Anda di halaman 1dari 25

KLIPING MEDIA CETAK

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN RUANG LAUT

No. Tanggal Media Berita


1. 12 September Investor Daily Indonesia Kita Bisa Mewujudkan Swasembada Garam

2. 12 September Media Indonesia Tanam Mangrove

3 12 September Kompas Butuh Tindakan Bersama Atasi


Pencemaran Laut
4. 12 September Harian Ekonomi Neraca RI Diyakini Mampu Wujudkan Swasembada
Garam
5. 12 September Kompas Wisata Berbasis Lingkungan

6. 12 September Indopos Sampah Ganggu Pariwisata

7. 12 September Jawa Pos Destinasi Utama Donggala

8. 12 September liputan6.com Menyedihkan, Ikan Hiu Masih Jadi Buruan


di Sangihe
9. 12 September liputan6.com Menyedihkan, Ikan hiu masih jadi buruan di
Sangihe
10. 12 September mongabay.co.id Seperti Apa Upaya Penyelamatan Terumbu
Karang di Wilayah Segitiga Karang
Indonesia?
11. 12 September beritasatu.com 12 Provinsi Ditargetkan Punya Perda
Zonasi pada 2017
12. 12 September kontan.co.id Garam impor Australia sisa 47.000 ton

13. 12 September sindonews.com Pasar Ikan Modern Muara Baru Akan


Utamakan Nelayan dan Mangrove
14. 12 September merahputih.com Indonesia Perlu Mengoptimalkan
Keanggotaan Di CTI-CFF
15. 12 September kompasiana.com Terumbu Karang Kepulauan Anambas
dalam Prangko Indonesia-Singapura

Mengetahui
a.n Kepala Bagian Humas dan Kerjasama
Ka. Sub Bagian Humas

Hery Gunawan Daulay


Berikut kami sampaikan Ringkasan Pemberitaan PRL 12 September 2017 Media Cetak dan
Online

No Media Judul Ringkasan

1. Investor Daily Indonesia Kita Bisa Mewujudkan Kita harus meyakini bahwa Republik mdonesia
Swasembada Garam bisa mewujudkan Swasembada garam. Hal itu bisa
kita wujudkan asalkan berbagai pihak terkait
benar-benar serius dalam menggarap komoditas
tersebut.
2. Media Indonesia Tanam Mangrove Berita foto: Seorang warga menanam bibit
mangrove di pantai Tapalang Barat, Mamuju,
Sulawesi Barat Minggu (10/9).

3. Kompas Butuh Tindakan Bersama Sumber utama pencemaran logam berat dan
Atasi Pencemaran Laut plastik di lautan Indonesia telah lama dikenali, yaitu
buruknya pengelolaan sampah domestik dan
limbah industri. Dwiyitno, Pengolahan Produk dan
Bioteknologi Kelautan dan Perikanan mengatakan,
di Jakarta yang dianggap pengelolaan sampahnya
cukup baik pun fasilitasnya belum memadai.

4. Harian Ekonomi Neraca RI Diyakini Mampu DPR RI meyakini Republik Indonesia bisa
Wujudkan Swasembada mewujudkan Swasembada garam asalkan
Garam berbagai pihak terkait benar-benar serius dalam
menggarap komoditas tersebut di negara yang
memiliki garis pantai terpanjang kedua didunia ini.
5. Kompas Wisata Berbasis Berita foto: Pengunjung meniti jaring di Kawasan
Lingkungan Wisata Hutan Payau di Desa Tritih Kulon, Cilacap,
Jawa Tengah, Sabtu (9/9). Pelestarian pohon
bakau membantu mencegah abrasi pantai
sekaligus jadi tempat wisata berbasis lingkungan
yang melibatkan masyarakat.

6. Indopos Sampah Ganggu Pariwisata Masalah sampah menjadi salah satu program
proriotas Kemenko Maritim. Bahkan, Menko
Maritim Luhut Pandjaitan meminta secara khusus
kepada duta besar dan perwakilan negara-negara
di kawasan Nordik untuk membantu Indonesia
menangani sampah.

7. Jawa Pos Destinasi Utama Donggala Berita foto: Senja di lokasi wisata Tanjung Karang,
Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, akhir
pekan lalu.

8. liputan6.com Menyedihkan, Ikan Hiu Meski pemerintah telah menyosialisasikan


Masih Jadi Buruan di pelestarian ikan hiu, tetapi perburuan terhadap
Sangihe hewan ini masih saja terus terjadi. Bahkan, daging
ikan hiu bisa ditemui dijual bebas di sejumlah
pasar tradisional di Kabupaten Kepulauan
Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara. "Kami masih
bisa menjual dengan bebas di sini," ujar Opo, salah
satu pedagang yang ditemui di Pasar Towoe,
Tahuna, Kabupaten kepulauan Sangihe, Selasa, 5
September 2017.

9. liputan6.com Menyedihkan, Ikan hiu Meski pemerintah telah mensosialisasikan


masih jadi buruan di pelestarian ikan hiu, tetapi perburuan terhadap
Sangihe hewan ini masih saja terus terjadi bahkan daging
ikan hiu bisa ditemui dijual bebas di sejumlah
pasar tradisional di Kabupaten Kepulauan
Sangihe, Sulut.
10. mongabay.co.id Seperti Apa Upaya kawasan segitiga karang dunia atau biasa disebut
Penyelamatan Terumbu Coral Triangle, selama ini dikenal sebagai
Karang di Wilayah Segitiga kawasan inti karena tingginya keanekaragaman
Karang Indonesia? terumbu karang di dunia. Berbagai upaya terus
dilakukan negara-negara yang wilayahnya masuk
dalam segitiga karang dunia untuk menyelamatkan
terumbu karang yang tersisa saat ini.

