Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS USAHATANI KAKAO PADA DUA POLA

TANAM POLIKULTUR
Oleh:
Eva Ariani1, Amzul Rifin2
1
Mahasiswa Departemen Agribisnis FEM IPB, S.E
2
Dosen Pembimbing, Departemen Agribisnis FEM IPB, Dr. SP. MA.
evaariani0110@hotmail.com

ABSTRACT
The Contributions of cocoa plantations to the profit of farmers is an important issue for the
farm development. Cocoa plant is annual plant that can produce throughout the year. In Order
to increase profit and Reduce the risk of crop failure, farmers applying polyculture pattern.
Application of intercropping patterns on their farm has a linkage with the structure of the
costs incurred to cultivate these plants.The purpose of this study is to analyze the level of
income and efficiency of the two cropping pattern with the combination of 2 (cocoa and clove)
and 3 (cocoa, clove, and coffee) commodities. The method of data collection conducted
randomly collected as many as 49 farmers that working on 2 commodities using polyculture
cropping pattern and 33 farmers that working on 3 commodities using polyculture cropping
pattern. The analytical results showed that the farmers that working on 3 commodities using
polyculture cropping pattern have low production level, income, and efficiency, but this
polyculture system is still running continuously by the farmers, because it is profitable and has
a good efficiency.

Keywords : cocoa, cropping, farming, income, polyculture

ABSTRAK
Kontribusi tanaman kakao terhadap keuntungan yang petani peroleh merupakan isu penting
terkait perkembangan pertanian. Tanaman kakao merupakan tanaman tahunan yang mampu
berproduksi sepanjang tahun. Dalam rangka meningkatkan penghasilani dan mengurangi
resiko kegagalan panen, petani menerapkan pola polikultur. Penerapan pola polikultur
memiliki keterkaitan dengan struktur biaya yang dikeluarkan untuk membudidayakan
tanaman ini. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis tingkat keuntungan dan efisiensi pada
dua pola tanam polikultur dengan kombinasi 2 komoditas (kakao dan cengkeh) dan 3
komoditas (kakao, cengkeh, dan kopi). Metode pengambilan data dilakukan secara random
sebanyak 49 petani dengan pola tanam polikultur dua komoditas dan 33 petani dengan pola
tanam polikultur tiga komoditas. Hasil analisis menunjukkan bahwa meskipun pola tanam
dengan kombinasi tiga komoditas cenderung menghasilkan tingkat produksi, keuntungan, dan
efesiensi yang lebih rendah, ternyata sistem polikultur ini masih dijalankan oleh petani karena
masih menghasilkan keuntungan dan efisiensi yang cukup baik.

Kata kunci: kakao, pola tanam, usahatani, keuntungan, polikultur

PENDAHULUAN nasional yang berperan penting dalam


Latarbelakang perekonomian. Berdasarkan ICCO
Kakao merupakan salah satu (2014), Indonesia ditetapkan sebagai
komoditas perkebunan andalan produsen kakao terbesar ketiga di
173
Eva Ariani, Amzul Rifin

dunia setelah Pantai Gading dan dibandingkan dengan perkebunan


Ghana. milik negara dan perkebunan milik
Pada tahun 2012 produksi kakao swasta yang telah melaksanakan
mencapai 740 513 ton dengan laju pengusahaan secara intensif.
peningkatan produksi sekitar 0.52 Salah satu cara meningkatkan
persen per tahun hingga tahun 2015 produktivitas perkebunan rakyat
(Ditjenbun 2015). Sepanjang periode adalah dengan mengadopsi pola tanam
tahun 2010 sampai dengan tahun 2015, polikultur (Bentley 2004). Sistem
penurunan produksi terjadi pada tahun budidaya dengan polikultur menjamin
2015, akibat perawatan tanaman kakao berhasilnya penanaman menghadapi
yang kurang baik, umur tanaman yang iklim yang tidak menentu, serangan
sudah tua dan iklim yang tak menentu hama dan penyakit, serta fluktuasi
sehingga hama dan penyakit tanaman harga. Selain itu, polikultur sangat
kakao semakin mudah menyebar. baik dilakukan di wilayah yang padat
Peningkatan produksi dapat dilakukan tenaga kerja, luas pertanian terbatas
dengan mengalokasikan input produksi dan modal pembelian sarana produksi
secara tepat dan berimbang. Maka, yang juga terbatas. Maka pola tanam
petani dapat meningkatkan produksi polikultur dapat meminimalkan resiko
dan mengelola tanaman secara rasional dan memaksimalkan keuntungan
untuk memaksimumkan keuntungan (Soekirman 2007).
(David dan Tommy 2011). Pola tanam polikultur
Ditinjau dari segi produktivitas memerlukan pengelolaan yang baik,
yang beragam antar wilayah, tanaman karena selain dilihat dari sisi ekonomi,
kakao Indonesia masih tergolong sistem polikultur perlu memperhatikan
rendah dibandingkan dengan potensi beberapa hal dalam pelaksanaannya,
klon atau bahan tanam yang ada seperti lingkungan dan pengelolaan.
(Aklimawaty 2013). Secara umum, Lingkungan merupakan tempat dimana
rata-rata produktivitas kakao Indonesia tanaman dibudidayakan. Pengelolaan
saat ini adalah 800 kilogram per hektar merupakan suatu usaha untuk merawat
per tahun. Penurunan produktivitas tanaman dengan terencana melalu
kakao terutama terjadi pada pemanfaatan sumberdaya. Adanya
perkebunan yang dikelola oleh lingkungan dan pengelolaan yang baik
perkebunan rakyat yang mendominasi akan memberikan hasil secara optimal
luas lahan sebesar 95.42 persen, (Soekirman 2007).
selebihnya 2.15 persen dikelola oleh
perkebunan besar negara dan 2.42 Rumusan Masalah
persen oleh perkebunan swasta Saat ini permintaan kakao
(Ditjenbun 2016). Penurunan semakin hari semakin meningkat.
produktivitas pada perkebunan rakyat Permintaan yang tinggi sejalan dengan
disebabkan kelemahan dibidang kultur pertumbuhan penduduk, pertumbuhan
teknis dan manajemen jika industri kakao, daya beli dan
174
Analisis Usahatani Kakao pada Dua Pola Tanam Polikultur

