PENDAHULUAN
1
Saat ini konsumsi telur masyarakat Indonesia sudah tergolong tinggi.
Perkembangan konsumsi telur ayam ras selama tahun 1987-2014 rata-rata
mengalami peningkatan sebesar 3,83% per tahun. Konsumsi telur ayam ras di
tahun 1987 sebesar 2,55 kg/kap/th dan mengalami peningkatan hingga 6,31
kg/kapita/tahun pada tahun 2014 (Leli dkk, 2015). Telur yang dikonsumsi
masyarakat Indonesia berkisar antara 115 butir/kapita/tahun yang artinya setiap
tujuh hari masyarakat Indonesia mengkonsumsi 2-3 butir telur. Konsumsi telur
ayam selama kurun waktu lima tahun terakhir mengalami fluktuasi cukup
signifikan (Gambar 1).
Telur merupakan bahan pangan hasil ternak unggas yang mempunyai nilai
gizi tinggi, karena telur mengandung protein yang cukup tinggi dengan susunan
asam-asam amino yang komplit dan seimbang. Keunggulan telur sebagai produk
hasil ternak yang kaya gizi juga merupakan suatu kendala karena termasuk bahan
pangan yang mudah rusak (perishable). Riyanto (2001) menyatakan bahwa
kerusakannnya dapat berupa kerusakan fisik, dan kerusakan yang disebabkan oleh
serangan mikroba melalui pori-pori kerabang telur. Sifat mudah rusak tersebut
disebabkan kerabang telur mudah pecah dan retak
Marsudin (2009) menyatakan bahwa telur mudah mengalami penurunan
kualitas yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti kelembaban, temperatur,
dan kualitas awal telur itu sendiri, kulit telur yang mudah pecah, dan retak. Telur
tidak dapat diperlakukan secara kasar. Ukuran telur yang tidak sama besar dan
2
bentuk elipsnya memberikan masalah dalam penanganan telur. Penanganan yang
tepat mulai dari pengambilan telur dari kandang, membersihkan kulitnya, memilih
telur yang baik sampai pengepakannya sehingga siap untuk dipasarkan.
Penanganan pasca panen merupakan upaya sangat strategis dalam rangka
mendukung peningkatan produksi. Marsudin (2009) menyatakan bahwa
penanganan pasca panen telur konsumsi mempunyai tiga tujuan pokok yaitu siap
untuk dipasarkan, terjaga kesegaran dan keawetannya. Serta aman dan utuh
selama menunggu angkutan dan selama pemasaran. Penanganan pasca panen telur
konsumsi utuh meliputi terutama sortasi, pengemasan, penyimpanan dan
transportasi.
CV. Mitra Prayoga Agrisatwa dalam kegiatannya meliputi pengadaan
bahan baku, penanganan pasca panen, peternakan ayam petelur, telur kemasan
(organik dan non organik), dan pendistribusian. Telur yang diproduksi oleh CV.
Mitra Prayoga Agrisatwa Jember dihasilkan dari ayam petelur dengan pembibitan,
manajemen pakan, manajemen kesehatan, penanganan pasca panen telur yang
baik. CV. Mitra Prayoga Agrisatwa juga menggunakan kandang dengan sistem
modern dan canggih yaitu close house farming system yang menggunakan
jaminan tingkat higienis yang tinggi sehingga telur yang dihasilkan terjamin
kebersihannya dan bebas bakteri Salmonella. Perusahaan ini juga menggunakan
kandang sistem open house farming system yang digunakan pada ayam petelur
dalam skala kecil.
Pemilihan tempat MKI didasarkan pada keterkaitan bidang ilmu yang
dimiliki dengan bidang usaha di CV. Mitra Prayoga Agrisatwa dengan seperti
yang terdapat pada mata kuliah Produksi Ternak Unggas, Dasar Teknologi, Telur
dan Teknologi Pengolahan Telur, khususnya pada Program Studi Teknologi
Pengolahan Hasil Ternak di Politeknik Negeri Banyuwangi.
CV. Mitra Prayoga Agrisatwa dipilih sebagai tempat MKI karena tempat
tersebut dapat mendukung dalam pengaplikasian proses belajar selama
perkuliahan, dengan berbekal pengetahuan teknologi pengolahan telur khususnya
penanganan pasca panen telur konsumsi program MKI ini diharapkan dapat
memberikan pengalaman serta pengaplikasian secara nyata tentang dunia kerja
yang berhubungan dengan ilmu yang didapatkan di program studi Teknologi
Pengolahan Hasil Ternak.
