PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
ton/tahun; 16,02%), dan DI Yogyakarta (6.031 ton/tahun; 12,93%) (Kementrian
Kelautan dan Perikanan, 2011).
Ikan gurami terkenal dengan pertumbuhan yang lambat sehingga hal ini
memberikan peluang bagi para pembudidaya untuk lebih mengembangkan cara
budidaya yang baik, praktis, dan efisien untuk mempercepat laju pertumbuhan ikan
gurami. Kegiatan pemeliharaan ikan gurami terbagi atas segmentasi pemeliharaan
yang panjang, mulai dari proses pemijahan yang menghasilkan telur hingga proses
pendederan yang terdiri beberapa tahapan pendederan sampai tahap pembesaran dan
panen. Ikan gurami merupakan salah satu jenis ikan konsumsi yang sudah cukup
dikenal dan banyak diminati di Indonesia, karena ikan gurami memiliki beberapa
kelebihan yaitu rasa daging yang enak, pemeliharaan mudah, dan harga relatif stabil
(Marilin, 2015).
Hasil produksi ikan gurami yang kurang memuaskan menjadi salah satu
penyebab rendahnya tingkat perkembangan jumlah produksi ikan gurami. Saparinto
(2008), menyatakan bahwa umumnya pola atau teknik budidaya yang digunakan oleh
para pembudidaya masih dilakukan secara tradisional. Hal tersebut juga dapat dilihat
dari kondisi perairan yang tidak baik, konstruksi kolam tidak teratur, dan teknik
produksi yang kurang memenuhi standard.
B. Dasar Hukum
Adapun landasan hukum pelaksanaan Prakerin adalah:
1. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2. PP. Nomor: 29/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
3. Kep. Menaker No: 285/MEN/1991 tentang Pelaksanaan Permagangan
Nasional
4. PP No: 39/1991 tentang peranan Masyarakat dalam Pendidikan
Nasional
5. Surat Keputusan Mendikbud Nomor: 0490/U/1992 tentang Sekolah
Menengah Kejuruan
6. Surat Keputusan Mendikbud No: 080/U/1993 tentang Kurikulum
SMK sebagaimana telah diubah menjadi Kurikulum SMK Edisi 1999
7. Surat Keputusan Kepala SMK Negeri 1 Kuok
2
C. Tujuan PKL
D. Manfaat PKL
Kerjasama antara SMK dengan dunia usaha/industri atau instansi
dilaksanakan dalam prinsip saling membantu, saling mengisi, dan saling
melengkapi untuk keuntungan bersama.
Berdasarkan prinsip ini, pelaksanaan Praktik Kerja Industri (Prakerin)
akan memberi nilai tambah bagi pihak-pihak yang bekerjasama, sebagai berikut:
3
3. Perusahaan dapat memberi tugas kepada peserta Prakerin untuk
kepentingan perusahaan sesuai kompetensi dan kemampuan
yang dimiliki.
4. Selama proses pendidikan melalui kerja industri, peserta
prakerin lebih mudah diatur dalam hal disiplin berupa
kepatuhan terhadap peraturan perusahaan. Karena itu, sikap
peserta prakerin dapat dibentuk sesuai dengan ciri khas tertentu
industri.
5. Memberi kepuasan bagi dunia usaha/dunia industri karena
diakui ikut serta menetukan hari depan bangsa melalui Praktik
Kerja Industri (Prakerin).
4
mendorong mereka untuk meningkatkan keaglian profesionalnya
pada tingkat yang lebih tinggi.
5
BAB II
GAMBARAN PERUSAHAAN
a. Tata Usaha
Bagian tata usaha mempunyai tugas melaksanankan penyusunan
rencana program dan angaran, pengolahan administrasi keuangan,
kepegawaian, persuratan dan pengaturan penggunaan barang milik
negara.
7
BAB III
B. Peralatan PKL
Peralatan merupakan prasarana pembesaran ikan gurami alat-alat
pendukung kegiatan selama budidaya ikan gurami. Alat-alat yang digunakan
selama Praktik kerja magang di kelompok budidaya ikan air tawar BBIL
Bangkinang menggunakan alat seperti ember, jaring, seser, sorok, dan bak.
