Anda di halaman 1dari 14

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Analisis Situasi

Mahasiswa sebagai calon sarjana dituntut untuk menguasai bidang


studinya secara mendalam sebagai ahli dibidangnya. Penguasaan ilmu secara
teoritis merupakan nilai keahlian yang harus dimiliki untuk mengaktualisasikan
dirinya di masyarakat dan bidang studinya. Sistem belajar mengajar diperkuliahan
menuntut mahasiswa untuk kreatif menambah ilmu dan belajar secara mandiri.
Kegiatan magang diharapkan menjadi sarana untuk belajar mahasiswa
tentang hal-hal yang belum dipelajari diperkuliahan. Karena dalam kegiatan
magang selain dapat menerapkan ilmu yang dipelajari secara nyata dimana
banyak variabel factor yang berpengaruh, mahasiswa akan memperoleh
pengetahuan dan pengalaman kerja dilingkungan yang baru dan bagaimana
berinteraksi dan beradaptasi dengan masyarakat perusahaan. Sehingga dapat
menambah keterampilan sebagai lulusan dari perguruan tinggi yang akan
berkompetisi di dunia kerja.
Praktek di lapangan kadang-kadang tidak sesuai dengan teori yang ada, hal
tersebut merupakan kenyataan yang wajar terjadi. Magang pada suatu perusahaan
merupakan salah satu cara untuk mengetahui praktek yang sesungguhnya di
lapangan dan merupakan saat yang tepat untuk mendalami ilmu dan
mensingkronkan ilmu teori yang didapat dari bangku perkuliahan.
Perkembangan peternakan unggas di Indonesia saat ini mulai berkembang
dengan baik. Kemajuan perusahaan unggas di Indonesia ini terbukti dengan
berdirinya perusahaan peternakan unggas modern, baik itu dalam
bidang breeding, pemeliharaan ternak unggas maupun produksi pakan unggas.
Situasi dan kondisi peternakan nasional terlihat dari kinerja industri perunggasan
dimana daging unggas berkontribusi sebesar 65 % dari total produksi daging
nasional dan telur ayam berkontribusi sebesar 70,1 % dari total produk telur
nasional (Sugiono dan Haryadi, 2013). Menurut koordinator Forum Masyarakat
Perunggasan Indonesia (FMPI), pada tahun 2008 konsumsi daging broiler dan
telur ayam nasional hanya sebesar 7 kg/tahun per kapita dan 87 butir/tahun/per
kapita (Utoyo, 2011). Meskipun demikian, ada tren kenaikan konsumsi daging
broiler dan telur ayam dari tahun ke tahun. Menurut Badan Pusat Statistik, selama
tahun 2009-2013 rata-rata pertumbuhan konsumsi daging ayam untuk ras
pedaging sebesar 4,60% dan ayam ras petelur sebesar 1,61%. Potensi kenaikan
konsumsi ayam broiler dan telur ini di masa mendatang akan sangat berpengaruh
pada perkembangan industri peternakan unggas.
Meningkatnya kemajuan peternakan unggas di Indonesia merupakan
peluang yang cukup baik bagi perusahaan pembibitan parent stock karena
permintaan bibit ayam broiler komersil (DOC) setiap tahun semakin tinggi,
sejalan dengan perkembangan penduduk dan kesadaran penduduk akan
pentingnya gizi, yang menyebabkan terjadinya pergeseran konsumsi rumah tangga
dari nabati keprotein hewani seperti telur, daging dan susu (AAK, 1989) dan tanpa
adanya produksi DOC dari suatu perusahaan pembibitan, peternak akan sulit
menjalankan usahanya. Perkembangan usaha pembibitan parent stock terus
2