3
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan beberapa permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah penanganan pasca panen telur di CV. Mitra Prayoga Agrisatwa?
2. Bagaimanakah grading telur di CV. Mitra Prayoga Agrisatwa?
1.3 Tujuan
Tujuan dari kegiatan MKI ini antara lain:
1. Untuk menganalisis penanganan pasca panen telur konsumsi di CV. Mitra
Prayoga Agrisatwa.
2. Untuk menganalisis proses grading yang ada di CV. Mitra Prayoga Agrisatwa
4
3. Sebagai sarana bertukar ilmu di kampus dengan pengalaman kerja yang ada di
perusahaan.
5
BAB 2
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
6
melalui jaringan minimarket terkenal yang ada di Indonesia dan berbagai kota di
seluruh Jawa Timur.
7
2.3 Struktur Organisasi Perusahaan
CV. Mitra Prayoga Agrisatwa mempunyai struktur organisasi tersaji pada
gambar sebagai berikut:
Komisaris
Sigit Prayoga
Nathalia Indri Chandra
Direktur
Nathalia Indri Chandra
Auditor
Synergy.net
HRM
Anastasia Chandra
Roviqo
STAFF
ADMIN ADMIN
Denik Dwi Denik Dwi
KEPALA
KANDANG
OPERATOR
Logistik
OPERATOR
KANDANG
8
Susunan organisasi yang ada di CV. Mitra Prayoga Agrisatwa dan masing-masing
tugas dari bagian tersebut meliputi :
1. Direktur Utama
Direktur utama merupakan pemilik perusahaan dimana selaku pimpinan
tertinggi di perusahaan yang bertanggung jawab atas kelangsungan
perusahaan. bertugas menjalankan dan melaksanakan tugas-tugas kepala
bagian yang bersifat umum. Mengontrol, mengoreksi, memberi arahan
kepada setiap departemen dengan alasan yang dapat dipertanggung jawabkan
bila terjadi penyimpangan-penyimpangan.
2. Auditor
Auditor memiliki tugas memeriksa keuangan secara menyeluruh yang ada di
CV. Mitra Prayoga Agrisatwa mencakup pemeriksaan transaksi keluar dan
transaksi masuk.
3. HRM (Human Resource Management)
HRM memiliki tugas melakukan persiapan dan seleksi tenaga kerja di
perusahaan CV. Mitra Prayoga Agrisatwa.
4. Marketing
Marketing memiliki tugas setiap aktifitas pemasaran yang ada di perusahaan
CV. Mitra Prayoga Agrisatwa.
5. Accounting
Accounting memiliki tugas setiap aktifitas anggaran yang ada di perusahaan
CV. Mitra Prayoga Agrisatwa, mulai dari gaji karyawan dan kebutuham setiap
divisi.
6. Logistik
Logistik memiliki tugas bertanggung jawab terhadap penerimaan,
penyimpanan, distribusi dan pengiriman produk atau bahan baku yang
terdapat di perusahaan CV. Mitra Prayoga Agrisatwa.
7. Produksi
Produksi memiliki tugas bertanggung jawab terhadap jalannya proses
produksi produk yang ada di perusahaan CV. Mitra Prayoga Agrisatwa.
9
8. Supervisor
Supervisor memiliki tugas bertanggung jawab mengawasi dan menyiapkan
kebutuhan produksi dan logistik yang ada di perusahaan CV. Mitra Prayoga
Agrisatwa.
9. Administrasi
Administrasi memiliki tugas bertanggung jawab terhadap data produksi
produk yang ada di perusahaan CV. Mitra Prayoga Agrisatwa.
10. Kepala kandang
Kepala kandang memiliki tugas bertanggung jawab terhadap ternak mulai
dari pemberian vaksin, ternak sakit, dan kesuburan ternak.
11. Staff
Staff memiliki tugas bertanggung jawab terhadap membantu kinerja dan
jalannya produksi produk mulai dari pemanenan, proses produksi, dan
pengiriman produk sampai ke tangan konsumen.
10
c. Untuk tenaga kerja borongan sistem kerjanya hanya sementara dan jumlah
tenaga kerja borongan disesuaikan dengan banyaknya produksi dan diupah
sesuai banyaknya produk yang dihasilkan.
