Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL INDIVIDU

MAGANG MAHASISWA

MANAJEMEN MUTU DAN KEAMANAN PANGAN BAHAN BAKU


PADA PRODUKSI IKAN SARDEN KALENG
DI PT. MAYA FOOD INDUSTRIES

Disusun Oleh:
Suci Indah Pratiwi
H0915079

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2018
HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL INDIVIDU MAGANG MAHASISWA

JUDUL: MANAJEMEN MUTU DAN KEAMANAN PANGAN BAHAN


BAKU PADA PRODUKSI IKAN SARDEN KALENG DI PT.
MAYA FOOD INDUSTRIES

MAHASISWA: Suci Indah Pratiwi NIM H0915079 Ilmu dan Teknologi Pangan

PEMBIMBING INDIVIDU:
1. Nama : Ardhea Mustika Sari S.T.P., Msc.
2. NIP : 198405092014042001
3. Prodi : Ilmu dan Teknologi Pangan

INSTITUSI MITRA
1. Nama Institusi Mitra : PT. Maya Food Industries
2. Alamat : Jl. Jlamprang, Krapyak Lor, Pekalongan Utara,
Kota Pekalongan, Jawa Tengah 51149
3. Nomor telpon/fax : (0285) 421676
4. Jangka Waktu : 17 September 2018 - 17 Oktober 2018

Surakarta, 09 Juli 2018


Mengetahui, Menyetujui,
Kepala Unit Magang FP UNS Dosen Pembimbing Individu

Dr. Ahmad Pramono, S.Pt., M.P. Ardhea Mustika Sari S.T.P., Msc.
NIP. 19831206 200812 1 003 NIP. 198405092014042001

Mengesahkan,
Wakil Dekan Bidang Akademik

Prof. Dr. Samanhudi, S.P., M.Si.


NIP. 19680610 199503 1 003
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kegiatan


Indonesia merupakan negara dengan wilayah laut yang luas yang
menjadikan hasil kekayaan laut yang ada melimpah. Potensi ini dapat
dikembangkan dalam industri pangan terutama pada pengolahan hasil
perikanan. Hasil perikanan perlu dikembangkan karena melihat dari
kandungan gizi dan kebermanfaatan yang tinggi pada produk perikanan.
Industri perikanan di Indonesia sebagian besar yaitu pada industri
pengalengan ikan seperti pengalengan ikan tuna, ikan makarel dan ikan sarden.
Perlakuan pengalengan ikan ditujukan untuk upaya memperpanjang umur
simpan dari ikan tersebut.
PT. Maya food Industries meupakan anak perusahaan dari Grup Maya
di Singapura. Grup Maya bergerak pada banyak bidang usaha salah satunya
yaitu pada industri pangan. Salah satu anak perusahaan yang bergerak pada
bidang pangan berupa pengolahan ikan kaleng adalah PT. Maya food
Industries. PT Maya Food Industries memproduksi 4 varian dari ikan
mackerel, lemuru dan tuna kaleng. Produk-produk tersebut antara lain adalah
Botan (mackerel in tomato sauces), Ranesa (mackerel dalam saus tomat),
(sardines in tomato sauces), dan SesiBon (fried lemuruis balado). PT Maya
Food Industries juga telah mengekspor produk ke banyak negara.
PT Maya Food Industries menerapkan secara ketat sistem HACCP dan
sistem HALAL dan bersertifikasi ISO 9001-2008 sebagai upaya mencapai
kualitas yang baik, terus meningkat dan tervalidasi. Semua produk
pengalengan ikan yang diproduksi telah memiliki sertifikasi HALAL dari LP-
POM MUI dengan No. 10810999. PT. Maya Food Industries juga telah
mendapatkan Sertifikat Kelayakan Pengolahan dari Direktorat Jendral
Perikanan No. 189/PP/SKP/PL/VI/07/05 yang akan ditinjau setiap dua tahun
sekali. Selain itu, PT Maya Food Industries juga menerapkan prinsip-prinsip
Good Corporate Governance (GCG). Ketetapan dari ISO 22000 dan standar
kelas dunia juga digunakan untuk menyempurnakan fasilitas yang ada.
Kualitas dalam industri pangan merupakan hal yang penting karena
mempengaruhi pada keamanan dan penerimaan dari konsumen. Pada
pengalengan ikan, kualitas perlu dikendalikan kaitannya dengan mutu dari
ikan. Produk harus bebas dari cemaran fisik, kimia maupun mikrobiologis.
Salah satu faktor utama yang mempengaruhi kualitas pada produk ikan kaleng
adalah bahan baku. Bahan baku yang diharapkan adalah bahan baku yang
bebas dari cemaran-cemaran yang dapat mempengaruhi pada kualitas ikan
kaleng. Berdasarkan hal tersebut maka perlu adanya pengawasan dan
pengendalian terhadap kualitas dari bahan baku, yaitu dengan melakukan
kajian yang lebih mendalam dalam hal pengendalian mutu dan keamanan
pangan dengan melakukan kajian pada penerapan pengendalian mutu dan
keamanan pangan di PT. Maya Food Industries Pekalongan.