meningkat karena. Usaha pembibitan parent stock proses pemeliharaannya


dimulai dari pemeliharaan fase starter. Fase starter adalah fase yang paling
menentukan, karena fase starter merupakan salah satu fase kehidupan ayam dan
menjadi pondasi awal bagi kehidupan maupun produktivitas ayam pada fase
berikutnya. Keberhasilan pada fase starter ini akan diikuti oleh fase berikutnya
sehingga memudahkan peternak untuk memperoleh keuntungan yang optimal.
Sebaliknya, kegagalan pada fase starter akan menyebabkan produktivitasnya
turun, hal ini karena potensi genetik ayam tidak dapat muncul secara optimal.
Pemeliharaaan parent stock pada fase starter performance (pertambahan bobot
badan, konsumsi pakan, konversi pakan, dan keseragaman) sangat diperlukan
untuk dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan dalam manajemen pemeliharaan
(Miku dan Sumiati, 2010).
PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk merupakan salah satu perusahaan yang
bergerak dalam bidang agri-food terbesar dan ter-integritas di Indonesia. Unit
bisnis utama perusahaan ini yakni pembuatan pakan ternak, pembibitan ayam,
pengolahan unggas serta pembudidayaan pertanian. Keunggulan dari perusahaan
ini meliputi integrasi vertikal dan skala ekonomi. Hal ini dimaksud bahwa
perusahaan menjalin hubungan baik antara operasional yang dilakukan di hulu
dengan hilir. Inilah yang menjadi alasan dipilihnya PT. Japfa Comfeed Indonesia
Tbk Poultry Breeding Divission Unit 07 Gunung Kawi untuk dijadikan tempat
menambah wawasan dengan melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL).
Berdasarkan uraian di atas maka kami bermaksud untuk melakukan
Praktek Kerja Lapang (PKL) untuk mengetahui manajemen pembibitan
(breeding) PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk Poultry Breeding Divission Unit 07
Gunung Kawi, Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang dikaji dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan


(PKL) ini adalah Bagaimana manajemen Breeding Parent Stock Broiler pada
Poultry Breeding Division di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit 07 Gunung
Kawi.

1.3 Tujuan Praktek Kerja Lapang

Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan PKL ini berdasarkan


beberapa permasalahan yang telah dirumuskan diatas adalah Mengetahui
manajemen Breeding ayam Parent Stock Broiler pada Poultry Breeding Division
di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit 07 Gunung Kawi.

1.4 Manfaat Praktek Kerja Lapang

Adanya PKL ini diharapkan dapat mencapai beberapa manfaat, yaitu :


3

1. Bagi mahasiswa:
a. dapat meningkatkan wawasan keilmuan mahasiswa tentang situasi dalam
dunia kerja.
b. dapat memberikan bekal keterampilan kepada mahasiswa sebelum masuk
di dunia kerja.
c. dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab profesi di dalam diri mahasiswa
melalui praktek kerja lapang.

2. Bagi Program Studi:


a. dapat menjadi tolok ukur pencapaian kinerja program studi khususnya
untuk mengevaluasi hasil pembelajaran oleh instansi tempat PKL.
b. dapat menjalin kerjasama dengan instansi tempat PKL.
c. dapat mempromosikan keberadaan Akademik di tengah-tengah dunia
kerja.

3. Bagi instansi tempat PKL:


a. Institusi dapat memenuhi kebutuhan tenaga kerja lepas yang berwawasan
akademi dari praktek kerja lapang tersebut.
b. institusi kerja tersebut akan memperoleh tenaga kerja yang sesuai dengan
bidangnya.
c. dapat menjadi bahan masukan bagi instansi untuk menentukan kebijakan
perusahaan di masa yang akan datang berdasarkan hasil pengkajian dan
analisis yang dilakukan mahasiswa selama PKL.
4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembibitan

Pembibitan ayam broiler dimulai dari Great grand parents stock, Grand
parents stock, Parents stock, dan Final stock. Great grand parents stock adalah
jenis ayam hasil persilangan dan seleksi dari berbagai kelas, bangsa, atau varietas
yang dilakukan oleh pembibit dan untuk membentuk Grand parents stock yang
dihasilkan dari persilangan galur murni (pureline). Grand parents stock adalah
jenis ayam yang digunakan untuk menghasilkan Parents stock. Parents stock
adalah jenis ayam yang dipelihara untuk menghasilkan Final stock. Final stock
adalah ayam yang dipelihara khusus dengan tujuan untuk menghasilkan telur
melalui berbagai persilangan dan seleksi (Anggorodi, 1984). Pembibitan
merupakan suatu kegiatan pemeliharaan ternak untuk menghasilkan bibit induk
atau bibit sebar. Bibit ayam yang digunakan dalam pemeliharaan ayam pembibit
biasanya adalah bibit ayam ras niaga (DOC) yaitu anak ayam umur 1 hari.
Penyediaan bibit untuk pembibitan baik dari dalam maupun luar negeri harus
memenuhi syarat yang telah ditentukan oleh pihak-pihak yang berwenang.
Persyaratannya adalah ayam bibit harus berasal dari ayam yang sehat, dibuktikan
dengan keterangan asal DOC dari penjabat berwenang dan memenuhi ketentuan
kesehatan hewan dari dokter hewan yang berwenang serta bebas dari penyakit
unggas yang menular (Permentan, 2011). Persyaratan mutu DOC ayam pedaging
yaitu (1) memiliki berat minimal 35 gram/ekor; (2) kondisi fisik sehat, kaki
normal, dan dapat berdiri tegak, tampak segar dan aktif, tidak dehidrasi, dubur
kering tidak basah, tidak ada kelainan bentuk dan tidak cacat fisik; (3) warna bulu
seragam sesuai dengan warna galur (strain) dan kondisi bulu kering dan; (4)
jaminan kematian DOC maksimal 2% (Permentan, 2014).

2.2 Sistem Pemeliharaan Ayam Pembibit

Manajemen pemeliharaan ayam tipe petelur dibagi menjadi 3 periode


berdasarkan umurnya yaitu periode starter, grower dan layer. Ayam pada periode
starter sampai grower merupakan waktu yang signifikan pengaruhnya terhadap
produksi telur. Masa awal atau periode starter merupakan fase penting yang harus
diperhatikan dalam menjamin pertumbuhan seluruh organ vital dalam tubuh
ayam, jika terhambat maka pertumbuhan pada umur berikutnya akan terhambat
(Nugroho, dkk., 2012). Sistem pemeliharaan ayam pembibit fase starter yaitu
dimulai dari umur 1 hari sampai umur 28 hari (4 minggu). Anak ayam (DOC)
pada fase ini membutuhkan kondisi yang hangat supaya ayam merasa nyaman
sehingga untuk mengatur temperatur yang nyaman untuk anak ayam tersebut
digunakan alat pemanas buatan (brooding system) (Permentan, 2011).
5

2.3 Pakan

Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran bahan pakan, baik
yang diolah maupun tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk
kelangsungan hidup, berproduksi dan berkembang biak. Pakan diberikan sesuai
dengan jumlah dan kebutuhan nutrisi ternak berdasarkan umur atau periode
pertumbuhan (Permentan, 2014). Asupan nutrisi yang diberikan harus cukup
memiliki kualitas pakan yang baik agar produksi telur yang dihasilkan optimal
dan sumber utamanya dari pakan yang diberikan. Penambahan feed additive juga
dapat melengkapi kandungan mikro, seperti vitamin mineral maupun asam amino
(Nugroho, dkk., 2012).

Konsumsi pakan dapat mempengaruhi peningkatan pertambahan bobot


badan yaitu semakin tinggi konsumsi pakan maka tinggi pula pertumbuhan bobot
badannya, karena salah satu fungsi pakan dalam tubuh ayam selain untuk
kebutuhan hidup pokok juga untuk pertumbuhan (Wijayanti, dkk., 2011).

Ransum untuk ayam pembibit yang diberikan biasanya ransum yang


mengandung protein 15% dan energi metabolis 2.900 kkal/kg. Cara pemberian
ransum untuk ayam pembibit tidak diberikan ad libitum tetapi dengan cara
terbatas (restricted feeding) yaitu pemberian pakan dengan sistem jatah dan
disertai puasa, tidak diberikan makan satu atau dua hari dalam seminggu. Cara ini
dilakukan dengan tujuan agar ayam pembibit yang dipelihara tidak terlalu gemuk.
Jika bobot ayam terlalu gemuk dapat menyebabkan banyak kerugian yaitu
produksi menurun, lebih peka terhadap penyakit, mudah terkena cekaman panas
dan mortalitasnya lebih tinggi (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).

