Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ikan patin merupakan salah satu komonitas perikanan yang mempunyai nilai ikan
ekonomis tinggi, baik pada tahap pembenihan maupun pembesaran. Ikan ini memiliki
kandungan kalori sehingga ikan ini baik untuk dikomsumsi. Dalam pembangunan usaha
budidaya perikanan, maka penyediaan benih yang bermutu tinggi dalam jumlah yang
cukup dan harga yang terjangkau oleh petani ikan sangat diperlukan.
Patin adalah salah satu ikan asli perairan Indonesia yang telah berhasil
dibudidayakan. Sebagai ikan unggulan dan ekonomis, pengembangan budidaya ikan ini
cukup prospektif, sehingga menyebabkan permintaan ikan patin terus meningkat.
Terutama dalam permintaan benih ikan patin untuk kegiatan budidaya pembesaran ikan.
Upaya yang dilakukan untuk memenuhi permintaan benih ikan patin, maka dilakukan
pembenihan ikan patin.

B. Dasar Hukum
Adapun landasan hukum pelaksanaan Prakerin adalah:
1. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2. PP. Nomor: 29/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
3. Kep. Menaker No: 285/MEN/1991 tentang Pelaksanaan Permagangan
Nasional
4. PP No: 39/1991 tentang peranan Masyarakat dalam Pendidikan
Nasional
5. Surat Keputusan Mendikbud Nomor: 0490/U/1992 tentang Sekolah
Menengah Kejuruan
6. Surat Keputusan Mendikbud No: 080/U/1993 tentang Kurikulum
SMK sebagaimana telah diubah menjadi Kurikulum SMK Edisi 1999
7. Surat Keputusan Kepala SMK Negeri 1 Kuok

1
C. Tujuan PKL

Tujuan Prakerin Sebagai berikut::

1. Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional, yaitu


tenaga kerja yang memiliki tingkat pengatahuan, keterampilan dan etos
kerja yang sesuai dengan tuntunan lapangan kerja.
2. Memperkokoh hubungan keterkaitan dan kesepadanan (Link and match)
antara SMK dan Industri.
3. Meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja
yang berkualitas profesional.
4. Memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja
sebagai bagian dari proses pendidikan.

D. Manfaat PKL
Kerjasama antara SMK dengan dunia usaha/industri atau instansi
dilaksanakan dalam prinsip saling membantu, saling mengisi, dan saling
melengkapi untuk keuntungan bersama.
Berdasarkan prinsip ini, pelaksanaan Praktik Kerja Industri (Prakerin)
akan memberi nilai tambah bagi pihak-pihak yang bekerjasama, sebagai berikut:

a. Manfaat Bagi Industri


Penyelanggaraan Prakerin memberi keuntungan nyata bagi industri
antara lain:
1. Perusahaan dapat mengenal kualitas peserta Prakerin yang
belajar dan bekerja di industri.
2. Umumnya peserta Prakerin telah ikut dalam proses produksi
secara aktif sehingga pada pengertian tertentu peserta Prakerin
adalah tenaga kerja yang memberi keuntungan.
3. Perusahaan dapat memberi tugas kepada peserta Prakerin untuk
kepentingan perusahaan sesuai kompetensi dan kemampuan
yang dimiliki.

2
4. Selama proses pendidikan melalui kerja industri, peserta
prakerin lebih mudah diatur dalam hal disiplin berupa
kepatuhan terhadap peraturan perusahaan. Karena itu, sikap
peserta prakerin dapat dibentuk sesuai dengan ciri khas tertentu
industri.
5. Memberi kepuasan bagi dunia usaha/dunia industri karena
diakui ikut serta menetukan hari depan bangsa melalui Praktik
Kerja Industri (Prakerin).

b. Manfaat Bagi Sekolah


Tujuan pendidikan untuk memberi keahlian professional
bagi peserta didik lebih terjamin pencapaiannya. Terdapat
kesesuaian yang lebih pas antara program pendidikan dengan
kebutuhan lapangan kerja (sesuai dengan prinsip Link and Match).
Memberi kepuasan bagi penyelenggaraan pendidikan sekolah
karena tamatannya lebih terjamin memperoleh bekal yang
bermanfaat, baik untuk kepentingan tamatan, kepentingan dunia
kerja, dan kepentingan bangsa.