B. Tujuan Kegiatan Magang


1. Menerapkan dan menyelaraskan capaian teoritis dari hasil pembelajaran
selama di perkuliahan terhadap perkembangan industri pengolahan pangan
secara langsung.
2. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman kerja secara langsung di
industri.
3. Meningkatkan hubungan antara perguruan tinggi, pemerintah, instansi
swasta, perusahaan dan masyarakat sehingga dapat meningkatkan
hubungan baik yang saling melengkapi kemajuan bersama.
4. Mengetahui sistem pengendalian dan pengawasan mutu pada bahan baku,
proses produksi hingga menjadi produk akhir di PT. Maya Food Industries.
5. Melihat, mengetahui, mempelajari dan memahami secara langsung proses
seleksi bahan baku di pabrik dengan dasar teori yang telah diperoleh
dalam kuliah beserta faktor-faktor yang berkaitan.
6. Mengkaji kegiatan proses pengolahan ikan kaleng di PT. Maya Food
Industries.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Perikanan merupakan salah satu komoditas tinggi di Indonesia, terutama


pada sektor perikanan laut. Ikan merupakan sumber protein hewani yang baik dan
rendah kolesterol dan juga mengandung gizi yang tinggi. Asam lemak tak jenuh
omega-3 dan taurin yang tinggi bermanfaat mencegah penyakit arteriosklerosis.
Kandungan gizi yang tinggi dan manfaat yang baik bagi kesehatan tersebut
menjadikan ikan sebagai bahan makanan yang sehat, baik dan aman dikonsumsi.
Semakin tingginya kesadaran akan kesehatan menggeser pola hidup masyarakat
terutama pada ‘protein intake’ dari yang semula bersumber dari hasil peternakan
kemudian beralih ke hasil dari perikanan (Agustini dan Swastawati, 2003).
Ikan sarden (ikan lemuru) merupakan salah satu jenis ikan tropis yang
mengandung komponen asam lemak omega-3 dalam jumah yang cukup tinggi.
Kandungan asam lemak omega-3 yang tinggi ini dikarenakan ikan sarden di alam
banyak memakan planton maupun mikro alga yang banyak memproduksi
komponen asan lemak omega-3. Ikan lemuru mengandung 13,7% EPA; 8,9 DHA
dan 26,8% total omega-3 dari total minyak (Estiasih, 2009). Setiap 100 gram ikan
lemuru mengandung komposisi sebagai berikut: air sebanyak 76 gram, protein
sebanyak 20 gram, lemak sebanyak 3 gram, kalsium sebanyak 20 mg, fosfor
sebanyak 100 mg, besi sebanyak 1 mg, vitamin B1 sebanyak 0,05 mg, vitamin A
sebanyak 30 SI, energi sebanyak 112 kal dengan berat yang dapat dimakan (edible
portion) sebanyak 80% (Hendrasaputra, 2008).
Salah satu teknik pengawetan pangan yang dapat diterapkan dan banyak
digunakan adalah pengawetan dengan suhu tinggi. Salah satu contoh pengawetan
dengan suhu tinggi pada ikan yaitu pengalengan ikan sarden. Pengalengan
merupakan salah satu cara untuk menyelamatkan bahan makanan, terutama ikan
dan hasil perikanan lainnya, dari pembusukan. Dalam pengalengan ini daya awet
ikan yang diawetkan jauh lebih bagus dibandingkan pengawetan cara lain
(Wulandari dkk, 2009). Selain ikan sarden bahan lain yang dibutuhkan dalam
pembuatan ikan sarden kaleng contohnya yaitu pasta tomat, garam, pengental
nabati (pati termodifikasi), penguat rasa (monosodium glutamat), gula, cabai
merah, bawang putih dan air. Komposisi kimia dari ikan sarden kaleng (saus
tomat) dijelaskan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Komposisi Kimia Ikan Sarden Kaleng (dengan Saus Tomat)

