Anda di halaman 1dari 91

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dunia kerja mengisyaratkan pentingnya lulusan yang kompeten dan

tangguh. Akan tetapi kenyataan yang ada menunjukkan bahwa masih banyak

terdapat lulusan perguruan tinggi yang tidak memenuhi persyaratan dunia kerja

akibat minimnya pengetahuan tentang lingkungan kerja yang sesungguhnya.

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) merupakan kegiatan yang dirancang agar

dapat memberikan gambaran kepada mahasiswa mengenai dunia kerja. Secara

lebih khusus, Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram

meyelenggarakan mata kuliah PKL bagi mahasiswa sebagai suatu upaya untuk

menerapkan berbagai macam teori dan praktik yang telah didapatkan mahasiwa

selama perkuliahan.

Berkembangnya industri pangan di Indonesia telah membuka kesempatan

bagi mahasiswa teknologi pangan untuk mengetahui lebih jauh tentang industri

tersebut. Industri pengalengan ikan merupakan salah satu jenis industri pangan

yang berkembang pesat seiring dengan meningkatnya kebutuhan konsumsi akan

produk perikanan dalam bentuk yang lebih tahan lama. Diantara sekian banyak

produk hasil perikanan, produk ikan kaleng merupakan salah satu jenis produk

yang banyak diminati masyarakat. Proses pengalengan ikan bertujuan untuk

mempertahankan ikan dari proses pembusukan karena sifatnya yang mudah rusak

atau disebut juga perishable food.

1
PT Maya Food Industries (MFI) merupakan salah satu perusahaan yang

bergerak dalam bidang pengalengan ikan di Indonesia. Perusahaan ini telah

menghasilkan produk ikan kaleng dengan kualitas ekspor. Inti dari pengolahan

ikan kaleng ialah penggunaan suhu tinggi untuk mematikan seluruh

mikroorganisme, dalam hal ini bakteri pembusuk dan bakteri-bakteri patogen

termasuk spora yang mungkin akan ada. Proses pengalengan ikan di PT Maya

Food Industries meliputi beberapa tahapan mulai dari penerimaan bahan baku

sampai penyimpanan di gudang barang jadi. Penanganan ikan dari tahap awal

sampai akhir merupakan salah satu hal yang penting untuk diketahui. Penanganan

yang benar pada setiap tahapan dapat menentukan produk akhir yang dihasilkan.

Oleh karena itu, kegiatan PKL ini penting dilakukan guna mengetahui bagaimana

proses produksi ikan kaleng di PT Maya Food Industries.

1.2. Maksud dan Tujuan PKL


1.2.1. Maksud PKL
Maksud dari pelaksanaan PKL di PT Maya Food Industries ini adalah

sebagai berikut :

a. Melakukan praktik kerja pada proses produksi ikan kaleng.

b. Mempelajari proses produksi ikan kaleng.

c. Mempelajari proses termal pada produksi ikan kaleng.

1.2.2. Tujuan PKL

Pelaksanaan PKL di PT Maya Food Industries ini bertujuan untuk :

a. Memperoleh pengalaman kerja di bidang pengalengan ikan.

b. Memperoleh wawasan mengenai proses produksi ikan kaleng secara umum.

2
c. Memperoleh wawasan mengenai proses termal pada produksi ikan kaleng.

1.3. Kegunaan PKL

Kegunaan PKL sesuai dengan Pedoman Praktik Kerja Lapangan (PKL)

Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram.

1.3.1. Kegunaan PKL Bagi Perusahaan

a. Realisasi dan adanya misi sebagai fungsi dan tangung jawab sosial

kelembagaan.

b. Kemungkinan menjalin hubungan yang teratur, sehat dan dinamis antara

instansi/perusahaan dengan Lembaga Perguruan Tinggi.

c. Menumbuhkan kerjasama yang saling menguntungkan dan bermanfaat bagi

pihak-pihak yang terlibat.

1.3.2. Kegunaan PKL Bagi Mahasiswa

a. Melatih keterampilan mahasiswa program sarjana sesuai dengan pengetahuan

yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Teknologi Pangan

dan Agroindustri Universitas Mataram.

b. Belajar mengenal dinamika dan kondisi nyata dunia kerja pada unit-unit kerja

baik dalam lingkungan pemerintah maupun perusahaan.

c. Mengembangkan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dan mencoba

menemukan sesuatu yang baru dan belum diperoleh dari pendidikan formal.

3
1.3.3. Kegunaan PKL Bagi Fakultas Teknologi Pangan dan Agrondustri

Universitas Mataram

Mendapatkan umpan balik untuk menyempurnakan kurikulum yang sesuai

dengan kebutuhan di lingkungan instansi/perusahaan dan tuntutan pembangunan

pada umumnya. Dengan demikian, Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri

Universitas Mataram dapat mewujudkan konsep tautan dan sepadan (link and

match) dalam meningkatkan kualitas layanan pada pemangku kepentingan

(stakeholders).

1.4. Tempat PKL

Praktik Kerja Lapangan ini dilaksanakan di PT Maya Food Industries,

Jalan Jlamprang, Kelurahan Krapyak Lor, Pekalongan Utara, Kota Pekalongan,

Kabupaten Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah, telepon (+62 285) 421676. Denah

Lokasi PKL dapat dilihat pada Lampiran 1.1.

1.5. Jadwal Waktu PKL

Praktik Kerja Lapangan ini dilaksanakan pada tanggal 21 Juli s.d. 16

Agustus 2017. Jadwal harian pelaksanaan PKL dapat dilihat pada Lampiran 1.2.

4
BAB II
TINJAUAN UMUM TEMPAT PKL

2.1. Sejarah Perusahaan


PT Maya Food Industries (MFI) yang berlokasi di Pekalongan merupakan

salah satu perusahaan di Indonesia yang bergerak dalam bidang pengolahan hasil

perikanan. PT Maya Food Industries terletak di Pekalongan utara, sekitar 7 km

dari pusat kota Pekalongan. Didirikan di atas tanah seluas 23.000 m 2 dan memiliki

luas bangunan sekitar 5.100 m2. Denah bangunan dapat dilihat pada Lampiran 2.1.

PT. Maya Food Industries di sebelah utara berbatasan dengan sungai Pekalongan,

di sebelah timur berbatasan dengan sungai Banger, di sebelah Selatan berbatasan

dengan Dusun Krapyak Lor dan di sebelah barat berbatasan dengan sungai Loji.

Gambar 2.1. Peta Lokasi PT Maya Food Industries


(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)

PT Maya Food Industries dahulunya bernama PT Bali Maya Permai

Pekalongan, merupakan cabang dari PT Bali Maya Permai yang terletak di Desa

5
Tegal Badeng, Negara, Provinsi Bali. PT Bali Maya Permai berdiri sekitar tahun

1980. Pemilik PT Bali Maya Permai berasal dari Indonesia dan Singapura.

Soekardjo Wibowo, Soekardi Wibowo dan Baswan berasal dari Indonesia,

sedangkan Mr. Chang berasal dari Singapura. Pada tahun 1995, PT Bali Maya

Permai berpindah kepemilikan sepenuhnya atas Mr. Chang dan berubah status

dari Perusahaan Milik Dalam Negeri (PMDN) menjadi Perusahaan Milik Asing

(PMA). PT Bali Maya Permai Pekalongan juga berganti nama menjadi PT Maya

Food Industries. Perusahaan ini resmi berdiri pada tahun 1995 dengan akta

Pendirian No: 236 tanggal 16 November dihadapan Notaris Misahardi Wilamarta,

S.H berkedudukan di Jakarta dan Akte Cabang No: 36 tanggal 10 April 1996 di

hadapan Notaris Issudariyah Andi Mualim, S.H yang berkedudukan di

Pekalongan. Perusahaan ini tergabung dalam Perusahaan Maya Food Government

dan menjadi anggota dari Maya Group yang berpusat di Singapura.

PT Maya Food Industries mempunyai visi yaitu menjadi perusahaan

pengolahan hasil perikanan kelas dunia. Untuk dapat mendukung visi tersebut, PT

Maya Food Industries memiliki misi yaitu :

1. Meningkatkan fasilitas untuk ISO 22000 dan standar kelas dunia.

2. Meningkatkan lini produk untuk memenuhi kebutuhan pasar yang ada

sekarang dan dimasa yang akan datang.

3. Meningkatkan nilai perusahaan dan budaya perusahaan pada “Kualitas dan

Kepuasan Pelanggan” dengan cara meningkatkan dan mengembangkan SDM

yang professional dan standar kelas dunia.

6
PT Maya Food Industries memiliki banyak prestasi terkait dengan

komitmennya untuk menghasilkan produk-produk yang berkualitas. Mutu produk

yang dihasilkan mengacu pada standar yang ditetapkan oleh Food and Drug

Administration (FDA), International Standard Organization (ISO), World Health

Organization (WHO), Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Badan Pengawasan

Obat dan Makanan (BPOM). Produk PT Maya Food Industries juga telah

mendapatkan sertifikat label halal dari Lembaga Pengkajian Pangan Obat dan

Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LP-POM MUI) dengan No.

00030010810999 (Lampiran 2.2), sertifikat Good Manufacturing Practice (GMP)

atau Kelayakan Pengolahan dari Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perikanan No. 1157/33/SKP/KL/IV/2013 (Lampiran 2.3), sertifikat Hazard

Analysis Critical Control Point (HACCP) dari Kementrian Kelautan dan

Perikanan Republik Indonesia (Lampiran 2.4), sertifikat Sistem Manajemen Mutu

ISO9001:2008 (Lampiran 2.5). Dari segi penanganan limbah, PT Maya Food

Industries juga mendapatkan penghargaan dari Kementrian Lingkungan Hidup

untuk program Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan Dalam

Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER) atas komitmennya dalam pengelolaan

limbah cair. Sertifikat PROPER dapat dilihat pada Lampiran 2.6.

2.2. Struktur Organisasi


Struktur organisasi merupakan komponen yang penting dalam suatu

perusahaan untuk memastikan kegiatan perusahaan dapat berjalan dengn baik dan

lancar. Kerjasama yang baik dibutuhkan dalam suatu organisasi untuk mencapai

visi dan misi perusahaan. Di PT Maya Food Industries perusahaan dipimpin oleh

7
seorang Presiden Direktur. Di dalam melaksanakan tugasnya, Presiden Direktur

diwakili oleh seorang General Manager (GM) dan Factory Manager (FM) yang

mengepalai beberapa departemen. Terdapat 9 departemen yang menunjang

kegiatan produksi (Lampiran 2.7). Setiap departemen dipimpin oleh seorang

manajer. Adapun tugas setiap departemen antara lain :

a. Human Resources and Development (HRD)

Human Resources and Development (HRD) secara umum bertugas untuk

mengatur semua hal yang terkait dengan karyawan; kesejahteraan karyawan,

mengelola dan mengevaluasi seluruh karyawan dalam perusahaan. Human

Resources and Development terdiri atas 2 bagian yaitu HRD absensi dan HRD

personalia.

b. Akuntan

Departemen akuntan bertugas untuk mengatur arus kas perusahaan.

Departemen ini sekaligus membawahi bagian pembukuan dan keuangan.

c. Pembelian (Purchasing)

Departemen purchasing memiliki tugas untuk mengoordinasikan

kebutuhan akan barang atau melakukan pengadaan berbagai barang untuk

keperluan produksi maupun non-produksi dari masing-masing departemen.

d. Produksi

Departemen produksi bertugas untuk melakukan proses produksi. Manajer

produksi bertanggung jawab mengkoordinasikan aktivitas produksi secara internal

maupun eksternal, memastikan pelaksanaan produksi berjalan dengan baik sesuai

8
prosedur yang telah ditetapkan, serta melakukan pengawasan dan evaluasi

jalannya produksi.

e. Pemasaran (Marketing)

Departemen ini bertugas untuk menjalin komunikasi dengan calon

pemesan (buyers) mengenai spesifikasi produk yang akan dipesan.

f. Program and Planning Inventory Control (PPIC)

Program and Planning Inventory Control memiliki tugas untuk melakukan

perencanaan produksi antara lain pengadaan bahan baku dan bahan tambahan

yang akan digunakan, merencanakan jumlah produksi dan waktu produksi.

g. Quality Control (QC)

Departemen Quality Control ini melakukan kegiatan kontrol terhadap

mutu bahan-bahan yang digunakan, produk yang masih dalam proses produksi

dan produk jadi.

h. Mechanic and Electric (ME)

Departemen Mechanic and Electric bertugas untuk mengatur sistem

kelistrikan, menjaga ketersediaan seluruh daya untuk operasional pabrik, dan

melakukan perawatan dan perbaikan terhadap mesin-mesin yang digunakan untuk

produksi. Departemen ini juga bertanggung jawab dalam pengelolaan limbah hasil

pengolahan.

2.3. Kegiatan Umum Perusahaan

PT Maya Food Industries pada awal beroperasi menghasilkan produk

seperti ikan sardine kaleng, ikan mackarel kaleng, surimi, bakso ikan, kerupuk,

cocktail, rajungan dan fish stick. Hingga saat ini, produk yang tetap diproduksi

9
dan menjadi primadona di pasaran adalah produk ikan sardine dan mackarel

kaleng. Sementara itu produk lainnya diproduksi hanya ketika ada pesanan.

Adapun merek produk ikan kaleng yang menjadi hak milik PT Maya Food

Industries adalah Sesi Bon dan Ranesa.

PT Maya Food Industries memiliki pangsa pasar ekspor yang baik. Hal ini

ditunjukkan dengan banyaknya merk dagang ikan kaleng asing yang diproduksi

oleh PT Maya Food Industries. Perusahaan ini mendapatkan lisensi dari Mitsui

Co. Ltd, Jepang untuk memproduksi ikan sardine dan mackarel kaleng dengan

merek Botan. Pemasaran produk dilakukan oleh PT Indo Maya Mas yang

berlokasi di Jakarta sebagai distributor untuk pasar dalam negeri dan Wayan SDN

BHD yang terletak di Malaysia sebagai distributor untuk pasar luar negeri. Produk

ikan kaleng PT Maya Food Industries adalah 30% untuk pasar luar negeri

sedangkan 70% adalah untuk pasar dalam negeri. Adapun negara tujuan ekspor

produk ikan kaleng PT Maya Food Industries adalah Afrika dan Saudi Arabia

(Jeddah).

Proses produksi di perusahaan ini tidak dilakukan setiap hari. Hal tersebut

tergantung dari ketersedian bahan baku produksi baik ikan ataupun bahan

tambahan (additive). Adapun kapasitas produksi ikan kaleng per hari mencapai

30-40 ton ikan. Jumlah produksi juga akan sangat bergantung terhadap jumlah

pesanan pembeli (buyers).

2.4. Ketenagakerjaan

10
Karyawan PT Maya Food Industries berjumlah 519 orang yang sebagian

besar berasal dari daerah Pekalongan. Karyawan yang terdapat di perusaahaan ini

memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda-beda mulai dari tingkat

pendidikan dasar sampai menegah umum dan beberapa lulusan perguruan tinggi.

PT Maya Food Industries beroperasi selama 6 hari yaitu dari hari Senin s.d. Sabtu

dengan waktu kerja 8 jam per hari dimulai pada pukul 08.00 s.d.16.00. Jam

istirahat pada hari biasa dimulai dari pukul 12.00 s.d.13.00 sedangkan pada hari

Jum’at, jam istirahat dimulai pukul 11.30 s.d.13.00. Adapaun tenaga kerja di

perusahaan ini dibedakan menjadi 4 kelompok, yaitu :

1. Karyawan Bulanan

Karyawan bulanan merupakan karyawan tetap dengan bayaran bulanan.

Jumlah karyawan bulanan di perusahaan ini adalah sebanyak 42 orang, yaitu

terdiri dari 30 orang laki-laki dan 12 orang perempuan.

2. Karyawan Kontrak

Karyawan kontrak merupakan karyawan yang dikontrak oleh perusahaan

dengan masa kerja tertentu. Karyawan kontrak di perusahaan ini adalah

sebanyak 76 orang yang terdiri dari 59 orang laiki-laki dan 17 orang

perempuan. di awal masa kerjanya, karyawan kontrak akan melalui masa

percobaan selama 3 bulan. Kemudian kontrak kerja selama 6 bulan atau 1

tahun tergantung job desk dan pendidikan. Sebelum perpanjangan masa kerja,

karyawan mnegalami jeda selama 1 bulan untuk dipertimbnagkan oleh

perusahaan apakah masih layak atau tidak dilihat dari kedisiplinan dan

produktivitas selama bekerja.