Gambar alat-alat selama budidaya pembesaran ikan gurami dapat dilihat pada
Gambar 6 dan dapun fungsi dari alat-alat adalah :
Ember : sebagai alat untuk membuang kotoran pada kolam.
Jaring : sebagai alat mengambil ikan dalam skala besar.
Seser: sebagai alat mengambil ikan dalam skala kecil.
Sorok : sebagai alat membantu membersikan kotoran pada kolam.
Bak: sebagai alat wadah sementara saat penyortiran ikan gurami.
8
C. Langkah-langkah
1. Persiapan Kolam
a. Pengeringan Kolam
Pada budidaya pembesaran ikan gurami persiapan kolam dilakukan
pertama kali yaitu kegiatan pengeringan kolam. Fungsi dari pengeringan
kolam adalah untuk memutus rantai hidup organisme-organisme yang
merugikan di dalam kolam budidaya. Pengeringan kolam dilakukan
minimal 2 hari, namun itu tergantung dari kondisi cuaca. Pada hasil
budidaya pembesaran ikan gurami yang dilakukan di BBIL Bangkinang
pengeringan dilakukan selama 3 hari. Proses pegeringan kolam ada
beberapa tahap yaitu mulai dari penggurasan air kolam, pembersihan
kolam, pembenahan pematang kolam, dan perbaikan kolam pasca panen.
Untuk membersihkan kolam dibutuhkan alat-alat seperti sabit, ember,
sorok, diesel, jarum, dan benang. Langkah pertama yaitu mengguras sisa
air kolam pasca budidaya menggunakan diesel, kegiatan ini dilakukan
pada pukul 07.00 WIB.
Saat waktu penggurasan dilakukan juga penyorokan pada bagian
dasar kolam menggunakan alat sorok gunanya untuk mendekatkan
membuang sisa-sisa kotoran dan lumpur yang ada pada dasar kolam yang
nantinya akan disedot dengan diesel. Setelah kegiatan penggurasan air
kolam kita lakukan perbaikan pematang dan membersihkan rumput
menggunakan sabit serta penjahitan pada kolam yang bocor menggunakan
jarum dan benang. Proses pengeringan kolam budidaya pembesaran ikan
gurami dapat disajikan pada Gambar 9. Sunarya (2007) menjelaskan
persiapan kolam diawali dengan pengeringan kolam selama 3-7 hari,
tujuan pengeringan adalah untuk membunuh bibit penyakit yang ada di
kolam. Kegiatan lain yang perlu dilakukan saat persiapan kolam yaitu
memperbaiki pematang yang bocor, saluran tengah dan kemalir. Selain itu
untuk kelengkapan kolam juga dibuatkan kobakan, pintu masuk air dan
9
pintu pengeluaran air. Menurut Jangkaru (2007), proses pengeringan
kolam, kolam dijemur selama 3-6 hari, tergantung pada suhu dan cuaca
lingkungan serta ketebalan lapisan lumpur dalam kolam. Pengeringan
kolam ini bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan hama dan
penyakit ikan serta gas-gas yang membahayakan ikan.
b. Pengapuran
Kegiatan pengapuran dalam proses budidaya pembesaran ikan
gurami dilakukan setelah proses pengeringan kolam. Tujuan dari proses
pengapuran ini adalah meningkatkan pH disamping itu juga untuk
membunuh bibit penyakit yang ada di dalam kolam budidaya. Pada
budidaya pembesaran gurami di BBIL Bangkinang dosis pengapuran yang
diberikan adalah 102 gr/m2 dibiarkan selama 1 hari, proses pengapuran
menggunakan menggunakan kapur pertanian Ca Co3, proses pengapuran
dapat disajikan pada Gambar 10. Effendy (2004) menjelaskan kapur yang
digunakan adalah kapur pertanian (CaCO3),
Kapur tohor (CaOH2), dan dolomit. Dosis yang digunakan
tergantung kondisi tanah. Semakin rendah pH, maka pengapuran yang
digunakan semakin banyak. Kapur disebar dipermukaan tanah dasar kolam
atau tambak. Menurut Reza (2011), dosis kapur yang ditebarkan harus
tepat ukurannya, karena jika berlebihan akan menyebabkan kolam tidak
subur, sedangkan bila kekurangan kapur dalam kolam akan menyebabkan
tanah dasar kolam menjadi masam. Sebagai acuan dalam memberikan
kapur pada kolam budidaya ikan tahap awal, tetapi ada juga para petani
menggunakan dosis kapur berkisar antara 100-200 g/m2, hal ini dilakukan
bergantung pada keasaman tanah kolam.