2.4.2 Rekruitmen
Rekruitmen perusahaan CV. Mitra Prayoga Agrisatwa untuk saat ini yang
dibutuhkan hanya lulusan sarjana peternakan, karena perusahaan tersebut telah
memperbaiki managemennya mulai saat ini. Adapun tahapan rekruitmen di CV.
Mitra Prayoga Agrisatwa yaitu:
a. Interview
Interview dilakukan kepada calon pegawai, selain itu dilakukan pemeriksaan
terhadap kelengkapan surat-surat, serta pemeriksaan fisik, perekrutan ini
dilakukan oleh bagian Personalia CV. Mitra Prayoga Agrisatwa.
b. Perjanjian Kerja
Perjanjian kerja dilakukan setelah calon pegawai dinyatakan lulus pada tahap
interview. Dalam perjanjian ini dijelaskan bagaimana teknis dan tugas dari
pegawai tersebut, serta peraturan-peraturan yang harus dipatuhi selama bekeja
di CV. Mitra Prayoga Agrisatwa
c. Serah Terima
Proses selanjutnya serah terima pegawai dari personalia ke bagian yang
melakukan permintaan pekerja, setelah itu akan direkapitulasi oleh bagian
accounting.
d. Training
Pelatihan dilakukan terhadap pegawai baru. Pelatihan ini diberikan sesuai
dengan bagian yang diberikan kepada baru oleh trainer dan didampingi oleh
pegawai lama yang sudah berpengalaman dibidangnya.
11
bekerja, jabatan pekerjaan, kenaikan UMK(Upah Minimum Kabupaten) serta
kemampuan perusahaan.
b. Tunjangan keuangan berupa THR
Tunjangan Hari Raya merupakan tunjangan yang diberikan pada keryawan
pada setiap tahunnya pada Hari Raya Keagamaan. Besaran tunjangan ini
disesuaikan dengan jenis golongan karyawan yang ada di CV. Mitra Prayoga
Agrisatwa.
c. Cuti Kerja
CV. Mitra Prayoga Agrisatwa memberikan kesempatan kepada karyawan
untuk melakukan cuti baik itu cuti kerja atau cuti hamil serta hari keagamaan.
12
Pembimbing adalah seseorang yang memberikan bimbingan kepada
seseorang dengan cara mengarahkan, mengajari, dan memantau. Ini. Data
pembimbing lapang dapat disajikan sebagai berikut:
Nama : Roberts Andy Prayoga
Alamat : Desa Yosomulyo, Kecamatan Gambiran,Kabupaten
Banyuwangi
Jabatan : Manager Produksi dan logistik
Nomor Telp/HP : 081239998887
Email : bee4987@ymail.com
Pendidikan Terakhir : S1 Ekonomi Akuntansi
BAB 3
PELAKSANAAN
13
3.2 Jadwal Kegiatan
Tabel 1. Lembar kerja harian MKI
14
23 September 2016 Proses persiapan kotak kayu, Proses produksi.
24 September 2016 Proses produksi, Mendata telur retak.
25 September 2016 Proses pendistribusian telur di pasar tradisonal dan toko.
26 September 2016 Proses produksi, Proses pendistribusian telur.
27 September 2016 Proses produksi, Proses sortir.
28 September 2016 Proses produksi, Mendata ayam yang tidak bertelur.
29 September 2016 Mendata ayam yang tidak bertelur.
30 September 2016 Mendata ayam yang tidak bertelur.
1 Oktober 2016 Mendata ayam yang tidak bertelur.
2 Oktober 2016 Mendata ayam yang tidak bertelur.
3 Oktober 2016 Mendata ayam yang tidak bertelur.
4 Oktober 2016 Proses produksi, Proses sortir.
5 Oktober 2016 Proses produksi, Proses sortir.
6 Oktober 2016 Proses produksi, Mendata telur retak.
7 Oktober 2016 Proses produksi, Proses sortir, Pelabelan kemasan.
8 Oktober 2016 Proses produksi, Proses sortir.
9 Oktober 2016 Proses produksi, Pendistribusian telur.
10 Oktober 2016 Proses produksi.
11 Oktober 2016 Proses produksi, Proses sortir, Mendata telur retak.
12 Oktober 2016 Proses produksi, Proses sortir, Mendata telur retak.
13 Oktober 2016 Proses produksi, Mendata telur retak.
14 Oktober 2016 Proses produksi, Proses sortir, Treatment telur,
Pengemasan telur.
