Oleh :
1554201047
Agribisnis
Fakultas Pertanian
Pekanbaru
2018
1
Kata pengantar
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan yang maha Esa atas berkat dan
rahmatnya karena atas penyertaanNya sampai pada saat ini masih diberi kesehatan untuk
menyelesaikan tugas makalah yang diberikan oleh dosen pengampu guna memberikan
pengajaran dalam mata kuliah “ Agribisnis Tanaman Perkebunan” yang telah saya buat
dalam makalah ini. Terimakah juga kepada rekan sekali yang telah membantu dan
memberikan masukan serta saran untuk dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu.
Penulis
i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara pembudidaya tanaman kakao paling
luas di dunia dan termasuk Negara I penghasil kakao terbesar ketiga setelah Ivory-
Coast dan Ghana, yang nilai produksinya mencapai 1.315.800 ton/thn.Dalam kurun
waktu 5 tahun terakhir, perkembangan luas areal perkebunan kakao meningkat secara
pesat dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 8%/thn dan saat ini mencapai 1.462.000
ha.Hampir 90% dari luasan tersebut merupakan perkebunan rakyat.Tanaman kakao
diperkenalkan pertama kali di Indonesia pada tahun 1560, tepatnya di Sulawesi,
Minahasa. Ekspor kakao diawali dari pelabuhan Manado ke Manila tahun 1825-1838
dengan jumlah 92 ton, setelah itu menurun karena adanya serangan hama. Hal ini
yang membuat ekspor kakao terhenti setelah tahun 1928. Di Ambon pernah
ditemukan 10.000 - 12.000 tanaman kakao dan telah menghasilkan 11,6 ton tapi
tanamannya hilang tanpa informasi lebih lanjut. Penanaman di Jawa mulai dilakukan
tahun 1980 ditengah-tengah perkebunan kopi milik Belanda, karena tanaman kopi
Arabika mengalami kerusakan akibat serangan penyakit karat daun
(Hemileiavastatrix). Tahun 1888 puluhan semaian kakao jenis baru didatangkan dari
Venezuela, namun yang bertahan hanya satu pohon.Biji-biji dari tanaman tersebut
ditanam kembali dan menghasilkan tanaman yang sehat dengan buah dan biji yang
besar.Tanaman tersebutlah yang menjadi cikal bakal kegiatan pemuliaan di Indonesia
dan akhirnya di Jawa Timur dan Sumatera.
Kakao Indonesia, khususnya yang dihasilkan oleh rakyat, di pasar
Internasional masih dihargai paling rendah karena citranya yang kurang baik yakni
didominasi oleh bijibijitanpa fermentasi, biji-biji dengan kadar kotoran tinggi serta
terkontaminasi serangga, jamur dan mitotoksin. Sebagai contoh, pemerintah Amerika
serikat terus meningkatkan diskonnya dari tahun ke tahun. Citra buruh inilah yang
menyebabkan ekspor kakao ke China atau negara lain harus melalui Malaysia atau
Singapura terlebih dahulu.
1
Kelompok negara Asia diperkirakan akan terus mengalami peningkatan
konsumsi seiring dengan pertumbuhan ekonomi di kawasan ini, sedikit saja kenaikan
tingkat konsumsi di Asia, akan meningkatkan serangan produk kakao di Asia.
Kapasitas produksi kakao di beberapa Negara Asia Pasifik lain seperti Papua New
Guinea, Vietnam dan Fhilipina masih jauh di bawah Indonesia baik dalam hal luas
areal maupun total produksi, oleh karena itu disbanding Negara lain, Indonesia
memiliki beberapa keunggulan dalam hal pengembangan kakao, antara lain
ketersediaan lahan yang cukup luas, biaya tenaga kerja relatif murah, potensi pasar
domestik yang besar dan sarana transportasi yang cukup baik.
