Anda di halaman 1dari 21

Laporan Praktikum Manajemen Pembibitan Ternak

INSEMINASI BUATAN (IB)

Oleh

NAMA : KAMALUDIN
NIM : L1A119008
KELAS :A
KELOMPOK : I (SATU)
AST PEMBIMBING : ALFIAH MAHYA
ANGGOTA :
1. ILDAYANI
2. CICI HARIANI
3. DESY LENAWATI
4. ASTUTI INO
5. ISNAWATI
6. MUH. ADNAN PRAWIRA
7. LA ODE AJUDARSIN
8. RIO NARAYANA

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Unggas merupakan arti hewan dalam kelas Aves yang telah

didomestikan.Umunya unggas dipelihara oleh manusia untuk diambil manfaat

ataupun nilai ekonomisnya seperti daging, telur, atau yang lainnya. Sehingga kata

unggas tidak lagi asing untuk kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Unggas

adalah ternak yang memiliki sayap yang merupakan bagian

dari ordo galliformers dan anseriformers. Dalam taksonomi zoologi termasuk

dalam kelas Aves. Dalam undang-undang pokok kehewanan yang disebut sebagai

unggas merupakan ternak bersayap yang lazim dipelihara oleh masyarakat, dalam

hal ini burung tidak digolongkan sebagai unggas. Unggas merupakan golongan

hewan vertebrata atau hewan bertulang belakang yang termasuk dalam keluarga

burung dengan ciri khusus memiliki bulu yang hampir di semua baguan tubuhnya

yang dipelihara untuk diambil manfaatnya.

Sistem perkawinan merupakan suatu program yang peting dalam

berproduksi atau memperbanyak keturunan. Sistem perkawinan tidak lepas

kaitannya dengan pemuliaan ternak disamping sistem seleksi. Pengaturan

perkawinan pada ternak sangat penting untuk tujuan mendapatkan keturunan yang

unggul. Perkawinan pada ternak dapat dilakukan tanpa campur tangan manusia,

dapat pula dilakukan dengan campur tangan manusia. Macam yang pertama dapat
disebut perkawinan alami, sedangkan yang kedua dinamakan inseminasi buatan

yang dikenal umum dengan istilah kawin suntik. Perkawinan secara alami ini,

seekor pejantan akan memancarkan sperma secara langsung ke dalam alat

reproduksi betina dari pejantan itu sendiri. Dalam hal ini sejumlah sperma

ditumpahkan kedalam alat reproduksi betina. Perkawinan sebaiknya dilakukan

pada suatu tempat atau kandang khusus untuk mengawinkan unggas tersebut.

Inseminasi Buatan (IB) adalah teknologi reproduksi yang bertujuan untuk

meningkatkan populasi dan  mutu genetik dari ternak.  IB adalah pemasukan atau

penyampaian semen ke dalam saluran kelamin betina dengan menggunakan alat

buatan manusia. Di Indonesia, IB merupakan satu-satunya teknologi reproduksi

yang paling aplikatif digunakan digunakan secara luas. Dengan dilaksanakannya

Inseminasi Buatan (IB) pada ternak dapat Meningkatkan mutu genetik ternak

dengan menggunakan semen pejantan unggul, Menghemat penggunaan pejantan,

secara ekonomis tidak ada biaya pemeliharaan pejantan, Mencegah penularan

penyakit kelamin, Meningkatkan populasi ternak, Persilangan antar ras dapat

dilakukan, Meningkatkan produktifitas ternak dengan pertumbuhan yang cepat.

Berdasarkan uraian diatas sangat penting dilakukan praktikum inseminasi buatan

pada ayam agar dapat mengetahui proses perkawinan pada unggas melalui IB

(Inseminasi Buatan).

1.2. Tujuan

Tujuan dilaksanakannya praktikum Perkawinan Unggas (Inseminasi

Buatan) ini adalah untuk mengetahui proses perkawinan dengan menggunakan

metode inseminasi buatan pada ternak unggas.


1.3. Manfaat

Manfaat dilaksanakannya praktikum Perkawinan Unggas (Inseminasi

Buatan) ini adalah praktikan dapat mengetahui mengetahui proses perkawinan

dengan menggunakan metode inseminasi buatan pada ternak unggas.