2.4 Air Minum

Konsumsi air pada ayam petelur umumnya dipengaruhi oleh umur,


temperatur lingkungan, produksi, konsumsi ransum dan kesehatan ayam. Air
minum yang diberikan pada ayam harus cukup serta baik kualitasnya. Faktor yang
mempengaruhi kualitas air minum adalah bakteri Eschericia coli, pH air, kadar
magnesium, kadar nitrat dan nitrit, kadar sodium/klorida, serta mineral lainnya.
Air minum yang baik diberikan pada ayam adalah air yang bersih dan dingin
terutama saat udara panas karena ayam memerlukan persediaan air yang bersih
dan dingin secara optimal untuk pertumbuhan optimum, produksi, dan efisiensi
penggunaan ransum (Risnajati, 2011). Pemberian air minum dilakukan ad libitum
bertujuan agar ayam tidak kekurangan air atau dehidrasi. Penambahan feed
supplement yang berupa obat-obatan dan vitamin bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan vitamin dan mengatasi atau mencegah cekaman panas serta stress yang
diakibatkan oleh hujan lebat atau cuaca yang terlalu panas. Keberhasilan tempat
air minum serta dapat mempengaruhi konsumsi pakan menjadi menurun serta
dapat menimbulkan bibit-bibit penyakit yang mengakibatkan gangguan kesehatan
6

(Nurcholis, dkk., 2009). Fungsi kaporit adalah untuk mengoksidasi zat besi atau
mangan yang ada didalam air, serta untuk membunuh kuman atau baktericoli
(Idaman, 1999). Secara fisiologis, air memiliki fungsi sebagai media proses
kimiawi didalam tubuh. Air berperan sebagai pengangkutan zat nutrisi dan sisa
metabolisme, mempermudah proses pencernaan, pengaturan suhu tubuh dan
melindungi sistem saraf serta melumasi persendian (Tamalluddin, 2012). Bila
menggunakan tempat minum otomatis harus selalu mengecek sistem otomatisnya.
Setelah pemberian obat-obatan, lubang air minum juga harus dicek barangkali
terjadi penyumbatan. Tersumbatnya aliran air akan mengakibatkan macetnya
aliran air dan mengakibatkan ayam dehidrasi (Sudaryani dan Santoso, 2000).

2.5 Perkandangan

Kandang terbagi menjadi dua yaitu kandang terbuka (open house) dan
kandang tertutup (closed house). Daya tampung kandang terbuka untuk ayam bibit
pedaging dewasa 3-4 ekor/m2 dengan sistem litter atau 4-5 ekor/m2 dengan sistem
2/3 slat. Daya tampung kandang tertutup untuk ayam bibit pedaging dewasa 4-5
ekor/m2 dengan sistem litter atau 5-6 ekor/m2 dengan sistem 2/3 slat. Bangunan
kandang harus mempunyai ventilasi yang cukup dan suhu pada siang hari berkisar
26-30oC dengan kelembaban relatif 70-90%. Peralatan yang digunakan dikandang
umumnya terdiri dari rangkaian kipas (fan) dan atau kombinasi rangkaian kipas
dengan rangkaian sel pendingin (cooling pad). Atap kandang dapat dipasang
ventilator yang berfungsi menghisap udara kotor dari dalam kandang. Bahan
bangunan dapat memberikan kemudahan pemeliharaan, sanitasi dan desinfeksi
kandang, serta berlantai kedap air (Permentan, 2011). Kandang merupakan hal
terpenting yang harus diperhatikan dalam manajemen pemeliharaan ayam, karena
kenyamanan ayam dalam kandang dapat mempengaruhi produktivitas ayam.
Sistem kandang tertutup (closed house) adalah sistem kandang yang dikontrol
secara otomatis oleh sistem elektronika mulai dari sistem pemberian pakan,
pengaturan suhu dan kelembaban kandang. Kandang sistem tertutup atau closed
house memiliki kelebihan sanggup mengeluarkan kelebihan panas, kelebihan uap
air, gas-gas yang berbahaya seperti CO, CO2 dan NH3 yang ada dalam kandang,
serta dapat menyediakan berbagai kebutuhan oksigen bagi ayam. Kandang fase
starter pada brooder terdapat heater yang berfungsi sebagai penghangat atau
penjaga suhu ruangan agar tetap nyaman untuk anak ayam (DOC) (Prihandanue,
dkk., 2015). Kadar amonia yang tinggi yang disebabkan karena penumpukan feses
dalam kandang tidak baik bagi ayam pedaging (Sadarman, dkk., 2011). Lantai
Kandang untuk ayam pembibit biasanya menggunakan sistem litter atau slat.
Ayam pedaging untuk pembibit jarang menggunakan kandang sistem litter karena
dapat menyebabkan fertilitas yang rendah dan hampir semua ayam yang bertelur
di slat telurnya pecah. Atap kandang dapat dibedakan berdasarkan konstruksinya
yaitu bentuk jongkok, atap bentuk A, atap gabungan bentuk A dan jongkok, atap
bentuk monitor dan atap bentuk semi monitor. Kepadatan dalam kandang juga
7