1.2 Tumpang sari
Lahan di bawah budidaya tanaman jagung manis berpotensi untuk digunakan
dalam membudidayakan tanaman pangan lain. Hal ini merupakan salah satu bentuk
efisiensi penggunaan lahan pertanian, karena pada saat ini kepemilikan lahan
pertanian oleh petani semakin terbatas.Sistem tumpangsari merupakan solusi yang
dapat digunakan oleh petani dalam mengelola lahan pertaniannya.Kangkung sutera
merupakan salah satu tanaman yang dapat digunakan dalam sistem tumpangsari
tersebut. Masa panen kangkung sutera singkat dan kangkung sutera dapat tumbuh di
bawah tegakan tanaman lain. Tumpangsari adalah bentuk pola tanam yang
membudidayakan lebih dari satu jenis tanaman dalam satuan waktu tertentu, dan
tumpangsari ini merupakan suatu upaya dari program intensifikasi pertanian dengan
tujuan untuk memperoleh hasil produksi yang optimal, dan menjaga kesuburan tanah
(Prasetyo, Sukardjo, dan Pujiwati, 2009).Jumin (2002 dalam Marliah, Jumini,
Jamilah, 2010) menyatakan bahwa tujuan dari sistem tanam tumpang sari adalah
untuk mengoptimalkan penggunaan hara, air, dan sinar matahari seefisien mungkin
untuk mendapatkan produksi maksimum. Tumpang sari dari dua jenis tanaman
menimbulkan interaksi, akibat masingmasing tanaman membutuhkan ruangan yang
cukup untuk memaksimumkan kerjasama dan meminimumkan kompetisi, sehingga
pada sistem tumpang sari ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain
pengaturan jarak tanam, populasi tanaman, umur panen tiap tanaman dan arsitektur
2
tanaman (Sulivan, 2003 dalam Suwarto dkk, 2005). Sistem tumpang sari akan
meningkatkan kompetisi dalam menggunakan faktor pertumbuhan, oleh karena itu
untuk mengurangi kompetisi itu maka perlu pengaturan waktu tanam dari tanaman
yang ditumpang sarikan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
masih terbuka lebar. Rendahnya produksi jagung manis di Riau salah satu
penyebabnya adalah kondisilingkungan yang kurang mendukung untuk budidaya
tanaman pangan.
Jenis tanah di Riau didominasi oleh Podsolik Merah Kuning (PMK) yang
dikenal mengandung sedikit unsur hara,sedikit mengandung bahan organik, dan pH
yang rendah (Surtinah & Lidar, 2012).
Penambahan unsur hara dan bahan organik ke dalam tanah PMK belum cukup
untuk meningkatkan produksi jagung manis. Dalam budidaya pertanian teknologi
pamungkas yangperlu digunakan adalah pemberian Zat Pengatur Tumbuh Tanaman
(ZPT).
Produksi biji pada tanaman yang dipangkas ½ bagian daun di atas tongkol
lebih tinggi dibandingkan tanaman yang tidak dipangkas dengan pemberian pupuk
Urea yang sama. Peningkatan terjadi terhadap jumlah biji per tongkol.Berat kering
biji saat panen, namun kecepatan penimbunan bahan kering semakin lambat dengan
meningkatnya pupuk.Begitu juga pada waktu penimbunan bahan kering maka waktu
yang terlama didapat pada tanaman yang diberi Urea 300 kg/ha (Surtinah, 2005).
Surtinah (2008) melaporkan bahwa jagung manis yang dipanen pada umur 70
hari menghasilkan berat tongkol 384.53 g, berat tongkol tanpa kelobot 288.89 g, dan
kandungan gula biji 15,78 %. Surtinah (2012) melaporkan varitas Bonanza yang
ditanam di Pekanbaru menghasilkan kadar gula 14.82 % bila dipanen pada pukul
17.00 dan dipanen pada umur 65 hari setelah tanam. Pada penelitian yang lain
Surtinah (2013), malaporkan bahwa varietas Bonanza adalah yang terbaik
5
dibandingkan dua varietas lainnya, dengan berat tongkol tanpa kelobot 295 g.
Syafruddin, Nurhayati, dan Wati ( 2012) melaporkan bahwa varietas Bonanza
menunjukan respon pertumbuhan dan produksi yang tinggi pada perlakuan pemberian
pupuk NPK cair.
6
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kakao
3.1.1 Iklim
7
dapat tumbuh pada semua jenis tanah.Hal yang terpenting adalah lapisan tanah harus
dalam, sehingga dapat memberi kesempatan pertumbuhan akar dengan bebas, dan
kandungan bahan organik yang cukup.Artinya tidak kekurangan air dan tidak pula
terendam air untuk waktu lebih dari 24 jam. Perbedaan dalam pertumbuhan semata-
mata akibat pengaruh curah hujan dan kesuburan tanah atau kadar humus dari tanah
(Waluyo, 2010). Tanaman kakao memerlukan solum tanah yang dalam (minimal 1,5
m, bahkan lebih dalam untuk tanah berpasir dengan curah hujan rendah), sebaiknya
mempunyai strutur tanah yang berdrainase baik, serta kelembapan tanah yang cukup.