15 Oktober 2016 Treatment telur, Pengemasan telur.
16 Oktober 2016 Treatment telur, Pelabelan kemasan telur.
17 Oktober 2016 Treatment telur, Pengemasan telur.
18 Oktober 2016 Treatment telur, Pengemasan telur.
19 Oktober 2016 Proses produksi, Proses sortir.
20 Oktober 2016 Proses produksi, Mendata telur retak.
21 Oktober 2016 Proses poduksi, Proses sortir, Pelabelan kemasan telur.
22 Oktober 2016 Treatment telur, Barcode kemasan, Pengemasan telur.
23 Oktober 2016 Proses produksi (meliputi pemindahan telur dari egg
tray ke kotak kayu, Proses sortir (meliputi pemilihan
telur berdasarkan ukuran, warna dan kebersihan.
15
ukuran, warna, kebersihan), Pelabelan kemasan telur.
28 Oktober 2016 Pelabelan kemasan, Treatment telur, Stamping telur.
29 Oktober 2016 Konsultasi pembimbing lapang
30 Oktober 2016 Proses Produksi, Proses sortir.
31 Oktober 2016 Proses produksi, Proses sortir.
BAB 4
HASIL MAGANG KERJA INDUSTRI
16
4.2 Tahapan Proses Penanganan Pasca Panen
Berikut adalah tahapan proses penanganan pasca panen telur di CV. Mitra
Prayoga Agrisatwa terdapat pada gambar 3.
Pengangkutan telur
Penimbangan telur
17
4.4 Produksi Telur
CV. Mitra Prayoga Agrisatwa memilih strain ayam petelur Isa Brown
karena khusus untuk produksi telur dalam skala besar. Sakroni (2015) menyatakan
bahwa strain Isa Brown produktivitas telur dalam setahun 300 butir/ekor dengan
berat telur rata-rata 60-62 gram. Strain Isa Brown dipelihara pada umur 19
minggu untuk populasi ayam kandang 3, 4, 7, dan 12 berjumlah 28.000 ekor.
Strain Isa Brown pada umur 20 minggu populasi ayam kandang 10 dan 11
berjumlah 8.000 ekor. Ayam diafkir pada umur 85-90 minggu. Berdasarkan tabel
produksi puncak produksi Strain Isa Brown terjadi pada bulan agustus sebanyak
947.960 butir telur. Mengalami penurunan pada bulan oktober sebanyak 869.056
telur. Penurunan produksi ini dipengaruhi oleh umur ayam, konsumsi pakan, dan
kondisi lingkungan biasanya sulit diatasi sehingga perlu peremajaan dengan
melakukan pengadaan bibit yang baru (Chintia dkk, 2014).
Tabel 5. Jumlah produksi telur tahun 2016 di CV. Mitra Prayoga Agrisatwa
18
4.5 Proses Penanganan Pasca Panen Telur Konsumsi
Penanganan pasca panen merupakan kegiatan proses penanganan lebih
lanjut dalam rangka mendukung peningkatan produksi usaha panen telur
konsumsi. Penanganan pasca panen telur konsumsi mempunyai tiga tujuan pokok
yaitu siap untuk dipasarkan, terjaga kesegaran dan keawetannya, serta aman dan
utuh selama menunggu angkutan dan selama pemasaran. Penanganan pasca panen
telur konsumsi utuh meliputi terutama pengambilan telur dari kandang,
pengangkutan telur, sortasi, dan pengemasan. Cara penanganan pasca panen telur
konsumsi tergantung pada skala usaha dan jalur pemasarannya.
Manajemen penanganan pasca panen telur di perusahaan CV. Mitra
Prayoga Agrisatwa sesuai dengan pendapat (Saragih, 2000) yaitu agribisnis
berbasis peternakan terdiri dari sistem sarana produksi ternak, sistem pasca panen
ternak dan pemasaran. Pendapat tersebut diperkuat oleh (Downey dan Ericson,
1992) agribisnis berbasis peternakan meliputi keseluruhan kegiatan manajemen
mulai dari perusahaan menyediakan sarana produksi ternak, proses produksi
peternakan, pengananan pasca panen, pengangkutan, dan pemasaran.
