Anda di halaman 1dari 18

PERTUMBUHAN DAN PEMELIHARAAN BIBIT KELAPA SAWIT

(Elaeis guineensis Jacq) DI PRE-NURSERY

LAPORAN

OLEH :
GABRIELLE TAZKIA
210301071
AGROTEKNOLOGI 2-A

LABORATORIUM PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2022
PERTUMBUHAN DAN PEMELIHARAAN BIBIT KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq) DI PRE-NURSERY

LAPORAN

OLEH:

GABRIELLE TAZKIA
210301071
AGROTEKNOLOGI 2-A

Laporan sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikum di


Laboraturium Perkebunan Kelapa Sawit Program Studi Agroteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara

Diperiksa Oleh : Diperiksa Oleh :


Asisten Korektor I Asisten Korektor II

(Dandy Yudha Putra) (Aulia Istiqomah)


NIM : 180301168 NIM : 180301063

LABORATORIUM PERKEBUNAN KELAPA SAWIT


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan jurnal ini tepat pada waktunya.

Adapun judul dari jurnal ini adalah “Pertumbuhan dan Pemeliharaan


Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Pre-Nursery” yang merupakan
salah satu syarat untuk memenuhi komponen penilaian di Laboratorium
Perkebunan Kelapa Sawit Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara.

Penulis berterima kasih kepada Dr. Ir. Charloq M.P.; selaku dosen mata
kuliah Tanaman Perkebunan I (Sawit dan Karet) serta abang dan kakak asisten
laboratorium yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini. Penulis
menyadari bahwa jurnal ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun akan sangat diharapkan demi perbaikan
penulisan mendatang. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Tanjung Morawa, September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang .................................................................................................... 1
Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2
Kegunaan Penulisan ............................................................................................ 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 3
BAB III ................................................................................................................... 6
BAHAN DAN METODE ....................................................................................... 6
3.1 Tempat dan Waktu Praktikum ....................................................................... 6
3.2 Alat dan Bahan Praktikum ............................................................................ 6
3.3 Prosedur praktikum ....................................................................................... 6
BAB IV ................................................................................................................... 7
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 7
4.1 Hasil............................................................................................................... 7
4.2 Pembahasan ................................................................................................. 10
KESIMPULAN ..................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertanian merupakan sektor yang tidak pernah mati di dunia ini, karena dari
hasil pertanian makhluk hidup dapat bertahan hidup di muka bumi ini salah satunya
produksi minyak kelapa sawit. Kelapa sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq)
merupakan tanaman yang berasal dari benua afrika. Tanaman kelapa sawit banyak
dijumpai pada kawasan hutan hujan tropis negara kamerun, pantai gading, Ghana,
Liberia, Nigeria, Sierra Leone, Togo, Angola, dan Kongo. Disana penduduk
setempatnya menggunakan ekstrak minyak dari kelapa sawit untuk dijadikan bahan
memasak dan juga untuk bahan kecantikan. Selain itu buah kelapa sawit juga dapat
dimanfaatkan untuk menjadi minyak nabati, yang dimana rasa dan warna dari
minyak kelapa yang dihasilkan sangat bervariasi (Fauzi et al, 2012).

Kelapa sawit banyak sekali manfaatnya bagi kehidupan dan sangat penting bagi
manusia. Tanaman kelapa sawit sangat penting artinya bagi perkembangan
perekonomian Indonesi dalam kurun 20 tahun terakhir ini. Kelapa sawit adalah
komoditi andalan untuk ekspor maupun komoditi diharapkan dapat meningkatkan
pendapatan petani Indonesia (Purba, 2013).

Keberhasilan dalam suatu penanaman di lapangan da produksi tanaman kelapa


sawit, sangat tergantung dari kualitas bibit yang dipakai oleh petani. Dalam upaya
untuk mendapatkan bibit yang baik adalah melalui proses pembibitan, karena
apabila terjadi suatu kesalahan pada proses awal pembibitan maka akan
menimbulka pengaruh yang tidak baik terhadap keberlangsungan tumbuh dan
produksi kelapa sawit di lapangan tempat penanaman bibit kelapa sawit (Astianto
et al, 2012).