BAB II
KAJIAN TEORI

2.1. Unggas

Unggas merupakan ternak yang umum dipelihara masyarakat karena

waktu pemeliharaan yang singkat.Permintaan daging unggas selalu meningkat

dari tahun ke tahun.Peningkatan permintaan daging pada Tahun 2012-2013 dari

2.658.123 ton menjadi 2.880.340 ton atau meningkat sebesar 8,36% (BPS 2014).

Sebanyak 67,03% permintaan daging Indonesia pada tahun 2013 dipenuhi dari

daging unggas yang terdiri atas ayam ras pedaging 52%, ayam buras 11,10%,

ayam ras petelur 2,68% dan Itik 1,26% (BPS 2014). Berdasarkan data tersebut,

daging unggas memberikan kontribusi yang besar dalam memenuhi kebutuhan

daging nasional.Istilah unggas mencakup ayam, itik, kalkun dan burung (burung

unta/ostrich, puyuh dan burung dara). Daging unggas merupakan sumber protein

hewani yang baik,karena kandungan asam amino esensialnya lengkap.Serat

dagingnya juga pendek dan lunak, sehingga mudah dicerna (Masruhah, 2018).

Unggas (poultry) adalah jenis hewan ternak kelompok burung yang

dimanfaatkan untuk daging dan/atau telurnya.Umumnya, unggas merupakan

bagian dari ordo Galliformes (seperti ayam dan kalkun), dan Anseriformes

(seperti bebek).Kata unggas umumnya juga digunakan untuk burung pedaging

seperti di atas.Lebih luasnya, kata ini juga dapat digunakan untuk daging burung

jenis lain, seperti merpati. Ciri-ciri dari hewan unggas yaitu Berdarah panas

(homoioterm), tubuh ditutupi oleh bulu, memiliki organ mulut yang di sebut
paruh., memiliki organ berupa sepasang sayap ( beberapa jenis unggas tidak dapat

terbang), bereproduksi dengan bertelur (ovipar), berdiri dengan 2 kaki, memiliki 4

ruas jari pada masing-masing kaki yang di lengkapi kuku yang tajam, Mempunyai

alat bantu pernapasan berupa pundi pundi udara saat terbang. Unggas secara garis

besar terdiri dari dua klasifikasi, yakni unggas darat dan unggas air.Sesuai dengan

namanya, unggas darat ialah unggas yang menghabiskan waktunya lebih banyak

di darat. Unggas darat ini mempunyai jari-jari kaki yang terpisah antara yang satu

dengan yang lainnya. Adapun contoh unggas darat ialah burung puyuh dan ayam.

Secara taksonomi, ayam termasuk dalam phylum Chordata. Ayam ini

mempunyai bentuk tubuh yang berbeda dengan jenis unggas yang lainnya, dimana

perbedaan yang paling tampak adalah adanya jengger serta pial yang

mayoritasnya berwarna merah. Kebalikan dengan yang sebelumnya, unggas air

ialah unggas yang lebih banyak menghabiskan waktunya di air, contohnya angsa

dan itik. Terdapat pebedaan antara unggas darat dengan unggas air, dimana

unggas air memiliki selaput diantara jari-jari kakinya yang sangat membantu

untuk berenang sementara pada unggas darat tidak (Muharlein, 2017).

Unggas secara umum dapat diartikan sebagai ternak bersayap, yang dalam

taksonomi zoologinya termasuk golongan kelas Aves. Jenis unggas cukup banyak,

diantaranya adalah ayam, itik, kalkun, dan angsa. Secara taksonomi zoology

bangsa burung bisa digolongkan sebagai unggas, tetapi sampai saat ini yang

tercantum dalam undang-undang pokok kehewanan, bangsa burung masih belum

digolongkan ternak unggas. Di dalam undang-undang tersebut bahwa yang

dimaksud sebagai unggas adalah ternak bersayap yang sudah lazim dipelihara
oleh masyarakat. Tidak menutup kemungkinan bangsa burung masuk dalam jenis

unggas karena burung secara taksonomi zoology juga termasuk ke dalam kelas

Aves, selain itu burung juga mempunyai ciri-ciri seperti ungags (Agustini, 2012).