Keadaan mutu telur konsumsi ditentukan oleh banyak faktor yaitu: 1) cara
beternak, termasuk kondisi kandang, 2) faktor sebelum dan selama pemanenan,
3) kondisi pasca panennya. Telur cacat dan rusak waktu panen biasanya sudah
disortasi waktu selesai dipanen. Kondisi mutu telur konsumsi di pasar lebih
banyak ditentukan oleh faktor-faktor pasca panennya.
Setelah keluar dari induknya telur unggas cenderung mengalami
perubahan sifat-sifat yang berdampak pada penurunan mutu atau kerusakan telur.
Hal ini sesuai dengan pendapat (Riyanto, 2001) yang mengemukakan bahwa
penurunan kualitas telur disebabkan oleh adanya kontaminasi mikroba dari luar
yang masuk melalui pori-pori kerabang telur dan kemudian merusak isi telur.
Kerusakan telur juga disebabkan oleh menguapnya air dan gas seperti
karbondioksida, amonia, dan nitrogen dari dalam telur. Penguapan yang terjadi
membuat bobot telur menyusut, dan putih telur menjadi lebih encer. Diperlukan
pelaksanaan penanganan pasca panen yang tepat supaya hasil yang didapat
memiliki kualitas baik. Proses penanganan pasca panen telur konsumsi di CV.
Mitra Prayoga Agrisatwa meliputi:
19
Pengambilan atau pemanenan telur di dalam kandang CV. Mitra Prayoga
Agrisatwa minimal dilakukan tiga kali sehari yaitu pukul 09.00, 13.00, dan 15.00.
Pemanenan telur di kandang close house menggunakan mesin pengambilan telur,
sehingga karyawan tidak perlu berkeliling melakukan pengambilan atau
pemanenan telur. Karyawan hanya perlu memindahkan telur yang dibawa oleh
mesin dan di letakkan ke dalam egg tray.
Pengambilan telur menggunakan mesin penarik telur ini disebut dengan x-
collecting. Alat ini sangat efisien dan otomatis karena telur akan menuju ke depan
hingga sampai ke karyawan. Pengambilan telur harus dilakukan secara cepat dan
diletakkan di egg tray karena jika telur sudah menumpuk maka telur akan tercecer
dan pecah. Penempatan telur dalam egg tray kurang lebih dalam 1 tumpuk ada 10
tray.
Telur yang sudah terkumpul dipisahkan antara telur yang bagus dengan
telur yang rusak atau kerabangnya agak putih. Telur yang kerabangnya berwarna
cerah memiliki ketebalan kulit yang rendah sehingga diletakkan di egg tray yang
paling atas. Egg tray yang sudah penuh telur kemudian diangkut menggunakan
motor pengangkut telur untuk dibawa ke ruang produksi.
Pengambilan atau pemanenan telur di kandang sistem Open House di CV.
Mitra Prayoga Agrisatwa berbeda dengan sistem clouse house. Pengambilan telur
di kandang open house dilakukan dengan manual yaitu karyawan berkeliling dan
mengambil telur di dalam kandang. Telur dikumpulkan dengan menggunakan egg
tray. Sistem penanganan telur sama dengan sistem close house.
Telur di dalam kandang harus segera dipanen dan diambil karena
dikhawatirkan akan dipatuk oleh ayam, sehingga telur akan retak dan pecah, yang
menyebabkan mikroba masuk ke dalam telur dan telur akan cepat membusuk
(Sumarno, 2009). Pengambilan telur merupakan fungsi produksi telur, semakin
tinggi produksi telur maka akan semakin tinggi pula frekuensi pengambilan telur
(Rasyaf, 2009).
20
Gambar 4. Pengambilan telur di
kandang close house
2. Pengangkutan Telur
Penanganan saat transportasi juga sangat berpengaruh pada terjadinya
kerusakan telur. Transportasi mempunyai peranan penting dalam penanganan
pasca panen telur. Transportasi telur konsumsi diperlukan selama proses
pengambilan telur dari kandang kemudian diangkut untuk segera diproses lebih
lanjut dan selama penanganan pasca panen, telur dapat mengalami penurunan
mutu atau kerusakan produk. Penanganan pasca panen telur membutuhkan alat
pengangkut atau transportasi yang baik untuk dibawa ke ruang produksi.
