Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ikan gurami (Osphronemus gouramy) merupakan ikan asli perairan Indonesia


yang sudah menyebar ke seluruh perairan Asia Tenggara dan Cina. Masyarakat
Indonesia sudah lama mengenal ikan gurami, rasa dagingnya yang gurih dan lezat
sangat digemari masyarakat. Ikan gurami termasuk salah satu dari 12 komoditas
untuk pemenuhan gizi masyarakat. Ikan gurami banyak dikembangkan oleh para
petani, hal ini dikarenakan permintaan pasar yang cukup tinggi dan pemeliharaannya
yang relatif mudah (Ricky, 2008).
Ikan gurami juga memiliki bentuk fisik khas badannya pipih, agak panjang
dan lebar. Badanya tertutup sisik yang kuat dengan tepi agak kasar, mulutnya kecil,
letaknya miring tidak tepat di bawah ujung moncong, bibir bawahnya terlihat
menonjol sedikit dibandingkan bibir atas, ujung mulutnya dapat disembulkan
sehingga tampak moncong. Penampilan ikan gurami dewasa berbeda dengan yang
masih muda. Perbedaan itu dapat diamati berdasarkan ukuran tubuh, warna, bentuk
kepala, dan dahi. Warna ikan gurami muda jauh lebih menarik dibandingkan ikan
gurami dewasa. Ikan gurami yang muda terdapat delapan buah garis tegak. Bintik
gelap dengan pinggiran berwarna kuning atau keperakan terdapat pada bagian tubuh
diatas sirip dubur dan pada dasar sirip dada terdapat bintik hitam (Sitanggang dan
Sarwono, 2001).
Ikan gurami merupakan salah satu jenis ikan budidaya yang termasuk dalam
10 jenis ikan yang menjadi target peningkatan produksi perikanan budidaya 353 %
pada tahun 2009-2014 (Standart Nasional Indonesia, 2006). Di sisi lain ikan gurami
merupakan jenis ikan herbivora dan memiliki harga jual yang relatif tinggi. Produksi
ikan gurami secara nasional meningkat sebesar 103,16% dari tahun 2006 ke tahun
2010, dengan rincian produksi sebanyak 27.235 ton (2006), 31.819 ton (2007),
33.737 (2008), 42.572 (2009), serta 55.331 ton (2010). Selanjutnya, data tersebut
dirinci dari produksi lima provinsi penghasil ikan gurami terbesar di Indonesia pada
tahun 2010, yaitu Jawa Barat (12.970 ton/tahun; 27,80%), Sumatera Barat (10.660
ton/tahun; 22,85%), Jawa Timur (9.525 ton/tahun; 20,41%), Jawa Tengah (7.475

1
ton/tahun; 16,02%), dan DI Yogyakarta (6.031 ton/tahun; 12,93%) (Kementrian
Kelautan dan Perikanan, 2011).
Ikan gurami terkenal dengan pertumbuhan yang lambat sehingga hal ini
memberikan peluang bagi para pembudidaya untuk lebih mengembangkan cara
budidaya yang baik, praktis, dan efisien untuk mempercepat laju pertumbuhan ikan
gurami. Kegiatan pemeliharaan ikan gurami terbagi atas segmentasi pemeliharaan
yang panjang, mulai dari proses pemijahan yang menghasilkan telur hingga proses
pendederan yang terdiri beberapa tahapan pendederan sampai tahap pembesaran dan
panen. Ikan gurami merupakan salah satu jenis ikan konsumsi yang sudah cukup
dikenal dan banyak diminati di Indonesia, karena ikan gurami memiliki beberapa
kelebihan yaitu rasa daging yang enak, pemeliharaan mudah, dan harga relatif stabil
(Marilin, 2015).
Hasil produksi ikan gurami yang kurang memuaskan menjadi salah satu
penyebab rendahnya tingkat perkembangan jumlah produksi ikan gurami. Saparinto
(2008), menyatakan bahwa umumnya pola atau teknik budidaya yang digunakan oleh
para pembudidaya masih dilakukan secara tradisional. Hal tersebut juga dapat dilihat
dari kondisi perairan yang tidak baik, konstruksi kolam tidak teratur, dan teknik
produksi yang kurang memenuhi standard.

