Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari Dosen Pengampu Mata Kuliah
“ MEKANISME PERTANIAN”
Disusun oleh :
Bahdi (15542012733)
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit memiliki nama latin (Elaeis guineensis Jacq) saat ini
merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang menduduki posisi penting disektor
pertanian umumnya, dan sektor perkebunan khususnya, hal ini disebabkan karena dari
sekian banyak tanaman yang menghasilkan minyak atau lemak, kelapa sawit yang
menghasilkan nilai ekonomi terbesar per hektarnya di dunia (Balai Informasi Pertanian,
1990).
Melihat pentingnya tanaman kelapa sawit dewasa ini dan masa yang akan datang,
seiring dengan meningkatnya kebutuhan penduduk dunia akan minyak sawit, maka perlu
dipikirkan usaha peningkatan kualitas dan kuantitas produksi kelapasawit secara tepat
agar sasaran yang diinginkan dapat tercapai. Salah satu diantaranya adalah pengendalian
hama dan penyakit. (Sastrosayono 2003).
Tanaman kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat
menjadi andalan dimasa depan karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan manusia.
Kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan nasional Indonesia. Selain
menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga
sebagai sumberdevisa negara. Penyebaran perkebunan kelapa sawit di Indonesia saat ini
sudah berkembang di 22 daerah propinsi. Luas perkebunan kelapa sawit pada tahun 1968
seluas 105.808 hadengan produksi 167.669 ton, pada tahun 2007 telah meningkat
menjadi 6.6 juta ha dengan produksi sekitar 17.3 juta ton CPO (Sastrosayono 2003).
Tanaman kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan primadona Indonesia.
Di tengah krisis global yang melanda dunia saat ini, industri sawit tetap bertahan dan
memberi sumbangan besar terhadap perekonomian negara. Selain mampu menciptakan
kesempatan kerja yang luas, industri sawit menjadi salah satu sumber devisa terbesar bagi
Indonesia.
Data dari Direktorat Jendral Perkebunan (2008) menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia, dari 4 713 435 ha pada
tahun 2001 menjadi 7.363.847 ha pada tahun 2008 dan luas areal perkebunan kelapa
sawit ini terus mengalami peningkatan. Peningkatan luas areal tersebut juga diimbangi
dengan peningkatan produktifitas. Produktivitas kelapa sawit adalah 1.78 ton/ha pada
tahun 2001 dan meningkat menjadi 2.17 ton/ha pada tahun 2005. Hal ini merupakan
kecenderungan yang positif dan harus dipertahankan. Untuk mempertahankan
produktifitas tanaman tetap tinggi diperlukan pemeliharaan yang tepat dan salah satu
unsur pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) adalah pengendalian hama dan
penyakit. Sektor perkebunan merupakan salah satu potensi dari subsektor pertanian yang
berpeluang besar untuk meningkatkan perekonomian rakyat dalam pembangunan
perekonomian Indonesia. Pada saat ini, sektor perkebunan dapat menjadi penggerak
pembangunan nasional karena dengan adanya dukungan sumber daya yang besar,
orientasi pada ekspor, dan komponen impor yang kecil akan dapat menghasilkan devisa
non migas dalam jumlah yang besar.
Produktivitas kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh teknik budidaya yang
diterapkan. Pemeliharaan tanaman merupakan salah satu kegiatan budidaya yang sangat
penting dan menentukan masa produktif tanaman. Salah satu aspek pemeliharaan
tanaman yang perlu diperhatikan dalam kegiatan budidaya kelapa sawit adalah
pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama dan penyakit yang baik dapat
meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman. Berdasarkan hal tersebut diatas maka
penulis tertarik untuk menyusun makalah ini dengan tema “ Budidaya Kelapa Sawit”.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah budidaya tanaman kelapa sawit ini antara lain :
1. Mengetahui cara penanaman kelapa sawit dengan baik dan benar.
2. Mengetahui cara budidaya tanaman kelapa sawit dan teknik pengendalian hama dan
penyakit.
3. Mengetahui tata cara pengolahan hasil panen tanaman kelapa sawit.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Pembibitan Bibit
merupakan produk yang dihasilkan dari suatu proses pengadaan bahan tanaman
yang dapat berpengaruh terhadap pencapaian hasil produksi pada masa selanjutnya.