c. Pemupukan
Setelah proses pengapuran adalah proses pemupukan, proses
pemupukan ini bertujuan untuk menumbuhkan plankton di dalam perairan
kolam budidaya. Dosis yang digunakan dalam proses pemupukan adalah
10
51 gr/m3, pupuk yang digunakan adalah pupuk urea. Proses pemupukan
dilakukan selama 7 hari, Susanto (2008) menjelaskan pemupukan
dilakukan sehari sebelum pemasukan air yaitu dengan pupuk kandang
sebanyak 1kg/m2 kolam.
Setelah seminggu atau sepuluh hari dari pemupukan, benih sudah
bisa ditebar di dalam kolam dengan pakan alami yang berlimpah. Menurut
Sunarya (2007), pupuk buatan digunakan untuk mencukupi kebutuhan
unsur hara oleh tanaman sehingga pertumbuhannya akan lebih cepat.
Pupuk buatan yang bisa digunakan oleh pembudidaya ikan gurami adalah
Urea dan TSP. Dosis pupuk yang digunakan untuk pemeliharaan gurami
berkisar 10-15 g/m2.
b. Pemberian Pakan
Pakan merupakan faktor yang penting dalam pertumbuhan ikan
gurami. Pada pembesaran budidaya ikan gurami setelah penebaran benih
dilakukan pemeliharaan ikan atau pemberian pakan. Pakan yang diberikan
mengguakan pakan pelet dengan kandugan protein berkisar antara 31-
33%. Pemberian pakan selama pemeliharaan dilakukan 1-2 kali sehari
tergantung cuaca, pakan diberikan sebanyak 2% dari bobot ikan dengan
nilai FR (feeding rate) diperoleh sebesar 500 gram sekali pemberian
pakan.
Rukmana (2005) menjelaskan kualitas pakan ditunjukan oleh
kandungan nutrisi, sifat fisik, warna, dan aroma pakan. Kandungan nutrisi
(gizi) pakan dapat dilihat pada label kemasan. Kandungan protein dalam
pakan penting diperhatikan. Pakan dengan kadar protein 26-28% dan
kadar lemak 6-8% memberikan pertumbuhan yang baik untuk ikan
gurami. Pakan yang diberikan harus dapat dikonsumsi oleh ikan secara
utuh. Jumlah pakan yang diberikan per hari disesuaikan dengan umur dan
ukuran ikan.
Ukuran > 50 gram sampai ukuran konsumsi memerlukan pakan
sebanyak 3% dari bobot tubuh dan pemberiannya tiga kali sehari. Menurut
Sunarya (2007), pelet merupakan pakan buatan yang bisa diberikan pada
ikan, begitu juga pada ikan ikan gurami. Pakan buatan ini disusun dari
bahan-bahan yang berasal dari hewani, nabati, dan tambahan. Jenis pelet
yang diberikan untuk ikan gurami harus mengandung kadar protein yang
tinggi, yakni 25-30%. Sementara kadar air 12%, kandungan lemak 3%,
dan serat 5%.
12
c. Laju Pertumbuhan
Pada kegiatan Praktik Kerja Magang mengenai laju pertumbuhan
pada pembesaran ikan gurami yang diawali dari penebaran benih sampai
pembesaran membutuhkan waktu yang cukup lama. Karena ikan gurami
termasuk hewan herbivora sehingga pertumbuhannya cukup lambat, untuk
mengetahui tahapan pertumbuhan ikan gurami dilakukan sampling tiga
kali yaitu sebelum penebaran benih, pertengahan bulan dan akhir kegiatan
magang. Pada sampling pertama kali sebelum penebaran benih didapatkan
data biomassa gurami rata rata 25 gr per ekor dengan panjang tubuh 9,5
cm dan lebar 4,5 cm. Sedangkan pada sampling kedua didapatkan
peningkatan pertumbuhan biomassa ikan gurami rata-rata 32 gr per ekor
dengan panjang tubuh 12,3 cm dan lebar tubuh 5,7 cm. Selanjutnya, pada
sampling ketiga didapatkan peningkatan pertumbuhan pada ikan gurami
dengan berat biomassa sebesar 40 gr per ekor dengan panjang tubuh 15,3
cm dan lebar tubuh 6,1 cm.