B. Dasar Hukum
Adapun landasan hukum pelaksanaan Prakerin adalah:
1. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2. PP. Nomor: 29/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
3. Kep. Menaker No: 285/MEN/1991 tentang Pelaksanaan Permagangan
Nasional
4. PP No: 39/1991 tentang peranan Masyarakat dalam Pendidikan
Nasional
5. Surat Keputusan Mendikbud Nomor: 0490/U/1992 tentang Sekolah
Menengah Kejuruan
6. Surat Keputusan Mendikbud No: 080/U/1993 tentang Kurikulum
SMK sebagaimana telah diubah menjadi Kurikulum SMK Edisi 1999
7. Surat Keputusan Kepala SMK Negeri 1 Kuok

2
C. Tujuan PKL

Tujuan Prakerin Sebagai berikut::

1. Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional, yaitu


tenaga kerja yang memiliki tingkat pengatahuan, keterampilan dan etos
kerja yang sesuai dengan tuntunan lapangan kerja.
2. Memperkokoh hubungan keterkaitan dan kesepadanan (Link and match)
antara SMK dan Industri.
3. Meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja
yang berkualitas profesional.
4. Memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja
sebagai bagian dari proses pendidikan.

D. Manfaat PKL
Kerjasama antara SMK dengan dunia usaha/industri atau instansi
dilaksanakan dalam prinsip saling membantu, saling mengisi, dan saling
melengkapi untuk keuntungan bersama.
Berdasarkan prinsip ini, pelaksanaan Praktik Kerja Industri (Prakerin)
akan memberi nilai tambah bagi pihak-pihak yang bekerjasama, sebagai berikut:

a. Manfaat Bagi Industri


Penyelanggaraan Prakerin memberi keuntungan nyata bagi industri
antara lain:
1. Perusahaan dapat mengenal kualitas peserta Prakerin yang
belajar dan bekerja di industri.
2. Umumnya peserta Prakerin telah ikut dalam proses produksi
secara aktif sehingga pada pengertian tertentu peserta Prakerin
adalah tenaga kerja yang memberi keuntungan.

3
3. Perusahaan dapat memberi tugas kepada peserta Prakerin untuk
kepentingan perusahaan sesuai kompetensi dan kemampuan
yang dimiliki.
4. Selama proses pendidikan melalui kerja industri, peserta
prakerin lebih mudah diatur dalam hal disiplin berupa
kepatuhan terhadap peraturan perusahaan. Karena itu, sikap
peserta prakerin dapat dibentuk sesuai dengan ciri khas tertentu
industri.
5. Memberi kepuasan bagi dunia usaha/dunia industri karena
diakui ikut serta menetukan hari depan bangsa melalui Praktik
Kerja Industri (Prakerin).

b. Manfaat Bagi Sekolah


Tujuan pendidikan untuk memberi keahlian professional
bagi peserta didik lebih terjamin pencapaiannya. Terdapat
kesesuaian yang lebih pas antara program pendidikan dengan
kebutuhan lapangan kerja (sesuai dengan prinsip Link and Match).
Memberi kepuasan bagi penyelenggaraan pendidikan sekolah
karena tamatannya lebih terjamin memperoleh bekal yang
bermanfaat, baik untuk kepentingan tamatan, kepentingan dunia
kerja, dan kepentingan bangsa.

c. Manfaat Bagi Praktikum/Peserta Didik


Hasil belajar peserta Praktik Industri akan lebih bermakna,
karena setelah tamat akan betul-betul memiliki keahlian
profesional sebagai bekal untuk meningkatkan taraf hidupnya dan
sebagai bekal untuk pengembangan dirinya secara berkelanjutan.
Keahlian profesional yang diperoleh dapat mengangkat
harga diri dan rasa percaya diri tamatan, yang selanjutnya akan

4
mendorong mereka untuk meningkatkan keaglian profesionalnya
pada tingkat yang lebih tinggi.

5
BAB II

GAMBARAN PERUSAHAAN

A. Struktur Organisasi BBIL Bangkinang

Sec ara struktur organisasi Balai Benih Ikan Lokal Bangkinang


berada di bawah Balai Benih Perikanan Dinas Perikanan dan Kelautan
Provinsi Riau, terdiri dari kepala balai, tata usaha, dan bagian pelayanan
teknik.

a. Tata Usaha
Bagian tata usaha mempunyai tugas melaksanankan penyusunan
rencana program dan angaran, pengolahan administrasi keuangan,
kepegawaian, persuratan dan pengaturan penggunaan barang milik
negara.

b. Bagian pelakanan teknik


Bagian pelayanan teknik mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
standar teknik, alat dan mesin pembenihan, pembudidayaan,
pengendalian hama dan penyakit ikan air ta/ar, pengendalian
lingkungan dan sumberdaya induk dan benih ikan air tawar, kegiatan
pengkajian, penerapan teknik dan pemantauan, serta  pengawasan
pembenihan dan pembudidayaan ikan air tawar.

B. Letak Geografis BBIL Bangkinang

Secara geografis terletak pada Desa Langgini Kecamatan


Bangkinang kota Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Jarak dari SMKN 1
Kuok hingga daerah ini sekitar 11 KM atau dapat ditempuh sekitar 30-40
menit menggunakan kendaraan pribadi.