Pembibitan pada kelapa sawit dapat dilakukan pada satu tahap atau dua tahap,
yaitu pada tahap satu dilakukan dengan mengecambahkan kelapa sawit di polybag
besar dengan cara langsung atau langsung di main nursery. Pada tahap pembibitan
dua dilakukan dengan tahap prenursery dilanjutkan dengan tahap pembibitan kelapa
sawit main nursery (Utomo, 2013).
2

Pada pembibitan awal (pre-nursery) bertujuan untuk memperoleh pertumbuhan


bibit yang merata sebelum dipindahkan ke pembibitan utama. Main- nursery yaitu
bibit dari pembibitan awal (pre-nursery) dipindahkan ke dalam polibag dengan
ukuran 40 x 50 cm atau 40 x 60 cm setebal 0,11 mm yang berisi 15-30 kg tanah
lapisan atas yang diayak. Pada fase pembibitan utama naungan tidak lagi
dibutuhkan. Bibit yang telah dipindahkan kedalam polibag besar di susun dengan
jarak tanam 90 x 90cm atau 70 x 70cm (Legitan, 2012).

Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini yaitu untuk mengetahui pengaruh
pemeliharaan terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) di
Pre-Nursery.

Kegunaan Penulisan
adapun kegunaan dari penulisan jurnal ini sebagai salah satu syarat untuk
memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Tanaman Perkebunan Kelapa
Sawit, Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera
Utara dan juga sebagai informasi bagi pihak yang membutuhkan, serta memberi
infomasi pengetahuan seputar pembibitan di pre-nursery.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman kelapa sawit diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintahan
kolonial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit
yang dibawa dari Mauritius dan Amsterdam untuk ditanam di kebun raya bogor.
Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada
tahun 1911 untuk diambil ekstraknya baik berupa minyaknya atau juga
cangkangnya (Fauzi et al, 2012).

Dalam produksi kelapa sawit yang tinggi harus dimulai dari pembibitan
yang baik dan benar sehingga menghasilkan bahan tanam yang siap untuk tanam
dan berproduksi sesuai dengan potensinya. Pembibitan yang baik dan benar
didukung oleh media tanam serta pemeliharaan pohon kelapa sawit dengan baik
dan benar. Media tanamyang biasa dipakai oleh perkebunan kelapa sawit adalah
tanah subsoil, yang dimana tanah ini memiliki tekstur yang kering karena tanah
kering di Indonesia didominasi oleh tanah subsoil yang telah mengalami
perkembangan lebih lanjut sehingga pertumbuhan bibit kurang maksimal. Adapun
kendala yang dihadapi oleh petani yang menggunakan tanah subsoil yaitu
kandungan hara yang miskin, dan kurangnya penggunaan pupuk organik dan
didominasi penggunaan pupuk anorganik pada setiap kegiatan budidaya tanaman
(Adnan et al, 2015).

Berdasarkan jenisnya pembibitan terdiri dari dua jenis yaitu pembibitan satu
tahap (single stage) hanya terdiri dari pembibitan utama (main nursery), sedangkan
pembibitan dua tahap (double stage) terdiri dari pre-nursery (pembibitan awal)
serta main nursery (pembibitan utama). Pembibitan kelapa sawit pre-nursery yaitu
pembibitan selama 12 minggu atau kurang lebih 3 bulan pada polybag berukuran
kecil (babybag) dan pembibitan utama (main-nursery) merupakan kegiatan
pembibitan yang ditunjukan agar bibit mendapatkan kondisi lingkungan tumbuh
yang optimal dan terkendali yang dimana pembibitan di tanam di polybag
berukuran lebih besar (large bag) (Sawit, 2012).

Pada tahap pemeliharaan yang dilakukan terhadap tanaman juga harus


intensif meliputi penyiraman, penyiangan, pemupukan, pengendalian OPT
4

(Organisme Penggangu Tanaman), dan seleksi bibit yang baik dan benar.
Pemupukan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang sangat penting bagi
tanaman. Adapun dua jenis pupuk yang sering atau bia digunakan oleh petani yakni
pupuk organik dan pupuk anorganik (Riniarti et al, 2012).

Pemeliharaaan tanaman dapat berupa, penyiraman, penyiangan,


pemupukan, pengendalian OPT (Organisme Penggangu Tanaman). Penyiraman
menurut Tullah et al, (2019) menyatakan bahwa penyiraman pekerjaan yang
bersifat rutinitas paling penting untuk tanaman agar terus tumbuh dan berkembang.
Penyiangan. Penyiangan merupakan metode untuk pengendalian gulma untuk
meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Pemupukan merupakan suatu
metode yang dilakukan untuk menambah unsur hara pada tanaman baik dari tanah
ataupun tanaman langsung. Pengendalian OPT (Organisme Penggangu Tanaman)
yaitu suatu pekerjaan yang dimana agar mencegah terjadinya penurunan hasil panen
baik dari segi kuantitas, kualitas produk dan mutu pangan (Murrinie, 2012).