b) pH
Pada kegiatan Praktik Kerja Magang dilakukan pengukuran pH
untuk mengetahui kisaran pH dalam air kolam dapat dilakukan
pengukuran pH dengan alat pH pen. Pengukuran pH dilakukan dua
kali dalam sehari yaitu saat pagi hari pukul 06.30 WIB dan saat sore
hari sekitar pukul 16.00 WIB dengan cara mencelupkan alat pH pen
dalam air kolam tunggu beberapa menit dan lihat nilai hasilnya.
Kegiatan pengontrolan kualitas air dilakukan selama kegiatan budidaya
14
berlangsung dari awal penebaran benih ikan gurami hingga masa
panen ikan gurami. Hasil dari pengukuran pH di kolam budidaya
selama Praktik Kerja Magang didapatkan hasil rata-rata sebesar 7 pada
pagi hari dan pada sore hari sebesar 7,7.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Cahyono (2000), kisaran
derajat keasaman air yang cocok untuk budidaya ikan gurami adalah
antara 6,5-8,0 dan untuk ikan nila 7-8. Namun, nila masih dapat hidup
pada pH air antara 5-11. Sedangkan pH air yang cocok untuk
pembudidayan ikan mas adalah berkisar 7,5-8,5. Perairan yang asam
juga berpengaruh terhadap nafsu makan ikan (selera makan ikan
berkurang).
c) DO (Dissolved Oxygen)
Pada kegiatan Praktik Kerja Magang dilakukan pengukuran
DO yang merupakan salah satu faktor penting yang dapat
mempengaruhi kehidupan ikan. Untuk mengetahui kisaran DO dapat
dilakukan pengukuran dua kali dalam sehari yaitu saat pagi hari pukul
06.30 WIB dan saat sore hari sekitar pukul 16.00 WIB menggunakan
alat DO meter dengan cara menekan tombol “on/off” kemudian di
celupkan pada air kolam tunggu sampai angka berhenti sejenak dan
tekan “hold” kemudian catat hasilnya. Hal tersebut dapat distabilkan
dengan cara melakukan pergantian air dan menjaga tinggi kedalaman
air kolam. Hasil dari pengukuran DO di kolam budidaya selama
Praktik Kerja Magang didapatkan hasil rata-rata sebesar 5,4 ppm pada
pagi hari dan pada sore hari sebesar 9,6 ppm.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Kordi dan Tancung (2007)
dalam Mas’ud (2014), beberapa jenis ikan mampu bertahan hidup pada
perairan dengan konsentrasi oksigen 3 ppm, namun konsentrasi
oksigen terlarut yang baik untuk hidup ikan adalah 5 ppm. Pada
perairan dengan konsentrasi oksigen dibawah 4 ppm, beberapa jenis
ikan masih mampu bertahan hidup, akan tetapi nafsu makannya mulai
15
menurun. Untuk itu, konsentrasi oksigen yang baik dalam budidaya
perairan adalah antara 5-7 ppm.
3. Pemanenan
Pemanenan adalah hasil akhir dari proses budidaya untuk
mendapatkan suatu profit. Pemanenan ikan gurami yang dilakukan di
BBIL Bangkinang memiliki 2 macam tipe pemanenan, sesuai dengan
kondisi pasar yang ada. Pemanenan tersebut yaitu panen kering dan panen
basah. Panen kering yaitu pemanenan semua ikan tanpa sisa dengan
keadaan ikan mati dalam kondisi segar dan ditambahkan es sebagai
pengawet selama perjalanan ke tempat tujuan. Untuk satu box yang
berukuran 1 x 0.5 x 0.5 m diisi ikan seberat 30 kg atau sekitar 60-65 ekor
ikan. Sedangkan untuk pemanenan basah yaitu proses pemanenan tidak
semmua ikan di panen habis namun di sortir terlebih dahulu range yang di
ambil adalah antara berat 500-800 gr/ekor ikan, dengan kondisi ikan hidup
hingga ke tanggan penerima menggunakan wadah terbuka jerigen 30 liter.