Pembibitan merupakan langkah awal dari seluruh rangkaian kegiatan budidaya
tanaman kelapa sawit. Melalui tahap pembibitan sesuai standar teknis diharapkan
dapat dihasilkan bibit yang baik dan berkualitas. Bibit kelapa sawit yang baik adalah
bibit yang memiliki kekuatan dan penampilan tumbuh yang optimal serta
berkemampuan dalam menghadapi kondisi cekaman lingkungan pada saat
pelaksanaan penanaman (transplanting). Menurut Setyamidjaja, (2006), untuk
menghasilkan bibit yang baik dan berkualitas seperti tersebut di atas, diperlukan
pedoman kerja yang dapat menjadi acuan, sekaligus kontrol selama pelaksanaan di
lapang. Untuk itu berikut ini disampaikan tahapan pembibitan, mulai dari persiapan,
pembibitan awal dan pembibitan utama.
3. Pemilihan Lokasi
Penentuan lokasi pembibitan perlu memperhatikan beberapa persyaratan
sebagai berikut:
a. Lokasi Pembibitan mempunyai jalan yang mudah dijangkau dan mempunyai
kondisi baik.
b. Areal harus jauh dari sumber hama dan penyakit, serta mempunyai sanitasi
yang baik.
c. Dekat dengan tenaga kerja lapangan sehingga memudahkan dalam
pengawasan.
d. Dekat dengan tempat pengambilan media tanam untuk pembibitan. Drainase
baik, sehingga pada musim hujan tidak tergenang air.
e. Dekat dengan sumber air dan air tersedia cukup untuk penyiraman, dengan
kualitas yang memenuhi syarat.
f. Areal diusahakan mempunyai topografi datar dan berada di tengah-tengah
Kebun
g. Areal pembibitan harus terletak sedekat mungkin dengan daerah yang
direncanakan untuk ditanami dengan memperhitungkan biaya pengangkutan
bibit
4. Luas Pembibitan
Kebutuhan areal pembibitan umumnya 1,0–1,5% dari luas areal pertanaman
yang direncanakan. Luas areal pembibitan yang dibutuhkan bergantung pada jumlah
bibit dan jarak tanam yang digunakan. Dalam menentukan luasan pembibitan perlu
diperhitungkan pemakaian jalan, yang untuk setiap hektar pembibitan diperlukan
jalan pengawasan sepanjang 200 m dengan lebar 5 m.
5. Sistem Pembibitan
Pembibitan kelapa sawit dapat dilakukan dengan menggunakan satu atau dua
tahapan pekerjaan, tergantung kepada persiapan yang dimiliki sebelum kecambah
dikirim ke lokasi pembibitan. Untuk pembibitan yang menggunakan satu tahap
(single stage), berarti penanaman kecambah kelapa sawit langsung dilakukan ke
pembibitan utama (Main Nursery). Sedangkan pada sistem pembibitan dua tahap
(double stage), dilakukan pembibitan awal (Pre Nursery) terlebih dahulu selama ± 3
bulan pada polybag berukuran kecil dan selanjutnya dipindah ke pembibitan utama
(Main Nursery) dengan polybag berukuran lebih besar. Sistem pembibitan dua tahap
banyak dilaksanakan oleh perusahaan perkebunan, karena memiliki beberapa
keuntungan, antara lain:
a. Terjaminnya bibit yang akan ditanam ke lapangan, karena telah melalui beberapa
tahapan seleksi, baik di pembibitan awal maupun di pembibitan utama.
b. Seleksi yang ketat (10%) di pembibitan awal dapat mengurangi keperluan tanah
dan polybag besar di pembibitan utama.
c. Kemudahan dalam pengawasan dan pemeliharaan serta tersedianya waktu
persiapan pembibitan utama pada tiga bulan pertama.