Dalam pertumbuhan dan pemeliharaan tanaman kelapa sawit, ada beberapa


parameter fisiologis yang harus diperhatikan, seperti tinggi tanaman, diameter
tanaman, dan luas daun. Pengamatan tinggi tanaman dilakukan untuk mengetahui
laju pertumbuhan tanaman, diameter tanaman merupakan indikator untuk tanaman
dalam menentukan tegaknya tanaman tersebut, yang dimana semakin baik diameter
batang tanaman kelapa sawit maka tanaman tersebut akan memberikan hasil yang
bagus, karena juga besarnya diameter tanaman sulit untuk rebah jika terkena angin,
dan luas daun merupakan parameter fisologi yang fungsinya sebagai indikator
pertambahan pertumbuhan tersebut (Syahputra et al, 2019).

Adapun bahan tanam pada kelapa sawit ada terbagi menjadi 3 varietas
berdasarkan ketebalan cangkangnya, yaitu : 1). Dura, persentase mesokarp terhadap
buah bervariasi antara 35-55%, meskipun ada yang mencapai 65%; ketebalan
cangkang 2-8 mm; tidak mempunyai lingkar serabut di sekeliling inti; inti relatif
besar dan rendemen minyak relatif rendah (17-18%). Dura sangat baik digunakan
sebagai induk betina dalam produksi benih komersial. 2). Pisifera, : tidak
mempunyai cangkang; cangkang digantikan oleh lingkar serabut di sekeliling inti;
persentase mesokarp terhadap buah sangat besar dan rendemen minyak sangat
5

tinggi (45-50%). Pisifera disebut juga sebagai pohon betina yang steril karena
sebagian besar tandan aborsi pada awal perkembangannya. Sehingga ia digunakan
sebagai induk jantan dalam produksi benih komersial. 3). Tenera, merupakan hasil
persilangan Dura dengan Pisifera; banyak ditanam secara komersial di perkebunan
dan mempunyai karakteristik gabungan dari kedua induk Dura dan Pisifera.
Ketebalan cangkang 0.4-4 mm; di sekelilingnya ada lingkar serabut dan
perbandingan mesokarp terhadap buahnya cukup tinggi mencapai (60-96%).
Tenera menghasilkan tandan relatif lebih banyak dibandingkan Dura, walaupun
ukuran tandannya lebih kecil dari Dura. Rendemen minyak mencapai 22-24%.
Tenera merupakan tanaaman kelapa sawit komersial yang ditanam untuk
menghasilkan minyak kelapa sawit (Rosa, 2017).
6

BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Praktikum
Adapun praktikum ini dilakukan di Jln, Tanjung Morawa-Medan, Gang.
Dwi Warna, Lr. 1, Desa Bangun Sari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten
Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara yang dilaksanakan secara virtual dengan
menggunakan aplikasi bernama Google Meet pada hari Selasa, 27 September 2022
Pukul 08.00 WIB sampai dengan selesainya praktikum.

3.2 Alat dan Bahan Praktikum


Adapun alat yang digunakan dalam praktikum kali ini, ialah polybag ukuran
kecil, untuk sebagai media tanam kelapa sawit, jangka sorong untuk mengukur
diameter batang (mm), penggaris plastic/meteran kain untuk mengukur tinggi
tanaman (cm), buku untuk mencatat data yang kita peroleh, stik ice cream untuk
sebagai pennyanggah papan nama, hp untuk memfoto tanaman, dan handsprayer
untuk sebagai wadah penyemprotan fungisida dan insectisida.

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini, yaitu bibit kelapa
sawit (Elaeis guineensis Jacq), sebagai bahan tanam, air sebagai penambah
menyiram tanaman agar tidak kekeringan, fungisida antracol dan dithane M-45
untuk membasmi jamur pada kelapa sawit, insektisida decis untuk pengendalian
OPT (Organisme Penggangu Tanaman), tanah top soil sebagai media tanam, dan
pupuk NPKMg (15:15:6:4), sebagai penambah zat atau unsur hara pada tanah.

3.3 Prosedur praktikum


1. Metode penelitian dilakukan secara virtual yaitu dengan mengumpulkan
data dan gambar dari internet.
2. Dibuat dan ditulis kedalam jurnal.
7

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil Keterangan Gambar
Bibit Pre- Ditahap ini, bibit
nursery ditanam mulai dari
kecambah, sampai
dengan umur 12
minggu atau kurang
lebih 3 bulan.