Syafiardi dan Iskandar (2006) menyatakan bahwa pengangkutan telur
sangat penting karena untuk meminimalisir resiko pecah dan (Tumbel, 2016)
menyatakan bahwa untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi dari transportasi,
maka petani harus menggunakan mini-truck sebagai model transportasinya. Telur
diambil dari kandang, selanjutnya diangkut menggunakan mobil box untuk
dibawa ke ruang produksi. pengangkutan telur dilakukan dengan cara mobil box
masuk ke area kandang, selanjutnya karyawan mengangkat egg tray yang sudah
penuh telurnya kemudian diletakkan di mobil box. Pengangkutan menggunakan
mobil box sudah tepat selain karena kapasitas dari mobil box ini yang cukup besar
21
dan bisa menampung kurang lebih 20 tumpukan egg tray. Penggunaan mobil box
ini meminimalisir resiko pecah dan rusak pada telur sangat kecil.
3. Penimbangan Telur
Telur setelah diambil dari kandang, kemudian ditimbang dan dicatat dalam
buku recording. Penimbangan dilakukan oleh karyawan dan diawasi oleh staff
produksi. Cara penimbangannya adalah menimbang telur dengan egg tray kurang
lebih 1 tumpuk sekali penimbangan. Timbangan yang digunakan adalah
timbangan yang kapasitasnya 10-15 kg. Telur yang sudah ditimbang langsung
dilakukan proses sortasi dan grading.
22
4. Grading
Sortasi dan grading merupakan kegiatan utama dalam usaha penanganan
pasca panen hasil peternakan, baik dalam keadaan segar maupun dalam keadaan
tidak segar. Sortasi dan grading merupakan kegiatan awal dalam penanganan
bahan yang akan menentukan keberhasilan proses penanganan (Supiani, 2015).
Grading bertujuan untuk menyeleksi telur menjadi beberapa tipe dan grade. Telur
dibagi menjadi 3 grade, yaitu grade A1, A2, dan A3. Proses sortasi dilakukan
untuk menghasilkan kualitas yang baik.
Tabel 6. Sortasi telur
Kualitas telur Kriteria telur berdasarkan sifat fisik
Kualitas 1 Normal, halus, tebal, utuh, bersih
Kualitas 2 Normal, halus, sedang, sedikit kotor
Kualitas 3 Abnormal, sedikit kasar, tipis, kotor
Sumber: CV. Mitra Prayoga Agrisatwa, 2016
Pembagian grade selain dari sifat fisik juga dilihat dari berat yang dimiliki
telur. Berdasarkan beratnya, grading telur umumnya menghasilkan klasifikasi
telur dengan sebutan telur jumbo, telur ekstra besar, telur besar, telur ukuran
sedang, telur kecil, dan telur kecil sekali.
Telur yang berukuran kecil memiliki kualitas isi yang tinggi dibanding
telur yang besar. Standar ukuran dalam pemasaran telur adalah 56,7 gram per butir
(Sumarni dan Nan Djuarnani, 1995).
Tabel 7. Tabel grading telur berdasarkan SNI 01-3626-2008
23
dengan cutter. Berat telur rata-rata di perusahaan yaitu 50 gram. Berat telur
menurut penelitian (Romanoff, 1963) 41.32-45.17 gram dan menurut (Romanoff,
1963) penurunan berat dipengaruhi adanya penyusutan. Pembersihan bertujuan
untuk menghilangkan kotoran dari permukaan kulit telur. Hal ini sesuai dengan
pendapat (Rachmawan, 2001) sortasi telur yang dilakukan yaitu meliputi
standarisasi ukuran, perawatan telur, pembersihan, dan pengemasan. Kebersihan
telur harus diperhatikan karena jika tidak dilakukan telur akan kotor, telur akan
ditumbuhi mikroba, dan telur tidak akan diterima konsumen karena konsumen
lebih memilih hasil telur yang bersih. Telur yang kotor harus dibersihkan sehingga
tidak menyebabkan kontaminasi. United States Departement of Agriculture
(1964) menyatakan bahwa kerabang telur yang kotor tidak akan diterima
konsumen dan di pasaran tradisional maupun swalayan.