11. beritasatu.com 12 Provinsi Ditargetkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)


Punya Perda Zonasi pada mendorong semua pemerintah daerah segera
2017 mengeluarkan rencana zonasi wilayah pesisir dan
pulau pulau kecil. Pada 2017, KKP menargetkan
12 provinsi akan memiliki peraturan daerah (perda)
rencana zonasi tersebut. Saat ini baru Sulawesi
Utara yang sudah memiliki perda yang bertujuan
untuk mengoptimalkan potensi laut tersebut.

12 kontan.co.id Garam impor Australia sisa Garam bahan baku untuk garam konsumsi yang
47.000 ton sebelumnya diimpor dari Australia masih belum
terdistribusi sepenuhnya. Saat ini masih
menyisakan kurang lebih 47.000 ton garam.

13 sindonews.com Pasar Ikan Modern Muara Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)
Baru Akan Utamakan menegaskan, rencana pembangunan kawasan
Nelayan dan Mangrove perikanan terintegasi di Pelabuhan Muara Baru
nantinya bakal tetap memperhatikan nelayan dan
mangrove. Dirjen Pengelolaan Ruang Laut KKP
Bramantyo S Poerwadi menambahkan, konsep
pembangunan mangrove dan nelayan sudah
dikomunikasikan dengan Menteri Lingkungan
Hidup.

14 merahputih.com Indonesia Perlu Indonesia perlu mengoptimalkan keanggotaan di


Mengoptimalkan Inisiatif Segitiga Karang untuk Terumbu Karang,
Keanggotaan Di CTI-CFF Perikanan, dan Ketahanan Pangan (CTI-CFF)
yang memiliki kantor sekretariat regional di
Manado, Sulawesi Utara. "Sebagai salah satu
anggota CTI-CCF dengan wilayah luas, kami yakin
Indonesia dapat menjadi penggerak kegiatan
sekaligus memetik manfaat kerja sama ini," kata
Direktur Eksekutif CTI-CFF Widi A Pratikto dalam
siaran pers di Jakarta, Sabtu (9/9).

15 kompasiana.com Terumbu Karang Prangko penerbitan bersama Indonesia-Singapura


Kepulauan Anambas dalam bergambarkan terumbu karang. Baik di Indonesia
Prangko Indonesia- maupun di Singapura, masing-masing menerbitkan
Singapura prangko dengan gambar yang sama. Prangko
Indonesia berharga satuan (nomimal) Rp 5.000,
sedangkan prangko Singapura berharga satuan
Sin $ 1.30.
KLIPING MEDIA CETAK
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN RUANG LAUT

Bagian Kerjasama Humas dan Pelayanan

Media : Investor Daily Indonesia Tanggal : 12 September 2017


Halaman : 9
Judul : Kita Bisa Mewujudkan Swasembada Garam
Ringkasan : Kita harus meyakini bahwa Republik mdonesia bisa mewujudkan Swasembada garam.
Hal itu bisa kita wujudkan asalkan berbagai pihak terkait benar-benar serius dalam
menggarap komoditas tersebut.
KLIPING MEDIA CETAK
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN RUANG LAUT

Bagian Kerjasama Humas dan Pelayanan

Media : Media Indonesia Tanggal : 12 September 2017


Halaman : 23
Judul : TANAM MANGROVE
Ringkasan : Berita foto: Seorang warga menanam bibit mangrove di pantai Tapalang Barat,
Mamuju, Sulawesi Barat Minggu (10/9).
KLIPING MEDIA CETAK
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN RUANG LAUT

Bagian Kerjasama Humas dan Pelayanan

Media : Kompas Tanggal : 12 September 2017


Halaman : 1
Judul : Butuh Tindakan Bersama Atasi Pencemaran Laut
Ringkasan : Sumber utama pencemaran logam berat dan plastik di lautan Indonesia telah lama
dikenali, yaitu buruknya pengelolaan sampah domestik dan limbah industri. Dwiyitno,
Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan mengatakan, di Jakarta
yang dianggap pengelolaan sampahnya cukup baik pun fasilitasnya belum memadai.
KLIPING MEDIA CETAK
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN RUANG LAUT

Bagian Kerjasama Humas dan Pelayanan

Media : Harian Ekonomi Neraca Tanggal : 12 September 2017


Halaman : 11
Judul : RI Diyakini Mampu Wujudkan Swasembada Garam
Ringkasan : DPR RI meyakini Republik Indonesia bisa mewujudkan Swasembada garam asalkan
berbagai pihak terkait benar-benar serius dalam menggarap komoditas tersebut di
negara yang memiliki garis pantai terpanjang kedua didunia ini.
KLIPING MEDIA CETAK
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN RUANG LAUT

Bagian Kerjasama Humas dan Pelayanan

Media : Kompas Tanggal : 12 September 2017


Halaman : 17

Judul : Wisata Berbasis Lingkungan


Ringkasan : Berita foto: Pengunjung meniti jaring di Kawasan Wisata Hutan Payau di Desa Tritih
Kulon, Cilacap, Jawa Tengah, Sabtu (9/9). Pelestarian pohon bakau membantu
mencegah abrasi pantai sekaligus jadi tempat wisata berbasis lingkungan yang
melibatkan masyarakat.
KLIPING MEDIA CETAK
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN RUANG LAUT

