Oleh:
Rahmatika putri
2004126616
THP B
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum yang berjudul " Pembuatan dan
Pengujian Bekasam (Euthynnus affinis) „‟dengan tepat waktu. Laporan Praktikum ini
disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Bioteknologi . Selain itu, Laporan ini
bertujuan menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.Penulis
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir Tjipto Lesono, M. Phil selaku dosen
pengampu Mata Kuliah Bioteknologi. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
kakak asisten dan semua pihak yang telah membantu sehingga terselesaikannya
laporan praktikum ini. Penulis juga menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna.
Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan
Laporan ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Isi Halaman
KATA PENGANTAR………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………... iii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………….. iv
DAFTAR TABEL…………………………………………………………….. v
BAB I. PENDAHULUA
1.1 Latar Belakang……………………………………………………… 1
1.2 Tujuan……………………………………………………………….. 2
iii
DAFTAR TABEL
Isi Halaman
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Bekasam merupakan salah satu produk makanan fermentasi dari ikan dengan
tambahan nasi dan garam sebagai sumber nutrisi. Bekasam dibuat dari ikan yang
diberi garam antara 10-25% dan nasi sekitar 30% yang kemudian difermentasikan
selama kurang lebih 1-2 minggu dengan memanfaatkan bakteri asam laktat secara
alami yang didapat dari bahan baku yang digunakan.umumnya jenis ikan yang dapat
digunakan sebagai bahan baku pembuatan bekasan adalah jenis ikan air tawar, seperti
ikan lele.
Bekasam dikenal oleh masyarakat sebagai makanan tradisional dengan rasa asam
dan asin yang khas serta memiliki daya tahan yang lama. Rasa asam dan asin yang
diperoleh membuat produk ini memiliki rasa cita khas yang tidak dimiliki oleh
produk olahan lainnya.
5
1.2. Tujuan
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bekasam
Bekasam merupakan salah satu produk fermentasi ikan tradisional yang banyak
dikenal oleh masyarakat Indonesia. Bekasam banyak diolah dengan menggunakan
ikan air tawar seperti ikan lele, ikan gabu, ikan nila, ikan mas maupun ikan mujair
(Hidayati dkk,2012). Bekasam merupakan salah satu pengawetan makanan, yang
murah dan mudah dilakukan. Fermentasi bekasam secara tradisional memanfaatkan
fermentasi alami/ spontan. Produk bekasam yang diolah dengan spontan dibuat
dengan penambahan karbohidrat yang didapatkan dari nasi dan garam. Penambahan
nasi ditujukan sebagai pengganti energy dan sumber nutrisi agar dapat mempercepat
pertumbuhan bakteri Asam laktat, etil alcohol, asetat dan propiat, dimana senyawa-
senyawa ini memegang perananan penting dalam proses pengawetan dan pemberi
rasa asam pada bekasam. Bakteri asam laktat dari bekasam dimanfaatkan sebagai
starter produk fermentasi (Yanti dan Dali 2013), sebagai bakteri penghasil zat
antibakteri/bakteriosin (Desniar et al. 2011; Desniar et al. 2016), dan sebagai bakteri
probiotik (Marini et al. 2016).
Pembuatan bekasam dapat dijadikan sebgai alternative pengolahan bangan
pangan sehingga memiliki umur simpan relative lebih lama. Keberhasilan produk
bekasam dapat dilihat dari tekstur dan aroma yang didapat. Umumnya bekasam
memiliki tekstur kenyal dengan rasa dan aroma seperti alcohol maupun tapai.
Komponen yang terkandungan dari bekasam sangat baik bagi kesehatan, kandungan
ini diperoleh karn adanya bakteri asam laktat yang menghasilkan komponen bioaktif
seperti antihipertensi, antibakteri, dan antikolestrol, Lactobacillus acidophilus.
Bahkan salah satu BAL yang diisolasi dari bekasam ikan diketahui menghasilkan
lovastatin yang bermanfaat sebagai penghambat sintesis kolestrol (Rinto et al. 2015).
Pemanfaatan BAL juga dilakukkan pada beberapa produk pangan lainnya seperti
surip, pakasang dan bekasang.Namun, produk pangan seperti bekasam belum cukup
7
dikenal secara komersial seperti kecap ikan dan ikan peda. Cara pengolahan bekasam
sangat lah mudah. Pertama-tama, kepala ikan di buang, lalu dibersihkan sisik dan isi
perutnya. Ikan kemudian dibelah menjadi bentuk kupu-kupu dan dicuci. Ikan yang
telah dicuci selanjutnya ditaburi sedikit garam untuk mengawetkan nya dan
ditambahkan nasi dengan perbandingan 1 : 1 dengan ikan yang akan di buat bekasam.