perubahan selera masyarakat. Namun, indonesia hanya sebesar 572 553


Permintaan kakao yang tinggi saat ini hektar dengan produksi 448 927 ton.
tidak sebanding dengan produksi yang Jumlah ini pada tahun 2012 terus
dihasilkan (Pusdatin Pertanian 2016). meningkat mencapai 1 774 463 hektar
Produksi kakao di Indonesia dengan produksi 740 513 ton.
mencapai 600 000 sampai dengan 800 Sedangkan, tahun 2013 hingga 2014
000 ton per tahun. Sementara terjadi penurunan luas lahan sebesar
kebutuhan kakao dunia mencapai 4 2.65 persen akibat sejumlah petani
juta ton dengan kenaikan setiap kakao yang telah beralih ke tanaman
tahunnya sebesar 5 persen. Indo/nesia pertanian yang lebih menguntungkan,
sendiri menargetkan produksi kakao seperti cengkeh, kopi, karet dan kelapa
hingga 2 juta ton pada tahun 2020 sawit.
((Pusdatin Pertanian 2014).) . Secara umum, alih fungsi lahan
Untuk mencapai target produksi yang dilakukan petani tidak mengganti
kakao hingga 2 juta ton, pemerintah tanaman sekaligus dengan tanaman
telah membuat program GERNAS baru, petani akan menebang beberapa
(Gerakan Nasional) kakao yang tanaman kakao dan mengganti dengan
bertujuan untuk meningkatkan kualitas tanaman lain. Ditinjau dari
dan kuantitas produksi perkebunan kepemilikan lahan, rata-rata
rakyat khususnya tanaman kakao di kepemilikkan lahan perkebunan kakao
Indonesia (Ditjenbun 2012). Namun, rakyat hanya sebesar 0,5 ha (BPS
program ini belum menunjukkan hasil 2013). Maka, Konversi lahan dijadikan
yang memuaskan. Salah satu sebagai alternatif penanggulangan
penyebabnya adalah pemerintah belum keterbatasan lahan untuk mencapai
berhasil dalam mendidik petani kakao keuntungan dan mencegah kegagalan
tentang teknik budidaya yang lebih panen berkepanjangan. Pada satu sisi
baik. Ambisi pemerintah untuk peningkatan ekonomi rakyat harus
meningkatkan produksi harus terus diupayakan. Pada sisi lainnya,
didukung dengan kegiatan kita tidak ingin terjadi kerusakan lahan
pendampingan yang melibatkan perkebunan yang akan berdampak
peneliti, penyuluh dan stakeholders buruk secara terus-menerus.
terkait selama program tersebut Polikultur dapat mengurangi
dilaksanakan. Program ini dapat resiko kerugian petani akibat gagal
memberi multiply effect ekonomi bagi panen dan secara tidak langsung dapat
rakyat dan terutama bagi petani kakao menjaga lingkungan perkebunan tetap
(Danial et al 2015). baik (Bonsu 2002). Namun,
Luas areal pertanaman dan pemanfaatan lahan dengan pola tanam
produksi kakao indonesia meningkat polikultur yang dilakukan pada
cukup signifikan dalam beberapa perkebunan rakyat tidak diiringi
tahun terakhir. Berdasarkan Ditjenbun dengan penggunaan pengelolaan lahan
(2015) tahun 1998 luas areal kakao di dan pemupukan yang tepat, sehingga
175
Eva Ariani, Amzul Rifin

usahatani kakao relatif lamban dan analisis data di lokasi penelitian


berkembang. Menurut Kepala Bidang dilakukan selama bulan Januari 2016.
Produksi, Dinas Perkebunan Jawa
Timur (2015), metode budidaya kakao Metode Pengumpulan Data dan
secara polikultur membuat usahatani Penentuan Responden
kakao sering tidak optimal. Petani Jenis data yang digunakan
masih belum memberi pupuk sesuai dalam penelitian ini meliputi data
anjuran sehingga produktivitasnya primer dan data sekunder yang bersifat
rendah. Maka, demi memperoleh kualitatif dan kuantitatif. Data
keuntungan yang diharapkan, perlu sekunder merupakan data pelengkap
dilakukan pembinaan agar petani dapat dari data primer yang bersumber dari
memberi keputusan yang tepat dalam literatur-literatur yang relevan, seperti
mengalokasikan faktor produksi yang Kementerian Pertanian, Badan Pusat
akan digunakan. Statistik, Dinas Perkebunan, penelitian
Berdasarkan uraian diatas maka terdahulu, buku, jurnal, serta akses
timbulah pertanyaan sebagai berikut : dari internet yang berkaitan dengan
topik penelitian. Sedangkan data
a. Pola tanam dengan polikultur
primer dikumpulkan dari petani yang
manakah yang dapat memberikan
melakukan usahatani kakao dengan
keuntungan terbesar pada tanaman
sistem polikultur.
kakao ?
Jumlah responden usahatani
b. Pola tanam dengan polikultur
kakao, yaitu 49 petani kakao dengan
manakah yang dapat memberikan
pola tanam dua komoditas (kakao dan
tingkat efisiensi R/C rasio terbesar
cengkeh) dan 33 petani kakao dengan
pada tanaman kakao ?
pola tanam tiga komoditas (kakao,
cengkeh, dan kopi), sehingga total
METODOLOGI PENELITIAN
responden sebanyak 82 petani kakao.
Lokasi dan Waktu Penelitian Setelah melakukan pemilihan
Penelitian berlangsung di Desa responden, penelitian ini dilakukan
Kare, Kecamatan Kare, Kabupaten berdasarkan penilaian per persil, yang
Madiun. Pemilihan lokasi dilakukan artinya menganalisis usahatani kakao
secara sengaja (purposive) didasarkan berdasarkan produksi kakao dalam
pada pertimbangan kriteria penelitian, satu persil lahan yang diusahakan
yaitu memiliki luas lahan dan rumah secara polikultur. Berdasarkan 82
tangga pengusahaan perkebunan responden yang diteliti maka diperoleh
terbesar di Kecamatan Kare sebanyak 63 persil lahan untuk
(Lampiran 4). Selain itu, Desa Kare tanaman kakao dengan pola tanam dua
merupakan salah satu wilayah yang komoditas (kakao dan cengkeh) dan 37
pengusahaan perkebunan utamanya persil lahan untuk tanaman kakao
adalah kakao dengan pola tanam dengan pola tanam tiga komoditas
polikultur. Pengumpulan informasi (kakao, cengkeh, dan kopi).