Varietas Dura Memiliki ciri-ciri


dengan daging buah
tipis, cangkang tebal,
inti besar, dan tidak
terdapat cincin serabut

Varietas Pisifera Memiliki ciri-ciri


daging buah tebal,
tidak mempunyai
cangkang, inti kecil

Varietas Tenera Memiliki ciri-ciri,


daging tebal, dan
cangkangnya tipis
8

Penyiraman Dilakukan penyiraman


pada bibit kelapa
sawit, agar terjaga
kelembapan, dan tidak
terjadi kekeringan.

Penyiangan Dilakukan penyiangan


agar gulma tidak
tumbuh dan terjadi
kompetisi dalam hara.

Pemupukan Dilakukan pemupukan


untuk menambah
unsur hara pada tanah.
9

Pengendalian Dilakukan
OPT pengendalian OPT
(Organisme agar tidak merusak
Penggangu tanaman.
Tanaman?

Seleksi bibit Diseleksi bibit dengan


memilih bibit yang
baik dan mana yang
rusak.

Pengukuran Dilakukan pengukuran


tinggi tanaman untuk melihat
seberapa tinggi dan
berkembang tanaman
bibit kelapa sawit.
10

Pengukuran Dilakukan pengukuran


diameter diameter batang agar
batanag melihat batang itu
dapat bertahan rebah
atau tidak serta melihat
penambahan diameter
setiap batang sawit

4.2 Pembahasan
Pre-nursery adalah pembibitan kelapa sawit yang dimana dari berbentuk
benih sampai dengan waktu 12 minggu atau kurang lebih selama 3 bulan yang
dibudidayakan dengan polybag kecil (babybag). Hal ini sesuai dengan literatur
Sawit (2012) yang menyatakan bahwa, pre-nursery merupakan pembibitan dua
tahap (Double stage) yang pembibitan selama 12 minggu atau kurang lebih 3 bulan
pada polybag berukuran kecil (babybag).

Dalam penanam kelapa sawit, Langkah pertama yaitu menentukan bibit dan
varietas kelapa sawit, adapun varietas kelapa sawit berdasarkan cangkangnya ialah,
varietas dura, memiliki cangkang yang tebal dan daging buah tipis, pisifera tidak
mempunyai cangkang akan tetapi memiliki daging buah yang tebal, sedangkan
tenera merupakan hasil persilangan dura dan pisifera yang dimana memiliki daging
buah yang tebal akan tetapi tidak setebal pisifera, dan memiliki cangkang akan
tetapi tidak setebal dura. Hal ini sesuai dengan literatur Rosa (2017) bahan tanam
pada kelapa sawit ada terbagi menjadi 3 varietas berdasarkan ketebalan
cangkangnya, yaitu dura, pisifera dan tenera.

Pemeliharaan atau pengontrolan pada kelapa sawit sangat dianjurkan dan


harus dilakukan, agar bibit kelapa sawit tidak rusak ataupun tidak tumbuh
berkembang dengan baik. Hal ini sesuai dengan literatur Adnan et al, (2015) yang
menyatakan bahwa Dalam produksi kelapa sawit yang tinggi harus dimulai dari
pembibitan yang baik dan benar sehingga menghasilkan bahan tanam yang siap
untuk tanam dan berproduksi sesuai dengan potensinya. Pembibitan yang baik dan
11

benar didukung oleh media tanam serta pemeliharaan pohon kelapa sawit dengan
baik dan benar.

Adapun pemeliharaan bibit kelapa sawit yaitu dengan, penyiraman,


pemupukan, penyiangan OPT (Organisme Penggangu Tanaman) dan seleksi bibit
yang baik dan benar, itu semua dilakukan agar tanaman kelapa sawit dapat tumbuh
dengan baik dan tidak mengalami kerusakan fisiologis maupun kerusakan
anatominya. Hal ini sesuai dengan literatur Riniarti et al, (2012) yang menyatakan
bahwa Pada tahap pemeliharaan yang dilakukan terhadap tanaman juga harus
intensif meliputi penyiraman, penyiangan, pemupukan, pengendalian OPT
(Organisme Penggangu Tanaman), dan seleksi bibit.