Bagian Kerjasama Humas dan Pelayanan

Media : Indopos Tanggal : 12 September 2017


Halaman : 2
Judul : Sampah Ganggu Pariwisata
Ringkasan : Masalah sampah menjadi salah satu program proriotas Kemenko Maritim. Bahkan,
Menko Maritim Luhut Pandjaitan meminta secara khusus kepada duta besar dan
perwakilan negara-negara di kawasan Nordik untuk membantu Indonesia menangani
sampah.
KLIPING MEDIA CETAK
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN RUANG LAUT

Bagian Kerjasama Humas dan Pelayanan

Media : Jawa Pos Tanggal : 12 September 2017


Halaman : 5
Judul : Destinasi Utama Donggala
Ringkasan : Berita foto: Senja di lokasi wisata Tanjung Karang, Kabupaten Donggala, Sulawesi
Tengah, akhir pekan lalu.
Menyedihkan, Ikan Hiu Masih Jadi Buruan di Sangihe
Liputan 6, 12 Sep 2017
Meski pemerintah telah menyosialisasikan pelestarian ikan hiu, tetapi perburuan terhadap hewan ini
masih saja terus terjadi. Bahkan, daging ikan hiu bisa ditemui dijual bebas di sejumlah pasar
tradisional di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Provinsi Sulawesi Utara. "Kami masih bisa menjual
dengan bebas di sini," ujar Opo, salah satu pedagang yang ditemui di Pasar Towoe, Tahuna,
Kabupaten kepulauan Sangihe, Selasa, 5 September 2017.
Dia mengungkapkan, ikan hiu ini dibeli dari nelayan. "Harganya bervariasi, tergantung ukurannya.
Yang besar bisa mencapai empat ratus ribu setiap ekornya," ujar Opo sambil menunjukkan seekor
ikan hiu berukuran panjang sekitar satu meter. Opo mengatakan, saat membeli dari nelayan, hiu itu
sudah tidak bersirip karena nelayan telah menjualnya ke pihak lain dengan harga yang cukup mahal.
"Yang kami dapat hanya dagingnya saja, yang kemudian kami potong–potong untuk dijual," ujar dia.
Untuk satu potong daging sebesar ukuran telapak tangan orang dewasa, Opo memberi harga Rp 10
ribu. "Saya bisa mendapatkan puluhan potong daging ikan hiu dari satu ekor yang besar ini," ujar dia.
Selain menjual potongan–potongan daging ikan hiu mentah, Opo juga mengasap potongan ikan hiu
hingga kering. "Ini menjaga saja agar tidak busuk, di samping itu ada juga pembeli yang suka daging
ikan kering," ujar dia.
Kondisi serupa juga ditemui di Pasar Petta, Kecamatan Tabukan Utara, Kabupaten Kepulauan
Sangihe. "Ikan–ikan hiu ini kami beli dari nelayan. Harganya Rp 1,2 juta untuk sembilan ekor," ujar
Fredrik, seorang penjual yang ditemui di Pasar Ikan Petta, Kamis, 7 September 2017.Ikan yang dibeli
itu kemudian dipotong–potong dan dijual dengan harga yang sama seperti di Pasar Towoe Tahuna,
yakni Rp 10 ribu. "Kalau mau, ini saya berikan gratis. Enak kalau dibikin sate," ujar Fredrik sambil
menawarkan sepotong daging ikan hiu.
Pemkab Kepulauan Sangihe mengaku belum bisa menindak tegas penjualan daging ikan hiu
tersebut. "Kami mengingatkan nelayan agar tidak memburu ikan hiu, karena bisa menyebabkan
kepunahan," ujar Idrus Mantali, Kepala Bidang Perizinan dan Pengawasan, Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Kepulauan Sangihe, Rabu, 6 September 2017.
Idrus mengharapkan, warga nelayan ikut melakukan konservasi kawasan pesisir serta membangun
daerah perlindungan laut untuk menjaga lumbung–lumbung ikan, termasuk ikan hiu. "Seperti yang
dilakukan di kampung Bukede Timur dengan bantuan perkumpulan Sampiri dan Yapeka, membuat
daerah perlindungan laut sehingga ada lumbung ikan," Idrus memungkasi.

http://regional.liputan6.com/read/3090467/menyedihkan-ikan-hiu-masih-jadi-buruan-di-sangihe
http://regional.liputan6.com/read/3090467/menyedihkan-ikan-hiu-masih-jadi-buruan-di-sangihe
Seperti Apa Upaya Penyelamatan Terumbu Karang di
Wilayah Segitiga Karang Indonesia?
12 September 2017

T erumbu karang di kawasan perairan Indonesia. Foto: TNC Indonesia/Mongabay Indonesia

kawasan segitiga karang dunia atau biasa disebut Coral Triangle, selama ini dikenal sebagai
kawasan inti karena tingginya keanekaragaman terumbu karang di dunia. Berbagai upaya terus
dilakukan negara-negara yang wilayahnya masuk dalam segitiga karang dunia untuk menyelamatkan
terumbu karang yang tersisa saat ini.