Campuran tersebut sedikit diremat kemudian disusun dengan rapi didalam toples
untuk disimpan atau di fermentasi sesuai keinginan.
Metoda ini menghasilkan proses penetrasi garam ke dalam daging ikan yang
lebih cepat. Garam yang digunakan sebaiknya tidak lebih dari 20% dari berat ikan,
karna akan menghasilkan rasa asin yang berlebihan.Hal ini disebabkan garam
memiliki tekanan osmotic tinggi sehingga akan menyebabkan terjadinya osmotis
pada daging ikan dan pada sel-sel mikroorganisme, sehingga terjadinya plasmolysis
yang menyebabkan air bebas pada sel keluar dan mikroorganime menjadi mati.
2.2. Organoleptik
8
terhadap produk baru.
2.4 TPC
TPC (total plate count) merupakan metode kualitatif untuk mengetahui jumlah
mikroba dengan perhitungan cawan. Metode ini dilakukan dengan menumbuhkan sel
mikroorganisme hidup kedalam media agar dengan hasil akhir berupa koloni yang dapat
diamati secara langsung mata ataupun dengan menggunakan mikroskop.
9
Uji TPC digunakan untuk menghitung banyaknya bakteri yang tumbuh dan
berkembangnya pada sampel, juga sebagai acuan untuk menentukan suatu kualitas dan
keamanan bahan pangan. Nilai TPC yang melebihi batas dapat membahayakan
konsumen,karna memungkinkannya terdapat bakteri patogen seperti Salmonella sp , E.coli
dan Shigella yang menimbulkan penyakit pada manusia (Radji,2011).
Untuk menentukan nilai TPC, digunakan larutan fisiologi sebagai pengencer sampel
serta menggunakan PCA (Plate Count Agar) sebagai media padatnya. Media agar biasanya
dibuat dengan cara disterilisasi dalam jumlah banyak hingga berbentuk media yang
mengandung agar sehingga setelah dingin media tersebut akan menjadi padat. Pengenceran
ini ditujukan agar dapat mengurangi jumlah kandungan mikroba yang ada dalam sampel
sehingga dapat diamati dan diketahui jumlah mikroorganisme secara spesifik tepat.
Metode TPC dibedakan atas dua cara yaitu metode tuang (pour plate),dan metode
permukaan (surface/spread plate). Pada metode tuang , sejumlah sampel (1ml atau 0,1ml)
dari pengenceran yang dikehendaki dimasukkan ke cawan petri, kemudian ditambah agar-
agar cair steril yang didinginkan (47-50°C) sebanyak 15-20 ml dan digoyangkan supaya
sampelnya menyebar. Pada penanaman dengan metode permukaan, terlebih dahulu dibuat
agar cawan kemudian sebanyak 0,1 ml sampel yang telah diencerkan dipipet pada
permukaan agar-agar tersebur. Kemudian diratakan dengan batang gelas melengkung yang
steril (Wati 2018)
Menghitung jumlah koloni dalam cawan petri dapat menggunakan colony counter
yang biasanya dilengkapi electronic register. Perhitungan dengan cara ini diperlukan
beberapa syarat yang harus dipenuhi.
Keterangan :
N = jumlah koloni produk, dinyatakan dalam koloni per ml/koloni per gram
∑C = jumlah koloni pada semua cawan yang dihitung.
VP = vaktor pengencer
10
2.3. pH
1) Kertas lakmus
Kertas lakmus terdiri atas mlakmus merah dan biru. Kertas lakmus dikenal
sebagai indikator asam basa yang paling praktis, mudah dan murah, serta
penggunaannya sangat mudah. Namun penggunaannya sering kali
menunjukkan akurasi pengukuran yang tidak tepat disebabkan larutan sampel
yang berwarna ataupun keruh tidak dapat menunjukan secara tepat tingkat pH
larutan.
2) Indikator universal
Nilai pH dapat ditentukan dengan indikator pH(indikator universal),yang
memperlihatkan warna macam-macam untuk setiap nilai pH, sehingga kita
bisa menentukan nilai pH suatu cairan berdasarkan warna-warna tersebut
(Wibowo 2020). Indikator universal akan memberikan warna tertentu jika
diteteskan atau dicelupkan kedalam larutan asam atau basa. Sehingga akan
terbentuk warna yang terbentuk yang kemudian dicocokkan dengan warna
standar yang sudah diketahui nilai pH nya.