c. Manfaat Bagi Praktikum/Peserta Didik


Hasil belajar peserta Praktik Industri akan lebih bermakna,
karena setelah tamat akan betul-betul memiliki keahlian
profesional sebagai bekal untuk meningkatkan taraf hidupnya dan
sebagai bekal untuk pengembangan dirinya secara berkelanjutan.
Keahlian profesional yang diperoleh dapat mengangkat
harga diri dan rasa percaya diri tamatan, yang selanjutnya akan
mendorong mereka untuk meningkatkan keaglian profesionalnya
pada tingkat yang lebih tinggi.

3
BAB II

GAMBARAN PERUSAHAAN

A. Struktur Organisasi BBI Shipunguk

Sec ara struktur organisasi $alai $enih #kan Sipungguk berada di


bawah Balai Benih Perikanan Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi
Riau, terdiri dari kepala balai, tata usaha, dan bagian pelayanan teknik.

a. Tata Usaha
Bagian tata usaha mempunyai tugas melaksanankan penyusunan rencana program
dan angaran, pengolahan administrasi keuangan, kepegawaian, persuratan dan
pengaturan penggunaan barang milik negara.

b. Bagian pelakanan teknik


Bagian pelayanan teknik mempunyai tugas melaksanakan penyiapan standar
teknik, alat dan mesin pembenihan, pembudidayaan, pengendalian hama dan
penyakit ikan air ta/ar, pengendalian lingkungan dan sumberdaya induk dan benih
ikan air tawar, kegiatan pengkajian, penerapan teknik dan pemantauan, serta
pengawasan pembenihan dan pembudidayaan ikan air tawar.

B. Letak Geografis BBI Shipunguk

Secara geografis terletak pada Desa Sipungguk Dusun Trans-ad


Kecamatan Salo Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Jarak dari SMKN 1
Kuok hingga daerah ini sekitar 8 KM atau dapat ditempuh sekitar 30-40
menit menggunakan kendaraan pribadi.

C. Prosedur Pekerjaan BBI Shipunguk


Prakter Kerja Industri (PRAKERIN) ini dilakukan dengan bersama-
sama antara Siswa, dan pembimbing Tunas Muda Fish Farm Trans-ad,
Kampar Provinsi Riau dengan ketentuan yang sudah ditetapkan sehingga
tidak mengganggu kelancaran kerja perusahaan.
Adapun metode pelaksanaannya sebagai berikut :

4
1. Metode Observasi, yaitu siswa terjun kelapangan dan mengambil
proses yang terjadi dan siswa juga berpartisipasi dalam setiap kegiatan
di lapangan.
2. Metode wawancara, yaitu siswa bertanya langsung dengan pihak
terkait dan orang-orang yang bertanggung jawab dalam proses yang
ada di perusahaan dan masalah yang ada dilapangan.
3. Metode Studi Literatur, yaitu menggunakan berbagai literature yang
dapat memperkuat isi tulisan seperti jurnal dan litarature lainnya yang
berkaitan dengan judul penulis. Rekap jurnal kegiatan Praktek Kerja
Industri (PRAKERIN).

Adapun tata tertib dan pekerjaan di BBI Sipungguk sebagai


berikut:
1. Membersihkan kolam ikan setiap 1 kali seminggu, berfungsi agar
kolam agar bersih dan terhindar dari hama.
2. Pemberian pakan setiap pagi, siang, dan sore, agar ikan tetap tumbuh
berkembang dan mendapatkan protein dan nutrisi yang cukup.
3. Menjaga kolam pada siang hari, karena daerah Prakerin ini di dekat
persawahan, jadi sangat sering sekali kerbau datang dan efeknya bisa
membuat pematang kolam menjadi bocor, karena pematang di kolam
ini berlumpur dan sangat rendah.
4. Selalu datang pagi jam 08.00 WIB dan istirahat jam 11.00 – 13.00
WIB. Pulang pada jam 16.00 WIB setiap hari senin sampai kamis, dan
11.00 WIB pada hari jumat dan sabtu.