11
3. Karyawan Borongan

Karyawan borongan merupakan karyawan yang bekerja berdasarkan besar

kecilnya kuantitas pekerjaan yang diselesaikannya. Karyawan borongan di

perusahaan ini adalah sebanyak 44 orang yang terdiri dari 24 orang laki-laki

dan 20 orang perempuan. Biasanya karyawan borongan ditempatkan di bagian

proses pemotongan, pengemasan, dan pembongkaran ikan. Upah yang

dibayarkan pada karyawan borongan dilakukan dengan hitungan mingguan.

4. Karyawan Musiman

Karyawan musiman merupakan karyawan yang bekerja tergantung ada

tiadaknya produkisi. Karyawan musiman di perusahaan ini adalah sebanyak

351 orang yang terdiri dari 2 orang laki-laki dan 350 perempuan. karyawan

musiman ini terbagi menjadi 15 kelompok, masing-maisng kelompok terdiri

dari sekitar 30 orang. Upah karyawan musimana dihitung berdasarkan jumlah

hari karyawan tersebut bekerja dan dibayar setiap minggu.

Untuk lebih jelasnya data pengelompokkan jumlah karyawan yang ada di

PT Maya Food Industries dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.1. Jumlah Karyawan PT Maya Food Industries pada Bulan Juli 2017
No. Jenis Karyawan Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Tetap/bulanan 30 12 42
2 Kontrak 59 17 76
3 Musiman 2 350 351
4 Borongan 24 20 44
5 Manager 5
Jumlah 115 399 519
(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017).
Manajemen perusahaan yang diterapkan sangat memperhatikan

kesejahteraan karyawannya untuk menunjang kelancaran kegiatan proses

produksi, sehingga didapatkan hasil yang maksimal. Demi kelancaran dan

12
kelangsungan perusahaan, maka perusahaan menyediakan berbagai fasilitas bagi

kesejahteraan karyawannya, seperti rumah ibadah (masjid), perumahan karyawan,

bus karyawan, koperasi, asuransi kesehatan, kenaikan gaji, tunjangan hari raya

serta cuti dan hari libur.

BAB III
PELAKSANAAN PKL

3.1. Bidang Kerja


3.1.1. Proses produksi

13
Perusahaan PT Maya Food Industries dalam produksi rutinnya

menghasikan produk sarden dan mackerel dengan berbagai brand, ukuran dan

rasa yang berbeda. Produk sarden dan mackerel yang menggunakan nama PT

Maya Food Industries sebagai produsen adalah Ranesa dan Sesibon. Sedangkan

produk yang merupakan kerjasama PT Maya Food Indsutries dengan Mitsui Co.

Ltd Jepang adalah merek Botan. Merek lainnya seperti Janus, Polo Star, Alam

Indo, Pomo, Grino, Tantan, Maroc, Continental Blue merupakan merek yang

menggunakan nama perusahaan pemesan sebagai produsennya, baik dari dalam

maupun luar negeri.

Gambar 3.1. Produk Ikan Kaleng di PT Maya Food Industries


(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)
PT Maya Food Industries tidak hanya memprodusi sarden dan mackerel

kaleng, namun juga memproduksi berbagai jenis olahan dari ikan seperti surimi,

bakso ikan, scallops, otak-otak, fish stick, kepiting kaleng dan sebagainya. Namun

produk-produk tersebut jarang diproduksi karena kurang diminati oleh konsumen

dan hanya diproduksi ketika ada pesanan saja. Adapun beberapa produk sarden

dan mackerel yang diproduksi oleh perusahaan ini adalah Mackerel in tomato

14
sauce, Sardine In Tomato Sauce, Mackerel In Chili Sauce, Sardine In Chili Sauce,

Mackerel In teriyaki Sauce, Sardine In Teriyaki Sauce, Sardine In Sweet sour

Sauce, Sardine in balado sauce, Sarden in vegetable oil, sardine in brine,

Kaleng in brine.
Mackerel IkanDari
segarproduk-produk
Ikan beku Pastayang
di atas, produk tomat,
paling sering
pengental, air,
Penyimpanan
diproduksi saat ini adalah Mackerel garam,
dan Sardine In Tomato minyak
Sauce.
ikan beku
Secara umum proses pengalengan ikan di PT Maya Food Industries terdiri

dari beberapa tahapan yaitu tahapan Thawing


mulai dari penerimaan bahan baku, pencairan

(thawing), pemotongan (cutting) dan pembersihan, pengisian kaleng (filling),


Pencucian Sortasi, pemotongan dan Pembuatan
pemasakan
kaleng awal (pre-cooking/exhausting),
penyiangan penirisan, pengisian
saus medium saos,

penutupan kaleng (seaming), pencucian kaleng (can washing), sterilisasi,


Pembersihan sisik
pendinginan, pengkodean (coding), pengemasan (packaging), inkubasi serta

penyimpanan. Layout ruang Pencucian


produksi dapat dilihat di lampiran 3.1.
Kaleng
bersih Pengisian dan penimbangan

Pemasakan awal

Penirisan

Pengisian saus Saus


Tutup Kaleng Penutupan kaleng

Pencucian kaleng produk


jadi
Sterilisasi

Pendinginan

Pengkodean

Pengemasan Label dan karton

Inkubasi
15
Pengemasan
ulang atau Produk Produk Pendistribusian
Penyimpanan
Pembuangan ditolak diterima n
Gambar 3.2. Diagram Alir Proses Produksi Ikan Kaleng
(Sumber: PT Maya Food Industries, 2017)
1. Penerimaan bahan
Bahan baku ikan kaleng yang digunakan di PT Maya Food Industries

adalah ikan jenis sardines (Sardines sp) dan mackerel (Scomber japonicus). Untuk

16
jenis ikan sardines yang digunakan adalah ikan lemuru (Sardinella longiceps),

ikan sembulak (Sardinella sirmo) dan ikan Jui atau ikan Tembang (Sardinella

fimbriata). Ikan tersebut diperoleh dari pasar lokal dan impor. Sebanyak 90 %

ikan berasal dari China, Pakistan, India, dan Jepang. Sementara itu bahan baku

ikan lokal yang terserap hanya 10 % yang berasal dari Batang, Pekalongan, Tegal,

Muncar dan Pati. Penggunaan bahan baku impor lebih besar dari bahan baku lokal

karena kuantitas ikan lokal yang tidak dapat memenuhi kapasitas produksi untuk

pasar ekspor.

a b

Gambar 3.3. Bahan Baku Ikan meliputi : (a) Ikan Lemuru (b) Ikan Scomber
(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)
Ikan impor dibawa menggunakan truck container dengan suhu pusat tubuh

ikan yaitu -18 oC. Sebelum digunakan untuk proses produksi, bahan baku ikan

impor terlebih dahulu harus dikarantina selama 3-7 hari oleh Balai Karantina Ikan

Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas II Semarang. Sementara

itu jika ikan yang digunakan merupakan ikan lokal, maka proses karantina tidak

diperlukan.

17
Gambar 3.4. Ikan yang Disegel Oleh Balai Karantina Ikan
(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)

Pihak departemen quality control (QC) PT Maya Food Industries juga

melakukan pengujian terhadap kandungan formalin, histamin, organoleptik pada

ikan serta pengecekan kebenaran berat ikan. Pengujian tersebut dilakukan dengan

pengambilan sampel sebanyak 6 blok yang diambil secara random yaitu 2 blok

dibagian belakang, 2 blok di tengah, dan 2 blok di depan. Setiap blok ikan

dikemas dalam karton dengan berat 10-20 kg per karton. Satu container dapat

memuat 22-27 ton ikan.

Gambar 3.5. Proses Bongkar Muat Ikan


(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)

2. Penyimpanan Ikan Beku


Bahan baku utama yaitu ikan impor disimpan dalam cold storage untuk

mempertahankan suhu dan mutu ikan sebelum digunakan. Suhu cold storage

18
maksimal adalah -18 oC. Di PT Maya Food Industries terdapat 2 cold storage

yang masing-masing terdiri dari 4 ruang dan 2 ruang. Setiap ruang memiliki 6

sekat yang memiliki kapasitas penyimpanan ikan hingga 22-27 ton/sekat. Masing-

masing cold storage memiliki ruang transit atau ante room dengan suhu yang

lebih rendah yaitu 8-15 oC. Dalam satu ruang cold storage diisi dengan satu jenis

ikan yang sama meskipun asalnya berbeda. Ruang cold storage di perusahaan ini

memiliki sistem First In First Out (FIFO), dimana ikan yang datang pertama kali

akan digunakan terlebih dahulu. Ikan yang akan digunakan dikeluarkan dari cold

storage room sehari sebelum proses produksi berlangsung.

Gambar 3.6. Penyimpanan Ikan dalam Cold Storage


(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)

3. Pencairan (thawing)
Proses thawing dilakukan untuk mencairkan es yang menyelimuti ikan

beku (ikan impor) setelah penyimpanan dalam cold storage room. Proses thawing

di PT Maya Food Industries dilakukan dengan 2 metode yaitu metode thawing

udara dan thawing air. Thawing air dilakukan 1-3 jam sebelum proses produksi.

Thawing dengan air lebih cepat dari thawing udara karena kecepatan transfer

panas yang lebih tinggi antara produk dengan air. Akan tetapi, metode ini

19
menghasilkan limbah dalam jumlah besar. Thawing air dilakukan di dalam bak

thawing yang berkapasitas 1,5 ton ikan/bak. Perusahaan ini memiliki 10 unit bak

thawing.

Sementara itu, thawing udara juga dilakukan untuk memenuhi kebutuhan

produksi, sehingga proses pemotongan ikan oleh karyawan tetap berlanjut

meskipun thawing air belum dilakukan. Thawing udara dilakukan dengan cara

mengeluarkan ikan beku dari dari kotak ikan kemudian diletakkan pada meja-

meja pemotongan dan keranjang plastik, ikan tersebut didiamkan selama satu

malam. Keuntungan thawing udara adalah rendahnya biaya yang digunakan. Suhu

ikan setelah proses thawing air atau thawing udara yang diharapkan adalah

maksimal 4 oC.

Gambar 3.7. Proses Thawing Ikan


(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)

Adapun Standar Operating Procedure (SOP) bak thawing di PT Maya

Food Industries, yaitu sebagai berikut :

1) Pengisian Air dan Perendaman

a. Tutup semua kran pembuangan (kran warna merah) baik kran pembuangan

02 maupun kran pembuangan 04

20
b. Tutup semua kran sirkulasi (kran warna kuning) baik kran sirkulasi 2 ½

ataupun kran pembuangan 1 ½

c. Buka kran pengisian (kran warna hijau dan biru), baik kran pengisian air

dingin “2” atau kran pengisian air

d. Isi air sesuai kebutuhan kemudian tutup

e. Diamkan selama waktu yang ditentukan

2) Sirkulasi Air

a. Tutup semua kran pembuangan

b. Tutup kran pengisian

c. Buka kran sirkulasi

d. Jalankan pompa sirkulasi sesuai waktu yang ditentukan

e. Matikan pompa sirkulasi dan tutup kembali kran sirkulasi

3) Pembuangan Air

a. Tutup kran pengisian

b. Tutup kran sirkulasi

c. Buka kran pembuangan

4. Sortasi, Pemotongan dan Penyiangan

Ikan yang telah melalui proses thawing kemudian disortir. Tahap

penyortiran ini dilakukan untuk memisahkan antara ikan yang layak digunakan

dan yang tidak layak digunakan. Ikan yang layak digunakan adalah ikan yang utuh

dan sesuai jenisnya. Tahap sortasi dilakukan bersamaan dengan pemotongan dan

penyiangan ikan. penyiangan ikan dilakukan secara manual menggunakan pisau

dan talenan untuk menghilangkan bagian kepala, ekor, dan isi perut. Selama

21
proses ini, suhu ikan dipertahankan maksimal 4 oC dengan menyiram ikan

menggunakan air dingin atau air es. Ukuran pemotongan ikan didasarkan atas

jenis/ukuran kaleng yang digunakan. Kaleng ukuran 300 memiliki standar

potongan badan ikan sepanjang 9-11 cm, kaleng ukuran 200 memiliki ukuran

potongan badan ikan 7-8,5 cm, sedangkan panjang badan ikan untuk kaleng club

can adalah 8-10 cm. Untuk potongan bagian ekor maksimal 5 cm dari ujung ekor.

Gambar 3.8. Pemotongan Ikan


(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)

5. Pembersihan Sisik
Ikan yang sudah dipotong bagian kepala dan ekor, serta dibersihkan isi

perutnya, kemudian dilakukan proses pembersihan sisik. Proses ini dilakukan

dengan menggunakan mesin drum rotary washer. Prinsip kerja mesin drum rotary

washer adalah menghilangkan sisik dengan gesekan dan terdapat ulir di bagian

dalam, sehingga ikan akan keluar secara otomatis ketika mesin berputar. Di bagian

bawah mesin terdapat penampung air yang berfungsi untuk membersihkan darah

pada tubuh ikan. Air tersebut diganti saat mesin telah membersihkan 4 ton ikan.

Proses pembersihan sisik berlangsung cukup singkat yaitu kurang lebih 2 menit.

Proses pembersihan sisik tidak dilakukan kepada seluruh jenis ikan. Hal tersebut

tergantung dari karakteristik ikan yang digunakan. Ikan lemuru dan jui merupakan

22
ikan yang tidak memiliki sisik, sehingga ikan tersebut tidak harus mengalami

proses ini. Berbeda halnya dengan ikan scomber dan ikan sembulak yang harus

dibersihkan sisiknya sebelum masuk ke proses berikutnya.

Gambar 3.9. Proses Pembersihan Sisik


(Sumber : PT Maya Food Indsutries, 2017)

6. Pencucian Ikan
Proses pencucian dilakukan setelah ikan-ikan tersebut disiangi, dipotong

dan dibersihkan sisiknya. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan darah, lendir

dan kotoran yang masih menempel pada tubuh ikan. Proses pencucian dilakukan

secara manual dengan menyiramkan air pada tumpukan ikan. Pencucian ini

dilakukan di atas meja panjang yang salah satu sisinya miring. Hal ini

menyebabkan air yang digunakan untuk membersihkan ikan bergerak ke satu sisi,

sehingga ikan yang sudah bersih tidak terkontaminasi kembali.

7. Pengisian dan Penimbangan


Proses selanjutnya setelah ikan dibersihkan adalah beberapa potongan ikan

dimasukkan ke dalam kaleng dengan cara manual. Kaleng yang digunakan PT

23
Maya Food Industries terdiri dari 3 jenis yaitu kaleng 300, 200 dan club can.

Kaleng jenis 300 dan 200 berbentuk silinder sedangkan kaleng jenis club can

berbentuk pipih. Perbedaan untuk setiap kalengnya juga terletak pada ukuran

kaleng, di mana kaleng jenis 300 berukuran lebih besar daripada jenis 200 dan

club can. Kaleng-kaleng tersebut berasal dari Jakarta yaitu dari PT United Canned

Company (UCC), PT Ancol Terang Printing (ATP) dan PT Cometa.

a b

Gambar 3.10. Jenis Kemasan Kaleng meliputi :


(a) Kaleng Jenis Silinder (b) Kaleng Jenis Club Can
(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)

Kaleng yang akan digunakan selama proses pengisian dan penimbangan

harus dicuci terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan debu maupun

kotoran yang mungkin menempel pada kaleng. Kaleng yang akan dibersihkan

ditata dan diletakkan di atas wadah (pan). Pencucian kaleng kaleng ini dilakukan

dengan menggunakan mesin. Berikut adalah Standar Operating Procedure (SOP)

untuk mesin pencuci kaleng :

1. Isi air dalam bak sampai penuh

2. Jalankan conveyor dengan menekan tombol ON

3. Jalankan pompa air dengan menekan tombol ON

24
4. Susun kaleng dalam pan pencucian dengan posisi terbalik

5. Masukkan pan berisi kaleng ke dalam mesin pencuci kaleng

6. Setelah selesai pencucian, matikan pompa air dengan menekan tombol OFF

7. Matikan conveyor dengan menekan tombol OFF

Setelah kaleng siap digunakan, kemudian dilakukan proses pengisian ikan

dengan jumlah maupun berat ikan yang diisi disesuaikan dengan spesifikasi

produk. Proses pengisian dan penimbangan dilakukan secara manual oleh pekerja.

Setelah kaleng diisi, kemudian ditata kembali di atas pan dan diletakkan di atas

belt conveyor untuk proses penimbangan.