3) pH meter
pH meter merupakan alat elektronik untuk mengukur tingkat asam-basa suatu
larutan, alat ini sering digunakan di laboratorium untuk mengukur derajat
keasaman (pH) suatu larutan, apakah larutan tersebut tergolong asam, basa
11
atau netral. Nilai pH dapat dengan mudah dilihat secara langsung melalui
12
angka yang tertera pada layar digital dari pH meter sehingga data diperoleh
lebih efektif dan akurat jika dibandingkkan dengan menggunakan kertas
lakmus. (Rahmania and Ariswati 2018)
Aktivitas air atau water activity (Aw) merupakan salah satu metode uji
laboratorium yang sangat penting untuk menentukan kualitas serta ketahanan suatu
bahan pangan. Aktivitas air (Aw) disebut juga sebagai air bebas, hal ini disebabkan
oleh adanya kemampuan air dalam membantu aktivitas pertumbuhan mikroba dan
aktivitas reaksi-reaksi kimiawi pada bahan pangan (Arief, Pramono, and Bintoro
2012). Aktivitas air (Aw) merupakan salah satu faktor intrinsic yang sangat
mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme. Pengujian kaar Aw dilakukan
berdasarkan pengukuran aktivitas air dengan menggunakan alat yaitu Aw meter
(Higrometer). Untuk menentukan kadar Aw dapat dirumuskan sebagai berikut.
Nilai Aw : Rh
100
Tinggi rendahnya Aktivitas air dapat mempengaruhi waktu simpan bahan
pangan. Semakin tinggi aw dalam suatu pangan maka semain memungkinkan pula
mikroorganisme hidpu alam lingkungan tersebut. Sehingga bahan pangan dengan
nilai aw tinggi akan cepat mengalami kerusakan, akibat pertumbuhan mikroba
maupun akibat reaksi kimia tertentu seperti oksidasi dan reaksi enzimatik.
Aktivitas air dapat dinyatakan dalam nilai desimal pada kisaran skala 0-1,0. Pada
nilai aktivitas air sama dengan 0 berarti molekul air yang bersangkutan sama sekali
tidak dapat melakukan aktivitas dalam proses. kimia. Sedangkan nilai aktivitas air
sama dengan 1 berarti potensi air dalam proses kimia pada kondisi maksimal
(Leviana and Paramita 2017). Mikroba mempunyai kebutuhan aw yang berbeda-beda
untuk pertumbuhannya. Bakteri biasanya memerlukan Aw setidaknya 0,91 , jamur
memerlukan 0,6-0,7 serta produk kering memerlukan Aw <0,85, dengan penyimpan
pada suhu ruang.
13
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai beikut. Alat yang
dibutuhkan antara lain: Cutter, Sendok, toples (wadah tertutup), Timbangan, Kertas
lakmus, pH meter, Higrometer, Autoclove, Cawan petri, Pinset, Tabung reaksi, Labu
Erlenmeyer, Plastic steril, Api Bunsen, Mikropipet, Timbangan, Hot plate,
Makropipet, Kertas label, Gelas ukur, Rak tabung reaksi dan Alumunium foil.
Sedangkan bahan yang dibutuhkan seperti Aquades, Ikan lele (berat 500 gr),
Garam halus (10%), Nasi putih (30%), Agar Batang , Media PCA.
Pembuatan bekasam
14
Setelah nasi dan garam telah ditimbang sesuai persentasi.campurkan garam
dan nasi pada toples steril, aduk rata hingga bahan- bahan tersebut tercampur
keseluruh tubuh ikan. Kemudian toples tutup ( hingga pastikan tidak terdapat celah
udara yang masuk kedalam toples). Kemudian fermentasikan bekasam selama
beberapa hari pada ruang tertutup.
Pengujian nilai pH
Pengujian nilai Aw
Aw : Rh / 100
Pengujian TPC
15
tersebut selanjutnya diambil 1 ml menggunakan pipet tetes yang kemudian
dimasukkan kedalam cawan petri steril berisi media PCA. Setelah itu, inkubasi media
pada suhu 37° C selama 2 x 24 jam. Setalah dilakukannya proses inkubasi, lakukan
perhitungan koloni bakteri asam laktat dengan memperhatikan citi- ciri koloni yang
sesuai.
Perhitungan jumlah koloni bakteri asam laktat dapat diperhitungkan dengan
memperhatikan sebagai berikut.
a. Bulat
b. Berwarna putih susu
16
BAB IV
4.1. Hasil
17
semakin menyusut dan kadar air pada sampel semakin
bertambah.
Hari ke 7 Penampakan pada hari ke 7 ,diperlihatkan kondisi kulit
dan daging kusam dan pucat dengan lendir agak tebal.