C. Prosedur Pekerjaan BBIL Bangkinang

Prakter Kerja Industri (PRAKERIN) ini dilakukan dengan bersama-


sama antara Siswa, dan pembimbing BBIL Bangkinang, Kampar Provinsi
Riau dengan ketentuan yang sudah ditetapkan sehingga tidak mengganggu
kelancaran kerja perusahaan.
6
Adapun metode pelaksanaannya sebagai berikut :
1. Metode Observasi, yaitu siswa terjun kelapangan dan mengambil
proses yang terjadi dan siswa juga berpartisipasi dalam setiap kegiatan
di lapangan.
2. Metode wawancara, yaitu siswa bertanya langsung dengan pihak
terkait dan orang-orang yang bertanggung jawab dalam proses yang
ada di perusahaan dan masalah yang ada dilapangan.
3. Metode Studi Literatur, yaitu menggunakan berbagai literature yang
dapat memperkuat isi tulisan seperti jurnal dan litarature lainnya yang
berkaitan dengan judul penulis. Rekap jurnal kegiatan Praktek Kerja
Industri (PRAKERIN).

Adapun tata tertib dan pekerjaan di BBI Sipungguk sebagai


berikut:
1. Membersihkan kolam ikan setiap 1 kali seminggu, berfungsi agar
kolam agar bersih dan terhindar dari hama.
2. Pemberian pakan setiap pagi, siang, dan sore, agar ikan tetap tumbuh
berkembang dan mendapatkan protein dan nutrisi yang cukup.
3. Menjaga kolam pada siang hari, karena daerah Prakerin ini di dekat
persawahan, jadi sangat sering sekali kerbau datang dan efeknya bisa
membuat pematang kolam menjadi bocor, karena pematang di kolam
ini berlumpur dan sangat rendah.
4. Selalu datang pagi jam 08.00 WIB dan istirahat jam 11.00 – 13.00
WIB. Pulang pada jam 16.00 WIB setiap hari senin sampai kamis, dan
11.00 WIB pada hari jumat dan sabtu.

7
BAB III

KOMPETENSI HASIL PKL

A. Kompetensi yang dikerjakan


 Mengelola kualitas air pada pembesaran komoditas perikanan.
 Melakukan pemberian pakan pada pembesaran komoditas perikanan.
 Melakukan pengendalian hama dan penyakit pada pembesaran komoditas
perikanan.
 Melakukan pembesaran komoditas air tawar dan cara budidaya ikan yang
baik (CBIB).
 Melakukan pemanenan hasil pembesaran komoditas perikanan.

B. Peralatan PKL
Peralatan merupakan prasarana pembesaran ikan gurami alat-alat
pendukung kegiatan selama budidaya ikan gurami. Alat-alat yang digunakan
selama Praktik kerja magang di kelompok budidaya ikan air tawar BBIL
Bangkinang menggunakan alat seperti ember, jaring, seser, sorok, dan bak.
Gambar alat-alat selama budidaya pembesaran ikan gurami dapat dilihat pada
Gambar 6 dan dapun fungsi dari alat-alat adalah :
 Ember : sebagai alat untuk membuang kotoran pada kolam.
 Jaring : sebagai alat mengambil ikan dalam skala besar.
 Seser: sebagai alat mengambil ikan dalam skala kecil.
 Sorok : sebagai alat membantu membersikan kotoran pada kolam.
 Bak: sebagai alat wadah sementara saat penyortiran ikan gurami.

8
C. Langkah-langkah
1. Persiapan Kolam
a. Pengeringan Kolam
Pada budidaya pembesaran ikan gurami persiapan kolam dilakukan
pertama kali yaitu kegiatan pengeringan kolam. Fungsi dari pengeringan
kolam adalah untuk memutus rantai hidup organisme-organisme yang
merugikan di dalam kolam budidaya. Pengeringan kolam dilakukan
minimal 2 hari, namun itu tergantung dari kondisi cuaca. Pada hasil
budidaya pembesaran ikan gurami yang dilakukan di BBIL Bangkinang
pengeringan dilakukan selama 3 hari. Proses pegeringan kolam ada
beberapa tahap yaitu mulai dari penggurasan air kolam, pembersihan
kolam, pembenahan pematang kolam, dan perbaikan kolam pasca panen.
Untuk membersihkan kolam dibutuhkan alat-alat seperti sabit, ember,
sorok, diesel, jarum, dan benang. Langkah pertama yaitu mengguras sisa
air kolam pasca budidaya menggunakan diesel, kegiatan ini dilakukan
pada pukul 07.00 WIB.
Saat waktu penggurasan dilakukan juga penyorokan pada bagian
dasar kolam menggunakan alat sorok gunanya untuk mendekatkan
membuang sisa-sisa kotoran dan lumpur yang ada pada dasar kolam yang
nantinya akan disedot dengan diesel. Setelah kegiatan penggurasan air
kolam kita lakukan perbaikan pematang dan membersihkan rumput
menggunakan sabit serta penjahitan pada kolam yang bocor menggunakan
jarum dan benang. Proses pengeringan kolam budidaya pembesaran ikan
gurami dapat disajikan pada Gambar 9. Sunarya (2007) menjelaskan
persiapan kolam diawali dengan pengeringan kolam selama 3-7 hari,
tujuan pengeringan adalah untuk membunuh bibit penyakit yang ada di
kolam. Kegiatan lain yang perlu dilakukan saat persiapan kolam yaitu
memperbaiki pematang yang bocor, saluran tengah dan kemalir. Selain itu
untuk kelengkapan kolam juga dibuatkan kobakan, pintu masuk air dan
9
pintu pengeluaran air. Menurut Jangkaru (2007), proses pengeringan
kolam, kolam dijemur selama 3-6 hari, tergantung pada suhu dan cuaca
lingkungan serta ketebalan lapisan lumpur dalam kolam. Pengeringan
kolam ini bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan hama dan
penyakit ikan serta gas-gas yang membahayakan ikan.