Komposisi Kemasan Kaleng Satuan


(dengan saus tomat)
Energi 175 kkal
Protein 18,5 g/100 g
Lemak 10,8 g/100 g
Karbohidrat 0,9 g/100 g
Natrium 315 mg/100 g
Kalium 371 mg/100 g
Kalsium 455 mg/100 g
Magnesium 38 mg/100 g
Fosfor 417 mg/100 g
Besi 2,69 mg/100 g
Klorida 480 mg/100 g
Mangan 0,18 mg/100 g

Sumber: (Roe, et al., 2013).


Pengalengan adalah cara pengawetan ikan dengan sterilisasi dalam kaleng,
kemudian disterilkan dengan panas. Fakto-faktor utama yang menentukan daya
awet ikan kalengan adalah sterilisasi yang mematikan seluruh bakteri dalam isian
kaleng dan kaleng yang menahan pengotoran atau penyebab pembusukan dari luar.
Ikan yang dikalengkan dan disimpan dengan baik dapat bertahan selama dua
tahun (Murniyati dan Sunarman, 2000). Pada umumnya proses pengalengan
bahan pangan terdiri atas beberapa tahap, diantaranya persiapan bahan, pengisian
bahan kedalam kaleng, pengisian medium, exhausting, sterilisasi, pendinginan dan
penyimpanan (Utami, 2012).
Berdasarkan cara pengolahannya, pengalengan hasil perikanan dapat dibedakan
dalam beberapa tipe, yaitu direbus dalam air garam, dalam minyak, dalam saos
tomat dan dibumbui. Ada pulapembagian produk pengalengan ikan atas dasar
bentuk bahan yang dikalengkan, dalam keadaan mentah atau dimasak terlebih
dahulu. Hudaya (2008) menambahkan bahwa proses pengalengan ikan terdiri dari
penyiapan wadah, penyiapan bahan mentah, pengisian ke dalam wadah dan proses
pengalengan.
1. Persiapan Bahan
Penyiapan wadah terdiri dari proses pembersihan wadah sebelum
dipakai dan pemberian kode. Penyiapan bahan mentah dapat terdiri dari
sortasi dan grading, pencucian, pengupasan atau pemotongan bahan
mentah. Sortasi dan grading dapat dilakukan berdasarkan ukuran atau
diameter, berat jenis atau warna. Selanjutnya proses pembersihan, proses
ini dimaksudkan untuk menghilangkan kotoran-kotoran dari bahan baku.
Pencucian dapat dilakukan dengan cara merendam atau menyemprot
bahan dengan air. Pengupasan dilakukan untuk membuang bagian-bagian
yang tidak dapat dimakan dan tidak diinginkan (Hudaya 2008).
2. Pengisian Bahan Pangan
Pengisian bahan pangan kedalam wadah harus memperhatikan
ruangan pada bagian dalam atas kaleng (head space). Head space adalah
ruang kosong antara permukaan produk dengan tutup yang berfungsi
sebagai ruang cadangan untuk pengembangan produk selama disterilisasi
agar tidak menekan wadah karena dapat menyebabkan kaleng menjadi
menggelembung. Besarnya head space bervariasi tergantung jenis produk
dan jenis wadah. Umumnya untuk produk cair dalam kaleng, tinggi head
space adalah sekitar 0,25 inci, sedangkan bila wadah yang digunakan
adalah gelas jars, direkomendasikan head space yang lebih besar
(Adawyah 2008).
3. Pengisian Medium
Medium pengalengan adalah larutan atau bahan lainnya yang
ditambahkan kedalam produk waktu proses pengisian. Jenis-jenis medium
yang biasa digunakan adalah larutan garam, sirup, kaldu dan minyak.
Larutan garam digunakan untuk bahan pangan yang tidak asam, sirup
digunakan untuk buah- buahan, kaldu untuk daging dan minyak digunakan
untuk ikan dan hasil perikanan lainnya. Medium pengalengan tersebut
dapat memberikan cita rasa pada produk kalengan, dan juga berfungsi
untuk mengurangi waktu sterilisasi, dengan cara meningkatkan proses
perambatan panas serta dapat mengurangi korosi kaleng dengan cara
menghilangkan udara (Adawyah 2008).
4. Penghampaan Udara (Exhausting)
Penghampaan udara (exhausting) adalah proses pengeluaran
sebagian besar oksigen dan gas-gas lain dari dalam wadah agar tidak
bereaksi dengan produk sehingga tidak mempengaruhi mutu, nilai gizi dan
umur simpan produk kalengan. Exhausting juga dilakukan untuk
memberikan ruang bagi pengembangan produk selama proses sterilisasi