Kondisi mata cekung, nasi berwarna kuning pucat serta
kadar air semakin banyak.
18
pH
Berdasarkan pengujian pH yang dilakukkan, diperoleh pertitungan pH pada
bekasam adalah 6,02ppm Hal ini menunjukkan bahwasannya pH yang dimiliki oleh
bekasam bersifat asam. Perhitungan ini ditujukan untuk melihat tingkat keasaman dan
kebasaan pada produk bekasam. Untuk menggukuran pH bekasam dapat
menggunakan pH meter ataupun Kertas Lakmus
Nilai Aw : Rh : 68 : 0,68
100 100
Berdasarkan perhitungan yang didapatkan ,diperoleh nilai Aw adalah 0,65.
Hal ini menunjukkan bahwa Aw yang terkadung pada bekasama berada pada tingkat
sedang ( medium), sehingga relative lebih awet dan memiliki potensi bahaya yang
lebih sedikit.
19
- Pengenceran 10-1 : 0koloni
- Pengenceran 10-2 : 32 koloni
- Pengenceran 10-3 : 96 koloni
- Pengenceran 10-4 : 91 koloni
- Pengenceran 10-5 : 3 6 koloni
4.2. Pembahasan
Uji Organoleptik
Aroma merupakan keadaan yang dapat dirasakan secara visual melalui indera
penciuman. Aroma yang ditimbulkan pada bekasam dipengaruhi oleh lama
fermentasi. Semakin lama proses fermentasi akan menimbulkan aroma asam yang
menjadi ciri khas pada bekasam. Bau khas yang ditimbulkan seperti bau tapai dan
alkohol.
pH
Lama proses fermentasi juga memberikan pengaruh terhadap bekasam .hal ini
dijelaskan bahwa semakin lama rentang waktu fermentasi maka total asam yang
dihasilkan akan semakin tinggi. Hal ini dikarenakan seiring meningkatnya lama
fermentasi, maka semakin banyak waktu yang tersedia bagi bakteri asam laktat untuk
merombak nutrisi yang terkandung dalam substrat dan dapat memungkinkan
terakumulasinya asam-asam organik seperti asam laktat dalam jumlah yang lebih
banyak Yunus et al. (2015).
Aktivitas air ( Aw) menunjukkan jumlah air yang terkandung dalam bahan
pangan. Air merupakan komponen penting yang dibutuhkan oleh mikroorganisme
untuk berkembang biak dalam produk pangan. Pengujian nilai Aw sangat diperlukan
untuk mengetahui dan menentukan nilai Aw optimal pada pertumbuhan bakteri asam
laktat. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai Aw pada bekasam adalah 0,65. Hal ini
menunjukkan Aw pada bekasam berada pada skala sedang( medium) yang artinya
produk bekasam memiliki ketahanan relatif baik sehingga potensi bahaya lebih
sedikit. Semakin tinggi nilai aw pada suatu produk,memungkinkan pertumbuhan
mikroorganisme pada lingkungan tersebut. Bakteri membutuhkan kadar Aw paling
21
tidak berkisar 0,91 , pada jamur berkisar 0,6-0,7 , serta pada produk kering berkisar
<0,85 dengan penyimpanan suhu ruang.
Tinggi rendahnya kadar air dapat menentukan nilai Aw yang diperoleh, kadar
air yang tinggi dapat mengakibatkan pertumbuan bakteri ,kapang dan khamir lebih
cepat. Selain itu, komposisi gula dan garam juga dapat mempengaruhi nilai
Aw.Semakin tinggi kadar garam yang ditambahkan pada bekasam, maka akan
semakin kecil kadar air pada produk tersebut. Hal yang sama juga diungkapkan oleh
Sastra (2008) bahwa konsentrasi garam yang semakin tinggi dapat menghilangkan air
lebih banyak dari tubuh ikan.
22
BAB V
5.1. Simpulan
5.2. Saran
1) Perlu dilakukan praktikum lebih dalam lagi terkait parameter uji yang
dilakukan dalam meningkatkan mutu bekasam pada secara mikrobiologi dan
nilai organoleptiknya .
2) Perlu dilakukannya beberapa uji lanjutan mikrobiologi pada spesies bakteri
asam laktat (BAL) dan bakteri patogen serta uji kelayakan produk (SNI).
23
DAFTAR PUSTAKA
24
LAMPIRAN
25
Lampiran 1. Alat dan Bahan
26
Autoclove Mikropipet Gelas ukur
27
Lampiran 2. Prosedur Praktikum
Pembuatan bekasam
28