176
Analisis Usahatani Kakao pada Dua Pola Tanam Polikultur

Metode Analisis Data sedangkan penerimaan non tunai ialah


Data yang diperoleh dianalisis nilai output yang tidak jual.
secara kualitatif dan kuantitatif. Pada Biaya merupakan nilai atas
penelitian ini menggunakan alat pengorbanan faktor produksi yang
analisis seperti aplikasi SPSS dan digunakan dalam usahatani untuk
Software Microsoft Excel. Analisis menghasilkan sejumlah output pada
kualitatif digunakan untuk waktu tertentu. Jenis pembayaran
mendeskripsikan karakterisktik patani biaya pada penelitian ini dibagi
responden, keadaan umum lokasi menjadi dua yaitu biaya tunai dan
penelitian, dan keragaan usahatani tidak tunai. Biaya tunai digunakan
kakao. Sedangkan, Analisis kuantitatif untuk melihat seberapa besar likuiditas
digunakan untuk menganalisis struktur tunai yang dibutuhkan petani untuk
biaya, keuntungan, dan efisiensi menjalankan kegiatan usahataninya.
usahatani kakao pada dua pola tanam Sedangkan, Biaya tidak tunai
polikultur kemudian disajikan dalam digunakan untuk menghitung berapa
bentuk tabulasi untuk dintrepretasikan. sebenarnya keuntungan petani nilai
kerja keluarga diperhitungkan. Biaya
tunai terdiri dari sarana produksi,
Analisis Penerimaan, Biaya dan
tenaga kerja luar keluarga, pajak dan
Keuntungan Usahatani
sewa lahan. Biaya yang
Keuntungan usahatani diperoleh diperhitungkan meliputi, pupuk
dari hasil selisih antara penerimaan subsidi penyusutan alat dan tenaga
total usahatani dengan biaya total kerja dalam keluarga Secara matematis
usahatani. Apabila nilainya lebih dari tingkat keuntungan usahatani dapat
nol, artinya usahatani yang dilakukan ditulis sebagai berikut:
memberikan keuntungan dan
sebaliknya apabila kurang nol, artinya TR =PxQ
usahatani yang dilakukan mengalamai TC = Biaya tunai + Biaya non
kerugian. Untuk menganalisis tunai (diperhitungkan)
keuntungan maka dilakukan analisis π atas biaya total = TR – TC
penerimaan dan struktur biaya.
Penerimaan usahatani (total Keterangan :
farm revenue) merupakan nilai produk TR : total penerimaan usahatani (Rp)
dari usahatani yaitu harga produk TC : total biaya usahatani (Rp)
dikalikan dengan total produksi P : harga output (Rp/Kg)
periode tertentu. Secara umum Q : jumlah output (Kg)
penerimaan dibagi menjadi dua, yaitu π : keuntungan (Rp)
penerimaan tunai dan penerimaan non
tunai. Penerimaan tunai usahatani Biaya penyusutan alat-alat
adalah nilai uang yang diterima dari pertanian diperhitungkan dengan
penjualan produk usahatani, membagi selisih antara nilai beli dan
177
Eva Ariani, Amzul Rifin

nilai sisa dengan umur ekonomis alat normal. Uji normalitas menggunakan
tersebut. Metode yang digunakan ini Shapiro Wilk dapat digunakan untuk
adalah metode garis lurus. Perhitungan mengetahui suatu data berdistribusi
ini mengasumsikan bahwa peralatan normal atau tidak. Uji dilakukan
habis dipakai dan tidak memiliki nilai dengan alat analisis SPSS pada taraf
sisa. Rumus yang digunakan yaitu nyata lima persen.
(Soekartawi 2006) : Pada penelitian dengan sampel
𝑵𝑵𝑵𝑵−𝑵𝑵𝑵𝑵
Biaya penyusutan : 𝒏𝒏 berukuran besar, yaitu lebih besar dari
20 dapat menggunakan tabel Z untuk
Keterangan : taraf nyata α (0,05). Jika Exact. Sig 2-
Nb = Nilai pembelian (Rp) tailed < α atau |Z hit |<Z α maka dapat
Ns = tafsiran nilai sisa (Rp) disimpulkan tolak H o dan bila
n = jangka usia ekonomis (Tahun) sebaliknya, terima H o pada taraf nyata
α.
Analisis R/C Ratio
Analisis usahatani selalu disertai Karakteristik Petani Responden
dengan pengukuran efisiensi. Salah Karakteristik petani kakao
satu ukuran efisiensi penerimaan untuk meliputi usia, tingkat pendidikan,
tiap rupiah yang dikeluarkan pada pengalaman usahatani, pekerjaan
suatu kegiatan usahatani (revenue cost diluar usahatani, penguasaan lahan
ratio) adalah analisis R/C. Semakin berdasarkan polikultur, dan keputusan
tinggi nilainya maka usahatani yang jarak tanam.
dilakukan semakin efisien sesuai 1. Usia
dengan pernyataan pada Soekartawi Hasil responden dari Poli-2
(2006) Secara matematis perhitungan memiliki presentase tertinggi pada
rasio R/C sebagai berikut: range usia 40 tahun sampai 49 tahun
sebesar 27,27 persen sedangkan Poli-
Rasio R/C Atas Biaya Tunai 1 memiliki presentase tertinggi pada
range usia usia 50 tahun sampai 59
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃
= 𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 tahun sebesar 28,57 persen. Usia
produktif berkisar antara 15 sampai 64
Rasio R/C Atas Biaya Total tahun. Usia produktif atau pemuda di
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃
=𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡+𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑ℎ𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖 Desa Kare Kecamatan Kare lebih
memilih bekerja disektor lain, hal ini
Analisis Uji Mann Whitney terlihat bahwa pada rentang usia 20
sampai 29 tahun pada Poli-1 tidak ada
Analisis uji beda Mann Whitney
yang melakukan usahatani kakao.
adalah uji statistik non parametrik
Sedangkan Poli-2 dengan rentang usia
yang merupakan alternatif lain dari uji
tersebut hanya ada lima petani yang
t parametrik ketika data yang diambil
bersedia melakukan usahatani kakao.
dalam penelitian tidak berdistribusi