Gambar 3.11. Pengisian dan Penimbangan Ikan


(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)

Proses penimbangan akan dilakukan dengan mengambil beberapa kaleng

berisi ikan dalam satu pan secara acak oleh tim quality control. Jika berat tidak

sesuai dengan standar yang ditetapkan, maka akan disesuaikan dengan cara

mengurangi atau menambah jumlah ikan dalam kaleng. Standar berat dan jumlah

ikan yang diisikan ke dalam kaleng dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1. Berat dan Jumlah Ikan dalam Kaleng


Jenis Produk Jenis Kaleng Berat Ikan Jumlah Potongan
(Gram) Ikan
Mackerel 300 325-335 4-5 potong ikan
200 105-115
Sardine 300 310-320 2-3 potong ikan

25
200 100-110
Maroc Club can 100-120 6-7
(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)

8. Pemasakan Awal
Kaleng berisi ikan yang telah melalui tahap penimbangan kemudian

dilakukan proses pemasakan awal atau pre cooking. Pemasakan awal dilakukan di

dalam sebuah exhaust box dengan uap panas selama 20 menit pada suhu 90 oC.

Proses ini adalah proses pengeluaran sebagian besar oksigen dan gas-gas lain dari

dalam wadah agar tidak bereaksi dengan produk sehingga tidak mempengaruhi

mutu, nilai gizi dan umur simpan produk kalengan. Pemasakan awal juga berguna

untuk memberikan ruangan bagi pengembangan produk selama proses sterilisasi

sehingga kerusakan wadah akibat tekanan produk dari dalam dapat dihindarkan.

Selain itu, pemasakan awal juga berguna untuk menaikkan suhu produk di dalam

wadah sampai mencapai suhu awal (Adawyah, 2008). Dari proses pemasakan

awal ini diharapkan suhu pusat ikan adalah minimal 60 oC.

Gambar 3.12. Proses Pemasakan Awal


(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)
9. Penirisan
Proses pemasakan awal menghasilkan air maupun minyak yang keluar dari

ikan. Air dan minyak tersebut dikeluarkan dengan cara penirisan. Proses penirisan

26
dilakukan secara otomatis menggunakan conveyor dengan kemiringan tertentu

(150⁰). Hal ini menyebabkan air dan minyak yang tersisa dari proses pemasakan

awal akan keluar dari kaleng sehingga tidak mempengaruhi rasa dari medium saus

yang akan mengisi kaleng. Sementara itu, air dan minyak yang dihasilkan akan

menjadi limbah dan ditampung untuk diolah lebih lanjut di bagian pengolahan

limbah.

Gambar 3.13. Proses Penirisan


(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)

10. Pengisian Saus


Sebelum pengisisan saus, terlebih dahulu dilakukan proses pembuatan

saus. Saus yang digunakan sebagai medium terdiri atas campuran pasta tomat,

pengental, garam dan air. Pasta tomat yang digunakan berasal dari China (UrumQi

Amkey Trading Inc. dan Tianjin Won-Star Internasional Trade Co. Ltd), pati

termodifkasi (pengental) berasal dari PT Lautan Luas yang berlokasi di Surabaya

dan PT Chemko Prima Mandiri yang berlokasi di Jakarta sedangkan garam

berasal dari Cirebon (PT Niaga Garam Cemerlang). Pencampuran bahan

dilakukan di dalam tanki besar dengan kapasitas 750 liter yang terdapat pengaduk

27
di bagian dalamnya. Proses pencampuran bahan menggunakan uap panas dari

boiler dengan suhu uap 90 oC.

a b c
Gambar 3.14. Bahan Additive : (a) Pasta Tomat (b) Garam (c) Pengental
(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)

Setelah proses pemasakan saus selesai, saus langsung dialirkan melalui

pipa menuju mesin pengisi saus. Pengisian saus dilakukan secara otomatis

menggunakan kran yang terdapat di bagian atas mesin pengisi saus. Suhu saus

saat masuk ke dalam kaleng minimal 60 oC. Setelah kaleng melewati kran pengisi

saus, aliran kaleng di atas conveyor diatur kemiringannya (15°) sehingga saus

akan tumpuh. Pengurangan jumlah saus yang berlebih ini bertujuan untuk

menciptakan head space pada kaleng. Head space berfungsi sebagai ruang

pemuaian udara saat proses sterilisasi. Besar head space untuk setiap kaleng yang

digunakan di PT Maya Food Industries adalah 5-10 mm. Saus yang tumpuh akan

ditampung dalam tanki yang kemudian dialirkan kembali ke tanki pemasakan saus

untuk dipanaskan kembali. Saus yang dipanaskan tersebut akan digunakan

kembali untuk diisikan ke dalam kaleng.

28
Gambar 3.15. Proses Pengisian Saus
(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)

11. Penutupan kaleng (seaming)


Kaleng-kaleng yang telah terisi saus selanjutnya akan melewati proses

seaming. Pada tahap ini dilakukan secara otomatis dengan menggunakan mesin

seamer. Conveyor mengantarkan kaleng menuju seamer dan secara otomatis

kaleng akan tertutup. Penutupan kaleng dilakukan secara double seam, yaitu

menggabungkan kaleng dan tutup kaleng sehingga terjadi dua lipatan antara badan

dan tutup kaleng. Di PT Maya Food Industries terdapat 6 buah seamer untuk

menutup 3 ukuran kaleng.

Gambar 3.16. Proses Seaming


(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)

29
Seaming merupakan Critical Control Point kedua pada proses

pengalengan ikan di PT Maya Food Industries. Jika proses penutupan kaleng tidak

dilakukan dengan tepat maka berbagai bentuk kerusakan produk akhir tidak dapat

dihindarkan. Misalnya kasus kebocoran kaleng akibat proses double seaming yang

tidak tepat. Kebocoran kaleng menjadi pintu masuk mikroba dari lingkungan

sehingga menimbulkan kerusakan produk. Untuk memastikan bahwa proses

double seaming telah dilakukan dengan benar, tim quality control melakukan

pemeriksaan 2 jam saat sebelum proses seaming dimulai.

12. Pencucian Kaleng (Can Washing)


Proses penutupan kaleng mengakibatkan adanya saus yang tumpah dan

mengotori kaleng bagian luar. Oleh karena itu, kaleng perlu dibersihkan utnuk

menghilangkan sisa-sisa saus yang melekat pada kaleng. Pencucian kaleng

dilakukan dengan cara melewatkan kaleng menggunakan conveyor dari proses

seaming menuju mesin pencuci kaleng. Pencucian dilakukan dengan

menyemprotkan campuran air dan cairan pembersih yang bersuhu 70-80 oC.

Adapun cairan pembersih kaleng yang digunakan pada proses ini adalah cairan

pembersih dengan merek Mama Lime.

Gambar 3.17. Mesin Pencuci Kaleng


(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)

30
Setelah proses pencucian selesai, secara otomatis kaleng akan menuju ke

keranjang penampungan yang terdapat di dalam bak penampung air. Tujuan dari

penggunaan air dalam proses ini adalah untuk mencegah terjadinya gesekan antar

kaleng yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan mekanik ketika kaleng

ditampung di dalam keranjang. Keranjang penampung diangkat dengan katrol

ketika sudah terisi penuh untuk memasuki proses sterilisasi.

Gambar 3.18. Pencucian Kaleng


(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)

13. Sterilisasi
Proses sterilisasi dilakukan setelah kaleng mengalami proses pencucian.

Alat yang digunakan dalam proses ini di PT Maya Food Industries adalah retort

batch dengan uap panas yang disemprotkan. Perusahaan ini memiliki 8 retort yang

dioperasikan secara manual, dimana retort 1 – 4 berkapasitas 3 keranjang dan

retor 5 – 8 memiliki kapasitas 2 keranjang. Kapasitas keranjang yang digunakan

pada proses sterilisasi berbeda-beda, tergantung dari jenis kaleng. Satu keranjang

dapat memuat sekitar 1300 kaleng ukuran 300, 2250 kaleng untuk kaleng kecil

atau kaleng 200 serta dapat memuat 4000 kaleng jenis club can. Prinsip kerja alat

31
ini adalah memanaskan produk dengan suhu dan tekanan tinggi dalam jangka

waktu tertentu. Sterilisasi adalah operasi yang paling penting dalam pengalengan

makanan dan merupakan critical control point ketiga dalam pengolahan ikan

kaleng di PT Maya Food Industries.

Gambar 3.19. Proses Sterilisasi


(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)
Selama proses sterilisasi berlangsung, pekerja tetap melakukan

pengawasan dikarenakan retort yang digunakan dioperasikan secara manual. Pada

retort otomatis, klep aka otomatis membuka ataupun menutup pada saat tekanan

uap naik maupun turun, sehingga kestabilan uap dapat terjaga. Sedangkan retort

manual, tekanan uap harus selalu dipantau dengan membuka kran uap saat

tekanan uap meningkat dan sebaliknya. Adapaun tekanan retort yang digunakan

dalam proses setrilisasi adalah 0,75 kg/cm2, sedangkan suhu retort dan lamanya

proses sterilisasi untuk setiap jenis produk berbeda-beda tergantung dari jenis ikan

dan ukuran kaleng yang digunakan. Lamanya proses sterilisasi untuk produk

dengan ukuran kaleng 300 yaitu selama 90 menit dengan suhu 117 oC dan produk

dengan ukuran kaleng 200 yaitu 80 menit dengan suhu 117 oC.

32
14. Pendinginan
Setelah proses sterilisasi selesai, kaleng memasuki tahap pendinginan

untuk mencegah over cooking yang dapat mempengaruhi organoleptik produk.

Pendinginan dilakukan di dalam retort dan di dalam bak pendingin. Sterilisasi

dilakukan dalam retort sampai suhunya turun dari 150 °C menjadi 50 °C.

Pendinginan dilakukan dengan menyemprotkan air selama 20 menit. Pendinginan

dilanjutkan di bak pendingin selama 15-20 menit sampai suhu mencapai 40-35 °C

dengan keadaan kaleng masih berada di dalam keranjang besi yang dipindahkan

dari retort dengan bantuan katrol. Setelah proses selesai, keranjang besi diangkat

kembali menggunakan katrol untuk ditiriskan.

Pendinginan dilakukan sampai suhu kaleng berada sedikit di atas suhu

kamar (35-40°C) dengan maksud agar air yang menempel pada dinding wadah

cepat menguap sehingga terjadinya karat dapat dicegah, serta mencegah

tumbuhnya spora-spora dari bakteri perusak bahan pangan yang belum mati

(Hudaya, 2008).

Gambar 3.20. Proses Pendinginan Kaleng


(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)

33
15. Pengkodean (coding)
Kaleng-kaleng yang telah dingin dilewatkan menggunakan katrol menuju

ruang pengemasan. Kaleng-kaleng tersebut dituangkan ke atas conveyor belt

secara perlahan dan diatur posisinya sehingga kaleng bagian bawah menjadi posisi

atas. Benturan antar kaleng tidak dapat dihindarkan sehingga seringkali ditemukan

kasus banyaknya kaleng yang mengalami kerusakan mekanik seperti adanya

kaleng penyok. Kaleng seperti ini disortir dan dipisahkan.

Proses pengkodean dilakukan dengan alat yang disebut video jet. Satu

persatu kaleng akan melewati mesin ini dan secara otomatis sinar laser pada mesin

akan mencetak kode pada kaleng. Kode pada kaleng teridiri atas nama perusahaan

(MFI), perusahaan supplier kaleng, jenis ikan, nomor retort dan tanggal

kadaluarsa. Misalnya kode produksi MFI.CM.L 08/03, artinya adalah MFI

menunjukkan kode perusahaan, CM merupan produsen kaleng PT Cometa, L

merupakan jenis ikan lemuru, dan 08/03 merupakan retort 8 dan batch ke-3 kaleng

tersebut disterilisasi.

Gambar 3.21. Proses Pengkodean


(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)

Kesalahan selama pengkodean dapat terjadi ketika bagian kaleng yang

melewati video jet bukan bagian bawah kaleng melainkan bagian penutup atas

34
kaleng. Kaleng-kaleng yang mengalami hal demikian selanjutnya disortir kembali

untuk dibersihkan labelnya dengan menggunakana cairan pembersih tinta

bermerek “Mex Solven”.

Berikut adalah Standar Operating Procedure (SOP) untuk mesin print :

1. Cuci nozel sampai bersih dengan cairan video jet make up fluid jika nozel

kotor.

2. Masukkan nozel ke tempat semula

3. Tekan tombol On untuk menyalakan mesin print

4. Tekan tombol start sampai menunjukkan mesin print siap digunakan (mesin

On)

5. Ketik/masukkan kode : MFI, jenis ikan, supplier kaleng, batch retort dan

tanggal kadaluarsa.

6. Tekan tombol SAVE, EXIT, dan PRINT

7. Ambil satu kaleng untuk mengetahui hasil print out

8. Kaleng di print sesuai dengan instruksi kerja pengemasan.

9. Tekan tombol off untuk mematikan mesin print.

16. Pengemasan (packaging)


Setelah proses pencetakkan kode selesai, tahap selanjutnya adalah

pengemasan kaleng dalam kemasan sekunder berupa karton Karton yang

digunakan di PT Maya Food Industries diperoleh dari PT Puri Nusa Eka Persada

dan PT Bahana Buana Box yang berlokasi di Semarang serta label dari PT Aneka

Rupa Tera yang berlokasi di Sidoarjo. Proses pengemasan ini dilakukan secara

manual oleh pekerja dengan isi per karton yang berbeda-beda. Produk mackerel

35
dengan ukuran kaleng 300 diisi dengan 48 kaleng per karton dan 100 kaleng per

karton untuk produk mackerel dengan ukuran kaleng 200. Sementara itu, produk

sardine dengan ukuran kaleng 300 dan 200 masing-masing diisi dengan 24 kaleng

per karton dan 50 kaleng per karton. Sedangkan produk yang menggunakan

kaleng club can dalam satu karton diisi dengan 50 kaleng.

Gambar 3.22. Proses Pengemasan


(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)

Karton yang telah berisi kaleng selanjutnya diberi perekat dengan

menggunakan mesin perekat otomatis yaitu ringing pack dan straping band.

Selanjutnya kaleng diletakkan di atas palet untuk dipindahkan menggunakan

forklift menuju gudang penyimpanan. Selama proses pengemasan sering kali

terjadi kecacatan pada kaleng. Kecacatan pada kaleng yang pada umumnya terjadi

di PT Maya Food Industries adalah kaleng lecet, adanya kepenyokan pada kaleng,

karat pada kaleng, bocor, dan kaleng kembung. Kaleng yang lecet dan penyok

akan dilakukan repacking atau pengemasan ulang dengan mengganti kemasan

kaleng menggunakan kaleng yang baru. Sedangkan untuk kecacatan pada kaleng

lainnya produk tersebut termasuk dalam produk reject.

36
17. Inkubasi
Inkubasi dilakukan di dalam gudang penyimpanan selama 14 hari.

Inkubasi bertujuan untuk melihat kerusakan pada kaleng yang dilakukan dengan

cara meletakkan kaleng dalam kondisi terbalik. Kaleng yang di inkubasi diberi

keterangan yang bertuliskan”Incubation”. Kerusakan pada kaleng dapat dilihat

dari adanya karton yang basah setelah 14 hari. Hal ini mengindikasikan adanya

kebocoran kaleng. Produk yang mengalami kebocoran kaleng tidak lakukan

penyimpanan, namun segera ditangani dengan melakukan pengemasan ulang jika

kebocoran tersebut disebabkan karena kurang sempurnya penutupan kaleng.

Sementara itu jika selama 14 hari tidak ditemukan adanya kerusakan kaleng, maka

penyimpanan kaleng akan tetap berlangsung.

Gambar 3.23. Label Inkubasi


(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)

18. Penyimpanan Produk Jadi


Setelah masa inkubasi selesai, produk yang tidak langsung didistribusikan

akan disimpan terlebih dahulu di dalam ruang penyimpanan produk jadi (gudang

barang jadi). Karton-karton yang berisi kaleng diletakkan di atas pallet dengan

jumlah tumpukan karton yang berbeda-beda. Penempatan karton tersebut

didasarkan atas merek masing-masing produk. Jumlah tumpukan karton per pallet

37
untuk produk mackerel dengan ukuran kaleng 300 adalah 35 karton per pallet dan

50 karton per pallet untuk kaleng ukuran 200. Adapun produk sardine dengan

ukuran kaleng 300 jumlah tumpukan karton per pallet adalah 60 karton dan 90

karton untuk ukuran kaleng 200. Sementara itu, produk dengan kaleng club can

jumlah tumpukan karton per pallet adalah 160 karton.