6. Media Tanam
Media tanam yang digunakan seharusnya adalah tanah yang berkualitas baik,
misalnya tanah bagian atas (top soil) pada ketebalan 10-20 cm. Tanah yang digunakan
harus memiliki struktur yang baik, gembur, serta bebas kontaminasi (hama dan
penyakit, pelarut, residu dan bahan kimia). Bila tanah yang akan digunakan kurang
gembur dapat dicampur pasir dengan perbandingan pasir : tanah = 3 : 1 (kadar pasir
tidak melebihi 60%). Sebelum dimasukkan ke dalam polybag, campuran tanah dan
pasir diayak dengan ayakan kasar berdiameter 2 cm. Proses pengayakan bertujuan
untuk membebaskan media tanam dari sisa-sisa kayu, batuan kecil dan material
lainnya.
Jadi, berdasarkan tingkat TBS yang dipanen tersebut di atas, maka derajat
kematangan yang baik adalah jika tandan-tandan yang dipanen berada tingkat 1,2, dan
3.
Secara ideal dengan mengikuti ketentuan dan kriteria matang panen dan
terkumpulnya brondolan serta pengangkutan yang lancar, maka dalam suatu panenan
akan diperoleh komposisi tingkat tandan segar sebagai berikut.
1) Jumlah brondolan di pabrik sekitar 25% dari berat tandan seluruhnya.
2) Tandan yang terdiri atas tingkat kematangan 2 dan 3 minimal 65% dari jumlah
tandan.
3) Tandan yang terdiri atas tingkat kematangan 1 maksimal 20% dari jumlah
tandan.
4) Tandan yang terdiri atas tingkat kematangan 4 dan 5 maksimal 15% dari
jumlah tandan.
Untuk memperoleh tingkat kematangan tandan perlu diatur frekuensi panen atau
putaran panen di suatu kebun. Dalam keadaan yang tidak terhindarkan, dapat saja hasil
panenan dari tingkat kematangan tandan yang lebih tinggi, sehingga komposisi tandan
buah segar (TBS) dengan tingkat kematangan (3 dan 4) : 65%, mulai matang (2) :
20%, dan lewat matang (5) : 15%. Dengan komposisi demikian akan diperoleh
produksi minyak maksimum dengan biaya minimum dan asam lemak bebas (ALB)
masih berada di bawah 5%.
5. Frekuensi panen
Untuk memperoleh keseragaman kematangan pada standar yang dikehendaki,
maka suatu areal pertanaman harus dipanen setiap hari. Karena hal seperti ini tidak
ekonomis, maka perlu diadakan putaran atau rotasi panen.
Untuk menentukan selang atau interval panen yang tepat perlu dievaluasi
kekurangan setiap panen serta kualitas dan kuantitas maksimum. Sebaiknya memanen
tidak perlu terlalu singkat dan terlalu lama untuk memperoleh kuantitas dan kualitas
hasil serta biaya panen yang optimal. Umumnya putaran panen yang dianjurkan adalah
7-10 hari. Jika selang waktu kurang dari 7 hari, banyak buah kurang matang; tetapi
jika selang waktu lebih dari 10 hari, maka banyak buah kelewat matang; sehingga
tandan buah segar tidak merata matangnya.
6. Pengolahan Hasil Panen
Hasil panen dari kebun merupakan tandan buah segar (TBS) yang harus segera
diangkut ke pabrik pengolahan untuk mendapatkan hasil minyak kelapa sawit yang
bermutu tinggi. Proses pengolahan hasil panen ini berlangsung cukup panjang, dimulai
dari pengangkutan TBS dari lahan pertanaman ke pabrik pengolahan sampai
menghasilkan minyak kelapa sawit dan hasil sampingannya.
Hasil olahan utama TBS pada pabrik pengolahan adalah:
a. Minyak sawit yang merupakan hasil pengolahan daging buah,
b. Minyak inti sawit yang dihasilkan dari ekstraksi inti sawit.
7. Pengangkutan TBS ke Pabrik Pengolahan
Tandan buah segar (TBS) yang baru dipanen harus segera diangkut ke pabrik
dapat segera diolah. Buah yang tidak dapat segera diolah akan mengalami kerusakan
atau akan menghasilkan minyak dengan kadar asam lemak bebas tinggi, sehingga
sangat berpengaruh tidak baik terhadap kualitas minyak yang dihasilkan.
Salah satu upaya untuk menghindari terbentuknya asam lemak bebas adalah
pengangkutan buah dari kebun ke pabrik harus dilakukan secepatnya dan
menggunakan alat angkut yang baik, seperti lori, traktor gandengan, atau truk.