5
BAB III

KOMPETENSI HASIL PKL

A. Kompetensi yang dikerjakan


 Mengelola kualitas air pada pembesaran komoditas perikanan.
 Melakukan pemberian pakan pada pembesaran komoditas perikanan.
 Melakukan pengendalian hama dan penyakit pada pembesaran komoditas
perikanan.
 Melakukan pembesaran komoditas air tawar dan cara budidaya ikan yang
baik (CBIB).
 Melakukan pemanenan hasil pembesaran komoditas perikanan.

B. Bahan dan Alat PKL


Alat yang digunakan adalah sebagai berikut:
 Gerobak
 Cangkul
 Parang
 Jaring atau tambak
Bahan yang digunakan sebagai berikut:
 Pelet komersil untuk ikan

C. Langkah-langkah

1. Pembenihan Lele

Adalah budidaya lele untuk menghasilkan benih sampai berukuran tertentu


dengan cara mengawinkan induk jantan dan betina pada kolam-kolam khusus

6
pemijahan. Pembenihan lele mempunyai prospek yang bagus dengan tingginya
konsumsi lele serta banyaknya usaha pembesaran lele (Rahmat. 1991).
Sistem Budidaya Lele :
Terdapat 3 sistem pembenihan lele yang dikenal, yaitu :
1. Sistem Massal. Dilakukan dengan menempatkan lele jantan dan betina dalam
satu kolam dengan perbandingan tertentu. Pada sistem ini induk jantan secara
leluasa mencari pasangannya untuk diajak kawin dalam sarang pemijahan,
sehingga sangat tergantung pada keaktifan induk jantan mencari pasangannya.
2. Sistem Pasangan. Dilakukan dengan menempatkan induk jantan dan betina
pada satu kolam khusus. Keberhasilannya ditentukan oleh ketepatan menentukan
pasangan yang cocok antara kedua induk.
3. Pembenihan Sistem Suntik (Hyphofisasi).Dilakukan dengan merangsang lele
untuk memijah atau terjadi ovulasi dengan suntikan ekstrak kelenjar Hyphofise,
yang terdapat di sebelah bawah otak besar. Untuk keperluan ini harus ada ikan
sebagai donor kelenjar Hyphofise yang juga harus dari jenis lele.

2. Proses Budidaya Lele

a. Pembuatan Kolam lele


Ada dua macam / tipe kolam, yaitu bak dan kubangan (kolam galian).
Pemilihan tipe kolam tersebut sebaiknya disesuaikan dengan lahan yang tersedia.
Secara teknis baik pada tipe bak maupun tipe galian, pembenihan lele harus
mempunyai (Budi, 1993) :
Kolam tandon. Mendapatkan masukan air langsung dari luar/sumber air.
Berfungsi untuk pengendapan lumpur, persediaan air, dan penumbuhan plankton.
Kolam tandon ini merupakan sumber air untuk kolam yang lain.

Kolam pemeliharaan induk. Induk jantan dan bertina selama masa pematangan
telur dipelihara pada kolam tersendiri yang sekaligus sebagai tempat pematangan
sel telur dan sel sperma. Kolam Pemijahan. Tempat perkawinan induk jantan dan
betina. Pada kolam ini harus tersedia sarang pemijahan dari ijuk, batu bata, bambu
7
dan lain-lain sebagai tempat hubungan induk jantan dan betina. Kolam
Pendederan. Berfungsi untuk membesarkan anakan yang telah menetas dan telah
berumur 3-4 hari. Pemindahan dilakukan pada umur tersebut karena anakan mulai
memerlukan pakan, yang sebelumnya masih menggunakan cadangan kuning telur
induk dalam saluran pencernaannya.

b. Pemilihan Induk lele


Induk jantan mempunyai tanda :
1) Tulang kepala berbentuk pipih
2) Warna lebih gelap
3) Gerakannya lebih lincah
4) Perut ramping tidak terlihat lebih besar daripada punggung
5) Alat kelaminnya berbentuk runcing.