Adapun parameter pengukuran untuk mengamati kondisi fisiologis pada


tanaman kelapa sawit meliputi, tinggi tanaman, dan diameter batang. Hal ini sesuai
dengan liteartur Syahputra et al (2019), yang menyatakan bahwa Pengamatan tinggi
tanaman dilakukan untuk mengetahui laju pertumbuhan tanaman, diameter
tanaman merupakan indikator untuk tanaman dalam menentukan tegaknya tanaman
tersebut, yang dimana semakin baik diameter batang tanaman kelapa sawit maka
tanaman tersebut akan memberikan hasil yang bagus, karena juga besarnya
diameter tanaman sulit untuk rebah jika terkena angin.
12

KESIMPULAN
1. Pre-nursery adalah pembibitan kelapa sawit yang dimana dari berbentuk
benih sampai dengan waktu 12 minggu atau kurang lebih selama 3 bulan
2. Bahan tanam pada kelapa sawit ada terbagi menjadi 3 varietas berdasarkan
ketebalan cangkangnya, yaitu dura, pisifera dan tenera.
3. Dalam produksi kelapa sawit yang tinggi harus dimulai dari pembibitan
yang baik dan benar sehingga menghasilkan bahan tanam yang siap untuk
tanam dan berproduksi sesuai dengan potensinya. Pembibitan yang baik dan
benar didukung oleh media tanam serta pemeliharaan pohon kelapa sawit
dengan baik dan benar.
4. Adapun pemeliharaan bibit kelapa sawit yaitu dengan, penyiraman,
pemupukan, penyiangan OPT (Organisme Penggangu Tanaman) dan
seleksi bibit yang baik dan benar.
5. Pengamatan tinggi tanaman dilakukan untuk mengetahui laju pertumbuhan
tanaman, diameter tanaman merupakan indikator untuk tanaman dalam
menentukan tegaknya tanaman tersebut, yang dimana semakin baik
diameter batang tanaman kelapa sawit maka tanaman tersebut akan
memberikan hasil yang bagus, karena juga besarnya diameter tanaman sulit
untuk rebah jika terkena angin.
13

DAFTAR PUSTAKA
Adnan, I. S., Utoyo, B., & Kusumastuti, A. (2015). Pengaruh pupuk NPK dan
pupuk organik terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis
Jacq.) di main nursery. Jurnal Agro Industri Perkebunan, 69-81.

Anhar, T. M. S., Sitinjak, R. R., Fachrial, E., & Pratomo, B. (2021). Respon
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit di Tahap Pre-Nursery dengan Aplikasi
Pupuk Organik Cair Kulit Pisang Kepok. AGRIUM: Jurnal Ilmu
Pertanian, 24(1), 34-39.

Astianto, A., & Khoiri, M. A. (2012). Pemberian Berbagai Dosis Abu Boiler Pada
Pembibitan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) Di Pembibitan Utama
(Main Nursery).

Fauzi, Y., Widyastuti, Y. E., Satyawibawa, I., & Paeru, R. H. (2012). Kelapa sawit.
Penebar Swadaya Grup.

Legitan. 2012. Kelapa Sawit. Jakarta. CV Yasaguna

Murrinie, E. D. (2012). Analisis pertumbuhan tanaman kacang tanah dan


pergeseran komposisi gulma pada frekuensi penyiangan dan jarak tanam
yang berbeda. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Muria Kudus.

Purba, et al., 2013. Pemanfaatan Limbah & Hasil Ikutan Perkebunan Kelapa Sawit
Sebagai Ransum Kambing Potong. Prosiding Seminar Nasional Teknologi
& Veteriner. BPTP Yogyakarta. Yogyakarta.

Riniarti, D. dan B. Utoyo. 2012. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. Wineka


Media. Malang.
Rosa, R. N., & Zaman, S. (2017). Pengelolaan pembibitan tanaman kelapa sawit
(Elais guineensis Jacq.) di kebun Bangun Bandar, Sumatera Utara. Buletin
Agrohorti, 5(3), 325-333.

Sawit, A. P. K. 2012. HAMA KELAPA SAWIT DI PEMBIBITAN FASE MAIN


NURSERY.
14

Syahputra, B. S. A., & Tarigan, R. R. A. (2019). Efektivitas Waktu Aplikasi PBZ


terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Padi dengan Sistem Integrasi
Padi–Kelapa Sawit. AGRIUM: Jurnal Ilmu Pertanian, 22(2), 123-127.

Tullah, R., Sutarman, S., & Setyawan, A. H. (2019). Sistem Penyiraman Tanaman
Otomatis Berbasis Mikrokontroler Arduino Uno Pada Toko Tanaman Hias
Yopi. Jurnal Sisfotek Global, 9(1).

Utomo, G. D., Triyanto, D., & Ristian, U. 2013. SISTEM MONITORING DAN
KONTROL PEMBIBITAN KELAPA SAWIT BERBASIS INTERNET OF
THINGS. Coding Jurnal Komputer dan Aplikasi, 9(02), 176-185.

Anda mungkin juga menyukai