178
Analisis Usahatani Kakao pada Dua Pola Tanam Polikultur

Kondisi ini akan berdampak pada 5. Pekerjaan di luar usahatani


keberlanjutan usahatani kakao di Desa Selain bekerja sebagai petani,
Kare Kecamatan Kare, petani responden juga memiliki
2. Tingkat pendidikan pekerjaan diluar usahatani. petani pada
Tingkat pendidikan petani Poli-1 dan Poli-2 menjadikan
responden dapat dikatakan rendah, usahatani sebagai mata pencarian
karena sebagian besar baik Poli-1 dan utama dengan presentase responden
Poli-2 tingkat pendidikan formalnya sebanyak 75,10 persen dan 72,73
hanya bertamatan SD dan tamat SMP, persen secara berturut-turut.
responden petani Poli-1 bertamatan Presentase tertinggi kedua bagi petani
SD sebanyak 71,43 persen, sedangkan Poli-1 dan Poli-2, yaitu pedagang
Poli-2 sebanyak 69,70 persen. pasar sebesar 16,33 persen dan 12,12
Menurut Suripatty (2011) tingkat persen secara berturut-turut.
pendidikan berpengaruh terhadap 6. Keputusan jarak tanam
tingkat keterbukaan informasi baru Berdasarkan penelitian sebanyak
dan keputusan petani. 100 persil lahan dari 82 responden
3. Pengalaman usahatani memiliki jarak tanam sebesar 3m x
Pengalaman petani dalam 3m. Tiap-tiap pola tanam memiliki
melakukan usahatani kakao akan jumlah pohon sebanyak 121 batang per
mempengaruhi keterampilan dalam ha pada Poli-1 dan 95 batang per ha
mengelola usahataninya. Berdasarkan pada Poli-2.
penelitian pengalaman usahatani kakao
Poli-1 memiliki presentase
pengalaman tertinggi pada range 6 HASIL DAN PEMBAHASAN
tahun sampai 10 tahun sebesar 34,36
persen, sedangkan pada Poli-2 pada Keragaan Usahatani kakao dengan
range kurang dari 5 tahun (baru pola tanam polikultur
melakukan usahatani kakao) sebesar Pada penelitian ini, usahatani
36,36 persen. dengan polikultur menunjukkan
4. Kepemilikkan lahan perbedaan pemanfaatan sumberdaya
Lahan yang digunakan petani Pemanfaatan sumberdaya lahan
reponden Poli-1 maupun Poli-2 tersebut berupa keputusan petani
mengusahakan lahan miliki sendiri, terhadap kombinasi komoditas pada
Lahan yang digunakan sebagian besar sistem polikultur. Pola tanam
merupakan lahan turun-temurun dari polikultur yang diteliti yaitu polikultur
orangtua. Baik petani responden Poli-1 dengan kombinasi 2 komoditas (kakao
maupun Poli-2 sebagian besar dan cengkeh) yang selanjutnya disebut
menguasai lahan seluas 0,5 sampai 2 Poli-1 dan polikultur kombinasi tiga
Ha yang tergolong luas lahan sedang komoditas (kakao, cengkeh, dan kopi)
sebesar 51,02 persen dan 60,61 persen yang selanjutnya disebut Poli-2.
secara berturut-turut. Analisis keragaan ini untuk