Gambar 3.24. Penyimpanan Produk dalam Gudang


(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)

Penyimpanan produk dengan menggunakan pallet bertujuan untuk

menghindari kontak langsung antara produk dengan lantai. Penyusunan pallet

tidak bersentuhan dengan dinding juga bertujuan untuk menghindari kerusakan

produk. Proses penyimpanan ini akan terus berlangsung hingga karton siap untuk

didistribusikan menggunakan truck container.

3.1.2. Mesin dan Peralatan


Untuk menjalankan kegiatan produksi ikan kaleng, maka diperlukan
berbagai macam mesin dan peralatan. Adapun mesin dan peralatan yang
digunakan dalam proses produksi ikan kaleng di PT MFI adalah :

38
1. Pisau

Gambar 3.25. Pisau


(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)
Tabel 3.2. Spesifikasi Pisau Potong
Nama Pisau
Fungsi Memotong
Bahan Stainless steel
Ukuran 19 cm
(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)

2. Talenan

Gambar 3.26. Talenan


(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)
Tabel 3.3. Spesifikasi Talenan
Nama Pisau
Fungsi Mewadahi pemotongan kepala dan ekor ikan
Bahan Plastik
Ukuran 21 cm x 7 cm x 4,5 cm
(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)

3. Meja Pemotongan

Gambar 3.27. Meja Pemotongan


(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)

39
Tabel 3.4. Spesifikasi Meja Pemotongan
Nama Meja pemotongan
Fungsi Memotong dan membersihkan ikan
Bahan Stainless steel
Ukuran 5 m x 1,2 m x 1,2 m
Jumlah 60
(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)

4. Bak Plastik dan Keranjang

Gambar 3.28. Bak Plastik dan Keranjang


(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)

Tabel 3.5. Spesifikasi Bak Plastik dan Keranjang


Nama Bak Plastik dan Keranjang
Fungsi Menampung ikan
Bahan Plastik
Kapasitas 20 kg
(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)

5. Timbangan

Gambar 3.29 : Timbangan Digital

40
(Sumber : PT Maya Food Industries)

Tabel 3.6. Spesifikasi Timbangan


Nama Timbangan digital
Fungsi Menimbang
Merk Ohaus Compact Bench Scales – Valor 3000 Xtreme
Bahan Stainless steel
Ukuran 146 mm x 158 mm
Kapasitas 2 kg
(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)

6. Conveyor

Gambar 3.30. Conveyor


(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)

Tabel 3.7. Spesifikasi Conveyor


Nama Conveyor
Fungsi Memindahkan kaleng
Merk -
Bahan Karet dan Stainless steel
Ukuran 5-10 m
Jumlah 17
(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)

7. Exhaust Box

41
Gambar 3.31. Exhaust box
(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)
Tabel 3.8. Spesifikasi Exhaust Box
Nama Exhaust box
Fungsi Pre-cooking dan Exhausting
Merk -
Bahan Stainless steel
Ukuran 9,8 m x 1,62 m x 1,75 m (Kaleng 300) dan
9,1 m x 0,75 m x 15 m (Kaleng 202 dan club can)
Jumlah 3
(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)

8. Mesin Penghilang Sisik (Rotary Drum Washer)

Gambar 3.32. Rotary Drum Washer


(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)
Tabel 3.9. Spesifkasi Mesin Penghilang Sisik
Nama Rotary drum washer
Fungsi Menghilangkan sisik ikan dan membersihkan ikan
Merk -
Bahan Stainless steel
Ukuran 1,8 m x 0,5 m x 0,47 m
Jumlah 3
(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)

9. Mesin Pemasak Saus

42
Gambar 3.33. Pemasak Saus
(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)
Tabel 3.10. Spesifikasi Mesin Pemasak Saus
Nama Pemasak saus
Fungsi Memasak saus
Merk -
Bahan Stainless steel
Ukuran <1m
Jumlah 3
Kapasitas 750 liter
(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)

10. Alat Penutup Kaleng (Seamer)

Gambar 3.34. Seamer


(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)

Tabel 3.11. Spesifikasi Mesin Penutup Kaleng (Seamer)


Nama Seamer
Fungsi Menutup kaleng
Merk Shin-I
Bahan Stainless steel
Ukuran 1,35 m x 1,75 m x 0,75 m
Jumlah 4
(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)

11. Keranjang Besi (Keranjang)

43
Gambar 3.35. Keranjang Besi
(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)

Tabel 3.12. Spesifikasi Keranjang Besi


Nama Keranjang besi
Fungsi Menampung kaleng
Bahan Besi
Jumlah 60
Kapasitas 1300-4000 kaleng
(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)

12. Retort Batch

Gambar 3.36. Retort


(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)

Tabel 3.13. Spesifikasi Retort Batch


Nama Retort Batch
Fungsi Sterilisasi kaleng
Merk Shin-I
Bahan Besi
Ukuran 2,75 m x 1,25 m
Jumlah 8
(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)

44
13. Video Jet

Gambar 3.37. Video jet


(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)
Tabel 3.14. Spesifikasi Video Jet
Nama Video jet
Fungsi Mencetak kode
Merk Ctromix Ci-1000 Pro 1200S
Bahan Stainless steel
Ukuran 0,4 m x 0,39 m x 0,33 m
Jumlah 2
(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)

14. Pallet

Gambar 3.38. Pallet


(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)
Tabel 3.15. Spesifikasi Pallet
Nama Pallet
Fungsi Mewadahi karton
Bahan Kayu
Ukuran 90 cm x 90 cm
(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)

15. Forklift

45
Gambar 3.39. Forklift
(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)
Tabel 3.16. Spesifikasi Forklift
Nama Forklift
Fungsi Mobilisasi bahan-bahan
Merk Komatsu
Bahan Besi
Jumlah 5
Kapasitas 1.000-3.500 kg
(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)

3.1.3 Sanitasi dan Higiene Perusahaan

Sanitasi dan higiene merupakan aspek yang penting dalam pengolahan

pangan. PT Maya Food Industries menerapkan program sanitasi dan higiene yang

meliputi sanitasi bahan baku dan bahan penolong, sanitasi pekerja, sanitasi

ruangan dan lingkungan produksi serta sanitasi mesin dan peralatan. Hal ini

dilakukan guna mencegah kontaminasi produk dengan berbagai sumber

kontaminasi potensial.

Kegiatan sanitasi dan higiene PT Maya Food Industries berpedoman pada

SSOP (Standar Sanitation Operational Procedures). Thareer (2005) menyatakan

bahwa dalam proses sanitasi, diperlukan suatu prosedur standar yang dapat

mencakup seluruh area dalam memproduksi suatu produk pangan mulai dari

kebijakan perusahaan, tahapan kegiatan sanitasi, petugas yang bertanggung jawab

melakukan sanitasi, hingga dokumentasinya. Prosedur standar yang digunakan

adalah prosedur operasi standar untuk sanitasi Sanitation Standart Operating

Procedur (SSOP). Prosedur ini dibuat untuk membantu industri pangan dalam

46
mengembangkan dan menerapkan prosedur pengawasan sanitasi, melakukan

monitoring sanitasi, serta memelihara kondisi dan praktik sanitasi. SSOP meliputi:

keamanan air, kondisi atau kebersihan permukaan yang kontak dengan makanan,

pencegahan kontaminasi silang, kebersihan pekerja, pencegahan dan perlindungan

dari adulterasi, pengendalian kesehatan karyawan dan pemberantas hama.

a. Sanitasi bahan habis pakai

Bahan habis pakai dalam proses pengalengan ikan terdiri dari bahan baku

utama, bahan aditif dan bahan pendukung. Seluruh bahan yang digunakan saat

produksi selalu dijaga kebersihannya, terutama ikan sebagai bahan baku. Ikan

impor didatangkan dengan truck container dalam bentuk beku yang dikemas

dalam karton. Untuk menjaga kesegaran ikan, ikan disimpan dalam cold storage

room dengan suhu maksimal -18 oC. Pembersihan ruang cold storage meliputi

sanitasi lantai, dinding, papan sekat, langit-langit, pintu sisi dalam, pintu sisi luar

dan lampu. Proses pembersihan terebut dilakukan saat bahan baku kosong, kecuali

bagian pintu sisi luar yang dibersihkan setiap hari serta lampu yang dibersihkan

satu minggu sekali. Pembersihan pada lantai dilakukan dengan membersihkan

lantai dari peralatan seperti pallet, keranjang, lory dan lain sebagainya. Kemudian

bagian dinding dibersihkan dengan menyemprotkan air ke seluruh bagian dinding.

Papan sekat yang memisahkan satu jenis ikan dengan jenis ikan lainnya

dibersihkan dengan menyemprotkan air, kemudian menyikat bagian sekat dan

47
terakhir melakukan pembilasan. Proses pembersihan seperti ini juga dilakukan

pada bagian pintu sisi dalam dan pintu sisi luar. Sedangkan bagian langit-langit

ruang cold storage dilakukan pembersihan menggunakan kain yang menyerap air.

Adapun lampu yang digunakan sebagai penerang, dibersihkan dengan melepas

kap lampu kemudian dilap menggunakan lap basah. Air yang digunakan dalam

untuk membersihkan ruang cold storage adalah air yang mengandung klorin 100

ppm.

Air yang digunakan untuk proses pengolahan berasal dari 2 buah sumur

bor. Sebelum digunakan, air sumur melalui beberapa proses (treatment) pada area

water treatment. Adapun treament yang dimaksudkan adalah sand filter treament,

carbon filter treatment dan penambahan larutan desinfektan (clorin treament 0,2-

0,3 ppm). Penggunaan desinfektan dimaksudkan untuk menetralkan air dari

berbagai kontaminan seperti mikroorganisme sehingga air aman untuk digunakan

pada proses pengolahan. Air ini juga digunakan dalam proses pembuatan es batu

untuk proses thawing.

Bahan-bahan yang termasuk kategori bahan aditif diantaranya adalah pasta

tomat, pati termodifikasi (pengental) dan garam. Pasta tomat dikemas dalam

kemasan primer berupa aluminium foil dan kemasan sekunder yaitu drum. Pati

termodifikasi dikemas dalam kemasan primer berupa karung namun terbuat dari

kertas. Sementara itu garam dikemas dalam kemasan primer berupa karung

plastik. Penyimpanan bahan-bahan tersebut selalu dilapisi pallet sehingga tidak

kontak langsung dengan lantai. Seluruh bahan disimpan dalam gudang bahan

aditif. Suhu penyimpanan adalah suhu ruang. sirkulasi udara baik dan atap gudang

48
terbuat dari seng yang sewaktu-waktu mudah dibersihkan, serta tidak ada hama

yang mengganggu. Selain itu, sebelum disimpan bahan aditif tersebut diproteksi

dari bahan-bahan kontaminan (pestisida, bakteri, kotoran dan residu pestisida)

dengan cara pengecekan secara visual dan disesuaikan dengan CoA yang

dilampirkan oleh pemasok. Kondisi kebersihan gudang penyimpanan dicek secara

visual rutin setiap hari.

Kaleng dan karton termasuk ke dalam bahan penolong. Keduanya

disimpan dalam gudang karton dan kaleng. Penggunaan seluruh bahan

menerapkan prinsip First in First out (FIFO). Kaleng kosong yang belum

digunakan disimpan di atas pallet kemudian dilapisi plastik agar tidak terkena

debu. Kaleng dikeluarkan dari gudang penyimpanan menuju ke ruang suplai

kaleng di samping ruang produksi untuk dibersihkan sebelum digunakan. Kaleng-

kaleng tersebut dicuci untuk menghilangkan debu maupun kotoran yang mungkin

menempel pada kaleng. Kaleng yang akan dibersihkan ditata dan diletakkan diatas

wadah atau pan. Pencucian kaleng ini dilakukan dengan 2 tahap pencucian, yaitu

pencucian secara manual dan otomatis menggunakan mesin. Proses pencucian

dilakukan menggunakan air dengan membersihkan bagian luar dan dalam kaleng.

(a) (b)

49
(c) (d)
Gambar 3.40. Sanitasi Penyimpanan Bahan Baku meliputi : (a) Kondisi
Sanitasi Cold Storage (b) Kondisi Sanitasi Penyimpanan Pasta Tomat (c)
Kondisi Sanitasi Penyimpanan Garam (d) Kondisi Sanitasi Kaleng
(Sumber: PT Maya Food Industries, 2017)
b. Sanitasi pekerja

Sanitasi pekerja yang diterapkan di PT Maya Food Industries meliputi

aturan sebelum memasuki ruang produksi dan saat bekerja di ruang produksi.

Sebelum memasuki ruang produksi seluruh pekerja diwajibkan untuk mengenakan

sepatu boot, penutup kepala dan masker dengan benar dan menggunakan apron

bagi petugas potong, fiiling dan petugas exhaust. Baik untuk pekerja yang

berhubungan langsung dengan produksi maupun tidak. Selain itu, prosedur

memasuki area proses produksi yaitu petugas melakukan pemeriksaan tangan,

kuku dan perhiasan karyawan. Pekerja dilarang mengenakan perhiasan masuk ke

ruang produksi. Karyawan juga diwajibkan menyikat kuku dan ujung jari, dicuci

dengan sabun dan dibilas menggunakan air mengalir. Setelah itu tangan

dikeringkan dengan tissue, kemudian menggunakan sarung tangan plastik dan

dicelupkan ke dalam bak air klorin 50 ppm. Selama proses produksi berlangsung,

pekerja dilarang makan, mengobrol, dan meludah. Hal ini menjadi usaha

pencegahan kontaminasi dari pekerja terhadap produk.

50
Terdapat masing-masing 1 ruang ganti untuk pekerja laki-laki dan

perempuan. Sebelum memasuki ruang produksi, setiap pekerja diwajibkan

memasuki ruangan ganti dengan prosedur di atas. Akan tetapi pada penerapannya,

tidak semua prosedur yang telah ditetapkan diikuti oleh pekerja. Meskipun

demikian, pekerja tetap menggunakan sepatu boot, penutup kepala dan masker

ketika masuk ke ruang produksi sekaligus mencuci tangan dengan sabun dan air

klorin (50 ppm). Selain itu, sepatu boot yang digunakan juga harus direndam di

dalam bak air klorin (200 ppm). Untuk fasilitas sanitasi lainnya terdapat 12 toilet

untuk pekerja yang letaknya jauh dari area produksi. Selain sanitasi pekerja,

kesehatan pekerja juga sangat penting karena menjadi salah satu sumber

kontaminasi. Pemerikaan kesehatan bagi pekerja di perusahaan ini pernah

dilakukan yaitu 3 kali dalam setahun.

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 3.41. Sanitasi Pekerja meliputi : (a) Pengecekan Tangan, Kuku
dan Perhiasan (b) Seragam proses (c) Sikat Kuku, Ujung Jari dan
Pembilasan (d) Pemakaian Sarung Tangan dan Pencelupan Pada Air
Klorin
(Sumber: PT Maya Food Industries, 2017)

51
c. Sanitasi ruangan dan lingkungan pengolahan

Sanitasi ruangan dan lingkungan pengolahan sangat penting untuk

diperhatikan dan dikendalikan, karena menjadi kunci keberhasilan produksi

produk ikan kaleng di PT Maya Food Industries. Selain ruangan proses produksi,

ruangan inti yang berhubungan dengan produk adalah gudang bahan aditif dan

penolong serta gudang penyimpanan barang jadi. Ruang pengolahan diantaranya

meliputi cold storage room yang terpisah dari ruang produksi, secara umum yaitu

yang meliputi area-area untuk setiap tahapan produksi lainnya. Cold storage room

berukuran 30 m x 18 m dengan jumlah lampu penerang 15 buah (40 Watt).

Ruangan produksi berukuran 126 m x 57 m dengan jumlah lampu penerang 130

buah (80 dan 40 watt).

Kondisi ruang produksi lantainya berbahan semen kasar, dicat berwarna

hijau dan dilapisi epoksi, sehingga agak licin dan memudahkan saat pembersihan,

serta terdapat saluran untuk pembuangan limbah air sisa produksi di beberapa

bagian di bawah lantai. Langit-langit tertutup rapi dan berjejer lampu penerang

yang selalu menyala selama proses produksi, serta terdapat tambahan lampu Ultra

Violet (UV) yang mampu mencegah adanya serangga pengganggu seperti lalat.