2.2. Ayam Kampung

Ayam kampung merupakan ayam asli Indonesia yang memiliki

keunggulan cita rasa daging yang khas, dapat beradaptasi dengan lingkungan

sekitar, lebih tahan terhadap penyakit dan cuaca dibandingkan dengan ayam

pedaging/broiler. Konsumsi ayam kampung di Indonesia meningkat pada tahun

2001-2005sebesar 4,5%(1,49 juta ton) dan tahun 2005-2009 meningkatmenjadi

1,52 juta ton. Produksi daging ayam kampung di Indonesia masih tergolong

rendah sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri.Penyebab

rendahnya tingkat produksi daging ayam kampung karena pertumbuhan daging

ayam kampung yang sangat lambat.Keunggulan ayam broiler yaitu tumbuh

dengan cepat dan dipanen dalam waktu yang singkat. Keunggulan genetik yang

dimiliki ayam broiler dan pemberian ransum yang baik mampu menampilkan

performans produksi yang maksimal dibandingkan dengan ayam kampong

(Nataamijaya, 2020).
Menurut Williamson (2013) Taksonomi ayam Kampung adalah sebagai

berikut :

Gambar 1. Ayam Kampung

Kingdom : Animalia
Sub kingdom: Metazoa
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Divisi : Carinathae
Kelas : Aves
Ordo : Galliformes
Family : Phasianidae
Genus : Gallus
Spesies : Gallus gallusdomesticasp

2.3. Metode Perkawinan Ayam

Metode parkawinan alami maupun IB memiliki keunggulan dan

kelemahan.Salah satu kelemahan pada IB yaitu biaya mahal serta adanya kesulitan

deteksi berahi dan pemisahan betina berahi untuk diinseminasi, sedangkan pada

perkawinan alami yaitu jumlah pejantan yang terbatas sehingga perlu

memindahkan-mindahkan pejantan.Pada perkawinan alami dapat terjadi

perkawinan kelompok dan perkawinan individu. Perkawinan kelompok dapat

terjadi dalam kandang atau padang penggembalaan, dimana dalam satu tempat
terdapat beberapa pejantan dan beberapa betina atau satu pejantan dan beberapa

betina. Pejantan dalam kandang kelompok biasanya dapat mengetahui betina yang

sedang berahahi. Pada perkawinan individu hanya terdapat seekor pejantan dan

seekor betina (Rohimah, 2017).

Dalam menghasilkan ayam lokal baik penghasil daging maupun telur,

perkawinan ayam lokal dapat dilakukan melalui kawin alam (KA) dan inseminasi

buatan (IB). Inseminasi Buatan dapat dilakukan menggunakan semen segar dan

semen beku. IB semen segar, sperma yang telah disadap dari pejantan kemudian

diencerkan dan segera dideposisikan pada ayam betina. Adapun pada semen beku

untuk memperpanjang masa simpan sperma, dalam prosesnya dilakukan upaya

kriopreservasi baik menggunakan lemari es atau dengan menggunakan nitrogen

cair. Penerapan IB secara umum akan menghemat penggunaan pejantan

dibandingkan dengan KA. Metode perkawinan ayam lokal baik KA, IB semen

segar, dan IB semen beku diyakini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-

masing. Dalam usaha ayam lokal, metode perkawinan apapun yang dilakukan

diharapkan akan memberikan output dan keuntungan yang maksimum ( Priyono,

2019 ).

Biasanya dalam perkawinan individu terdapat campur tangan peternak,

dimana peternak akan mengikat betina berahi kemudian mengeluarkan pejantan

dari kandang. Sistem perkawinan dimana pejantan dipelihara dengan sekelompok

betina dalam satu kandang sampai betina mengalami kebuntingan dapat disebut

dengan flock mating.Sistem perkawinan dimana pejantan diisolasi kemudian


dikawinkan dengan betina yang sedang berahi dapat disebut dengan pen mating

(Setiawan, 2018).