Hasil telur yang sudah di sortasi akan dicatat dan di distribusikan ke pasar
tradisional, modern market, dan hotel. Setelah proses sortasi telur yang sudah
dilakukan akan menghasilkan telur yang tidak lolos sortasi yang disebut dengan
telur komersial. Telur komersial adalah telur yang tidak termasuk pada pada salah
satu grade, seperti telur kecil, telur retak, telur jumbo, telur kerabang tipis, dan
24
beberapa telur yang memiliki kerabang yang tidak beraturan. Hal tersebut dapat
disebabkan karena ayam yang kurang sehat, keadaan organ reproduksi yang
sedang bermasalah, kurangnya asupan ransum, dan juga dari manajemen
pengambilan telur yang kurang baik (Kurtini, 2014). (Pamungkas , 2007)
menyatakan bahwa telur yang baru datang akan diseleksi berdasarkan ukuran,
kebersihan, dan keutuhan agar telur tidak terkontaminasi. seperti di bawah ini
pada tabel berikut beberapa telur hasil telur tidak lolos sortasi.
Tabel 8. Telur yang tidak lolos sortasi
No Gambar Penyebab
1. Telur jumbo Penyebab telur dua kuning telur dalam satu
kerabang atau telur ukuran jumbo dikarenakan
umur ayam yang masih terlalu dini, dan ayam
memiliki bobot badan yang besar.
25
5. Distribusi
Sistem pemasaran telur di CV. Mitra Prayoga Agrisatwa menggunakan
sistem pemasaran langsung dan tidak langsung. Pemasaran langsung yaitu
pembeli langsung ke perusahaan pada bagian marketing untuk memilih telur yang
akan dibeli. Pemasaran tidak langsung yaitu pembeli menghubungi bagian
marketing melalui via telfon untuk melakukan transaksi jual beli telur yang akan
dibeli kemudian perusahaan akan mengirimkan telur pada staff pengiriman telur
dengan menggunakan mobil box sebagai alat pengangkut telur.
Telur sebelum sampai ke tangan konsumen harus dikemas menggunakan
peti atau kotak kayu guna meminimalisir resiko kerusakan pada saat distribusi.
Telur yang rusak pada saat perjalanan dan pengemasan yang rusak dapat diretur
oleh perusahaan namun jika kerusakannya diakibatkan oleh pembeli maka telur
tersebut tidak dapat diretur oleh perusahaan. Pemasaran telur di CV. Mitra
Prayoga Agrisatwa adalah di pasar dan toko tradisional, modern market, dan hotel.
CV. Mitra Prayoga Agrisatwa melalui media sosial untuk melakukan
promosi produk telur. Media sosial selain sarana untuk menjual juga dapat
digunakan untuk promosi produk telur dan perusahaan menggunakan media sosial
seperti facebook, instagram, dan blog. CV. Mitra Prayoga Agrisatwa akan terus
meningkatkan dan mengembangkan kualitas produknya untuk menghadapi pasar
global.
BAB 5
PENUTUP
26
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kerja praktik yang telah dilaksanakan dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Proses penanganan pasca panen produksi telur di CV. Mitra Prayoga
dilaksanakan dengan penanganannya meliputi pengambilan telur menggunakan
alat modern dan canggih, pengangkutan telur menggunakan mobil box,
penimbangan telur, proses grading, dan pengemasan.
2. Proses grading yang dilakukan sudah tepat yaitu dengan pelaksanaan proses
pemilihan telur berdasarkan sifat fisik, bentuk, dan ukuran. Telur yang
dihasilkan oleh CV. Mitra Prayoga Agrisatwa memiliki kualitas baik dan dapat
memenuhi kebutuhan gizi masyarakat.
5.2 Saran
Penulis memberikan beberapa saran yang dapat dipertimbangkan oleh
perusahaan guna untuk meningkatkan kualitas telur di CV. Mitra Prayoga
Agrisatwa diantaranya:
1. Perusahaan sebaiknya meningkatkan kegiatan pengananan pasca panen dan
sortasi telur, agar didapatkan hasil produksi telur yang kualitas baik.
2. Karyawan sebaiknya memakai pakaian kerja yang lengkap yaitu jas lab,
masker, sarung tangan, dan penutup kepala.
3. Semakin menjaga kualitas telur yang dihasilkan supaya nilai jual pada produk
bertambah dan meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2008. SNI 01-3926-1995: Telur Ayam Segar
Untuk Konsumsi. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.
27
Chintia, C.L.S., Boyke, R., Masje, T.M., Poulla, O.V.W. 2014. Analisis
penggunaan faktor produksi pada perusahaan ayam ras petelur. Jurnal
Zootek. 34 (1):1-14.