Setiap satu jerigen diisi ikan hidup sebanyak 5-6 ekor.
Jangkaru (2007) menjelaskan pengangkutan ikan gurami panen
dapat dilakukan secara tradisional. Pengangkutan ikan gurami biasanya
menggunakan wadah terbuka, seperti waluh, kemplung, jerigen, tong, dan
tangki. Ikan gurami ukuran konsumsi yang diangkut dengan waluh,
kemplung, jerigen, tong sebaiknya diatur dalam kepadatan rendah dan
dengan posisi “berbaring” posisi ini dimungkinkan karena ketinggian air
dalam wadah hanya 10-15 cm. Adanya juga penggunaan obat bius yaitu
17
Phenoxyethanol dengan dosis 0,15 mg/l air media. Ikan gurami dengan
bobot atara 500-600 gram dapat diangkut dalam kepadatan 15 ekor/10 L
air selama 6 jam perjalanan tanpa mengakibatkan kematian, baik selama
diangkut maupun di tempat penampungan selanjutny
BAB IV
TPENUTUP
A. Kesimpulan
dari penebaran benih hingga masa panen memiliki tiga fase pemberian pakan
zak, fase kedua menggunakan pakan CP Prima 781-2 selama 3 zak dan fase
Feeding rate yang diberikan selama budidaya adalah 2% dari bobot ikan,
hasil growth rate sebesar 0,42 gram/hari, specific growth rate sebesar 0,01 %
Nilai rata-rata kualitas air yang didapatkan selama proses pembenihan yaitu
suhu pagi hari berkisar 27°C, sore hari 30°C, pH pagi hari berkisar 7, sore
hari berkisar 7,7, dan oksigen terlarut yang diperoleh dipagi hari sebersar 5,4
gurami adalah katak bangkong, tikus, ular, dan kucing. Sedangkan untuk
penyakit yang sering ditemui pada kegiatan pembesaran ikan gurami yaitu
keracunan. Ciri-ciri ikan yang keracunan yaitu ikan cenderung pasif dan
Panen ikan gurami memiliki dua tpe yaitu panen kering dan panen basah.
Panen kering yaitu panen kering yaitu pemanenan semua ikan tanpa sisa
dengan keadaan ikan mati dalam kondisi segar dan ditambahkan es sebagai
pengawet, satu box wadah panen ikan gurami kerig berukuran 1 x 0.5 x 0.5 m
diisi ikan seberat 30 kg atau sekitar 60-65 ekor ikan. Sedangkan untuk
pemanenan basah yaitu proses pemanenan tidak semmua ikan di panen habis
namun di sortir terlebih dahulu range yang di ambil adalah antara berat 500-
800 gr/ekor ikan, dengan kondisi ikan hidup hingga ke tanggan penerima
menggunakan wadah terbuka jerigen 30 liter. Setiap satu jerigen diisi ikan
hidup sebanyak 5-6 ekor. Nilai FCR yang didapatkan sebesar 1,07 kg.
B. Saran
19
Saran yang dapat diberikan mengenai Praktik Kerja Magang di Balai Benih
Ikan Lokal Bangkinang Deds Langgini kec. Bangkinang kota Kab. Kampar provinsi
Riau adalah sebagai berikut:
1. Adanya upaya untuk menggobati ikan gurami yang sering terserang panyakit
keracunan.
2. Diharapkan adanya perluasan wilayah pemasaran sehingga dengan pasar
yang terbuka lebar, peminat ikan gurami konsumsi semakin bertambah, dan
akan meningkatkan perekonomian pembudidaya di Pusat Pelatihan Mandiri
Kelautan dan Perikanan.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Gurami
https://www.gramedia.com/best-seller/budidaya-ikan-gurame/amp/
Lampiran
20