2.4. Inseminasi Buatan (IB)

Inseminasi buatan adalah proses memasukkan spermatozoa ke dalam saluran

reproduksi betina dengan tujuan agar betina menjadi bunting tanpa adanya proses

perkawinan alami. Inseminasi buatan yang baik adalah melakukan deposisi semen

sampai pada uterus, untuk ternak sapi dan kerbau yang terbaik semen diletakkan

pada posisi 4. Banyak manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan inseminasi

buatan, diantaranya satu ekor pejantan unggul bisa mengawini banyak ternak

betina tanpa membawa ternak pejantan tersebut ke lokasi betina yang akan

dikawinkan. Kemudian dalam satu kali ejakulasi pejantan unggul bisa

menghasilkan banyak spermatozoa, spermatozoa dibagi pada beberapa strow,

sehingga dalam satu kali ejakulasi bisa di inseminasikan pada banyak ternak

betina, sedangkan jika secara alami satu kali ejakulasi hanya bisa mengawini satu

ekor betina (Wiyanti, 2013).

Penampungan semen terdapat 3 metode yaitu : Massage ( Pemijatan/

pengurutan ), Vagina Buatan dan Elektro ejaculator. Metode Massage digunakan

pada unggas, babi dan lainnya, vagina buatan digunakan untuk penampungan

semen ternak secara rutin sedangkan elektro ejakulator digunakan untuk hewan

langka atau ternak yang tidak dapat ditampung menggunakan vagina buatan

karena kecelakaan misalnya ( Kusumawati dan leondro, 2014 ).

Keberhasilan Inseminasi pada ayam sangat tergantung pada beberapa

faktor antara lain : strain ayam, umur, pengencer yang digunakan, dosis
inseminasi, kualitas semen, deposisi semen dan waktu inseminasi. Tempat

deposisi semen sangat terkait dengan tingkat IB, karena pendeposisian semen

sangat menentukan keberhasilan atau kemampuan spermatozoa untuk mencapai

tempat fertelisasi dan kemampuan membuahi sel telur yang telah di ovulasikan

(Nurhaeda, 2013).
BAB III
METODEOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum Inseminasi Buatan (IB) dilaksanakan pada Tanggal 10 Desember

2021, Jumat pukul 15.30 WITA sampai selesai, bertempat lorong Semeru,

Kelurahan Lepo-Lepo, Kec. Baruga, Kota Kendari.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum Inseminasi Buatan (IB) dapat dilihat

pada Tabel 1

Tabel 1. Alat dan kegunaan


No Nama Alat Kegunaan
1 Microtube Untuk menampung semen
2 Spoit Untuk menyalurkan semen pada alat
reproduksi betina
3 Kapas Untuk membersihkan area kloaka ayam
dari kotoran
4 Gunting Untuk menggunting bulu yang
menghalangi kloaka
5 Kamera Untuk mengambil dokumentasi
6 Alat Tulis Untuk menulis hasil pengamatan
Bahan yang digunakan dalam praktikum Perkawinan Unggas (Inseminasi

Buatan) dapat dilihat pada Tabel 2

Tabel 2. Bahan dan kegunaan


No Nama Bahan Kegunaan
1 Ayam jantan Sebagai media untuk diambil semennya
2 Ayam betina Sebagai media untuk melakukan IB
3 NaCl Fisiologis Untuk mengencerkan Semen

3.3. Prosedur Kerja

Prosedur kerja praktikum Inseminasi Buatan adalah sebagai berikut:


1. Menyiapkan Alat dan Bahan

2. Melakukan perkenalan alat dan bahan

3. Membersihkan area kloaka ayam dengan kapas dan menggunting bulu yang

menghalangi kloaka.

4. Melakukan penampungan semen pada ternak jantan dengan menggunakan

metode masase

5. Mengencerkan semen yang ada dalam mictotube dengan menggunakan NaCl

fisiologis.

6. Memasukan semen kedalam spoit

7. Memasukan semen dalam saluran reproduksi ternak betina dengan

menggunakan spoit.