Downey, W.D., dan Erickson, S.P. 1992. Manajemen Agribisnis. (Alih Bahasa:
Terjemahan Agribusiness Management). Erlangga. Jakarta.
Kurtini, T., Nova, K., dan Septinova, D. 2014. Produksi Ternak Unggas. Anugrah
Utama Raharja. Bandar Lampung.
Marsudin, S. 2009. Pengaruh beberapa bahan pengawet nabati terhadap nilai
Haugh Unit, berat dan kualitas telur konsumsi selama penyimpanan.
Seminar nasional teknologi peternakan dan veteriner. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Lampung. Bandar Lampung.
Nuryati L., Waryanto, B., Noviati. 2015. Outlook Komoditas Pertanian Subsektor
Peternakan Telur. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat
Jenderal Kementerian Pertanian. Jakarta.
Pamungkas, P. W. 2007. Evaluasi kualitas telur ayam ras hasil perlakuan Effective
Microorganisme selama penyimpanan. Skripsi. Fakultas Kedokteran
Hewan. Universitas Udayana Denpasar.
Rachmawan, O. 2001. Penanganan Telur dan Daging Unggas. Modul Program
Keahlian Teknologi Hasil Ternak SMK. Departemen Pendidikan Nasional
Proyek Pengembangan Sistem dan Standar Pengelolaan SMK Direktorat
Pendidikan Menengah Kejuruan Jakarta. Jakarta.
Rasyaf, M. 2009. Beternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya. Jakarta.
Riyanto, A.H., Kurnia, P., Setiono., Karno dan Tanudi. 2001. Sukses Menetaskan
Telur Ayam. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Romanoff, A.L. 1963. The Avian Egg. John Willey and Sons Inc. New York.
Sakroni, P. 2015. Perbandingan tebal kerabang, penurunan berat telur, dan nilai
Haugh Unit telur ayam ras umur simpan sepuluh hari dari strain ayam yang
berbeda. Jurnal Ilmu Peternakan. 3 (4): 217-220.
Saragih, B. 2000. Agribisnis sebagai landasan pembangunan ekonomi Indonesia
dalam era millenium baru 1. Jurnal Studi Pembangunan, Kemasyarakatan
& Lingkungan. 2 (1):1-9.
Sartika, Sofjan, Tike dan Iskandar. 2008. Mengenal Plasma Nutfah Ayam
Indonesia dan Pemanfaatannya. Kelompok Peternakan Ayam Kampung
Sukabumi. (KEPRAK). Sukabumi.
Sumarni dan Djuarnani, N. 1995. Diktat Penanganan Pasca Panen Unggas.
Departemen Pertanian. Balai Latihan Pertanian Ternak Ciawi. Bogor.
Sumarno. 2009. Manajemen Pemeliharaan Ayam Petelur di Peternakan PT. Sari
Unggas Farm di Kabupaten Sragen. Tugas Akhir. Fakultas Pertanian.
Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Supiani. 2015. Penanganan pasca panen tomat (Lycopercum escusien Mill) untuk
meningkatkan keuntungan di Mitra Tani Parahyangan Kabupaten Cianjur.
Laporan Tugas Akhir. Program Studi Agribisnis. Politeknik Negeri
Payakumbuh. Padang.
Syafiardi, R., dan Iskandar, I. 2006. Analisis pemasaran telur di kecamatan
Tilatang Kamang kabupaten Agam. Jurnal Peternakan Indonesia. 11 (1):
79-101.
28
Syarif, R. 1990. Materi Pelatihan Singkat Pengendalian Mutu dalam Industri
Pangan dan Peran Pengemasan dalam Mempertahankan Mutu Pangan. Pusat
Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Tumbel, E., Nangoy, S.C., Karuntu, M. 2016. Pemilihan jalur transportasi
komoditi tomat pada pedagang di pasar tradisional Karombasan Mando.
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi. 16 (1): 26-27.
[USDA] United States Departement of Agricukture. 1964. Egg Grading Manual.
Agriculture Handbook. Number 75.Washington D.C.
Zulfikar. 2013. Manajemen pemeliharaan ayam petelur ras. Skripsi. Universitas
Syiah Kuala. Aceh.
29
Gambar 1. Kandang close house Gambar 2. Kandang open house
30
Gambar 7. Ultra violet Gambar 8. Nipple
31
Gambar 15. Tirai Gambar 16. Electric fencer
32
Gambar 20. Egg tray Gambar 21. Alat penarik
33
34