Induk betina bertanda :


1) Tulang kepala berbentuk cembung
2) Warna badan lebih cerah
3) Gerakan lamban
4)Perut mengembang lebih besar dari pada punggung alat kelamin berbentuk bulat

c. Persiapan Lahan lele


Proses pengolahan lahan (pada kolam tanah) meliputi :
a. Pengeringan, Untuk membersihkan kolam dan mematikan berbagai bibit
penyakit.
b. Pengapuran, dlakukan dengan kapur Dolomit atau Zeolit dosis 60 gr/m2 untuk
mengembalikan keasaman tanah dan mematikan bibit penyakit yang tidak mati
oleh pengeringan.
c. Perlakuan TON (Tambak Organik Nusantara). untuk menetralkan
berbagairacun dan gas berbahaya hasil pembusukan bahan organik sisa budidaya
sebelumnya dengan dosis 5 botol TON/ha atau 25 gr (2 sendok makan)/100m2.

8
Penambahan pupuk kandang juga dapat dilakukan untukmenambah kesuburan
lahan.
d. Pemasukan Air. Dilakukan secara bertahap, mula-mula setinggi 30 cm dan
dibiarkan selama 3-4 hari untuk menumbuhkan plankton sebagai pakan alami lele.
Pada tipe kolam berupa bak, persiapan kolam yang dapat dilakukan adalah :
Pembersihan bak dari kotoran/sisa pembenihan sebelumnya, penjemuran bak agar
kering dan bibit penyakit mati. Pemasukan air fapat langsung penuh dan segera
diberi perlakuan TON dengan dosis sama

d. Pemijahan Lele
Pemijahan adalah proses pertemuan induk jantan dan betina untuk mengeluarkan
sel telur dan sel sperma. Tanda induk jantan siap kawin yaitu alat kelamin
berwarna merah. Induk betina tandanya sel telur berwarna kuning (jika belum
matang berwarna hijau). Sel telur yang telah dibuahi menempel pada sarang dan
dalam waktu 24 jam akan menetas menjadi anakan lele (Budi, 1993).

e. Pemindahan Lele
Cara pemindahan :
a. Kurangi air di sarang pemijahan sampai tinggi air 10-20 cm.
b. Siapkan tempat penampungan dengan baskom atau ember yang diisi dengan air
di sarang. Samakan suhu pada kedua kolam
c. Pindahkan benih dari sarang ke wadah penampungan dengan cawan atau piring.
d. Pindahkan benih dari penampungan ke kolam pendederan dengan hati-hati pada
malam hari, karena masih rentan terhadap tingginya suhu air.

f. Pendederan Lele
Adalah pembesaran hingga berukuran siap jual, yaitu 5 – 7 cm, 7 – 9 cm
dan 9 – 12 cm dengan harga berbeda. Kolam pendederan permukaannya diberi
pelindung berupa enceng gondok atau penutup dari plastik untuk menghindari
naiknya suhu air yang menyebabkan lele mudah stress. Pemberian pakan mulai
dilakukan sejak anakan lele dipindahkan ke kolam pendederan ini (Budi, 1993).
9
Manajemen Pakan Lele
Pakan anakan lele berupa :
1. Pakan alami berupa plankton, jentik-jentik, kutu air dan cacing kecil (paling
baik) dikonsumsi pada umur di bawah 3 – 4 hari.
2. Pakan buatan untuk umur diatas 3 – 4 hari. Kandungan nutrisi harus tinggi,
terutama kadar proteinnya.
3. Untuk menambah nutrisi pakan, setiap pemberian pakan buatan dicampur
dengan POC NASA dengan dosis 1 – 2 cc/kg pakan (dicampur air secukupnya),
untuk meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan tubuh karena mengandung
berbagai unsur mineral penting, protein dan vitamin dalam jumlah yang optimal.

Manajemen Air
Ukuran kualitas air dapat dinilai secara fisik :
1. Air harus bersih
2. Berwarna hijau cerah
3. Kecerahan/transparansi sedang (30 – 40 cm).