Sistem perakaran tanaman kakao sangat dangkal; lebih dari 80% dari akar- akarnya
berada pada kedalaman 15 cm dari permukaan tanah, sehingga sangat peka terhadap
kekeringan. Hal itu merupakan masalah yang sering didapatkan pada tanah yang
bertekstur ringan yang biasanya mempunyai kapasitas menahan air dan kapasitas
tukar kation rendah (Heddy, 1990).Kakao pada umumnya ditanam pada ketinggian 0-
800 m dpl.Tekstur tanah yang diperlukan lempung liat berpasir dengan komposisi 30-
40% fraksi liat, 50% pasir, dan 10-20% debu. Tanah yang banyak mengandung
humus dan bahan organik dengan pH antara 6,0-7,0, kedalaman air + 3 m, dan
berdrainase baik, sesuai bagi pertumbuhan kakao (Poedjiwidodo, 1996).
3.1.2. Tanah
Kakao dapat tumbuh pada semua jenis tanah.Hal yang terpenting adalah lapisan
tanah harus dalam, sehingga dapat memberi kesempatan pertumbuhan akar dengan
bebas, dan kandungan bahan organik yang cukup.Artinya tidak kekurangan air dan
tidak pula terendam air untuk waktu lebih dari 24 jam. Perbedaan dalam pertumbuhan
semata-mata akibat pengaruh curah hujan dan kesuburan tanah atau kadar humus dari
tanah (Waluyo, 2010). Tanaman kakao memerlukan solum tanah yang dalam
(minimal 1,5 m, bahkan lebih dalam untuk tanah berpasir dengan curah hujan
rendah), sebaiknya mempunyai strutur tanah yang berdrainase baik, serta kelembapan
tanah yang cukup. Sistem perakaran tanaman kakao sangat dangkal; lebih dari 80%
dari akar- akarnya berada pada kedalaman 15 cm dari permukaan tanah, sehingga
8
sangat peka terhadap kekeringan. Hal itu merupakan masalah yang sering didapatkan
pada tanah yang bertekstur ringan yang biasanya mempunyai kapasitas menahan air
dan kapasitas tukar kation rendah (Heddy, 1990).Kakao pada umumnya ditanam pada
ketinggian 0-800 m dpl.Tekstur tanah yang diperlukan lempung liat berpasir dengan
komposisi 30-40% fraksi liat, 50% pasir, dan 10-20% debu. Tanah yang banyak
mengandung humus dan bahan organik dengan pH antara 6,0-7,0, kedalaman air + 3
m, dan berdrainase baik, sesuai bagi pertumbuhan kakao (Poedjiwidodo, 1996).
3.2 Jagung
3.2.1. Iklim
Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah daerah-
daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim sub-tropis/tropis yang basah.
Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0-50 derajat LU hingga 0-
40 derajat LS.
Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman ini memerlukan curah
hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan
dan pengisian biji tanaman jagung perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya
jagung ditanam diawal musim hujan, dan menjelang musim kemarau.
Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Tanaman
jagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat/ merana, dan
memberikan hasil biji yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah.
Suhu yang dikehendaki tanaman jagung antara 21-34 derajat C, akan tetapi
bagi pertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan suhu optimum antara 23-
27 derajat C. Pada proses perkecambahan benih jagung memerlukan suhu
yang cocok sekitar 30 derajat C.
9
Saat panen jagung yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik dari pada
musim hujan, karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan
pengeringan hasil.
Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus. Agar supaya dapat
tumbuh optimal tanah harus gembur, subur dan kaya humus.
Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain: andosol (berasal dari
gunung berapi), latosol, grumosol, tanah berpasir. Pada tanah-tanah dengan
tekstur berat (grumosol) masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang baik
dengan pengolahan tanah secara baik. Sedangkan untuk tanah dengan tekstur
lempung/liat (latosol) berdebu adalah yang terbaik untuk pertumbuhannya.
Keasaman tanah erat hubungannya dengan ketersediaan unsur-unsur hara
tanaman. Keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung
adalah pH antara 5,6 – 7,5.
Tanaman jagung membutuhkan tanah dengan aerasi dan ketersediaan air
dalam kondisi baik.
Tanah dengan kemiringan kurang dari 8 % dapat ditanami jagung, karena
disana kemungkinan terjadinya erosi tanah sangat kecil. Sedangkan daerah
dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan
teras dahulu.
10
BAB IV
KESIMPULAN
11
DAFTAR PUSTAKA
Surtinah, Surtinah, Neng Susi, and Sri Utami Lestari. "Komparasi Tampilan dan
Hasil Lima Varietas Jagung Manis (Zea mays saccharata, Sturt) di Kota
Pekanbaru." Jurnal Ilmiah Pertanian 13.1 (2016).
http://nationalgeographic.co.id/berita/2013/01/tumpangsari-untuk-kelestarian-
produksi-kakao
Prasetyo, Sukardjo, E. I., Pujiwati, H., 2009. Produktivitas Lahan dan NKL pada
Tumpangsari Jarak Pagar dengan Tanaman pangan. J. Akta Agrosia Vo. 12 (1): 51 –
12