersih
2. Ambil keranjang ikan yang sudah dicuci (bersih) dan tumpahkan di atas meja
filling
5. Bila jumlah potongan ikan lebih dari 2, maka potongan tersebut dimasukkan
6. Bila ditemukan ikan yang tidak sesuai standar, masukkan dalam keranjang
7. Bila sejumlah kaleng di atas pan sudah diisi ikan, letakkan pan di atas
Kaleng yang digunakan dalam proses pengisian ini harus dalam kondisi
dibersihkan sesuai dengan spesifikasi produk. Daging ikan yang diisikan dalam
kaleng berupa potongan pokok, dan harus disusun rapi dengan posisi yang
berselang-seling antara badan dengan ekor. Hal ini bertujuan untuk memudahkan
proses pengisian saus, sehingga saus dapat terisis secara merata ke seluruh bagian
kaleng. Sebelum daging ikan diisikan ke dalam kaleng terlebih dahulu dilakukan
untuk pengisian selanjutnya. Dengan demikian, berat ikan yang diisikan selama
proses ini tidak selamanya sesuai dengan standar karena pengisian ikan dilakukan
berdasarkan perasaan (feeling) dari pekerja. Kemudian, jika pada proses ini
69
ditemukan ikan yang tidak sesuai standar karena proses sortasi yang kurang
sempurna, maka ikan tersebut disisihkan. Tahap akhir dari rangkaian pengisian ini
adalah kaleng yang telah diisikan ikan disusun di atas pan, kemudian pan tersebut
diletakkan di atas conveyor dan diberi nomor identitas regu. Pemberian nomer
mengambil beberapa kaleng berisi ikan dalam 1 pan secara acak oleh tim quality
control. Proses ini bertujuan untuk mengecek kebenaran berat pengisian yang
3. Bila hasil pengecekan timbangan sesuai, maka dinyatakan lolos untuk proses
berikutnya
4. Bila timbangan lebih dari standar, maka kelompok yang bersangkutan harus
5. Bila timbangan kurang dari standar, maka kelompok yang bersangkutan harus
Jika berat timbangan tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan, maka
tersebut dilakukan dengan cara mengurangi jumlah ikan apabila timbangan lebih
70
dari standar dan menambah jumlah ikan dalam kaleng apabila timbangan kurang
dari standar. Adapun penimbangan secara sampling ini memiliki kelemahan yaitu
tidak semua kaleng dipastikan beratnya. Menurut adawyah (2008), ketepatan berat
8. Pemasakan Awal
Proses pemasakan awal yang dilakukan di PT Maya Food Industries
4. Buka kran air pencucian bagian bawah kaleng (kecuali club can)
5. Ambil kaleng berisi ikan di atas pan, kemudian letakkan di atas conveyor satu
per satu berjajar sesuai lebar conveyor (untuk kaleng club can dimasukkan
dengan pan)
6. Tutup kran uap dan kran air pencucian bila kaleng sudah keluar semua
71
Panas yang digunakan untuk pemasakan awal berasal dari uap panas mesin
boiler yang dialirkan melalui pipa. Proses pemasakan awal ini dilakukan secara
otomatis dimana kaleng berisi ikan dimasukkan ke dalam exhaust box, diletakkan
di atas belt conveyor yang berjalan. Kaleng jenis silinder di letakkan dengan cara
menjajarkan satu per satu kaleng sesuai lebar conveyor. Berbeda halnya dengan
kaleng jenis club can dimana kaleng ini dimasukkan sekaligus dengan pan
menit dengan suhu 90°C dan telah sesuai dengan SNI 3548.3:2010. Proses ini
keluar dari exhaust box. Suhu akhir ikan setelah proses pemasakan awal yang
menjadi standar di perusahaan ini adalah minimal 60 oC. Menurut Murniyati dan
aerob. Kondisi vakum (penghampaan) ini dapat tercapai dengan melakukan proses
yang semakin tinggi. Oleh karena itu, suhu pusat ikan setelah pemasakan awal
mengeluarkan air yang terdapat pada tubuh ikan. Proses pemasakan awal menurut
72
Adawiyah (2008) bertujuan untuk mengurangi tekanan di dalam kaleng sehingga
mengurangi kemungkinan oksidasi isi kaleng dan korosi di bagian dalam kaleng.