8. Melakukan dokumentasi

9. Membuat laporan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Hasil pengamatan pelaksanaan inseminasi Buatan (IB) adalah sebagai

berikut:

Tabel 3. Hasil pengamatan IB


No. Gambar Keterangan

1. Pengenalan alat dan bahan

2. Pembersihan dan pemotongan bulu di area sekitar


kloaka.

3. Pengambilan semen pada ternak jantan

4. Mengencerkan semen yang ada dalam mictotube


dengan menggunakan NaCl fisiologis.

5. Memasukan semen kedalam spoit


6. Memasukan semen kesaluran reproduksi betina
menggunakan spoit

4.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan perkawinan unggas bahwa proses

inseminasi buatan dimulai dengan mengambil cairan semen pada ternak jantan.

Dalam pengambilan semen terlabih dahulu kita harus pastikan bahwa disekitar

kloaka bersih dari kotoran dan telah melakukan pemotongan bulu pada area

kloaka. Tujuannya agar semen tidak terkontaminasi oleh kotoran pada ayam.

Dalam pengambilan semen diperlukan dua orang dimana ada yang berperan

dalam pengeluaran semen dan yang melakukan pengambilan semen. Pengeluaran

semen dilakukan dengan mengurut/memijit bagian kloaka. Posisi tangan dalam

pengambilan semen yaitu sebelah kanan memegang punggung ayam dan sebelah

kiri memegang bagian kaki. Semen yang berhasil dikeluarkan berwarna putih dan

disimpan dalam microtube. Hal ini sesuai dengan pernyataan Putra ( 2011 ) bahwa

cara terbaik untuk mengambil air mani pada unggas jantan dengan cara mengurut

pada bagian sekitar anus. Pengambilan sperma dilakukan oleh 2 orang (satu orang

memegang dan mengurut unggas sementara yang lain menampung sperma dengan

tabung penampung sperma). Orang pertama memegang unggas jantan pada bagian

diantara kedua kaki dengan tangan kiri, sambil menarik kebawah kedua sayapnya

dengan tangan kanan. Orang kedua dengan tangan kiri mengangkat ekornya

keatas, sambil mengadakan urutan kemuka dan kebelakang pada bagian sekeliling
anus, dengan corong yang berisi tabung penampung pada tangan kanan

menampung air mani yang keluar. Urutan pada anus dilakukan dengan jari

telunjuk dan ibu jari secara teratur dan terus menerus sampai unggas jantan

memberi respon dengan keluarnaya penis dari kloaka dan pada saat akan

diejakulasin air maninya.

Mengencerkan semen yang ada dalam mictotube dengan menggunakan

NaCl fisiologis, semen yang ada dalam mikrotub dikocok sampai tercampur

satelah tercampur semen diambil menggunakan spoit. Yang mempengaruhi

keberhasilan IB adalah kualitas, kebersihan dan bahan pengencer semen. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Malik (2018) bahwa salah satu faktor yang

mempengaruhi keberhasilan program IB adalah kualitas semen, kebersihan

semen, yang ditampung dan keterampilan petugas inseminasi buatan serta bahan

pengencer. Diantara faktor tersebut yang memegang peran penting dalam

menetukan fertilitas telur adalah kualitas semen, kualitas semen yang baik untuk

IB harus mempunyai nilai minimal 40% spermatozoa yang hidup.

Langkah terakhir yaitu Memasukan semen kesaluran reproduksi betina

menggunakan spoit, ayam betina yang dipakai harus ayam betina yang sudah

pernah bertelur. Terdapat dua lubang yang tampak saat hendak memasukan

semen, dimana disebelah kirilah semen akan ditempatkan yaitu dibagian saluran

keluarnya telur. Semen yang dimasukan tidak boleh terlalu banyak. Hal ini sesuai

dengan pernyatan Restiadi (2019) bahwa persayratan ayam betina yang akan

diinseminasi adalah sudah pernah bertelur sedikitnya 4 minggu, ayam betina

mempunyai alat reproduksi yang terletak disebelah kiri , alat reproduksi ini
bermuara disuatu rongga didalam tubuh dan menyambung kedubur, Rongga