Dinding ruang pengolahan dilapisi keramik berwarna putih, dan sambungan

antara dinding dengan lantai berbentuk lengkung sehingga memudahkan proses

pembersihan. Di dinding ruang pengolahan dipasang instrumen-instrumen sanitasi

seperti jagalah kebersihan, dilarang meludah dan lain sebagainya.

52
Proses pembersihan ruang pengolahan dilakukan setelah kegiatan produksi

berlangsung. Namun pembersihan yang dilakukan tidak menyeluruh. Pembersihan

secara menyeluruh dilakukan ketika tidak ada kegiatan produksi. Pembersihan

dilakukan terhadap seluruh bagian ruangan, menggunakan air bersih, sabun dan

air klorin.

Sanitasi dilakukan juga terhadap gudang penyimpanan yang berjumlah 5

gedung dengan cara menjaga kondisinya selalu terjaga dalam keadaan kering.

Pembersihan dilakukan setiap hari dengan cara menyapu seluruh ruangan.

Terdapat pula perangkap hama dan tikus dipojok ruangan guna mencegah

kerusakan produk oleh hama dan tikus. Perangkap sejenis juga terdapat pada

hampir seluruh area perusahaan (di luar ruang produksi dan gudang).

(a) (b)
Gambar 3.42. Sanitasi Ruang Pengolahan meliputi : (a) Sanitasi Lantai
Ruang Pengolahan (b) Sanitasi Saluran Air di Ruang Pengolahan
(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)

d. Sanitasi mesin dan peralatan

Semua mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses pengolahan

dibersihkan secara menyeluruh ketika tidak ada proses produksi. Pembersihan

dilakukan dengan menggunakan air bersih, sabun dan air klorin. Untuk peralatan

seperti bak, keranjang, pisau dan talenan, setelah selesai dibersihkan disimpan

53
dalam ruangan equipment room dan dibersihkan di ruangan khusus sanitasi

peralatan kecil.

(a) (b)
Gambar 3.43. Sanitasi Mesin dan Peralatan meliputi : (a) Pembersihan
Keranjang (b) Pembersihan Meja dan Rotary Drum Washer
(Sumber: PT Maya Food Industries, 2017)
e. Sanitasi lingkungan pabrik dan pest control

Lingkungan pabrik selalu terjaga kebersihannya serta tersedia banyak

bak sampah di lingkungan pabrik yang menunjukkan komitmen PT Maya Food

Industries dalam menjaga kebersihan di lingkungan pabrik. Pembersihan

lingkungan pabrik dilakukan setiap hari oleh tukang kebun dan pembersih

lapangan, kemudian sampah dikumpulkan menjadi satu di area belakang pabrik.

Pembersihan juga meliputi pengecekan saluran air di sekitar pabrik dan

pembersihan toilet yang dilakukan setiap hari, serta pembersihan selokan dan

pemotongan rumput setiap satu bulan skali.

(a) (b)

54
(c) (d)
Gambar 3.44. Sanitasi Lingkungan meliputi : (a) Petugas Menyapu
Halaman (b) Pemotongan Rumput (c) Perangkap Tikus (d) Perangkap
Lalat
(Sumber: PT Maya Food Industries, 2017)

Selain itu, PT Maya Food Industries selalu mencegah adanya hama di

lingkungan pabrik sehingga tidak akan masuk ke ruang produksi. Pengendalian

hama dilakukan dengan memasang perangkap seperti perangkap tikus yang berisi

racun dan pemikat lalat di area halaman pabrik. Pelaksanaan pengendalian hama

dilakukan dengan bekerjasama dengan tim dari luar yang selalu datang melakukan

pengecekan setiap Rabu dan Sabtu.

3.1.4. Tugas Khusus


Adapun judul tugas khusus pada penulisan laporan PKL ini adalah analisis

proses produksi ikan kaleng di PT Maya Food Industries mulai dari penerimaan

bahan baku hingga penyimpanan produk jadi.

1. Penerimaan Bahan Baku


Bahan baku ikan lokal diterima baik dalam keadaan segar maupun dalam

keadaan beku. Bahan baku yang diterima dalam keadaan segar, ditempatkan pada

plastik atau juga dapat ditempatkan secara curah dalam truk yang diberikan es.

Ikan lokal segar diterima dalam keadaan utuh/Head On (HO), sedangkan ikan

55
lokal beku biasanya diterima dalam keadaan bagian kepala dan ekor terpotong dan

organ dalam ikan sudah dikeluarkan. Keadaan seperti ini biasanya dikenal dengan

istilah Headless (HL). Ikan lokal beku diterima dalam keadaan terbungkus plastik

yang bagian luarnya juga dikemas kembali menggunakan karton yang bertujuan

untuk mencegah terjadi oksidasi lebih lanjut karena ikan yang telah dipotong lebih

rentan terhadap oksidasi. Ikan tersebut diangkut menggunakan kontainer yang

dilengkapi freezer. Hal ini sesuai dengan ketetapan dari Japan International

Cooperation Agency (JICA) yang menyatakan bahwa perlindungan lebih lanjut

terhadap bau anyir yang bersifat oksidatif sebagai contoh pengemasan kedap

udara dapat memperpanjang waktu penyimpanan produk-produk tersebut.

Sumber bahan baku selain berasal dari dalam negeri juga berasal dari luar

negeri. Ikan yang diimpor dikirim dengan menggunakan container yang

dilengkapi dengan freezer dengan tujuan mempertahankan kualitas ikan. Suhu

dalam kontainer diatur -18 oC, sehingga suhu ikan tetap terjaga (beku). Sebelum

digunakan untuk proses produksi, ikan impor tersebut harus dikarantina selama 3-

7 hari oleh Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil

Perikanan Kelas II Semarang. Hal ini sesuai dengan Kementrian Kelautan

Perikanan (2011), yang menyatakan bahwa setiap ikan impor yang masuk ke

Indonesia harus mendapat izin dari Direktorat Jenderal Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) dan wajib memenuhi standar keamanan dan

mutu hasil perikanan oleh Badan Karantina Ikan (BKI) sekaligus diawasi oleh

Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP).

56
Ikan yang masih dalam pemeriksaan oleh BKI Semarang akan disegel dan tidak

diperbolehkan untuk digunakan dalam proses produksi.

Selain Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil

Perikanan (BKIPM), pihak departemen quality control (QC) PT Maya Food

Industries juga melakukan pengujian terhadap kandungan formalin, histamin, uji

organoleptik pada ikan serta pengecekan ukuran ikan. Hal tersebut bertujuan

untuk memastikan ikan yang digunakan tidak berbahaya. Pengujian formalin

dilakukan dengan menggunakan tes kit, dimana tidak diperbolehkan adanya

kandungan formalin di dalam ikan.

Menurut Hadiwiyoto (1993), kesegaran ikan yang digunakan dalam

pembuatan produk ikan kaleng sangat mempengaruhi mutu produk akhir. Hal ini

juga selaras dengan pernyatan Poernomo (2009) yang menyatakan bahwa

kesegaran ikan berpengaruh terhadap keamanan konsumsinya. Jika ikan dalam

kondisi tidak segar, maka pada saat dilakukan pemasakan awal daging ikan akan

menjadi kompak. Selain itu, kesegaran ikan dapat mempengaruhi cita rasa dan

aroma produk tersebut. Pemeriksaan kesegaran di perusahaan ini dilakukan

dengan memperhatikan penampakan luar, kelenturan daging, keadaan mata,

keadaan daging dan keadaan insang.

Terdapat persyaratan tertentu mengenai bahan baku ikan lokal dan impor

yang harus dipenuhi oleh supplier. Jaminan mutu ikan yang sesuai dengan standar

dibuktikan dengan adanya sertifikat penerimaan dan dokumen-dokumen

pendukung lainnya. Standar mutu ikan yang digunakan di perusahaan ini sesuai

dengan BPOM RI NO: HK.00.06.1.52.4011 Tahun 2009 : Penetapan Batas

57
Maksimum Cemaran Mikroba dan Kimia Dalam Makanan pada ikan ; SNI

2729:2013 mengenai persyaratan mutu ikan segar dan SNI 4110:2014 mengenai

persyaratan mutu ikan beku (Tabel 3.1 dan 3.2).

Bahan baku utama ini merupakan titik kendali kritis critical control point

(CCP) pertama dari serangkaian proses produksi pengalengan ikan di perusahaan

ini. Hal tersebut disebabkan karena bahan baku utama menentukan kualitas

produk yang dihasilkan. Bahan baku yang memiliki mutu baik akan menghasilkan

produk dengan mutu yang baik pula, dan sebaliknya. Sehingga pengawasan mutu

bahan baku perlu dilakukan untuk dapat menghasilkan produk yang baik.

Tabel 3.1. Deskripsi Bahan Baku Ikan Segar (Lokal)


1 Nama bahan Ikan
2 Bentuk Utuh
3 Kemasan -Blong plastik
-Fiber
4 Metode Distribusi Truk ditutup rapat
Penyimpanan -Di anteroom/penambahan es
-Suhu ≤ 4⁰C
Penanganan FIFO
5. Syarat dokumen COA Spec Sert. Flow
Produk Halal Chart
- - - -
6. Jenis ikan -Ikan Tongkol Tikus (Euthynus affini)
-Ikan Layang (Decapterus monopterii)
-Ikan Lemuru (Sardinella longiceps)
-Ikan Tembang (Sardinella fimbriata)
7. Produksi -
8. Asal Selat Sunda, Selat Bali dan Laut Jawa (Prigi,
Muncar, Pekalongan, Batang)
9. Fisik -Nilai organoleptik min 3 (Setara nilai dalam
SNI= 7-8)
-Suhu pusat maksimum 4⁰C
-Parasit <5 ekor

58
Biologi Batas Maksimal Cemaran Mikroba
-ALT : 5 x 105 kol/g
-E. coli : <3 APM/g
-Salmonella : neg/25 g
-Vibrio cholera : neg/25 g
Karakteristik -Vibrio parahaemolyticus : <3 APM/g
Logam Batas Maksimal Cemaran Logam Berat
dan Kimia -Arsen (As) : 1,0 mg/kg
-Kadmium (Cd) : 0,1 mg/kg
-Merkuri (Hg) : 0, 1mg/kg
-Timah (Sn) : 40,0 mg/kg
-Timbal (Pb) : 0,3 mg/kg
Batas Maksimal Cemaran Kimia
-Histamin : 50 mg/kg
-Formalin : negatif.
10. Shelf life -
11. Referensi BPOM RI NO: HK.00.06.1.52.4011 Tahun
2009: Penetapan Batas Maksimum Cemaran
Mikroba dan Kimia Dalam Makanan Pada Ikan
dan SNI 2729:2013 Mengenai Persyaratan Mutu
Ikan Segar.
(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)

Tabel 3.2. Deskripsi Bahan Baku Ikan Beku (Impor)


1 Nama bahan Ikan beku
2 Bentuk -Utuh
-HL
-HGT
3 Kemasan Master karton
4 Metode Distribusi Reefer container
Penyimpanan -Cool storage/cool room
-Suhu max -20⁰C +2⁰C
Penanganan FIFO
5. Syarat dokumen COA Spec Sert. Flow Chart
Produk Halal
√ √ - -
6. Jenis ikan -Ikan Macakrel (Scomberous japanicus)
-Ikan Lemuru (Sardinella longiceps)
7. Produksi -
8. Asal Laut China Selatan, laut Jepang, laut Korean
(China, India, Japan dan Pakistan)
9. Fisik -Nilai organoleptik min 3 (Setara nilai dalam
SNI= 7-8)
-Suhu pusat maksimum -18⁰C
-Parasit <5 ekor
Biologi Batas Maksimal Cemaran Mikroba

59
-ALT : 5 x 105 kol/g
-E.coli : <3 APM/g
-Salmonella : neg/25 g
-Vibrio cholera : neg/25 g
Karakteristik -Vibrio parahaemolyticus : <3 APM/g
Logam dan Batas Maksimal Cemaran Logam Berat
Kimia -Arsen (As) : 1,0 mg/kg
-Kadmium (Cd) : 0,1 mg/kg
-Merkuri (Hg) : 0, 1mg/kg
-Timah (Sn) : 40,0 mg/kg
-Timbal (Pb) : 0,3 mg/kg
Batas Maksimal Cemaran Kimia
-Histamin : 50 mg/kg
-Formalin : negative
10. Shelf life 24 bulan (2 tahun)
11. Referensi BPOM RI NO: HK.00.06.1.52.4011 Tahun
2009: Penetapan Batas Maksimum Cemaran
Mikroba dan Kimia Dalam Makanan Pada
Ikan dan SNI 4110:2014 Mengenai
Persyaratan Mutu Ikan Beku.
(Sumber : PT Maya Food Industries, 2017)

2. Penyimpanan Ikan Beku

Setelah muatan ikan dibongkar dari container, ikan disimpan di dalam

ruang cold storage pada suhu berkisar antara -22 s.d. -25 °C atau maksimal -18 °C

dengan sistem Air Blast Freezer (ABF). Suhu yang digunakan untuk penyimpanan

bahan baku di PT Maya Food Industries ini telah sesuai dengan Standar Nasional

Indonesia (SNI) 4110:2014 yang menyatakan bahwa ikan dibekukan dengan

pembekuan cepat menggunakan alat pembeku contact plate freezr (CPF) atau air

blast freezer (ABF) untuk frozen block hingga suhu pusat produk mencapai

maksimal -18 °C .

Tujuan dari penyimpanan ikan beku ke dalam ruang cold storage adalah

untuk mempertahankan suhu ikan pada saat disimpan sehingga mutu ikan tetap

terjaga. Irving dan Sharp dalam Koswara (2009) mengatakan bahwa umumnya

60
sebagian besar bahan pangan akan mempunyai mutu penyimpanan yang baik

sekurang-kurangnya 12 bulan bila disimpan pada suhu -18 °C. Apabila suhu

penyimpanan naik 3 oC maka kecepatan kerusakan akan berlipat ganda. Kondisi

tersebut menyebabkan diterapkannya prinsip First In First Out (FIFO) yaitu ikan

yang datang pertama kali harus digunakan terlebih dahulu. Selain itu,

penyimpanan ikan di perusahaan ini juga disesuaikan dengan jenisnya. Hal ini

bertujuan untuk memudahkan penggunaan ikan pada saat proses produksi yang

sesuai dengan spesifikasi produk.

3. Pencairan (Thawing)
Proses thawing dilakukan untuk mencairkan es yang meyelimuti ikan beku

(ikan impor) setelah penyimpanan dalam ruang cold storage. Di PT Maya Food

Industries, proses thawing dilakukan dengan 2 metode yaitu metode thawing

udara dan thawing air. Thawing air dilakukan 2-3 jam sebelum proses produksi.

Thawing dengan air ini lebih cepat dibandingkan thawing udara karena kecepatan

transfer panas yang lebih tinggi antara produk dengan air, namun proses ini

menghasilkan limbah dalam jumlah besar. Hal ini sesuai dengan SNI 3548.3:2010

yang mengisyaratkan proses thawing dilakukan dengan cara thawing air hingga

suhu ikan berada pada suhu 0 °C – 4 °C. Proses thawing air dilakukan dengan cara

ikan beku yang sebelumnya telah diletakkan di ante room dimasukkan ke dalam

bak thawing hingga mencapai kapasitas yang telah ditetapkan (1,5 ton/bak).

Sebelum kran pengisian air dibuka, kran pembuangan dan kran sirkulasi ditutup

terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk menampung air yang akan digunakan

untuk proses thawing. Adapun volume air yang diisi sesuai dengan kebutuhan

61
yaitu ikan terendam secara sempurna di dalam bak thawing. Air yang digunakan

selama proses thawing di PT Maya Food Industries merupakan air yang

bersumber dari sumur bawah tanah yang ada di lingkungan perusahaan. Air

tersebut telah melalui water treatment sehingga mengandung klorin dengan

konsentrasi 0,2 ppm yang telah memenuhi persyaratan mutu air.

Thawing dengan menggunakan air dilakukan hingga kristal es tidak

terlepas semuanya (pelelehan tidak maksimal). Hal ini dilakukan dengan tujuan

agar tekstur ikan tidak terlalu lembek pada saat menunggu sebelum proses

pemotongan dan penyiangan. Hal ini sesuai dengan Moeljanto (1992) yang

menyatakan bahwa sebelum disiangi, ikan sebaiknya tidak direndam terlalu lama

dalam air yang dapat menyebabkan ikan menjadi lembek.