harus diperhatikan dengan disesuaikan dengan kapasitas kandang. Jumlah ayam


yang terlalu padat mengakibatkan ayam mengalami cekaman atau stress
(Suprijatna, dkk., 2008). Kandang yang lantainya diberi alas (litter) yang
berfungsi untuk menyerap air, agar lantai kandang tidak basah oleh kotoran ayam,
karena itu bahan yang digunakan untuk litter harus mempunyai sifat mudah
menyerap air, tidak berdebu dan tidak basah. Bahan litter yang paling banyak
digunakan adalah sekam karena mempunyai sifat dapat menyerap air, kering,
bebas debu dan mempunyai kepadatan yang baik (Muharlien, dkk., 2011). Hal
yang perlu di perhatikan dalam pembuatan kandang adalah arah kandang, ukuran
kandang, ventilasi kandang, dan sistem alas kandang. Arah kandang sebaiknya
mengarah ke timur atau arah terbitnya matahari. Kandang untuk ayam pembibit
broiler biasanya didalam kandang diberi jalan ditengah kandang (David, 2013).
Pencahayaan saat fase starter berperan penting dalam proses pertumbuhan melalui
pengaturan sekresi hormon somatotropin. Cahaya yang cukup dan sesuai akan
membantu memaksimalkan pertumbuhan dan pendewasaan ayam. Fungsi cahaya
dalam kandang antara lain untuk mengetahui letak pakan merangsang unggas
untuk selalu dekat dengan sumber panas, mempengaruhi unggas untuk
mengkonsumsi dan memberi kesempatan untuk makan pada malam hari sehingga
feed intake meningkat (Negara, dkk., 2013).

2.6 Sanitasi dan Biosecurity

Pusat pembibitan ayam harus bebas dari penyakit menular agar dapat
menghasilkan telur tetas yang sehat. Penyakit yang sering menyerang adalah
pullorum, mycoplasma gallisepticum (MG) dan mycoplasma synoviae (MS)
(Kartasudjana dan Suprijadna, 2006). Sanitasi adalah upaya yang dapat dilakukan
untuk menjaga kesehatan ternak dan manusia. Desinfeksi adalah tindakan
pensucihamaan dengan menggunakan bahan desinfektan yang bertujuan untuk
mengurangi atau menghilangkan mikroorganisme. Biosecurity adalah upaya untuk
mencegah masuknya agen penyakit ke induk semang dan untuk menjaga agen
penyakit yang disimpan dan di isolasi dalam suatu laboratorium tidak
mengkontaminasi atau tidak disalahgunakan. Setiap karyawan atau tamu,
kendaraan dan peralatan yang akan masuk dan keluar lokasi usaha pembibitan
harus terlebih dahulu didesinfeksi. Sebelum masuk ke unit/flock harus melalui
ruang sanitasi dengan terlebih dahulu menanggalkan pakaian luar dan alas kaki
dan menempatkan ditempat penyimpanan, kemudian mandi keramas dan memakai
pakaian kerja khusus. Sebelum masuk dan atau keluar kandang harus melalui bak
celup kaki yang diberi desinfektan (Permentan, 2011). Penerapan biosecurity
bukan satu-satunya upaya pencegahan terhadap serangan penyakit namun
biosecurity merupakan garis pertahanan terhadap penyakit (Yatmiko, 2008).
Setiap memasuki kandang harus melakukan proses penyemprotan dengan
desinfektan kemudian celup kaki dan tangan agar terhindar dari bakteri (Rusianto,
2008).
8