Ukuran kualitas air secara kimia :


1. Bebas senyawa beracun seperti amoniak
2. Mempunyai suhu optimal (22 – 26 0C).

Untuk menjaga kualitas air agar selalu dalam keadaan yang optimal,
pemberian pupuk TON sangat diperlukan. TON yang mengandung unsur-unsur
mineral penting, lemak, protein, karbohidrat dan asam humat mampu
menumbuhkan dan menyuburkan pakan alami yang berupa plankton dan jenis
cacing-cacingan, menetralkan senyawa beracun dan menciptakan ekosistem
kolam yang seimbang. Perlakuan TON dilakukan pada saat oleh lahan dengan
cara dilarutkan dan di siramkan pada permukaan tanah kolam serta pada waktu
pemasukan air baru atau sekurang-kurangnya setiap 10 hari sekali. Dosis
pemakaian TON adalah 25 g/100m2 (Komar, 1981).
10
Manajemen Kesehatan

Pada dasarnya, anakan lele yang dipelihara tidak akan sakit jika mempunyai
ketahanan tubuh yang tinggi. Anakan lele menjadi sakit lebih banyak disebabkan
oleh kondisi lingkungan (air) yang jelek. Kondisi air yang jelek sangat mendorong
tumbuhnya berbagai bibit penyakit baik yang berupa protozoa, jamur, bakteri dan
lain-lain. Maka dalam menejemen kesehatan pembenihan lele, yang lebih penting
dilakukan adalah penjagaan kondisi air dan pemberian nutrisi yang tinggi. Dalam
kedua hal itulah, peranan TON dan POC NASA sangat besar. Namun apabila
anakan lele terlanjur terserang penyakit, dianjurkan untuk melakukan pengobatan
yang sesuai (Komar, 1981).
Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa, bakteri dan jamur dapat
diobati dengan formalin, larutan PK (Kalium Permanganat) atau garam dapur.
Penggunaan obat tersebut haruslah hati-hati dan dosis yang digunakan juga harus
sesuai.

3. Proses Panen Budidaya Ikan Lele

A. Penangkapan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemanenan :
a. Lele dipanen pada umur 6-8 bulan, kecuali bila dikehendaki, sewaktuwaktu
dapat dipanen.
b. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari supaya lele tidak terlalu
kepanasan.
c. Kolam dikeringkan sebagian saja dan ikan ditangkap dengan menggunakan
seser halus, tangan, lambit, tangguh atau jaring.
d. Setelah dipanen, piaralah dulu lele tersebut di dalam tong/bak/hapa selama 1-2
hari tanpa diberi makan agar bau tanah dan bau amisnya hilang.
e. Lakukanlah penimbangan secepat mungkin dan cukup satu kali.

11
4. Pembersihan
Setelah ikan lele dipanen, kolam harus dibersihkan dengan cara :
a. Kolam dibersihkan dengan cara menyiramkan/memasukkan larutan kapur
sebanyak 20-200 gram/m 2 pada dinding kolam sampai rata.
b. Penyiraman dilanjutkan dengan larutan formalin 40% atau larutan permanganat
kalikus (PK) dengan cara yang sama.
c. Kolam dibilas dengan air bersih dan dipanaskan atau dikeringkan dengan sinar
matahari langsung. Hal ini dilakukan untuk membunuh penyakit yang ada di
kolam.

12
BAB IV
TPENUTUP

A. Kesimpulan

Budidaya ikan lele, baik dalam bentuk pembenihan maupun pembesaran


mempunyai prospek yang cukup baik. Permintaan konsumen akan keberadaan
ikan lele semakin meningkat. Dengan teknik pemeliharaan yang baik, maka akan
diperoleh hasil budidaya yang memuaskan dan diminati konsumen. Oleh karena
itu Pembudidayaan ikan Lele sangat baik untuk dilakukan mengingat output yang
dihasilkan juga lumayan besar.

B. Saran
Diharapkan dalam melakukan pembudidayaan ikan lele juga harus
memperhatikan faktor fisik kimia yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan ikan lele pada kolam terkontrol agar menghasilkan produksi ikan
lele yang lebih baik lagi dan maksimal.

13
DAFTAR PUSTAKA
https://sisinbe.kkp.go.id/web/satuan_info/105.html

Lampiran

14

Anda mungkin juga menyukai