Salah satu upaya yang dilakukan, adalah melalui The Coral Triangle Initiative on Coral Reefs,
Fisheries, and Food Security (CTI-CFF) yang dibentuk oleh enam negara, yaitu Indonesia, Timor
Leste, Filipina, Malaysia, Papua Nugini, dan Kepulauan Solomon.

Direktur Eksekutif CTI-CFF Widi Pratikno di Jakarta, akhir pekan lalu mengatakan, keberadaan
terumbu karang di kawasan Segitiga harus selalu menjadi perhatian setiap negara yang tergabung di
dalamnya. Hal itu, karena terumbu karang di wilayah tersebut mencakup 53 persen di dunia.

“Itu artinya, harus ada kesadaran di semua pihak tentang ini. Kita juga terus berkampanye melalui
berbagai cara untuk menjaga terumbu karang ini. Tak kalah penting, kita juga terus membuat aktivitas
ekonomi bagi warga di sekitar pesisir,” ucap dia.

Dengan cakupan setengah lebih dari total kawasan terumbu karang dunia, Widi menyebut, tidak
mengherankan jika kawasan Segitiga Karang menjadi tempat pusat berkumpulnya beragam jenis
biota laut. Di Indonesia, kawasan yang paling banyak berkumpulnya terumbu karang dengan biota
laut, adalah kawasan timur Indonesia.

T ercatat, perairan di Provinsi Papua Barat, Maluku, dan Maluku Utara menjadi tempat favorit biota
laut untuk berkumpul. Di perairan Raja Ampat, Papua Barat; dan Maluku Utara, diketahui setidaknya
terdapat minimal 600 spesies koral atau mencapai 75 persen dari total spesies yang dikenal di dunia.
Widi kemudian menjelaskan, tak hanya dihuni oleh spesies koral yang sangat banyak, kawasan
Segitiga Karang juga menjadi tempat berkumpulnya sekitar 3.000 spesies ikan, dan menjadi tempat
tumbuhnya hutan mangrove terbesar di dunia.

“Yang paling penting, kehadiran terumbu karang akan bisa memberi kenyamanan biota laut yang
ada. Karena terumbu karang menjadi tempat bertelur dan berkembang biak beragam jenis ikan,
termasuk tuna,” tutur dia.

Tantangan Konservasi

Sebagai lembaga yang menginisiasi penyelamatan terumbu karang di enam negara, Widi mengakui,
tantangan berat harus dilalui dalam setiap melaksanakan program. Selain dari masyarakat di
kawasan pesisir, juga tantangan dari yang lainnya seperti pendanaan.

Sepanjang 2016, Widi mengatakan, pihaknya terus melakukan penguatan kelembagaan dengan
mendorong terbitnya sejumlah peraturan, terutama di Indonesia yang menjadi pusat dari kawasan
Segitiga Karang.

“Selain itu, kita juga mendorong aktivitas kelompok kerja yang mencakup beberapa kawasan,” jelas
dia.

Kelompok kerja yang dimaksud, kata Widi, di antaranya adalah Pokja bentang paut (seascape), Pokja
kawasan konservasi perairan (Marine Protected AreaI), Pokja adaptasi perubahan iklim (climate
change adaptation), Pokja pengelolaan perikanan berbasis ekosistem, Pokja spesies terancam punah
(threatened species), Pokja peningkatan kapasitas, Pokja ketahanan pangan, serta Pokja data dan
informasi.

Clown Fosh atau Ikan Badut, yang ikut terancam akibat menurunnya kualitas terumbu karang di
nusantara. Foto: The Nature Conservancy/Mongabay Indonesia
Peraturan Rencana Zonasi

Berkaitan dengan penyelamatan terumbu karang beserta biota laut, Direktur Jenderal Pengelolaan
Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan (PRL KKP) Brahmantya Satyamurti Poerwadi
menjelaskan, usulan Indonesia mengenai instrumen pengelolaan bentang laut dengan menggunakan
Rencana Tata Ruang Laut telah diadopsi di dalam dokumen Seascapes General Model and Regional
Framework for Priority Seascapes.

“Dokumen ini akan digunakan sebgaai pedoman bagi negara-negara anggota CTI-CFF dalam
melakukan pengelolaan kawasan bentang laut,” ujar dia.

Di dalam negeri, menurut Brahmantya, instrumen penting juga sedang bertahap diselesaikan, yaitu
peraturan Presiden tentang rencana zonasi selat Makassar dan rencana zonasi Laut Jawa. Peraturan
tersebut, akan menjadi instrumen operasional dari Rencana Tata Ruang Laut Nasional dan bisa
menjadi acuan dalam pengelolaan kawasan tersebut.

Selain di level nasional, inisiasi pengelolaan wilayah laut juga dilakukan di tingkat provinsi. Menurut
Brahmantya, saat ini sedang disusun peraturan daerah tentang rencana zonasi wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil (RZWP3K). Saat ini, baru Sulawesi Utara yang sudah menyelesaikan pembuatan
Perda tentang RZWP3K.

“Tahun ini, sudah ada 12 provinsi yang akan menyelesaikan dan mengesahkan rancangan perdanya.
Sementara, pada 2018, provinsi yang belum menyelesaikan diharapkan bisa mengesahkannya
menjadi perda,” ungkap dia.

Ikan dan terumbu karang yang ditemukan di perairan Puru Kambera di Sumba Timur, Nusa Tenggara
Timur. Foto : Wisuda/Mongabay Indonesia

Adapun, 12 provinsi yang akan mengesahkan rancangan perda tahun ini, kata Brahmantya, adalah
Sulawesi Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sumatera
Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Banten, DKI Jakarta, Lampung, dan Kalimantan Utara.

Capaian terakhir lainnya melalui inisiasi CTI-CFF, kata Brahmantya, adalah selesainya penyusunan
Rencana Tata Ruang Laut untuk Bentang Laut Leusser Sunda, yang mencakup Bali, NTB, NTT, dan
Timor Leste.

Sementara itu, dalam pokja pengelolaan perikanan berbasis ekosistem, Brahmantya menyebut,
dilakukan pengelolaan kolaboratif di tingkat nasional dan lokal dan juga diterbitkannya rencana
pengelolaan tuna, skipjack, dan mackarel tuna dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan
No.107/2015.
Kawasan Konservasi Perairan

Sebagai rumah bagi spesies karang dan juga biota laut, perairan di Indonesia dituntut untuk bisa
dijaga dengan baik. Untuk itu, Sekretaris Direktorat Jenderal PRL Agus Dermawan menjelaskan,
sejak 2015 Pemerintah Indonesia sudah menetapkan 17 kawasan konservasi perairan yang tersebar
di berbagai daerah.

Jumlah tersebut, kata Agus, kemudian meningkat lagi pada 2016 menjadi total 28 kawasan atau
bertambah 11 kawasan. Secara keseluruhan, 28 kawasan konservasi perairan itu adalah 10 kawasan
konservasi nasional dan 18 kawasan konservasi daerah.

“Selain kawasan konservasi di atas, CTI CFF juga menginisiasi 123 kawasan konservasi perairan dan
kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil daerah di Indonesia untuk dicadangka melalui
keputusan kepala daerah. Sedangkan, delapan kawasan ditetapkan melalui keputusan menteri
kelautan dan perikanan,” papar dia.

Salah satu pesisir di pulau yang termasuk dalam kawasan konservasi laut Taman Nasional Perairan
Sawu di Nusa Tenggara Timur. Foto pusluh.kkp/Mongabay Indonesia

Sebagai kawasan tempat berkembangnya beragam spesies dan biota laut, Agus menjelaskan,
perlindungan mereka dari ancaman kepunahan juga terus dilakukan. Adapun, yang terus didorong
untuk diberikan perlindungan, adalah Hiu Martil, Hiu Paus, dan Pari Manta, Penyu, dan Dugong.

Selain menjadi kawasan konservasi, perairan laut di Indonesia yang menjadi rumah bagi terumbu
karang dan biota laut, juga menjadi tempat potensial untuk melaksanakan adaptasi perubahan iklim.
Hal tersebut dikatakan Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Nur Masripatin.

Potensi untuk adaptasi perubahan iklim (API) itu, menurut Nur, karena di perairan laut terdapat hutan
bakau (mangrove) yang di dalamnya tersimpan karbon. Jika mangrove dipelihara dengan baik, dia
meyakini, hutan bakau dengan padang lamun yang ada di dalam perairan, bisa ikut menyumbang
gerakan aksi API.

“Sayangnya, isu laut masih belum didengar secara penuh dalam konferensi perubahan iklim di dunia
(COP). Penyebanya, karena hingga saat ini masih belum ada basic science tentang blue carbon yang
bisa menjelaskan secara rinci potensi dan pemanfataannya. Sementara, hutan sudah bisa didata
dengan akurat,” jelas dia.

Data Terkini

Untuk data terakhir, CTI-CFF merilis status terumbu karang 2017. Dari hasil pengukuran melalui
pemetaan satelit, luas terumbu karang Indonesia mencapai 25 ribu kilometer persegi atau sekitar 10
persen dari terumbu karang dunia.
Sementara, untuk status padang lamun, kondisinya ada tiga kategori, yaitu sehat (kurang dari 60
persen), kurang sehat (30-59,9 persen), dan miskin (0-29,9 persen). Secara umum, tutupan lamun di
Indonesia adalah 41,79 persen atau masuk kategori kurang sehat.

https://www.mongabay.co.id/2017/09/12/seperti-apa-upaya-penyelamatan-terumbu-karang-di-
wilayah-segitiga-karang-indonesia/
12 Provinsi Ditargetkan Punya Perda Zonasi pada 2017
12 September 2017

Kegiatan penanaman mangrove di pesisir Marunda, Jakarta Utara (Istimewa)

Jakarta - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong semua pemerintah daerah segera
mengeluarkan rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau pulau kecil. Pada 2017, KKP menargetkan
12 provinsi akan memiliki peraturan daerah (perda) rencana zonasi tersebut. Saat ini baru Sulawesi
Utara yang sudah memiliki perda yang bertujuan untuk mengoptimalkan potensi laut tersebut.

"Kami optimistis September ini 12 provinsi sudah memiliki perda. Sebanyak lima kali kami kirimkan
surat ke pemerintah daerah (provinsi) untuk mengingatkan pentingnya membuat perda," kata Dirjen
Pengelolaan Ruang Laut KKP Brahmantya S Peorwadi di Jakarta, akhir pekan lalu.

Selain Sulawesi Utara, kata dia, sebelas provinsi yang ditargetkan sudah memiliki perda itu adalah
Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sumatera
Dia juga menekankan pentingnya rencana zonasi yang merupakan amanat Undang-Undang No
27/2007 yang mengatur pengelolaan wilayah pesisir dan pulau pulau kecil. Atas dasar itu, KKP terus
melakukan sosialisasi ke 34 provinsi. "Banyak hal yang perlu dirapihkan dalam mengeluarkan
peraturan rencana zonasi," ujarnya.

Dikatakan, di laut itu ada ruang atau wilayah yang benar-benar tidak bisa disentuh atau
dimanfaatkan. Saat ini sudah 123 kawasan konservasi perairan dicanangkan pemerintah. Adapun
saat ini yang dilakukan KKP sudah delapan wilayah dan dicanangkan lewat keputusan menteri.
"Kalau mandat kelautan konservasi berhenti di provinsi. Karena wewenang 0-12 diberikan ke provinsi.
Akan tetapi harusnya untuk kawasan konservasi terluar juga harus melibatkan anggaran kabupaten,"
tuturnya.

Berdasarkan UU tersebut, Pemerintah Daerah diamanatkan untuk menyusun Rencana Zonasi


Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Provinsi dan Kabupaten. Sedangkan dalam
penyusunan RZWP3K itu bila diberlakukan dengan perda, maka akan berlaku selama 20 tahun dan
dapat ditinjau kembali dalam jangka waktu lima tahun. RZWP3K diantaranya memuat berbagai aspek
seperti pengalokasian ruang dalam kawasan pemanfaatan umum, kawasan konservasi, kawasan
strategis nasional tertentu dan alur laut, hingga penetapan prioritas kawasan laut untuk tujuan
konservasi sosial budaya, ekonomi, transportasi laut, industri strategis, serta pertahanan dan
keamanan.

"Dalam pembuatan rencana zonasi, pemerintah pusat memiliki tim Pokja. Dimana Pokja mendorong
kepada provinsi untuk menurunkan anggaran ke kabupaten guna mengucurkan anggaran untuk
pembiayaan konservasi," jelas Brahmantya.

http://www.beritasatu.com/bisnis/452124-12-provinsi-ditargetkan-punya-perda-zonasi-pada-
2017.html
Garam impor Australia sisa 47.000 ton
Selasa, 12 September 2017 / 22:06 WIB

KONTAN.CO.ID - Garam bahan baku untuk garam konsumsi yang sebelumnya diimpor dari Australia
masih belum terdistribusi sepenuhnya. Saat ini masih menyisakan kurang lebih 47.000 ton garam.

Sebelumnya pendistribusian untuk garam yang diimpor dari Australia tersebut ditujukan
peruntukannya untuk Industri Kecil Menengah (IKM). Hal tersebut guna mengatasi kelangkaan garam
yang terjadi di Indonesia akibat kemarau basah.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memberikan penugasan kepada PT Garam selaku
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mengurusi pergaraman.

Impor garam bahan baku untuk garam konsumsi tersebut sebesar 75.000 ton. Meroketnya harga
garam membuat pemerintah mendistribusikan garam seharga Rp 2.250 per kilogram (kg).
Pendistribusian garam impor ditargetkan hingga 11 September 2017.

Dolly P Pulungan, Direktur Utama PT Garam mengatakan untuk mengatasi stok garam yang masih
tersisa, pihaknya akan mengajukan surat ke Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk
pendistribusian garam. Tujuannya untuk menekan harga di tingkat konsumen yang dinilai masih
tinggi.

Dolly bilang, garam sisa impor tidak akan menjadi buffer stock. Hal tersebut diakibatkan buffer stock
akan menjadi beban penyimpanan sehingga harga pokok naik. "Kalau harus untung, kita usulkan ke
bu menteri enggak dijadikan buffer stock," terang Dolly, Selasa (12/9).

Saat ini terdapat 7 industri pengolah garam yang ingin membeli garam milik PT Garam. Dia bilang
industri tersebut berkedudukan di berbagai daerah di Lebak, Surabaya, Gresik, Tangerang dan masih
banyak lagi.

Saat inj harga garam di pasar dinilai masih sangat tinggi. Oleh karena itu Brahmantya Satyamurti
Poerwadi, Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (Dirjen PRL) KKP menyarankan agar dilakukan
operasi pasar bersama Satgas Pangan. "Karena saat ini ada laporan harga dipasar masih tinggi
sementara di petani sudah turun," ujar Tyo.

Tyo bilang untuk kondisi saat ini dimana sedang terjadi panen raya, distribusi garam akan melihat
supply dan demand. Selain itu juga dibutuhkan pengawalan dan pengawasan. Hal tersebut untuk
memastikan apakah ada industri yang tidak menjual garamnya.

http://industri.kontan.co.id/news/garan-impor-australia-sisa-47000-ton
Pasar Ikan Modern Muara Baru Akan Utamakan Nelayan
dan Mangrove
Senin, 11 September 2017 - 18:11 WIB

KKP menegaskan, rencana pembangunan kawasan perikanan terintegasi di Pelabuhan Muara Baru
nantinya bakal tetap memperhatikan nelayan dan mangrove. Foto/Ilustrasi

JAKARTA - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menegaskan, rencana pembangunan


kawasan perikanan terintegasi di Pelabuhan Muara Baru nantinya bakal tetap memperhatikan
nelayan dan mangrove. Dirjen Pengelolaan Ruang Laut KKP Bramantyo S Poerwadi menambahkan,
konsep pembangunan mangrove dan nelayan sudah dikomunikasikan dengan Menteri Lingkungan
Hidup.

"Utamanya kita membangun nasional bussines center di Muara Baru tidak boleh mengabaikan
nelayan dang mangrove. Justru saya sampaikan bagaimana pemberdayaan nelayan Teluk Muara,"
ujar Bramantyo di Jakarta.

Apalagi, lanjut dia, kawasan Muara Baru akan dibangun fasilitas baru yaitu dengan menambah kolam
labu untuk ke Utara. Makanya, pihaknya menyampaikan telah melakukan koordinasi dengan
Pemprov DKI dan Menko Kamritiman agar bisa membuat kesepakatan.

"Pembangunan fasilitas itu juga ada akses nelayan, biar tidak terjadi pendangkalan. Maka ekosistem
mangrove harus dijaga dan Kementerian LH sudah menyampaikan bila hal itu sudah dilakukan.
Mengingat DKI juga sampai saat ini melakukan perawatan mangrove," ungkapnya

Kawasan perikanan Muara Baru di Jakarta Utara akan disulap pusat perikanan yang identik juga
dengan pusat industri pengolahan perikanan internasional. Juga dipercantik wajahnya hingga lebih
modern dan lengkap fasilitasnya.

Untuk melancarkan pembangunan di Muara Baru, KKP akan mengucurkan dana sebesar Rp200
miliar dan dari Perum Perikanan Indonesia (Perindo) sebesar Rp360 miliar. Dana tersebut akan
digunakan untuk pembangunan secara bertahap di atas lahan seluas 150 hektare.

Nantinya wajah baru Pelabuhan Muara Baru bakal dilengkapi dengan berbagai fasilitas modern dan
canggih. Ada berbagai macam fasilitas modern dan canggih yang bakal dibangun. Salah satunya
adalah tempat pelelangan ikan (TPI) modern yang dilengkapi dengan conveyor.
(akr)

https://ekbis.sindonews.com/read/1238590/34/pasar-ikan-modern-muara-baru-akan-utamakan-
nelayan-dan-mangrove-1505127121
Indonesia Perlu Mengoptimalkan Keanggotaan Di CTI-CFF
Sep 09 2017, 12:01

ILUSTRASI, indahnya terumbu karang di laut Indonesia. (FOTO Antara/Budi Candra Setya)

MerahPutih.com - Indonesia perlu mengoptimalkan keanggotaan di Inisiatif Segitiga Karang untuk


Terumbu Karang, Perikanan, dan Ketahanan Pangan (CTI-CFF) yang memiliki kantor sekretariat
regional di Manado, Sulawesi Utara. "Sebagai salah satu anggota CTI-CCF dengan wilayah luas,
kami yakin Indonesia dapat menjadi penggerak kegiatan sekaligus memetik manfaat kerja sama ini,"
kata Direktur Eksekutif CTI-CFF Widi A Pratikto dalam siaran pers di Jakarta, Sabtu (9/9).

Menurutnya, manfaat kerja sama itu antara lain baik dalam hal teknis maupun inisiatif yang
berdampak langsung kepada perwujudan sektor perikanan berkelanjutan.

Apalagi untuk perikanan berkelanjutan, lanjutnya. Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan
Perikanan (KKP) memiliki agenda pembangunan perikanan utama yaitu keberlanjutan,
kesejahteraan, dan kedaulatan.

Ia mengakui bahwa tantangan yang dihadapi juga tidak mudah seperti meningkatnya sampah plastik,
pesatnya pembangunan wilayah pesisir, menurunnya kesehatan laut, serta penangkapan ikan
berlebih dan merusak. Sementara itu, Dirjen Pengelolaan Ruang Laut KKP Brahmantya Satyamurti
Poerwadi mengatakan, sesuai dengan Perpres No 85/2015, Komite Nasional CTI-CFF siap
mengimplementasikan kesepakatan bersama organisasi tersebut di tingkat regional, nasional, hingga
lokal.

"Khususnya yang bersinggungan dengan kebijakan nasional di bidang perikanan berkelanjutan di


wilayah perairan dan pesisir Indonesia," katanya.

Selain itu, masalah adaptasi perubahan iklim juga menjadi perhatian utama CTI-CFF, dengan
harapan masyarakat yang tinggal dan hidup di wilayah pesisir dapat mengantisipasi perubahan iklim
akibat pemanasan global yang sedang terjadi.

Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Nur
Masripatin mengatakan, pihaknya adalah bagian dari Komite Nasional CTI-CFF yang khusus
menangani masalah adaptasi perubahan iklim.

"Apa yang dijalankan oleh CTI-CFF selama dua tahun belakangan turut memberi sumbangsih
pemikiran bagi solusi intervensi dan mitigasi perubahan iklim di Indonesia," kata Nur Masripatin.

Sebagaimana diketahui, CTI-CFF meliputi enam negara yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Timor
Leste, Papua Nugini dan Kepulauan Solomon yang mencakup kawasan perairan yang kaya akan
habitat.

Setidaknya, kawasan perairan tersebut merupakan habitat bagi 500 lebih jenis terumbu karang, 3000
jenis ikan serta menopang kehidupan bagi 120 juta manusia karena kaya sumber daya hayati.(*)

https://merahputih.com/post/read/indonesia-perlu-mengoptimalkan-keanggotaan-di-cti-cff
Terumbu Karang Kepulauan Anambas dalam Prangko
Indonesia-Singapura
8 September 2017

Ketika Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, dan Perdana Menteri Republik Singapura, Lee
Hsien Loong, mengadakan pertemuan bersama di Singapura, pada Kamis, 7 September 2017, untuk
menandai 50 tahun hubungan diplomatik kedua negara bertetangga itu, salah satu acaranya adalah
pembukaan selubung mock-up (gambar yang diperbesar) dari prangko terbaru yang diterbitkan kedua
negara.