Sementara itu, thawing udara juga dilakukan untuk memenuhi kebutuhan

produksi, sehingga proses pemotongan ikan oleh karyawan tetap berlanjut

meskipun thawing air belum dilakukan. Adapun Standar Operating Procedure

(SOP) untuk thawing udara, yaitu sebagai berikut :

1. Kondisi peralatan dalam keadaan bersih.

2. Siapkan ikan yang akan dithawing dan susun di atas keranjang dan diletakkan

di atas pallet di ruang ante room (maksimal 1 ton ikan/pallet).


3. Ikan dithawing dengan menggunakan media udara selama 8-12 jam sebelum

digunakan untuk produksi.


4. Ikan yang selesai dithawing dipindahkan dari ante room ke ruang potong ikan

diletakkan dalam keranjang di atas pallet.


5. Suhu ikan pada saat akhir pelelehan maksimal 4 oC
6. Jumlah ikan yang dithawing dicatat dalam formulir nota timbang.
7. Sebagian ikan yang selesai dithawing didistribusikan ke meja-meja

pemotongan sesuai kebutuhan.

62
Standar Operating Procedure (SOP) di atas berbeda dengan proses

thawing udara yang dilakukan selama praktik kerja lapangan. Dimana proses

Thawing udara dilakukan dengan cara mengeluarkan ikan beku dari dari kotak

ikan kemudian diletakkan pada meja-meja pemotongan dan keranjang plastik,

ikan tersebut didiamkan selama satu malam. Proses ini dinilai lebih

menguntungkan karena biaya yang digunakan lebih rendah dibandingkan dengan

proses thawing air. Thawing udara yang dilakukan di atas meja pemotongan lebih

efektif dibandingkan thawing udara di ante room. Hal ini disebabkan karena

pekerja tidak perlu lagi memindahkan ikan hasil thawing dari ante room menuju

meja pemotongan. Dengan demikian, proses ini lebih menghemat waktu karena

ikan bisa langsung di proses ke tahap berikutnya.

Suhu ikan baik setelah proses thawing air ataupun thawing udara yang

diharapkan adalah maksimal 4 °C. Setiap 2 jam tim quality control melakukan

pengecekan suhu ikan dengan menggunakan termometer. Pengcekan ini dilakukan

secara sampling pada beberapa ikan di bagian bawah dan atas bak thawing.

Berdasarkan SNI 4110 : 2014, suhu ikan harus tetap dipertahankan mkasimum 4

°C bertujuan untuk menghambat pembentukan histamin dan mempertahankan

kesegaran ikan.

4. Sortasi, Pemotongan dan Penyiangan

Berikut merupakan Standar Operating Procedure (SOP) untuk

pemotongan ikan di PT Maya Food Industries yaitu sebagai berikut :

1. Pastikan semua kondisi peralatan dalam keadaan bersih.

63
2. Keluarkan ikan dalam keranjang merah kemudian diletakkan di atas meja.

3. Ikan diambil satu per satu kemudian diletakkan di atas talenan dengan posisi

di sebelah kanan dan punggung di atas.

4. Ikan dipotong miring dan tepat di belakang kepala ke arah kiri bagian perut,

kemudian pisau digerakkan ke arah kanan sampai isi perut ikut terbawa keluar,

setelah itu ekor dipotong.

5. Ikan disortir, ikan yang jelek di-reject dan tidak dipotong, dimasukkan dalam

keranjang hijau

6. Ikan tidak sejenis tidak dipotong (dipisahkan)

7. Bersihkan ikan dari sisa isi perut/kotoran, kemudian dicuci dan dimasukkan

keranjang biru

8. Untuk menjaga kestabilan suhu ikan, dilakukan penambahan es

9. Limbah kepala dan isi perut ditimbang dan dicatat dalam formulit ‘laporan

timbangan limbah’.

Hal pertama yang perlu diperhatikan dalam proses ini adalah kondisi

peralatan yang akan digunakan seperti pisau dan talenan. Sanitasi dari kedua alat

ini sangat penting karena salah satu sumber kontaminasi utama dalam pengolahan

pangan berasal dari alat yang digunakan. Dengan demikian, pisau yang digunakan

untuk pemotongan dan penyiangan harus tajam dan tidak berkarat. Adapun

talenan yang digunakan di perusahaan ini terbuat dari plastik. Hal ini dapat

meminimalisir kontaminasi mikroorganisme karena talenan plastik tidak memiliki

pori-pori seperti talenan kayu yang dapat ditumbuhi oleh mikroorganisme.

64
Proses pemotongan dan penyiangan ikan harus dilakukan secara hati-hati,

karena pemotongan yang tidak tepat dapat merusak daging ikan. Proses ini

diawali dengan memotong kepala bagian bawah secara miring ke arah bagian

perut, sampai isi perut terbawa keluar, kemudian memotong bagian ekor ikan. Hal

tersebut telah sesuai dengan SNI 3548.3:2010 yang menyebutkan bahwa proses

pemotongan dilakukan dengan cara membuang kepala, isi perut, sirip dan ekor

ikan dengan mempertahankan suhu produk 0 °C - 4 °C. Suhu ikan dipertahankan

maksimal 4 °C dengan menyiram ikan menggunakan es. Selama proses

pemotongan dan penyiangan, dilakukan juga sortasi yang bertujuan untuk

mendapatkan ikan dengan jenis, mutu dan ukuran yang sesuai spesifikasi. Ikan

yang tidak sesuai spesifikasi (di-reject) tidak perlu dilakukan pemotongan dan

penyiangan.

Proses pemotongan dan penyiangan dengan menggunakan tenaga manusia

memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya yaitu dapat dilakukan

penyortiran baik terhadap mutu maupun ukuran ikan, sedangkan kekurangannya

antara lain ukuran hasil pemotongan kurang stabil dan hasil penyiangan kurang

bersih. Hal ini sesuai dengan pendapat Muniyati dan Sunarman (2000) mengenai

kekurangan dan kelebihan pemotongan menggunakan mesin dan tangan, yang

menyatakan bahwa pemotongan ikan dapat dilakukan dengan mesin atau dengan

tangan. Pemakaian mesin pemotong menghasilkan banyak limbah (potongan

sisa/serpihan) meskipun prosesnya berjalan cepat. Sedangkan pemotongan dengan

tangan menghasilkan potongan-potongan yang tidak sama ukurannya dan

kecepatannya rendah.

65
5. Pembersihan Sisik

Proses pembersihan sisik dilakukan dengan menggunakan mesin drum

rotary washer. Prinsip kerja mesin drum rotary washer adalah menghilangkan

sisik dengan gesekan dan terdapat ulir di bagian dalam, sehingga ikan akan keluar

secara otomatis ketika mesin berputar. Berikut adalah Standar Operating

Procedure (SOP) untuk mesin penghilang sisik :

1. Pastikan kondisi semua peralatan dalam keadaan bersih dan kran pembuangan

mesin tertutup rapat

2. Isi tabung mesin penghilang sisik dengan air dan es sampai terisi penuh

3. Tekan tombol ON utnuk menghidupkan mesin

4. Masukkan ikan ke dalam mesin melalui saluran masuk ikan, tambahkan air

dan es selama proses pencucian atau penghilangan sisik (pergantian air dan es

dilakukan setelah digunakan 4 ton ikan)

5. Setelah ikan keluar dari mesin, ikan ditampung dalam keranjang biru

6. Setelah proses pencucian selesai, tutup kran suplai air kemudian tekan tombol

OFF untuk mematikan mesin

Mesin drum rotary washer ketika digunakan harus dalam kondisi bersih.

Hal ini bertujuan untuk mencegah kontaminasi silang yang dapat disebabkan oleh

alat yang kotor. Pembersihan mesin drum rotary washer dilakukan ketika

produksi tidak berlangsung. Pembersihan mesin ini memakan waktu yang cukup

lama, sehingga apabila mesin ini dibersihkan ketika proses peroduksi berlangsung

dikhawatirkan dapat mengganggu jalannya produksi. Tahap awal pembersihan

sisik adalah mengisi tabung mesin dengan air atau es sampai tersisi penuh,

66
sehingga kran pembuangan selama proses ini harus dalam keadaan tertutup rapat.

Penggunaan air atau es untuk membersihkan darah pada tubuh ikan dan juga

untuk tetap menjaga suhu ikan 4 oC. Air tersebut diganti saat mesin telah

membersihkan 4 ton ikan. Penggantian air ini bertujuan untuk mendapatkan hasil

pembersihan sisik yang maksimal. Apabila air tidak dilakukan pergantian, maka

air yang digunakan untuk pembersihan selanjutnya telah kotor karena proses

pembersihan sisik sebelumnya. Hal tersebut dapat mempengaruhi kualitas

pembersihan sisik. Ikan yang telah dibersihkan sisiknya kemudian ditampung

menggunakan keranjang biru yang selanjutnya diangkut ke meja pencucian dan

pengisian ikan. Proses pembersihan sisik ini berlangsung cukup singkat yaitu

kurang lebih 2 menit.

6. Pencucian Ikan
Standar Operating Procedure (SOP) untuk pencucian ikan di PT Maya

Food Industries adalah sebagai berikut :

1. Pastikan semua kondisi peralatan dalam keadaan bersih

2. Bersihkan ikan dari sisa isi perut/kotoran (lakukan di meja terpisah/pada meja

pencucian ikan)

3. Cuci ikan dengan menggunakan air bersih dari shower atau dari bak plastik

4. Setelah selesai, ikan ditaruh di keranjang biru atau putih bersih

5. Tambah es pada keranjang untuk menjaga suhu ikan

Proses pencucian bertujuan untuk mendapatkan bahan baku yang bersih

sesuai spesifikasi. Selama proses pencucian terdapat potensi bahaya yang bisa

terjadi yaitu kontaminasi mikroba patogen karena kurangnya sanitasi dan higiene.

67
Dengan demikian, kondisi peralatan khususnya meja yang digunakan harus dalam

keadaan bersih serta sanitasi pekerja yang baik. Adapun potensi cacat mutu yang

dapat terjadi berdasarkan SNI 4110 : 2014 adalah kontaminasi benda asing,

daging rusak dan tidak bersih karena kesalahan penanganan. Hal ini menyebabkan

proses pencucian ikan seharusnya dilakukan di meja terpisah. Akan tetapi, di

perusahaan ini pencucian ikan dilakukan di atas meja yang sama dengan proses

pengisian dan penimbangan. Berdasarkan pernyataan tim quality control, hal

tersebut tidak dipermasalahkan asalkan jarak ikan yang dibersihkan dengan proses

pengisian tetap terjaga yaitu minimal 10 cm. Kemudian penanganan ikan pada

proses pencucian dilakukan dengan menyiramkan air pada tumpukan ikan

menggunakan air bersih dari shower atau bak plastik. Hal tersebut sesuai dengan

SNI 4110 : 2014 yang menyatakan bahwa bahan baku ikan dicuci menggunakan

air mengalir secara cepat, cermat dan saniter dalam kondisi dingin.

Setelah itu, ikan yang sudah bersih diletakkan di keranjang biru kecil.

Keranjang biru kecil ini berfungsi untuk menampung ikan potongan yang telah

bersih dan siap untuk dimasukkan ke dalam kaleng. Namun pada praktik di

lapangan, ada beberapa pekerja yang tidak memenuhi prosedur ini yaitu

meletakkan ikan bersih di atas meja tanpa menggunakan keranjang biru kecil.

Sampai proses ini, suhu ikan yang dibersihkan tetap dipertahankan maksimum 4
o
C. Untuk memastikan hal tersebut, tim quality control melakukan pengecekan

suhu dan kebersihan ikan tiap 2 jam.

7. Pengisian dan Penimbangan


Berikut adalah Standar Operating Procedure (SOP) untuk pengisian ikan :

68
1. Pastikan kondisi semua peralatan bersih

2. Ambil keranjang ikan yang sudah dicuci (bersih) dan tumpahkan di atas meja

filling

3. Pastikan ikan bersih dari sisa isi perut/kotoran

4. Masukkan potongan ikan ke dalam kaleng sesuai spesifikasi produk

5. Bila jumlah potongan ikan lebih dari 2, maka potongan tersebut dimasukkan

ke dalam rongga potongan badan

6. Bila ditemukan ikan yang tidak sesuai standar, masukkan dalam keranjang

warna hijau (ikan jelek)

7. Bila sejumlah kaleng di atas pan sudah diisi ikan, letakkan pan di atas

conveyor dan diberi nomer identitas regu

Kaleng yang digunakan dalam proses pengisian ini harus dalam kondisi

bersih. Beberapa potong ikan dimasukkan ke dalam kaleng yang sudah

dibersihkan sesuai dengan spesifikasi produk. Daging ikan yang diisikan dalam

kaleng berupa potongan pokok, dan harus disusun rapi dengan posisi yang

berselang-seling antara badan dengan ekor. Hal ini bertujuan untuk memudahkan

proses pengisian saus, sehingga saus dapat terisis secara merata ke seluruh bagian

kaleng. Sebelum daging ikan diisikan ke dalam kaleng terlebih dahulu dilakukan

penimbangan terhadap berat ikan yang disesuaikan dengan spesifikasi dari

perusahaan. Hasil penimbangan awal tersebut akan digunakan sebagai patokan

untuk pengisian selanjutnya. Dengan demikian, berat ikan yang diisikan selama

proses ini tidak selamanya sesuai dengan standar karena pengisian ikan dilakukan

berdasarkan perasaan (feeling) dari pekerja. Kemudian, jika pada proses ini

69
ditemukan ikan yang tidak sesuai standar karena proses sortasi yang kurang

sempurna, maka ikan tersebut disisihkan. Tahap akhir dari rangkaian pengisian ini

adalah kaleng yang telah diisikan ikan disusun di atas pan, kemudian pan tersebut

diletakkan di atas conveyor dan diberi nomor identitas regu. Pemberian nomer

identitas regu ini bertujuan untuk memudahkan dalam memperbaiki pengisisan

apabila tidak sesuai dengan berat yang telah ditentukan.

Setelah proses pengisian, selanjutnya penimbangan dilakukan dengan

mengambil beberapa kaleng berisi ikan dalam 1 pan secara acak oleh tim quality

control. Proses ini bertujuan untuk mengecek kebenaran berat pengisian yang

telah ditentukan oleh perusahaan. Berikut adalah Standar Operating Procedure

(SOP) untuk penimbangan ikan secara sampling :

1. Ambil beberapa kaleng dalam 1 pan secara acak

2. Timbang kaleng tersebut, kemudian cek kesesuaian hasil timbangan dengan

standar berat pengisian

3. Bila hasil pengecekan timbangan sesuai, maka dinyatakan lolos untuk proses

berikutnya

4. Bila timbangan lebih dari standar, maka kelompok yang bersangkutan harus

memperbaiki pengisian (potongan diganti dengan ukuran yang lebih kecil)

5. Bila timbangan kurang dari standar, maka kelompok yang bersangkutan harus

memperbaiki pengisian (potongan diganti dengan ukuran yang lebih besar)

Jika berat timbangan tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan, maka

kelompok yang bersangkutan harus memperbaiki pengisian. Perbaikan pengisian

tersebut dilakukan dengan cara mengurangi jumlah ikan apabila timbangan lebih

70
dari standar dan menambah jumlah ikan dalam kaleng apabila timbangan kurang

dari standar. Adapun penimbangan secara sampling ini memiliki kelemahan yaitu

tidak semua kaleng dipastikan beratnya. Menurut adawyah (2008), ketepatan berat

merupakan faktor ekonomis, karena dpaat mengurangi jumlah produk yang

terbawa. Ketepatan berat sangat penting karena proses sterilisasi selanjutnya

dipengaruhi oleh jumlah (volume/berat) produk dan juga akan menanamkan

kepercayaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan.