179
Eva Ariani, Amzul Rifin

mengetahui penggunaan input kurang dapat berpotensi membuat


berdasarkan teknis operasional pada pertumbuhan dan produksi terhambat.
berbagai pola tanam polikultur per Lampiran 1 menunjukkan kombinasi
hektar per tahun. penggunaan input masing-masing
pola tanam, pupuk kandang
Penggunaan Input Usahatani Kakao dikeluarkan dengan porsi tertinggi,
dengan Pola Tanam Polikultur disusul dengan penggunaan pupuk
Penelitian mengenai analisis Phonska, Urea, dan pupuk lainnya.
usahatani kakao pada berbagai pola Proses pemupukan dilakukan
tanam polikultur di Desa Kare setiap satu tahun sekali, sedangkan
menunjukkan terdapat perbedaan proses pengendalian hama dan
dalam input. Penggunaan input yang penyakit tanaman (HPT) dengan
dianalisis berupa pupuk, pestisida, dan menggunakan pestisida dilakukan
tenaga kerja. minimal 3 kali dalam setahun untuk
Jenis bibit yang diperoleh petani tanaman kakao, sedangkan tanaman
responden, yaitu lindak hibrida yang cengkeh dan kopi tidak dilakukan
berasal dari Dinas Kehutanan dan pengendalian HPT karena dianggap
Perkebunan Kabupaten Madiun secara penyakit yang sering menyerang
gratis. Pada lahan Poli-1 rata-rata cengkeh di Desa Kare belum ada
petani menanam kakao sebanyak 121 obatnya. Sedangkan panen yang
sedangkan petani Poli-2 rata-rata dilakukan pada tanaman cengkeh dan
hanya menanam 95 pohon dalam satu kopi dilakukan setahun sekali, berbeda
hektar lahan. Jumlah yang lebih sedikit dengan kakao yang dapat dipanen dua
pada penanaman Poli-2 karena setiap kali dalam sebulan. Perbedaan
komoditas ditanam dengan jarak yang aktivitas itulah yang menyebabkan
berbeda dan teridiri dari 3 komoditas, curahan tenaga kerja pada masing-
yaitu kakao, cengkeh dan kopi masing pola tanam berbeda.
sehingga jumlah pohon kakao yang Sebagian besar tenaga kerja
ditanam lebih sedikit. yang digunakan, yaitu tenaga kerja
Petani merangsang pertumbuhan dalam keluarga (TKDK) dan sedikit
kakao dengan pupuk. Berdasarkan tenaga kerja luar keluarga (TKLK).
Pusat Penelitian dan Pengembangan Penggunaan tenaga kerja per hektar
Perkebunan (2010) pupuk yang pada Poli-1 lebih banyak dibanding
diberikan seharusnya Urea, SP-36, Poli-2 dengan HOK pada tenaga kerja
KCl dan Pupuk Organik. Sedangkan dalam keluarga Poli-1 sebesar 157,97
petani responden menambahkan jenis HOK sedangkan Poli-2 sebesar 120,41
penggunaan pupuk yang terdiri dari HOK. Nilai curahan tenaga kerja yang
Phonska, TSP, dan Biofarm karna tinggi pada Poli-1 ini disebabkan
dianggap baik bagi pertumbuhan aktivitas pengelolaan kakao yang
tanaman. Berdasarkan Jumin (2008) terdiri dari, pemupukan, pengendalian
Jika penggunaan pupuk berlebih atau HPT, pemangkasan, panen dan
180
Analisis Usahatani Kakao pada Dua Pola Tanam Polikultur

pascapanen. Sedangkan pengelolaan dapat dilihat total biaya dan


cengkeh dan kopi hanya dilakukan penggunaan input pada masing-masing
dengan aktivitas pemupukan, usahatani kakao dengan Poli-1 dan
pemangkasan, panen dan pascapanen. Poli-2 memiliki perbedaan yang cukup
Selain itu, ditinjau dari jumlah pohon besar.
poli-1 memiliki jumlah pohon kakao Lampiran 2 menunjukkan bahwa
sebanyak 121 pohon per hektar, terdapat perbedaan struktur biaya
jumlah yang lebih banyak jika antara Poli-1 dan Poli-2. Pengeluran
dibandingkan dengan poli-2 hanya biaya tunai Poli-1 lebih tinggi, yaitu
sebanyak 95 pohon kakao. Maka sebesar Rp3 225 660 per hektar per
secara tidak langsung curahan tenaga tahun dibandingkan usahatani yang
kerja akan banyak dikeluarkan oleh dilakukan pada Poli-2, yaitu sebesar
petani yang melakukan pola tanam Rp2 260 690 per hektar per tahun. Hal
poli-1. ini disebabkan alokasi masing-masing
input Poli-1 secara tunai lebih tinggi
Biaya Usahatani Kakao Pada Dua daripada Poli-2. Sedangkan, proporsi
Pola Tanam Polikultur di Desa Kare biaya non tunai Poli-1 menunjukkan
Kecamatan Kare nilai yang lebih rendah, yaitu sebesar
Rp 6 222 620 per hektar per tahun
Penelitian yang dilakukan di
dibandingkan pengeluaran non tunai
Desa Kare membandingkan struktur
Poli-2 sebesar Rp5 150 470 per hektar
biaya usahatani kakao pada dua pola
per tahun.
tanam polikultur. Biaya yang
Berdasarkan biaya yang
dibandingkan pada penelitian ini
dikeluarkan, biaya paling besar
meliputi biaya tunai dan biaya non
digunakan untuk biaya non-tunai, yaitu
tunai. Komponen biaya tunai meliputi
biaya tenaga kerja dalam keluarga
pupuk, pestisida, biaya tempa, air,
karena menggunakan tenaga kerja luar
pajak, perlengkapan dan biaya tenaga
keluarga merupakan tindakan yang
kerja luar keluarga (TKLK),
tidak efisien (pemborosan).
sedangkan komponen biaya non tunai
Penggunaan biaya yang juga cukup
atau biaya diperhitungkan meliputi
tinggi digunakan oleh petani untuk
biaya pembelian pupuk subsidi, biaya
pembelian pupuk, khususnya pupuk
tenaga kerja dalam keluarga (TKDK),
kandang yang dipercaya sebagai
biaya penyusutan, biaya sewa lahan
pupuk utama yang perlu dialokasikan
per hektar per tahun.
untuk masing-masing komoditas. Ada
Hasil analisis uji Mann Whitney
petani yang menggunakan seluruh
pada taraf nyata 5 persen
jenis pupuk untuk tanamannya, namun
menyimpulkan bahwa komponen
ada juga yang menggunakan sebagian
biaya Poli-1 dan Poli-2 berbeda nyata
jenis pupuk saja karena kurangnya
dengan nilai Asymp. Sig. (2 tailes)
modal. Variasi penggunaan pupuk ini
sebesar 0.02 artinya tolak H 0 . Hal ini
dapat berdampak terhadap produksi
181
Eva Ariani, Amzul Rifin

yang diperoleh petani, maka kopi hanya menyumbang share


diperlukan penggunakan pupuk yang penerimaan sebesar 2.53 persen.
tepat dan berimbang. Share penerimaan kakao lebih
tinggi dibandingkan cengkeh
Penerimaan Usahatani Kakao Pada meskipun harga jual tanaman cengkeh
Dua Pola Tanam Polikultur di Desa relatif cukup tinggi. Hal ini disebabkan
Kare Kecamatan Kare tanaman cengkeh tidak berproduksi
secara terus menerus seperti kakao,
Pola diversifikasi tanaman
sehingga resiko harga yang diperoleh
kakao dengan penerapan pola tanam
petani di masa penjualan cengkeh
polikultur merupakan peluang untuk
tidak pasti dan ditinjau dari produksi,
pengembangan komoditas kakao
cengkeh masih tergolong rendah.
dengan pemanfaatan tanaman yang
Sedangkan, tanaman kopi meskipun
memiliki nilai ekonomi. Adapun
memberikan share penerimaan yang
tanaman yang diusahakan oleh petani
sangat rendah, namun komoditas ini
di Desa Kare, meliputi kombinasi
cukup menjanjikan akan keuntungan,
tanaman kakao, cengkeh dan kopi.
sebab tanaman kopi dapat tumbuh dan
Penerimaan petani di Desa Kare
berbuah tanpa pemeliharaan yang baik
didapatkan sebagai penerimaan tunai.
sekalipun.
Lampiran 4 menunjukkan tingginya
penerimaan usahatani kakao pada Poli-
Keuntungan Usahatani Kakao di
1 yang disebabkan tingginya rata-rata
Desa Kare Kecamatan Kare
produksi per hektar per tahun pada
Nilai penerimaan dan biaya
masing-masing komoditas. Dengan
usahatani dalam usahatani tanaman
melakukan analisis uji beda
tahunan memiliki kontribusi cukup
menggunakan Mann Whitney pada
besar terhadap besar kecilnya
taraf nyata 5 persen, diperoleh hasil
keuntungan yang diperoleh petani.
Asymp. Sig. (2 tailes) sebesar 0,006
Keuntungan maksimal dapat dicapai
yang berarti penerimaan berbeda
dengan meningkatkan penerimaan dan
nyata.
meminimalkan biaya. Keuntungan
Ditinjau dari share penerimaan
usahatani yang diperoleh akan
pada masing-masing komoditas, share
mempengaruhi keputusan petani dalam
penerimaan komoditas kakao pada
melakukan pengolahan.
masing-masing pola tanam, yaitu Poli-
Dengan melakukan uji beda
1 sebesar 72.48 persen dan Poli-2
Mann Whitney pada taraf nyata 5
sebesar 70.50 persen. Presentase kakao
persen, diperoleh Asymp. Sig. (2 tailes)
tersebut lebih unggul dibandingkan
sebesar 0,00 yang berarti tolak H 0 atau
presentase share penerimaan yang
keuntungan berbeda nyata. Lampiran 6
dimiliki cengkeh yang hanya sebesar
menunjukkan bahwa rata-rata
27.52 persen dan 26.98 persen.
keuntungan usahatani yang diperoleh
Sedangkan, pada Poli-2 komoditas
pada kedua pola tanam menunjukkan

182
Analisis Usahatani Kakao pada Dua Pola Tanam Polikultur

nilai yang positif atau menguntungkan, tinggi, namun dari segi produksi dapat
yaitu sebesar Rp29 183 917 per hektar pula. Sedangkan pada Poli-2
per tahun untuk Poli-1, sedangkan pengeluaran biaya usahataninya lebih
Poli-2 hanya memperoleh keuntungan rendah, namun dari segi produksi
sebesar Rp14 253 090 per hektar per tingkat pengembaliannya rendah.
tahun. Perbedaan keuntungan ini Meskipun Poli-2 cenderung
karena teknis budidaya dan alokasi memperoleh tingkat keuntungan dan
penggunaan input yang berbeda pada efesiensi yang lebih rendah, ternyata
masing-masing petani, sehingga sistem polikultur ini masih dijalankan
produksi yang dihasilkan bervariatif oleh petani, karena masih
pada kedua pola tanam. Semakin menghasilkan keuntungan dalam
banyak kombinasi tanaman yang usahataninya.
dipilih petani untuk ditanam pada
lahan yang sama, tidak menjamin
keuntungan yang diterima. SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Analisis Efisiensi R/C
Adanya sistem pola tanam
Salah satu ukuran efisiensi polikultur ini memberikan implikasi
adalah dengan menganalisis R/C rasio, terhadap struktur biaya dan
yaitu untuk mengetahui efisiensi total penerimaan yang mempengaruhi
biaya yang dikeluarkan. Berdasarkan keuntungan usahatani kakao setiap
lampiran 8 nilai imbangan penerimaan tahunnya. Pada penelitian ini, tanaman
yang diperoleh atas biaya total efisien kakao dengan pola tanam polikultur
bagi masing-masing pola tanam. Poli-1 dua komoditas menunjukan struktur
memiliki nilai R/C rasio atas biaya biaya dan penerimaan terbesar
total sebesar 3.089, artinya setiap dibandingkan menggunakan pola
Rp1.00 biaya total yang dikeluarkan, tanam polikultur dengan tiga
akan memperoleh penerimaan sebesar komoditas.
Rp3.089. Sedangkan nilai R/C rasio Keuntungan usahatani kakao
Poli-2 menunjukkan nilai yang lebih pada masing-masing sistem polikultur
rendah, yaitu sebesar 1.92, artinya berbeda signifikan pada taraf nyata 5
setiap Rp1.00 biaya tunai yang persen. Berdasarkan penelitian yang
dikeluarkan, akan memperoleh telah dilakukan, diperoleh keuntungan
penerimaan sebesar Rp1.92. usahatani kakao dengan sistem
R/C rasio yang tinggi adalah polikultur dua komoditas lebih besar
implikasi dari penerimaan yang dibanding usahatani dengan sistem
dihasilkan tinggi dan mampu menekan polikultur tiga komoditas.
biaya yang dikeluarkan. Pada struktur Efisiensi biaya atau R/C rasio
biaya dapat dilihat bahwa usahatani pada masing-masing pola tanam
pada Poli-1 mengeluarkan biaya lebih menunjukkan perbedaan secara nyata

183
Eva Ariani, Amzul Rifin

artinya terdapat perbedaan R/C rasio DAFTAR PUSTAKA


antara polikultur dua komoditas dan Aklimawati L. 2013. Potensi Ekonomi
polikultur tiga komoditas. Sehingga Kakao Sebagai Sumber Pendapatan
dapat disimpulkan baik pola tanam Petani. [Jurnal]. Pusat Penelitian
dengan sistem polikultur dua Kopi dan Kakao Indonesia. Vol. 25
komoditas maupun polikultur tiga No.2.
komoditas layak untuk diusahakan Bentley WJ. 2004. Neighbor Trees:
karena memiliki nilai R/C ratio lebih Shade. Intercropping. And Cacao in
besar dari satu. Jika efisiensi biaya Ecuador. [Jurnal]. Plenum
tersebut dibandingkan, usahatani Publishing Corporation. Human
kakao dengan sistem polikultur dua Ecology. Vol. 32. No. 2. April
komoditas lebih efisien dibandingkan 2004: Ecuador.
sistem polikultur tiga komoditas untuk Bonsu K. 2002. Cacao-coconut
memperoleh keuntungan terbesar bagi intercropping in Ghana: agronomic
kakao. and economic perspectives.
[Jurnal]. Cocoa Research Institute
Saran of Ghana. Agroforestry Sistems 55:
Berdasarkan hasil penelitian, maka 1–8. 2002: Afrika.
saran yang diberikan sebagai berikut: [BPS] Badan Pusat Statistik. Jurnal
1. Peningkatan perlu dilakukan baik Statistik Ekspor Impor Komoditas
secara kuantitas maupun kualitas Pertanian 2001-2013. 2013.
terhadap pemeliharaan tanaman Jakarta [ID] : Badan Pusat Statistik.
dengan sistem pola tanam Danial D., Fiana Y., Handayani F.,
polikultur yang mampu Hidayanto M. 2015. Peningkatan
memberikan keuntungan tinggi, Produksi dan Mutu Kakao Melalui
seperti tanaman kakao, cengkeh Kegiatan Gernas di Kalimantan
dan kopi guna meningkatkan Timur [Jurnal]. Pros Sem Masy
keuntungan petani. Biodiv Indon 1 (5) 1203-1210.
2. Penggunaan pupuk secara intensif David J., Tommy P. 2012. Pengaruh
perlu dilakukan dengan tepat dan Fermentasi Biji Kakao Terhadap
berimbang, sehingga hasil panen Mutu Produk Olahan Coklat di
kakao dapat meningkat serta dapat Kalimantan Barat. [Jurnal].
menekan pengeluaran biaya Kalimantan Barat (ID): Balai
produksi. Pengkajian Teknologi Pertanian
3. Perlu adanya program Kalimantan Barat. Biopropal
pendampingan yang berkelanjutan Industry 02 (01).
dari pemerintah sebagai upaya [Ditjenbun] Direktorat Jenderal
meningkatkan produksi dan mutu Perkebunan. 2016. Statistik
komoditas kakao dengan pola Perkebunan Indonesia 2013-2015 :
tanam polikultur. Kakao. Jakarta [ID]: Direktorat
Jenderal Perkebunan.
184
Analisis Usahatani Kakao pada Dua Pola Tanam Polikultur

[Ditjenbun] Direktorat Jenderal


Perkebunan. 2015. Statistik
Perkebunan Indonesia 2013-2015 :
Kakao. Jakarta [ID] : Direktorat
Jenderal Perkebunan. Kementerian
Pertanian.
[Ditjenbun] Direktorat Jenderal
Perkebunan. 2012. Pedoman
Umum Gerakan Nasional
Peningkatan Produksi dan Mutu
Kakao Tahun 2012. Jakarta (ID):
Direktorat Jenderal Perkebunan.
Kementerian Pertanian.
Jumin HB. 2008. Dasar-Dasar
Agronomi. Jakarta (ID): PT. Raja
Grafindo Persada.
[ICCO] International Cocoa
Organization. 2014. International
cocoa organization statistics-
production [Internet]. [Diunduh
pada 2016 Oktober 01].
Tersedia: www.icco.org
[Pusdatin] Pusat Data dan Sistem
Informasi. 2016. Outlook Kakao.
Kementerian Pertanian: Pusat Data
dan Sistem Informasi. ISSN: 1907-
1507.
Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani.
Jakarta (ID): UI Press.
Soekirman. 2007. Sayum Sabah Potret
Pertanian Polikultur. Medan (ID):
BITRA Indonesia.
Suripatty MP. 2011. Analisis Struktur
Biaya Produksi Dan Kontribusi
Pendapatan Komoditi Kakao
(Theobroma Cacao L) Di Desa
Latu. [Jurnal]. ISSN: 1907-7556.
Vol. VI Nomor 2 Juni 2011:
Agribisnis. Jurnal Agroforestri.

185
Eva Ariani, Amzul Rifin

LAMPIRAN

Lampiran 1 Rata-rata kebutuhan input per hektar per tahun pada dua pola
tanam di Desa Kare Kecamatan Kare tahun 2015
Jenis Input Satuan Poli-1 (n=63) Poli-2 (n=37)
Pupuk
Pupuk Kandang Kg/Ha 2 700.00 2 877.08
Phonska Kg/Ha 203.00 61.00
TSP Kg/Ha 6.78 14.71
Urea Kg/Ha 88.06 23.19
Kompos Kg/Ha 35.51 0.00
Biofarm L/Ha 0.54 0.42
Pestisida
Matador L/Ha 0.52 0.85
Arivo L/Ha 0.75 0.98
Deacenon Kg/Ha 0.30 0.46
Tenaga Kerja HOK/Ha 157.97 120.41

186
Analisis Usahatani Kakao pada Dua Pola Tanam Polikultur

Lampiran 2 Perbandingan biaya usahatani kakao pada dua pola tanam polikultur
di Desa Kare Kecamatan Kare tahun 2015

Poli-1 (n=67) Poli-2 (n=33)


Nilai (Rp000)/ha % Nilai (Rp000)/ha %
Biaya Tunai
Pupuk
Pupuk Kandang 1 486.590 46.09 1 505.570 66.60
Phonska 490.825 15.22 158.747 7.02
TSP 193.326 5.99 35.638 1.58
Urea 329.327 10.21 146.638 6.49
Kompos 419.523 13.01 0.000 0.00
Biofarm 40.196 1.25 31.672 1.40
Pestisida
Matador 45.461 1.41 93.872 4.15
Arivo 21.331 0.66 133.378 5.90
Deacenon 13.619 0.42 20.211 0.89
Tempa 7.302 0.23 0.000 0.00
Air 60.000 1.86 60.000 2.65
Pajak 42.610 1.32 36.199 1.60
TKLK 13.199 0.41 0.300 0.01
Perlengkapan
Karung 44.200 1.37 33.151 1.47
Kresek 18.151 0.56 5.310 0.23
Total Biaya Tunai 3 225.660 100.00 2 260.690 100.00
Biaya Non Tunai
Pupuk
Pupuk Kandang 17.857 0.29 134.459 2.61
Phonska 117.807 1.89 0.000 0.00
TKDK 3 949.360 63.47 3 010.300 58.45
Penyusutan 637.593 10.25 505.708 9.82
Sewa Lahan 1 500.000 24.11 1 500.000 29.12
Total Biaya Non
6 222.620 100.00 5 150.470 100.00
Tunai
Total Biayaa 9 448.270 100.00 7 411.160 100.00
a
berbeda taraf nyata 5 persen

187
Eva Ariani, Amzul Rifin

Lampiran 3 Uji beda biaya usahatani kakao pada dua pola tanam polikultur di
Desa Kare Kecamatan Kare tahun 2015

Test Statisticsa
BIAYA
Mann-Whitney U 840.000
Wilcoxon W 1543.000
Z -2.324
Asymp. Sig. (2-tailed) .020
a. Grouping Variable: POLA TANAM

Lampiran 4 Penerimaan tanaman pada dua pola tanam polikultur di Desa Kare
Kecamatan Kare tahun 2015
Penerimaan Poli-1 (n=67) Poli-2 (n=33)
Tanaman
Nilai (Rp000)/ha % Nilai (Rp000)/ha %
Kakao 21 151.718 72.48 10 047.883 70.50
Cengkeh 8 032.199 27.52 3844.862 26.98
Kopi 0.000 0.00 360.345 2.53
Total Penerimaan
29 183.917 100.00 14 253.090 100.00
(Rp/Ha) b
b
berbeda nyata pada taraf 5%

Lampiran 5 Uji beda penerimaan tanaman pada dua pola tanam polikultur di Desa
Kare Kecamatan Kare tahun 2015

Test Statisticsa
PENERIMAAN
Mann-Whitney U 399.000
Wilcoxon W 1102.000
Z -5.472
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Grouping Variable: POLATANAM

188
Analisis Usahatani Kakao pada Dua Pola Tanam Polikultur

Lampiran 6 Keuntungan tanaman pada dua pola tanam polikultur di Desa Kare
Kecamatan Kare tahun 2015
Poli-1 (n=63) Poli-2 (n=37)
Uraian (Kakao dan Cengkeh) (Kakao, Cengkeh dan Kopi)
Nilai (Rp) Nilai (Rp)
Penerimaan Tunai
(Rp/ha) 29 183.917 14 253.090
Biaya Total (Rp/ha) 9 448.270 7 411.160
Keuntungan (Rp/Ha)c 19 735.727 6 841.845
C berbeda nyata pada taraf 5%

Lampiran 7 Uji beda keuntungan pada dua pola tanam polikultur di Desa Kare
Kecamatan Kare tahun 2015
Test Statisticsa
KEUNTUNGAN
Mann-Whitney U 405.000
Wilcoxon W 1108.000
Z -5.429
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Grouping Variable: POLATANAM

Lampiran 8 R/C rasio pada dua pola tanam polikultur di Desa Kare Kecamatan
Kare tahun 2015
Poli-1 (n=63) Poli-2 (n=37)
Uraian (Kakao dan Cengkeh) (Kakao, Cengkeh dan Kopi)
Nilai (Rp) Nilai (Rp)
Penerimaan Tunai
(Rp/ha) 29 183.917 14 253.090
Biaya Total (Rp/ha) 9 448.270 7 411.160
R/C atas biaya totald 3.089 1.923
d
berbeda nyata pada taraf 5%

Lampiran 9 Uji beda R/C rasio pada dua pola tanam polikultur di Desa Kare
Kecamatan Kare tahun 2015
Test Statisticsa
RASIO R/C
Mann-Whitney U 459.500
Wilcoxon W 1162.500
Z -5.041
Asymp. Sig. (2-tailed) .000

189
Eva Ariani, Amzul Rifin

190

Anda mungkin juga menyukai