2.7 Vaksinasi

Vaksin merupakan mikroorganisme bibit penyakit yang telah dilemahkan


atau dimatikan yang diberikan pada ternak yang dapat merangsang pembentukan
zat kebal sesuai dengan jenis vaksinnya. Vaksinasi merupakan suatu tindakan
memasukkan antigen berupa virus yang telah dilemahkan ke dalam tubuh ayam
untuk merangsang pembentukan kekebalan agar ayam tahan terhadap serangan
penyakit. Vaksinasi sebaiknya dilakukan dengan vaksin aktif dimulai pada umur
1-2 minggu karena kondisi anak ayam (DOC) memiliki tingkat antibodi yang
rendah atau tidak konsisten. Aplikasi vaksinasi pada anak ayam, biasanya
dengan cara tetes mata atau tetes hidung, dan pemberiannya melalui injeksi bila
vaksin yang digunakan inaktif (Attikasari, 2009). Hasil vaksinasi yang protektif
terhadap suatu virus harus diterapkan dengan metode vaksinasi yang tepat.
Indikasi vaksinasi yang baik dievaluasi berdasarkan kemampuan vaksin
merangsang pembentukan antibodi. Produksi antibodi dapat dilakukan melalui
teknik imunisasi dengan cara menginjeksikan antigen dan adjuvant secara
subkutan, intramuscular, atau secara oral dalam interval waktu tertentu. Frekuensi
vaksinasi dilakukan dua sampai tiga kali booster dalam interval waktu 48 minggu
sebelum masa ayam bertelur (Darmawi dan Hambal, 2011).

2.8 Analisa Usaha


Analisis usaha ternak merupakan kegiatan yang sangat penting bagi suatu
usaha ternak komersial. Melalui usaha ini dapat dicari langkah pemecahan
berbagai kendala yang dihadapi. Analisis usaha peternakan bertujuan mencari titik
tolak untuk memperbaiki kendala yang dihadapi. Hasil analisis ini dapat
digunakan untuk merencanakan perluasan usaha baik menambah cabang usaha
atau memperbesar skala usaha. Berdasarkan data tersebut dapat diukur
keuntungan usaha dan tersedianya dana yang riil untuk periode selanjutnya.
Gambaran mengenai usaha ternak yang memiliki prospek cerah dapat dilihat dari
analisis usahanya. Analisis dapat juga memberikan informasi lengkap tentang
modal yang diperlukan, penggunaan modal, besar biaya untuk bibit (bakalan),
ransum dan kandang, lamanya modal kembali dan tingkat keuntungan yang
diperoleh (Sudarisman, 2011).
9

BAB III

METODE KEGIATAN

3.1 Waktu dan Tempat

Praktek Kerja Lapang ini akan dilaksanakan pada tanggal 18 Juli sampai
18 Agustus 2016 bertempat di PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Poultry
Breeding Divission Unit 07 Gunung Kawi Dusun Gendogo, Desa Balesari,
Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur.

3.2 Peserta Praktek Kerja Lapang

Peserta Praktek Kerja Lapang diikuti 5 mahasiswa angkatan Tahun 2013


dan 1 mahasiswa angkatan 2011 Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.

Moh Radhitiya Syafi’i 135050100111003


Irwan Setiyawan 135050100111057
Paryanto 135050100111060
Thio Ansyahri 135050100111159
Ryzal Satria Aditama 135050100111177
Muh Rasyid Ridla 115050101111088
3.3 Metode

Metode yang digunakan dalam kegiatan PKL ini adalah sebagai berikut :

1. Observasi
Mengadakan pengamatan secara langsung dan sistematis mengenai hal-hal
yang berhubungan dengan disiplin ilmu perunggasan.

2. Interview
Mengadakan wawancara dengan instruktur lapangan mengenai hal-hal
yang berhubungan dengan segala aspek kegiatan PT Japfa Comfeed
Indonesia Tbk. Poultry Breeding Divission Unit 07 Gunung Kawi.

3. Peran Aktif
Berperan aktif dan ikut serta dalam pelaksanaan praktek kerja lapang yang
diharapkan dapat dilakukan secara bergantian (rolling dalam kelompok)
sehingga partisipasi aktif tersebut dapat membekali mahasiswa secara
optimal, hal ini sangat tergantung oleh kebijakan PT Japfa Comfeed
Indonesia Tbk. Poultry Breeding Divission Unit 07 Gunung Kawi.
10

3.4 Variabel Pengamatan

1. Gambaran Umum Perusahaan


a. Lokasi perusahaan yang meliputi tata letak perusahaan, alamat, topografi serta
pertimbangan pendirian perusahaan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Poultry
Breeding Divission Unit 07 Gunung Kawi berdasarkan pemilihan lokasi.
b. Tata letak fasilitas yang meliputi letak pabrik, letak kantor, letak peralatan
pabrik (yang meliputi sarana dan prasarana).
c. Sejarah pendirian perusahaan.
d. Struktur organisasi atau departemen beserta fungsinya yang berada dalam PT
Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Poultry Breeding Divission Unit 07 Gunung Kawi.
e. Ketenaga kerjaan meliputi jumlah golongan dalam ketenagakerjaan dan
pembagian jam kerja serta.
2. Manajemen Pemeliharaan
3. Manajemen Perkandangan
4. Manajemen Pakan dan Minum
6. Manajemen Biosecurity
7. Manajemen Sanitasi
9. Manajemen Vaksinasi
10. Manajemen Pengobatan Penyakit
11. Manajemen Pejantan Parent Stock Broiler
12. Manajemen Penanganan Telur dan Produksi Telur
13. Manajemen Rekording
13. Analisa Ekonomi
3.5 Anilisis Hasil Kegiatan
Hasil yang diperoleh dianalisis secara deskriptif yaitu dengan menggambarkan
atau menjelaskan situasi obyek pengamatan dari data-data yang diperoleh
kemudian dianalisa dengan menjabarkan atau menggambarkan segala aspek yang
menjadi obyek dalam PKL untuk kemudian dibandingkan dengan teori
menggunakan studi literatur, sehingga didapatkan kajian teori dan kenyataan di
lapangan, yang pada akhirnya akan diperoleh pemecahan terhadap permasalahan
yang ada.
11

3.6 Jadwal Kegiatan

Minggu ke-
No Kegiatan
1 2 3 4
1 Pemberangkatan mahasiswa PKL √
2 Orientasi PT. Japfa Comfeed √
Indonesia Tbk. Poultry Breeding
Divission Unit 07 Gunung Kawi
3 Praktek Kerja Lapang √ √ √ √
4 Evaluasi √ √ √ √
12

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1989. Pemeliharaan Ayam Ras. Kanisius, Yogyakarta.

Anggorodi, R. 1984. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia. Jakarta.

Attikasari, D. P. 2009. Gambaran Respon Vaksinasi IBD Menggunakan Vaksin


IBD Inaktif Pada Ayam Pedaging Komersial. Institut Pertanian Bogor.
(Skripsi).

Darmawi., dan M. Hambal. 2011. Respon antibodi serum ayam breakel silver
terhadap vaksin avian influenza. J. Kedokteran Hewan. 5 (2): 63-66.

David, M. 2013. Analisis Risiko Produksi Pada Peternakan Ayam Broiler Di


Kampung Kandang, Desa Tegal, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor,
Jawa Barat. Institut Pertanian Bogor. (Skripsi).

Kartasudjana, R dan E. Suprijatna. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar


Swadaya. Jakarta.

Miku, Y, F dan Sumiati. 2010. Manajemen Perkandangan Ayam Bibit Pedaging


Strain Ross dan Lohman Di PT. Silga Perkasa Sukabumi Jawa Barat.
Makalah Seminar. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Muharlien., Achmanu dan R.Rachmawati. 2011. Meningkatkan produksi


ayam pedaging melalui pengaturan proporsi sekam, pasir dan kapur
sebagai litter. J. Ternak Tropika. 12 (1): 38-45.