Sebaiknya dipilih alat angkut yang besar, cepat, dan tidak terlalu banyak membuat
guncangan selama dalam perjalanan. Hal ini untuk menjaga agar perlukaan pada buah
tidak terlalu banyak.
Segera setelah sampai di pabrik, pengolahan harus secepatnya ditimbang dulu,
kemudian memasuki tahap-tahap pengelolaan selanjutnya. Tandan buah segar yang
diterima dari kebun harus ditimbang dengan cermat yang nantinya perlu di dalam
proses pengendalian mutu, rendemen hasil yang diperoleh.
TBS yang sudah diterima dari kebun dan sudah ditimbang harus secepat
mungkin masuk pengolahan tahap pertama agar gradasi mutu dapat ditekan sekecil
mungkin, yaitu tahap perebusan atau sterilisasi tanda buah.
BAB III
KESIMPULAN
Setelah ditinjau dari pembuatan makalah ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang dibudidayakan yang memerlukan kondisi
lingkungan yang baik atau cocok, agar mampu tumbuh subur dan dapat berproduksi secara
maksimal.
2. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit antara lain keadaan iklim
dan tanah. Selain itu, faktor yang juga mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit adalah faktor
genetis, perlakuan budidaya, dan penerapan teknolgi.
3. Produktifitas dan hasil produksi tanaman turut dipengaruhi oleh serangan hama dan penyakit.
4. Masing-masing hama dan penyakit memberikan serangan dan gejala yang berbeda-beda pada
tiap bagian tanaman kelapa sawit.
5. Hama yang paling sering dijumpai pada tanaman kelapa sawit adalah ulat api, dan tikus sebagai
hama mamalia yang paling banyak dijumpai.
6. Untuk penyakit yang meyerang tanaman ini, bagian yang paling sering diserang yaitu bagian
daun tanaman.
7. Penyakit pada tanaman ini dapat dikendalikan dengan pemberian herbisida atapunu pestisida,
sedangkan untuk pengendalian hama yang menyerang, dapat dikendaliakan dengan pelepasan
predator dari hama itu sendiri, untk menghindari ledakan hama penyerang tanaman ini.
8. Untuk teknik panen yang baik bertujuan untuk memperoleh jumlah minyak yang maksimum
dengan kualitas yang paling baik.
9. Buah yang dipanen itu harus mencapai optimum kematangannya dengan selang panen yang
tepat, sesuai kriteria matangnya dan pengangkutan hasil yang baik ke pabrik pengolahan buah
sawit.
10. Rendemen minyak (RM) yang diperoleh di pabrik sangat dipengaruhi oleh standar kematangan
buah yang mana buah berubah warna dari hitam menjadi merah oranye hingga kematangan
penuh.
11. Hasil panen dari kebun merupakan tandan buah segar (TBS) yang harus segera diangkut ke
pabrik pengolahan untuk mendapatkan hasil minyak kelapa sait yang bermutu tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. 410 hal. Perangin-angin, S.A. 2006.
Pengendalian Gulma di Kebun Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq.) Kawan Batu Estate, PT.
Teguh Sempurna, Minamas Plantation, Kalimantan Tengah. Zaman, F.F.S.B. 2006.
Sastrosayono, S., 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta. Setyamidjaja, D.
2006. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta. 62 Hal. Sunarko, 2008. Petunjuk Praktis
Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta.
http://id.shvoong.com/exact-sciences/agronomy-agriculture/2122285-panen-kelapa-sawit/.
Diakses pada tanggal 22 Maret 2012.
http://rony-bujangjumendang.blogspot.com/2012/01/manajemen-panen-kelapa-sawit-
tujuan.html. Diakses pada tanggal 22 Maret 2012.
http://sawitgembala.blogspot.com/2010/08/kegiatan-panen-buah-segar-kelapa-sawit.html.
Diakses pada tanggal 22 Maret 2012.
http://wwwbutonutara.blogspot.com/2011/09/kelapa-sawit-butur-untuk-kepentingan.html.
Diakses pada tanggal 20 Maret 2012.
Tim Bina Karya Tani. 2009. Pedoman Bertanam Kelapa Sawit. Yrama Widya. Bandung.