tersebut dinamakan kloaka. Untuk menginseminasi semen harus dimasukan

kedalam alat reproduksi betina melalui lubang atau muara tersebut.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai Inseminasi Buatan (IB)

dapat disimpulkan bahwa Proses inseminasi buatan dimulai dengan mengambil


cairan semen pada ternak jantan, dalam pengambilan semen terlabih dahulu kita

harus pastikan bahwa disekitar kloaka bersih dari kotoran dan telah melakukan

pemotongan bulu pada area kloakan selanjutnya Mengencerkan semen yang ada

dalam mictotube dengan menggunakan NaCl fisiologis, semen yang ada dalam

mikrotub dikocok sampai tercampur satelah tercampur semen diambil

menggunakan spoit. Yang mempengaruhi keberhasilan IB adalah kualitas,

kebersihan dan bahan pengencer semen, dan langkah terakhir Memasukan semen

kesaluran reproduksi betina menggunakan spoit, ayam betina yang dipakai harus

ayam betina yang sudah pernah bertelur. Terdapat dua lubang yang tampak saat

hendak memasukan semen, dimana disebelah kirilah semen akan ditempatkan

yaitu dibagian saluran keluarnya telur.

5.2. Saran

Saran untuk asisten agar semakin semangat dan tetap menjalin hubungan baik

dengan praktikan.

DAFTAR PUSTAKA

Agustini, 2012. Kualitas Semen Ayam kampung dalam Pengencer NaCl


Fisiologis. Jurnal peternakan 11 (4)
Kartika. A.A,K, A. Widyanti. 2016 . Eksplorasi prefensi masyarakat terhadap
pemanfaatan ayam lokal dikabupaten bogor jawa barat. Jurnal pertanian
indonesia. Vol 21 (3).
Malik, A. 2018. Potensi bahan pengenceran citrat dan kuning telur yang berbeda
rasio terhadap kualitas spermatozoa ayam kampung. Jurnal riset agribisnia
dan peternakan. Vol. 3 (2)
Masruhah, L. 2018. Pengaruh pengunaan limbah padat tahu dalam ransum
terhadap konsumsi pakan. Pertambahan bobot badan dan konversi pakan
pada ayam kampung (Gallus Domesticus) periode grower. Fakultas sains
dan teknologi universitas islam negeri (UIN) Malang. Malang
Muharlein., E, Sujdjaworo., A, Hamiati dan H,Setyo. 2017. Ilmu Produksi Ternak
Unggas. UB. Press : Malang.
Nataamijaya, A,G. 2020. Pengembangan Potensi Ayam Lokal Untuk Menunjang
Peningkatan Kesejahteraan Petani. Jurnal Litbang Pertanian. Vol. 29(4).
Nurhaeda. 2013. Pengaruh Tempat Deposisi Semen Dengan Metode Inseminasi
Buatan Terhadap Fertilisasi Telur Ayam Buras. Jurnal Galung Tropika. Vol.
2 (2).
Priyono., S, Supiyana dan T, Kostaman. 2019. Kinerja Finansial Manajemen
Perkawinan Inseminasi Buatan dan Kawin Alam pada Ayam Lokal.
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner . Vol. 2
(1).
Putra, A. 2011. Inseminasi Buatan Pada Unggas. Fakultas Pertanian. Universitas
Sumatera Utara : Medan.
Rohimah, I. E. 2017. Performa produk itik lokal jantan ( Anas Plathyrhincos)
yang diberi campuran larutan daun sirih (Pipper Betle Lin) dalam pakan
komersil. Jurnal peternakan nusantara. Vol 3 (1)
Setiawan, 2018. Iseminasi buatan Dan perkawinanan unggas pada Ilmu
Reproduksi Hewan. Jurnal fakultas petenakan. 3 (1)
Williamson, 2013. Pengaruh Lama Simpan Semen Terhadap Kualitas
Spermatozoa Ayam Kampung Dalam Pengencer Ringer’s Pada Suhu 4ºC.
Jurnal Tropika. 13 (1)
Wiyanti, 2013. Inseminasi Buatan Pada Ayam Buras Dengan Metode Deposisi
Intra Uterina. Balai Penelitian Ternak. Bogor.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai