ABSTRAK. Penelitian ini menganalisis kinerja usahatani kedelai di Jawa Timur, dengan penekanan
pada dampak pelatihan petani. Dampak dari pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja
usahatani kedelai, yang diukur dengan peningkatan produksi dan keuntungan. Fungsi produksi dan fungsi
keuntungan yang sederhana digunakan dalam penelitian ini. Data dikumpulkan dengan wawancara
pribadi, yang dipandu dengan kuesioner semiterstruktur. Tiga kabupaten: Jember, Nganjuk dan Ngawi
Jawa Timur terpilih sebagai lokasi penelitian. Lokasi ini adalah daerah produksi kedelai di Jawa Timur.
Usahatani yang dijalankan selama 2010 terpilih sebagai objek kajian ini. Pendekatan regresi-berganda
digunakan untuk memperkirakan fungsi produksi dan keuntungan yang dibangun. Hasil menunjukkan
bahwa pelatihan telah berdampak positif terhadap produksi dan keuntungan dari usaha tani kedelai,
demikian juga tingkat pendidikan dan pengalaman. Petani yang menjalankan usahataniinya di lahan
sewa menunjukkan tingkat produksi dan keuntungan yang lebih rendah. Pada akhirnya, kenaikan
pendapatan petani setelah mengikuti pelatihan diharapkan meningkatkan kesejahteraan keluarga petani.
Kata kunci: analisis ekonomi, usahatani kedelai, dampak pelatihan, pendekatan ekonometrik
laju pertumbuhan penduduk, kebutuhan akan Oleh karena itu peningkatan produksi dan
komoditi kedelai terus meningkat dari tahun ke produktivitas kedelai menjadi sangat penting,
tahun baik sebagai bahan pangan utama, pakan terutama untuk mengurangi ketergantungan
ternak maupun sebagai bahan baku industri kedelai impor. Pemberdayaan petani merupakan
skala industri hingga skala rumah tangga. Di salah satu cara yang strategis untuk dapat
Indonesia, rata-rata kebutuhan kedelai setiap meningkatkan produksi kedelai, karena dengan
tahun kira-kira 2.300.000 ton. Untuk memenuhi petani yang tangguh, diseminasi teknologi
kebutuhan kedelai tersebut, produksi dalam pertanian akan mudah diadopsi oleh petani.
negeri saat ini baru mampu memenuhi kira- Teknologi yang unggulpun tidak akan banyak
kira 907.031 ton, atau sekitar 41,22% dari berguna jika tidak diadopsi oleh petani. Satu
kebutuhan, sedangkan kekurangannya berasal hal yang penting dalam diseminasi teknologi
dari impor (BPS, 2010). Besarnya impor baru adalah adanya peningkatan produksi dan
tersebut, menyebabkan kehilangan devisa keuntungan dari usahatani yang diperoleh
negara yang cukup besar dan sangat rentan petani. Di Jawa Timur, telah dilakukan pelatihan
terhadap ketahanan pangan nasional. petani kedelai, agar petani dapat menerapkan
1.8
teknologi yang tepat guna, sehingga produksi
1.6
1.4
kedelai diharapkan meningkat. Pertanyaan
1.2 penelitian ini adalah sejauh mana dampak
1 pelatihan telah dapat meningkatkan produksi
0.8 kedelai dan keuntungan usahatani kedelai.
0.6
Hipotesis penelitian ini adalah bahwa pelatihan
0.4
akan mampu meningkatkan produksi kedelai,
0.2
0
sekaligus meningkatkan keuntungan usahatani
1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 2009 2011 kedelai. Berdasarkan pertanyaan dan hipotesis
Tahun
tersebut, tujuan kajian ini adalah menganalisis
Luas Panen (juta ha) Produksi (juta ton) Produktivitas (ton/ha) dampak pelatihan kepada petani sebagai upaya
Sumber: BPS, 2011 peningkatan produksi dan kentungan usahatani
Gambar 1. Dinamika produksi kedelai Indonesia kedelai di Jawa Timur.
Pelatihan petani dengan metoda sekolah
Luas panen dan produksi kedelai In-
lapangan (SL) telah diperkenalkan di Indonesia
donesia cenderung turun sejak tahun 1993. sejak tahun 1980an melalui pelatihan teknologi
Gambar 1 menunjukkan bahwa selama kurun PHT (Rolling dan van de Fliert, 1994). Walau-
waktu 1993-2011, luas panen dan produksi pun secara nasional program pelatihan PHT
kedelai turun sebanyak 50%. Menurunnya sudah selesai, pelatihan dengan metoda SL
luas panen tersebut menyebabkan produksi sudah banyak diadaptasi untuk menyampaikan
kedelai Indonesia menjadi rendah. Rendahnya teknologi baru kepada petani. Khusus pelatihan
produksi kedelai di dalam negeri antara lain
teknologi PHT, Indonesia menyatakan bahwa
disebabkan masih rendahnya produktivitas, di
tingkat petani rata-rata hanya mencapai 1,3 ton/ program pelatihan telah berhasil. Petani
ha (BPS, 2011). Terlihat tidak ada peningkatan telah mengadopsi teknologi dan ada indikasi
produktivitas yang signifikan selama kurun terjadinya difusi pengetahuan diantara petani-
waktu tersebut. Padahal, potensi produksi petani Indonesia. Indonesia menjadi salah
beberapa varietas unggul dapat mencapai 2–3,5 satu pemimpin dalam penerapan teknologi
ton/ha. Rendahnya produkstivitas ini karena PHT di Asia karena telah membantu petani
belum diterapkannya teknologi spesifik lokasi. untuk mengurangi ketergantungan mereka
Selain itu harga kedelai di tingkat petani yang pada pestisida dan meningkatkan hasil panen
berfluktuatif dan cenderung rendah merupakan mereka (van den Berg, 2004). Hal ini juga
penyebab utama berkurangnya minat petani secara dramatis mengurangi dampak negative
menanam kedelai (Arisudi dan Gapor, 2008). pestisida pada manusia dan pencemaran
Pada tahun 2011-2012, berbagai media lingkungan (Agrochemical Report, 2002).
massa mengemukakan kelangkaan kedelai dan Sejak keberhasilan program PHT di
kenaikan harga kedelai sebagai isu nasional. negeri ini, telah dilakukan berbagai kajian
140
Dampak Pelatihan Petani Terhadap Kinerja Usahatani Kedelai Di Jawa Timur ( Apri Kuntariningsih )
dampak pelatihan, baik di Indonesia maupun latihan adalah pada penggunaan pestisida
di negara-negara berkembang lainnya dan hasil produksi. Mancini dan Jiggins
Kajian-kajian tersebut dilakukan dengan (2008) menggunakan pendekatan penelitian
berbagai jenis pendekatan dan indikator partisipatif untuk menggambarkan bahwa
penilaian yang berbeda-beda. Beberapa pemahaman yang lebih dalam penanganan
penelitian mengkonfirmasi keberhasilan bahaya akibat pestisida memang memicu
tersebut (Irham, 2001; 2002, van den Berg, perubahan sikap peserta pelatihan terhadap
2004; van den Berg dan Jiggins, 2007) dan pestisida. Mereka menemukan bahwa petani
be-berapa lainnya mengkritik (Feder et al., yang menjadi anggota kelompok pelatihan
2004a; 2004b; Mariyono, 2009). Dampak secara signifikan lebih baik daripada petani
yang lebih luas dari pelatihan pada mata non-anggota. Hal ini karena penanganan
pencaharian telah menarik perhatian para ahli yang lebih baik dari aplikasi pestisida
pembangunan. Ada dua dampak utama dari oleh kelompok yang telah mendapat pe-
pelatihan tersebut, yaitu dampak langsung latihan. Sebuah studi oleh Mariyono et al.
dan dampak perkembangan. Akhirnya, dam- (2010) menunjukkan bahwa perubahan
pak tersebut terus mengembangkan mata dari teknologi yang berbasis teknologi Re-
pencaharian petani. Seperti yang ditunjukkan volusi-Hijau ke teknologi yang berbasis
oleh van den Berg dan Jiggins (2007), ada- teknologi PHT dalam budidaya produksi
nya pelatihan telah menguntungkan petani padi di Indonesia telah membawa kemajuan
melalui dampak langsung maupun dampak teknologi yang menghemat bahan kimia
perkembangan. Lilja dan Dixon (2008) pertanian secara signifikan. Artinya, te-
menganalisis dampak yang lebih luas lah terjadi kenaikan produksi padi dan pe-
dari pelatihan yang menunjukkan bahwa nurunan penggunaan bahan kimia secara
dengan pemberdayaan petani, kemiskinan di bersamaan. Hal ini konsisten dengan hasil
pedesaan telah berkurang di banyak negara. kajian lainnya bahwa kontribusi pelatihan
Mengingat pesan mendasar dari dalam menurunkan penggunaan pestisida
pelatihan adalah untuk memberdayakan sangat signifikan (Mariyono, 2006). Namun
petani atau untuk meningkatkan pengetahuan demikian, penurunan penggunaan pestisida
petani, maka diperlukan evaluasi untuk di Indonesia tidak terjadi secara instan
melihat dampak dari pelatihan tersebut. setelah pelaksanaan program pada tahun
Petani yang telah selesai menjalani pelatihan 1986, tetapi lebih karena tingkat kinerja dan
telah ditingkatkan dalam hal pengetahuan kualitas pelatihan masih tergolong rendah
budidaya tanaman yang lebih baik. Namun, sampai sedang (Mariyono, 2009).
difusi teknologi dan pengetahuan dari para Kritik datang dari Feder et al. (2004b)
petani yang telah terlatih kepada petani yang menggunakan data tingkat petani di
lain tidak terjadi, karena petani yang Indonesia dan model analisis yang kompleks.
sudah dilatih gagal dalam menyampaikan Mereka melaporkan bahwa tidak ada
pesan yang rumit yang diperoleh dari perbedaan dalam hal perubahan penggunaan
proses pelatihan (Feder et al., 2004a). pestisida dan hasil padi antara petani yang
Difusi teknologi akan terjadi jika petani dilatih dengan yang tidak dilatih. Yamasaki
mempunyai kepemimpinan yang kuat dalan dan Resosudarmo (2008) memperbaiki te-
menyampaikan opini (Feder dan Savastano, muan Feder et al. (2004b) dan menemukan
2006). Godtland et al. (2004) melakukan bahwa pelatihan berdampak sebagian pada
studi dampak pelatihan pada pengetahuan produksi padi, tetapi tidak berdampak pada
petani kentang di Peru. Mereka menemukan penggunaan pestisida. Namun, Prety dan
bahwa petani yang berpartisipasi dalam Waibel (2005) menjelaskan bahwa kasus
pelatihan mampu menjelaskan lebih lanjut yang terjadi di Indonesia ini bukan karena
tentang pengelolaan hama dan penyakit per- faktor teknologi PHT yang disampaikan
tanian kentang daripada rekan-rekan mereka. melalui pelatihan, tetapi disebabkan oleh
Dengan sudut pandang yang berbeda, faktor administrasi dan birokrasi yang
analisis ekonomi mengenai dampak pe- bertele-tele waktu itu. Pendapat ini sejalan
141
Sosiohumaniora, Volume 15 no. 2 Juli 2013: 139 - 150
dengan temuan Mariyono (2009) bahwa kualitas langsung pada obyek atau lapangan serta
pe-laksanaan pelatihan yang rendah oleh karena mengadakan pencatatan secara sistematis
proses birokrasi pencairan dana yang sering mengenai sesuatu hal yang penting dalam
terlambat. Untuk tanaman kedelai, dampak kaitannya dengan data-data kuantatif. Data
pelatihan telah meningkatkan efisiensi teknis mengenai keadaan sosial ekonomi petani
usahatani kedelai (Mariyono, 2011). Artinya, dikumpulkan. Data primer diperoleh dari petani
dengan jumlah input yang sama, petani yang responden dengan mengadakan wawancara
telah mendapat pelatihan dapat meningkatkan langsung dan berpedoman pada daftar
produksi kedelai. Hal ini didukung oleh pertanyaan yang telah dipersiapkan. Data yang
penelitian yang lain bahwa pelatihan dapat dicatat dalah data usahatani yang terjadi pada
meningkatkan produksi dan menurunkan biaya tahun 2010. Pengambilan data dilakukan dua
produksi (Mariyono dan Rachmansyah, 2010). kali. Pengambilan data yang pertama dilakukan
sebelum pelatihan. Semua kegiatan usahatani
METODE dicatat dalam kuesioner. Pengambilan data
Mengacu pada metoda penelitian telah yang kedua dilakukan setelah selesai menjalani
di-terapkan oleh Mariyono dan Kuntrarinigsih pelatihan. Cara pengambilan data dilakukan
seperti pengambilan data yang pertama. Banyak
(2009), kajian ini termasuk explanatory research,
data yang dicatat dalam pengumpulan data,
yaitu penelitian yang menyoroti hubungan antar
tetapi dalam kajian ini, data yang digunakan
variabel penelitian dan menguji hipotesis yang mencakup: (1) identitas petani responden,
telah dirumuskan sebelumnya. Uraian dalam (2) keterlibatan petani dalam pelatihan, (3)
penelitian ini mengandung deskripsi, sehingga data yang terkait dengan produktivitas: biaya
sebagai penelitian relasional, titik beratnya pengunaan benih, pupuk, pestisida, tenagakerja,
terletak pada penjelasan hubungan antar hasil panen, (4) data yang terkait dengan
variabel yang diteliti. Explanatory research sekolah lapangan yaitu pengetahuan, sikap, dan
dapat dilakukan karena pengetahuan tentang ketrampilan.
Teknis analisis data menggunakan
permasalahan yang dihadapi sudah cukup
metode “sebelum dan sesudah” pelatihan.
tersedia dan sudah ada berbagai penelitian
Teknik ini sangat baik untuk mengevaluasi
empiris yang menguji hipotesis tertentu. Oleh perubahan yang terjadi oleh suatu kebijakan
karena itu penelitian jenis ini akan menentukan publik (Gittinger, 1982). Analisis dengan
sifat dan hubungan antara satu atau lebih gejala metode “tanpa dan dengan” pelatihan pernah
atau variabel dependen dengan satu atau lebih dilakukan oleh Mariyono dan Kuntariningsih
variabel independen. (2007) untuk mengevaluasi pelatihan yang
Subyek penelitian adalah petani ke- hasilnya menunjukkan tidak ada perbedaan.
delai, dengan status kepemilik dan sebagai Hal ini terjadi karena telah terjadi difusi antara
penggarap. Lokasi kajian ini adalah di wilayah petani yang pernah dan belum mengikuti
Jember, Nganjuk dan Ngawi, Provinsi Jawa pelatihan. Selain itu, membandingkan petani
Timur. Propinsi ini di pilih sebagai lokasi yang mengikuti program pemerintah dengan
karena merupakan penghasil kedelai yang yang tidak mengikuti adalah tidak adil karena
ptensial. Untuk menentukan jumlah sampel pemilihan petani untuk melaksanakan program
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemerintah dipilih secara tidak acak dan
menggunakan stratified rondom sampling. mengikuti kriteria tertentu. Biasanya, petani
Jumlah sampel yang akan diambil sebanyak 60 yang dipilih untuk program pemerintah adalah
orang petani yang berasal dari 6 kelompok tani petani yang sudah maju dan kooperatif. Dengan
yang sudah mengukuti pelatihan. Masingmasing demikian tanpa adanya pelatihanpun, petani
kelompok tani diwakili oleh 10 orang. yang ikut program pemerintah sudah lebih
Teknik pengumpulan data dilakukan unggul dibanding dengan petani yang tidak ikut
dengan cara wawancara dengan responden, program (Feder et al. 2004b)
dipandu dengan menggunakan kuesioner. Dengan mengacu pada teori ekonomi-
Observasi ini dilakukan oleh peneliti secara mikro yang dikemukakan oleh Pyndick dan
142
Dampak Pelatihan Petani Terhadap Kinerja Usahatani Kedelai Di Jawa Timur ( Apri Kuntariningsih )
penggunaan input variabel, dan manajemen. 6. Pestisida (P), yaitu nilai pestisida yang
Analisis fungsi keuntungan dilakukan se- digunakan untuk usahatani selama satu
cara linier, yang secara matematis ditulis: musim tanam, yang diukur dengan satuan
rupiah. Satuan ini digunakan dengan dasar
π = θ 0 + ∑i =1θ i X i + ∑ j =1θ j Z jϕ+1D1 + ϕ 2 D2 + u(9)
n m
pertimbangan bahwa petani menggunakan
Karena penelitian ini dilakukan secara jenis pestisida yang berbeda-beda, sehingga
cross sectional, maka semua petani menghadapi besarnya biaya pestisida merupakan proxy
harga kedelai dan harga input variabel yang dari jumlah penggunaan pestisida.
sama, sehingga variabel harga dianggap tetap 7. Pendidikan petani (ED), yaitu lamanya
dan tidak masuk dalam model analisis. Perlu petani dalam memperoleh pendidikan
diketahui bahwa manejemen usahatani tidak formal, diukur dengan satuan tahun. Jika
hanya dipengaruhi oleh pelatihan, tetapi juga petani lulus sekolah dasar maka mempunyai
dipengaruhi oleh pengalaman petani dalam nilai 6, jika lulus sekolah lanjutan pertama
usahatani dan pendidikan formal petani. Oleh mempunyai nilai 9, dan jika lulus sekolah
karena itu faktor pengalaman dan pendidikan lanjutan atas mempunyai nilai 12.
masuk dalam model analisis. 8. Pengalaman (EX), didekati dengan umur
Variabel terikat adalah variabel yang
petani mencerminkan pengalaman dalam
dipengaruhi oleh variabel lain, yang dalam
berusahatani dengan asumsi bahwa petani
penelitian ini adalah:
1. Produksi (Q), yaitu jumlah produksi kedelai merupakan pekerjaan pokok dari awal.
yang dihasilkan dalam satu musim tanam Pengalaman petani ini diukur dengan
yang diukur dengan satuan kilogram (kg). satuan tahun.
2. Keuntungan (π), yaitu keuntungan 9. Status petani (D1), yaitu status petani
usahatani kedelai dalam satu musim tanam terhadap akses lahan pertanian. Variabel
yang diukur dengan satuan rupiah. ini diukur dengan variabel dummy dengan
Variabel bebas (X) adalah variabel yang nilai satu untuk penyewa penggarap.
tidak dipengaruhi oleh variabel lain. Dalam 10. Pelatihan (D2), yaitu keadaan petani
penelitiann ini variabel bebasnya adalah: sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan.
1. Modal (K), yaitu total nilai uang yang Variabel ini diukur dengan variabel dummy
dikeluarkan untuk pengadaan input, yang dengan nilai satu untuk setelah pelatihan.
diukur dengan satuan rupiah.
11. Variabel lain yang tidak dapat terukur
2. Tenaga kerja (N), yaitu jumlah tenaga kerja
yang dipekerjakan mulai dari persiapan diwakili misalnya faktor iklim cuaca dan
lahan sampai panen, yang diukur dengan kondisi alam lainnya diwakili oleh error
satuan orang hari. Tenaga kerja dapat term (u), dan faktor lain yang tidak masuk
berasal dari dalam maupun luar keluarga. dalam analisis dianggap tetap.
3. Lahan (L), yaitu luas lahan yang diusahakan Estimasi fungsi produksi dan kentungan
untuk tanaman kedelai, diukur dengan dilakukan dengan regresi linier. Tatacara
satuan hektar (ha) análisis mengikuti petunjuk yang disarankan
4. Benih kedelai (B), yaitu jumlah penggunaan oleh Wooldridge (2009). Hasil análisis yang
benih kedelai yang diukur dengan satuan
disajikan telah melalui uji diagnostik, sehingga
kilogram (kg)
5. Pupuk (F), yaitu nilai pupuk yang hasil análisis layak dan dapat dipercaya.
digunakan untuk usahatani selama satu
musim tanam, yang diukur dengan satuan HASIL DAN PEMBAHASAN
rupiah. Satuan ini digunakan dengan dasar
Fungsi Produksi
pertimbangan bahwa petani menggunakan
jenis pupuk yang berbeda-beda, sehingga Hasil analisis dengan menggunakan
besarnya biaya pupuk merupakan proxy fungsi produksi Cobb-Douglas dapat dilihat
dari jumlah penggunaan pupuk. pada persamaan di bawah ini:
144
Dampak Pelatihan Petani Terhadap Kinerja Usahatani Kedelai Di Jawa Timur ( Apri Kuntariningsih )
sektor pertanian sangat sulit, terutama di daerah disebabkan oleh keadaan bahwa lahan yang
yang dekat kota. Karena langkanya tenaga kerja akan disewakan kepada orang lain kualitasnya
pertanian ini diduga kebutuhan tenaga kerja lebih rendah. Sedangkan lahan yang diolah
kurang terpenuhi. sendiri mempunyai kualitas lahan yang lebih
Penggunaan pupuk tidak berpengaruh baik (Gathak, 1990). Hasil penelitian di Nepal
menunjukkan bahwa perbedaan status petani
terhadap produksi kedelai. Hal ini disebabkan terhadap akses lahan mempengaruhi alokasi
oleh kenyataan bahwa kedelai sebenarnya penggunaan pupuk dan tenaga kerja (Acharya,
sudah tidak perlu dipupuk lagi karena beberapa 1999).
hal, antara lain lahan kedelai merupakan Pelatihan berpengaruh sangat nyata
lahan bekas padi sehingga masih terdapat sisa terhadap peningkatan produksi kedelai.
pupuk yang cukup untuk kedelai, dan kedelai Produksi kedelai meningkat setelah petani
untuk mencukupi kebutuhan hara (khusus mengikuti pelatihan. Pelatihan perpengaruh
Nitrogen) dapat mengambil langsung daru positif terhadap produksi kedelai, baik pada
udara dengan bantuan bintil akar. Jadi terlihat fungsi produksi Cobb-Douglas maupun yang
bahwa penggunaan pupuk pada kedelai tidak diperluas. Secara teoritis keadaan ini memang
berpengaruh. Penggunaan pestisida juga tidak yang diharapkan. Implikasi lanjut dengan
berpengaruh terhadap produksi. Keadaan ini peningkatan produksi kedelai ini adalah
dapat terjadi dengan dua keadaan yang berbeda meningkatnya produk marjinal dari semua input
yaitu: pada saat tersebut tidak terjadi serangan yang berpengaruh positif. Peningkatan nilai
hama dan penyakit, sehingga penggunaan produk marjinal ini merupakan peningkatan
pestisida tidak mempunyai efek sama sekali. produktivitas untuk semua input yang
Penggunaan pestisida akan terlihat efeknya jika berpengaruh positif (Pyndick dan Rubinfeld,
pada saat tersebut terjadi serangan hama dan 2008), yang dalam hal ini adalah input modal
penyakit. Keadaan yang kedua adalah pestisida dan tenaga kerja pada fungsi produksi Cobb-
sudah tidak manjur lagi dalam mengatasi Douglas; dan input lahan, benih dan tenaga kerja
serangan hama dan penyakit, sehingga pada fungsi produksi yang diperluas. Keadaan
ini menunjukkan bahwa dengan pelatihan
penggunaan pestisida juga tidak berpengaruh. menyebabkan produktivitas dari modal, lahan,
Dalam kasus ini, yang terjadi adalah pada saat benih dan tenaga kerja menjadi meningkat.
tersebut tidak terjadi serangan hama yang berat Sumberdaya manusiam yang dalam hal ini
sehingga kedelai masih berproduksi. adalah petani, juga meningkat karena sebagian
Tingkat pendidikan Petani berpengaruh besar tenaga kerja yang digunakan berasal dari
sangat nyata terhadap produksi kedelai, yaitu tenaga sendiri. Jadi dalam hal ini pelatihan telah
dengan meningkatnya lama pendidikan sebesar meningkatkan sumberdaya manusia melalui
satu persen menyebabkan produksi kedelai naik peningkatan produk marjinal dari tenaga kerja.
sebesar 0,25%. Pengalaman petani berpengaruh Sesuai dengan teori, bahwa dengan latihan
sangat nyata terhadap produksi kedelai, yaitu akan meningkatkan nilai sumberdaya, melalui
dengan bertambahnya penalaman petani peningkatan produk marjinal tenaga kerja
sebesar satu persen menyebabkan produksi (Ehrenberg dan Smith, 2005).
kedelai naik sebesar 0,29%. Pendidikan formal Jika ditelusuri lebih lanjut, meningkatkan
petani penting karena merupakan peningkatan produksi kedelai setelah pelatihan antara lain
sumberdaya manusia (Kasri, 2011). Dengan disebabkan oleh karena petani lebih efisien
pendidikan yang lebih tinggi, petani akan cepat dalam alokasi input melalui penerapan teknik
menerima teknologi baru sebagai proses difusi. bercocok tanam yang sehat, perbaikan cara
Status petani berpengaruh sangat nyata budidaya lebih baik yaitu dengan menggunakan
terhadap produksi kedelai. Status petani sebagai jarak tanam yang teratur, cara tanam yang lebih
penyewa berproduksi lebih rendah dibanding baik, waktu pemupukan yang tepat, penggunaan
dengan petani yang berstatus pemilik. Status mulsa, dan pengamatan tanaman yang lebih
petani sangat menentukan dalam alokasi baik serta pengambilan keputusan dalam
sumberdaya. Biasanya petani penyewa pengendalian hama dan penyakit. Perbaikan-
memperoleh kualitas lahan yang lebih rendah perbaikan tersebut diperoleh petani setelah
dibanding dengan petani pemilik. Gejala ini mengikuti pelatihan.
146
Dampak Pelatihan Petani Terhadap Kinerja Usahatani Kedelai Di Jawa Timur ( Apri Kuntariningsih )
147
Sosiohumaniora, Volume 15 no. 2 Juli 2013: 139 - 150
148
Dampak Pelatihan Petani Terhadap Kinerja Usahatani Kedelai Di Jawa Timur ( Apri Kuntariningsih )
Feder, G. dan Savastano, S., 2006. The role of productivity: A case study in
opinion leaders in the diffusion of new Yogyakarta, Indonesia. In A. Herrmann
knowledge: the casa of integrated pest & S. Schumann (Eds.), Proc. Int.
management. World Development, 34, Workshop on Environmental Risk
1287-1300 Assessment of Pesticides and Integrated
Pesticide Management in Developing
Feder, G., Murgai, R. dan Quizon, J.B.,
Countries (pp. 73–81). Braunschweig,
2004a. The acquisition and the
Germany: Landschaftsökologie und
diffusion of knowledge: the case of
Umweltforschung, 38.
pest management training in farmer
field schools, Indonesia. Journal of Kasri, R.A. 2011. Time series evidence
Agricultural Economics, 55: 217-239. on education and economic growth
in Indonesia. Economic Journal of
Feder, G., Murgai, R. dan Quizon, J.B.,
Emerging Markets, 3 (2): 109-123
2004b. Sending farmers back to
schools: the impact of farmer field Lilja, N. dan Dixon, J., 2008. Operationalising
school in Indonesia. Review of participatory research and gender
Agricultural Economics 26): 45-62. analysis: new research and assessment
approaches. Development in Practice,
Gathak, S., 1994. Pertanian dan
18: 467-478
Pembangunan Ekonomi. Dalam:
Gemmell, Norman (Ed). Ilmu Mancini, F. dan Jiggins, J., 2008. Appraisal
Ekonomi Pembangunan. LP3ES, of methods to evaluate farmer field
Jakarta, 491-536 schools. Development in Practice, 18:
539-550.
Gittinger, J.P., 1982. Economic Analysis
of Agricultural Projects. The John Mariyono, J. dan Kuntariningsih, A., 2007.
Hopskin University Press. Baltimore. Keunggulan ekonomi, penerapan
teknologi PHT dan sosial ekonomi
Godtland, E. M., Sadoulet, E., de Janvry,
usahatani padi beririgasi teknis di
A., Murgai, R., dan Ortiz, O., 2004.
Kecamatan Moyudan, Jogjakarta.
The impact of farmer field schools on
Jurnal Studi Ekonomi, 2 (2): 155-168.
knowledge and productivity: a study
of potato farmers in Peruvian Andes. Mariyono, J. dan Kuntariningsih, A.,
Economic Development and Cultural 2009. Gender analysis of demand
Changes, 53: 63-92. for health services in rural areas of
Java, Indonesia. Journal of Rural
Gunawan, Handoko dan Asnita, R., 2011.
Development, 28 (3): 317-326.
Peningkatan keuntungan usaha tani
kedelai melalui PTT di Bojonegoro. Mariyono, J. dan Rachmansyah, Y.,
Prosiding Seminar Nasional: Inovasi 2010. Dampak sekolah lapangan
untuk Petani dan Peningkatan Daya pengendalian hama terpadu pada
Saing Produk Pertanian, h. 502-505. produksi kedelai di Jawa Timur:
ISBN 978-979-3450-28-5. analisis ekonomi. Dinamika Sosial
Ekonomi, 6 (2): 129-144
Irham, 2001. Impact of IPM program on rice
production and income. In Toward the Mariyono, J., 2006. Kontribusi teknologi
harmonization between development pengendalian hama terpadu pada
and environmental conservation in penurunan penggunaan pestisida:
biological production. Proceeding kasus produksi padi di Yogyakarta.
of the International Workshop, The Jurnal Matematika, Sains dan
University of Tokyo, Japan. Teknologi, 7 (2): 128-138.
Irham. 2002. Integrated pest management Mariyono, J., 2009. Integrated pest
program, pesticide use and rice management training in Indonesia:
149
Sosiohumaniora, Volume 15 no. 2 Juli 2013: 139 - 150
does the performance level of farming Rölling, N. dan van de Fliert, E., 1994.
training matter? Journal of Rural and Transforming extension for sustainable
Community Development, 4: 93-104. agriculture: the case of integrated pest
management in rice in Indonesia.
Mariyono, J., 2011. Impact of integrated pest
Agricultural and Human Value, 11
management training on the efficiency
(2/3): 96-108
of soybean-base agribusiness in East
Java. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 1 Salvatore, D. 2007. Managerial Economics:
(2): 2011 Principles and Worldwide
Applications, 6th edition. Oxford
Mariyono, J., Kompas, T. dan Grafton, R.Q.,
University Press, USA, 656h.
2010. Shifting from Green Revolution
to environmentally sound policies: van den Berg, H., 2004. IPM Farmer Field
technological change in Indonesian Schools: A Synthesis of 25 Impact
rice agriculture. Journal of the Asia Evaluations. Wageningen University,
Pacific Economy, 15: 128–147. The Netherlands, 53 h.
Pimentel, D., 2012. World overpopulation. van den Berg, H., and Jiggins, J., 2007.
Editorial. Environment, Development Investing in farmers – the impacts
and Sustainability, 14 (2):151–152 of farmer field schools in relation to
integrated pest management. World
Pindyck, R. dan Rubinfield, D., 2008.
Development, 35 (4): 663-686.
Microeconomics, 7th edition . Prentice
Hall | ISBN-10: 0132080230, 768h. Wooldridge, J.M., 2009. Introductory
Econometrics: A Modern Approach.
Pretty, J. and Waibel, H., 2005. Paying
South-Western Congade Learning,
the price: the full cost of pesticides,
Mason USA, 865h.
dalam: J.N. Pretty (ed.), The Pesticide
Detox: Towards a More Sustainable Yamazaki, S. dan Resosudarmo, B.P., 2008.
Agriculture, Earthscan, London, pp. Does sending farmers back to school
39-54. have an Impact? Revisiting the issue.
Developing Economies, 42: 153-150.
150