b. Pengapuran
Kegiatan pengapuran dalam proses budidaya pembesaran ikan
gurami dilakukan setelah proses pengeringan kolam. Tujuan dari proses
pengapuran ini adalah meningkatkan pH disamping itu juga untuk
membunuh bibit penyakit yang ada di dalam kolam budidaya. Pada
budidaya pembesaran gurami di BBIL Bangkinang dosis pengapuran yang
diberikan adalah 102 gr/m2 dibiarkan selama 1 hari, proses pengapuran
menggunakan menggunakan kapur pertanian Ca Co3, proses pengapuran
dapat disajikan pada Gambar 10. Effendy (2004) menjelaskan kapur yang
digunakan adalah kapur pertanian (CaCO3),
Kapur tohor (CaOH2), dan dolomit. Dosis yang digunakan
tergantung kondisi tanah. Semakin rendah pH, maka pengapuran yang
digunakan semakin banyak. Kapur disebar dipermukaan tanah dasar kolam
atau tambak. Menurut Reza (2011), dosis kapur yang ditebarkan harus
tepat ukurannya, karena jika berlebihan akan menyebabkan kolam tidak
subur, sedangkan bila kekurangan kapur dalam kolam akan menyebabkan
tanah dasar kolam menjadi masam. Sebagai acuan dalam memberikan
kapur pada kolam budidaya ikan tahap awal, tetapi ada juga para petani
menggunakan dosis kapur berkisar antara 100-200 g/m2, hal ini dilakukan
bergantung pada keasaman tanah kolam.

c. Pemupukan
Setelah proses pengapuran adalah proses pemupukan, proses
pemupukan ini bertujuan untuk menumbuhkan plankton di dalam perairan
kolam budidaya. Dosis yang digunakan dalam proses pemupukan adalah
10
51 gr/m3, pupuk yang digunakan adalah pupuk urea. Proses pemupukan
dilakukan selama 7 hari, Susanto (2008) menjelaskan pemupukan
dilakukan sehari sebelum pemasukan air yaitu dengan pupuk kandang
sebanyak 1kg/m2 kolam.
Setelah seminggu atau sepuluh hari dari pemupukan, benih sudah
bisa ditebar di dalam kolam dengan pakan alami yang berlimpah. Menurut
Sunarya (2007), pupuk buatan digunakan untuk mencukupi kebutuhan
unsur hara oleh tanaman sehingga pertumbuhannya akan lebih cepat.
Pupuk buatan yang bisa digunakan oleh pembudidaya ikan gurami adalah
Urea dan TSP. Dosis pupuk yang digunakan untuk pemeliharaan gurami
berkisar 10-15 g/m2.

2. Melakukan proses pembesaran ikan


a. Penebaran Benih Dalam Kolam
Pada pembesaran budidaya ikan gurami langkah selanjutnya
setelah proses persiapan kolam yaitu penebaran benih. Pemilihan benih
merupakan salah satu faktor yang penting untuk kelangsungan melakukan
usaha budidaya ikan. Menurut dari hasil Praktik kerja di BBIL
Bangkinang benih yang bagus dan yang baik untuk pembesaran ikan
gurami adalah ikan yang sehat, pergerakannya lincah, warna tidak pudar
dan kehitaman, bagian tubuh lengkap, tubuh berbentuk normal dan ukuran
benih yang ideal saat menebar di kolam pembesaran adalah benih yang
berukuran 8-10 cm atau biasanya disebut dengan ukuran korek. Penebaran
bibit dilakukan pada siang hari sekitar jam 12.00–14.00 WIB, kolam
pembesaran ikan gurami dengan luasan kolam 100 m3 ditebarkan benih
ikan sebanyak 1.000 benih dengan padat penebaran 10 ekor/m3.
Jangkaru (2007) menjelaskan penebaran benih berbobot 100 gram
ke kolam dengan kepadatan 10-15 ekor/m2. Penebaran benih dilakukan
pada waktu cuaca teduh, misalnya pagi atau sore hari, dengan cara
menumpahkannya bersama air pengangkutnya atau sedemikian rupa
sehingga ikan sesingkat mungkin berada di luar air. Menurut Sunarya
11
(2007), penebaran ikan gurami baru dilakukan setelah persiapan kolam
selesai dan dipastikan kondisi air benar-benar stabil. Agar tidak stres,
sebaiknya penebaran benih dilakukan pada pagi atau sore hari, yakni
ketika suhu air masih rendah. Penebaran benih dilakukan secara hati-hati.