Sebagian besar oksigen dan gas lain harus dihilangkan dari bahan sebelum
dilakukan penutupan. Kaleng yang telah ditutup tidak diinginkan adanya oksigen
karena keberadaannya dapat bereaksi dengan bahan pangan atau bagian dalam
kaleng sehingga mempengaruhi mutu, nilai gizi, dan umur simpan produk.
9. Penirisan (Drying)
Penirisan merupakan suatu proses pembuangan atau pengeluaran air yag
terdapat dalam kaleng setelah selesai melalui proses pemasakan awal. Proses
kemiringan tertentu yang merupakan satu rangkain utuh dengan exhaust box.
Proses yang dilakukan di perusahaan ini telah sesuai dengan SNI 3548.3:2010
dimana kaleng-kaleng akan bergerak di atas belt conveyor menuju alat penirisan
otomatis yang telah dirancang sehingga air dalam kaleng dapat keluar. Air di
dalam kaleng perlu dibuang agar saus yang akan dimasukkan tidak mengalami
perubahan rasa. Setelah itu kaleng akan kembali pada posisi semula untuk masuk
ke tahap berikutnya. Sementara itu, proses penirisan untuk kaleng jenis club can
dilakukan secara manual oleh pekerja. Satu pan kaleng jenis club can yang keluar
sehingga air dalam kaleng dapat keluar dan isi kaleng tidak ikut terbuang.
73
Berikut Standar Operating Procedure (SOP) untuk pipa pengisian saus
tomat :
1. Buka kran pipa media untuk membuang sisa air yang kemungkinan
3. Atur kemiringan conveyor sampai mencapai standar head space 3-4 mm.
5. Buka pipa kran media (kaleng akan diisi secara otomatis melalui kran)
7. Jika isi media terlalu banyak atau penuh, maka isi dikurangi dengan
Saus yang digunakan sebagai medium terdiri atas campuran pasta tomat,
pengental, garam dan air. Saus ini diformulasikan di dalam sebuah ruangan khusus
terhubung. Sebelum proses pengisian saus dilakukan, kran pipa media perlu
dibuka untuk memastikan tidak adanya kandungan air di dalam pipa. Setelah
conveyor dinyalakan, baru kemudian pipa kran media dibuka dan kaleng akan
secara otomatis terisi saus melalui kran tersebut. Saus yang terisi kurang atau
74
menggunakan cangkir atau dikurangi dengan menggunakan sendok stainless. Hal
Suhu saus pada saat diisikan ke dalam kaleng berkisar antara 60 oC-70 oC
dengan kekentalan yang berkisar antara 8-90 brix. Hal ini sesuai dengan SNI 01-
2712.2-1992, bahwa suhu medium tidak boleh kurang dari 60 °C, karena suhu
medium yang semakin tinggi dapat menyebabkan kondisi vakum yang juga
semakin tinggi. Pada suhu yang tinggi peluang udara yang terperangkap di antara
bagian produk dalam kaleng lebih kecil (Winarno, 1994 dalam Safitri, 2013). Hal
meliputi suhu saus, kekentalan (brix), dan pengisian saus yang diawasi setiap 30
menit.
Penambahan saus ini berfungsi untuk memberikan cita rasa pada produk
kaleng dan juga untuk mengurangi waktu sterilisasi dengan cara meningkatkan
proses perambatan panas serta dapat mengurangi korosi kaleng dengan cara
merupakan bagian yang tidak terpisahkan, dimana saus juga mempunyai fungsi
derajat keasaman produk. Derajat keasaman yang tinggi dapat berfungsi sebagai
antimikroba alami yang dapat mengawetkan produk. Hal ini disebabkan karena
75
hidup pada kondisi asam (pH rendah). Selain fungsi di atas, saus juga berfungsi
conveyor sebesar 15°. Pengurangan jumlah saus yang berlebih ini bertujuan untuk
menciptakan head space pada kaleng. Head space berfungsi sebagai ruang
pemuaian udara saat proses sterilisasi. Menurut Adawyah (2008), besar head
space untuk produk kaleng ini ± 3 mm. Fungsi head space adalah membentuk
ruang kosong antara permukaan produk dengan tutup yang berfungsi sebagai
ruang cadangan untuk pengembangan produk selama proses sterilisasi agar tidak
kaleng yang terlalu penuh akan menyebabkan kaleng menjadi cembung yang
karena disangka busuk. Di samping itu, adanya ruang hampa tersebut akan
berguna untuk merapatkan penutupan kaleng. Ketika uap air mengembun di dalam
kaleng, maka tekanan di dalam ruang hampa menjadi turun sehingga tekanan
atmosfir dari luar akan menekan tutup kaleng dan penutupan menjadi kuat. Besar
yaitu mesin seamer dengan sistem double. Mesin ini dilengkapi dengan roll
pelipat dan roll perapat tutup kaleng. Berikut adalah Standar Operating
76
1. Siapkan tutup kaleng sesuai spesifikasi produk pada tempat yang tersedia pada
mesin
2. Tekan tombol ON pada panel dan biarkan mesin berjalan beberapa saat
dan saus
4. Tekan tombol OFF untuk mematikan conveyor dan mesin tutup, jika semua
Prinsip kerja alat seamer ini adalah merapatkan tutup kaleng pada badan
kaleng dengan lipatan ganda. Kaleng akan dibawa oleh feeder yang berputar dan
kaleng akan menyentuh guide yang secara langsung akan menggerakan tuas untuk
menarik pisau yang ada pada magazine (tempat tutup kaleng), separator
menurunkan satu buah tutup. Pada saat yang sama badan kaleng dibawa oleh
carrier yang bergerak secara bersamaan menuju base plate. Base plate naik dan
berpegangan pada chuck, setelah pegangan kuat rol 1 baru bekerja. Setelah itu
seaming rol 1 akan lepas dan masuk ke seaming rol 2 untuk operasi kedua, yang
bertujuan untuk membuat lipatan yang kedua. Seaming rol 2 akan mundur dan
kaleng dietekan oleh knock out yang selanjutnya akan keluar dan siap dicuci.
Jika proses penutupan kaleng tidak dilakukan dengan tepat maka berbagai
77
kebocoran kaleng akibat proses double seaming yang tidak tepat. Kebocoran
dilakukan benar, tim quality control melakukan pemeriksaan 2 jam saat sebelum
thickness (T), countersink (CS), body hook (BH) dan cover hook (CH). Width (W)
(CS) merupakan tinggi lipatan dari permukaan tutup. Body hook (BH) merupakan
panjang lipatan badan kaleng. Sedangkan cover hook (CH) merupakan panjang
merupakan cara untuk menentukan baik atau buruknya proses penutupan kaleng.
Adapun rumus untuk menentukan nilai overlap kaleng (%) yaitu sebagai berikut :
BH + CH + EPT - W
% Overlap = x 100%
W - (2 EPT + BPT)
Keterangan :
EPT adalah ketebalan tutup kaleng
BPT adalah ketebalan badan kaleng
78
Gambar 3.45. Komponen Sambungan Ganda Kaleng
(Sumber : 01-2372.4-2006)
berjalan menuju tempat pencucian otomatis melalui conveyor yang terbuat dari
stainless steel hingga melewati pipa-pipa yang menyemprotkan air hangat. Air
tersebut berfungsi menghilangkan sisa saus yang masih menempel pada kaleng.
Setelah itu kaleng akan memasuki mesin pencucian kaleng dalam posisi
5. Setelah selesai pencucian, matikan pompa air dengan menekan tombol OFF
Prinsip kerja alat ini adalah pencucian kaleng dengan menggunakan air
untuk membersihkan badan kaleng maupun tutup kaleng. Suhu air yang
digunakan untuk mencuci kaleng adalah 70-80 oC. Air tersebut bercampur dengan
saus, minyak, dan kotoran-kotoran lain yang menempel pada kaleng. Adapun
cairan pembersih kaleng yang digunakan adalah cairan pembersih dengan merek
79
“Mama Lime”. Menurut Muchtadi (1995), kaleng yang diisi dengan daging atau
karena minyak atau kaldu yang digunakan sebagai medium yang menempel pada
bagian luar kadang lebih sulit dihilangkan. Apabila terdapat banyak lemak yang
menempel pada permukaan kaleng, sebaiknya digunakan larutan alkali encer atau
detergen.
keranjang penampungan yang terdapat di dalam bak penampung air. Tujuan dari
penggunaan air dalam proses ini adalah untuk mencegah terjadinya gesekan antar
13. Sterilisasi
Sterilisasi merupakan operasi yang paling penting dalam pengalengan
makanan dan merupakan critical control point ketiga dalam pengolahan ikan
teksturnya dan cita rasa sesuai yang diinginkan. Oleh karena itu, proses
pemanasan ini harus dilakukan pada suhu yang cukup tinggi untuk
menghancurkan mikroba, tetapi tidak boleh terlalu tinggi karena dapat membuat
80
1. Masukkan keranjang kosong ke dalam bak penampung yang berisi air
3. Keranjang berisi penuh dengan kaleng diangkat dengan katrol dan diletakkan
di atas lory
8. Buka kran uap untuk venting sampai suhu 105 oC selama 10 menit
11. Pertahankan kondisi suhu dengan mengatur kran selama waktu yang
ditentukan
12. Setelah proses sterilisasi selesai, lakukan proses pendinginan dalam retort
13. Buka kran air (inlet) bersamaan dengan kran compresor angin sesuai dengan
tekanan semula
14. Atur tekanan dengan membuka san menutup kran compresor angin
15. Setelah suhu air dalam retort turun menjadi 50 oC, air dibuang dengan
16. Buka bleeder, kran venting dan tutup kran inlet air
81
19. Pindahkan keranjang dengan katrol ke dalam bak pendingin
Proses sterilisasi diawali dengan proses venting untuk mencapai suhu 105
uap panas sebagai mediator dapat masuk ke dalam retort melalui steam. Setelah
itu dilanjutkan dengan holding time. Holding time merupakan proses sterlisasi
dengan suhu berkisar antara 115-117 °C selama 80-100 menit. Proses terakhir dari
dilakukan di dalam retort dengan cara menyemprotkan air dingin ke dalam retort.
Tekanan retort yang digunakan dalam proses setrilisasi adalah 0,75 kg/cm2,
sedangkan suhu retort dan lamanya proses sterilisasi untuk setiap jenis produk
berbeda-beda tergantung dari jenis ikan dan ukuran kaleng yang digunakan.
Lamanya proses sterilisasi untuk produk dengan ukuran kaleng 300 yaitu selama
90 menit dengan suhu 117 oC dan produk dengan ukuran kaleng 200 yaitu 80
Bakteri tersebut dapat menghasilkan racun botulin dan membentuk spora yang
tahan panas. Pemanasan selama empat menit pada suhu 120 °C atau 10 menit
pada suhu 115 °C sudah cukup untuk membunuh semua strain C. botulinum (A-
C). Karena sifatnya yang tahan panas, jika proses pengalengan dilakukan secara
tidak benar, bakteri tersebut dapat aktif kembali selama penyimpanan. Selain itu,
82
ikan termasuk ke dalam makanan golongan berasam rendah, yaitu mempunyai
kisaran pH 5,6-6,5. Adanya penambahan saus pada proses pengalengan ikan dapat
menjadi awet. Pada tingkat keasaman yang tinggi, Clostridium botulinum tidak
dapat tumbuh. Selain itu, suhu sterilisasi yang digunakan pada pengalanegan ikan
di PT Maya Food Industries ini sesuai dengan pendapat Murniyati dan Sunarman
(2000) yang menyatakan bahwa suhu sterilisasi yang digunakan biasanya berkisar
antara 115 – 120 °C dan waktunya 1 – 1 ½ jam, tergantung pada jenis ikan dan
14. Pendinginan
Setelah proses sterilisasi selesai, kaleng memasuki tahap pendinginan
Hal ini sesuai dengan pendapat Muchtadi (1995) yang menyatakan bahwa
pendinginan harus segera dilakukan dengan cepat setelah melalui proses sterilisasi
dengan tujuan untuk mencegah over cooking atau over processing (pemasakan
Pendinginan yang dilakukan di perusahaan ini terdiri dari dua tahap yaitu
pendinginan dalam retort dan di dalam bak pendingin. Sterilisasi dilakukan dalam
retort sampai suhunya turun dari 150 °C menjadi 50 °C. Pendinginan dilakukan
dengan menyemprotkan air selama 20 menit. Hal ini sesuai dengan SNI
pendingin selama 15-20 menit sampai suhu mencapai 35-40°C dengan keadaan
83
kaleng masih berada di dalam keranjang besi yang dipindahkan dari retort dengan
sterilisasi selesai untuk memperoleh keseragaman (waktu dan suhu) dalam proses
suhu kaleng berada sedikit di atas suhu kamar (35-40°C) dengan maksud agar air
yang menempel pada dinding wadah cepat menguap sehingga terjadinya karat
dapat dicegah, serta mencegah tumbuhnya spora-spora dari bakteri perusak bahan
1) Di luar retort dengan air, yaitu kaleng dimasukkan ke dalam bak berisi air
dengan bantuan conveyor. Cara ini dapat dilakukan dengan cepat (15 menit)
2) Di luar retort dengan udara, yaitu kaleng panas diletakkan di dalam ruangan
dan dibiarkan dingin. Denga cara ini tidak diperlukan peralatan khusus.
Metode ini banyak dilakukan meskipun terjadinya over cooking sangat besar.
3) Di dalam retort dengan air, yaitu kaleng selesai disterilisasi, ke dalam retort
dimasukkan air bercampur uap air atau udara. Cara ini harus dilakukan dengan
84
Setelah pendinginan, kaleng harus dikeringkan dengan sempurna untuk
perlahan dan diatur posisinya sehingga kaleng bagian bawah menjadi posisi atas.
otomatis yang disebut video jet dengan cara melewatkan kaleng dalam posisi
berdiri di bawah mesin. Prinsip kerja dari mesin ini adalah penyemprotan tinta
melalui nozel yang telah diatur menggunakan sensor logam yang terpasang pada
jalur aliran kaleng. setelah melewati lampu labeling terdapat lampu neon yang
pengeringan tinta yang baru saja disemprotkan. Pemberian kode atau label
ditempatkan pada permukaan tutup kaleng yang harus dalam kondisi bersih. Hal
pengemasan produk jadi yang dilakukan PT Maya Food Industries sudah cukup
85
baik, dimana proses ini dilakukan secara manual. Produk dikemas dalam karton
kemudian ditutup dengan melekatkan lakban pada bagian atas (tutup karton).
band) yang dilakukan oleh mesin otomatis, sehingga keamanan produk benar-
17. Inkubasi
Inkubasi dilakukan di dalam gudang penyimpanan selama 14 hari.
Inkubasi bertujuan untuk melihat kerusakan pada kaleng. Hal ini sesuai dengan
SNI 3548.3:2010 yang menyatakan bahwa inkubasi dilakukan selama dua minggu
pada suhu ruang dalam posisi terbalik (Kurniawati, 2014). Kaleng yang diinkubasi
dilihat dari adanya karton yang basah setelah 14 hari. Hal ini mengindikasikan
adanya kebocoran kaleng. Sementara itu jika selama 14 hari tidak ditemukan
2. Berat bersih produk akhir dalam kaleng (filling weight) dan berat total (total
wieght)
86
4. Pengujian saus yang meliputi rasa, warna, kekentalan dan pH
5. Jumlah ikan dalam kaleng dan uji organoleptik yang meliputi rasa, tekstur dan
tingkat kesegaran
dalam dan luar perusahaan. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ada atau
dibangun dengan konstruksi yang dapat mencegah terjadinya perubahan suhu dan
udara dalam gudang secara tiba-tiba yang dapat berpengaruh terhadap produk.