sehingga kerusakan wadah akibat tekanan dapat dihindari dan untuk
meningkatkan suhu produk didalam wadah sampai mencapai suhu awal
(initial temperature). Penutupan wadah dilakukan setelah proses
penghampaan udara (exhausting) yang bertujuan untuk mencegah
terjadinya pembusukan (Utami, 2012).
5. Penutupan Wadah
Penutupan kaleng dilakukan dengan alat khusus. Penutupan kaleng
harus sempurna, sebab kebocoran dapat merusak produk. Sebelum wadah
ditutup diperiksa dahulu apakah head space -nya sudah cukup dan sesuai
dengan perhitungan. Setelah ditutup sempurna, kaleng atau wadah perlu
dibersihkan jika ada sisa-sisa bahan yang menempel pada dinding kaleng
atau wadah. Pencucian dilakukan dengan air panas (suhu sekitar 82,2°C)
yang mengandung larutan H2PO4 dengan konsentrasi 1,0-1,5% kemudian
dibilas dengan air bersih beberapa kali (Hudaya 2008).
6. Sterilisasi
Sterilisasi adalah operasi yang paling penting dalam pengalengan
makanan. Sterilisasi tidak hanya bertujuan untuk menghancurkan mikroba
pembusuk dan patogen, tetapi juga berguna untuk membuat produk
menjadi cukup masak, yaitu dilihat dari penampilannya, teksturnya dan
cita rasa sesuai yang diinginkan. Oleh karena itu, proses pemanasan ini
harus dilakukan pada suhu yang cukup tinggi untuk menghancurkan
mikroba, tetapi tidak boleh terlalu tinggi sehingga membuat produk
menjadi terlalu masak (Utami, 2012).
7. Pendinginan
Pendinginan dilakukan sampai suhunya sedikit diatas suhu kamar
(35-40°C) dengan maksud agar air yang menempel pada dinding wadah
cepat menguap sehingga terjadinya karat dapat dicegah. Tujuan
pendinginan adalah untuk mencegah lewat pemasakan dari bahan pangan
serta mencegah tumbuhnya spora-spora dari bakteri perusak bahan pangan
yang belum mati (Hudaya 2008).
8. Penyimpanan
Suhu penyimpanan yang dapat mempertahankan kualitas bahan
yang disimpan adalah 15°C. Suhu penyimpanan yang tinggi dapat
mempercepat terjadinya korosi dan perubahan tekstur, warna, rasa serta
aroma makanan kaleng. Untuk menghindari terjadinya hal tersebut maka
penyimpanan harus memenuhi syarat yaitu suhu rendah, RH (kelembaban
udara) rendah dan ventilasi atau pertukaran udara didalam ruangan
penyimpanan harus baik. Penyimpanan bertujuan agar makanan yang
dikalengkan tidak berubah kualitasnya maupun kenampakannya sampai
saat akan diangkut atau dipasarkan (Hudaya, 2008).
Pengalengan ikan membutuhkan penanganan yang lebih intensif serta
ditunjang dengan peralatan yang serba otomatis. Sebab dalam proses pengalengan,
ikan atau hasil perikanan lain dimasukkan dalam suatu wadah yang ditutup rapat
agar udara maupun mikroorganisme perusak yang datang dari luar tidak dapat
masuk. Selanjutnya wadah dipanasi pada suhu tertentu dalam jangka waktu
tertentu pula untuk mematikan mikroorganisme yang ikut terbawa pada produk
yang dikalengkan (Murniyati dan Sunarman, 2004).
Mutu ikan kaleng tergantung pada kesegaran bahan mentah, cara
pengalengan, peralatan, dan kecakapan serta pengetahuan pelaksana-pelaksana
teknis, sanitasi dan hygiene pabrik dan lingkungannya. Kesegaran bahan mentah
sangat penting dalam industri perikanan. Kesegaran adalah tolak ukur untuk
membedakan ikan yang jelek dan bagus kualitasnya. Berdasarkan kesegarannya,
ikan dapat digolongkan menjadi empat kelas mutu, yaitu ikan dengan kesegaran
baik sekali (prima), kesegaran masih baik, kesegarannya mulai mundur (sedang),
dan ikan yang sudah tidak segar lagi. Kualitas bahan baku meliputi kenampakan
secara visual dan jumlah mikroba yang terkandung dalam tubuh ikan. Bahan baku
yang prima akan sangat menentukan kualitas produk akhir pada proses
pengalengan ikan sarden. Untuk produk akhir kualitasnya selain ditentukan secara
fisik juga jumlah mikroba (Wulandari dkk, 2009).
BAB III
TATA LAKSANA KEGIATAN