b. Pemberian Pakan
Pakan merupakan faktor yang penting dalam pertumbuhan ikan
gurami. Pada pembesaran budidaya ikan gurami setelah penebaran benih
dilakukan pemeliharaan ikan atau pemberian pakan. Pakan yang diberikan
mengguakan pakan pelet dengan kandugan protein berkisar antara 31-
33%. Pemberian pakan selama pemeliharaan dilakukan 1-2 kali sehari
tergantung cuaca, pakan diberikan sebanyak 2% dari bobot ikan dengan
nilai FR (feeding rate) diperoleh sebesar 500 gram sekali pemberian
pakan.
Rukmana (2005) menjelaskan kualitas pakan ditunjukan oleh
kandungan nutrisi, sifat fisik, warna, dan aroma pakan. Kandungan nutrisi
(gizi) pakan dapat dilihat pada label kemasan. Kandungan protein dalam
pakan penting diperhatikan. Pakan dengan kadar protein 26-28% dan
kadar lemak 6-8% memberikan pertumbuhan yang baik untuk ikan
gurami. Pakan yang diberikan harus dapat dikonsumsi oleh ikan secara
utuh. Jumlah pakan yang diberikan per hari disesuaikan dengan umur dan
ukuran ikan.
Ukuran > 50 gram sampai ukuran konsumsi memerlukan pakan
sebanyak 3% dari bobot tubuh dan pemberiannya tiga kali sehari. Menurut
Sunarya (2007), pelet merupakan pakan buatan yang bisa diberikan pada
ikan, begitu juga pada ikan ikan gurami. Pakan buatan ini disusun dari
bahan-bahan yang berasal dari hewani, nabati, dan tambahan. Jenis pelet
yang diberikan untuk ikan gurami harus mengandung kadar protein yang
tinggi, yakni 25-30%. Sementara kadar air 12%, kandungan lemak 3%,
dan serat 5%.

12
c. Laju Pertumbuhan
Pada kegiatan Praktik Kerja Magang mengenai laju pertumbuhan
pada pembesaran ikan gurami yang diawali dari penebaran benih sampai
pembesaran membutuhkan waktu yang cukup lama. Karena ikan gurami
termasuk hewan herbivora sehingga pertumbuhannya cukup lambat, untuk
mengetahui tahapan pertumbuhan ikan gurami dilakukan sampling tiga
kali yaitu sebelum penebaran benih, pertengahan bulan dan akhir kegiatan
magang. Pada sampling pertama kali sebelum penebaran benih didapatkan
data biomassa gurami rata rata 25 gr per ekor dengan panjang tubuh 9,5
cm dan lebar 4,5 cm. Sedangkan pada sampling kedua didapatkan
peningkatan pertumbuhan biomassa ikan gurami rata-rata 32 gr per ekor
dengan panjang tubuh 12,3 cm dan lebar tubuh 5,7 cm. Selanjutnya, pada
sampling ketiga didapatkan peningkatan pertumbuhan pada ikan gurami
dengan berat biomassa sebesar 40 gr per ekor dengan panjang tubuh 15,3
cm dan lebar tubuh 6,1 cm.