Prangko penerbitan bersama Indonesia-Singapura bergambarkan terumbu karang. Baik di Indonesia


maupun di Singapura, masing-masing menerbitkan prangko dengan gambar yang sama. Prangko
Indonesia berharga satuan (nomimal) Rp 5.000, sedangkan prangko Singapura berharga satuan Sin
$ 1.30.

Ini bukan pertama kalinya Indonesia dan Singapura mengadakan penerbitan bersama. Delapan tahun
lalu, tepatnya pada 2009, juga pernah ada penerbitan bersama kedua negara yang warna
benderanya sama-sama mengandung unsur Merah dan Putih. Ketika itu, prangko Indonesia
bergambar arca Singa Ambara Raja dari Singaraja, Bali, serta kereta gantung di Taman Mini
Indonesia Indah, Jakarta Timur. Sedangkan dari Singapura, gambar prangkonya adalah patung
Merlion yang terkenal itu, serta kereta gantung di Pulau Sentosa, salah satu tempat wisata yang
banyak dikunjungi di Singapura.

Prangko Indonesia-Singapura terbitan 2009 dalam Sampul Hari Pertama. (Foto: Pos Indonesia)

Kali ini, tema yang dipilih adalah keindahan bawah air, khususnya keindahan terumbu karang. Dari
Indonesia ditampilkan terumbu karang dari Kepulauan Anambas, Kepulauan Riau, sedangkan dari
Singapura, terumbu karang dari perairan setempat. Terumbu karang merupakan habitat penting bagi
berbagai tumbuhan laut, hewan laut, dan berbagai mikroorganisme lainnya yang ada di lautan.
Penerbitan kali ini menyambut 50 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Singapura bisa dibilang lebih
meriah, sampai-sampai kedua kepala pemerintahan dari Indonesia dan Singapura, ikut
meluncurkannya. Bahkan bukan di Singapura saja, di Jakarta pun pada hari dan jam yang sama,
dilakukan peluncuran penerbitan prangko bersama Indonesia-Singapura tersebut.

Di Jakarta, peluncuran prangko tersebut dilakukan oleh Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan
Informatika (Dirjen PPI), Kementerian Komunikasi dan Informatika, Ahmad M Ramli, bersama Deputy
Chief of Mission Kedutaan Besar Republik Singapura di Indonesia, Jonathan Han. Dalam peluncuran
tersebut hadir pula Direktur Utama PT Pos Indonesia, Gilarsi Wahyu Setijono, serta perwakilan dari
Kementerian Luar Negeri RI.

Souvenir sheet (lembar kenangan) prangko Indonesia-Singapura 2017. (Foto: Ditjen PPI, Kominfo)

Pemilihan tanggal 7 September memang disesuaikan dengan 7 September 1967, 50 tahun lalu
ketika hubungan diplomatik Republik Indonesia dan Republik Singapura dibuka secara resmi pada
tingkat Duta Besar melalui penandatanganan Joint Communique oleh Menteri Luar Negeri Singapura
waktu itu, S Rajaratnam, dan Menteri Luar Negeri Indonesia waktu itu, Adam Malik.

Prangko Indonesia dicetak oleh Perum Peruri berdasarkan desain yang dikerjakan tim PosKreatif PT
Pos Indonesia. Jumlah cetak sebanyak 300.000 set dalam format full sheet dengan komposisi 12
keping prangko per lembar. Selain prangko diterbitkan juga souvenir sheet (lembar kenangan)
seharga Rp 20.000 yang dicetak hanya sejumlah 8.888 lembar saja. Biasanya lembar kenangan
prangko Indonesia dicetak sebanyak 10.000 sampai 15.000 lembar.

Di luar itu, masih ada lagi Sampul Hari Pertama (SHP), yaitu amplop yang di bagian kiri depan
mempunyai gambar dan tulisan yang satu tema dengan prangko yang diterbitkan, kemudian di kanan
atas depan amplop itu ditempel prangko yang diterbitkan, serta dibubuhi dengan cap (stempel) pos
hari terbit pertama.
Kali ini, SHP yang dicetak juga berjumlah terbatas hanya 2.000 lembar dan dijual seharga Rp 15.000
perlembar. Biasanya SHP Indonesia dicetak sebanyak 5.000 lembar setiap kali ada penerbitan
prangko.

Keindahan gambar prangko yang dipuji Dirjen PPI, juga diakui banyak kolektor prangko atau dikenal
juga dengan sebutan filatelis yang hadir pada peluncuran prangko tersebut di Jakarta. Saat
peluncurannya saja, sudah banyak filatelis yang membeli. Penerbitan prangko kali ini memang
diperkirakan bakal banyak diminati, karena gambar prangko tersebut yang menceritakan keindahan
pemandangan di bawah laut.

http://www.kompasiana.com/bertysinaulan/terumbu-karang-kepulauan-anambas-dalam-prangko-
indonesia-singapura_59b2617008d3195ef36edab2

Anda mungkin juga menyukai