Proses penyimpanan tersebut akan terus berlangsung hingga karton siap untuk
Kerja Lapangan ini adalah metode primer dan sekunder. Metode primer dilakukan
dengan teknik observasi, wawancara dan partisipasi aktif. Bentuk partisipasi aktif
87
yaitu pencucian peralatan pengolahan. Sementara itu metode sekunder dilakukan
produksi.
terkait, tim quality control dan kepala produksi. Selain itu, pengumpulan data
lainnya yang masih berkaitan dengan produksi juga dilakukan ketika proses
produksi tidak berlangsung seperti wawancara dengan marketing, PPIC, HRD dan
lain sebagainya.
BAB IV
KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan Praktik Kerja Lapangan yang dilakukan di PT
2. Proses produksi diawali dengan tahap penerimaan bahan baku utama dan
bahan baku pendukung. Bahan baku utama yang digunakan adalah ikan jenis
88
lemuru, sembulak, jui dan scomber, sedangkan bahan baku pendukung antara
lain bahan pembuatan saus tomat dan bahan pengemas (kaleng dan karton).
3. Sanitasi dan Higiene di PT Maya Food Industries secara umum telah sesuai
4.2. Saran
Berdasarkan hasil kegiatan Praktik Kerja Lapangan yang dilakukan di PT
Maya Food Industries terdapat beberapa saran yang diajukan kepada perusahaan
yaitu :
1. Peralatan yang digunakan dalam proses pemotongan ikan yaitu pisau harus
tajam dan tidak berkarat, maka diperlukan pekerja untuk mengasah pisau saat
karyawan.
2. Perlu dilakukan pelatihan rutin mengenai pentingnya menjaga sanitasi untuk
89
DAFTAR PUSTAKA
Adawyah, R., 2008. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Bumi Aksara. Jakarta.
Afrianto, E. dan E. Liviawaty, 1989. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta.
Astawan, M., 2005. Teknologi Pengolahan Pangan: Ikan Kalengan Tetap Kaya
Gizi. http://web.ipb.ac.id.(Diakses pada 7 September 2017).
Badan Standarisasi Nasional, 1992. SNI 01-2712.2-1992 Tentang Penanganan dan
Pengolahan Ikan Tuna dalam Kaleng. Badan Standarisasi Nasional.
Jakarta.
, 2013. SNI 2729-2013 Tentang Ikan Segar. Badan
Standarisasi Nasional. Jakarta.
, 2006. SNI 2372.4 : 2006 Tentang Penanganan dan
Pengolahan : Ikan Pelagis Kecil Media Sau Tomat dalam Kaleng-Bagian 3.
Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.
90
, 2010. SNI 3548.3 : 2010 Tentang Cara Uji Fisika-
Bagian 4 : Pemeriksaan Kemasan Kaleng Produk Perikanan. Badan
Standarisasi Nasional. Jakarta.
, 2014. SNI 4110-2014 Tentang Ikan Beku. Badan
Standarisasi Nasional. Jakarta.
Hudaya, S., 2008. Tahapan Proses Pengalenga. Pelatihan Teknologi Pengolahan
Hasil Pertanian Pengolahan dan Pengawetan Pangan, 13 Oktober 2008.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), 2011. KKP Perbarui Impor
Perikanan. http;//www.kkp.go.id/ (Diakses pada tanggal
Koswara, S., 2009. Pengolahan Pangan dengan Suhu Rendah.
http//tekpan.unimus.ac.id/ Diakses pada 2 September 2017.
Kurniawati, K., 2014. Teknik Pengolahan Ikan Sarden (Sardinella Sp.) Dalam
Produk Kaleng Di PT. Maya Food Industries Pekalongan, Jawa
Tengah. Laporan PKL. Fak ultas Perikanan dan Kelautan. Universitas
Airlangga. Surabaya.
Moeljanto, 1992. Pengawetan dan Pengolahan Hasil Perikanan. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Muniyarti dan Sunarman, 2000. Pendinginan, Pembekuan dan Pengawetan
Makanan Ikan. Penerbit Kaniius. Yogyakarta.
Safitri, W. N. A., 2013. Pengalengan Ikan Tuna ”Pasific Queen”.
http://widyanuradinasafitri.blog.ugm.ac.id (Diakses 13 September 2017).
Utami, R., 2012. Karakteristik Pemanasan pada Proses Pengalengan Gel Cincau
Hitam (Mesona palustris). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
91