8. Pemasakan Awal
Proses pemasakan awal yang dilakukan di PT Maya Food Industries

dilakukan di dalam sebuah exhaust box. Berikut adalah Standar Operating

Procedure (SOP) untuk pemasakan awal :

1. Tekan tombol ON untuk menjalankan conveyor pada mesin

2. Atur kecepatan conveyor (18-22 menit/putaran)

3. Buka kran uap sampai mencapai 90 oC

4. Buka kran air pencucian bagian bawah kaleng (kecuali club can)

5. Ambil kaleng berisi ikan di atas pan, kemudian letakkan di atas conveyor satu

per satu berjajar sesuai lebar conveyor (untuk kaleng club can dimasukkan

dengan pan)

6. Tutup kran uap dan kran air pencucian bila kaleng sudah keluar semua

7. Tekan tombol OFF untuk mematikan conveyor

71
Panas yang digunakan untuk pemasakan awal berasal dari uap panas mesin

boiler yang dialirkan melalui pipa. Proses pemasakan awal ini dilakukan secara

otomatis dimana kaleng berisi ikan dimasukkan ke dalam exhaust box, diletakkan

di atas belt conveyor yang berjalan. Kaleng jenis silinder di letakkan dengan cara

menjajarkan satu per satu kaleng sesuai lebar conveyor. Berbeda halnya dengan

kaleng jenis club can dimana kaleng ini dimasukkan sekaligus dengan pan

sebagai wadah. Hal tersebut bertujuan untuk mempermudah proses berikutnya

(penirisan). Proses exhausting di PT Maya Food Industries dilakukan selama 20

menit dengan suhu 90°C dan telah sesuai dengan SNI 3548.3:2010. Proses ini

dapat digunakan untuk mempertahankan suhu di dalam kaleng sehingga proses

sterilisasi dapat berjalan lebih efektif, mendapatkan tekstur yang sesuai,

menginaktifkan enzim dan dapat membunuh mikroba lebih awal.

Setiap 30 menit, quality control melakukan pengecekan suhu ikan yang

keluar dari exhaust box. Suhu akhir ikan setelah proses pemasakan awal yang

menjadi standar di perusahaan ini adalah minimal 60 oC. Menurut Murniyati dan

Sunarman (2000), penghampaan merupakan proses pengeluaran udara dari dalam

kaleng. Salah satu tujuan penghampaan adalah mencegah pertumbuhan bakteri

aerob. Kondisi vakum (penghampaan) ini dapat tercapai dengan melakukan proses

pemasakan awal. Suhu yang tinggi dapat menyebabkan kondisi penghampaan

yang semakin tinggi. Oleh karena itu, suhu pusat ikan setelah pemasakan awal

tidak boleh kurang dari 60 oC.

Selain penghampaan, tujuan dari pemasakan awal ini adalah untuk

mengeluarkan air yang terdapat pada tubuh ikan. Proses pemasakan awal menurut

72
Adawiyah (2008) bertujuan untuk mengurangi tekanan di dalam kaleng sehingga

kaleng tidak pecah selama sterilisasi dan menghilangkan oksigen untuk

mengurangi kemungkinan oksidasi isi kaleng dan korosi di bagian dalam kaleng.

Sebagian besar oksigen dan gas lain harus dihilangkan dari bahan sebelum

dilakukan penutupan. Kaleng yang telah ditutup tidak diinginkan adanya oksigen

karena keberadaannya dapat bereaksi dengan bahan pangan atau bagian dalam

kaleng sehingga mempengaruhi mutu, nilai gizi, dan umur simpan produk.

9. Penirisan (Drying)
Penirisan merupakan suatu proses pembuangan atau pengeluaran air yag

terdapat dalam kaleng setelah selesai melalui proses pemasakan awal. Proses

penirisan dilakukan secara otomatis menggunakan alat berupa conveyor dengan

kemiringan tertentu yang merupakan satu rangkain utuh dengan exhaust box.

Proses yang dilakukan di perusahaan ini telah sesuai dengan SNI 3548.3:2010

dimana kaleng-kaleng akan bergerak di atas belt conveyor menuju alat penirisan

otomatis yang telah dirancang sehingga air dalam kaleng dapat keluar. Air di

dalam kaleng perlu dibuang agar saus yang akan dimasukkan tidak mengalami

perubahan rasa. Setelah itu kaleng akan kembali pada posisi semula untuk masuk

ke tahap berikutnya. Sementara itu, proses penirisan untuk kaleng jenis club can

dilakukan secara manual oleh pekerja. Satu pan kaleng jenis club can yang keluar

dari exhaust box ditiriskan dengan menggunakan wadah yang berlubang-lubang,

sehingga air dalam kaleng dapat keluar dan isi kaleng tidak ikut terbuang.

10. Pengisian Saus

73
Berikut Standar Operating Procedure (SOP) untuk pipa pengisian saus

tomat :

1. Buka kran pipa media untuk membuang sisa air yang kemungkinan

terkandung dalam pipa hingga keluar media yang panas

2. Tutup kran pipa media

3. Atur kemiringan conveyor sampai mencapai standar head space 3-4 mm.

4. Tekan tombol ON untuk menjalankan conveyor pembawa kaleng

5. Buka pipa kran media (kaleng akan diisi secara otomatis melalui kran)

6. Jika isi media kurang, maka ditambah dengan mengunakan cangkir

7. Jika isi media terlalu banyak atau penuh, maka isi dikurangi dengan

menggunakan sendok stainless

8. Tutup kran media apabila semua kaleng sudah terisi

9. Tekan tombol OFF untuk menghentikan conveyor

Saus yang digunakan sebagai medium terdiri atas campuran pasta tomat,

pengental, garam dan air. Saus ini diformulasikan di dalam sebuah ruangan khusus

yang mengalirkan saus ke ruangan produksi melalui pipa-pipa yang saling

terhubung. Sebelum proses pengisian saus dilakukan, kran pipa media perlu

dibuka untuk memastikan tidak adanya kandungan air di dalam pipa. Setelah

conveyor dinyalakan, baru kemudian pipa kran media dibuka dan kaleng akan

secara otomatis terisi saus melalui kran tersebut. Saus yang terisi kurang atau

terlalu banyak (penuh) biasanya terjadi ketika mesin mengalami masalah.

Sehingga untuk mengatasi hal tersebut, saus bisa ditambahkan dengan

74
menggunakan cangkir atau dikurangi dengan menggunakan sendok stainless. Hal

ini berlaku ketika mesin sedang diperbaiki.

Suhu saus pada saat diisikan ke dalam kaleng berkisar antara 60 oC-70 oC

dengan kekentalan yang berkisar antara 8-90 brix. Hal ini sesuai dengan SNI 01-

2712.2-1992, bahwa suhu medium tidak boleh kurang dari 60 °C, karena suhu

medium yang semakin tinggi dapat menyebabkan kondisi vakum yang juga

semakin tinggi. Pada suhu yang tinggi peluang udara yang terperangkap di antara

bagian produk dalam kaleng lebih kecil (Winarno, 1994 dalam Safitri, 2013). Hal

tersebut menyebabkan dilakukannya pengontrolan oleh staf quality control yang

meliputi suhu saus, kekentalan (brix), dan pengisian saus yang diawasi setiap 30

menit.

Penambahan saus ini berfungsi untuk memberikan cita rasa pada produk

kaleng dan juga untuk mengurangi waktu sterilisasi dengan cara meningkatkan

proses perambatan panas serta dapat mengurangi korosi kaleng dengan cara

menghilangkan udara (Adawyah, 2008). Hal tersebut sama dengan pendpat

Moeljanto (1992) yang menyatakan bahwa penggunaan saus dalam pengalengan

merupakan bagian yang tidak terpisahkan, dimana saus juga mempunyai fungsi

memperpendek waktu sterilisasi karena saus merupakan penghantar panas.

Sedangkan menurut Astawan (2005), Saus juga berfungsi untuk meningkatkan

derajat keasaman produk. Derajat keasaman yang tinggi dapat berfungsi sebagai

antimikroba alami yang dapat mengawetkan produk. Hal ini disebabkan karena

sebagian besar mikroorganisme patogen atau pembusuk tidak dapat bertahan

75
hidup pada kondisi asam (pH rendah). Selain fungsi di atas, saus juga berfungsi

untuk membantu proses penghamapaan udara dalam kaleng.

Kelebihan saus dikeluarkan melalui proses pemiringan posisi kaleng pada

conveyor sebesar 15°. Pengurangan jumlah saus yang berlebih ini bertujuan untuk

menciptakan head space pada kaleng. Head space berfungsi sebagai ruang

pemuaian udara saat proses sterilisasi. Menurut Adawyah (2008), besar head

space untuk produk kaleng ini ± 3 mm. Fungsi head space adalah membentuk

ruang kosong antara permukaan produk dengan tutup yang berfungsi sebagai

ruang cadangan untuk pengembangan produk selama proses sterilisasi agar tidak

menekan wadah karena dapat menyebabkan kaleng menjadi menggembung. Isi

kaleng yang terlalu penuh akan menyebabkan kaleng menjadi cembung yang

meskipun tidak menyebabkan kerusakan, tetapi dapat menurunkan mutunya

karena disangka busuk. Di samping itu, adanya ruang hampa tersebut akan

berguna untuk merapatkan penutupan kaleng. Ketika uap air mengembun di dalam

kaleng, maka tekanan di dalam ruang hampa menjadi turun sehingga tekanan

atmosfir dari luar akan menekan tutup kaleng dan penutupan menjadi kuat. Besar

headspace untuk setiap kaleng yang digunakan di PT Maya Food Industries

adalah 5-10 mm dari tinggi kaleng.

11. Penutupan Kaleng


Penutupan kalenng dilakukan secara otomatis oleh mesin penutup kaleng

yaitu mesin seamer dengan sistem double. Mesin ini dilengkapi dengan roll

pelipat dan roll perapat tutup kaleng. Berikut adalah Standar Operating

Procedure (SOP) untuk mesin seamer :

76
1. Siapkan tutup kaleng sesuai spesifikasi produk pada tempat yang tersedia pada

mesin

2. Tekan tombol ON pada panel dan biarkan mesin berjalan beberapa saat

menggunakan kaleng kosong untuk pemanasan mesin dan pemeriksaan

kesiapan mesin dan hasil seaming.

3. Tekan tombol ON untuk menjalankan conveyor pembawa kaleng berisi ikan

dan saus

4. Tekan tombol OFF untuk mematikan conveyor dan mesin tutup, jika semua

kaleng sudah tertutup

5. Bersihkan mesin tutup dan conveyor

6. Beri pelumas pada bagian seaming bell

Prinsip kerja alat seamer ini adalah merapatkan tutup kaleng pada badan

kaleng dengan lipatan ganda. Kaleng akan dibawa oleh feeder yang berputar dan

kaleng akan menyentuh guide yang secara langsung akan menggerakan tuas untuk

menarik pisau yang ada pada magazine (tempat tutup kaleng), separator

menurunkan satu buah tutup. Pada saat yang sama badan kaleng dibawa oleh

carrier yang bergerak secara bersamaan menuju base plate. Base plate naik dan

berpegangan pada chuck, setelah pegangan kuat rol 1 baru bekerja. Setelah itu

seaming rol 1 akan lepas dan masuk ke seaming rol 2 untuk operasi kedua, yang

bertujuan untuk membuat lipatan yang kedua. Seaming rol 2 akan mundur dan

kaleng dietekan oleh knock out yang selanjutnya akan keluar dan siap dicuci.

Jika proses penutupan kaleng tidak dilakukan dengan tepat maka berbagai

bentuk kerusakan produk akhir tidak dapat dihindarkan. Misalnya kasus

77
kebocoran kaleng akibat proses double seaming yang tidak tepat. Kebocoran

kaleng menjadi pintu masuk mikroba dari lingkungan sehingga menimbulkan

kerusakan produk. Untuk memastikan bahwa proses double seaming yang

dilakukan benar, tim quality control melakukan pemeriksaan 2 jam saat sebelum

proses seaming dimulai. Pemeriksaan dilakukan terhadap komponen width (W),

thickness (T), countersink (CS), body hook (BH) dan cover hook (CH). Width (W)

merupakan komponen yang menunjukkan lebar sambungan kaleng. Thickness (T)

adalah komponen yang menunjukkan ketebalan lipatan tutup kaleng. Countersink

(CS) merupakan tinggi lipatan dari permukaan tutup. Body hook (BH) merupakan

panjang lipatan badan kaleng. Sedangkan cover hook (CH) merupakan panjang

lipatan tutup kaleng. Pemeriksaan komponen-komponen tersebut bertujuan untuk

menentukan kerapatan penutupan kaleng (overlap). Penentuan overlap ini

merupakan cara untuk menentukan baik atau buruknya proses penutupan kaleng.

Adapun rumus untuk menentukan nilai overlap kaleng (%) yaitu sebagai berikut :

BH + CH + EPT - W
% Overlap = x 100%
W - (2 EPT + BPT)

Keterangan :
EPT adalah ketebalan tutup kaleng
BPT adalah ketebalan badan kaleng

78
Gambar 3.45. Komponen Sambungan Ganda Kaleng
(Sumber : 01-2372.4-2006)

12. Pencucian Kaleng (Can Washing)


Setelah proses penutupan kaleng selesai, kaleng-kaleng tersebut akan

berjalan menuju tempat pencucian otomatis melalui conveyor yang terbuat dari

stainless steel hingga melewati pipa-pipa yang menyemprotkan air hangat. Air

tersebut berfungsi menghilangkan sisa saus yang masih menempel pada kaleng.

Setelah itu kaleng akan memasuki mesin pencucian kaleng dalam posisi

horizontal. Adapun Standar Operating Procedure (SOP) untuk pencucian kaleng

produk jadi adalah sebagai berikut :

1. Bak diisi air hingga penuh

2. Buka kran uap untuk memanaskan air sampai 80 oC

3. Campurkan sabun ke dalam air panas

4. Jalankan pompa air dengan menekan tombol ON

5. Setelah selesai pencucian, matikan pompa air dengan menekan tombol OFF

Prinsip kerja alat ini adalah pencucian kaleng dengan menggunakan air

bertekanan. Penyemprotan air dilakukan baik secara vertikal maupun horizontal

untuk membersihkan badan kaleng maupun tutup kaleng. Suhu air yang

digunakan untuk mencuci kaleng adalah 70-80 oC. Air tersebut bercampur dengan

detergen atau cairan pembersih yang berfungsi untuk membersihkan sisa-sisa

saus, minyak, dan kotoran-kotoran lain yang menempel pada kaleng. Adapun

cairan pembersih kaleng yang digunakan adalah cairan pembersih dengan merek

79
“Mama Lime”. Menurut Muchtadi (1995), kaleng yang diisi dengan daging atau

ikan akan meninggalkan kesulitan dalam proses pencucian atau pembersihan,

karena minyak atau kaldu yang digunakan sebagai medium yang menempel pada

bagian luar kadang lebih sulit dihilangkan. Apabila terdapat banyak lemak yang

menempel pada permukaan kaleng, sebaiknya digunakan larutan alkali encer atau

detergen.

Setelah proses pencucian selesai, secara otomatis kaleng akan menuju ke

keranjang penampungan yang terdapat di dalam bak penampung air. Tujuan dari

penggunaan air dalam proses ini adalah untuk mencegah terjadinya gesekan antar

kaleng yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan mekanik ketika kaleng

ditampung di dalam keranjang. Keranjang penampung diangkat dengan katrol

ketika sudah terisi penuh untuk memasuki proses sterilisasi.

13. Sterilisasi
Sterilisasi merupakan operasi yang paling penting dalam pengalengan

makanan dan merupakan critical control point ketiga dalam pengolahan ikan

kaleng di PT Maya Food Industries. Sterilisasi tidak hanya bertujuan untuk

menghancurkan mikroba pembusuk dan patogen, tetapi juga berguna untuk

membuat produk menjadi cukup masak, yaitu dilihat dari penampilannya,

teksturnya dan cita rasa sesuai yang diinginkan. Oleh karena itu, proses

pemanasan ini harus dilakukan pada suhu yang cukup tinggi untuk

menghancurkan mikroba, tetapi tidak boleh terlalu tinggi karena dapat membuat

produk menjadi over cooking (Muchtadi, 1994; Utami, 2012).