A. WAKTU DAN LOKASI KEGIATAN MAGANG


Kegiatan magang ini dilaksanakan mulai tanggal 17 September
2018 sampai dengan 17 Oktober 2018, pada hari dan jam kerja
karyawan.Kegiatan magang ini dilaksanakan di Industri Pengalengan Ikan,
PT. Maya Food Industries di Jalan Jlamprang, Krapyak Lor, Pekalongan
Utara, Kota Pekalongan, Jawa Tengah 51149.
B. METODE KEGIATAN
Cara pengambilan data yang digunakan dalam kegiatan magang ini
dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
1. Metode Interview
Hal ini dapat dilakukan dengan wawancara langsung dengan pihak-
pihak di perusahaan baik manager, karyawan ataupun tenaga-tenaga
lain yang terkait untuk memperoleh data yang diinginkan.
2. Metode Observasi
Hal ini dilakukan dengan cara pengamatan langsung terhadap
obyek yang dipelajari.
3. Metode Pengambilan data secara langsung
Hal ini dilakukan dengan cara terjun langsung dalam setiap proses
produksi dan quality control.
4. Praktik atau Aktivitas Langsung
Turut serta dengan melakukan praktik kerja secara langsung dalam
setiap kegiatan di PT. Maya Food Industries
5. Studi Pustaka
Dilakukan dengan melakukan penelusuran sumber-sumber
berkaitan dengan objek yang dipelajari baik dari buku literature, buku
pedoman perusahaan, materi kuliah yang mendukung semua data yang
diinginkan, meliputi; proses produksi, mesin dan peralatan produksi,
utilitas, pengendalian mutu, pengemasan dan lain-lain.
C. ASPEK KAJIAN INDIVIDU
1. Aspek Umum
a. Keadaan Umum Perusahaan
1) Sejarah Umum Perusahaan
2) Latar belakang dan tujuan pendirian pabrik
3) Lokasi pabrik
 Letak geografis
 Transportasi
 Topografi
 Bahan mentah
 Tenaga kerja
 Utilitas
4) Keadaan Alam
5) Tata letak bangunan
b. Manajemen Perusahaan
1) Struktur dan sistem organisasi
2) Hak dan kewajiban karyawan
3) Kesejahteraan karyawan
4) Ketenaga kerjaan
c. Penyediaan Bahan Dasar
1) Sumber bahan dasar
2) Jumlah dan penyediaannya
3) Spesifikasi bahan dasar
4) Penanganan bahan dasar
5) Pengendalian mutu bahan dasar
6) Penyimpanan dan pengangkutan
d. Proses Pengolahan
1) Tahap-tahap proses yang dikerjakan
2) Kondisi yang dipersyaratkan oleh masing-masing proses
3) Pengendalian proses
4) Diagram alir proses, kualitatif dan kuantitatif
e. Mesin Dan Peralatan
1) Mesin dan peralatan proses
 Nama dan jenis alat
 Fungsi dari tiap jenis alat
 Jumlah alat
 Spesifikasi alat
2) Skema dan prinsip kerja alat
3) Kapasitas alat dan kapasitas pabrik
4) Tata letak mesin dan peralatan (lay out)
f. ProdukAkhir
1) Spesifikasi produk akhir
 Jenis produk akhir
 Jumlah produk akhir
 Standar kualitas produk akhir
 Pengendalian mutu produk akhir
2) Penanganan produk akhir
 Pengemasan
 Penyimpanan
g. Energi
1) Sumber energi dan cara pengadaannya
2) Kapasitas penyediaan
3) Penggunaan
h. Air
1. Sumber air dan cara pengadaannya
2. Kuantitas dan kualitas air yang tersedia
3. Penggunaan
i. Sanitasi Perusahaan
1) Sanitasi bangunan, peralatan dan tenaga kerja
2) Sanitasi selama proses produksi
3) Sanitasi lingkungan disekitar pabrik
4) Unit penanganan limbah industri
j. Pemasaran
1) Perkiraan biaya produksi
2) Penentuan harga jual
3) Pemasaran (pengepakan, gudang dan distributor)
k. Lay Out General Perusahaan
2. Aspek Khusus
Evaluasi pengendalian mutu dan keamanan pangan bahan baku
produk ikan sarden kaleng
D. JADWAL KEGIATAN INDIVIDU
No Macam Kegiatan Bulan X
MingguKe-
1 2 3 4
1 Perkenalan dan penyelesaian administrasi
2 Pra kegiatan di lapangan
3 Pelaksanaan kegiatan lapangan
4 Evaluasi data dan hasil kegiatan di lapangan
5 Penyusunan hasil akhir kegiatan lapangan
Keterangan: Jadwal ini dapat dimungkinkan berubah sesuai dengan
kebijakan dari perusahaan dan perjanjian sebelumnya dengan pelaksanaan
magang.
DAFTAR PUSTAKA