d. Pengelolaan Kualitas Air


Selama proses usaha budidaya pembesaran ikan gurami
berlangsung hingga panen maka perlu adanya pengelolahan kualitas air
serta pengontrolan kualitas air, karena kualitas air sangat berpengaruh
penting bagi kelangsungan hidup ikan gurami. Pengontrolan kualitas air
yang dilakukan selama budidaya meliputi suhu, pH, dan oksigen terlarut
(DO), pengontrolan kualitas air dilakukan 2 hari sekali yaitu pagi hari jam
07.00 wib serta sore hari jam 16.00 wib. selama proses pembesaran
budidaya ikan gurami untuk pengelolahan kualitas air ada sistem yang
digunakan yaitu flow through (air mengalir). Sistem ini menggunakan
pompa air untuk menyedot air dari sumur bor yang dialirkan di kolam
budidaya mulai pukul 12.00-18.00 WIB. Sistem ini digunakan bertujuan
untuk menjaga kualitas air selama budidaya mulai dari penebaran benih
hingga panen ikan gurami dan juga sebagai uji percobaan untuk
memperbaiki kulitas daging dari ikan gurami yang nantinya di panen.
13
a) Suhu
Pada kegiatan Praktik Kerja Magang dilakukan pengukuran
suhu yang merupakan salah satu faktor penting yang dapat
mempengaruhi kehidupan ikan gurami. Untuk mengetahui kisaran
suhu pada kolam dilakukan dengan cara pengukuran suhu
menggunakan alat thermometer, cara penggunaannya dengan
mencelupkan alat thermometer pada air kolam dekat dengan bagian
inlet atau outlet diamkan beberapa menit kemudian angkat
thermometer dari air kolam dengan membelakangi matahari dan dilihat
angkanya. Pengukuran suhu dilakukan dua kali dalam sehari yaitu saat
pagi hari pukul 06.30 WIB dan saat sore hari sekitar pukul 16.00 WIB.
Pada saat Praktik Kerja Magang di BBIL Bangkinang suhu yang
didapatkan rata-rata pada pagi pukul 06.30 WIB sebesar 27 0C dan
pada sore hari pukul 16.00 WIB rata-rata sebesar 30 0C. Gambar saat
pengukuran suhu disajikan Gambar 16. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Khairuman dan Amri (2011), ikan gurami umumnya
dipelihara di perairan tawar. Namun, ditemukan juga hidup diperairan
yang sedikit payau. Ketinggian lokasi yang disenangi gurami mulai
dari 0-800 m dpl dengan suhu berkisar 24-28°C. Gurami tergolong
ikan yang peka terhadap suhu rendah, sehingga jika suhu perairan
lebih rendah dari kisaran suhu optimal gurami tidak akan produktif.

b) pH
Pada kegiatan Praktik Kerja Magang dilakukan pengukuran pH
untuk mengetahui kisaran pH dalam air kolam dapat dilakukan
pengukuran pH dengan alat pH pen. Pengukuran pH dilakukan dua
kali dalam sehari yaitu saat pagi hari pukul 06.30 WIB dan saat sore
hari sekitar pukul 16.00 WIB dengan cara mencelupkan alat pH pen
dalam air kolam tunggu beberapa menit dan lihat nilai hasilnya.
Kegiatan pengontrolan kualitas air dilakukan selama kegiatan budidaya
14
berlangsung dari awal penebaran benih ikan gurami hingga masa
panen ikan gurami. Hasil dari pengukuran pH di kolam budidaya
selama Praktik Kerja Magang didapatkan hasil rata-rata sebesar 7 pada
pagi hari dan pada sore hari sebesar 7,7.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Cahyono (2000), kisaran
derajat keasaman air yang cocok untuk budidaya ikan gurami adalah
antara 6,5-8,0 dan untuk ikan nila 7-8. Namun, nila masih dapat hidup
pada pH air antara 5-11. Sedangkan pH air yang cocok untuk
pembudidayan ikan mas adalah berkisar 7,5-8,5. Perairan yang asam
juga berpengaruh terhadap nafsu makan ikan (selera makan ikan
berkurang).

c) DO (Dissolved Oxygen)
Pada kegiatan Praktik Kerja Magang dilakukan pengukuran
DO yang merupakan salah satu faktor penting yang dapat
mempengaruhi kehidupan ikan. Untuk mengetahui kisaran DO dapat
dilakukan pengukuran dua kali dalam sehari yaitu saat pagi hari pukul
06.30 WIB dan saat sore hari sekitar pukul 16.00 WIB menggunakan
alat DO meter dengan cara menekan tombol “on/off” kemudian di
celupkan pada air kolam tunggu sampai angka berhenti sejenak dan
tekan “hold” kemudian catat hasilnya. Hal tersebut dapat distabilkan
dengan cara melakukan pergantian air dan menjaga tinggi kedalaman
air kolam. Hasil dari pengukuran DO di kolam budidaya selama
Praktik Kerja Magang didapatkan hasil rata-rata sebesar 5,4 ppm pada
pagi hari dan pada sore hari sebesar 9,6 ppm.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Kordi dan Tancung (2007)
dalam Mas’ud (2014), beberapa jenis ikan mampu bertahan hidup pada
perairan dengan konsentrasi oksigen 3 ppm, namun konsentrasi
oksigen terlarut yang baik untuk hidup ikan adalah 5 ppm. Pada
perairan dengan konsentrasi oksigen dibawah 4 ppm, beberapa jenis
ikan masih mampu bertahan hidup, akan tetapi nafsu makannya mulai
15
menurun. Untuk itu, konsentrasi oksigen yang baik dalam budidaya
perairan adalah antara 5-7 ppm.