Berikut adalah Standar Operating Procedure (SOP) untuk retort manual :

80
1. Masukkan keranjang kosong ke dalam bak penampung yang berisi air

2. Kaleng dari mesin pencuci ditampung dalam keranjang sampai penuh

3. Keranjang berisi penuh dengan kaleng diangkat dengan katrol dan diletakkan

di atas lory

4. Beri identitas (retort tag/label) disetiap keranjang tersebut

5. Masukkan keranjang ke dalam mesin retort

6. Tutup mesin retort

7. Siapkan kertas recording

8. Buka kran uap untuk venting sampai suhu 105 oC selama 10 menit

9. Tutup kran venting dan kran pembuangan uap

10. Naikkan suhu sesuai yang ditetapkan

11. Pertahankan kondisi suhu dengan mengatur kran selama waktu yang

ditentukan

12. Setelah proses sterilisasi selesai, lakukan proses pendinginan dalam retort

dengan menutup kran uap dan kran bleeder

13. Buka kran air (inlet) bersamaan dengan kran compresor angin sesuai dengan

tekanan semula

14. Atur tekanan dengan membuka san menutup kran compresor angin

15. Setelah suhu air dalam retort turun menjadi 50 oC, air dibuang dengan

membuka kran air (outlet)

16. Buka bleeder, kran venting dan tutup kran inlet air

17. Buka pintu retort

18. Tarik keranjang keluar dari retort dengan kuat

81
19. Pindahkan keranjang dengan katrol ke dalam bak pendingin

Proses sterilisasi diawali dengan proses venting untuk mencapai suhu 105

°C selama 10 menit. Venting merupakan proses pengeluaran udara dari dalam

retort melalui saluran pembuangan dengan menggunakan udara panas sehingga

uap panas sebagai mediator dapat masuk ke dalam retort melalui steam. Setelah

itu dilanjutkan dengan holding time. Holding time merupakan proses sterlisasi

yang sesungguhnya yaitu proses pemanasan dengan menggunakan uap panas

dengan suhu berkisar antara 115-117 °C selama 80-100 menit. Proses terakhir dari

sterilisasi ini adalah pendinginan (cooling), yaitu proses pendinginan yang

dilakukan di dalam retort dengan cara menyemprotkan air dingin ke dalam retort.

Tekanan retort yang digunakan dalam proses setrilisasi adalah 0,75 kg/cm2,

sedangkan suhu retort dan lamanya proses sterilisasi untuk setiap jenis produk

berbeda-beda tergantung dari jenis ikan dan ukuran kaleng yang digunakan.

Lamanya proses sterilisasi untuk produk dengan ukuran kaleng 300 yaitu selama

90 menit dengan suhu 117 oC dan produk dengan ukuran kaleng 200 yaitu 80

menit dengan suhu 117 oC.

Menurut Astawan (2005), diantara bakteri-bakteri yang berhubungan

dengan pengalengan ikan, Clostridium botulinum adalah yang paling berbahaya.

Bakteri tersebut dapat menghasilkan racun botulin dan membentuk spora yang

tahan panas. Pemanasan selama empat menit pada suhu 120 °C atau 10 menit

pada suhu 115 °C sudah cukup untuk membunuh semua strain C. botulinum (A-

C). Karena sifatnya yang tahan panas, jika proses pengalengan dilakukan secara

tidak benar, bakteri tersebut dapat aktif kembali selama penyimpanan. Selain itu,

82
ikan termasuk ke dalam makanan golongan berasam rendah, yaitu mempunyai

kisaran pH 5,6-6,5. Adanya penambahan saus pada proses pengalengan ikan dapat

meningkatkan derajat keasaman (menurunkan pH), sehingga produk dalam kaleng

menjadi awet. Pada tingkat keasaman yang tinggi, Clostridium botulinum tidak

dapat tumbuh. Selain itu, suhu sterilisasi yang digunakan pada pengalanegan ikan

di PT Maya Food Industries ini sesuai dengan pendapat Murniyati dan Sunarman

(2000) yang menyatakan bahwa suhu sterilisasi yang digunakan biasanya berkisar

antara 115 – 120 °C dan waktunya 1 – 1 ½ jam, tergantung pada jenis ikan dan

ukuran kaleng yang digunakan.

14. Pendinginan
Setelah proses sterilisasi selesai, kaleng memasuki tahap pendinginan

untuk mencegah over cooking yang dapat mempengaruhi organoleptik produk.

Hal ini sesuai dengan pendapat Muchtadi (1995) yang menyatakan bahwa

pendinginan harus segera dilakukan dengan cepat setelah melalui proses sterilisasi

dengan tujuan untuk mencegah over cooking atau over processing (pemasakan

terlalu lanjut) sehingga diperoleh keseragaman terhadap produk akhir.

Pendinginan yang dilakukan di perusahaan ini terdiri dari dua tahap yaitu

pendinginan dalam retort dan di dalam bak pendingin. Sterilisasi dilakukan dalam

retort sampai suhunya turun dari 150 °C menjadi 50 °C. Pendinginan dilakukan

dengan menyemprotkan air selama 20 menit. Hal ini sesuai dengan SNI

3548.3:2010 bahwa penyemprotan bertujuan untuk mencegah terjadinya over

cooking atau over processing (Kurniawati, 2014). Pendinginan dilanjutkan di bak

pendingin selama 15-20 menit sampai suhu mencapai 35-40°C dengan keadaan

83
kaleng masih berada di dalam keranjang besi yang dipindahkan dari retort dengan

bantuan katrol. Setelah proses selesai, keranjang besi diangkat kembali

menggunakan katrol untuk ditiriskan.

Menurut Adawyah (2008), kaleng harus segera didinginkan setelah proses

sterilisasi selesai untuk memperoleh keseragaman (waktu dan suhu) dalam proses

dan untuk mempertahankan mutu produk akhir. Pendinginan dilakukan sampai

suhu kaleng berada sedikit di atas suhu kamar (35-40°C) dengan maksud agar air

yang menempel pada dinding wadah cepat menguap sehingga terjadinya karat

dapat dicegah, serta mencegah tumbuhnya spora-spora dari bakteri perusak bahan

pangan yang belum mati (Hudaya, 2008).

Metode pendinginan yang diterapkan di PT MFI ini telah sesuai dengan

pendapat Murniyati dan Sunarman (2000) yang menyatakan bahwa proses

pendinginan dapat dilakukan dengan metode sebagai berikut :

1) Di luar retort dengan air, yaitu kaleng dimasukkan ke dalam bak berisi air

dengan bantuan conveyor. Cara ini dapat dilakukan dengan cepat (15 menit)

dan dapat menghindari kerusakan-kerusakan akibat over cooking.

2) Di luar retort dengan udara, yaitu kaleng panas diletakkan di dalam ruangan

dan dibiarkan dingin. Denga cara ini tidak diperlukan peralatan khusus.

Metode ini banyak dilakukan meskipun terjadinya over cooking sangat besar.

3) Di dalam retort dengan air, yaitu kaleng selesai disterilisasi, ke dalam retort

dimasukkan air bercampur uap air atau udara. Cara ini harus dilakukan dengan

hati-hati karena memungkinkan kaleng pecah akibat tekanan dalam kaleng

lebih besar daripada di luar kaleng.

84
Setelah pendinginan, kaleng harus dikeringkan dengan sempurna untuk

mencegah terjadinya pembentukkan karet (korosi).

15. Pengkodean (coding)


Kaleng-kaleng yang telah dingin dilewatkan menggunakan katrol menuju

ruang pengemasan. Kaleng-kaleng tersebut diletakkan di atas belt conveyor secara

perlahan dan diatur posisinya sehingga kaleng bagian bawah menjadi posisi atas.

Benturan antar kaleng tidak dapat dihindarkan sehingga seringkali ditemukan

kasus banyaknya kaleng yang mengalami kerusakan mekanik seperti adanya

kaleng penyok. Kaleng seperti ini disortir dan dipisahkan.

Proses pengkodean dilakukan dengan menggunakan mesin printer

otomatis yang disebut video jet dengan cara melewatkan kaleng dalam posisi

berdiri di bawah mesin. Prinsip kerja dari mesin ini adalah penyemprotan tinta

melalui nozel yang telah diatur menggunakan sensor logam yang terpasang pada

jalur aliran kaleng. setelah melewati lampu labeling terdapat lampu neon yang

dipasang berdekatan dengan sisi tutup kaelng dengan tujuan mempercepat

pengeringan tinta yang baru saja disemprotkan. Pemberian kode atau label

ditempatkan pada permukaan tutup kaleng yang harus dalam kondisi bersih. Hal

tersebut bertujuan agar pengkodean yang dihasilkan tercetak jelas.

16. Pengemasan (packaging)


Pengemasan dilakukan setelah proses pengkodean dengan tujuan untuk

mempermudah dalam proses penyimpanan dan pendistribusian. Proses

pengemasan produk jadi yang dilakukan PT Maya Food Industries sudah cukup

85
baik, dimana proses ini dilakukan secara manual. Produk dikemas dalam karton

kemudian ditutup dengan melekatkan lakban pada bagian atas (tutup karton).

Pengemasan disempurnakan dengan pemberian pita pelekat plastik (streping

band) yang dilakukan oleh mesin otomatis, sehingga keamanan produk benar-

benar terjaga. Selanjutnya kaleng diletakkan di atas palet untuk dipindahkan

menggunakan forklift menuju gudang penyimpanan.

17. Inkubasi
Inkubasi dilakukan di dalam gudang penyimpanan selama 14 hari.

Inkubasi bertujuan untuk melihat kerusakan pada kaleng. Hal ini sesuai dengan

SNI 3548.3:2010 yang menyatakan bahwa inkubasi dilakukan selama dua minggu

pada suhu ruang dalam posisi terbalik (Kurniawati, 2014). Kaleng yang diinkubasi

diberi keterangan yang bertuliskan “Incubation”. Kerusakan pada kaleng dapat

dilihat dari adanya karton yang basah setelah 14 hari. Hal ini mengindikasikan

adanya kebocoran kaleng. Sementara itu jika selama 14 hari tidak ditemukan

adanya kerusakan kaleng, maka penyimpanan kaleng akan tetap berlangsung.

Selain inkubasi, pengujian terhadap produk akhir yang dihasilkan juga

dilakukan oleh PT Maya Food industries sebelum produk tersebut didistirbusikan.

Pengujian yag dilakukan perusahaan meliputi :

1. Pengecekan kondisi kaleng

2. Berat bersih produk akhir dalam kaleng (filling weight) dan berat total (total

wieght)

3. Tingkat kevakuman kaleng dengan menggunakan vacummeter can taster

86
4. Pengujian saus yang meliputi rasa, warna, kekentalan dan pH

5. Jumlah ikan dalam kaleng dan uji organoleptik yang meliputi rasa, tekstur dan

tingkat kesegaran

Sementara itu, pengujian mikrobiologi terhadap produk akhir dilakukan di

dalam dan luar perusahaan. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui ada atau

tidak adanya kontaminasi mikroorganisme terhadap produk yang dihasilkan.

Adapun beberapa mikroorganisme yang diuji adalah bakteri Clostridium

botulinum, Escherichia coli, Salmonella dan total mikroba.

18. Penyimpanan Produk Jadi


Karton-karton yang berisi kaleng diletakkan di atas pallet dengan tujuan

untuk menghindari kontak langsung dengan lantai. Penempatan karton didasarkan

atas merk masing-masing produk. Gudang penyimpanan yang dimiliki perusahaan

dibangun dengan konstruksi yang dapat mencegah terjadinya perubahan suhu dan

udara dalam gudang secara tiba-tiba yang dapat berpengaruh terhadap produk.

Proses penyimpanan tersebut akan terus berlangsung hingga karton siap untuk

didistribusikan menggunakan truck container.

3.2. Fokus & Pelaksanaan Kerja


Metode pengumpulan data yang digunakan pada pelaksanaan Praktek

Kerja Lapangan ini adalah metode primer dan sekunder. Metode primer dilakukan

dengan teknik observasi, wawancara dan partisipasi aktif. Bentuk partisipasi aktif

yang dilakukan yaitu dalam proses thawing, pemotongan, penyiangan, pencucian

ikan, pengisia, penimbangan, pengkodean dan pengemasan serta kegiatan sanitasi

87
yaitu pencucian peralatan pengolahan. Sementara itu metode sekunder dilakukan

dengan mengumpulkan berbagai sumber pustaka yang mendukung data primer.

3.3. Kendala Yang Dihadapi


Proses produksi tidak berlangsung setiap hari, sehingga hal tersebut

menghambat proses pengumpulan data serta pengamatan langsung di ruang

produksi.

3.4. Cara Mengatasi Kendala


Cara mengatasi kendala dilakukan dengan menambah data pendukung

selain pengamatan langsung dengan melakukan wawancara kepada supervisor

terkait, tim quality control dan kepala produksi. Selain itu, pengumpulan data

lainnya yang masih berkaitan dengan produksi juga dilakukan ketika proses

produksi tidak berlangsung seperti wawancara dengan marketing, PPIC, HRD dan

lain sebagainya.

BAB IV
KESIMPULAN

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan Praktik Kerja Lapangan yang dilakukan di PT

Maya Food Industries dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Setiap tahapan dalam proses pengalengan ikan di PT Maya Food Industries

mengacu pada standar yang berlaku di Indonesia seperti SNI.

2. Proses produksi diawali dengan tahap penerimaan bahan baku utama dan

bahan baku pendukung. Bahan baku utama yang digunakan adalah ikan jenis

88
lemuru, sembulak, jui dan scomber, sedangkan bahan baku pendukung antara

lain bahan pembuatan saus tomat dan bahan pengemas (kaleng dan karton).

3. Sanitasi dan Higiene di PT Maya Food Industries secara umum telah sesuai

dengan Sanitation Standart Operating Procedure (SSOP), meskipun masih

ada bebarapa prosedur yang tidak dilakukan oleh pekerja.

4. Secara umum proses pengalengan ikan di PT Maya Food Industries telah

sesuai dengan Standart Operating Procedure (SOP) yang ditentukan, terbukti

dari kualitas produk yang dihasilkan.

4.2. Saran
Berdasarkan hasil kegiatan Praktik Kerja Lapangan yang dilakukan di PT

Maya Food Industries terdapat beberapa saran yang diajukan kepada perusahaan

yaitu :

1. Peralatan yang digunakan dalam proses pemotongan ikan yaitu pisau harus

tajam dan tidak berkarat, maka diperlukan pekerja untuk mengasah pisau saat

perusahaan tidak produksi sehingga pisau dapat mengefektifkan kerja

karyawan.
2. Perlu dilakukan pelatihan rutin mengenai pentingnya menjaga sanitasi untuk

pegawai yang berhubungan langsung dengan pengolahan, agar pegawai tetap

berkomitmen untuk menerapkan sanitasi.

89
DAFTAR PUSTAKA

Adawyah, R., 2008. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Bumi Aksara. Jakarta.
Afrianto, E. dan E. Liviawaty, 1989. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta.
Astawan, M., 2005. Teknologi Pengolahan Pangan: Ikan Kalengan Tetap Kaya
Gizi. http://web.ipb.ac.id.(Diakses pada 7 September 2017).
Badan Standarisasi Nasional, 1992. SNI 01-2712.2-1992 Tentang Penanganan dan
Pengolahan Ikan Tuna dalam Kaleng. Badan Standarisasi Nasional.
Jakarta.
, 2013. SNI 2729-2013 Tentang Ikan Segar. Badan
Standarisasi Nasional. Jakarta.
, 2006. SNI 2372.4 : 2006 Tentang Penanganan dan
Pengolahan : Ikan Pelagis Kecil Media Sau Tomat dalam Kaleng-Bagian 3.
Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.

90
, 2010. SNI 3548.3 : 2010 Tentang Cara Uji Fisika-
Bagian 4 : Pemeriksaan Kemasan Kaleng Produk Perikanan. Badan
Standarisasi Nasional. Jakarta.
, 2014. SNI 4110-2014 Tentang Ikan Beku. Badan
Standarisasi Nasional. Jakarta.
Hudaya, S., 2008. Tahapan Proses Pengalenga. Pelatihan Teknologi Pengolahan
Hasil Pertanian Pengolahan dan Pengawetan Pangan, 13 Oktober 2008.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), 2011. KKP Perbarui Impor
Perikanan. http;//www.kkp.go.id/ (Diakses pada tanggal
Koswara, S., 2009. Pengolahan Pangan dengan Suhu Rendah.
http//tekpan.unimus.ac.id/ Diakses pada 2 September 2017.
Kurniawati, K., 2014. Teknik Pengolahan Ikan Sarden (Sardinella Sp.) Dalam
Produk Kaleng Di PT. Maya Food Industries Pekalongan, Jawa
Tengah. Laporan PKL. Fak ultas Perikanan dan Kelautan. Universitas
Airlangga. Surabaya.
Moeljanto, 1992. Pengawetan dan Pengolahan Hasil Perikanan. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Muniyarti dan Sunarman, 2000. Pendinginan, Pembekuan dan Pengawetan
Makanan Ikan. Penerbit Kaniius. Yogyakarta.
Safitri, W. N. A., 2013. Pengalengan Ikan Tuna ”Pasific Queen”.
http://widyanuradinasafitri.blog.ugm.ac.id (Diakses 13 September 2017).
Utami, R., 2012. Karakteristik Pemanasan pada Proses Pengalengan Gel Cincau
Hitam (Mesona palustris). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.

91

Anda mungkin juga menyukai