Adawyah, R. 2008. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Agustini, T. W., dan F. Swastawati. 2003. Pemanfaatan Hasil Perikanan Sebagai


Produk Bernilai Tambah (Value-Added) dalam Upaya
Penganekaragaman Pangan. Jurnal Teknol. dan Industri Pangan, Vol.
XIV (1): 74-81.

Arthatiani, F. Y. 2008. Penerapan Manajemen Mutu Terpadu pada PT Maya Food


Industries di Kota Pekalongan. Skripsi. Program Studi Manajemen
Bisnis Dan Ekonomi Perikanan-Kelautan Institut Pertanian Bogor
(IPB). Bogor.

Estiasih, T. 2009. Minyak Ikan Teknologi dan Penerapannya untuk Pangan dan
Kesehatan. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Hendrasaputra, D. 2008. Optimasi Proses Kristalisasi Urea pada Pembuatan


Konsentrat Asam Lemak Omega-3 dari Minyak Hasil Samping
Penepungan ikan Lemuru (Sardinella longiceps). Skripsi. Jurusan
Teknologi Hasil Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.

Hudaya, S. 2008. Tahapan proses pengalengan. Pelatihan Teknologi Pengolahan


Hasil Pertanian Pengolahan dan Pengawetan Pangan, 13 Oktober 2008.

Murniyati, A. S. Dan Sunarman. 2004. Pendinginan Pembekuan Dan Pengawetan


Ikan. Kanisius. Jakarta 97: 13-17.

PT. Maya Food Industries. http://maya.co.id/.Diakses 25 Februari 2018.

Roe, M., Church, S., Pinchen, H., dan P. Finglas. 2013. Nutrient Analysis of Fish
and Fish Products. Norwich Research Park. Norwich.

Utami, R. 2012. Karakteristik pemanasan pada proses pengalengan gel cincau


hitam ( Mesona palustris ). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Wulandari, D. A., Abida, I. W., dan A. Farid. 2009. Kualitas Mutu Bahan Mentah
dan Produk Akhir pada Unit Pengalengan Ikan Sardine Di PT. Karya
Manunggal Prima Sukses Muncar Banyuwangi. Jurnal Kelautan, Vol.
2(1): 1-10.

Anda mungkin juga menyukai