e. Pengendalian Hama dan Penyakit


Hama yang terdapat pada kolam budidaya di BBIL Bangkinang
antara lain masuknya ikan-ikan liar ke areal budidaya dan hama
pengganggu seperti katak bangkong, tikus, dan ular yang banyak dijumpaí
di kolam terutama saat musim hujan tiba. Hama sepertì katak, tikus,
kucing, dan ular yang terdapat di area kolam budidaya dapat dikatakan
sebagai predator. Predator dapat diartikan sebagai hewan yang memiliki
ukuran Iebih besar dan mangsanya dan bersifat karnivora, memangsa ikan
dalam jumlah banyak dan dilakukan berkali-kalì. Predator dapat hidup
menetap di dalam kolam atau sekitar areal budidaya. Di lokasi Praktik
Kerja Magang predator yang paling membahayakan bagi ikan gurami
adalah katak bangkong. Keberadaan telur katak di areal kolam budidaya
dapat menyebabkan kematian ikan, jika telur katak atau lendir telur katak
sampai termakan oleh benih atau ikan. Telur ataupun lendir dari katak
bangkong bersifat racun sehingga dapat menyebabkan kematian pada
benih atau ikan gurami jika sampai termakan. Sedangkan ular dan tikus
menjadi predator bagi ikan gurami, disamping itu jika dibiarkan akan
menurunkan produksi hasil panen ikan gurami.
Penyakit yang sering ditemui pada kegiatan budidaya ikan gurami
yaitu sering terjadi keracunan pada sebagian ikan gurami. Ciri – ciri ikan
gurami yang keracunan yaitu ikan cenderung pasif dan berada
dipermukaan, warna tubuh berubah menjadi gelap, ikan sering
mengeluarkan gelembung ketika mengambil udara di permukaan air.
Hama sepertì katak, tikus, dan ular yang terdapat di sekitar kolam
budidaya dikategorikan sebagai predator. Sesuai dengan pernyataan
Sunarno (2012), predator merupakan organisme yang hidup bebas dengan
memakan, membunuh atau memangsa. Ada beberapa ciri-ciri predator:
16
predator memangsa semua tingkat perkembangan mangsanya, predator
membunuh dengan cara memakan mangsanya dengan cepat, predator
membunuh mangsanya untuk dirinya sendiri, kebanyakan predator bersifat
karnivora, predator memiliki ukuran tubuh lebih besar dari pada
mangsanya. Menurut Sunarya (2007), memelihara ikan gurami tidak lepas
dari penyakit. Apabila tidak dicegah atau ditanggulangi sejak awal, bisa
mengakibatkan kerugian yang tidak kecil. Secara umum, gangguan yang
sering menyerang ikan gurami terdiri dari tiga kelompok penyakit yaitu
penyakit parasiter, bakterial, dan noninfeksi.

3. Pemanenan
Pemanenan adalah hasil akhir dari proses budidaya untuk
mendapatkan suatu profit. Pemanenan ikan gurami yang dilakukan di
BBIL Bangkinang memiliki 2 macam tipe pemanenan, sesuai dengan
kondisi pasar yang ada. Pemanenan tersebut yaitu panen kering dan panen
basah. Panen kering yaitu pemanenan semua ikan tanpa sisa dengan
keadaan ikan mati dalam kondisi segar dan ditambahkan es sebagai
pengawet selama perjalanan ke tempat tujuan. Untuk satu box yang
berukuran 1 x 0.5 x 0.5 m diisi ikan seberat 30 kg atau sekitar 60-65 ekor
ikan. Sedangkan untuk pemanenan basah yaitu proses pemanenan tidak
semmua ikan di panen habis namun di sortir terlebih dahulu range yang di
ambil adalah antara berat 500-800 gr/ekor ikan, dengan kondisi ikan hidup
hingga ke tanggan penerima menggunakan wadah terbuka jerigen 30 liter.
Setiap satu jerigen diisi ikan hidup sebanyak 5-6 ekor.
Jangkaru (2007) menjelaskan pengangkutan ikan gurami panen
dapat dilakukan secara tradisional. Pengangkutan ikan gurami biasanya
menggunakan wadah terbuka, seperti waluh, kemplung, jerigen, tong, dan
tangki. Ikan gurami ukuran konsumsi yang diangkut dengan waluh,
kemplung, jerigen, tong sebaiknya diatur dalam kepadatan rendah dan
dengan posisi “berbaring” posisi ini dimungkinkan karena ketinggian air
dalam wadah hanya 10-15 cm. Adanya juga penggunaan obat bius yaitu
17
Phenoxyethanol dengan dosis 0,15 mg/l air media. Ikan gurami dengan
bobot atara 500-600 gram dapat diangkut dalam kepadatan 15 ekor/10 L
air selama 6 jam perjalanan tanpa mengakibatkan kematian, baik selama
diangkut maupun di tempat penampungan selanjutny
BAB IV
TPENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil Praktik Kerja Magang dengan judul Teknik Pembesaran


Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Benih Ikan Lokal Bangkinang
Deds Langgini kec. Bangkinang kota Kab. Kampar prodidapatkan kesimpulan
sebagai berikut:
 Kegiatan pembesaran ikan gurami terdiri dari proses persiapan kolam
(pengeringan kolam, pengapuran, dan pemupukan), peneberan benih,
pemberian pakan (feeding rate), mengetahui laju pertumbuhan (growth rate,
specific growth rate, dan survival rate), pengontrolan kualitas air (suhu, pH,
oksigen terlarut), dan panen.
 Benih yang ditebar dikolam pembesaran berukuran 8-10 cm disebut dengan
ukuran korek dengan jumlah 1.000 benih. Penebaran dilakukan pada siang
hari pada pukul 12.00 – 14.00 WIB.
 Ciri-ciri benih yang baik adalah sehat, pergerakan lincah, warna tidak pudar
dan tidak kehitaman, bagian tubuh lengkap, dan bentuk tubuh normal.
 Pemberian pakan selama kegiatan budidaya pembesaran ikan gurami mulai

dari penebaran benih hingga masa panen memiliki tiga fase pemberian pakan

yang berbeda. Fase pertama menggunakan pakan CP Prima 781-1 sebanyak 2

zak, fase kedua menggunakan pakan CP Prima 781-2 selama 3 zak dan fase

ketiga menggunakan pakan MS Preo 250 sampai panen 30 zak.

 Feeding rate yang diberikan selama budidaya adalah 2% dari bobot ikan,

sehingga didapatkan hasil pemberian pakan pada awal penebaran benih

sebesar 500 gram sekali makan.


18
 Laju pertumbuhan ikan gurami selama Praktik Kerja Magang didapatkan

hasil growth rate sebesar 0,42 gram/hari, specific growth rate sebesar 0,01 %

BB/hari, dan survival rate sebesar 99,7%.

 Nilai rata-rata kualitas air yang didapatkan selama proses pembenihan yaitu

suhu pagi hari berkisar 27°C, sore hari 30°C, pH pagi hari berkisar 7, sore

hari berkisar 7,7, dan oksigen terlarut yang diperoleh dipagi hari sebersar 5,4

ppm, sore hari 9,6 ppm.

 Hama yang sering menyerang selama proses budidaya pembesaran ikan

gurami adalah katak bangkong, tikus, ular, dan kucing. Sedangkan untuk

penyakit yang sering ditemui pada kegiatan pembesaran ikan gurami yaitu

keracunan. Ciri-ciri ikan yang keracunan yaitu ikan cenderung pasif dan

berada dipermukaan, warna tubuh berubah menjadi gelap, ikan sering

mengeluarkan gelembung ketika mengambil udara di permukaan air.

 Panen ikan gurami memiliki dua tpe yaitu panen kering dan panen basah.

Panen kering yaitu panen kering yaitu pemanenan semua ikan tanpa sisa

dengan keadaan ikan mati dalam kondisi segar dan ditambahkan es sebagai

pengawet, satu box wadah panen ikan gurami kerig berukuran 1 x 0.5 x 0.5 m

diisi ikan seberat 30 kg atau sekitar 60-65 ekor ikan. Sedangkan untuk

pemanenan basah yaitu proses pemanenan tidak semmua ikan di panen habis

namun di sortir terlebih dahulu range yang di ambil adalah antara berat 500-

800 gr/ekor ikan, dengan kondisi ikan hidup hingga ke tanggan penerima

menggunakan wadah terbuka jerigen 30 liter. Setiap satu jerigen diisi ikan

hidup sebanyak 5-6 ekor. Nilai FCR yang didapatkan sebesar 1,07 kg.

B. Saran

19
Saran yang dapat diberikan mengenai Praktik Kerja Magang di Balai Benih
Ikan Lokal Bangkinang Deds Langgini kec. Bangkinang kota Kab. Kampar provinsi
Riau adalah sebagai berikut:
1. Adanya upaya untuk menggobati ikan gurami yang sering terserang panyakit
keracunan.
2. Diharapkan adanya perluasan wilayah pemasaran sehingga dengan pasar
yang terbuka lebar, peminat ikan gurami konsumsi semakin bertambah, dan
akan meningkatkan perekonomian pembudidaya di Pusat Pelatihan Mandiri
Kelautan dan Perikanan.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Gurami
https://www.gramedia.com/best-seller/budidaya-ikan-gurame/amp/

Lampiran

20

Anda mungkin juga menyukai