Nugroho, C. S., O. Sjofjan dan E. Widodo. 2012. Pengaruh penambahan probiotik


dalam air minum terhadap kualitas telur ayam petelur. Universitas
Brawijaya, Malang.

Nurcholis., D.Hastuti., dan B. Sutiono. 2009. Tatalaksana pemeliharaan ayam


ras petelur periode layer di Populer Farm desa Kuncen kecamatan Mijen
kota Semarang. Mediargo. 5 (2): 38-49.

Negara. A. H. S., E. Sudjarwo dan H. Prayogi. 2013. Pengaruh lama pencahayaan


dan intensitas cahaya terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan
dan konversi pakan pada burung puyuh Jepang. Universitas Brawijaya,
Malang.
13

Peraturan Menteri Pertanian. No: 40/Permentan/OT.140/7/2011. Pedoman


Pembibitan Ayam Ras yang Baik.

Peraturan Menteri Pertanian. No: 31/Permentan/OT.140/2/2014. Pedoman Budi


Daya Ayam Pedaging dan Ayam Petelur yang Baik.

Prihandanu, R., A. Trisanto, dan Y. Yuniati. 2015. Model sistem kandang ayam
closed house otomatis menggunakan omron sysmac CPM1A 20-CDR-A-
V1. J. Rekayasa dan Teknologi Elektro. 9 (1) : 54-62.

Risnajati, D. 2011. Pengaruh pengaturan waktu pemberian air minum yang


berbeda temperatur terhadap performan ayam petelur periode grower. J.
Sains. Perternakan. 9 (2): 77-81.
Rusianto, N. (2008). Manajemen Beternak Broiler Modern. Kalamedia. Surabaya.
Sadarman., A.E.T.H. Wahyuni., C. R. Tabbu., dan S. Budhiarta. 2011. Hubungan
antara praktek manajemen pemeliharaan dengan kejadian avian influenza
pada peternakan ayam pedaging di sektor 3 milik mitra PT. Duta
Technovet di DIY selama satu siklus pemeliharaan. J. Peternakan. 8 (11):
1-10.
Sudaryani, T., dan Santoso. (2000). Pembibitan Ayam Ras. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Sudhiana, W. (2002). Standar Operation Prosedure (S.O.P) dan Key Performance
Indikator (K.P.I). Jakarta: PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Jaya Farm.

Sugiono, C dan Haryadi, B. 2013. Manajemen Bisnis dan Pengembangan Fungsi


Produksi/Operasi Bisnis Pakan Ternak Unggas Pada PT. XYZ Unit
Gedangan di Sidoarjo. AGORA. 1(1): 1-8.

Suprijatna, E. U.Atmomarsono, dan R. Kartasudjana. 2008. Ilmu Dasar Ternak


Unggas. Cetakan Ke-2. Penebar Swadaya. Jakarta.

Utoyo, Don. (2011, October 14). Konsumsi Daging Ayam Masih Rendah.
Retrieved from http://www.jurnas.com/halaman/15/2011-10-14/185472
(accessed September 1, 2012)

Wijayanti, R.P., Busono, W., dan Indrati, R. 2011. Pengaruh suhu kandang yang
berbeda terhadap performans ayam pedaging periode starter.
J. Of Apl. Poult. Resrch. Universitas Brawijaya, Malang.

Yatmiko, A. 2008. Kondisi Biosecurity Peternakan Unggas Sektor 4 di Kabupaten


Cianjur. Institut Pertanian Bogor. (Skripsi).
14

LAMPIRAN :

DAFTAR NAMA PESERTA PKL FAKULTAS PETERNAKAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN
2016/2017
NO. NAMA NIM NO. HP

1 Moh Radhitiya Syafii 135050100111003 085791353521

2 Irwan Setiyawan 135050100111057 085706635064

3 Paryanto 135050100111060 08970554847

4 Thio Ansyahri 135050100111159 08974716098

5 Ryzal Satria Aditama 135050100111177 081235017991

6 Muh Rasyid Ridla 115050101111088 085293649169

Anda mungkin juga menyukai